IMPLEMENTASI METODE PSIKODRAMA
DALAM MENYIKAPI PERGAULAN BEBAS
DI KELURAHAN KUPANG KRAJAN
KECAMATAN SAWAHAN
SURABAYA
SKRIPSI
Disusun untuk pengajuan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1)
Oleh :
M. TAUFIK HUTAMA P. NIM: D73210064
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Judul Skripsi : Implementasi Metode Psikodrama Dalam Menyikapi Pergaulan Bebas di Kupang Krajan Kecamatan Sawahan Surabaya
Penulis : M. Taufik Hutama P.
Pembimbing : Dr. H. AZ. Fanani, M.Ag.
Kata Kunci : Metode Psikodrama, Pergaulan bebas.
Dunia remaja adalah dunia yang serta merta membuat seorang remaja ingin tahu, ingin mencoba-coba, dan ingin bertindak serta asyik dengan dunia mereka saat usia remaja. Begitupun dunia remaja adalah dunia yang mungkin akan membuat seorang remaja salah langkah dalam memaknai usianya. Ditambah mungkin dengan keadaan orang tua yang kurang mengetahui dengan apa yang anaknya rasakan pada saat remaja, sehingga orang tua kadang salah dalam memperlakukan remaja. Ketidak se imbangan antara perkembangan intelektual dengan perkembangan emosional remaja ini membawa banyak dampak, dan masalah bagi seorang remaja. Banyak remaja kita, ketika memasuki setingkat SMP maupun SMA timbul berbagai gejolak masalah, baik di rumah maupun Di sekolah.
Pergaulan bebas adalah bentuk prilaku yang tidak wajar atau menyimpang di mana makna bebas itu menyelisihi dari batas norma agama maupun norma kesusilaan. Di jaman yang serba canggih ini seperti berkembangnya alat komunikasi dari segi hardware maupun software sangat mendukung seseorang untuk berinteraksi satu sama lain. Namun di balik semua itu terdapat dampak negatif bagi orang yang menyalah gunakan seperti yang kita dengar di lingkungan tempat tinggal kita dan media masa pun demikian banyak permasalahan.
Pergaulan bebas remaja di Kelurahan Kupang Krajan Kecamatan Sawahan Surabaya tidak lah berbeda dengan remaja pada umumnya. Setelah melakukan wawancara dengan warga sekitar ternyata dalam pergaulan keseharian remaja di Kelurahan Kupang Krajan terlihat wajar. Tindak lanjut dari wawancara di lakukan kepada anggota karang taruna dan remaja masjid, ternyata dari keterangan mereka berbeda dari masyarakat yang sebelum nya. Dari hasil keterangan ketua karang taruna dan remaja masjid mengatakan bahwa banyak nya remaja yang tidak peduli dengan lingkungan dan kegiatan yang positif. Para remaja yang berperilaku seperti itu rata-rata remaja yang masih mempunyai keinginan untuk menjadi remaja yang trendi dan kekinian.
permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Drama dalam bahasa Yunani berarti aksi atau melakukan sesuatu dengan dorongan jiwa. Jadi, psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah dengan metode drama. Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan – permasalahan psikologis. Psikodrama bisanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan–tekanan yang dialaminya. Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama. Jadi definisi psikodrama adalah tehnik bermain peran guna upaya pemecahan masalah psikis yang dialami oleh individu dan dituangkan dalam bentuk permainan peran dengan menggunakan metode drama. Dan pada saat itu juga ada sebuah solusi dari masalah yang di tawarkan oleh konseling.
DAFTAR ISI
COVER DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Psikodrama 1. Pengertian Psikodrama ... 11
2. Teknik Psikodrama ... 15
4. Dasar Pengelompokan Diri Psikodrama ... 19
5. Praktek Psikodrama ... 21
6. Evaluasi psikodrama ... 31
B. Pergaulan Bebas ... 32
1. Pengertian Pergaulan bebas ... 32
2. Pergaulan Bebas Remaja Di Kupang Krajan ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39
B. Subyek Penelitian ... 41
C. Sumber Data ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Uji Keabsahan Data ... 44
F. Tehnik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian ... 51
1. Profil Kelurahan ... 51
2. Kondisi Remaja ... 65
B. Praktek Psikodrama ... 71
1. Jadwal pertemuan ... 71
2. Daftar peserta pelayanan psikodrama ... 72
4. Komponen metode psikodrama ... 75
5. Dasar pengelompokan diri psikodrama ... 78
6. Pelaksanaan penuh psikodrama ... 79
7. Evaluasi psikodrama ... 80
C. Faktor Pendukung dan penghambat ... 82
1. Faktor Pendukung ... 82
2. Faktor Penghambat ... 83
D. Analisis Data ... 84
E. Dokumentasi ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia remaja adalah dunia yang serta merta membuat seorang remaja
ingin tahu, ingin mencoba-coba, dan ingin bertindak serta asyik dengan dunia
mereka saat usia remaja. Begitupun dunia remaja adalah dunia yang mungkin
akan membuat seorang remaja salah langkah dalam memaknai usianya.
Ditambah mungkin dengan keadaan orang tua yang kurang mengetahui
dengan apa yang anaknya rasakan pada saat remaja, sehingga orang tua
kadang salah dalam memperlakukan remaja. Ketidak se imbangan antara
perkembangan intelektual dengan perkembangan emosional remaja ini
membawa banyak dampak, dan masalah bagi seorang remaja. Banyak remaja
kita, ketika memasuki setingkat SMP maupun SMA timbul berbagai gejolak
masalah, baik di rumah maupun Di sekolah.1
Di sekolah misalnya karena terbawa teman mungkin seorang remaja
suka membolos, ataupun kadang mogok tidak mau sekolah. Ataupun masalah
lain yang berdampak negatif bagi perkembangan bagi seorang remaja. Entah
itu perkembangan prestasi, masalah pergaulan dan masalah lainnya. Berkaitan
dengan masalah pergaulan remaja yang kadang sulit untuk diarahkan,
terutama jika remaja tersebut mulai mengenal lawan jenis, mungkin akan
banyak diantara orang tua yang menjadi cemas ataupun was-was dengan
1
2
perilaku anak mereka saat menginjak usia remaja. Mungkin juga saat kondisi
yang seperti ini remaja sering uring–uringan dan merasa dikekang oleh orang
tuanya. Sehingga berdampak sampai ke ranah sekolah. Dari masalah ini kira
nya penting pengarahan bagi seorang remaja mendapat pengarahan yang
positif. Tetapi yang menjadikan kritik bagi kita mereka yang berperan dalam
hal penanganan permasalahan remaja di sekolah seperti guru BP dirasa kurang
mampu dalam menangani hal ini. Kebanyakan anak yang bermasalah tidak
mendapatkan arahan tetapi hanya diganjar dengan poin-poin kenakalan
ataupun pelanggaran yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. 2
Tentunya hal ini malah tidak membantu remaja untuk melewati masa
remajanya dengan baik dan justru malah membuat remaja semakin enggan
untuk menjadi positif. Penting bagi seorang remaja yang bermasalah
mendapatkan perhatian khusus berkaitan dengan apa yang dialami oleh remaja
saat melewati masa remaja. Dari sini pula penting kiranya peran psikologi
klinis dalam rangka untuk menangani remaja yang bermasalah. Diantara nya
dengan memberikan assessment pada remaja tersebut. Assessment ini bisa
dilakukan oleh guru Bk, misalnya dengan melakukan dialog dengan mereka
yang bermasalah (wawancara), ataupun pengamatan (observasi). Observasi ini
sangatlah penting dilakukan dalam rangka untuk keperluan assessment awal
dan juga pemecahan masalah berhubungan dengan remaja bermasalah
tersebut. Dari kemudian apa yang didapat dapat digunakan untuk memberikan
laporan pada orang tua seorang remaja ataupun guru dalam sekolah. Namun
2
3
sayangnya jarang sekali Bimbingan Konseling di sekolah yang memberikan
penanganan yang tepat pada anak bermasalah. Selain pihak sekolah (lembaga
pendidikan formal) penting bagi keluarga (orang tua) sebagai lembaga
pendidikan non formal tempat seorang remaja bersosialisasi secara primer
merefleksikan peranan nya dalam rangka menumbuhkembangkan pribadi
seorang remaja yang sehat secara mental dan kepribadian.3
Peranan orang tua dan lingkungan terhadap masa perkembangan anak
juga sangatlah penting Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah
yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang
sebagian besar telah terganti kan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak. Menurut Arifin (dalam Suhendi, Wahyu, 2000:41) keluarga
diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang
memiliki tempat tinggal bersama. Selanjutnya, Abu Ahmadi (dalam Suhendi,
Wahyu, 2000: 44 -52), mengenai fungsi keluarga adalah sebagai suatu
pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau diluar keluarga.4
3
http://www.kompasiana.com/imama/permasalahan-remaja-dan-solusinya_54f7d075a33311b1618b4577
4
4
Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal
selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah
laku, sikap keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan oleh mereka.
