• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Nurul Istifadah Potensi Interlinkage Industri Manufaktur fulltext

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Nurul Istifadah Potensi Interlinkage Industri Manufaktur fulltext"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSIINTERLINKAGE INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR MENGHADAPIPERSAINGAN BEBAS DI KAWASAN ASEAN

The economic potential of the manufacturing industry in East J ava is relatively large compared to other economic sectors. The rapid growth in the manufacturing industry in East Java will have an impact on the economic development of East Java, especially the economic sectors which have high inter-sector linkages. However, since 2004 the manufacturing industries in East Java have symptoms of de-industrialization, namely the phenomenon of decline in the ratio of manufacturing to GDP continuously. In addition, East Java manufacturing industries will also face the ASEAN single market that would apply in 2015. This will provide greater competitive challenges. Thus, it is necessary to exploit the potential of the development strategy of manufacturing industries in East Java in facing the challenges of global change.

The purpose of this study was to analyze (1) manufacturing industry linkages with other economic sectors, (2) analyze the impact of the development of the manufacturing industry to the economy of East Java, and (3) formulate strategies for the development of the manufacturing industry in East Java to be able to contribute the growth rate of East Java greater. Analytical tool in this study is the Input Output Model.

The analysis showed that the degree of relatedness of the manufacturing industry and other economic sectors are relatively high, especially for backward linkages (upstream linkages). The development of manufacturing industry also gives a fairly high economic impact on the economy of East Java. To face the increasing global competition, the development of manufacturing industries in East Java are not only intended to increase the comparative advantage, but also to increase competitive advantage.

Keywords: manufacturing industry, sector linkages, de-industrialization, input-output models.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Potensi ekonomi industri manufaktur di Jawa Timur relatif besar dibandingkan dengan sektor- sektor ekonomi lainnya. Pada tahun 2013, industri manufaktur menyumbang sebesar 24,68 persen terhadap PDRB Jawa Timur. Industri manufaktur merupakan kontributor terbesar kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur. Indushi manufaktur Jawa Timur juga berperan besar dalam pembentukan output industri manufaktur secara nasional. Pada tahun 2011, kontribusi industri manufaktur Jawa Timur terhadap industri manufaktur nasional sebesar 16,28 persen. Industri manufaktur Jawa Timur merupakan kontributor terbesar kedua, setelah industri manufaktur Jawa Barat, terhadap pembentukan total output indushi manufaktur nasional. Pada tahun 2011, industri manufaktur Jawa Barat menyumbang 25 persen terhadap output indushi manufaktur nasional.

Nurul Istifadah

Faculty of Economics and Business, Airlangga University nistifadah@yahoo.com.au

ABSTRACT

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(2)

Potensi yang besar dari industri manufaktur Jawa Timur tersebut, secara relatif ternyata mengalami penurunan. Rasio industri manufaktur Jawa Timur terhadap PDRB Jawa Timur, disebut juga rasio industrialisasi, menunjukkan trend yang semakin menurun. Industri manufaktur Jawa Timur sedang mengalami gejala deindustrialisasi, yaitu fenomena turunnya rasio industrialisasi secara terus menerus. Turunnya rasio industrialisasi ini merupakan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan terhadap perkembangan perekonomian Jawa Timur jangka panjang, mengingat sumber-sumber input, yaitu potensi sumber daya alam yang dimiliki provinsi Jawa Timur sangat besar-.

Industri manufaktur memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja serta produktivitas yang lebih tinggi dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Sehingga perlu untuk merencanakan dan menyusun strategi sehingga peran industri manufaktur tidak semakin turun. Hal ini penting untuk dilakukan kar ena selain potensi besar- dari nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja tersebut, industri manufaktur Jawa Timur juga memiliki kemampuan dalam mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Industri manufaktur memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage). Produk industri manufaktur juga merupakan produk yang diharapkan dapat menghadapi persaingan global. Pada tahun 2015, perekonomian Jawa Timur akan menghadapi pasar- tunggal ASEAN. Hal ini akan memberi tantangan persaingan yang semakin besar-. Sehingga, perlu strategi pengembangan untuk memanfaatkan potensi industri manufaktur Jawa Timur untuk menghadapi tantangan global tersebut.

RUMUSAN MASALAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a. keterkaitan industri manufaktur dengan sektor-sektor ekonomi lainnnya di Jawa Timur b. menganalisis dampak peningkatan output industri manufaktur terhadap output

perekonomian Jawa Timur

e. memformulasikan strategi pengembangan industri manufaktur Jawa Timur sehingga mampu menyumbang tingkat pertumbuhan Jawa Timur yang lebih besar.

