• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA PESERTA DIDIK KELAS I MI SANAN PAKEL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA JAWA PESERTA DIDIK KELAS I MI SANAN PAKEL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

67 A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang biasa disingkat dengan PTK dalam bahasa Inggris PTK ini disebut dengan Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dirasa sangat cocok digunakan, karena penelitian ini difokuskan pada permasalahan pembelajaran yang timbul dalam kelas, guna untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif. PTK dipilih karena mempunyai beberapa keistimewaan yaitu mudah dilakukan oleh guru, tidak mengganggu jam kerja guru, selain itu sambil mengajar bisa sekaligus melakukan penelitian serta tidak memerlukan perbandingan. Data hasil penelitian yang akan dipaparkan merupakan data hasil tentang beberapa hal yang menyangkut pelaksanaan selama tindakan berlangsung, yaitu penerapan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa peserta didik kelas 1 MI Sanan Pakel Tulungagung Penelitian dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

1 2 3 4

1 Senin, 14 November 2016

Ijin Penelitian Peneliti meminta izin melaksanakan penelitian 2 Kamis, 17 November

2016

(2)

Lanjutan table 4.1 a match serta evalusi test 1 a match serta evalusi test II

1. Paparan Data

a. Paparan Data Pra Tindakan

Sebagaimana prosedur pembuatan skripsi yang telah di umumkan oleh Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yaitu dengan melalui beberapa tahap, mulai dari pengajuan judul skripsi, pembagian dosen pembimbing sampai dengan seminar proposal. Pengajuan judul skripsi peneliti laksanakan pada tanggal 30 September 2016 kepada kepala Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Bapak Muhammad Zaini, MA. dengan tanpa revisi. Pada tanggal 09 Oktober 2016, pengumuman jadwal seminar proposal dan dosen pembimbing di umumkan dan dosen pembimbing skripsi peneliti adalah Bapak Dr. M. Jazeri M.Ag. Setelah pengumuman dosen pembimbing, peneliti bersama teman - teman yang berada dibawah bimbingan Bapak Dr. M. Jazeri M.Ag. menemui beliau untuk konsultasi jadwal seminar proposal.

(3)

Ilmu Keguruan. Proposal saya disetujui dengan beberapa catatan untuk direvisi. Setelah seminar proposal terlaksana dan judul penelitian disetujui peneliti segera mengajukan surat ijin penelitian ke Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dengan persetujuan pembimbing. Pada hari Senin, 14 November 2016 peneliti datang ke MI Sanan Pakel Tulungagung untuk bertemu dengan Bapak Ali Mustofa M.Pd.I. selaku kepala madrasah, sekaligus menyerahkan surat permohonan izin penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir Program Sarjana IAIN Tulungagung.

Pada pertemuan tersebut peneliti menyampaikan rencana untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kepala madrasah menyatakan tidak keberatan dan menyambut dengan baik keinginan peneliti untuk melaksanakan penelitian serta berharap agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat memberikan sumbangan besar dalam proses pembelajaran di MI Sanan Pakel Tulungagung tersebut. Untuk langkah selanjutnya kepala sekolah menyarankan agar menemui guru yang bersangkutan dengan mata pelajaran Bahasa Jawa kelas I untuk membicarakan langkah selanjutnya.

(4)

penelitian yaitu pokok bahasan tema kegiatan dengan menerapkan metode make a match.

Dari pertemuan dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Jawa kelas I, peneliti memperoleh informasi tentang jumlah peserta didik, kondisi peserta didik dan latar belakang peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah peserta didik kelas I seluruhnya adalah 20 yang yang terdiri atas 12 peserta didik laki – laki dan 8 peserta didik perempuan. Peserta didik kelas I ini kondisinya sesuai dengan kondisi kelas pada umumnya, kemampuan peserta didik heterogen. Latar belakang peserta didik pun bermacam – macam, yaitu keluarga pedagang, petani, wiraswasta, pegawai dan priyayi. Selain meminta penjelasan tentang pembelajaran Bahasa Jawa pada kesempatan itu pula peneliti menanyakan jadwal pelajaran Bahasa Jawa kelas I. Ibu Pitri menjelaskan bahwa pelajaran Bahasa Jawa diajarkan pada hari Kamis saja jam, ke 1 s.d ke 2 yaitu jam 07.00 - 08.10. Peneliti mengambil tiga pertemuan yaitu pada tanggal 17 November 2016, 24 November 2016, dan 01 Desember 2016.

(5)

dan menjelaskan cara mengisinya. Peneliti juga menyampaikan bahwa sebelum penelitian akan dilaksanakan tes awal. Selanjutnya guru pengampu agar terlebih dahulu memperkenalkan peneliti di kelas I sebelum mulai penelitian. Peneliti menyampaikan bahwa penelitian tersebut dilakukan selama 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari 1 kali tindakan atau 1 pertemuan. Setiap akhir siklus akan diadakan tes akhir tindakan untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.

