• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI JENIS POHON PENYUSUN JALUR HIJAU BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA SAMARINDA. Oleh: ROBIAMUS NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI JENIS POHON PENYUSUN JALUR HIJAU BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA SAMARINDA. Oleh: ROBIAMUS NIM"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

ROBIAMUS

NIM. 100500032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(2)

Oleh:

ROBIAMUS

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(3)

Judul Karya Ilmiah : INVENTARISASI JENIS POHON PENYUSUN JALUR HIJAU BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA SAMARINDA

Nama : Robiamus

NIM : 100500032

Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I Penguji II

Ilyas Teba, S. Hut. MP Ir. Suparjo. MP Agustina Murniyati S. Hut. MP NIP. 196811191998021001 NIP. 196208171989031003 NIP. 197208031998022001

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Hutan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP NIP. 196108121988031003 NIP. 196308051989031005

(4)

ROBIAMUS. Inventarisasi Jenis Pohon Penyusun Jalur Hijau Beberapa Ruas Jalan Utama Di Kota Samarinda (dibawah Bimbingan ILYAS TEBA).

Jalur hijau merupakan salah satu fasilitatas yang diperlukan sebagai sarana kenyaman kota. Dengan adanya jalur hijau yang memadai maka slogan Samarinda sebagai kota teduh, rapi, indah dan nyaman dapat terpenuhi.

Adapun tujuan penelitian ini adalah menginventarisir jenis dan kondisi pohon penyusun jalur hijau di ruas jalan Jl. Slamet Riyadi, Jl. RE Martadinata dan Jl. Gajah Mada. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dari tanggal 01 Januari sampai dengan 30 Pebruari 2013 meliputi kegiatan persiapan penelitian, indentifikasi data dilapangan, inventarisasi jenis dan jumlah pohon, pengukuran dimensi pohon, pengolahan data dan pelaporan. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang mendominasi pada jalur Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan Gadjah Mada. Metode yang digunakan adalah dengan inventarisasi secara sistematik sampling dengan pohon yang dipilih sebagai sampel setiap interval 20m.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data Jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan Gadjah Mada memiliki panjang keseluruhan 4.900 meter, lebar 8 meter dan luas 39.200 m2. Luas penutupan tajuk beberapa jenis pohon yang ada pada kiri, Kanan dan median jalan tepi jalan adalah sebagai berikut angsana dengan rataan luas penutupan tajuk pohon adalah 8408,8m2, jumlah pohon 457, prosentase 57,59%. Jenis trembesi rataan luas penutupan tajuk pohon adalah 6141,5m2, jumlah pohon 355, prosentase 42,06 jenis beringin rataan luas penutupan tajuk pohon adalah 50,4m2, jumlah pohon 2, prosentase 0,35%. Perbandingan antara luas jalan dengan luas penutupan tajuk pohon seluruhnya adalah 37,25%.

(5)

ROBIAMUS. Lahir pada tanggal 11 Juli 1988 di Kampung Dilang Puti Kecamatan Bentian Besar Kabupaten Kutai Barat. Merupakan anak

kelima dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Dikit dan Ibu

Pelem.

Pada tahun 1998 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 005 Dilang Puti dan lulus pada tahun 2004, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Sendawar Dilang Puti dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Sendawar Muara Lawa dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mengambil Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian.

Pada tanggal 7 Maret 2013 sampai 1 April 2013 mengikuti Kegiatan Praktek Kerja Lapang di Dinas Kehutanan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, hidayah dan petunjuk-Nyalah Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan.

Pada Kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ilyas Teba, S. Hut, MP selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak

memberikan bimbingan baik dari awal penelitian hingga penyusunan Karya Ilmiah

ini.

2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda yang telah memberikan ijin

tempat untuk melakukan penelitian.

3. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP, selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan.

4. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

5. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samrinda

6. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan Doa.

7. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan Doa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini tentunya masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran penulis terima dengan terbuka. Penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Penulis

(7)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Tinjauan Umum Jalur Hijau Jalan ... 3

B. Tinjauan Umum Tentang Pohon ... 4

C. Kestabilan dan Derajat Kerampingan Pohon... 6

D. Pengukuran Diameter Pohon ... 7

E. Pengukuran Tinggi Pohon... 8

F. Pengukuran Lebar Tajuk Pohon ... 9

G. Pemeliharaan ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 11

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Prosedur Penelitian ... 13

D. Analisis Data... 15

IV. HASI DAN PEMBAHASAN ... 16

A. Hasil ... 16

B. Pembahasan... 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 22

A. Kesimpulan ... 22

B. Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA... 23

(8)

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Cara Pengukuran Diameter Tajuk... 2. Gerafik Luas Penutupan Tajuk Pohon Lahan Pada Jalur Hijau...

Lampiran

3. Pengukuran Diameter Pohon di Pinggir Median Jalan... 4. Pengukuran Diameter Pohon di Tengah Median Jalan... 5. Pengukuran Lebar Tajuk Pohon Trembesi di Pinggir Median

Jalan... 6. Pohon Trembesi yang Mengancam Kabel Listrik dan

Kabel Telpon... 7. Pohon Angsana yang Mengancam Pengguna Jalan... 8. Pohon Angsana yang Mengancam Bangunan Air...