MANFAAT Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

a. Sebagai masukan terhadap penegembangan industri manufaktur di Jawa Timur atau di daerah lain di luar Jawa Timur.

b. Sebagai bahan masukan untuk penyusunan pereneanaan pereepatan pengembangan industri manufaktur di Jawa Timur melalui prioritas subsektor industri unggulan, sehingga basil eapaiannya lebih efisien

(3)

KAJIAN PUSTAKA

Pembangunan Ekonomi Daerah

Pengertian pembangunan dapat dijelaskan berdasarkan pandangan tradisional dan modem (Widodo, 2006: 3-4). Pengertian pembangunan dalam pandangan tradisional diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan PDB/PDRB, indikator produksi, dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan pandangan modem melihat pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi dalam mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja.

Pelaksanaan pembangunan pada umumnya diprioritaskan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999: 6). Proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah disebut dengan pembangunan ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk mencari terus-menerus (menciptakan) peran spesifik daerah melalui efisiensi dan penggunaan sumber daya k re at if yang dimiliki oleh sistem ekonomi daerah (Capello, 2007:85). Pembangunan ekonomi daerah juga mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja barn dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Konsep dasar dari pembangunan ekonomi daerah adalah bahwa pembangunan barns bertumpu pada kekuatan endogen dengan memanfaatkan sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik daerah. Konsep ini mengarah pada kekhasan daerah, potensi daerah, dan inisiatif daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Pada dasarnya daerah memiliki kondisi dan potensi yang berbeda-beda. Indentifikasi kegiatan yang menggambarkan potensi daerah dan keunggulan komparatif daerah tersebut merupakan tugas utama dari pemerintah daerah (Azis, 1994:65). Kebijakan dan strategi pembangunannya juga barns menyesuaikan dengan kondisi (permasalahan, kebutuhan, dan potensi) daerah tersebut. Dalam kondisi nyata dapat terjadi bahwa suatu daerah memiliki keunggulan komparatif yang mencakup beberapa komoditas dibanding daerah sekitarnya. Dalam kasus tersebut, maka menurut Ricardo (dalam Setiono, 2002:230) daerah tersebut barns menetapkan spesialisasi pada komoditas yang memiliki keunggulan komparatif tcrbcsar atau yang memiliki ketidak-unggulan komparatif terkecil. Prinsip keunggulan kompar atif perlu memperhitungkan biaya pengangkutan karena mengandung unsur keterkaitan an tar daerah. Keterkaitan antar daerah merupakan faktor positif, dari segi kepentingan integrasi ekonomi nasional (Azis, 1994: 66-67).

Pengertian Industri Manufaktur

Pengertian industri adalah: (1) merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis; dan (2) sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996). Dalam pengertian kedua ini, kata industri sering disebut sebagai industri pengolahan atau industri manufaktur (manufacturing industry).

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(4)

Pengertian industri pengolahan atau industri manufaktur adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar sccara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau baiang jadi (Hadikusumo: 1990). Sektor industri manufaktur dalam PDB/PDRB dibagi menjadi sembilan jenis subsektor industri, yaitu: 1) industri makanan, minuman, dan tembakau; 2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; 3) industri kayu dan produk lainnya; 4) industri produk kertas dan percetakan; 5) industri produk pupuk, kimia, dan karet; 6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; 7) industri logam dasar- besi dan baja; 8) industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi; serta 9) produk industri pengolahan lainnya.

Secara umum, industri manufaktur dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu industri dasar-, aneka industri hilir, dan industri kecil dan rumah tangga. Industri dasar- meliputi industri mesin logam dasar- dan industri kimia dasar-. Industri dasar- adalah industri yang memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan lebih lanjut sektor industri lainnya untuk meningkatkan nilai tambah dalam perekonomian. Industri dasar- ini meliputi industri pupuk, besi dan baja, peleburan aluminium dan sebagainya. Kedua, kelompok aneka industri hilir yang memiliki misi untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia. Kelompok ketiga adalah industri kecil dan rumah tangga yang memiliki misi sebagai pemerataan ekonomi Indonesia. Industri kecil (IK) merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit dan teknologi yang sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga. Adapun industri yang termasuk dalam kelompok IK ini misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

Pada umumnya, semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, maka semakin banyak jumlah dan macam industrinya. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Pengklasifikasian industri didasarkan antar a lain berdasarkan pada kriteria: bahan baku, tenaga kerja, modal atau jenis teknologi yang digunakan, proses produksi, pemilihan lokasi, produktivitas perorangan, dan lain-lain. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut. Semakin besar- dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka-ragam jenis industrinya yang berkembang.