Dengan demikian, sosialisasi berarti melakukan proses pembelajaran terhadap
seorang anak. Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih
sayang atau rasa cinta. Pandangan psikiatri mengatakan bahwa penyebab
utama gangguan emosional, perilaku dan bahkan kesehatan fisik adalah
ketiadaan cinta, yakni tidak adanya kehangatan dan hubungan kasih sayang
dalam suatu lingkungan yang intim. Banyak fakta menunjuk kan bahwa
kebutuhan persahabatan dan keintiman sangat penting bagi anak. Data-data
menunjuk kan bahwa kenakalan anak serius adalah salah satu ciri khas dari
anak yang tidak mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang.
Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik anak. Hal itu dapat dilihat
dari pertumbuhan seorang anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu
berjalan. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini fungsi di keluarga semakin
berkembang, diantaranya fungsi keagamaan yang mendorong
dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan
agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa5
Hasil dari pernyataan di atas menyatakan bahwa masa perkembangan
anak remaja sangat lah tergantung pada aspek pendidikan formal dan non
5
formal, lingkungan tempat tinggal juga berperan penting terhadap
perkembangan anak remaja. Khusus nya dalam kota surabaya ini, pengawasan
orang tua dan guru adalah benteng yang paling penting bagi para remaja.
Tetapi lingkungan juga tidak boleh terlepas dari proses perkembangan anak
remaja. Oleh sebab itu sebagai masyarakat yang lebih mengerti tentang mana
yang baik dan mana yang tidak baik se harus nya dapat menjadi sumber
informasi kepada remaja. Dan hasil wawancara di kelurahan Kupang Krajan
Kec. Sawahan Surabaya adalah lingkungan yang berada dalam zona waspada.
Kenapa di katakan demikian karena lingkungan ini sangat padat penduduk,
dengan mayoritas para remaja yang sedang berkembang. dan lingkungan di
daerah ini sangatlah banyak permasalahan yang timbul mulai dari judi,
pemakaian obat-obatan terlarang, sampai kekerasan seksual dan anak, karena
minimnya penyikapan masyarakat akan pergaulan bebas. Tentu nya daerah ini
adalah daerah pusat dari perkembangan kota surabaya. Dengan demikian
banyak sekali hal-hal baru yang di tawarkan oleh perkembangan zaman dan
teknologi melalui pergaulan sehari-hari. Peran lingkungan dan keluarga di
daerah sekitar sangatlah di butuhkan karena itu masyarakat yang tau akan
perkembangan ini bisa menjadi pusat informasi dan edukasi di luar dari
bangku pendidikan. Dari hasil uraian diatas dapat menjadi suatu kajian bahwa
di daerah sekitar di butuhkan suatu pelayanan untuk menjadi tempat berbagi
informasi dan tempat untuk mengeksplorasi. Sehingga para remaja dapat
menyalurkan nya di tempat yang benar. Dalam hal ini kita mencoba
6
harapkan dapat membantu para remaja untuk mencari informasi dan dapat di
jadikan tempat beraktifitas dengan baik. Mulai dari mengkaji hal yang kecil
sampai menganalisa apa yang berkembang pada saat ini. Dalam metode
psikodrama ini adalah pelayanan yang menggunakan drama. Dari segi
pemeran nan para remaja yang masih aktif sekolah ini juga di tuntut untuk
menceritakan aktivitas yang dia lakukan mulai dari sekolah keluarga sampai
pergaulan di lingkungan nya. Tentu nya proses ini di butuhkan titik
kenyamanan untuk remaja-remaja itu dapat menceritakan nya dengan
maksimal. Dari proses pelayanan itu secara tidak langsung mereka sudah
memberikan data baik itu mulai dari permasalahan sampai kesulitan nya
dalam wilayah sekolah keluarga dan lingkungan.
Psikodrama adalah sebuah metode yang bisa menjadi alternative ketika
remaja sudah menemui titik jenuh dalam proses bimbingan. Psikodrama
merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya dan menyatakan
reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya. Drama dalam bahasa
Yunani berarti aksi atau melakukan sesuatu dengan dorongan jiwa. Jadi,
psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah dengan metode
drama. Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan – permasalahan psikologis. Psikodrama
bisanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
7
terhadap tekanan–tekanan yang dialaminya. Psikodrama adalah upaya
pemecahan masalah melalui drama. Jadi definisi psikodrama adalah tehnik
bermain peran guna upaya pemecahan masalah psikis yang dialami oleh
individu dan dituangkan dalam bentuk permainan peran dengan menggunakan
metode drama. Dan pada saat itu juga ada sebuah solusi dari masalah yang di
tawarkan oleh konseling.
Teknik ini dikembangkan oleh JL Moreno pada tahun 1920an s/d
1930an. Moreno mengungkapkan bahwa permainan drama pada psikodrama
ini tanpa naskah dan bagian-bagian yang tidak diulang adalah suatu katarsis
(bentuk mengekspresikan/meluapkan perasaan) ketika ia me lakon kan suatu
peran dalam kehidupan sehari-hari. Psikodrama yaitu suatu cara
mengekplorasi jiwa manusia melalui aksi dramatik artinya memainkan sebuah
peran tetapi tidak bersungguh-sungguh. Sehingga dapat di kategorikan
psikodrama adalah salah satu metode terapi dengan menggunakan media
drama.
Dari hasil uraian di atas penulis merumuskan judul. “Implementasi
Metode Psikodrama Dalam menyikapi pergaulan bebas Di kelurahan Kupang
Krajan Kecamatan Sawahan Surabaya”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kehidupan remaja di Kelurahan Kupang Krajan Kecamatan
8
2. Bagaimana pergaulan bebas remaja di kelurahan Kupang Krajan
Kecamatan Sawahan Surabaya ?
3. Bagaimana praktek metode Psikodrama, membuat remaja mampu
menyikapi pergaulan bebas ?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi terarah maka penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
Implementasi Metode Psikodrama Dalam Menyikapi Pergaulan bebas
kelurahan Kupang Krajan Kecamatan Sawahan Surabaya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Kehidupan remaja di desa kupang Krajan Kecamatan Sawahan Surabaya.
2. Pergaulan Bebas Remaja Di Kelurahan Kupang Krajan Kecamatan
Sawahan Surabaya.
3. Pengaruh proses metode psikodrama terhadap para remaja dalam
menyikapi pergaulan bebas.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang,
terutama bagi orang-orang yang terlibat dalamnya seperti para remaja, orang
tua dan warga sekitar. Bagi remaja, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
9
Sedangkan bagi konselor, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
alternatif cara bimbingan konseling di sekolah. Selain itu dapat memotivasi
siswa untuk mengembangkan diri cara-cara atau pendekatan-pendekatan lain
dalam bimbingan dan konseling guna meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar siswa.
