• Tidak ada hasil yang ditemukan

bio.unsoed.ac.id PEI{INGKATAII KERAGAMAN SERANGGA PEIIYERBUK DENGAN I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bio.unsoed.ac.id PEI{INGKATAII KERAGAMAN SERANGGA PEIIYERBUK DENGAN I. PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah PKM berbasis riset Pmerapan hasil penelitfun pmingkatan keraguman serangga penyerbuh antuh peningkatan prcduhsi strawberi di desa Serang, Karangreja Purbalingga 20IS

PEI{INGKATAII KERAGAMAN

SERANGGA

PEIIYERBUK DENGAN

PENGKAYAAI\I TT]MBT]IIAN

PADA

LAIIAN

PERTAI\IIAI\I

Oleh

:

IMAM

WIDHIONO

Dosen Fakultas

Biologi

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Jln.

Dr.

Soepamo

No

63 Purwokerto 53122.

Tilp.

(0281) 638794 Fax: (0281) 631700

imamwidhiono@yahoo.com

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan penyerbukan tanaman

oleh

serongga sangat

dipengaruhi

oleh

kelimpahan

dan

keragaman

serangga

penyerbuk

pada habitaq namun

demikian

kelimpahan dan keragaman serangga penyerbuk sangat bergantung pada keragaman dan

kelimpahan

tumbuhan

dan

ketersediaan

jumlah

bunga

sepanjang

tahun.

Model

konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat didasarkan pada teori yang menyatakan

bahwa keragaman dan

populasi

serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat,

mutu

habitat,

posisi

habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat

lain.

Diantara

fbktor tersebut yang paling

menentukan

adalah

mutu habitat, yaitu

jumlah

dan keragaman tumbuhan (berbunga) sebagai sumber pakan serangga penyerbuk sepanjang tahun.

lntensifikasi pertanian yang

meliputi

pengurangan lahan semi alami, penarurman

sistem monokultur,

penggunaan

pupuk,

insectisida

dan

herbisida

dan

sistem

pengelolaan

lahan

yang

dilakukan,

menyebabkan

berkurangnya spesies tumbuhan

kunci

yang merupakan sumber pakan serangga

penyerbuk

(Batary

et

al,20l0),

serta

berubahnyi

hubungan

serangga

dengan tumbuhan

(Keith,

2009).Peran

serangga

penyerbuk dalam

keberhasilan penyerbukan

dan

produktivitas tumbuhan

sangat

dipengaruhi

oleh

keragaman

dan

populasinya (Steffan-Dewenter, 20A6), sedangkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk sangat bergantung pada

jumlah

dan

jenis

tumbuhan berbung4 serta fenology pembungaan (Bataray et

al,20lA).

Upaya

konservasi serangga penyerbuk

pada lahan pertanian

ditujukan

agar

mampu

meningkatkan

hasil

pertanian, memberikan keuntungan

bagi

petani

dan berkesesuaian dengan

kearifan

lokal.

Model

konservasi serangga penyerbuk berbasis

(2)

)

Mahalah PKM berbosis risA penerapan hasitpenetitianpeninghatun

**:#:;ff;:f;:f:,f;r#y{,:;:H;,#"tr;r;#:

habitat pada lahan pertanian

di

Indonesia belum pernah

dilahrkan.

Metode konservasi serangga penyerbuk pada lahan pertanian didasarkan pada konsep pengkayaan spesies

dan populasi tumbuhan sumber pakan serangga penyerbuk, penerapan praktek pertanian yang berkesesuaian dengan konservasi dan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas

produk. Berdasar hasil penelitian tahap

I,

ditemukan 33 spesies tumbuhan berbunga, 24

diantaranya

dikunjungi

serangga

penyerbuk

dan

4

diantaranya

dikunjungi oleh

lebih

dari 6 spesies serangga penyerbuk. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian secara

berkelanjutan

dan

menjaga

keragaman

tumbuhan terutama

yang

peny

bergantung seranggq

perlu

dilakukan

konservasi semngga

penyerbuk.

Makalah

ini

bertujuan untuk :

1. Menjelaskan dampak pengkayaan tumbuhan pada lahan terhadap keragaman dan populasi seftmgga penyerbuk serea tingkat keberhasilan penyerbukan,

Menjelaskan

model

konservasi serangga penyerbuk berbasis

habitat

dan kearifan lokal yang mampu meningkatkan produksi pertanian.