Tingkat industrialisasi suatu negara diukur dari besarnya kontribusi sektor industri manufaktur dalam menciptakan produksi nasional. Perbandingan antara besarnya nilai produksi sektor industri dengan produksi nasional disebut rasio industrialisasi. Perkembangan industrialisasi suatu negara pada khususnya negara sedang berkembang dapat dilihat dari kontribusi sektor industrinya. Tahapan industrialisasi dikemukakan oleh United Nations Industrial Development Organization (UNINDO) dan Bank Dunia yang mengelompokkan negara-negara berdasarkan rasio antara nilai tambah industri terhadap PDB. Pengelompokan tersebut meliputi:

1. negara non industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi kurang dari 10 persen

2. negara yang sedang dalam proses industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara 10-20 persen

3. negara semi industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara 20 - 30 persen 4. negara industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi di atas 30 persen

(5)

Kegiatan industrialisasi tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas penduduknya. Industri pada umumnya mampu berperan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Industri sebagai leading sector dapat memacu dan mendorong pembangunan di sektor-sektor lainnya, baik sektor hulu maupun sektor hilir. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan di sektor-sektor lainnya untuk menyediakan bahan- bahan baku bagi industri tersebut (keterkaitan hulu atau keterkaitan ke belakang). Dan, sebaliknya, sektor-sektor ekonomi lainnya menggunakan output sektor industri sebagai bahan bakunya (keterkaitan hilir atau keterkaitan ke depan).

Metode Penelitian

Penelitian difokuskan di sektor industri manufaktur Jawa Timur, dengan tehnik analisis menggunakan Input Output model. Model input-output digunakan untuk menganalisis keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya serta dampaknya terhadap output perekonomian di Jawa Timur. Keterkaitan tersebut meliputi keterkaitan ke depan atau keterkaitan hilir (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang atau keterkaitan hulu (backward linkage).

Data yang digunakan adalah sekunder. Data utama adalah tabel input output provinsi Jawa Timur tahun 2010 dengan matriks transaksi 110x110 dengan kode IO 37 - kode IO 78 (42 jenis industri manufaktur). Data pendukung lainnya berasal dari BPS dan sumber-sember terkait lainnya. Secara sederhana model input-output digambarkan dalam tabel berikut.

""\Output Permintaan Antaia Permintaan Akhir

Jumlah Output

Input 1 2 3 n C+I+G+X

1 Zn Z12 — Zln Yi X!

Input Antaia

2 Z21 Z22 — Z28 Y2 X2

n Znl Zn2 Zn3 Znn Yn xn

Nilai Tambah Vl V2 ... v„

Impor Mi M2 ... Mn

Jumlah Input X! X2 ... xn

tabel di atas, persamaan output menurut bails adalah sebagai berikut: Zn + Z12 + Z13 ....+ Zis + Yi = Xi

Z21 + Z21 + Z23 + Z28 + Y2 = X2 Z31 + Z32 + Z33 + Z38 + Y3 = X3

3

XZij+Yi = Xi ; dimana(i = 1,2.3... 42 ) pers(3.1)

j=i

jrsamaan total input menurut kolom adalah sebagai berikut: Zn + Z21 + Z31 .... Z38 + Vi = Xi

m feb Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(6)

Zl2 + Z22 + Z23 Z28 + V2 — X2 Z13 + Z23 + Z33 Z38 + V3 — X3

3

EZiJ+Vi=Xi ; dimana(j = 1,2.3, 42 ) H pers (3.2)

i=i keterangan :

zy = sejumlah output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j untuk menghasilkan output sebesar X;.

Yi = permintaan akhir sektor i Vj = input primer sektor j

Dalam mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya untuk berproduksi atau memanfaatkan basil produksinya, analisis keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur dibedakan menjadi keterkaitan langsung (direct linkage) dan tidak langsung (indirect linkage). Penjumlahan kedua keterkaitan tersebut adalah keterkaitan total (total linkage). Keterkaitan langsung dihitung dengan menggunakan matriks koefisien tehnologi (matriks A), sedangkan keterkaitan total dihitung dengan menggunakan matriks invers Leontief ((I-A)"1).

Koefisien tehnologi dinotasikan dengan a,,. Nilai koefisien input untuk masing-masing sel dapat dihitung dengan rumus :

dimana

ay = koefisien input sektor ke-i dari kolom ke-j (berada pada baris i kolom j) Zy = penggunaan input oleh sektor ke-j dari sektor ke-i

Xj = output sektor ke-j

Setelah mendapatkan koefisien tehnologi ay manipulasi aljabar dari persamaan (3.1) di atas adalah X = A.X + Y, dimana zy = ay. X,. Selanjutnya, notasi matriks tersebut dapat disederhanakan menjadi:

X = A. X + Y X - (A.X) = Y X (1 - A) = Y X = Y / (1-A) X = Y (1 - A)1

X = (1 - A)1 Y

Matriks (1-A)"1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief (Leontief Inverse Matrix). Elemen matriks ini merupakan matriks pengganda yang mencerminkan dampak langsung dan dampak tidak langsung (disebut juga dampak total) dari perubahan permintaan akhir output industria manufaktur Jawa Timur terhadap total output perekonomian Jawa Timur.