Manfaat praktis
1. Bagi program studi bimbingan dan konseling:
Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan
pengetahuan serta bahan perbandingan bagi pembaca yang akan
melakukan pengembangan, khusyusnya mengenai layanan bimbingan
konseling.
2. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman penelitian tentang perkembangan remaja
dan cara menyikapi nya.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini penulis susun dengan
menggunakan sistem bab demi bab . Adapun sistematika pembahasan dalam
penelitian ini adalah dimulai dari bab satu sampai bab lima.
Bab satu akan membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari : latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, tujuan
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua dalam penelitian ini akan menyajikan teori yang berisikan
10
psikodram, prosedure psikodrama, implementasi psikodrama dan evaluasi
psikodrama. Kemudian akan dijelaskan pula tentang sumber daya pendukung
dan penghambat implementasi metode psikodrama.
Suatu penelitian dilaksanakan dengan berbagai metode, dan metode
penelitian dalam penelitian ini akan disajikan pada bab tiga. Metode penelitian
meliputi pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, uji keabsahan data dan terakhir yaitu teknik analisis
data
Selanjutnya, pada bab empat akan disajikan hasil penelitian dan
analisis data. Hasil penelitian yang meliputi (a) gambaran umum obyek
penelitian yang terdiri dari profil kelurahan kupang Krajan Kec. Sawahan
Surabaya, kondisi pengurus dan anggota serta kondisi sarana dan prasarana
yang merupakan sumber daya pendukung implementasi metode psikodrama di
Kelurahan Kupang Krajan Kec. Sawahan Surabaya. (b) faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat implementasi Implementasi metode psikodrama
di Kelurahan Kupang Krajan Kec. Sawahan Surabaya. Setelah mendapatkan
hasil penelitian, peneliti perlu mengadakan analisis data yang terdiri dari
analisis implementasi metode psikodrama Kelurahan Kupang Krajan Kec.
Sawahan Surabaya. Bab lima adalah bab penutup pada penelitian ini yang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Psikodrama
1. Pengertian Psikodrama
Secara epistemologi drama berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “aksi” atau melakukan sesuatu. Dan psiko berarti jiwa jadi
psikodrama berarti melakukan aksi (pertunjukan drama) dengan dorongan
jiwa. Maka bisa didefinisikan bahwa psikodrama adalah ilmu yang
mengeksplor suatu masalah dengan metode drama.
Menurut Para Ahli :1
a. J.L Moreno
Psikodrama adalah sebuah bentuk pengembangan manusia
dengan eksplorasi, melalui tindakan dramatis, masalah, isu,
keprihatinan, mimpi dan cita-cita tertinggi orang, kelompok, sistem
dan orgaParkhansi. Hal ini kebanyakan digunakan sebagai metode
kerja kelompok, di mana setiap orang dalam kelompok dapat menjadi
agen penyembuhan (terapeutic agent) untuk satu sama lain dalam
kelompok.
b. Gerald Corey
Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan
agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih
1
Zuretti, M. (2007). Psychodrama in the Presence of Whales. British Journal of Psychodrama and Sociodrama Vol. 2, Number 1, pp. 19-32
12
baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya,
menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya
terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
c. WS. Winkel
Psikodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan gangguan serius dalam kesehatan mental para
partisipan, sehingga tujuannya ialah perombakan dalam struktur
kepribadian seseorang. Psikodrama bersifat kegiatan terapi dan
ditangani oleh seorang ahli psikoterapi.
Secara spesifik, kelompok psikodrama dan kelompok bantuan diri
didisain dengan struktur dan dinamika. Karenanya pendekatan ini bekerja
dengan orang lain (difokuskan pada kelompok). Praktek pendekatan ini
tidak digali dari teori-teori konseling individual, tetapi pada saat yang
sama, harus pula dibuktikan bahwa psikodrama termasuk tahapan
kelompok maupun individual dan beberapa bentuk bantuan diri
dilaksanakan baik atas dasar individual maupun kelompok. Teori-teori
yang digunakan dalam kelompok psikodrama dan bantuan diri umumnya
menekankan pada interaksi interpersonal.
Psikodrama sebagai intervensi terapeutik teathre Moreno ditujukan
pada kemanfaatan bermain peran dalam kelompok psikoedukasional,
13
dari adanya kebutuhan untuk memperoleh bantuan, dukungan, dan
pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari helpper yang profesional.2
Psikodrama merupakan suatu cara mengeksplorasi kejiwaan
manusia melalui adegan drama, yang diciptakan dan dikembangkan oleh
J.L. Moreno sekitar tahun 1920-1930 (D’Amato & Dean, 1988; Goldman
& Morrison, 1984).
Premis Kelompok Psikodrama
a. Manusia dalam masyarakat terus menerus berkembang dan sadar
terhadap kejadian yang menyentuh kehidupan mereka pada suatu tahap
perkembangan.
b. Hati psikodrama adalah pertemuan, konsep eksistensialis yang
melibatkan kontak psikologis dan fisik yang menyeluruh antara
orang-orang atas dasar kesempurnaan, konkrit dan intens dalam “here and
now”.
c. Spontanitas adalah respon seseorang yang berisi tingkat ketepatan pada
situasi baru atau tingkat kejujuran pada suatu situasi lama.
d. Situasi, dititikberatkan pada sekarang yang memunculkan hambatan
waktu yang alami, ruang dan keadaan eksistensi yang dihapuskan.
e. Tele, komunikasi perasaan-perasaan yang menyeluruh di antara
orang-orang sebagai perekat yang membangun kelompok secara bersama,
misalnya : empati.
2
Gazda, G.M. (1974). Group Counseling : A Developmental Approach, Boston : Allyn and Bacon Inc. Blatner, 1988a; Hashel, 1973
Romlah, Tatiek. (2006). Teoridan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas Negeri Malang
14
f. Catharsis dan pemahaman, merupakan produk akhir dari spontanitas
dan tele.
Praktek Psikodrama dalam Kelompok
Praktek psikodrama berlangsung secara multidimensional.
Pertama, terdapat faktor-faktor personal dan fisik yang harus
dipertimbangkan, seperti : sebuah ruangan, seorang pelaku utama, aktor,
direktur, audiens
The stage :
Merupakan tempat dimana perbuatan berlangsung, yang mungkin
berbentuk flat resmi, bagian kamar dan sebagainya.
Protagonist :
Adalah seorang pelaku yang memerankan perilaku jelas psikodrama.
Ia dapat memainkan banyak bagian. Di satu saat ia memainkan bagian
berbeda dari diri sendiri, pada saat lain ia keluar dari babak dan
mengobservasi. Unsur kunci pada protagonist adalah spontanitas.
Aktor :
Merupakan orang yang memainkan bagian objek atau orang
penting yang lain dalam permainan itu.
Direktur :
Adalah seseorang yang mengarahkan protagonist.
Audience :
Adalah istilah yang dipakai untuk menerangkan orang lain yang
15
balik (feedback) menanggapi apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan
selama psikodrama.
2. Teknik Psikodrama
Teknik yang dipakai dalam psikodrama bergantung pada banyak
variabel. Variabel penting yang mempengaruhi penggunaan teknik adalah
situasi protagonist, keterampilan direktur, kemampuan perolehan aktor,
besarnya audiens (penonton), tujuan sesi, fase pelaksanaan psikodrama. 3
Proses psikodrama pada umumnya berlangsung melalui tiga fase, yaitu :
a. Fase pemanasan, fase ini ditandai dengan penentuan direktur yang siap
memimpin kelompok dan anggota siap dipimpin. Proses ini melibatkan
aktivitas verbal dan nonverbal. Fase ini harus mempersiapkan segala
sesuatu untuk masuk pada fase tindakan.
b. Fase tindakan, fase ini melibatkan tindakan yang jelas
kepedulian-kepedulian protaganist. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa
protagonist mengekspresikan emosi-emosi tertekan dan menemukan
cara baru yang efektif untuk bertindak.
c. Fase integrasi, fase ini melibatkan diskusi dan penutupan (closure).