II.

HT]BUNGAN

PENGKAYAA}I

HABITAT

DENGAI\

KERAGAMAN

SERANGGA

PEI\TYERBUK

Secara

umum dikenal

2

(dua) model

(contoh bentuk)

konservasi organisme yaitu konservasi berbasis spesies dan konservasi berbasis habitat (Primack,

2000).

Model konservasi

organism

berbasis

habitat

mempunyai beberapa keunggulan antara lain: berbiaya

murah, mudah

diterapkan

dan

berkesesuaian

(compatible)

dengan kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat setempat.Pemilihan model konservasi serangga

penyerbuk berbasis habitat didasarkan pada

teori

yang menyatakan bahwa keragaman dan populasi serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat,

mutu

habitat, posisi

habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat

lain

(Hodgson e/ a1.,2009). Diantara

factor

tersebut,

yang

paling

menentukan

adalah

mutu habitat, yaitu

jumlah

dan keragaman tumbuhan (berbunga) sebagai sumber pakan serangga penyerbuk sepanjang

tahun. Karena

keragaman

dan

populasi tumbuhan

yang

rendah

mengakibatkan terjadinya keterbatasan

jumlah

serbuk sari. Kekurangan serbuk sari pada lahan pertanian

berdampak

buruk

terhadap tanaman

dan

produksi

pertanian,

serta

terhadap

kelangsungan

hidup

semngga penyerbuk (Priess,

et

al.,

2007). Peran

serangga

(3)

Makalah PKM berbasis riset

Penerupanhasitpenetitianpentnskatan**X:;:;;f:;:?:r#r#fr:r:;:H;t:;r;;t;f;

penyerbuk dalam

keberhasilan penyerbukan

dan

produktivitas tumbuhan

sangat

dipengaruhi oleh keragaman spesies dan tingkat populasinya (Steffan-Dewenter, 2006), sedangkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk sangat bergantung pada

jumlah

dan

jenis

tumbuhan

berbung4

serta

fenology

pembungaan

(Bataray

et

al,

2010).

Sehingga terdapat hubungan

timbal

balik

antara keragaman

dan populasi

serangga penyerbuk dengan keragaman dan kelimpahan tumbuhan berbunga. Berdasar kenyataan bahwa lahan pertanian

di

kawasan lereng Gunung Slamet sebagian besar ditanami

jenis

tanaman yang menghasilkan buah, seperti: cabe, tomat, sfiawberry, kacang panjang, dan

terong. Jenis

-

jenis

tanaman tersebut produktivitasnya sangat bergantung

pada

kehadiran

serangga

penyerbuk.

Hasil

penelitian

sebelumnya menunjukan

bahwa keragaman dan populasi serangga penyerbuk pada tanaman cabe, tomat, kacang panjang

dan strawberry sangat rendah

(Widhiono,20ll).

Hal

ini

disebabkan

oleh

rendahnya

keragaman tumbuhan berbunga

di

dalam

dan

sekitar lahan

pertanian serta praktek pertanian

yang dilalrukan

terutama intensitas penggunaan insectisida

dan

herbisida. Rendahnya populasi serangga penyerbuk ternyata berpengaruh terhadap produksi buah

shawberry yang merupakan komoditas

pertanian

unggulan

di

kawasan

ini

(Widhiono, 2010), sehingga dalam jangka panjang produktivitas pertanian kawasan lereng Gunung

Slamet

akan terus

menunrn

yang

disebabkan

oleh

berkurangnya keragaman dan

populasi serangga penyerbuk. Dampak utama

dari

berkurangnya serangga penyerbuk pada lahan pertanian adalah menunrnnya pendapatan petani.

Oleh

karena

perlu

dicari

model

konservasi serangga penyerbuk berbasis habitat pertanian

yang

berkesesuaian dengan kearifan lokal untuk meningkatkan pendapatan petani.

ilI.

JEIVS TT]MBUIIAN PENGKAYA

LAHAN

{

Ditemukan tigapuluh tiga

jenis

tumbuhan berbunga disekitar lahan pertanian

di

daeralr Serang,

24

diantannya

dikunjungi

serangga penyerbuk.