(9)

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan

Gadjah Mada... 2. Luas Penutupan Tajuk Beberapa Jenis Pohon Yang Ada

Pada Median Jalan... 3. Persentase Jumlah Sampel per Jenis Pohon... 4. Jenis Dan Jumlah Pohon Yang Mengancam Sarana Fisik...

Lampiran 5. Pengukuran Tinggi Pohon Angsana,

Trembesi dan Beringin... 6. Jenis Penyusun dan Dimensi Pohon Angsana,

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

Kota hijau merupakan kota idaman bagi sebagian besar masyarakat dunia. Kota hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupannya. Kota hijau harus bisa menunjang kehidupan bagi warga dan unsur lainnya seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan sarana fisik lainnya. Unsur-unsur ini saling terkait satu sama lain sehingga memberikan fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan bagi seluruh penghuninya. Kota Samarinda adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibukota provinsi Kalimantan Timur. Sebagai Ibukota Provinsi Samarinda harus memberi contoh terbaik bagi Kabupaten dan Kota yang berada di Provinsi Kaltim dalam segala hal termasuk pengelolaan lingkungan. Namun ternyata sampai saat ini Kota Samarinda masih tertinggal dengan beberapa Kabupaten atau Kota lainnya yang berada di Provinsi Kaltim dalam hal pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu maka tahun 2012 Kota Samarinda berbenah besar-besaran untuk bisa merebut Adipura sebagai indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan. Samarinda terkenal sebagai kota Tepian (Teduh, Rapi, Indah Aman dan Nyaman). Kota ini juga terkenal sebagai kota HBS (Hijau, Bersih dan Sehat). Dengan semboyan ini maka keberadaan ruang terbuka hijau termasuk di dalamnya adalah jalur hijau menjadi prasyarat yang harus dipenuhi dan terjaga keberadaannya.

Jalur Hijau merupakan jalur yang berada pada bahu kiri, tengah atau kanan jalan. Jalur ini sebagian besar wilayahnya diisi tanaman.

Tanaman yang di tanam pada jalur hijau bisa berupa pohon, bunga atau perdu. Semua tanaman yang berada di jalur hijau harus ditata, dirawat, dipupuk disiram, dan dipangkas. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemantauan

(11)

terhadap pertumbuhannya agar selalu memberikan kenyamanan bagi semua pengguna.

Pemantauan pertumbuhan tanaman jalur hijau terutama yang berukuran pohon dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran diameter, tinggi. Data ini bisa dijadikan dasar untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan tanaman-tanaman yang berada pada jalur hijau.

Adapun tujuan penelitian ini adalah menginventarisir jenis dan kondisi pohon penyusun jalur hijau di ruas jalan Jl. Slamet Riyadi, Jl. RE Martadinata dan Jl. Gajah Mada.

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang mendominasi pada jalur Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan Gadjah Mada

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang di tanam pada pinggiran jalur, pergerakan di samping kiri-kanan jalan median. Jalur hijau yang penuh dengan pepohonan, selain untuk bersarang aneka satwa, seperti burung, kupu-kupu, kumbang dan sebagainya, juga berfungsi sebagai pengontrol iklim mikro, konservasi air dan tanah, penahan angin dan penyaring sinar matahari, serta fungsi produktif maupun estetika.

Fungsi jalur hijau sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, pelindung bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi suhu udara, selain itu, akar pepohonan dapat menyerap air hujan sebagai cadangan air tanah dan dapat menetralisir limbah yang dihasilkan dari aktifitas perkotaan. (Irwan 1997).

Salah satu bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan, yaitu daerah sisi jalan, median jalan, dan pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan, dan perlindungan terhadap bentukan alam Carpenter (1975).

Menurut Carpenter (1975), median jalan berfungsi sebagai rintangan atau penuntun arah untuk mencegah tabrakan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan dan mengurangi silau lampu kendaraan dengan menempatkan tanaman pada kepadatan dan ketinggian yang tepat.

(13)

B. Tinjauan Umum Tentang Pohon

Pohon merupakan pokok tumbuhan yang berkayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Pohon didefinisikan sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu yang mempunyai batang utama tunggal dan mencapai tinggi 6 meter atau lebih dengan diameter lebih dari 10 cm (Irawati 1991).

Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan yang berkayu dan terbagi menjadi dua kelompok tumbuhan (Irawati 1991):

1. Pertama kelompok pohon berakar tunjang (dikotil) terdiri dari batang pohon merupakan batang utama yang tumbuh tegak tajuk pohon, akar dan akar tunjang berfungsi untuk memperkokoh berdirinya pohon. Batang pohon merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama dengan bagian akar sebagai penyerap air dan mineral. Cabang adalah juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dan berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang dibalut dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan, dan cabang yang lebih kecil ialah ranting dan daun untuk ber fotosintesis.

2. Kedua kelompok pohon berakar serabut (monokotil) terdiri dari pohon, akar, pelepah dan daun, pohon berakar serabut tidak bercabang contoh pohon kelapa. Pohon dibedakan dari semak. Semak juga memiliki batang berkayu, dan bentuknya jauh lebih kecil dibanding dengan bentuk pohon.

Demikian juga pisang bukan pohon karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari pada pohon

(14)

karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.

Pertumbuhan pohon sangat dipengaruhi oleh jenis dan dimana dia tumbuh. Jenis pohon berkaitan erat dengan faktor genetis atau disebut juga faktor keturunan. Walaupun beberapa pohon dengan jenis yang sama, tetapi berasal dari induk yang berlainan, pertumbuhan masing-masing pohon tersebut akan berlainan pula. Adapun 3 (tiga) bagian utama pohon yaitu akar, batang dan tajuk.