Umpan balik sangat penting dari setiap anggota dan protagonist agar
tindakan yang jelas (enactment) perubahan dan integrasi tercipta. 4
3
Zuretti, M. (2007). Psychodrama in the Presence of Whales. British Journal of Psychodrama and Sociodrama Vol. 22, Number 1, pp. 19-32
Gazda, G.M. (1974). Group Counseling : A Developmental Approach, Boston : Allyn and
16
3. Komponen-komponen Psikodrama
Menurut pendapat Haskell dalam buku Teori dan Praktek
Bimbingan Kelompok dan konseling komponen psikodrama antara lain :
a. Panggung permainan, mewakili ruang hidup peran utama psikodrama.
Panggung atau tempat permainan hendaknya cukup luas untuk
memberi ruang gerak yang cukup bagi pemeran utama, pemimpin, dan
individu-individu lain yang berperan dalam psikodrama tersebut.
Tahap adalah daerah di mana berlakunya berlangsung. Ini merupakan
exten-Sion ruang kehidupan seorang protagonis, dan karena itu harus
cukup besaruntuk memungkinkan gerakan protagonis, bantu ego
(pemeran pembantu) dan Direktur. Dalam kebanyakan kasus,
psikodrama khusus tahap ini tidak tersedia, tetapi bagian dari kamar
dapat ditunjuk untuk “seolah-olah”tindakan, sebuah area khusus di
mana mereka yang terlibat dalam tindakan tidak mengharapkan tetapi
i terutama reflective atau berfungsi sebagai anggota kelompok
interaktif pada saat yang sama Pemimpin psikodrama, adalah terapis
atau konselor. Menurut Moreno pemimpin psikodrama mempunyai
tiga peranan, yaitu sebagai produser, katalisator/fasilitator, dan
pengamat atau penganalisis. Pemimpin membantu pemilihan
pemegang peran utama, dan kemudian menentukan teknik psikodrama
yang mana yang paling tepat untuk mengeksplorasi masalah individu
17
tepat, dan memperhatikan dengan cermat perilaku pemain utama
selama psikodrama berlangsung.
b. Pemegang peran utama (protagonist) adalah individu yang dipilih oleh
kelompok dan pemimpin kelompok untuk memerankan atau memerankan
kembali kejadian penting yang dialami mulai dari kejadian waktu lampau,
apa yang terjadi sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan terjadi. Fine
menyatakan bahwa pelaku utama adalah seperti “composer” dalam suatu
opera. Ia yang membuat cerita dan lirik lagunya. Protagonis adalah
sumber citra tetapi membutuhkan bantuan direktur untuk mengeksplorasi
masalah dan menciptakan psikodrama. protagonis bertindak keluar
situasi, penting bahwa ia memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi
setiap aspek dari adegan (dan hubungan yang terkait) yang tampaknya
signifikan. Direksi berfungsi terbaik bila mereka akurat merasakan dan
bekerja dengan bersamaan protagonis.
c. Pemeran pembantu (the auxiliary egos). Pemeran pembantu atau
pembantu terapis adalah siapa saja dalam kelompok yang membantu
pemimpin kelompok dan pemeran utama dalam produksi psikodrama.
Pemeran pembantu mempunyai dua fungsi. Pertama, mereka
menggambarkan peranan-peranan tertentu yang mempunyai hubungan
dekat dengan pemeran utama dalam kehidupan yang sebenarnya. Kedua,
pemeran-pemeran pembantu tersebut berfungsi sebagai alat terapi.5
5
Romlah, Tatiek. (2006). Teoridan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas Negeri Malang
18
d. JL. Moreno mengemukakan terdapat empat fungsi pembantu dalam
pemeran protagonis :
1) Untuk bermain keluar persepsi yang diadakan oleh protagonis,
setidaknya di awal.
2) untuk menyelidiki interaksi antara protagonis dan peran mereka
sendiri.
3) untuk menafsirkan ini interaksi dan hubungan kelompok sangat di
butuhkan.
4) untuk bertindak sebagai terapi panduan dalam bantuan protagonis
mengembangkan hubungan yang lebih baik. cara di mana mereka
melakukannya adalah dengan membantu protagonis hangat, dalam
mengintensifkan tindakan, dan dengan mendorong protagonis
menjadi lebih terlibat di sini-dan -sekarang drama.6
e. Penonton dalam psikodrama adalah anggota-anggota kelompok yang
tidak menjadi pemeran utama atau pemeran pembantu. Penonton
termasuk orang lain dalam kelompok hadapan masalah dieksplorasi.
Bahkan anggota kelompok yang tidak terlibat dalam tindakan
memainkan peran. Sebagai mem-Bers menyaksikan pengungkapan diri
kepada orang lain, mereka berfungsi secara psikologis sebagai
semacam externalized “cermin”. Para penonton juga berfungsi dalam
Interdisciplinary Journal of Family Studies, XVII, 2/2012
Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas Negeri Malang
19
proses improvisasi berkelanjutan sebagai sumber dari orang-orang
yang akan relawan atau dipilih untuk memasukkan adegan sebagai
aux-iliaries, atau sebagai orang-orang yang akan berbagi dengan
protagonis dalam berlakunya pada kesempatan masa depan.
Untuk, anggota kelompok merasa empati setidaknya beberapa,
dan mereka dapat pengalaman rilis perasaan mereka sendiri melalui
identifikasi mereka dengan orang lain : mereka dengan demikian
mendapatkan wawasan beberapa konflik pribadi mereka sendiri.
Anggota grup penonton memberikan dukungan yang berharga dan
umpan balik untuk protagonist.
4. Dasar Pengelompokan Diri Psikodrama
Psikodrama sama halnya dengan psychoanalisa yang menekankan
pembebasan pada pemaksaan tingkah laku seseorang yang tepaku dirinya
dalam gangguan pola tingkah laku. Psikodrama terkadang dipandang
“tidak lebih dari suatu perluasan puncak dari wawancara klinis”, tetapi
kenyataannya lebih dari itu. Psikodrama sejajar dengan psikoanalisis
dalam penekanannya pada kekuatan individu dari kekuatan irasional yang
mengikat ke dalam pola-pola prilaku disfungsional mereka. Psikodrama
menekankan pada pertemuan dan interaksi personal, terfokus pada di-sini
dan kini ( here and now), spontanitas dan kreatifitas, ekspresi penuh
perasaan, pengukuran realitas.
Suatu penegasan psikodrama difokuskan pada interaksi kesehatan
20
produser drama. Di dalam proses, protagonis mengulangi
pekerjaan-pekrjaan hidupnya, baik sebagai pemeran utama maupun sebagai pemeran
pembantu.
Secara mendasar, psikodrama memprediksikan tentang asumsi
manusia dalam masyarakat yang terus menerus berkembang dan sadar
terhadap kejadian yang menyentuh kehidupan mereka pada suatu pentas
atau tahapan perkembangan.
Jantung psikodrama adalah pertemuan, suatu konsep eksistensialis
yang melibatkan kontak psikologis dan fisik yang menyeluruh antara
orang-orang atas dasar kesempurnaan, konkret dan intens dalam “di sini
dan kini”.
Spontanitas adalah respon seseorang yang berisi tingkat ketepakan
pada situasi baru atau tingkat kejujuran pada situasi lama.