(7)

Keterkaitan Ke Belakang (Backward Linkage)

Karena perubahan permintaan akhir pada sektor j (industri manufaktur Jawa Timur) mengakibatkan sektor yang memberi input kepada sektor j berubah, dampak tersebut mengakibatkan daya menarik (backward linkage), yaitu daya menarik (pull) sektor-sektor yang di belakangnya (hulu) untuk berubah. Artinya, perubahan pada sektor industri manufaktur Jawa Timur akan menarik sektor hulu untuk berkembang.

Rumus keterkaitan ke belakang dinotasikan sebagai B(d)j = Yli=iaij Selanjutnya keterkaitan ke belakang juga memiliki efek tidak langsung. Oleh karena itu, keterkaitan ke belakang total yang memasukkan efek langsung dan tidak langsung tersebut dirumuskan sebagai berikut: B(d + i)j= Xr=i aij- Notasi a merupakan matriks koefisien tehnologi, sedangkan notasi a mempakan matriks invers leontief (a).

Keterkaitan ke Depan (F orward Linkage)

Keterkaitan ke depan adalah menghitung total output yang terbentuk akibat meningkatnya output sektor industri manufaktur Jawa Timur melalui mekanisme distribusi output dalam perekonomian Jawa Timur. Jika terjadi peningkatan output produksi sektor industri manufaktur i, maka tambahan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-sektor produksi lainnya dalam perekonomian Jawa Timur, termasuk sektor industri manufaktur i itu sendiri. Keterkaitan langsung yang dinotasikan dengan F(d)j rumusnya adalah: F(d)i = aij* sedangkan keterkaitan total ke depan industri manufaktur Jawa Timur tersebut dirumuskan sebagai: F(d + j)^ = £"=1 aij- Notasi a merupakan matriks koefisien tehnologi, sedangkan notasi a merupakan matriks invers leontief (a).

Daya menarik (backward linakage) menggambarkan pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor lainnya. Adapun daya mendorong (forward linkage) mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena meningkatnya input yang disediakan sektor hulu.

Angka Pengganda Output (output multiplier)

Dampak output digunakan untuk melihat besarnya kenaikan total output perekonomian Jawa Timur untuk setiap kenaikan 1 (satu) satuan output yang dihasilkan oleh sektor industri manufaktur Jawa Timur. Industri manufaktur Jawa Timur dikatakan mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan output perekonomian Jawa Timur apabila indeks multiplier outputnya lebih besar- dari satu. Rumus

n

indeks multiplier output industri manufaktur Jawa Timur tersebut adalah: Q . = y^yy .dimana i=l

merupakan elemen matriks invers Leontief atau matriks (I-A)"1.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Perkembangan Perekonomian Jawa Timur

Salah satu indikator hasil capaian pembangunan ekonomi di Jawa Timur adalah dilihat dari nilai PDRBnya. Selama periode tahun 2006-2013, nilai PDRB Jawa Timur atas dasar- harga konstan

(8)

tahun 2000 telah meningkat lebih dari dua kalinya, yaitu dari Rp 271.797,92 Milyar pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 419.428,45 Milyar pada tahun 2013.

Perkembangan nilai PDRB Jawa Timur atas dasar harga konstan tersebut menggambarkan capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional dan DKI Jakarta. Lihat Gambar 1. Tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tersebut tidak lepas dart posisi strategis provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pusat pertumbuhan di pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang aliran barang dan jasa dari dan menuju Kawasan Timur Indonesia.

Dalam PDRB Jawa Timur, perekonomian terdiri dari sembilan sektor ekonomi. Sektor yang menyumbang output paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri manufaktur, serta sektor pertanian. Sejak tahun 2004, telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Jawa Timur, dimana kontributor ekonomi terbesar Jawa Timur bergeser dari industri manufaktur Jawa Timur menjadi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lihat Tabel 1.

Perekonomian Jawa Timur memiliki peran yang strategis dalam membentuk kinerja perekonomian nasional. Kontribusi perekonomian Jawa Timur terhadap pembentukan perekonomian nasional terus menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2013 sebesar 15,14 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu barometer keberhasilan pembangunan ekonomi nasional. Kinerja perekonomian Jawa Timur yang baik akan memberi dampak yang besar- terhadap keberhasilan kinerja perekonomian nasional. Lihat Gambar- 2.

Industri Manufaktur di Jawa Timur

Sektor industri manufaktur dalam PDRB Jawa Timur dibagi ke dalam 9 subsektor industri. Dari kesembilan subsektor industri tersebut, industri makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi nilai output produksi yang paling besar-, yaitu lebih dari 50 persen dari total output produksi industri manufaktur di Jawa Timur. Disamping membagi jenis industri manufaktur menurut subsektor dalam PDRB Jawa Timur, industri manufaktur juga dapat digolongkan berdasarkan kode IO dengan matriks transaksi 110 x 110, yaitu jenis-jenis industri manufaktur yang terdiri dari 42 jenis industri dengan kode IO 37 - kode IO 78.