Menurut (Arief 2001), klasifikasi pohon ada beberapa antara lain sebagai berikut :

1. Klasifikasi berdasarkan ukuran

a) Tingkat semai, apabila pohon mempunyai tinggi sampai 1,5 meter. b) Tingkat pancang, apabila pohon mempunyai tinggi > 1,5 dengan

diameter 10 cm.

c) Tingkat tiang, apabila pohon mempunyai diameter 10-19 cm. d) Tingkat pohon inti, apabila pohon mempunyai diameter > 50 cm. 2. Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon

a) Dominan yaitu pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan.

b) Kodominan yaitu pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk.

c) Tengahan yaitu pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau terjepit dan menerima sinar matahari bagian atas dan bagian samping menerima sinar sebagian kecil atau tidak sama sekali.

d) Tertekan yaitu pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar atau tidak menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun dari samping.

(15)

C. Kestabilan dan Derajat Kerampingan Pohon

Kestabilan tegakan merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu tegakan untuk mencapai kondisi stabil (standar keberhasilan reforestasi) dari saat penanaman sampai menjadi struktur dan fungsi tegakan stabil (rona awal). Untuk menggambarkan kestabilan tegakan terhadap cuaca, khususnya angin yang kencang, digunakan perbandingan tinggi total dan diameter. Semakin tinggi nilai ini semakin rentan tegakan tersebut terhadap terpaan angin, semakin rendah maka tegakan semakin kokoh (Kaban 2007).

Derajat kerampingan (h/d) adalah perbandingan tinggi total pohon dan diameter setinggi dada yang menunjukkan derajat kerampingan pohon atau tegakan. Untuk mendapatkan derajat kerampingan dapat digunakan tinggi dan diameter berdasarkan bidang rataan. Nilai h/d merupakan suatu indikator untuk kestabilan tegakan.

Menurut Burschel dan Huss (1987) dalam Ruchaemi (1988) pohon-pohon dengan nilai h/d 100 adalah sangat tidak stabil, antara 80-100 tidak stabil sedangkan < 80 adalah stabil. Contoh perkembangan nilai h/d untuk tegakan Eucalyptus deglupta di PT. ITCI oleh (Ruchaemi 1988) menunjukkan bahwa nilai h/d untuk plot yang tidak dijarangi berkisar antara 114 dan 127 dengan nilai rataan 121 sedangkan pada plot yang dijarangi rataannya adalah 122. Bila dikaitkan dengan definisi di atas maka terlihat bahwa angka tersebut menunjukkan ketidak stabilan tegakan.

Namun harus diingat bahwa Leda merupakan jenis bagur sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Angka tersebut akan sangat berbahaya apabila dilokasi ada gangguan angin kencang.

(16)

Nilai h/d (derajat kerampingan) merupakan nilai yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kestabilan tegakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pohon-pohon dengan nilai h/d yang rendah mempunyai riap tahunan berjalan (CAI) yang setelah penjarangan memperlihatkan kenaikkan yang besar dibandingkan dengan pohon-pohon yang nilai h/d nya lebih besar (Abetz 1976).

D. Pengukuran Diameter Pohon

Diameter adalah panjang garis lurus antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat. Diameter pohon merupakan diameter setinggi dada yang diukur pada ketinggian 1,3 m. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur sehingga diperoleh keliling pohon. Selanjutnya dengan menggunakan rumus keliling lingkaran, akan diperoleh diameter pohon (Anonim, 2009).

Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan pengukuran pada diameter pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut. Diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas diameter tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.

Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu.

(17)

Adapun kegunaan data diameter adalah sebagai berikut: 1. Menghitung luas bidang dasar (lbds), dan volume pohon

2. Sebagai penduga dimensi pohon/tegakan lainnya (contoh tinggi, volume, biomassa).

3. Pengaturan penebangan pohon dengan batas diameter tertentu (misal: dalam TPTI minimal 50 cm)

4. Mengetahui struktur (horizontal) tegakan.

E. Pengukuran Tinggi Pohon

Tinggi pohon adalah jarak terpendek antara suatu titik (pada pohon) dengan titik proyeksinya pada bidang datar (permukaan tanah). Seringkali dirancukan dengan panjang. Panjang adalah jarak yang menghubungkan antara dua titik pada batang yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus. Adapun klasifikasi tinggi pohon adalah sebagai berikut (Anonim 2009):

1. Tinggi total adalah jarak antara titik pucuk pohon dengan proyeksinya pada bidang datar.

2. Tinggi bebas cabang adalah jarak antara titik lepas dahan atau lepas cabang atau batas tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar.

3. Tinggi sampai batas diameter tertentu tergantung tujuan dan kegunaan. Jenis pengukuran tinggi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sebagai berikut : 1. Pengukuran secara langsung:

a) Memanjat pohon

b) Menggunakan tongkat ukur 2. Pengukuran secara tidak langsung:

(18)

Pengukuran dilakukan dengan clinometer dan yang dibaca adalah kelerengan dalam satuan % (tidak boleh dalam satuan derajat). Dimana htop adalah pembacaan clinometer (%) pada tinggi total, hbase adalah pembacaan clinometer (%) pada ketinggian 1,5 m dari tanah dan hpole adalah pembacaan clinometer (%) pada ujung tongkat.