Peneliti juga melakuan wawancara dengan Ibu Pitri Winarsih, yang akrab di panggil Bu Pitri mengenai masalah yang dihadapi berkenaan dengan proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa di MI Sanan Pakel Tulungagung ini. Adapun kutipan dari rekam hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:

Didukung dengan penuturan dari Pitri; ”Pembelajaran Bahasa Jawa yang ada di MI ini masih cenderung kurang aktif. Peserta didik takut untuk bertanya ketika dia kurang paham dengan penjelasan guru. Metode yang saya gunakan yaitu metode ceramah, tanya jawab, mencatat, dan peserta didik saya suruh mengerjakan buku Lembar Kerja Peserta didik (LKS) secara individual kemudian dikumpulkan kepada guru. Peserta didik kurang terlibat pada kegiatan pembelajaran, peserta didik takut bertanya maupun mengeluarkan pendapat, peserta didik kurang termotivasi dan tertarik dengan bahasa Jawa. Hal itu menyebabkan nilai hasil belajarnya masih kurang dari KKM. KKM nya adalah 70, jadwal untuk mata pelajaran Bahasa Jawa hari Kamis pukul 07.00-08.10.1

Hasil wawancara diatas, dapat diketahui dan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa yang berlangsung di kelas I MI Sanan Pakel Tulungagungi cenderung menggunakan metode

1

(6)

ceramah dan penugasan. Peserta didik cenderung pasif, mereka hanya mendengarkan penjelasan guru. Hal ini merupakan salah satu yang dapat menjadi penyebab kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran, sehingga berdampak kepada nilai hasil belajar siswa.

Sesuai dengan rencana kesepakatan dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Jawa kelas I, pada hari Kamis, 17 November 2016 peneliti memasuki kelas I untuk mengadakan tes awal (pre test). Tes awal tersebut diikuti oleh 20 siswa. Pada tes awal ini peneliti memberikan 10 buah soal yang telah divalidasi oleh Ibu Dra. Siti Zumrotul Maulida, M.Pd.I berdasarkan saran dari dosen pembimbing bahwa validasi soal kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Jawa. Adapun soal pre test sebagaimana terlampir dalam lampiran. Pre test berlangsung dengan tertib dan lancar selama 30 menit. Adapun penjabaran proses pre test dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kegiatan awal peneliti memberikan salam, peneliti mengajak siswa membaca basmalah bersama-sama, peneliti mengabsen siswa dan melakukan apersepsi untuk menggugah semangat baru dalam diri siswa kemudian peneliti sedikit bertanya tentang pelajaran sebelumnya.

2) Kegiatan inti peneliti membagikan soal pre test (tes awal) kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan peserta didik.

(7)

bahwa pelajaran pada pertemuan selanjutnya akan berlangsung dengan menggunkan metode make a match selanjutnya, peneliti mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa membaca hamdalah bersama sama dan mengucapakan salam.

Selanjutnya peneliti melakukan pengoreksian terhadap lembar jawaban siswa untuk mengetahui nilai pre test. Adapun hasil pre test Bahasa Jawa pada kelas I dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Pre Test

No Nama L/P Nilai

Jumlah peserta didik keseluruhan 20 Jumlah peserta didik yang telah tuntas 4 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 16 Jumlah peserta didik yang ikut tes 20 Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes 0

Rata-rata nilai kelas 52

(8)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah 20 peserta didik. Dari 20 peserta didik yang mengikuti pre test, diketahui 4 peserta didik mencapai ketuntasan belajar dan 16 yang belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan pada tabel tersebut dapat diketahui juga, nilai rata – rata peserta didik pada tes awal adalah sebesar 52 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 20%. Hasil tes tidak sesuai dari yang diharapkan oleh peneliti yaitu 50%. Hasil tes ini nantinya akan peneliti gunakan sebagai acuan peningkatan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik.

Selain menggunakan pre test untuk mengetahui nilai hasil belajar Bahasa Jawa peserta didik, peneliti juga melakukan observasi motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Adapun observasi motivasi dan keaktifan peserta didik sebagaimana terlampir (lampiran 19 dan lampiran 20). Hasil observasi motivasi dan keaktifan peserta didik pada pembelajaran Bahasa Jawa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Motivasi (Observasi Awal)

No Kriteria Skor

1 Perhatian 1

2 Relevansi 3

3 Percaya Diri 3

4 Kepuasan 3

Jumlah Skor 10

Jumlah Skor Maksimal 20

(9)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran Bahasa Jawa. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 50%.

