• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Buah Merah ( Pandanus conoideus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Buah Merah ( Pandanus conoideus"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Buah Merah (Pandanus conoideus)

Buah merah adalah jenis buah khas yang berasal dari Papua, yang disebut kuansu atau sauk eken oleh masyarakat Wamena. Tanaman buah merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Buah merah di habitat aslinya tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi, seperti di lereng pegunungan Jayawijaya yang memiliki ketinggian 2 500 m dari permukaan laut. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang, daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil. Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung dengan ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam (Wiryanta 2008) dan buahnya tersembunyi di antara daun.

Klasifikasi ilmiah buah merah seperti tertera di bawah ini (http://id.wikipedia.org/wiki/Buah_Merah_Papua 2008): dunia : Plantae filum : Mognoliophyta kelas : Liliopsida ordo : Pandanales famili : Pandanaceae genus : Pandanus

species : Pandanus conoideus

Buah merah umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi, dengan ukuran panjang buah 30-120 cm dan diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka. Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra buah merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya, diantaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam dan Pasema (Wiryanta 2008). Berdasarkan data

dari pemerintah provinsi Papua luas areal perkebunan buah merah pada tahun 2006 adalah 4 518 ha dengan jumlah produksi buah merah sebesar 1 889

(2)

Buah merah yang sebelumnya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya ternak babi, menjadi fenomena dalam pengobatan alternatif setelah munculnya hasil penelitian seorang ahli gizi dan dosen Universitas Cendrawasih pada tahun 1998. Hasil penelitian Surono et al. (2008) menunjukkan bahwa ekstrak minyak buah merah memiliki kandungan komposisi antioksidan dengan kandungan senyawa aktif seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan senyawa aktif dalam ekstrak minyak buah merah

Senyawa Aktif Jumlah

α-karoten (μg/100 g) β-karoten (μg/100 g) β-cryptoxanthin (μg/100 g) α-tokoferol (μg/100 g) 130 1 980 1 460 21.2 Sumber : Surono et al. (2008)

Sekitar 94% yang terkandung dalam ekstrak adalah minyak, sisanya sekitar 5% adalah karbohidrat dan tidak ditemukan adanya protein dan sebagai karotenoid, ditemukan alpha dan betakaroten, dan beta-cryptoxanthin (Surono et al. 2008). Tokoferol, alfatokoferol, dan betakaroten yang terkandung dalam buah merah berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Ketiga senyawa inilah yang membantu proses penyembuhan penyakit kanker, tumor dan HIV/AIDS. Senyawa antioksidan ini bekerja menekan dan membunuh sel-sel kanker yang berbahaya. Budi dan Paimin (2005) menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi betakaroten 30-60 mg/hari selama 2 bulan akan membuat tubuh memiliki sel-sel pembunuh alami lebih banyak serta sel-sel T-helpers dan limfosit yang lebih aktif.

Tokoferol yang ada di dalam buah merah tersebut adalah vitamin E alami yang bisa mengencerkan darah. Hal ini baik untuk penderita stroke. Sementara itu, betakaroten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia. Tokoferol juga dapat menurunkan kolesterol LDL (low density lypoprotein) dan meningkatkan HDL (high density lypoprotein) (Budi dan Paimin 2005).

Senyawa asam lemak tak jenuh, seperti omega 9, omega 6, dan omega 3 berperan membantu sistem kerja otak. Selain itu, senyawa ini dalam tubuh juga bisa bekerja sebagai antioksidan (Budi dan Paimin 2005). Kalsium dan besi yang

(3)

ada dalam buah merah sangat tinggi dan bisa membantu mencegah dan mengobati osteoporosis. Surono et al. (2008) menyatakan bahwa buah merah kaya akan karotenoid, terutama β-cryptoxanthin, yaitu suatu agen pencegah kanker yang melawan kanker paru-paru bagi perokok berat serta memperbaiki kejadian osteoporosis setelah menopause.