Secara absolut, selama periode tahun 2003-2011 perkembangan output industri manufaktur Jawa Timur terus meningkat. Namun, selama periode tahun 2006-2009, pertumbuhan output industri manufaktur- Jawa Timur mengalami periambatan (Gambar 4). Hal ini dimungkinkan kar ena pengaruh bencana lumpur Lapindo (menyembur sejak 26 Mei 2006) sehingga mengganggu distribusi sistem logistik dari wilayah Jawa Timur bagian Selatan dan Timur menuju pusat pertumbuhan di Surabaya (terdapat pelabuhan Tanjung Perak dan bandara udara Juanda) serta diperparah oleh dampak periambatan pertumbuhan ekonomi di tingkat dunia akibat resesi global.

(9)

Intersectoral Linkage Industri Manufaktur Jawa Timur

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya relatif tinggi, terutama untuk keterkaitan ke belakang (keterkaitan hulu). Sebagian industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan ke depan dan ke belakang, secara relatif bahan bakunya banyak disediakan oleh sektor-sektor ekonomi yang berada di wilayah Jawa Timur, sementara pasar outputnya juga berada di wilayah Jawa Timur.

Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur secar a umum menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan lebih rendah dari pada ke belakang. Rendahnya keterkitan ke depan ini disebabkan karena output antara (intermediate output) jenis industri manufaktur tersebut relatif lebih kecil dibanding output akhir (final output). Rendahnya tingkat keterkaitan ke depan ini juga disebabkan karena pasar output industri manufaktur lebih banyak berada di luar wilayah provinsi Jawa Timur.

Hampir semua jenis industri manufaktur memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang tinggi, kecuali komoditas gula (kode IO 46), komoditas rokok (kode IO 50), dan peralatan listrik (kode IO 73). Hal ini menggambarkan bahwa provinsi Jawa Timur merupakan penyedia input potensial bagi sebagian besar jenis industri manufaktur (kecuali 3 jenis industri tersebut). Artinya, bahwa input industri manufaktur Jawa Timur sebagian besar berasal dari output berbagai sektor yang berlokasi di wilayah provinsi Jawa Timur. Sebaliknya, jenis industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan ke depan (forward linkage) yang tinggi, tetapi tingkat keterkaitan ke belakangnya rendah (kurang dari 1) adalah industri gula (Kode IO 46). Industri gula ini secara relatif bahan bakunya disediakan oleh sektor-sektor lain yang berada di wilayah Jawa Timur dan di luar- wilayah Jawa Timur

Industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan, baik ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang rendah, adalah industri rokok (Kode IO 50) dan industri peraltan listrik (Kode IO 73). Hasil produksi industri rokok merupakan output akhir yang langsung dikonsumsi. Industri ini memiliki keterkaitan dengan sektor jasa perhotelan dan angkutan (laut dan udara), karena sebagian besar- (61,15%) konsumennya adalah konsumen di luar wilayah Jawa Timur, yaitu 22,25% di ekspor ke luar- negeri dan sebesar 77,75%-nya dikonsumsi oleh konsumen domestik di luar wilayah Jawa Timur (antar pulau).

Dampak Peningkatan Output Industri Manufaktur terhadap Peningkatan Output Perekonomian Jawa Timur

Dari total output industri manufaktur di Jawa Timur, sebesar Rp 312.842.101,49 Juta (33,27 persen) merupakan output antara dan Rp 627.468.392,07 Juta (66,73%) merupakan output akhir yang langsung digunakan (final consumption). Dari final output tersebut, sebesar Rp 360.212.377,96 Juta (57,41 persen) untuk penggunaan konsumsi di Jawa Timur dan sisanya sebesar Rp 267.256.014,11 Juta (42,59 persen) diekspor ke luar wilayah Jawa Timur.

Dari jumlah output industri manufaktur Jawa Timur yang diekspor, yaitu sebesar Rp 92.725.041,96 Juta (34,7 persen) diekspor ke luar negeri dan sisanya sebesar Rp 174.530.972,15 Juta (65,3 persen) diekspor ke luar wilayah provinsi Jawa Timur (antar provinsi dan antar pulau). Dengan demikian, menunjukkan bahwa hampir separuh konsumen produk jadi industri manufaktur Jawa Timur adalah konsumen di luar wilayah Jawa Timur, yaitu produk ekspor ke luar negeri dan sebagian besar adalah ekspor antar provinsi dan antar pulau.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(10)

Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur memberi dampak output yang relatif lebih bcsar dibanding jenis industri manufaktur lainnya terhadap peningkatan output perekonomian Jawa Timur. Jenis industri yang memberi dampak output paling besar terhadap perekonomian Jawa Timur adalah industri olahan susu dan es krim, pakan ternak, pemotongan hewan, pengawetan ikan, dan penggilingan padi (kecuali beras) dan tepung.