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan (Observasi Awal)

No Kriteria Skor

1 Pengalaman 3

2 Interaksi 3

3 Komunikasi 3

4 Refleksi 2

Jumlah Skor 11

Jumlah Skor Maksimal 20

Prosentase skor ( x 100) 55%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum keaktifan belajar peserta didik pada pembelajaran Bahasa Jawa. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 55%.

Berdasarkan hal tersebut peneliti akan mengadakan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan penerapan metode make a match pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Harapan peneliti dari adanya penerapan metode make a match pada pembelajaran Bahasa Jawa ini hasil belajar peserta didik akan mengalami peningkatan, sehingga ketuntasan kelas pun dapat tercapai setidak – tidaknya 75% dari jumlah keseluruhan peserta didik dengan nilai ≥ 70.

b. Paparan Data Tindakan (Siklus 1)

(10)

1) Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan siklus 1 ini peneliti menyusun dan

mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu: (1) Menyiapkan

lembar observasi aktifitas peneliti dan peserta didik, dan lembar

observasi motivasi dan keaktifan peserta didik. Adapun formatnya

sebagaimana terlampir, (2) Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, (3) Membuat media pembelajaran, yaitu gambar, (4)

membuat soal tes yang digunakan untuk post test siklus 1 dan (5)

menyiapkan daftar absensi (6) Melaksanakan koordinasi dengan guru

Bahasa Jawa kelas I dan teman sejawat mengenai pelaksanaan

tindakan.

2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan siklus I ini dilaksanakan Kamis tanggal 17 November 2016 dalam satu kali pertemuan. Peneliti didampingi oleh teman sejawat dan guru kelas I yaitu Ibu Pitri Winarsih yang bertindak sebagai pengamat. Materi pada pertemuan I (siklus I) adalah kegiyatan ing wayah isuk lan kegiyatan ing wayah awan.

a) Kegiatan Awal

(11)

Sebelum memulai pelajaran, peneliti memberikan pertanyaan prasyarat. Ini dilakukan guna mengetahui sejauh manakah pemahaman materi peserta didik sebelum peneliti menyampaikan materi selanjutnya. Selain itu, peneliti juga berusaha membangkitkan semangat dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti, proses pembelajaran dimulai dengan menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran berupa gambar. Disini peneliti berusaha menarik perhatian peserta didik dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik terkait dengan materi yang akan diajarkan.

Setelah peneliti menyampaikan materi secara garis besarnya saja, peneliti membagi kelas menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 10 peserta didik bersifat heterogen dari jenis kelamin dan tingkat kemampuan akademiknya dalam kegiatan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Daftar Pembagian Kelompok

Kelompok Nama L/P

1 2 3

A FHP L

B AMM L

A ANC L

B AFF L

A AFF L

B AYR P

A ANRM L

B CAPM P

(12)

Lanjutan Tabel 4.5

1 2 3

B ESP L

A FQN P

B FTO P

A KAS P

B MAPP L

A NBN L

B MZH L

A NUL P

B NHDRF L

A SDS P

B ZAL L

Selanjutnya peneliti mengarahkan peserta didik untuk berkumpul bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing. Setelah itu peneliti membagikan kartu gambar dan ukara pada peserta didik. Kelompok A menerima kartu gambar dan kelompok B menerima kartu ukara. Setelah setiap peserta didik mendapat kartunya masing-masing peneliti mengarahkan peserta didik pada kelompok A untuk menemukan pasangan kartu gambar dengan kartu ukara pada kelompok B. Begitu pula peneliti mengarahkan peserta didik kelompok B untuk menemukan pasangan kartu ukara dengan kartu gambar pada kelompok A.

(13)

observasi terkait motivasi dan keaktifan yang muncul pada peserta didik yang dibantu oleh pengamat II.

c) Kegiatan Akhir

Setelah lembar jawaban post test dikumpulkan, di akhir pembelajaran, peneliti mengadakan pemantapan materi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Pemantapan materi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami apa yang telah disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

Situasi yang terjadi saat pemantapan materi siklus 1 dengan menyimpulkan bersama antara guru dan peserta didik melalui tanya jawab sehingga peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Peneliti juga memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam belajar. Selanjutnya, peneliti bersama peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan mengucap hamdalah bersama.