F. Pengukuran Lebar Tajuk Pohon

Tajuk adalah bentuk alami dari struktur percabangan dan diameter tajuk. Tajuk adalah keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama. Pengertian lainnya juga mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu berupa semak atau terna. Kanopi terbentuk dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang melingkupi suatu area. Istilah tajuk dipakai biasanya untuk menggambarkan morfologi atau ekologi suatu komunitas pepohonan (Widyastama 1991).

Bentuk tajuk bermacam-macam dan sering kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh proses adaptasi dan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempatnya tumbuh. Pengukuran terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan efisiensi fotosintesis yang dilakukannya. Diameter tajuk diukur berdasarkan proyeksi kedua tepi tajuk tegak lurus bidang datar tanah.

G. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal jalur hijau dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu, pemeliharaan juga bertujuan agar suatu areal

(19)

lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman (Arifin, 2009).

Menurut Sternloff dan Warren (1984) dalam Ruchaemi (1988) terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan:

1. Sistem pemelihaan unit (unit maintenance), yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemeliharaan sendiri.

2. Sistem tim pemeliharaan khusus (specialized maintenance crew), yaitu pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya.

3. Sistem pemeliharaan secara kontrak (maintenance by contract), yaitu pemeliharaan diserahkan pada kontraktor sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut Sternloff dan Warren (1984) dalam Ruchaemi (1988) tujuan kegiatan pemeliharaan adalah menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Menetapkan prinsip-prinsip operasi.

2. Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan pada beberapa jalur hijau ruas jalan utama Kota Samarinda yaitu Jl. Selamet Riyadi, Jl. RE Martadinata dan Jl. Gajah Mada.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini kurang lebih 2 bulan (Januari-Februari 2013) meliputi kegiatan: orientasi lapangan, persiapan alat, pengambilan data dan pembuatan laporan.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Camera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan

b. Alat tulis menulis untuk mencatat hasil penelitian

c. Meteran untuk mengukur lebar jalan, lebar penutupan tajuk dan lebar jarak tanam phon di tengah median jalan

d. Clinometer untuk mengukur tinggi pohon e. Tongkat tinggi 4 meter

f. Phiband, untuk mengukur diameter pohon g. Laptop, untuk penyusunan laporan karya ilmiah

(21)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Tally sheet untuk data pohon

b. Pohon

C. Prosedur Penelitian

1) Persiapan

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengajukan surat izin penelitian ke instansi terkait yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda (DKP)

c. Melampirkan proposal penelitian

d. Melakukan pengecekan/tinjauan lokasi untuk kesiapan penelitian di lapangan

2) Pengukuran tinggi pohon

Pohon pertama yang menjadi sampel dipilih dengan cara ditentukan, sedangkan sampel pohon berikutnya dipilih setiap jarak 20 meter dari pohon sebelumnya. Tinggi total pohon (Tt) diukur dengan clinometer menggunakan bantuan galah setinggi 4 meter. Kelerengan puncak pohon (Ht), puncak galah (Hp) dan pangkal pohon (Hb) diukur menggunakan clinometer dengan satuan persen.

Rumus Tinggi Pohon: Tt = ( ht – hb) x 4m. (Departemen Manajemen Hutan) hp – hb

3) Pengukuran diamater pohon.

Diameter pohon diukur setinggi dada atau pada ketinggian 1,3 meter di atas permukaan tanah menggunakan phiband.

(22)

Lebar tajuk diukur menggunakan meteran. Diameter tajuk diukur dua kali yaitu diameter terbesar dan diameter terkecil. Pada sisi diameter terbesar diukur dari pangkal batang menuju proyeksi tegak lurus tepi tajuk. Selanjutnya dengan arah yang berlawanan dengan pengukuran pertama dilakukan pengukuran berikutnya dengan cara yang sama. Lebih jelas cara pengukuran diameter tajuk seperti pada Gambar 1. Ruchaemi (1988). Selanjutnya untuk mendapatkan nilai diameter tajuk diperoleh dari (D1+D2)/2, dimana D1 adalah diameter terpanjang dan D2 diameter terpendek dengan satuan meter.

Gambar 1. Cara Pengukuran Diameter Tajuk 5) Kestabilan pohon dan derajad kerampingan pohon

Untuk mendapatkan nilai kestabilan dan derajad kerampingan pohon diperoleh menggunakan rumus H/D, dimana H adalah tinggi total pohon dan D adalah nilai diameter pohon satuanya adalah %.

6) Penentuan indikator kerawanan pohon

Kerawanan pohon adalah kondisi dimana pohon dianggap membahayakan bagi keselamatan manusia, keadaan fisik bangunan dan keselamatan fasilitas umum lain seperti saluran air, jaringan kabel listrik, kabel telepon dan bangunan fisik lainnya.

D1 D2 2 2 1 1

(23)

Selanjunya yang menjadi indikator kerawanan pohon antara lain, kestabilan pohon, kondisi fisik pohon (miring atau tegak), kesehatan pohon (growong).

D. Analisis Data

Selanjutnya data hasil perhitungan dilakukan analisis untuk mengetahui persentase tutupan tajuk terhadap luas permukaan jalan, tingkat kerawanan pohon terhadap manusia dan bangunan menggunakan indikator tingkat kerawanan pohon dan kondisi jalur hijau bagaimana kontribusi secara umum terhadap keteduhan, kerapian, keindahan, kenyamanan kota.