Strategi Pengembangan Industri Manufaktur Jawa Timur sehingga Mampu Menyumbang Tingkat Pertumbuban Ekonomi Jawa Timur yang Lebih Besar.

Penyusunan strategi peningkatan kinerja perekonomian Jawa Timur penting untuk dilakukan mengingat bahwa pada tahun 2015, secara de yure, perekonomian Jawa Timur akan menghadapi pasar tunggal ASEAN dimana tingkat persaingan semakin ketat.

Untuk menghadapi persaingan global yang semakin meningkat, pengembangan industri manufaktur Jawa Timur tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunggulan komparatif, tetapi juga untuk peningkatan keunggulan kompetitif agar daya saing ekspor produk industri manufaktur Jawa Timur meningkat. Hal ini karena beberapa jenis industri manufaktur merupakan komoditas ekspor unggulan, yaitu ekspor antar daerah (perdagangan domestik) sehingga daya saing dapat meningkat, terutama unntuk daya saing di tingkat lokal.

Perkembangan industri manufaktur Jawa Timur memberikan dampak ekonomi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Jawa Timur. Semua jenis industri manufaktur memiliki nilai output multiplier di atas satu.

Strategi untuk menghadapi persaingan global yang semakin meningkat, maka pengembangan industri manufaktur Jawa Timur tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunnggulan komparatif, tetapi juga untuk peningkatan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari sisi efisiensi proses produksi, termasuk kemudahakan mendapatkan akses ke bahan baku (input) maupun kelancaran distribusi outputnya.

Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Kebijakan Simpulan

1. Tingkat keterkaitan ke belakang dan ke depan industri manufaktur Jawa Timur:

a. Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur secara umum menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan lebih rendah dari pada ke belakang.

b. Hampir semua jenis industri manufaktur di Jawa Timur memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang tinggi, kecuali komoditas gula (kode 10 46), komoditas rokok (kode 10 50), dan peralatan listrik (kode 10 73).

(11)

d. Industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan, baik ke depan dan ke belakang yang rendah adalah industri rokok (Kode 10 50) dan industri peraltan listrik (Kode 10 73).

2. Perkembangan industri manufaktur Jawa Timur memberikan dampak ekonomi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Jawa Timur. Semua jenis industri menufaktur memiliki tingkat multiplier di atas satu.

3. Strategi pengembangan industri manufaktur Jawa Timur Menghadapi Persaingan global adalah melalui pengembangan industri manufaktur yang tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunnggulan komparatif, tetapi juga untuk peningkatan keunggulan kompetitif, melalui peningkiatan efisiensi proses produksi.

Keterbatasan Penelitian

Mengingat alat analisis dalam penelitian ini menggunakan single region bukan multiregional input output, maka dalam penelitian ini tidak dapat melacak jalur pemasaran dari output dan sumber bahan baku (input) industri manufaktur Jawa Timur.

Implikasi Kebijakan

1. Untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur, maka memprioritaskan pada beberapa jenis industri yang mempunyai keunggulan komparatif, yaitu yang mempunyai tingkat keterkaitan antar sektor yang tinggi.

2. Meningkatkan industri makanan dan minuman, tidak hanya dari sisi keunggulan kontribusi outputnya, tetapi agar lebih memiliki daya saing ekspor, baik ekspor ke luar negeri maupun ekspor antar daerah, mengingat bahan bakunya juga berasal dari produk lokal Jawa Timur dan mampu menyerap tenaga kerja dan dampak output yang besar.

feb Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adler, Hans A. 1982. Evaluasi Ekonomi Proyek-Proyek Pengangkutan. Ul-Press. Jakarta. Arthur O Sullivan, Arthur O. 2007. Urban Economic, 6th edition. Mc Graw Hill. USA. Badan Pusat Statik Indonesia

Badan Pusat Statik Provinsi Jawa Timur

http://iurnalmaritim.eom/2014/7/1164/terminal-peti-kemas-taniung-perak-overload. diakses tgl 30 September 2014.

Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input Output, edisi kedua. LPEE-UI. Jakarta.

Nijkamp, Peter. 1986. Handbook of Regional and Urban Economic, Volume II. Nort Holland. Amsterdam.

Polak, Jacob B and Arnold Heertje. 2001. Analytical Transport Economics, An International Perspective. Edward Elgar. United Kingdom.

Salim, Abbas. 2002. Manajemen Transportasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Setiono NS, Dedi. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah, Teori dan Analisis. LPEEUI. Jakarta. Sinulingga, Budi D. 1999. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinai- Harapan.