Dari

24

jenis

tumbuhan berbunga yang

dikunjungi

serangga penyerbuk terdapat 4

jenis

tumbuhan yang sangat

penting karena

dikunjungi

oleh

9

spesies serangga penyerbuk. Jenis tumbuhan tersebut

meliputi

: Cleome

rutidosperma,ymg dikunjungi

9

dari

I

I

spesies serangga penyerbuk dan

Borreria

laevicaulis, Euphorbia

heterophylla

dan Tridm procumbens.

Berbagai

hasil

penelitian

berkaitan dengan dampak

perubahan

habitat

alami menjadi latran pertanian terhadap komunitas serangga penyerbuk menunjukan dampak

(4)

Makalah PKM berbasls rlset Penerapan hositpenetitianpeninshatan

**:#;;:;;:f;:?:,::;r#fr::fg;::,irtr;:r;#:

negative

baik

terhadap kekayaan spesies maupun populasinya

(pauw

Z0a7; Steffan-Dewenter

&

westphal,2008;

Keitt,

2009). Dampak negative perubahan habitat terhadap

keragaman dan populasi serangga penyerbuk

juga

terjadi

di

kawasan

lereng selatan

Gunung Slamet, Widhiono dan Sudiana

QM$

dalam penelitiannya tentang keragaman

serangga

penyerbuk pada habitat hutan

tanaman, pekarangan

dan

lahan

pertanian, menunjukan bahwa keragaman serangga penyerbuk pada lahan pertanian sangat

rendal

dibanding

dengan

habitat

hutan dan

pekarangan.

Hal

ini

disebabkan

oleh

adanya

kenyataan

bahwa

praktek

pertanian

modern

yang

dilakukan

dalam

upaya

memaksimalkan keuntungan dengan meningkatkan

hasil

dibanding modal

usala

dilahrkan

dengan cara memaksimalkan pengguftmn lahan, pemupukan dan

bersama dengan

upaya

penunman dampak serangan

hama

penyakit dan kompetitor

rnelalui

penggunaan insecktisida, firngisida dan

herbisid4

sistem

monokultur (Richards, 2001)

berakibat

buruk

terhadap kehadiran serangga penyerbuk (Hodgson

et

el.,

20ll)'Keragaman

dan

populasi

serangga penyerbuk bergantung pada luasan habitat,

mutu habitat, posisi habitat dan ketersediaan hubungan dengan habitat

lain

(Hodgson e,

al''

2009)' Namun demikian yang paling menentukan adalah mutu habitat (Hodgson

er

al',2011),

yaitu

jumlah

dan keragaman tumbuhan sumber pakan

(Tomimatsu

&

ohara,

2409;

Klank,

2010), yaitu tumbuhan berbunga dan ketersediaan bunga sepanjang tatrun

(Keith,

2009).

Populasi tumbuhan berbunga

yang

rendah mengakibatkan terjadinya

keterbatasan

jumlah

serbuk

sari,

sehingga

tidak

mampu menarik kehadiran serangga

penyerbuk

(Aguilar

et

al.,

2006;

wagenius

et al.o 2007). Kejadian kekurangan serbuk

sari, sangat umum terjadi pada ekosistem pertanian karena tanaman ditanam pada lahan

yang

luas dan

monokultur.

Kekurangan tepungsari pada lahan pertanian

berdampak

buruk tidak banya

terhadap tanaman

dan

produksi

pertanian,

tetapi

juga

terhadap serangga penyerbuk

(

Matsumura

&

Washitani, 2000). Diantara

2l

spesies tumbuhan

berbunga terdapat

4

spesies tumbuhan berbunga

yang

dikuqiungi oleh lebih dari

4 spesies

yaitu

:

cleome

rutidospermq,

yffiig dikuaiungi

9

dari

I

I

spesies semngga

penyerbuk

dat

Borreriq

laevicaulls, Euphorbia heterophylla Triduc procumbens.

pada

penelitian tahap

I juga

ditemukan

1r

spesies serangga penyerbuk

yaitu : Nomia

sp.,

Ropalidia

fasciata,

Ropolidia romandi, Hylaeus

modestus,

Amegilta

cingulata,

Amegilla

zonata,

Cerotina

sp.,

Philanthus

politus,

Megachile

relativa,

Trigona sp., Apis

cerana. (

Widhiono,

dkk,

2011)

(5)