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan Gadjah Mada

No Nama Jalan Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)

1. Jl. Selamet Riyadi 2.900 8 23.200 2. Jl. RE. Martadinata 1.000 8 8.000 3 Jl. Gadjah Mada 1.000 8 8.000 Total 4.900 8 39.200

Tabel 1 di atas diketahui bahwa luas ketiga ruas jalan yang menjadi obyek penelitian yaitu sepanjang Jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinta dan Gadjah Mada adalah 39.200 m2.

Tabel 2. Luas Penutupan Tajuk Beberapa Jenis Pohon Sepanjang Jl Selamet Riyadi, Jl.RE Martadinata dan Jl. Gadjahmada

Nomor Jenis Pohon

Rataan Luas Tajuk (m2) Jumlah Pohon (N) Luas Penutupan Tajuk (m2) Persentase Tutupan Tajuk (%) 1 Angsana 18,4 457 8408,8 57,59 2 Beringin 25,2 2 50,4 0,35 3 Trembesi 17,3 355 6141,5 42,06 T o t a l : 814 14600,7 100,00

Dari Tabel 2 di atas nampak bahwa jalur hijau di jalan Selamet Riyadi, Gajah Mada dan RE. Martadinata luas penutupan tajuk didominasi oleh jenis angsana (Pterocarpus indicus) dan kemudian trembesi (Samanea saman), dengan Persentase penutupan tajuk adalah 57,59% dan 42,06%.

(25)

Untuk lebih jelas ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Gerafik Luas Penutupan Tajuk Pohon Lahan Pada Jalur Hijau Tabel 3. Persentase Jumlah Sampel per Jenis Pohon.

No Jenis Jumlah Pohon Sampel (n) Jumlah Pohon Seluruhnya (N) Intensitas Sampel % Persentase Jenis % 1 Angsana 38 457 4,67 56,14 2 Beringin 2 2 0,25 0,25 3 Trembesi 20 355 2,46 43,61 TOTAL 60 814 7,37 100,00

Dari Tabel 3 di atas berdasarkan jumlahnya nampak bahwa pohon-pohon yang berada di lokasi penelitian didominasi oleh jenis Angsana yaitu 56,14 % dan Trembesi 43,61%. Lebih jelas sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata kerampingan pohon adalah 39,17%.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

Angsana Beringin Trembesi 57,59

0,35

(26)

Tabel 4. Jenis Dan Jumlah Pohon Yang Mengancam Sarana Fisik Dan Pengguna Jalan. No Jenis Jumlah Pohon yang mengancam Jumlah Sampel (n) Mengancam Sarana Fisik Persentase 1 Angsana 22 38 Listrik, kabel telpon, bangunan air, Pengguna jalan 36,6

2 Beringin 2 2 Pengguna jalan,

listrik

3,3

3 Trembesi 15 20 Bangunan air,

Pengguna jalan

25

TOTAL 39 60 64,9

Dari Tabel 4 nampak bahwa pohon-pohon yang berada di median jalan sudah mengancam sarana fisik dan pengguna jalan.

(27)

B. Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa luas ketiga ruas jalan yang menjadi obyek penelitian yaitu sepanjang Jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinta dan Gadjah Mada adalah 39.200 m2. Kemudian berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa luas tutupan tajuk adalah 14.600,7 m2. Dengan demikian persentase tutupan tajuk pada lahan jalur hijau di lokasi studi adalah 37,25%. Sementara itu berdasarkan Surat keputusan Walikota Samarinda Nomor 178/HAK/2005 dinyatakan bahwa luas hutan kota termasuk di dalamnya jalur hijau adalah minimal 10 %. Jika mengacu kepada Surat Keputusan tersebut, maka kondisi tutupan lahan di jalur hijau tersebut telah memenuhi batas minimal. Oleh karena itu kondisi jalur hijau di lokasi penelitian dapat dikatakan baik.

Kemudian dari Tabel 3 terlihat bahwa jenis pohon yang ada di lokasi penelitian didominasi oleh jenis angsana dan trembesi. Secara estetika kedua jenis tersebut memiliki nilai estetika yang baik serta pertajukannya rindang. Namun dari sisi keamanan terhadap bangunan yang ada di sekitarnya, berdasarkan pengamatan jenis trembesi nilai merusak bangunan di sekitarnya. Dengan demikian akan lebih aman jika jalur hijau dekat bangunan ditanam jenis Angsana. Sementara jenis trembesi sebaiknya ditanam pada jalur hijau yang jauh dari bangunan.

Berdasarkan nilai kestabilan pohon diperoleh nilai 39,17%. Nilai ini mengindikasikan bahwa kondisi pohon-pohon di lokasi penelitian memiliki kestabilan sangat baik, hal ini dikarenakan secara berkala pohon-pohon tersebut dilakukan pemangkasan oleh fihak Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota. Jadi dari sisi nilai kestabilan pohon maka pohon-pohon yang berada di lokasi penelitian sangat aman.

(28)

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kondisi pohon-pohon yang ada di lokasi jalur hijau tersebut mampu mendukung program pemerintah kota Samarinda yaitu mampu menciptakan suasana kota yang teduh, rapi, indah, aman dan nyaman.