Ampas buah merah adalah produk samping dari proses ekstraksi buah merah dalam pembuatan sari/jus/minyak buah merah. Menurut Budi dan Paimin (2005), proses ekstraksi buah merah adalah buah merah matang dipisahkan dari empulurnya (bagian kayu di tengah buah) kemudian dipotong-potong dan dicuci sampai bersih. Daging buah dikukus di atas api sedang selama 1-2 jam, setelah itu dipisahkan dari biji buah dengan cara dikucek dan diperas. Air ditambahkan hingga ketinggian 5 cm di atas permukaan bahan dan diperoleh sari buah merah yang menyerupai santan, kemudian dimasak kembali dengan api sedang selama 5-6 jam sambil diaduk sampai muncul minyak berwarna kehitaman di permukaan bahan. Setelah didiamkan selama satu hari, akan terbentuk tiga lapisan, yaitu air di lapisan bawah, ampas di lapisan tengah dan minyak di lapisan atas. Hasil samping dari proses ekstraksi buah merah yaitu pada lapisan tengah inilah yang dinamakan ampas buah merah (Budi dan Paimin 2005).

Komposisi kimia yang terkandung dalam ampas buah merah seperti terlihat pada Tabel 2, sedangkan kandungan senyawa aktifnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2 Komposisi kimia ampas buah merah

Komponen Jumlah Bahan Kering (%) Abu (%) Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%)

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%) Kalsium (%)

Fosfor (%)

Energi Bruto (kkal/kg)

23.12 0.91 3.11 0.21 7.60 11.30 0.14 0.89 6 316

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2009

(4)

Tabel 3 Kandungan senyawa aktif dalam ampas buah merah

Senyawa Aktif Jumlah

Total Karotenoid (ppm) Total Tokoferol (ppm) Asam Lemak Jenuh

Asam Laurat (mg AL/100g) Asam Miristat (mg AL/100g) Asam Palmitat (mg AL/100g) Asam Stearat (mg AL/100g) Asam Lemak Tidak Jenuh

Asam Oleat (mg AL/100g) Asam Linoleat (mg AL/100g) Asam Linolenat (mg AL/100g) Asam Palmitoleat (mg AL/100g)

70.34 9.924 0 0 3188.5 147.8 5 162.9 438 201 103.3 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PAU IPB, 2009

Ampas buah merah sebagai pakan imbuhan pada ayam petelur dapat diberikan sampai 4% menunjukkan performa yang baik dengan produksi telur 85%, mortalitas 0%, meningkatkan titer antibodi serta menunjukkan pertumbuhan sel-sel limfoid aktif organ hati, ginjal, limpa dan ovari (Iman Rahayu, unpublish).

Senyawa Antioksidan dan Mekanismenya

Menurut Cuppert (1997) dalam Widjaya (2003), antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Menurut Pratt dan Hudson (1990), kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt 1992). Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan alami yaitu buah merah (Pandanus conoideus) yang dalam bentuk ekstrak minyak buah merah memiliki kandungan komposisi antioksidan berupa senyawa karotenoid dan tokoferol yang tinggi (Surono et al. 2008).

Antibodi akan terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam tubuh. Tanpa disadari dalam tubuh secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh. Antioksidan dapat berperan sebagai pelindung kesehatan.

(5)

Ketengikan dapat mengakibatkan kualitas suatu pakan berkurang, yaitu menurunnya nilai gizi atau nutrisi dan palatabilitas. Ketengikan juga dapat menyebabkan dampak negatif pada ternak yang umumnya disebabkan oleh kandungan lemak dari ransum yang dikonsumsi oleh ternak. Hal ini terjadi bila komponen cita rasa dan bau yang mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak tak jenuh. Komponen-komponen itu menyebabkan bau dan cita rasa yang tidak diinginkan dalam lemak dan minyak, serta produk-produknya.

Betakaroten adalah pencegah penyakit degeneratif seperti stroke, jantung koroner dan kanker, juga berfungsi untuk memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri sehingga aliran darah, baik ke jantung maupun ke otak, bisa berlangsung lancar tanpa sumbatan. Betakaroten juga berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh karena adanya interaksi vitamin A dengan protein (asam-asam amino) yang berfungsi dalam pembentukan antibodi (Budi dan Paimin 2005).

Sesuai mekanisme kerjanya, antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan antioksidan primer yaitu sebagai pemberi atom hidrogen (AH). Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan antioksidan sekunder, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon 1990 dalam Trilaksani 2003).

Penambahan antioksidan primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon 1990 dalam Trilaksani 2003). Radikal-radikal antioksidan dapat saling bereaksi membentuk produk non radikal.