No

Familia

Nama

latin

Nama

lokal

I Acanthaceae

Barleria

elegans Sujen trus

2

Borleria

cristata Daun madu

J Asteraceae Ageratum conyzoides Bandotan 4 Cras so cephalum crepidi o ide s Sintrong

5 El e ut her anther a ruder al i s Gajahan

6 Galinsoga

parviflora

Bribil

7

Tridm

procumbens Glentangan /songgolangit

8 Vernonia cinerea Sawi langit

9 lTidelia chinensis Tusuk konde

l0

Compositae Blumea lacera Sembung

kuwrk

11 Eupatorium odoratum Glempangan

12 Euphorbiaceae Chamaesyce

hirta

Patikan kebo

13 Clidemia

hirta

Jatang kuda

l4

Euphorb i o he t er opltyll a Kate mas

15 Rubiaceae

Borreria

latifolia

Rumputkancing ungu

l6

Lamiaceae Hyptis capitata Gringsingan

t7

Verbenaceae Lantana comara Tembelekan

l8

St aclrytarphe ta

j

amaic ens i s Pecut kuda

l9

Rosaceae

{

Rubus

parviflorus

Kupi-kupi

20 Fabaceae Arachis

pintoi

Kacang hias

2t

Capparaceae Cleome rutidospermae Maman ungu

Tabel

l.

Jenis tumbuhan liar yang berperan dalam peningkatan seranggapenyerbuk

Penyusunan

metode

konservasi

serangga

penyerbuk

perlu

diketahui

kecenderungan hubungan yang pasti antara habitat pertanian terhadap penunrnan keragaman dan populasi serangga dan tanaman (Ashman et a1,,2004). Upaya peningkatan keragamanan serangga

penyerbuk, sering

kali

terhambat oleh keterbatasan pengetahuan tentang cara atau metode

manipulasi

habitat

pertanian (Beslemeyer

et

al.o 2003) yang

sangat

penting

untuk

(6)

Mohalah pKM berbasis risel Penerapan hasitpenetittun peningkatan

**:X:;:;;ff;:?:r::;:r#ffr#,Hf:;!;::f;:

diterapkan pada upaya konservasi serangga penyerbuk

(Albrecht

et

al.

2007; Kremen

a/

a1.,2007).

Untuk

meningkatkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk pada lahan

pertanian

perlu memperhatikan pola dan luasan habitat yang disediakan untuk

pengkayaan tumbuhan

inang yang dibutuhkan

oleh

serangga penyerbuk

(Brosi et

a\,2008).

penyediaan habitat

untuk

tumbuhan

liar

ternyata mampu meningkatkan keragaman dan

populasi

serangga

penyerbuk (Haaland

et

al,

20tl).

Holzschuh

et al.,

(2008)

menambahkan

bahwa selain

jumlah

tumbuhan

liar, juga

perlu

diperhatikan

jenis

tumbuhan

yang paling

banyak

dikunjingi

serangga penyerbuk serta waktu pembungaannya. Pada penelitian tahap

I,

telah

didapatkan

informasi

tentang

jenis

serangga penyerbuk,

jenis

tumbuhan

liar

yang paling

banyak dikunjungi

serangga

penyerbuk,

jumlah

bunga dan waktu

pembungaannya.

Harding et

al.,

(2001) menyatakan bahwa rencana konservasi seftmgga penyerbuk berbasis

habitat pertanian memerlukan dasar

ilmiah

yang kuat, yang

meliputi

spesies atau kelompok

spesies

yang

akan

dikonservasi, luasan

habitat

minimal, dan

komposisi

serta

jumlah

tumbuhan.

Metode

ini

telah

berhasil

meningkatkan kekayaan

dan kelimpahan

species serangga

penyerbuk

melalui

pengkayaan

tumbuhan

inang

dengan

cara

menyediakan

sebagian lahan

untuk

tumbuhan berbunga

(

Marshall et a1.,2006; Albrecht et

a1.,2007;

Roth

er

al-,2008;

Hodgson

et

al.,20lr;

Haaland

et

al.,20ll).

