• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS DISKUSI KELOMPOK DAN PELATIHAN EFIKASI DIRI UNTUK MENURUNKAN STRES MAHASISWA YANG SEDANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS DISKUSI KELOMPOK DAN PELATIHAN EFIKASI DIRI UNTUK MENURUNKAN STRES MAHASISWA YANG SEDANG SKRIPSI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS DISKUSI KELOMPOK DAN PELATIHAN EFIKASI DIRI UNTUK MENURUNKAN STRES

MAHASISWA YANG SEDANG SKRIPSI Faridah Ainur Rohmah

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untu mengetahui efektivitas diskusi kelompok dan pelatihan efikasi-diri untuk menurunkan tingkat stres menghadapi skripsi. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang sedang mengerjakan skripsi. Terdapat 28 subyek penelitian yang kemudian dibagai secara random untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok eksperimen. Sembilan orang masuk dalam kelompok eksperimen dan sembilan orang sebagai kelompok kontrol. Eksperimen ini menggunakan desain pre-post tes.

Proses eksperimen diobervasi dan direkam menggunakan video tape. Data kemudian dinalasis secara kuantitif dengan menggunakanj teknik anova satu jalur. Sedangkan analisis kualitatif berdasarkan data laporan diri, obserevasi dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan 1) ada perbedaan stres antara kelompok pelatihan efikasi-diri dengan kelompok kontrol (MD=-10,27, p<0,05). 2) Tidak ada perbedaan stres antara diskusi kelompok dengan kelompok kontrol (MD=-3,67, p>0,05). 3) Tidak ada perbedaan antara stres antara kelompok pelatihan efikasi diri dengan kelompok diskusi (MD=-6,60, p>0,05). Skor mean kelompok pelatihan efikasi diri sebesar 81,40, dan mean kelompok diskusi sebesar 88,00.

Kata Kunci : diskusi kelompok, pelatihan, efikasi diri, stres

Abstract

The purpose of this research was to investigate the effectiveness of group discussion and self efficacy training that given to minimize stress of students writing thesis. The subjects were students of the Faculty of Psychology, Ahmad Dahlan University in Yogyakarta, working on their thesis. They volunteered to participate in the research. There were 28 students who were randomly divided into three groups. Ten were in the experimental group given the self efficacy training, nine were joining group discussion and the other nine were in the control group. This study performed by with pre-tes and post-tes control measurement toward scale of stress. The subject’s stress before, after the treatment, and one month after treatment were measured.

The process of the experiment was observed and recorded with video tape recorder. The data were analized quantitatively and qualitatively. The quantitative data were analyzed with one-way anova. The data from the observational record, interview, and self report from the subjects were analized qualitatively.

(2)

The results show that: 1) there is a difference in stress between the self efficacy training group and the control group significantly (MD=-10,27, p<0,05) 2) there is not difference in stress between the discussion group and the control group (MD=-3,67, p>0,05) 3) there is no difference in stress between the self efficacy training group and discussion group (MD=-6,60, p>0,05), mean of the self efficacy training group was 81,40, and mean of the discussion group was 88,00.

Key words: group discussion, training, self efficacy, stress

Pendahuluan

Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapa pun dapat terkena stres baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Mahasiswa termasuk golongan remaja akhir yang tidak luput dari stres. Para mahasiswa oleh orangtua dan masyarakat umum sudah dianggap dewasa dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

Di pendidikan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam segala hal dan mampu mengambil keputusan sendiri. Berbeda sekali di pendidikan dasar sampai menengah mereka masih dibimbing dan diarahkan secara penuh. Perubahan ini banyak menimbulkan masalah penyesuaian dan berakibat negatif pada prestasi belajar dan performansinya secara keseluruhan.