Mengenai ancaman keberadaan pohon jenis angsana di median jalan yang mengancam sarana fisik dan pengguna jalan sekitar 36,6%, pohon jenis beringin yang mengancam jaringan Listrik dan kabel telpon, bangunan air, pengguna jalan sekitar 3,3 % dan jenis trembesi yang mengancam pengguna jalan, listrik, bangunan air yaitu 25 %.

Para perencana kota masih kurang menyadari pentingnya penyediaan hutan kota. Pemerintah Kota Samarinda justru lebih menitik beratkan pada pembangunan gedung, pusat perbelanjaan, hotel, restoran, dan lain-lain yang memang menghasilkan keuntungan finansial.

Jalur hijau sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), harus mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk mewujudkan Samarinda menjadi kota yang berwawasan lingkungan. Bagaimanapun, penduduk Kota Samarinda berhak untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman, sehat, dan estetis. Oleh karena itu, mereka perlu mendapat perlindungan dari berbagai masalah lingkungan yang merugikan.

Salah satu cara untuk mencapai peningkatan kualitas lingkungan adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas penghijauan kota yang perlu ditingkatkan bentuk dan strukturnya menjadi hutan kota.

Jalur hijau sebagai unsur RTH diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan di perkotaan dengan menyerap dampak negatif yang disebabkan oleh aktivitas perkotaan. Penciptaan hutan kota pada kota-kota besar di

(29)

Indonesia menyiratkan kepekaan lingkungan yang tinggi dari pihak penentu kebijakan, dan merupakan gebrakan terobosan yang berani.

Pohon-pohon yang ditanam di median jalan perlu mendapt pemeliharaan secara berkala demi keselamatan pengguna jalan. Pemeliharaan pohon menurut Weiner (1992) yaitu penyiraman (watering), pemupukan (fertilizing), pengendalian parasit (parasites and their control), dan perlakuan mekanik (mechanical treatments) yang terdiri dari pemangkasan (pruning) dan semenisasi (filling cavaties).

Salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang wajib dilakukan secara berkala adalah pemangkasan. Pemangkasan perlu dilakukan pada pohon yang mengalami patah cabang, seperti trembesi mati dan lain-lain yang mengancam pengguna jalan dan ukuran pohon sesuai dengan yang diinginkan dalam suatu lanskap.

Pemangkasan berkala ini telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda. Hal ini terlihat saat penelitian ini dilakukan, ada kegiatan pemangkasan terhadap jenis angsana, karena telah mengancam jaringan listrik dan kabel telepon. Masih ada beberapa titik yang perlu dilakukan pemangkasan di sepanjang jalan Selamet Riyadi, RE. Martadinata dan Gadjah Mada terutama pada jenis trembesi dan beringin yang tajuknya telah menutupi sebagian jalan.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan:

1. Jenis yang dominan di Median jalan Selamet Riyadi, Gajah Mada dan RE. Martadinata adalah jenis angsana (Pterocarpus indicus) kemudian trembesi (Samanea saman), dengan prosentase penutupan tajuk adalah 57,59 % dan 42,06%.

2. Pohon-pohon yang berada di median jalan Selamet Riyadi, Gajah Mada dan RE. Martadinata sudah ada yang mengancam sarana fisik dan pengguna jalan

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Inventarisasi Jenis Pohon Penyusun Jalur Hijau Beberapa Jalan Utama lain di Kota Samarinda untuk mengetahui jenis dan kerapatan tegakan serta dimensi pohon penyusunan jalur hijau kota Samarinda.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abetz, 1976 Riap Dan Pertumbuhan Gemelina Arborea Roxb Di Unit HTI PT Taman Daulat Wananusa Proseding Jaringan Kerja Litbang Terpadu Perusahaan HTI Patungan Lingkup PT Inhutani I, Jakarta.

Anonim, 2009. Silvika. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor.

Arifin, 2009. Pembentukan Hutan Normal Tidak Seumur Sebagai Strategi Pembenahan Hutan Alam Pproduksi Menuju Menuju Pengolahan Hutan Lestari Di Indonesia. Sebuah Analisis Dalam Ilmu Manajemen Hutan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Manajemen Hutan. Fahutan IPB. 29 Mei, 1999

Carpenter (1975). Pengaruh Pemangkasan Dan Letak Tapak Terhadap Pertumbuhan Bidang Dasar Tegakan Muda Mangium Di Areal HPHTI PT Intraca Hutan Lestari Kabupaten Bulungan Kaltim.

Febriani, 2013. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Riap Acacia Mangium Willd Di PT ITCI. Skripsi Fahutan Unmul.

Kaban, 2007. Laporan Penelitian Pertumbuhan Tegakan Campuran Acacia Mangium Dan Eucalyptus Deglupta Di PT ITCI. Universitas Mulawarman.

Irawati, 1991. Studi Pemeliharaan 10 Jenis Tanaman Untuk Pengembangan Hutan Perkotaan Di Kawasan Pabrik Semen. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

IrwanZ. D, 1997. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian. Dirjen Kehutanan.

Ruchaemi (1988). Lapora Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kalimantan Timur Bapedalda Propinsi Kaltim.

Weiner (1992). Gagasan Pengembangan Dan Analisis Vegetassi Kelompok Hutan Lempake Menjadi Suatu Cagar Biosfer. Skripsi Fahutan Unmul Widyastama R, 1991. Ilmu Ukur Kayu Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

(32)
(33)

Gambar 2. Pengukuran Diameter Pohon di Pinggir Median Jalan

(34)

Gambar 4. Pengukuran Lebar Tajuk Pohon Trembesi di Pinggir Median Jalan

(35)

Gambar 6. Pohon Trembesi Yang Mengancam Pengguna JalanGambar 7.