Namun

demikian untuk membuktikan keberhasilan program tersebut sebagian besar bersifat

panial

seperti pada

bentang

alam yang

berbeda

(Marshall

et

al.,

2006),

pada sistem pertanian

intensive (Albrecht et a1.,2007), pada sistem pertanian organic

(

Holzschuh et a1.,200s). dan pada

spesies

kupu-kupu (Roth

et al.,

2008), Belum ada laporan

hasil

penelitian"

yang

menjelaskan

kombinasi

metode pengkayaan

habitat

dengan

praktek

pertanian, proporsi luas lahan

*iot

tumbuhan liar dan dampak ekonominya bagi petani

pemilik

lahan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraiantersebut

di

atas dapat disimpulkan bahwa :

1'

Terdapat berbagai tumbuhan liar yang dapat dipergunakan sebagai pengkayaa lahan

2'

Beberapa tumbuhan

liar

mampu meningkatkan keragaman dan

populasi

lebah

liar

sebagai serangga penyerbuk.

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Muhalah PKM berbasis riset

Pmerapanhasilpenetitianpeninskatan**:X;;;:;f

i:r:T:r#;:#:;:#:m::;"r;:rr;:;:

Aththorick, T.A.

2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Komunilmsi

Penelitian

17:42-48.

Blaauw BR,

Isaacs

R.

2014.

Flower

plantings

increase

wild

bee

abundance

and

the

pollination

services provided

to

a

pollination

dependent crop. J

Appl

Ecol51:

890*

98.

Blothgen

N, Klein AM.2011.

Functional complementarity and specialisation: the

role

of

biodiversity in

plant-pollinator

interactions. Basic Appl

Ecol 12:282-91.

Carvalheiro

LG,

Seymour CL, Nicolson SW, Veldtman R.2012. Creating patches

of

native

flowers facilitates crop

pollination

in

large agricultural fields: mango as a case study. J Appl

Ecol

49:. 1373-83.

Carvalheiro

LG, Veldman R,

Shenkute

AG,

et

al.

2011.

Natural and within-farmland

biodiversity enhances crop productivity. Ecol

Lett 14:251-59

Carvell

C, Meek

WR"

Pywell RF,

Goulson

D,

Nowakowski

M.

2007.

Comparing the

efficacy

of

agri-environment schemes to enhance bumble bee abundance and diversity

on arable

field

margins. J App

Ecol44:2940

Elle E, Elwell SL,

Gielens

GA.

2012.

The

use

of

pollination

networks

in

conservation

llThis

article

is

part

of

a

Special Issue

entitled

"Pollination biology

research

in

Canada: Perspectives on a mutualism at different scales". Botany 90:525-534

Erminawati

,

Kahonoos.2O09.

Pemanan

tumbuhan

liar

dalam

konservasi

serangga penyerbuk ordo hymneoptera.

J.Tek.Ling.Vol

10, No.

2

195-203

Garibaldi

LA,

Steffan-Dewenter

I,

Kremen

C.20ll.

Stability

of

pollination

services decreases

with

isolation

from

natural

areas despite honey bee

visits.

Ecol

Lett

14:

t062-72

Korpela

EL,

Hyvdnen T, Lindgren S, Kuussaari

M.

2013. Can

pollination

services, species

diversity

and conservation be simultaneously promoted

by

sown

wildflower

strips on

farmland?

Agric,

Ecos and

Erwiron

179:18-24.

Kearns

CA,

Inouye

DW.

1997. Pollinators,

flowering

plants and conservation

biology

:

Much remains to learned about pollinators and plant. BioScience. 97.

No 5.297-305

Kremen

C,

Miles

A.

2012.

Ecosystem services

in

biologically diversified

versus conventional farming systems: benefits, externalities, and

fade-offs. Ecol

Soc

17:40

Mandelik

Y,

Winfree R, Neeson

T,

Kremen

C.2012.

Complementary habitat use

by

wild

bees in agro-natural landscapes. Ecol

Appl22:153546.

Menz

MHM,

Phillips

RD,

Winfree

&

2011.

Reconnecting

plants and

pollinators:

challenges in the restoration of pollination mutualisms. Trends Plant Sci 16:

4-12.

Morandin

LA,

Kremen C. 2013. Hedgerow restoration promotes pollinator populations and

exports native bees to adjacent fields. Ecol

Appl23:

829-39.

Morandin

LA

and Winston

ML.

2005.