Tujuan spontanitas adalah untuk membebaskan diri seseorang dari
skrip-skrip dan stereotype, serta mencapai prespektif baru tentang
kehidupan. Situasi dititik beratkan pada sekarang yang memunculkan
hambatan waktu yang di alami, ruang, dan tempat-tempat keberadaan yang
dihapuskan. Tele adalah komunikasi perasaan-perasaan yang menyeluruh
di antara orang-orang sebagai perekat yang membangun kelompok secara
bersama, misalnya : empati simpati Katarsis dan wawasan merupakan
produk akhir dari spontanitas dan tele. Katarsis melibatkan peluapan
21
persepsi-persepsi baru tentang permasalahan seseorang 7yang berlangsung
selama atau setelah pengalaman katarsis. Katarsis dan wawasan dapat
dialami melalui psikodrama, baik oleh para peserta maupun penonton atau
hadirin.
5. Praktek Psikodrama
Pelaksanaan psikodrama sangatlah multidimensi.
a. Adanya factor fisik dan faktor manusia yang harus diperhatikan
seperti, panggung, tokoh protagonis, aktor-aktor, sutradara, dan
seorang penonton.
b. Ada beberapa teknik yang harus digunakan dengan sebuah cara yang
metodelogi. Panggung adalah area di mana dilakukannya pementasan.
Bisa juga merupakan sebuah panggung yang resmi atau bagian dari
ruangan yang sederhana. Pada intinya adalah tempat apapun yang
partipan ingingkan untuk dijadikan sebuah panggung. Sebagai contoh,
Jason mengatakan kepada grupnya, “Pojok ruangan itu akan menjadi
panggung kita kali ini.”. Kebanyakan grup menemukan manfaat
dengan memiliki panggung yang terpisah dari tempat yang digunakan
untuk bertemu mengingat anggotanya, karena pertunjukan sangatlah
berbeda dari hanya sekedar pertukaran bahasa. Tokoh protagonis
adalah orang yang menjadi tokoh utama dalam pertunjukan
psikodrama. Dia bisa memainkan karakter yang banyak. Contoh dalam
psikodrama, Laura sebagai tokoh protagonis berperan beragam
7
Gezait, Khaled Meftah, Susie See Ching Mey, Melissa Ng Lee Yen Abdullah. (2012).
The role of psychodrama techniques to decrease the level of school violence in the Arab world. Interdisciplinary Journal of Family Studies, XVII, 2/2012
22
karakter dari yang baik dan inosen menjadi jahat dan pendendam.
Sekarang, tokoh-tokoh protagonis boleh tidak sesuai atau keluar dari
sebuah adegan dan pengamatan. Bagaimanapun juga tujuannya adalah
mengekspresikan dengan bebas pikiran, perasaan, keprihatinan, dan
persoalan yang berkaitan dengan apa yang diperankannya dalam
psikodrama itu. Spontnitas adalah kunci dari menjadi tokoh protagonis.
Aktor adalah tokoh yang memainkan bagian penting lainnya dalam
pertunjukan. Mereka disebut “Auxilliaries” atau pemeran pembantu
yang menyebabkan adanya tokoh protagonis. Mereka dapat berperan
ganda sebagai tokoh protagonis, tokoh antagonis, atau bahkan sebagai
bagian-bagian dari perabotan rumahan. Dalam psikodarama yang
sama, seorang pemeran pembantu dapat berperan lebih dari satu peran,
seperti menjadi teman baik tokoh protagonis dan musuh yang jahat.
Sutadara adalah orang yang mengarahkan tokoh protagonis “Dalam
penggunaan metode psikodrama” dengan membantu orang tersebut
mengeksplorasi masalahnya. Secara pendekatan teori sutradara dapat
disamakan dengan pemimpin dalam suatu grup. Terakhir penonton,
yang merupakan cara yang digunakan unuk menjelaskan orang-orang
yang sedang bermain selama psikodarama tersebut. Orang-orang ini
bisa menjadi membantu yang kebanyakan mungkin tidak berpatisipasi
secara aktif. “Tujuan adanya penonton adalah sebagai umpan balik
melalui apa yang mereka lihat, dengarkan, rasakan selama psikodrama
23
Kadang-kadang penonton akan menjadi terlibat selama
psikodrama berlangsung dan membuat suara-suara atau berkomentar
sesuai dengan yang diinginkan sutradara. Misalnya, penonton
mungking secara langsung mengucap ulang apa yang Paul ucapkan
ketika dia marah dan membuat kesalahan, “Tetap tenang. Gunakan
akalmu. Tetap tenang. Gunakan akalmu.” Dalam beberapa kasus
penonton menjadi sebuah paduan suara.
Teknik-teknik yang digunakan dalam psikodrama tergantung
beberapa hal. Di antara faktor yang paling penting yang berpangaruh
adalah keadaan tokoh protagonis, skil sutradara, keberadaan
aktor-aktor, jumlah penonton, tujuan tiap sesi, dan fase-fase ketika
psikodrama berlangsung. Situasi-situasi yang spesial atau khusus akan
membutuhkan skil yang berbeda. Menyatakan bahwa beberapa teknik
psikodrama yang paling baik digunakan ketika tujuannya menjelaskan
perasaan tokoh protagonis (monodrama, soliloquy/monolog, atau
double). Teknik yang lainnya adalah untuk membantu
mengekspresikan perasaan atau emosi (Amplification, asides, dan
exaggeration of nonverbal actions). Dan teknik yang terakhir dalam
situasi-situasi dalam keadaan sadar (role reversal/perubahan karakter,
audience feedback/umpan balik penonton, nonverbal interaction
exercise).
Proses psikodrama memiliki tiga tahapan:
24
2) Action
3) Integration
1) Tahap warm-up ini ditandai dengan sutrada memastikan apakah dia
telah siap untuk memimpin grup dan apakah anggotanya siap untuk
dipimpin. Proses ini mungkin melibatkan kedua aktivas verbal
ataupun nonverbal yang dirancang menempatkan orang-orang
dalam suatu frame pimikiran yang tepat untuk menjalankan
psikodrama dan dalam saat yang bersamaan membangun rasa
kepercayaan dan atmosfir spontanitas. (Blatner, 1989; Moreno,
1940). Sebagai contoh, sutradara akan berjalan mengelilngi
perabotan-perabotan sambil berbicara kepada semua partisipan.
Kemudian dia akan memimpin grupnya mendapatkan latihan
permulaan, di mana partisipan ditempatkan dalam sudut pandang
orang kedua. Setelah aktivias-aktivatis ini, grup secara keseluruhan
akan ikut serta dalam latihan berperan (senory awareness
method/metode menguasai pancaindera atau guided
imagery/panduan berperan), di mana membantu anggota
menemukan masalah yang umum di dalam grupnya lebih fokus lagi
daripada masalah-masalah perorangan. Secara keseluruhan,
warm-up adalah pengalaman dasar dan membolehkan
anggota-anggotanya memproses beberapa prosedur tenikal yang akan
25
warm-up adalah menghubungkan ke dalam tahap action dalam
psikodrama.8
2) Tahap action, bagian proses psikodrama ini melibatkan penampilan
tokoh protagonis dengan masalah-masalahnya. Sutradara
membantu setiap tokoh protagonis yang memilih untuk bekerja
“menyeting panggung” dalam adegan spesifik misalnya di sini dan
sekarang. Partisipan ditempatkan sebagai pemain pembantu yang
berperan peranan atau menjadi benda yang signifikan lainnya
dalam kehidupan tokoh protagonis. Kemudian adegan pembuka
ditampilkan dan tokoh protagonis begitu juga pemeran pebantu
diberikan kesempatan mengembangkan peran-peran mereka dan
meningkatkan interaksi mereka dari permukaan sampai pada
saat-saat yang paling signifikan. Dalam titik ini, sutradara akan
memberikan semangat kepada tokoh protagonis dalam melakukan
perubahan karakter atau role reversal sehingga dia dapat merasakan
empati yang lebih atau penyorotan terhadap perasaan-perasaan.