Mahasiswa diharapkan mampu berprestasi yang ditunjukkan dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) yang tinggi dan didukung oleh studi yang lancar dan lulus tepat waktu. Fakta menunjukkan berbeda, berdasarkan evaluasi diri Fakultas Psikologi UAD pada tahun akademik 2004/2005 ada 260 mahasiswa yang tercatat telah melewati masa studinya. Mereka terbebani oleh tugas-tugas, praktikum dan skripsi atau tugas akhir. Skripsi memang merupakan tugas yang membuat cemas. Banyak mahasiswa yang terbebani oleh skripsi, demikian pula mahasiswa Fakultas Psikologi UAD. Tidak

sedikit mahasiswa yang gagal atau lama lulusnya karena masalah skripsi.

Menurut informasi dari Biro Skripsi diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa tergolong lama dalam mengerjakan skripsi, di antaranya lama mencari judul dan lambat dalam menyelesaikan revisi proposal setelah seminar proposal dilakukan. Hal itu didukung oleh data yang diperoleh dari Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 4 Maret 2004 pada mahasiswa yang sedang skripsi terungkap bahwa selama melakukan bimbingan skripsi mereka mengaku mengalami stres. Gejala-gejala emosi yang mereka rasakan di antaranya perasaan jengkel, cemas, pesimis, mudah marah, mudah putus asa, merasa tegang dan tertekan, malu, sering menangis dan linglung. Gejala-gejala fisik yang muncul antara lain tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, muncul jerawat, sakit pinggang, migrain, sakit perut, mata tegang dan berair, gatal-gatal, sari awan dan gemetar pada waktu akan konsultasi. Selain itu gangguan perilaku yang muncul adalah bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan merokok, melihat TV, menjadi pendiam, dan malas berinteraksi dengan teman.

Stres dapat merupakan motivasi yang dibutuhkan oleh individu untuk bergerak dan merupakan suatu energi yang dapat digunakan secara efektif (Rickard, 2000). Hal itu sejalan dengan pendapat Prawitasari (1988) bahwa stres yang dosisnya kecil dapat merupakan

(3)

tantangan dan motivasi bagi seseorang untuk bergerak ke arah yang lebih baik, tetapi stres yang terlalu berat akan menjadi sesuatu yang mengganggu kestabilan diri seseorang dan akan membawa penderitaan bagi yang mengalaminya. Selye (Sarafino, 1998) menyebutkan satu jenis stres yang sangat berbahaya dan merugikan, disebut dengan

distress. Satu jenis stres lainnya justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustress.

Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat yang bermanfaat, tetapi jika stres berlangsung terus menerus akibat yang terjadi menjadi negatif, karena akan mengganggu kesehatan dan kehidupan pada umumnya.

Ada individu yang tampaknya berisiko terhadap stres tetapi ada juga yang tidak, salah satunya tergantung dari faktor psikologis. Salah satu faktor psikologis yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan stres adalah melalui efikasi diri (Prokop, 1991). Menurut Bandura (1997) efikasi diri adalah kepercayaan individu tentang kemampuan atau ketidakmampuan yang dimilikinya untuk menunjukkan suatu perilaku atau sekumpulan perilaku.

Efikasi diri mempengaruhi hubungan antara stresor dengan ketegangan (Jex dan Bliese, 2001). Sumber stres akan lebih menjadi ancaman bagi mereka yang merasa dirinya tidak mampu melakukan tugas. Diharapkan dengan semakin tinggi kesadaran seseorang akan kemampuannya, semakin mudah mereka mengatasi persoalan yang dihadapi dengan cara konstruktif. Sebaliknya hal-hal yang menyebabkan orang ragu-ragu terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah akan menimbulkan stres. Kondisi emosi seperti cemas, stres dan suasana hati yang negatif mempengaruhi kegagalan atau kesuksesan terhadap hasil tersebut ( Pajares, 2002).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu diupayakan suatu intervensi bagi mahasiswa yang mengalami stres ketika sedang skripsi. Salah satu intervensi untuk mengurangi stres

yang dapat digunakan adalah pelatihan. Metode pelatihan merupakan metode yang cukup efektif untuk meningkatkan motivasi, mengubah struktur kognitif dan memodifikasi sikap serta menambah keterampilan berperilaku (Johnson dan Johnson, 2000). Selain itu metode pelatihan juga memberi kesempatan pada peserta untuk belajar dan berlatih suatu pola perilaku atau keterampilan baru, mengekspresikan perasaan serta saling memberi dan menerima umpan balik (Prawitasari, 1991).