Tamin, Ofyar, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

(13)

LAMPIRAN

Tabel 1

Kontribusi PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor, Tahun 2006-2013 (%)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 16.71 16.25 15.81 15.65 15.00 14.34 13.84 13.19 Pertambangan & Galian 2.03 2.11 2.17 2.21 2.27 2.24 2.14 2.07 Industri Pengolahan 27.27 26.92 26.52 25.96 25.39 25.12 24.90 24.68 Listrik & Gas & Air Bersih 1.33 1.43 1.39 1.36 1.36 1.34 1.33 1.31

Bangunan 3.50 3.34 3.24 3.21 3.21 3.27 3.26 3.34

Perdagangan, Restoran & Hotel 28.55 29.17 29.75 29.91 31.04 31.78 32.61 33.24 Pengangkutan & Komunikasi 6.31 6.42 6.60 7.10 7.33 7.61 7.78 8.07 Keuangan,Persew Bgn&Jasa Persh 5.19 5.30 5.41 5.42 5.45 5.50 5.53 5.59

Jasa-Jasa 9.10 9.07 9.10 9.17 8.97 8.79 8.61 8.51

Total PDRB 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.

Tabel 2

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Menurut Sektor, Tahun 2006-2013 (%)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian, Peternk, Kehutn &

Perikanan 3.84 3.13 3.12 3.92 2.23 2.53 3.49 1.59

Pertambangan & Galian 7.90 10.45 9.26 6.92 9.18 6.08 2.32 3.30 Industri Pengolahan 2.96 4.64 4.39 2.80 4.32 6.06 6.34 5.59 Listrik & Gas & Air Bersih 3.91 11.82 3.10 2.72 6.43 6.25 6.21 4.74

Bangunan 1.40 1.22 2.70 4.25 6.64 9.12 7.05 9.08

Perdagangan, Restoran & Hotel 8.77 8.39 8.27 5.58 10.67 9.81 10.0 6 8.61 Transportasi & Komunikasi 6.34 7.77 7.20 12.98 10.07 11.44 9.65 10.43 Keuangn, Real Estate & Jasa

Perusahaan 6.94 8.47 8.05 5.30 7.27 8.18 7.91 7.68

Jasa-Jasa 5.00 5.88 6.27 5.76 4.34 5.08 5.06 5.32

(14)
(15)

Tabel 3

Keterkaitan Total Ke Belekang dan Ke depan Industri Manufaktur Jawa Timur Menurut Kode IO 37 - Kode IO 78

Kode

Sektor

Keterkaitan

IO Ke Belakang Ke

Depan

37 Pemotongan hewan 1.5012 1.2453

38 Pengolahan dan pengawetan daging 1.3594 0.7748

39 Pengolahan dan pengawetan ikan dan biota 1.4115 0.8194 40 Pengolahan dan pengawetan buah-buahan dan sayuran 1.0894 0.8118 41 Minyak makan dan lemak nabati dan bewani 1.3625 1.2597 42 Pengolahan susu, produk dari susu dan es krim 1.5858 1.1814

43 Beras 1.4997 0.9543

44 Penggilingan padi-padian (kecuali beras), tepung dan

pati 1.4018 1.3531

45 Roti dan kue 1.3883 0.7788

47 Industri makanan lainnya 1.3580 0.9781

48 Pakan ternak 1.5758 1.7843

49 Minuman 1.1341 0.7849

51 Tembakau olahan 1.3774 0.7885

52 Tekstil dan bahan tekstil 1.0320 0.9357

53 Permadani, tali, dan tekstil lainnya 1.0862 0.7660

54 Pakaian jadi 0.9924 0.7829

55 Kulit dan barang dari kulit 1.3972 0.9823

56 Alas kaki 1.1927 0.7695

57 Kayu, barang dari kayu dan gabus, anyaman bambu,

rotan 1.1874 1.6575

58 Kertas dan barang dari kertas 1.0187 1.0469

59 Percetakan dan reproduksi media rekaman 1.0223 1.0621

60 Kimia dasar 1.2668 0.9161

61 Pupuk dan pestisida 1.0843 1.8396

62 Sabun, barang pembersih, dan kosmetik 0.9601 0.8343

63 Barang basil kilang minyak dan kimia lainnya 1.1273 1.0243

feb Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(16)

64 Farmasi dan obat tradisional 1.1571 0.9955

65 Karet dan barang dari karet 1.0895 0.9779

66 Barang dari plastic 1.0546 1.0972

67 Kaca dan barang dari kaca 1.1946 0.8818

68 Bahan bangunan, keramik, dan barang dari tanah liat 1.0453 0.7662 69 Semen kapur dan barang lainnya bukan logam 0.9781 1.0279

70 Logam dasar 1.3399 1.4851

71 Barang dari logam lainnya 1.2787 1.2555

72 Computer, barang elektronik, komunikasi, dan optik 0.9720 0.8482

74 Mesin dan perlengkapannya 1.0448 0.8693

75 Alat angkutan 1.0510 0.7752

76 Furnitur 1.0828 0.8086

77 Barang lainnya 1.1724 0.7949

(17)

~Ko ~yi 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 ^0 51 ^2 53 "54 ^5 56 57 ~58 ^9 "60 61 62 ~63 Tabel 4