Tenik yang lain yang sering digunakan adalah monolog atau
soliloquy, tenik double, dan teknik asides. Semunya ditujukan
untuk membantu tokoh protagonis dalam mengembangkan
perasaan-perasaannya. Pada akhirnya tokoh protagonis ditolong
untuk melewati situasi yang dibangun oleh sikap-sikap tambahan
laingnya dan jawaban-jawaban behavioral. Bekerja melewati
8
Gezait, Khaled Meftah, Susie See Ching Mey, Melissa Ng Lee Yen Abdullah. (2012).
The role of psychodrama techniques to decrease the level of school violence in the Arab world. Interdisciplinary Journal of Family Studies, XVII, 2/2012
26
semua itu bisa berarti mengulang sebuah adegan menggunakan
strategi behavioral baru setiap saat. Itu bisa juga membutuhkan
perubahan-perubahan karekter atau roles reversal atau bahkan
penggunaan modeling. Hal yang krusial dalam tingkat action ini
adalah cara yang efektik untuk berakting yaitu tokoh-tokoh
protagonis mengekspresikan gambaran emosi-emosi dan
menemukan sesuatu yang baru.
3) Tahap integration, tahap terakhir psikodrama ini melibatkan diskusi
dan Setelah tahap action, seorang tokoh protagonis menjadi
bingung, lemah, dan membutuhkan dorongan. Sutradara memberi
semangat kepada grupnya untuk memberikan sebanyak mungkin
dorongan dan umpan balik/feedback yang membangun sebisa
mungkin selama tahap ini. Umpan balik awalnya berfokus pada
afektif kemudian intelektual da aspek-aspek pertunjukan. Melewati
akhir dari beberapa aspek-aspek kognitif yang telah dialami itu
akan lebih berhail untuk diekspresikan. Penyelesaian tahap ini ada
sebuah titik berat dalam mengerti dan menggabungkan sehingga
tokoh protagonis dapat berakting berbeda jika situasi-situasi yang
sama terjadi. Ada ratusan literatur tentang teknik-teknik
psikodrama dengan berbagai variasi, tapi hanya beberapa teknik
penting saja yang dibahasa di sini (creative amgery, magic shop,
sculpting, monodrama, soliloquy, double dan multiple double, role
27
hal-hal psikodrama khususnya. Sebenarnya banyak teknik
psikodrama, tetapi dalam makalah ini hanya beberapa teknik utama
yang akan dikemukakan yaitu sebagai berikut :
a) Creative imagery, yaitu pembayangan kreatif merupakan teknik
pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama
membayangkan adegan dan objek yang menyenangkan dan
netral, ide teknik ini membantu peserta menjadi lebih spontan.
b) The magic shop, yaitu merupakan teknik pemanasan yang
berguna bagi protagonist yang tidak dapat memutuskan atau
ragu tentang nilai dan tujuan mereka. Teknik ini melibatkan
sutradara atau ego yang membantu yang menyediakan kualitas
– kualitas khusus. Kualitas tidak untuk diobral, tetapi dapat
ditukar atau barter. Misalnya, wawan sebagai protagonist
menginginkan keterampilan – keterampilan yang berhubungan
dengan orang lain, dia harus menyerahkan kemarahan yang
irasional untuk ditukar dengan keterampilan yang berhubungan
baik.
c) Sculpting, yaitu dapat terlihat dalam contoh sebagai berikut,
anggota kelompok menggunakan metode nonverval untuk
menyusun orang lain di dalam kelompok layaknya suatu
konfigurasi orang – orang yang berarti, seperti anggota –
anggota keluarga, pegawai kantor, atau teman sebaya.
28
anggota melihat, mengetahui persepsi mereka tentang orang
lain yang berarti dengan cara yang lebih dinamis.
d) Teknik berbicara sendiri atau soliloquy, yaitu teknik yang
melibatkan protagonist menyajikan suatu monolog tentang
situasi dirinya.
e) Monodrama ( autodrama ), yaitu teknik yang merupakan bentuk
dari inti terapi gestalt. Dalam teknik ini, protagonist memainkan
semua bagian peranan, atau tidak menggunakan perasaan
pembantu.
f) The double atau multiple double technique, yaitu teknik double
merupakan suatu teknik yang sangat penting dalam psikodrama.
Teknik ini terdiri atas pengambilan peran aktor dari ego
protagonist dan membantu protagonist mengekspresikan
perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih jelas. Jika
protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple
double dapat Dalam situasi ini, dua atau lebih aktor menyajikan
aspek – aspek yang berbeda dari kepribadian protagonist.
g) Role reversals, yaitu dalam teknik ini protagonist memindahkan
peran dengan orang lain dipentas dan memainkan bagian orang
tersebut. Umpamanya, wawan sekarang menjadi Abdul dan
bertindak layaknya dia. Teknik ini mendorong ekspresi konflik
– konflik secara maksimum, dan merupakan teknik inti lain dari
29
h) Teknik cermin, yaitu dalam aktivitas ini, protagonist
memperhatikan dari luar pentas, sementara cermin ego
pembantu memantulkan kata – kata, gerak tubuh, dan postur
protagonist. Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk
membantu protagonist melihat dirinya secara lebih akurat.
Misalnya, wawan sekarang mengetahui melalui cermin Abdul,
bahwa dirinya tidak berpikir jernih dan ragu – ragu atas
bayangan dirinya sendiri.9
Peran Pemimpin Dalam Kelompok Psikodrama
Pemimpin psikodrama adalah terapis atau konselor. Menurut
Moreno pemimpin psikodrama mempunyai tiga peranan, yaitu sebagai
produser, fasilitator dan pengamat atau penganalisis. Pemimpin
membantu pemilihan pemegang peran utama, dan kemudian
menentukan teknik psikodrama mana yang paling tepat untuk
mengekplorasi masalah individu tersebut, merencanakan
pelaksanaannya, menyiapkan situasi yang tepat, dan memperhatikan
dengan cermat perilaku pemain utama selama psikodrama
berlangsung. Sebagai fasilitator pemimpin membantu pemain utama
(klien) dalam mengembangkan adegan, membantu pemain utama
(klien) dalam mengembangkan adegan, membantu agar ia dapat
mengungkapkan perasaannya, serta agar ia dapat memperoleh
pemahaman baru mengenai masalahnya. Untuk dapat menjadi
9
Abu Ahmadi. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Citra.
30
pemimpin psikodrama yang efektif seseorang harus mempunyai tiga
sifat yang utama, yaitu kreativitas, keberanian, dan kharisma.
Sutradara psikodrama memiliki banyak peran. Menurut Jl.
Moreno menyarankan, bahwa sutradara berperan sebagai produser,
fasilitator,pengamat, dan seorang analis. menyatakan lebih lanjut,
bahwa seorang direktur seyogianya membangun keterampilannya
dalam tiga bidang yang saling tergantung, yaitu:10
1) Pengetahuan tentang metode-metode, prinsip-prinsip, dan
teknik-teknik.
2) Pemahaman tentangteori kepribadian dan hubungannya dengan
pengembangan pembentukan filosofi hidup.
3) Kematangan dan perkembangan kepribadiannya sendiri. Ia juga
menambahkan bahwa ilmu pengetahuan yang luas tentang hidup
dan hakikat manusia, diharapkan sebagai piranti kerja khusus yang
dimiilki seorang sutradara, seperti dalam bidang pokok psikologi
umum, proses kelompok, psikologi humanistik, teori komunikasi,
dan komunikasi nonverbal.