Pelatihan efikasi diri dibuat berdasarkan prinsip belajar mengalami (experience learning), yang prosesnya tidak hanya dilakukan dengan pemberian materi saja, tetapi peserta juga diberi kesempatan untuk mengalami secara langsung perilaku-perilaku yang dilatihkan dalam bentuk permainan yang bermakna. Siklus belajar mengalami (experience learning) di awali dengan mengalami tahap kegiatan, mengungkap keluar berbagai materi dan observasi, memproses yaitu mendiskusikan pola dan dinamika, menyimpulkan dan mengembangkan prinsip-prinsip dunia nyata dan menerapkan yaitu merencanakan penggunaan hasil belajar secara efektif (Ancok, 2005).

Selain faktor penghambat, dari FGD yang dilakukan juga diperoleh data tentang faktor pendukung kelancaran skripsi di antaranya adalah dukungan teman-teman yang juga sedang mengerjakan skripsi. Kelompok teman sebaya disinyalir merupakan dukungan sosial yang sangat berarti serta dapat merupakan agen perubahan perilaku (Afiatin, 1996). Oleh karena itu satu upaya lain untuk mengurangi stres adalah melalui diskusi kelompok.

Diskusi kelompok merupakan salah satu pendekatan kelompok yang menggunakan metode diskusi untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan kelompok sering digunakan karena memiliki kelebihan di antaranya: 1)

(4)

kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling memberi dan menerima umpan balik, 2) anggota akan belajar untuk berlatih tentang perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial, 3) kemampuan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggotanya, 4) mempelajari keterampilan sosial dan kesempatan memberi dan menerima di dalam kelompok (Prawitasari, 1991).

Diskusi kelompok pada penelitian ini berjumlah 6-10 orang yang membahas mengenai suatu topik dengan waktu antara 45-120 menit untuk mendapatkan satu kesimpulan. Pada penelitian ini diskusi kelompok yang dimaksud adalah diskusi kelompok dengan mahasiswa yang sedang skripsi dan mengalami stres. Oleh karena itu diskusi kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah konseling kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut di atas diasumsikan bahwa metode pelatihan lebih efektif dibanding dengan diskusi kelompok karena 1) dalam pelatihan peserta akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap berupa teori atau konsep materi 2) prinsip

experience learning yaitu proses pembalajaran melalui pengalaman langsung, partisipasi aktif dan permainan-permainan yang penuh makna sehingga membawa efek psikologis yang lebih dalam 3) melatih keterampilan karena ada tugas yang harus dikerjakan di tempat dan di rumah.

Metode

Tujuan penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui efektivitas diskusi kelompok dan pelatihan efikasi diri sebagai suatu metode yang disusun oleh peneliti untuk menurunkan tingkat stres pada mahasiswa yang sedang skripsi, jika dibandingkan dengan sebelum mendapatkan perlakuan. Kedua, ingin mengetahui perbedaan efektivitas antara diskusi kelompok dan pelatihan efikasi diri

terhadap penurunan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yaitu dengan rancangan group pretest-posttest design

(Sugiyanto, 1995). Baik pengukuran awal maupun akhir dilakukan dengan menggunakan skala stres. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: modul pelatihan efikasi diri, lembar kesediaan subjek, alat tulis, pedoman diskusi kelompok, metode skala (skala stres dan efikasi diri) dan observasi.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa dengan ketentuan sebagai berikut: (a). Berstatus sebagai mahasiswa aktif, (b). Mahasiswa psikologi UAD (Universitas Ahmad Dahlan) Yogyakarta yang sedang mengambil skripsi dan (c). sedang melakukan proses pembimbingan.