(6)

Mekanisme oksidasi lipida tidak jenuh diawali dengan tahap inisiasi, yaitu berbentuknya radikal bebas (R*) bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal dan oksigen. Reaksi ini terjadi pada group metilen yang berdekatan dengan ikatan rangkap –C=C-.

Tahap selanjutnya adalah tahap propagasi dimana autooksidasi berawal ketika radikal lipida (R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal peroksida (ROO*). Reaksi oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi aktivitas hampir nol sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih besar dari konsentrasi R* dalam sistem makanan dimana oksigen berada (Gordon 1990 dalam Trilaksani 2003). Radikal peroksida yang terbentuk akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain membentuk hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru. Selanjutnya reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai.

Tahap terakhir oksidasi lipida adalah tahap terminasi, dimana hidroperoksida yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai pendek seperti aldehid, keton, alkohol dan asam.

Feed Additive, Karotenoid, Tokoferol dan Penampilan Ternak

Feed additive yang sejak lama dipergunakan dalam dunia peternakan yaitu antibiotik. Scanes et al. (2004) menyatakan bahwa secara umum pemberian antibiotik melalui pakan unggas berkisar pada level 5-50 gram per ton pakan, tergantung pada antibiotik yang digunakan. Level yang lebih tinggi dari antibiotik (100-400 g/ton pakan) digunakan untuk tujuan pengendalian penyakit atau pengobatan. Antibiotik yang sering digunakan dalam ransum unggas adalah bacitracin, virginiamycin, bambermycin dan lincomycin (Scanes et al. 2004). Pada setiap kesempatan, antibiotik selalu digunakan sebagai feed additive untuk mengendalikan dan mengatasi masalah kesehatan unggas. Belitz dan Grosch (1987) menyatakan bahwa pemakaian obat-obatan terutama antibiotik telah umum digunakan di dunia peternakan dan memiliki tujuan untuk menanggulangi penyakit pada ternak dan dalam konsentrasi yang rendah digunakan sebagai agen petumbuhan, peningkatan produksi dan produktivitas ternak.

(7)

Negara Eropa telah menerapkan larangan penggunaan antibiotik untuk memacu laju pertumbuhan ternak dan sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan infeksi mikroorganisme patogen (Cook 2000). Berbagai alternatif telah dikembangkan untuk mencapai tujuan ini, antara lain melalui pemakaian enzim, probiotik, asam-asam organik, serat kasar, rempah-rempah dan tanaman obat (Wenk 2000). Manfaat tanaman obat sebagai bahan pakan tambahan timbul dari aktifitas biologis, karena adanya zat-zat aktif seperti mikronutrien, zat-zat yang bekerja menyerupai kerja hormon, zat-zat yang bekerja sebagai antioksidan dan perangsang kekebalan. Pembuktian dengan teknik-teknik modern menunjukkan bahwa penggunaan tanaman obat ternyata tidak meninggalkan residu dan mempunyai toksisitas yang rendah bila dibandingkan dengan antibiotika dan bahan-bahan kimia anorganik yang lain (Wenk 2000).

Karotenoid dan tokoferol (vitamin E), seperti yang terkandung dalam buah merah berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas (Budi dan Paimin 2005). Penambahan alfa tokoferol sebesar 160-200 mg/kg dalam pakan meningkatkan perlindungan lemak terhadap oksidasi lemak dan kandungan alfa tokoferol dalam karkas (Surai dan Sparks 2000). Tokoferol (vitamin E) dapat menguatkan dinding kapiler darah dan mencegah terjadinya hemolisis sel darah merah (Wahju 2004) serta berperan dalam pembentukan sel darah merah (Winarno 2008).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa senyawa antioksidan betakaroten mampu meningkatkan proliferasi limfosit bursal dan limpa (Haq et al. 1996) dan vitamin E mampu meningkatkan kekebalan humoral (Boa-Amponsem et al. 2001) serta meningkatkan status antioksidan ayam (Surai et al. 1999).

Menurut Budi dan Paimin (2005), pemberian sari buah merah melalui pakan yang diberikan pada ayam petelur dan pedaging diperoleh hasil yang cukup baik. Pada ayam petelur, terjadi peningkatan volume kuning telur dan warna lebih merah setelah tiga hari pemberian. Pada ayam pedaging, pemberian sari buah merah mampu menekan pembentukan lemak pada ayam, tetapi lebih mendorong pembentukan daging.