Sutradara berfungsi untuk memandu tugas-tugas, seperti
memimpin pengalaman pemanasan, mendorong pengembangan
kepercayaan dan spontanitas, menetapkan strujtur agar prontagonist
dapat mengidentifikasi dan bekerja berdasarkan pokok-pokok
Interdisciplinary Journal of Family Studies, XVII, 2/2012
31
permasalahan yang berarti dalam hidup mereka, melindungi anggota
dari penggunaan orang lain, dan membawa beberapa bentuk
penghentian sesi kelompok. Untuk membantu tugas tersebut dengan
benar, sutradara yang potensial seyogianya sudah mengalami
psikodrama dan mendapatkan supervisi langsung dari sutradara yang
lebih berpengalaman. Secara menyeluruh, menyimpulkan bahwa
sutradara kelompok yang efektif memiliki tiga kualitas yaitu
kreatifitas, dorongan, dan kharisma. Individu seperti ini akan
bekerjakeras untuk kebaikan kelompok dan senantiasa berani
mengambil risiko utnuk membantu anggota mencapai tujuan.
6. Evaluasi Psikodrama
Keuntungan-keuntungan :
1. Keuntungan yang utama terletak pada keragamannya. Psikodrama
cocok digunakan dalam lingkungan psikoterapeutik maupun dalam
seting psikoedukasional dan seting bisnis. Ia dapat diterapkan pada
segala tingkat usia, pendidikan, sosial, ekonomi. Bentuk psikodrama
digunakan dalam terapi keluarga, treatmen adiksi, latihan teologi dan
kepekaan keadaan.
2. Aspek positif lainnya terletak pada potensialitas pengajarannya.
3. Pembentukan spontanitas dan kreativitas pada pemimpin dan anggota
kelompok.
32
5. Sebagai masukan dan umpan balik yang penonton dan direktur berikan
pada protagonist satu sama lainnya.11
Keterbatasan-keterbatasan :
a. Bahaya terlalu melebih-lebihkan psikodrama terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap penonton.
b. Kuantitas dan kualitas penelitian yang menyangkut psikodrama.
c. Dikaitkan dengann pemerolehan hasil latihan.
d. Psikodrama kemungkinan terlalu banyak memfokuskan pada
perasaan-perasaan ketimbang perubahan perilaku.
B. Pergaulan Bebas
1. Pengertian Prgaulan Bebas
Pengertian pergaulan bebas adalah bentuk prilaku yang tidak wajar
atau menyimpang di mana makna bebas itu menyelisihi dari batas norma
agama maupun norma kesusilaan. Di jaman yang serba canggih ini seperti
berkembangnya alat komunikasi dari segi hardware maupun software
sangat mendukung seseorang untuk berinteraksi satu sama lain. Namun di
balik semua itu terdapat dampak negatif bagi orang yang menyalah
gunakan seperti yang kita dengar di lingkungan tempat tinggal kita dan
media masa pun demikian banyak permasalahan.
Pergaulan bebas identik dengan pergaulan remaja yang
menyimpang biasa mengarah terhadap perbuatan seks. Beberapa waktu
11
Gazda, G.M. (1974). Group Counseling : A Developmental Approach, Boston : Allyn and Bacon Inc
33
lalu ada musim cabe-cabean. Cabe-cabean juga dapat di kategorikan
dengan pergaulan yang menyimpang. Hal tersebut juga dari dampak
pergaulan bebas. Selain perkembangan teknologi yang menyebabkan
perkembangan pergaulan bebas semakin menyimpang adalah
perkembangan budaya. Kebanyakan dari remaja negara ini mengadopsi
negara barat yang tidak se layaknya di contoh.
Di media masa sering kita dengar bahwa pertemanan seorang
remaja A berkenalan di facebook dengan remaja kota B. setelah mereka
berkenalan lama di facebook kemudian mereka saling menjalin cinta.
Setelah lama mereka berkomunikasi akhirnya mereka janjikan untuk
bertemu dengan sang kekasihnya di dunia maya. Setelah mereka bertemu
sang cowok mengajak nya berkencan ke tempat rekreasi. Kemudian
mereka menginap di hotel dan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya
di lakukan. Berita itu sudah sering kali kita dengar. Bahkan penculikan dan
penyekapan bisa bermula dari seorang cewek berkenalan dengan cowok
yang hanya berniat jahat untuk menodai nya.12
Penyebab pergaulan bebas yang berikutnya adalah remaja yang
mengadopsi budaya barat seperti cara berpakaian, sering pergi ke klub atau
diskotik, dan pesta seks bersama dengan teman-temannya. Hal itu sangat
wajar diperkotaan besar, kebiasaan dengan pola hidup kebersamaan atau
kesetiakawanan para remaja in sering menjadikan ini untuk menggoda
12
34
teman-temannya yang tidak mau. Pasti mereka akan mengolok-olok dan
mengatakan “tidak gaul”.
Penyebab lain dari pergaulan bebas juga peran dari orang tua.
Orang tua yang seharusnya bisa mengawasi, mendidik, dan memberikan
perhatian dan juga pengarahan sangatlah jarang di jaman sekarang ini.
orang tua jaman sekarang lebih fokus terhadap pekerjaan masing-masing.
Mereka beranggapan mereka sudah menitipkan anaknya kepada baby
sister mereka atau pembantunya. Yang terjadi saat mereka tidak dapat
perhatian, si anak bisa melakukan perbuatan menyimpang.
2. Pergaulan Bebas Remaja di Kupang Krajan
Pergaulan bebas remaja di Kelurahan Kupang Krajan Kecamatan
Sawahan Surabaya tidak lah berbeda dengan remaja pada umumnya.
Setelah melakukan wawancara dengan warga sekitar ternyata dalam
pergaulan keseharian remaja di Kelurahan Kupang Krajan terlihat wajar.
Tindak lanjut dari wawancara di lakukan kepada anggota karang taruna
dan remaja masjid, ternyata dari keterangan mereka berbeda dari
masyarakat yang sebelum nya. Dari hasil keterangan ketua karang taruna
dan remaja masjid mengatakan bahwa banyak nya remaja yang tidak
peduli dengan lingkungan dan kegiatan yang positif. Para remaja yang
berperilaku seperti itu rata-rata remaja yang masih mempunyai keinginan
untuk menjadi remaja yang trendi dan kekinian.
Terlihat kekinian dan gaul itu adalah motivasi para remaja saat ini
35
Sawahan Surabaya. Para remaja sangatlah mengutamakan gengsi. Terlebih
sekarang adalah era kemajuan teknologi, banyak sekali teknologi yang
membuat masyarakat lebih mudah dalam mengakses informasi dan
komunikasi, dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan
dampak positif tetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat
berdampak negative bagi kerusakan moral. Kemudian pergaulan yang
cukup luas dalam wilayah media sosial akan berdampak kepada prilaku
para remaja. Dari hasil proses pelayanan psikodrama di dapatkan beberapa
data dari para remaja rata-rata mereka setiap hari tidak bisa melepaskan hp
atau gadget bahkan dalam proses pelayanan pun masih banyak dari mereka
yang memainkan hp nya. Tidak semata-mata hanya berkomunikasi dengan
teman-teman nya sebaya, mereka juga sangat suka melihat video yang di
luar dari batas usia mereka. Salah satu nya adalah video tawuran kemudian
cara berpacaran sampai video porno.13
Dari sini banyak sekali dampak negative dari perkembangan
teknologi bagi para remaja. Mereka yang sehari-hari beraktifitas sebagai
pelajar tidak lah berpengaruh besar bagi karakter dan sifat sehari-harinya.
Kondisi ini lah yang nantinya akan menjadi salah satu bentuk penyadaran,
bahwa mereka harus mampu menyikapi kondisi dengan baik. Dalam
pergaulan sehari-hari para remaja di kupang krajan sering mengelompok
dan mereka pun sangat suka berkumpul di daerah yang ramai akan lalu
lalang orang. Tempat yang sering mereka jadikan ajang berkumpul ialah
13
36
jalanan di depan gang dan trotoar jalan raya. Bahkan mereka pun sering
membuat tempat itu susah untuk di lewati oleh para warga yang hendak
beraktifitas. Selain tempat-tempat tersebut di beberapa rumah salah satu
dari remaja tersebut pun juga di jadikan tempat berkumpul.