Sebanyak 82 orang mahasiswa berminat mengikuti program tersebut. Seleksi subjek dilihat dari sekor stres. Ada 5 kategori yang diambil untuk pembagian subjek yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Subjek yang masuk kategori tinggi dan sangat tinggi yang diikutkan dalam program tersebut. Jumlah mahasiswa yang masuk dalam kategori tersebut adalah 31 orang, tiga orang masuk kategori sangat tinggi dan 28 orang lainnya masuk kelompok tinggi. Jumlah tersebut secara random dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pelatihan, kelompok diskusi, dan kelompok kontrol. Sebanyak 11 orang masuk kelompok pelatihan, 10 orang di kelompok diskusi, dan 10 orang masuk kelompok kontrol. Kelompok kontrol diperlakukan sebagai daftar tunggu, sehingga kelompok ini akan mendapatkan perlakuan sesudah penelitian selesai.

Pelatihan efikasi diri ini dibuat dalam tujuh sesi yaitu: (1). Sesi perkenalan dan pemecah kebekuan (ice breaking), (2). Sesi kemampuan mengenal potensi diri, (3). Sesi kemampuan membentuk persepsi positif, (4). Sesi penulisan

(5)

skripsi 1, (5). Sesi penulisan skripsi 2, (6). Sesi menejemen waktu, (7). Sesi daya juang. Ke-7 sesi tersebut akan dilaksanakan secara berurutan dalam waktu tiga hari. Setiap pertemuan waktunya antara 3-4 jam.

Pelatihan efikasi diri akan dipandu oleh satu pelatih, satu asisten dan dua pengamat. Pelatih yang dipilih adalah mereka yang mempunyai pengalaman dalam pelatihan dan mempunyai keyakinan diri yang baik. Pemilihan pelatih tidak hanya didasarkan pada aspek kognitif saja, tetapi didukung oleh kepribadian yang baik, diantaranya percaya diri, persuasif, tulus dan penuh penerimaan. Pelatihan ini hanya melibatkan satu pelatih dengan alasan agar pelatih dapat memahami dan mengikuti perkembangan peserta dengan intensif. Asisten bertugas membantu pelatih dalam diskusi kelompok kecil untuk membahas permasalahan yang dihadapi subjek berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan. Pengamat bertugas mengamati dan mencatat sikap dan perilaku subjek yang berkaitan dengan materi pelatihan sesuai petunjuk observasi.

Materi diskusi kelompok yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan materi pelatihan. Ada 4 sesi dalam diskusi kelompok sesi 1) Perkenalan, pengenalan diri dan kemampuan membentuk persepsi positif, 2) Penguasaan penulisan skripsi, 3) Menejemen waktu, 4) Daya juang. Ke-4 sesi tersebut akan dilaksanakan secara berurutan dalam waktu dua hari. Setiap pertemuan waktunya antara 2-3 jam.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan anava 1 jalur untuk mengetahui perubahan stres. Hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut: 1). Kelompok Pelatihan dan Kelompok Kontrol (MD = -10,27, p = 0,025) yang berarti signifikan. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pelatihan dan kelompok kontrol. 2). Kelompok Diskusi danKelompok Kontrol (

MD = -3,67, p = 0,416) yang berarti tidak signifikan. Jadi tidak ada perbedaan antara kelompok diskusi dan kelompok kontrol.