(8)

Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam usaha ternak adalah dengan menghitung indeks performa. Performance index (PI) atau yang sering disebut juga indeks produksi adalah angka yang menunjukkan suatu prestasi yang dicapai pada akhir pemeliharaan. Nilai tersebut dihitung dari komponen besarnya rataan bobot badan siap potong, konversi ransum, umur panen dan jumlah persentase ayam hidup selama satu periode pemeliharaan (North dan Bell 1990). Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa produksi yang dihasilkan pada satu periode pemeliharaan ayam pedaging tercapai taraf maksimum. Indeks produksi dinyatakan istimewa apabila nilainya mencapai >200 (Arifien 1997). IP yang tinggi dapat dicapai apabila ayam mampu menggunakan ransum untuk menghasilkan bobot potong yang optimal dalam waktu relatif singkat dengan tingkat kematian yang rendah.

Penampilan ayam tidak lepas dari kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi, hal ini menuntut organ cerna ternak yang berfungsi baik. Usus terdiri atas usus halus dan usus besar (Denbow 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum, sedangkan usus besar terdiri atas sekum dan kolon. Usus unggas mempunyai 4 lapisan fungsional yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis dan serosa. Bentuk mukosa usus tersusun ke dalam tonjolan berbentuk jari yang disebut villi. Pada permukaan epitel villi terdapat mikrovilli yang merupakan penjuluran sitoplasma yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi. Proses pencernaan dalam usus halus berlangsung secara kimiawi serta memegang peran yang sangat penting dalam transfer nutrisi dari lumen usus ke dalam pembuluh darah dan limfe (Piliang dan Djojosoebagio 2006a). Proses pencernaan utama terjadi pada duodenum. Empedu dari hati dan enzim pankreas dikirim ke duodenum dan ditambah dengan enzim yang dihasilkan oleh usus bersama-sama mencerna makanan.

(9)

Respon Kekebalan dan Profil Darah Ayam

Sistem imun adalah semua mekanisme dalam mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja 2006). Sistem pertahanan meliputi sistem imun non spesifik dan spesifik. Kekebalan non spesifik secara alami ada di dalam tubuh, tetapi tidak selalu dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit. Semua bibit penyakit yang masuk tubuh akan dihancurkan olehnya, sehingga proteksi yang diberikan tidak spesifik terhadap penyakit tertentu. Kekebalan non spesifik ini diberikan antara lain melalui enzim-enzim tubuh, sel darah putih, serta pH lambung yang rendah. Kekebalan spesifik terbagi menjadi dua, yaitu kekebalan humoral (humoral mediated immunity), serta kekebalan selular (cell mediated immunity). Kekebalan humoral dilakukan oleh limfosit yang disebut sel-sel B. Sel-sel B yang teraktivasi karena masuknya bahan asing akan berubah menjadi sel-sel plasma yang mensekresikan antibodi untuk proses eliminasi. Kekebalan seluler dihasilkan oleh aktivitas limfosit yang disebut sel-sel T. Sel-sel ini bila berinteraksi dengan antigen spesifik akan berdiferensiasi menjadi sel-sel yang berinteraksi langsung dengan sel atau jaringan asing kemudian merusaknya (Noble dan Noble 1989).

Tanggap kebal humoral unggas dicirikan antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B dibawah kontrol bursa fabrisius (Sharma 1991). Respon yang paling mudah diukur terhadap imunitas tubuh ayam adalah profil darahnya.

Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Butir darah merah dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Darah adalah jaringan yang beredar di dalam sistem peredaran darah yang sebenarnya tertutup (Harper et al. 1980). Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi dan terdiri atas sel-sel yang terendam dalam plasma darah. Menurut Dellman dan Brown (1992), fungsi utama darah adalah untuk mempertahankan homeostatis tubuh. Jika tubuh hewan mengalami gangguan, maka profil darah dapat mengalami perubahan (Guyton dan Hall 1997). Perubahan profil darah dapat disebabkan faktor

(10)

internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, dan suhu tubuh. Secara eksternal misalnya akibat infeksi kuman serta perubahan suhu lingkungan. Unggas mengalami berbagai tekanan dalam hidupnya. Tekanan ini dapat menyebabkan perubahan hormon, penurunan konsumsi pakan, menurunkan metabolisme nutrisi dan menekan fungsi imun. Hal-hal inilah yang menyebabkan para peneliti meneliti berbagai cara untuk menekan dampak yang merugikan ini. Keadaan-keadaan tersebut dapat mempengaruhi proses pembentukan darah, adapun mekanisme pembentukan darah secara normal berlangsung dalam sumsum tulang.