(36)

Tabel 5. Pengukuran Tinggi Pohon Angsana, Trembesi dan Beringin

No Htop Hpole Hbase

4 (M) Tinggi Tongkat Tinggi Total (M) Diameter Kerampingan 1 40 20 15 4 20 164 7,32 2 30 20 15 4 12 34 35,29 3 30 20 15 4 12 33 36,36 4 30 20 15 4 12 35 34,29 5 30 20 15 4 12 35 34,29 6 30 20 15 4 12 34 35,29 7 30 20 15 4 12 33 36,36 8 30 20 15 4 12 27 44,44 9 30 20 15 4 12 25 48,00 10 30 20 15 4 12 26 46,15 11 30 20 15 4 12 28 42,86 12 30 20 15 4 12 35 34,29 13 40 20 15 4 20 35 57,14 14 40 20 15 4 20 33 60,61 15 40 20 15 4 20 34 58,82 16 40 20 15 4 20 33 60,61 17 40 20 15 4 20 34 58,82 18 40 20 15 4 20 35 57,14 19 40 20 15 4 20 35 57,14 20 40 20 15 4 20 32 62,50 21 40 20 15 4 20 29 68,97 22 40 20 15 4 20 28 71,43 23 40 20 15 4 20 35 57,14 24 40 20 15 4 20 35 57,14 25 40 20 15 4 20 35 57,14

(37)

Lanjutan Tabel 5.

No Htop Hpole Hbase

4 (M) Tinggi Tongkat Tinggi Total (M) Diameter Kerampingan 26 30 20 10 4 8 34 23,53 27 30 20 10 4 8 34 23,53 28 30 20 10 4 8 35 22,86 29 30 20 10 4 8 35 22,86 30 30 20 10 4 8 35 22,86 31 30 20 10 4 8 35 22,86 32 30 20 15 4 12 34 23,53 33 30 20 15 4 12 33 24,24 34 30 20 15 4 12 33 24,24 35 30 20 15 4 12 34 23,53 36 30 20 15 4 12 32 25,00 37 30 20 15 4 12 35 34,29 38 30 20 15 4 12 34 35,29 39 30 20 15 4 12 33 36,36 40 30 20 15 4 12 35 34,29 41 30 20 15 4 12 35 34,29 42 30 20 15 4 12 35 34,29 43 30 20 15 4 12 35 34,29 44 30 20 15 4 12 34 35,29 45 30 20 15 4 12 32 37,50 46 30 20 15 4 12 32 37,50 47 30 20 15 4 12 32 37,50 48 30 20 15 4 12 33 36,36 49 30 20 15 4 12 35 34,29 50 30 20 15 4 12 35 34,29

(38)

Lanjutan Tabel 5.

No Htop Hpole Hbase

4 (M) Tinggi Tongkat Tinggi Total (M) Diameter Kerampingan 51 30 20 15 4 12 35 34,29 52 30 20 15 4 12 34 35,29 53 30 20 15 4 12 33 36,36 54 30 20 15 4 12 32 37,50 55 30 20 15 4 12 25 48,00 56 30 20 15 4 12 26 46,15 57 30 20 15 4 12 35 34,29 58 30 20 15 4 12 34 35,29 59 30 20 15 4 12 35 34,29 60 30 20 15 4 12 35 34,29 Rata-rata 2350,15 39,17

(39)

Tabel 6. Jenis Penyusun dan Dimensi Pohon Trembesi, Angsana dan Beringin Pada Jalur Hijau

No Hari/Tanggal Jenis Pohon Diameter Lpt D1+D2 Luas Tajuk D1 D2 1 Hari Senin tanggal 01 Januari 2013 Sampai Dengan Hari Minggu Tanggal 20 Januari 2013 Trembesi (Samanea samanan) 164 2+3 5+4 14 38,5 2 Trembesi (Samanea samanan 34 3+3 2+5 13 33,2 3 Trembesi (Samanea samanan 33 4+4 2+2 12 28,3 4 Trembesi (Samanea samanan 35 2+3 2+2 10 19,6 5 Trembesi (Samanea samanan 35 2+2 2+3 9 15,9 6 Trembesi (Samanea samanan 34 3+2 2+1 8 12,6 7 Trembesi (Samanea samanan 33 2+3 2+2 9 15,9 8 Trembesi (Samanea samanan 27 2+2 2+2 8 12,6 9 Trembesi (Samanea samanan 25 3+2 2+2 9 15,9 10 Trembesi (Samanea samanan 26 3+3 3+3 12 28,3 11 Trembesi (Samanea samanan 28 2+2 2+2 8 12,6 12 Trembesi (Samanea samanan 35 2+2 2+2 8 12,6 13 Trembesi (Samanea samanan 35 2+3 2+3 8 12,6 14 Trembesi (Samanea samanan 33 2+4 2+4 8 12,6 15 Trembesi (Samanea samanan 34 2+2 2+2 8 12,6

(40)

Lanjutan Tabel 6.