Efektivitas perlakuan pada kelompok pelatihan antara pre tes, pos tes 1 dan pos tes 2 (F = 24,078, P = 0,000) sehingga ada perbedaan stres yang sangat signifikan antara pre tes, postes 1 dan postes 2. Efektivitas perlakuan pada kelompok diskusi antara pre tes, pos tes 1 dan pos tes 2 (F = 6,173, P = 0,000). Sehingga ada perbedaan stres yang sangat signifikan antara pre tes, postes 1 dan postes 2. Jika dilihat lebih rinci perbandingan efektivitas antara kelompok pelatihan dan diskusi adalah sebagai berikut : 1). Kelompok pelatihan, perbandingan pretes dan postes 1 (t = 5,679, p = 0,000) dan perbandingan postes 1 dan postes 2 (t = 2,345, p = 0,044) 2). Kelompok diskusi, perbandingan pretes dan postes 1 (t = 3,120, p = 0,014) dan perbandingan postes 1 dan postes 2 (t = 1, 091, p = 0,367). Hasil rerata skor stres pretes, postes 1 dan postes 2 pada kelompok pelatihan (pretes = 94,50, postes 1 = 81,40 dan postes 2 = 78,20) sedangkan kelompok diskusi (pretes = 100,89, postes 1 = 88,00 dan postes 2 = 82,11). Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kelompok pelatihan ada perbedaan yang sangat signifikan antara sebelum pelatihan (pretes) dan setelah pelatihan (postes 1). Rerata skor stres sebelum pelatihan lebih tinggi dibanding setelah pelatihan (postes 1). Ada perbedaan yang signifikan antara setelah pelatihan (postes 1) dan tindak lanjut (postes 2). Rerata skor stres setelah pelatihan (postes 1) lebih tinggi dibanding tindak lanjut (postes 2). Pada kelompok diskusi ada perbedaan yang signifikan antara sebelum diskusi (pretes) dan setelah diskusi (postes 1). Rerata skor stres sebelum diskusi lebih tinggi dibanding setelah diskusi (postes 1). Tidak ada perbedaan antara setelah diskusi (postes 1) dan tindak lanjut (postes 2). Penurunan rerata skor stres pada postes 1 ketindak lanjut (postes 2), tidak

(6)

signifikan.

Analisis data individual dilakukan terhadap subjek kelompok eksperimen (19 orang) yang terdiri dari kelompok pelatihan (10 orang) dan kelompok diskusi (9 orang). Data diperoleh dari skor pengukuran skala stres, lembar evaluasi setiap pertemuan dan hasil observasi. Analisis dilakukan terhadap masing-masing subjek.

Berdasarkan analisis individual terhadap kelompok pelatihan, didapatkan beberapa kesimpulan antara lain:

1. Semua subjek mengalami penurunan stres kecuali satu orang subjek masih dalam kategori stres tinggi walaupun skornya menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pelatihan ini mempunyai taraf keberhasilan program sebesar 90%. Perubahan tersebut disebabkan karena peran pemandu dan juga peserta pelatihan. Pemandu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat memadai dalam melatih kelompok sehingga peserta mudah dalam menangkap dan memahami materi. Faktor kepribadian dari pemandu juga mendukung keberhasilan pelatihan di antaranya kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi yang mampu meyakinkan peserta sehingga termotivasi untuk merubah perilakunya menjadi lebih efektif. Selain itu pelatih juga mampu menyelesaikan masalah-masalah pribadi dari para peserta. Tingkat pemahaman peserta, keaktifan, motivasi akan memberikan andil terhadap perubahan perilaku dari peserta.

2. Pada saat tindak lanjut skor subjek ada yang mengalami penurunan maupun peningkatan tetapi masih dalam kategori yang sama. Satu subjek mengalami penurunan tetapi masih dalam kategori stres tinggi. Berdasarkan data tersebut pelatihan efikasi diri mempunyai efek

jangka panjang terhadap penurunan stres. 3. Perubahan yang dialami peserta pelatihan pada saat postes di antaranya lebih mengenali dan memahami diri sendiri sehingga lebih percaya diri, mampu melihat potensi diri dan mengembangkannya, lebih terbuka, penilaian terhadap diri menjadi positif, mampu berfikir positif, menanamkan persepsi positif sehingga lebih tenang dan bermakna, meningkatkan motivasi, sadar akan disiplin diri, motivasi dan strategi dalam melakukan aktivitas termasuk skripsi, mampu mengatur waktu dan memanfaatkan sebaik-baiknya dan berusaha menerapkannya dan menyadari daya juang yang dimiliki.