Tiga grup sel yang terdapat dalam darah yaitu sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit. Ada dua kelas leukosit, yaitu yang mengandung granula dalam sitoplasmanya (granulosit) dan agranulosit yang tidak mengandung granula. Granulosit dari leukosit terdiri dari heterofil (pada manusia dikenal sebagai netrofil), eosinofil dan basofil, sedangkan agranulosit dari leukosit terdiri dari limfosit dan monosit. Ketika melaksanakan fungsinya, monosit dan heterofil ini keluar melalui dinding kapiler di area terjadinya kerusakan jaringan, bila telah bebas dalam jaringan mereka mulai fagositosis. Heterofil berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap bakteri yang masuk dengan cara fagositosis.

Aktivitas otot dengan peningkatan denyut jantung dan respirasi, penyakit serta stres dapat meningkatkan jumlah leukosit. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah lingkungan, gizi dan pengaruh hormonal (Hodges 1977). Selanjutnya dinyatakan bahwa jumlah leukosit ayam betina dewasa lebih tinggi daripada jantan. Peningkatan kebutuhan leukosit yang mungkin dipengaruhi faktor-faktor di atas sesuai dengan manfaat sesungguhnya dari leukosit yaitu kebanyakan leukosit secara khusus diangkut menuju daerah-daerah yang mengalami peradangan yang berat untuk menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat (Guyton dan Hall 1997).

Jumlah leukosit yang normal pada ayam bekisar antara 12 000 - 30 000/mm3. Jumlah leukosit meningkat seiring dengan bertambahnya

umur unggas. Jumlah sel darah putih normal dalam sistem sirkulasi tersaji pada Tabel 4 dan 5.

(11)

Tabel 4 Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin

Ayam Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit Perbandingan (%)

Betina dewasa 59.1 20.9 1.9 1.7 10.2

Jantan dewasa 64.4 22.8 1.9 1.7 8.9

Betina White Leghorn 64.0 25.8 1.4 2.4 6.4 Jantan White Leghorn 76.1 13.1 2.5 2.4 5.7 Sumber: Sturkie (1976)

Tabel 5 Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan umur ayam

Umur Limfosit Heterofil Eosinofil Basofil Monosit Perbandingan (%)

0 hari 15.9 74.4 2.5 1.1 8.1 3 hari 38.7 52.7 1.6 0.67 6.4 8 hari 48.3 50.0 0.25 0 1.5 10 hari 68.6 26.7 1.7 0.64 2.3 1 minggu 75 24.0 0 0 0 2 minggu 66 20.6 3.1 1.9 8.1 6 minggu 69 26.0 0 1 3 Sumber: Hodges (1977)

Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang merugikan, stimulasi berbahaya, dan keadaan lain yang dapat menimbulkan stres menyebabkan ayam lebih mudah menderita infeksi. Tingkat dan sistem kekebalan terbentuk ketika ayam merespon untuk melindungi diri terhadap organisme patogen yang spesifik. Sel-sel leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan ayam sebagai sistem pertahanan tubuh (Guyton dan Hall 1997).

Leukosit bersama dengan makrofag dan jaringan limfoid merupakan suatu sistem khusus yang dapat memberantas bermacam-macam infeksi dan bahan-bahan yang toksik. Leukosit dalam mencegah penyakit, mempunyai dua fungsi yaitu merusak agen yang menyerbu melalui proses fagositosis dan membentuk antibodi (kekebalan) (Guyton dan Hall 1997).