Judi online di daerah kupang krajan sendiri sudah cukup lama
menjadi permainan yang populer di sana. Bahkan hampir semua remaja di
sana sudah pernah memainkan nya. Dan mereka tidak sedikit pun merasa
kalau yang mereka lakukan akan merugikan mereka sendiri. Oleh sebab itu
para orang tua di kupang krajan sangat resah dengan ada nya judi online
tersebut. Tetapi mau bagaimana lagi mereka sudah mencoba berbagi cara
untuk menasehati anak-anak mereka tetapi tidak ada hasil nya. Bahkan
salah satu dari warga sekitar bercerita tentang dampak kekalahan judi yang
di alami anak nya. Sampai si anak ini tega mencuri dan menjual perhiasan
orang tua nya untuk membayar hutang kekalahan judi nya. Dari peristiwa
ini sangat ironi sekali dampak dari judi online tersebut.14
Dari beberapa pemaparan para remaja diatas ada pembahasan
tenang cara mereka mengenal lawan jenis atau berpacaran. Dari
keterangan beberapa remaja laki-laki di kupang krajan bahwa berpacaran
adalah suatu tuntutan sosial. Kenapa bisa demikian, karena mereka
bertolak ukur kepada figur artis atau remaja yang lagi trend pada masa ini.
Kalau hanya sekedar berpacaran dan mencari teman berbagi itu tidak
menjadi sebuah masalah. Namun yang terjadi sekarang adalah lebih dari
14
37
itu. Para remaja sekarang sangatlah berani dalam mengambil tindakan dan
tindakan-tindakan yang mereka ambil tidaklah dari proses berfikir dahulu,
melainkan dari rasa ingin di puji oleh teman-teman mereka, sehingga
tindakan yang di ambil sering membuat mereka terjerumus dalam
permasalahan yang serius. Banyak sekali kegiatan para remaja ini yang
hanya bertujuan untuk eksistensi mereka dalam pergaulan sehari-hari.
Fenomena ini cukup biasa dalam remaja saat ini itupun yang terjadi pada
para remaja di kupang krajan. Sehingga membuat acuan bagi teman-teman
yang lain untuk melakukannya. Begitupun dengan remaja perempuan di
Kupang Krajan Kec Sawahan Surabaya ini. Mereka lebih berfikir
bagaimana caranya mereka tidak tertinggal dari teman-temannya.
Sehingga mereka rela melakukan apa saja agar bisa setara dengan
teman-teman sebayanya. Dan itu semua hanyalah untuk eksistensi dan terlihat
gaul.
Minum minuman keras tidaklah menjadi barang yang asing bagi
mereka. Dan beberapa dari mereka pun sudah pernah meminum
minum-minuman keras. Setelah lebih jauh saya bertanya-tanya dengan mereka
ternyata minuman keras pun hanya soal gengsi dan gaya-gaya an. Mereka
pun sebenarnya juga tau kalau miras itu berdampak tidak baik bagi
kesehatan mereka. Lagi-lagi motivasi yang membuat mereka melakukan
aktifitas itu karena dorongan keinginan tahuan mereka dengan hal baru
dan karena gengsi dengan teman-teman sebayanya. Dari sini terdapat dua
38
luar dari kebiasaan. Faktor pergaulan dan faktor dari dirinya sendiri. Untuk
kasus ini kita tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu kita menyarankan kerjasama
dengan para orang tua mereka. Tetapi untuk proses yang lebih jauh
tentunya kita harus melakukan pendekatan yang baik dengan orang tua
para remaja ini. Agar dalam proses penanganan tidak terjadi salah tafsir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode merupakan proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban, dengan kata lain metode berarti
suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.1
Penelitian berasal dari bahasa Inggris Research yang berarti usaha atau
pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode
tertentu secara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan
sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problem yang
akan dipecahkan.2
1. Pendekatan
Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena penelitianya dilakukan pada
kondisi yang natural atau menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
dari kelurahan kupang krajan kec. Sawahan Surabaya. Penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan psikodrama dalam menyikapi pergaulan bebas di kelurahan
kupang krajan kec. Sawahan Surabaya.
1
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kulaitiatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), h. 145
2
40
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis (peneliti) menggunakan jenis
penelitian Kualitatif-Deskriptif. Penelitian kualitatif-deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memaparkan atau menggambarkan
sesuatu hal, seperti keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan
lain-lain.3 Penelitian Deskriptif tidak didesain untuk menguji hipotesis, tetapi
lebih pada upaya menyediakan informasi seputar karakter fisik, sosial,
perilaku, ekonomi, atau psikologi dari sekelompok orang.
Penelitian ini sangat bergantung pada pengamatan yang dilakukan
peneliti dilapangan dan berhubungan dengan orang-orang dilapangan
dengan bahasa dan peristilahan dari peneliti sendiri.4 Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.5
Dengan demikian, pendekatan kualitatif-deskriptif dalam penelitian
ini bertujuan untuk memaparkan dan menggambarkan implementasi
metode psikodrama dalam menyikapi pergaulan bebas di Kelurahan
kupang krajan Kecamatan Sawahan Surabaya, menyediakan informasi
seputar konsep metode psikodrama dalam menyikapi pergaulan bebas di
Kelurahan kupang krajan Kecamatan Sawahan Surabaya.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke-14, h. 3
4
Lexi J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h.3
5
41
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian meliputi
aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada suatu saat
dan situasi tertentu, karena itu dilakukan secara terus menerus sepanjang
penelitian berlangsung. Penelitian kualitatif umumnya mengambil subjek lebih
kecil dan mengarah pada penelitian proses daripada produk dan biasanya
dibatasi pada satu kasus.6 Subyek pada penelitian ini yakni Kelurahan kupang
krajan Kecamatan Sawahan Surabaya.
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata atau
pernyataan- pernyataan yang disampaikan oleh responden,7dan tingkah laku
yang di tunjuk kan oleh objek penelitian. Sumber data adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data dari
beberapa sumber, diantaranya yaitu :
1. Sumber Data Utama (Primer)
Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data
secara langsung kepada pengumpul data,8 yakni subyek yang
dimanfaatkan untuk membuat informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian yang mempunyai banyak pengetahuan tentang latar
belakang penelitian tersebut. Dalam hal ini yang menjadi sumber utama
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid, h.112.
8
42
adalah semua pihak yang berkaitan dengan proses pelayanan psikodrama
Kelurahan Kupang Krajan Kec. Sawahan Surabaya. Diantaranya bapak
Lurah, warga dan remaja kupang Krajan Kec. Sawahan Surabaya.
2. Sumber Data Penunjang (Sekunder)
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti,9 diantaranya adalah sumber data
mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, dokumen-dokumen dan
sebagainya. Sumber data yang tertulis dalam penelitian ini adalah
buku-buku dalam bentuk laporan ataupun jurnal yang berkaitan dengan
penelitian yang penulis lakukan, dan alat-alat yang berhubungan dengan
proses pelayanan psikodrama Kelurahan Kupang Krajan Kec. Sawahan
Surabaya. Data yang akan didapatkan dari sini berkaitan dengan
lingkungan kelurahan, keadaan obyektif lingkungan, baik kondisi sarana
dam prasarana ataupun kondisi sumber daya lingkungan kupang krajan
sebagai penunjuang keberhasilan psikodrama dalam layanan psikodrama
Kelurahan Kupang Krajan Kec. Sawahan Surabaya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data disini menggunakan metode observasi,
interview, dan dokumentasi, lebih rincinya sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Teknik observasi (pengamatan) adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara
9