4. Perubahan yang berhubungan dengan skripsi antara lain menambah pengetahuan tentang penulisan skripsi khususnya tentang pembuatan permasalahan, judul dan metodologi, lebih tahu tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam penulisan skripsi, menyadari kesalahan dan kekurangan yang dibuat dalam menyusun skripsi, memandang positif terhadap proses penulisan skripsi, mempunyai persepsi positif terhadap skripsi dan dosen pembimbing, mampu mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi dan termotivasi untuk mengerjakan skripsi sesuai target dan yakin mampu menyelesaikan skripsi serta sadar tentang daya juang dalam menyusun skripsi 5. Manfaat lain yang diperoleh dalam

pelatihan adalah berani berpendapat dalam diskusi, belajar mendengarkan orang lain, berani menghadapi masalah, termotivasi untuk membaca buku, dan termotivasi untuk belajar lebih giat.

6. Perubahan yang dialami subjek pada tindak lanjut adalah lebih percaya diri sehingga termotivasi untuk mengerjakan skripsi dan yakin mampu menyelesaikan skripsinya. Persepsi terhadap dosen

(7)

pembimbing menjadi positif bahwa dosen itu membimbing dan mempermudah jalannya skripsi dan bukan mempersulit. Subjek yang tidak mengalami perubahan disebabkan karena ia mempunyai masalah pribadi yang belum terselesaikan.

7. Secara umum penilaian peserta terhadap pelaksanaan pelatihan baik dari segi materi, pemandu, waktu dan fasilitas adalah cukup baik. Ada waktu untuk mengerjakan tugas di rumah memungkinkan mereka untuk mengeplikasikan ilmu yang telah diterima pada saat pelatihan.

Berdasarkan analisis terhadap data individual pada kelompok diskusi, didapatkan beberapa kesimpulan di antaranya:

1. Secara keseluruhan hasil analisis individual menunjukkan bahwa tiga orang (33,3%) mengalami penurunan stres tetapi masih dalam kategori stres tinggi walaupun skornya menurun. Empat subjek (44,4%) benar-benar mengalami penurunan stres, satu orang (11,1%) skornya tetap dan satu orang (11,1%) justru meningkat tapi masih dalam kategori stres tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa diskusi kelompok mempunyai taraf keberhasilan program sebesar 44,4%. Variasi perubahan tersebut disebabkan karena perbedaan tingkat pemahaman peserta, keaktifan dan tidak semua peserta cocok dalam kelompok untuk menangani masalah-masalahnya.

2. Pada saat tindak lanjut skor subjek mengalami perubahan, ada enam subjek (66,7%) yang mengalami penurunan stres, dua subjek (22,2%) mengalami penurunan tetapi masih dalam kategori stres tinggi dan satu orang (11,1%) skornya meningkat. Berdasarkan data tersebut diskusi kelompok cukup mempunyai efek jangka panjang terhadap penurunan stres, tetapi variasi perbedaan skor sangat tinggi tergantung dari motivasi, pengembangan

dan aplikasi dari pengetahuan yang telah diterima setelah diskusi kelompok. 3. Perubahan yang dialami peserta pelatihan

di antaranya lebih mengenali diri sendiri, lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, lebih percaya diri, mempunyai persepsi positif, mengembangkan potensi diri, menumbuhkan motivasi intrinsik, mampu mengatur waktu antara kuliah, skripsi dan kegiatan lain, menyadari dan menambah daya juang yang dimiliki tidak hanya untuk skripsi tapi juga untuk hal-hal lain yang positif.