Limfosit biasanya tidak melakukan endositosis, melainkan memerangi penyakit dengan ikut serta dalam pembentukan antibodi. Antibodi adalah protein-protein yang dihasilkan apabila makromolekul asing (antigen) masuk dalam badan. Limfosit mempunyai fungsi utama yaitu responnya terhadap antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah atau dalam pengembangan imunitas (kekebalan) seluler (Frandson 1992). Limfosit berfungsi sebagai humoral antibodi dan imunitas seluler. Guyton dan

(12)

Hall (1997) mengemukakan bahwa masa hidup limfosit selama 100-300 hari bahkan sampai bertahun-tahun. Lebih lanjut menurut Tizard (1982) limfosit memiliki fungsi kompleks dengan fungsi utama yaitu memproduksi antibodi (limfosit B) atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen yang melekat pada makrofag (limfosit T). Persentase jumlah limfosit dalam darah ayam pada umur 2-21 minggu berkisar 55%-60% (Swenson 1984). Limfosit membentuk antibodi, bergerak motil dan amuboid, tetapi tidak fagosit.

Nilai hematokrit atau volume sel packed, adalah suatu istilah yang artinya persentase (berdasar volume) dari darah, yang terdiri atas sel-sel darah merah. Penentuannya dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah, kemudian dilakukan sentrifuse sampai sel-sel mengumpul di bagian dasar. Nilai hematokrit kemudian dapat diketahui secara langsung ataupun secara tidak langsung dari tabung itu. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (Frandson 1992). Kadar hematokrit ditentukan dengan memutar darah yang terdapat di dalam tabung kapiler selama 10 sampai 15 menit kemudian mengukur tinggi butir-butir darah merah dan membandingkannya dengan ketinggian butir-butir darah merah bersama plasmanya (Piliang dan Djojosoebagio 2006b).

Hematokrit ialah fraksi darah yang terdiri dari sel-sel darah merah, yang ditentukan melalui sentrifugasi darah di tabung hematokrit sampai sel-sel ini besar-benar mampat di bagian bawah tabung. Sel darah merah tidak mungkin dimampatkan semua, karena sekitar 3-4% plasma tetap terjebak diantara sel, dan hematokrit sebenarnya hanya sekitar 96% dari hematokrit yang terukur (Guyton dan Hall 1997). Semakin besar persentase sel dalam darah maka semakin besar hematokrit dan semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah, dan gesekan ini menunjukkan viskositas. Viskositas darah meningkat hebat dengan meningkatnya hematokrit. Bila hematokrit meningkat sampai 60 atau 70%, viskositas darah menjadi 10 kali lebih besar daripada air dan alirannya melalui pembuluh darah menjadi sangat terhambat.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon

(13)

dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan kembali ke paru-paru (Cunningham 2002). Menurut Frandson (1992), hemoglobin mempunyai tugas pokok membawa atau mengangkut oksigen dari paru-paru menuju ke semua jaringan tubuh hewan. Setelah sampai di jaringan, oksigen dibebaskan untuk diberikan kepada sel. Karbondioksida yang dihasilkan oleh sel akan berdifusi ke dalam darah dan dibawa kembali ke paru-paru untuk dibuang pada saat terjadi pernafasan.

Gambar

Tabel 2 Komposisi kimia ampas buah merah
Tabel 3 Kandungan senyawa aktif dalam ampas buah merah
Tabel 4 Perbandingan jumlah leukosit berdasarkan jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Berarti menurut Nasr perbedaan yang terdapat dalam sebuah agama hanya pada tataran eksoterik, yaitu hanya pada bentuk peribadatan, simbol agama, ritual, sedangkan terdapat

Setiap algoritma sebaiknya dicoba untuk diimplementasikan dengan bahasa tingkat tinggi yang dipelajari di kelas, dan mahasiswa pada akhir kuliah mempunyai pustaka

Dalam Bab V “Mengulas Berbagai Karya Sastra”, kegiatan membangun konteks pada materi teks ulasan dilakukan dengan menyajikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan topik

Coca-Cola Bottling Indonesia Medan saat ini telah mempunyai 700 tenaga kerja dan memproduksi 5 jenis minuman yaitu: coca-cola, sprite, fanta tenaga kerja dan

T ujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan perkawinan beda agama. 2) Mengetahui pelaksanaan perkawinan beda agama

Hasil pelaksanaan kegiatan orientasi lapangan dan identifikasi hak – hak pihak ketiga pada kawasan Hutan Lindung Tanjung Baharu terdiri dari data primer berupa titik

URLs need a different escaping process than HTML does, therefore the _UH wrapper first calls urlencode() to prepare the variable for the con- text of a URL parameter, then

Pemberian hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah salah satu “keyword” dalam budidaya tanaman secara hidroponik, sehingga kesuksesan dalam manjemen larutan