Multiplier Output Industri Manufaktur Jawa Timur Menurut Kode Tabel Input Output

Jenis Industri Multiplier Output

Pemotongan hewan

Pengolahan dan pengawetan daging Pengolahan dan pengawetan ikan dan biota

Pengolahan dan pengawetan buah-buahan dan sayuran Minyak makan dan lemak nabati dan hewani

Pengolahan susu, produk dari susu dan es krim Beras

Penggilingan padi-padian (kecuali beras), tepung dan pati

Roti dan kue Gula

Industri makanan lainnya Pakan ternak Minuman 1.9660 1.7803 1.8486 1.4267 1.7844 2.0768 1.9641 1.8359 1.8182 1.2247 1.7785 2.0637 1.4853 Rokok Tembakau olahan 1.2305 1.8038 Tekstil dan bahan tekstil

Permadani, tali, dan tekstil lainnya

1.3515 1.4226

Pakaian jadi 1.2996

Kulit dan barang dari kulit Alas kaki

1.8298 1.5620 Kayu, barang dari kayu dan gabus, anyaman bamboo,

rotan 1.5550

Kertas dan barang dari kertas 1.3341

Percetakan dan reproduksi media rekaman 1.3388 Kimia dasar

Pupuk dan pestisida

Sabun, barang pembersih, dan kosmetik

1.6591 1.4200 1.2574 Barang basil kilang minyak dan kimia lainnya 1.4763

feb Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(18)

64 Farmasi dan obat tradisional 1.5153

65 Karet dan barang dari karet 1.4268

66 Barang dari plastic 1.3811

67 Kaca dan barang dari kaca 1.5649

68 Bahan bangunan, keramik, dan barang dari tanah liat 1.3690 69 Semen kapur dan barang lainnya bukan logam 1.2810

70 Logam dasar 1.7548

71 Barang dari logam lainnya 1.6746

72 Computer, barang elektronik, komunikasi, dan optic 1.2730

73 Peralatan listrik 1.2358

74 Mesin dan perlengkapannya 1.3683

75 Alat angkutan 1.3764

76 Furnitur 1.4180

77 Barang lainnya 1.5355

(19)

8.00 6.00 4.00 2.00 0.00

5.80 6.11 6.16 6.68 7.22 7.27 g.SS

01

49

35 6.01 6.22 6.23

4.63 5.50

2006

5.78

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 JawaTimur Nasional

Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.

Gambar 1

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional, Tahun 2006-2013 (%)

15.20

15.00 15.14

14.80

14.89

15.03 14.60 14.71

14.68 14.67 14.73

14.79 14.40

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.

Gambar 2

Kontribusi PDRB Provinsi Jawa Timur terbadap PDB Nasional Tahun 2006-2013 (%)

30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 Sumatera Jawa Barat Jawa Timur Kalimantan Sulawesi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber: BPS JawaTimur, diolah.

Gambar 3

Industri Manufaktur Nasional Menurut Provnsi dan Pulau Tahun 2003-2011 (%)

feb " wW

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

(20)

7.000

5.28

6.000 61 93 77

36 32

5.000

4.000 80

3.000 2.000 1.000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2012, diolah. Gambar 4

Pertumbuhan Output Industri Manufaktur jawa Timur Tahun 2003-2011 (%)

16.50 16.38 16.37 16.35 16.35

16.40 16.28

16.30 16 18

16 14 16 12

16.20 16 09

16.10 16 00 15.90

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2012, diolah.

Gambar 5

Referensi

Dokumen terkait

4BTBSBO ZBOH JOHJO EJDBQBJ EBMBN QFOHHVOBBO NFEJB QFOEJEJLBO QBEB QFNCFMBKBSBO CBIBTB "SBC BEBMBI CBHBJNBOB NFNBOGBBULBO NFEJB BVEJP WJTVBM EBO BVEJP WJTVBM VOUVL EBQBU

Setiap individu memproses maklumat dengan cara yang berlainan. Justeru itu, kepelbagaian dalam berfikir ini akan mempengaruhi pelajar untuk bertindak terhadap bahan

Masa lanjut usia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikis, dan sosial yang saling berinteraksi satu sama

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui Pengendalian Intern yang diterapkan oleh perusahaan atas penjualan tunai dan penerimaan kas, objeklaporan akhir ini adalah

Berdasarkan dari kuisioner pada tabel 2 tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya sistem pendukung keputusan penentuan warga miskin dapat membantu kegiatan di kelurahan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) aktivitas bermain memberikan kontribusi yang signifikan sebesar 17,3% terhadap keterampilan motorik kasar murid

Bagaimana perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng curah/kemasan, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goring curah/kemasan.

Berdasarkan data SASPEM, total kreditur yang akan dikirimkan surat konfirmasi Debt Outstanding Position periode 31 Maret 2010 sebanyak 72 kreditur, lebih sedikit jika