4. Perubahan yang berhubungan dengan skripsi antara lain mengetahui cara membuat latar belakang masalah, lebih memahami langkah-langkah dan teknik-teknik penulisan skripsi, mempunyai gambaran tentang skripsi ke depan, membantu pemecahan masalah berhubungan dengan skripsi, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun skripsi, lebih yakin dalam membuat skripsi, menyadari tentang kesalahan dan hal-hal yang harus dikerjakan dalam menyusun skripsi, mampu mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi, menjaga komitmen untuk mengerjakan skripsi dan termotivasi untuk menyelesaikan skripsi. 5. Manfaat lain yang diperoleh peserta adalah menambah teman baru, dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat bertukar pengalaman tentang pengalaman pribadi, menambah pengetahuan dan wawasan, mengurangi kesulitan yang sedang dihadapi, katarsis, beban pikiran berkurang, mengetahui cara serta teknik untuk menghadapi masa depan, dapat tidur nyenyak, menambah masukan tentang diri sendiri, tidak merasa sendiri, memotivasi diri dalam menghadapi masalah, lebih disiplin diri, dan belajar menghargai dan mempertahankan pendapat.

(8)

6. Secara umum penilaian peserta terhadap pelaksanaan pelatihan baik dari segi materi, pemandu, waktu dan fasilitas adalah cukup baik. Ada waktu untuk mengerjakan tugas di rumah memungkinkan mereka untuk mengeplikasikan ilmu yang telah diterima pada saat pelatihan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1). Pelatihan efikasi diri efektif menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi. (2). Diskusi kelompok tidak efektif dalam menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi, tetapi terjadi perbedaan penurunan stres antara pretes dan postes 1. (3). Tidak ada perbedaan efektivitas antara pelatihan efikasi diri dan diskusi kelompok. (4). Pelatihan memiliki ketahanan efektivitas perlakuan yang lebih lama dibandingkan dengan diskusi kelompok. (5).Berdasarkan analisis individual diskusi kelompok memberikan manfaat di antaranya mampu menambah rasa percaya diri dan optimis dalam hidup, menambah pengetahuan dan wawasan tentang skripsi, termotivasi dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam menyusun skripsi, memecahkan masalah-masalah skripsi dan mempunyai strategi pemecahan masalah yang digunakan di masa yang akan datang, berbagi pengalaman dan mengurangi beban pikiran sehingga dapat tidur nyenyak, tidak merasa sendiri dan dapat dukungan dari orang lain, mengurangi kecemasan berbicara di depan umum, tahu mengatur waktu dan termotivasi untuk disiplin diri. (6). Berdasarkan analisis individual pelatihan efikasi diri memberikan manfaat di antaranya mengetahui potensi diri, mengatur waktu, menambah wawasan tentang penulisan skripsi, optimis dan yakin dalam menyelesaikan skripsi dan pekerjaan lain, sadar kekurangan diri dan termotivasi untuk belajar, berani menghadapi masalah dan mengetahui strategi mengatasi masalah-masalah skripsi dan