Wild

bee

abundance

and

seed

production

in

conventional, organic, and genetically modified canola. Ecol

Appl

15: 871*81

vl1

(8)

Makalah PKM berbasis risel Penerapan hasit penetitian peninskatan

**:r#;;:;:;;:7li:;

r#H::;:H;"-;r:;:t;f;

Nicholls

CI

,

Altieri

MA.

2013.

Plant biodiversity

enhances

bees

and other

insect

pollinators in agroecosystems.

A

review. Agron Sustain Dev 33:.257-:74

Polidori

C,

Rubichi

A,

Valeria Barbieri

V,

Trombino

L

,Donegana

M.

2010.

Floral

Resources

and

Nesting

Requirements

of

the

Ground-Nesting

Social

Bee,

Lasioglossummalachurum(Hymenoptera:

Halictidae),

in a

Mediterranean

Semiagricultural Landscape Psyche Volume

z}l0,Article

ID

851947, 11 pages. Pywell RF, Warman

EA,

Carvell C, Sparks

TH,

Dicks

LV,

Bennett D,

Wright

A,

Critchley

CNR, Sherwood

A

(2005) Providing foraging resources

for

bumblebees

in

intensively

farmed landscapes.

Biological

Conservation I 2 I :47

949

4.

Robson

DB.

2014.

Identification

of

plant

species

for

crop

pollinator

habitat enhancement

in the northern

prairies.

J of

Pollin. Ecol,

14(21),218-234

Shackelford

G,

Steward

PR, Benton

TG.

2013. Comparison

of

pollinators

and natural enemies: ameta-analysis of landscapeCamb Philos

88:

1002-21

Stang

M,

Klinkhamer PG,

Van Der

Meijden

E.

20A6.

Size

constraints

and

flower

abundance determine the number

of

interactions

in

a

plant-flower visitor

web. Oikos

rtz;ttt-t2t.

Vaughan

M,

Shepherd

M,

Kremen C, and Black SH. 2007.Farming

for

bees: guidelines

for

providing native bee habitat

on

farms.

Portland,

OR:

The Xerces Society

for

Invertebrate Conservation.

Williams

NM,

Crone EE, Roulston

TH.

2010. Ecological and

life-history

traits predict bee

species responses to environmental disturbances.

Biol

Conserv

143:2280-91.

Winfree

R"

Aguilar

R,

Vazquez

DP.

2009.

A

meta-analysis

of

bees'responses

to

anthropogenic disturb ance. Ec olo

gt

90 : 2068-7 6.

Zfurk

L.

2013. Concurrent effects

of

landscape context and managed

pollinators on

wild

bee communities

and

canola

@rassica

napus

L.)

pollen

deposition.

Dissertation.

University

of

Calgary, Calgary, Alberta

viii

Gambar

Tabel  l.  Jenis  tumbuhan  liar  yang berperan  dalam peningkatan  seranggapenyerbuk

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan analisis hidrologi untuk mendapatkan debit rencana berdasarkan data curah hujan yang telah diperoleh,dilanjutkan dengan analisis hidrolika untuk mencari

Guru mempersiapkan kondisi belajar siswa untuk melakukan percobaan, tentang kegunaan magnet dan cara membuat magnet.. Guru meminta siswa untuk mepersiapkan alat-alat dan bahan untuk

Tempat : Sekretariat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau (Gedung LPSE Kabupaten Lamandau), d.a. Komplek Perkantoran Bukit Hibul - Nanga

Pimpinan perusahan dapat mewakilkan kehadirannya selama proses pembuktian kualifikasi kepada pengurus perusahaan yang namanya tercantum dalam akte pendirian/perubahan

Disebabkan faktor agama Islam dan keinginan mereka untuk berasimilasi dalam masyarakat Melayu, maka dialek Melayu Pulau Pinang digunakan sebagai bahasa ibunda dan dialek

Dari segi sumber, hadits Aisyah yang juga diriwayatkan oleh Ummu Salamah, nilai kompetensinya lebih tinggi dibanding- kan dengan hadits Abu Hurairah, karena kedua mereka

Nilai IS untuk per- tumbuhan diameter dan persen hidup pada kon- disi genangan ataupun kekeringan pada bibit ada- lah di atas 1 (IS > 1), berarti kedua variabel ini peka

Strategi memfokus kepada masalah adalah berhubung secara secara positif dan signifikan dengan stail kepimpinan transformasional (r=.35*) tetapi mempunyai