No Hari/Tanggal Jenis Pohon Diameter Lpt D1+D2 Luas Tajuk D1 D2 16 Hari Senin tanggal 01 Januari 2013 Sampai Dengan Hari Minggu Tanggal 20 Januari 2013 Trembesi (Samanea samanan 33 2+2 2+2 8 12,6 17 Trembesi (Samanea samanan 34 2+4 2+4 8 12,6 18 Trembesi (Samanea samanan 35 2+4 2+4 8 12,6 19 Trembesi (Samanea samanan 35 2+4 2+4 8 12,6 20 Trembesi (Samanea samanan 32 2+4 2+4 8 12,6 21 Beringin (Ficus Benyamina) 29 2+4 2+4 8 12,6 22 Beringin (Ficus Benyamina) 28 2+4 2+4 8 12,6 23 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 24 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 25 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 26 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 3+3 3+3 12 28,3 27 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 3+3 3+3 12 28,3 28 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 29 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 30 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3

(41)

Lanjutan Tabel 6.

No Hari/Tanggal Jenis Pohon Diameter Lpt D1+D2 Luas Tajuk D1 D2 31 Hari Jumat Tanggal 01 Februari 2013 Sampai Dengan Hari Kamis Tanggal 28 Februari 2013 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 3+3 3+3 12 28,3 32 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 3+3 3+3 12 28,3 33 Angsana (Pterocarpus Indicus) 33 3+3 3+3 12 28,3 34 Angsana (Pterocarpus Indicus) 33 3+3 3+3 12 28,3 35 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 3+3 3+3 12 28,3 36 Angsana(Pte rocarpus Indicus) 32 3+3 3+3 12 28,3 37 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 38 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 2+2 2+2 8 12,6 39 Angsana (Pterocarpus Indicus) 33 2+2 2+2 8 12,6 40 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 41 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 42 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 43 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6

(42)

Lanjutan Tabel 6.

No Hari/Tanggal Jenis Pohon Diameter Lpt D1+D2 Luas Tajuk D1 D2 44 Hari Jumat Tanggal 01 Februari 2013 Sampai Dengan Hari Kamis Tanggal 28 Februari 2013 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 2+2 2+2 8 12,6 45 Angsana (Pterocarpus Indicus) 32 2+2 2+2 8 12,6 46 Angsana (Pterocarpus Indicus) 32 2+2 2+2 8 12,6 47 Angsana (Pterocarpus Indicus) 32 2+2 2+2 8 12,6 48 Angsana (Pterocarpus Indicus) 33 2+2 2+2 8 12,6 49 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 50 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 51 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 52 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 2+2 2+2 8 12,6 53 Angsana (Pterocarpus Indicus) 33 2+2 2+2 8 12,6

(43)

Lanjutan Tabel 6.

No Hari/Tanggal Jenis Pohon Diameter Lpt D1+D2 Luas Tajuk D1 D2 54 Hari Jumat Tanggal 01 Februari 2013 Sampai Dengan Hari Kamis Tanggal 28 Februari 2013 Angsana (Pterocarpus Indicus) 32 2+2 2+2 8 12,6 55 Angsana (Pterocarpus Indicus) 25 2+2 2+2 8 12,6 56 Angsana (Pterocarpus Indicus) 26 2+2 2+2 8 12,6 57 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 58 Angsana (Pterocarpus Indicus) 34 2+2 2+2 8 12,6 59 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 60 Angsana (Pterocarpus Indicus) 35 2+2 2+2 8 12,6 Total 1068,4

Gambar

Tabel 2. Luas Penutupan Tajuk Beberapa Jenis Pohon Sepanjang Jl Selamet  Riyadi, Jl.RE Martadinata dan Jl
Gambar 2. Gerafik Luas Penutupan Tajuk Pohon Lahan Pada Jalur Hijau  Tabel 3. Persentase Jumlah Sampel per Jenis Pohon
Tabel 4. Jenis Dan Jumlah Pohon Yang Mengancam Sarana Fisik Dan  Pengguna Jalan.   No  Jenis  Jumlah Pohon yang  mengancam   Jumlah  Sampel (n)  Mengancam Sarana Fisik  Persentase  1  Angsana   22  38  Listrik, kabel  telpon, bangunan  air, Pengguna  jalan
Gambar 2. Pengukuran Diameter Pohon di Pinggir Median Jalan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Teknik temu bual dalam kajian ini melibatkan guru-guru sekolah Orang Asli ini dan akan dianalisis untuk mengetahui masalah utama yang dihadapi dalam literasi Bahasa

Pada era modern, khususnya Indonesia, Islamic Center berubah menjadi sebuah komplek yang di dalamnya terdapat masjid sebagai bangunan utama dan bangunan-bangunan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di wilayah Kecamatan Ciputat Timur

Karena Negara harus mewujudkan, menjamin, dan memelihara keberadaan otonomi perguruan tinggi, maka Negara TIDAK BOLEH LEPAS TANGGUNGJAWAB atas penyelenggaraan

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Metode Activity Based Costing ini mengalokasikan biaya ke produk sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsinya, sehingga

Sehingga konfigurasi dengan learning rate 0.00002, batch size 8, pada step training 20K mendapatkan nilai akurasi yang terbaik pada sistem yang

Di antara penelitian dimaksud misalnya: (1) Pendidikan Karakter melalui Life Skills Development dalam Kurikulum Persekolahan (Penelitian Hibah Pasca 2005-2006

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui kepuasan konsumen atas kualitas jasa bengkel sepeda motor Karya Rezeki AHASS 2787 Semarang menggunakan metode directly