masalah-masalah hidup.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1). Kepada fakultas atau unit skripsi, pelatihan efikasi diri terbukti efektif menurunkan stres bagi mahasiswa yang sedang skripsi. Oleh karena itu pelatihan efikasi diri perlu diberikan kepada mahasiswa yang sedang skripsi dan mengalami stres. (2). Kepada mahasiswa yang sedang skripsi, selama skripsi mahasiswa hendaknya mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah wawasan tentang skripsi, misalnya ke perpustakaan, diskusi dengan dosen atau teman dan mempunyai kelompok belajar sesama skripsi. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu memotivasi diri dan tetap fokus dan komitmen untuk menyelesaikan skripsi. (3). Kepada dosen pembimbing skripsi, perhatian dan dukungan dosen pembimbing sangat membantu untuk kelancaran skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa merasa diperhatikan dan termotivasi untuk mengerjakan skripsinya. (4). Kepada peneliti selanjutnya, peneliti yang tertarik melakukan penelitian dengan metode eksperimen sebaiknya menggunakan skala berbeda yang paralel. Proses belajar akan terjadi dan akan mengalami perubahan ketika subjek diminta mengisi skala yang sama. Selain itu ada kecenderungan dari subjek tidak sungguh-sungguh dalam mengisi skala karena merasa sudah pernah mengisi skala tersebut. Hasil atau jawaban subjek menjadi tidak valid karena tidak mengukur keadaan yang sebenarnya dari diri subjek. Sejak tahun akademik 2005/2006 di Fakultas Psikologi UAD mata kuliah TPS (Teknik Penulisan Skripsi) mulai diberlakukan. Bagi peneliti yang tertarik meneliti stres pada mahasiswa yang sedang skripsi diharapkan meneliti lebih lanjut, setelah diberlakukan TPS ada atau tidak perubahan tingkat stresnya.

(9)

Daftar Pustaka

Afiatin, T. 1996. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Ancok, J. 2005. Experience & Case Based Teaching. Hand out (tidak diterbitkan).

Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Bandura, A. 1997. Self Efficacy.The Exercise of acontrol. New York: W.H. Freeman and Company.

Jex, S. M dan Bliese, P. D. 2001. The Impact of Self Efficacy on Stressor Strain Relation: Coping Style as Explanatory Mechanism. Journal of Applied Psychology, Vol 86, No.3, 401-409 Johnson, D.W. & Johnson F. P. 2000. Joining

Together. Group Theory and Group Skills. Boston: Allyn & Bacon.

Pajares, F. 2002. Overview of Social Cognitive Theory and of Self-efficacy. Tanggal akses 27 Juli 2004 dalam http:// www.emory.edu/EDUCATION/ mfp/eff.html.

Prawitasasi, Y. S. 1988. Pengaruh Relaksasi terhadap Keluhan Fisik- Suatu Studi Eksperimental. Laporan Penelitian

(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Prawitasari, Y. S. 1992. Pendekatan Kelompok dalam Konseling dan Psikoterapi.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Prokop, C. K., Bradley, L. A.,Burish, T. G., Anderson, Ko & Fox J. E.1991. Health Psychology, Clinical Metods & Research.

New York: Macmillan Publishing. Rickard, J. 2000. Relaksasi untuk Anak-anak.

Jakarta: PT. Grasindo.

Sarafino, E. P. 1998. Health Psycholog- Bio Psychosocial Interactions. Third Edition. New York: John Wiley & Sons. Inc. Sugiyanto. 1995. Rancangan Eksperimen.

Handout Kuliah. Program Studi Psikologi. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data rantai pasok pembelian bahan baku, proses subkontraktor hingga ke proses penyimpanan di gudang, kemudian ditelusuri lebih dalam untuk mendapatkan

 Oleh karena dalam PPR siswa diajak mengolah bahan secara mendalam, diajak merefleksikan secara mendalam apa artinya semua itu baik bagi hidupnya maupun

Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) diduga berpengaruh terhadap produksi padi organik sebab kegiatan-kegiatan dalam budidaya padi organik di daerah penelitian lebih

Namun, ... sampai sekarang tentunya masih ada orang-orang pendukung konsep “asimilasi”, Harry Tjan Silalahi, 80 tahun, sekalipun diakhir katanya mengakui: “Siauw

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Bima pembangunan nasional.. Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan leverage terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility sebagai

Number 2 Hasil penilaian tarif biaya administrasi yang dikenakan terhadap peminjaman sebesar persentase dari pinjaman diberikan Nilai tarif Denda (%) Number 2

Apa yang telah dituliskan dalam modul ini hanyalah beberapa contoh pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran matematika di sekolah sehingga diharapkan guru dapat