3) Observasi Tindakan

a) Hasil nilai pada post test siklus I

(14)

Tabel 4.6 Hasil Post test Siklus I

Jumlah peserta didik keseluruhan 20 Jumlah peserta didik yang telah tuntas 10 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 10 Jumlah peserta didik yang ikut tes 20 Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes 0

(15)

Berdasarkan presentasi ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa pada siklus I peserta didik kelas I belum mampu memenuhi kriteria ketuntasan belajar yaitu 75%, dari jumlah seluruh peserta didik dalam satu kelas. Dengan demikian masih diperlukan siklus berikutnya untuk membuktikan bahwa pembelajaran dengan metode make a match mampu meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik kelas I.

b) Hasil observasi aktifitas peneliti dan peserta didik serta motivasi dan keaktifan belajar peserta didik

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, observasi dilakukan oleh 2 orang observer, yakni ibu Pitri Winarsih guru kelas I sekaligus guru mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai pengamat I yang mengamati aktifitas peneliti dan peserta didik. Kemudian Rifki Ika Afida, mahasiswa jurusan PGMI IAIN Tulungagung sebagai pengamat II yang motivasi dan keaktifan peserta didik selama pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Adapun taraf keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu: Tabel 4.7 Taraf Keberhasilan Tindakan

Tingkat Keberhasilan

Nilai Huruf Bobot Predikat

1 2 3 4

86-100% A 4 Sangat baik

76-85% B 3 Baik

60-75% C 2 Cukup

55-59% D 1 Kurang

(16)

Berikut hasil observasi terhadap aktifitas peneliti pada siklus I: Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti Siklus I

Tahap Indikator Pengamatan

Nilai Diskriptor

1 2 4 5

Awal 1. Melakukan aktivitas rutin

sehari-hari 5 3. Menjelaskan tugas peserta didik

5 Semua muncul 4. Meminta peserta didik untuk

menempelkan hasil kerjanya di

Akhir 1. Menyimpulkan materi

bersama-sama dengan peserta didik 3 b, d

Berdasarkan hasil analisis data diatas dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang ditetapkan, meskipun ada beberapa beberapa hal yang tidak dilakukan oleh peneliti. Prosentase nilai rata-rata yang diperoleh dari pengamat I tersebut adalah 82%.

(17)

Observasi yang kedua adalah hasil pengamatan terhadap aktifitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Hasil Observasi Aktifitas Peserta Didik Siklus I

Tahap Indikator Pengamat

Nilai Deskriptor 4. Memperhatikan apersepsi 2 B 5. Memanfaatkan sarana yang 3. Mengikuti pembelajaran make a

match 4 b, c, d

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum kegiatan belajar peserta didik sudah sesuai harapan. Meskipun masih ada beberapa indikator yang belum muncul. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 70%.

(18)

Observasi yang ketiga adalah hasil pengamatan terhadap motivasi belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.10. Hasil Observasi Motivasi (Siklus I)

No Kriteria Skor

1 2 3

1 Perhatian 3

2 Relevansi 3

3 Percaya Diri 3

4 Kepuasan 4

Jumlah Skor 13

Jumlah Skor Maksimal 20

Prosentase skor ( x 100) 65%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum motivasi belajar peserta didik sudah sesuai harapan. Meskipun masih ada beberapa indikator yang belum muncul. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 65%.

Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka motivasi belajar peserta didik pada siklus I berada pada kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 21.

(19)

Tabel 4.11 Hasil Keaktifan Belajar Siklus I

No Komponen Skor

1 2 3

1 Pengalaman 5

2 Interaksi 3

3 Komunikasi 4

4 Refleksi 3

Jumlah skor 15

Skor maksimal 20

Prosentase skor ( x 100%) 75%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum keaktifan belajar peserta didik sudah sesuai harapan. Meskipun masih ada beberapa indikator yang belum muncul. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 75%.

Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka keaktifan peserta didik pada siklus I berada pada kategori cukup. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 22.

c) Hasil wawancara

Selain observasi, peneliti juga tetap melakukan wawancara dengan guru dan beberapa peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang keberhasilan selama proses pembelajaran berlangsung, serta saran untuk proses siklus II agar menjadi lebih baik dan mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Wawancara ini dilakukan setelah pelaksanaan Post test siklus I selesai.

(20)

bersama dengan peserta didik lain, tidak dilakukan perorangan. Berikut transkrip wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru, serta dengan beberapa peserta didik dalam jangka waktu yang berbeda:

1) Wawancara dengan guru dan teman sejawat

Wawancara ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 25 November 2016 pukul 08.20 yang bertempat di ruang guru, karena pada jam tersebut, ibu Pitri tidak ada jam mengajar. Wawancara ini dilakukan setelah siklus 1 selesai dan data post test sudah teridentifikasi.

Berikut pernyataan dari Bu Pitri dan Fida: ” Peserta didik sudah lumayan dapat dikondisikan, namun masih ada beberapa peserta didik yang masih rame sendiri. Beberapa anak masih ada yang bercanda dengan temannya saat pelajaran. Ketika mengajar lebih tegas sedikit agar peserta didik mudah dikondisikn. Untuk penggunaan metode pembelajaran sudah lumayan bagus, namun anak-anak masih sedikit bingung karena metode pembelajaran ini belum pernah saya pakai untuk mengajar. Semoga minggu depan dapat berjalan lebih baik, biar anak-anak tambah paham.”2

2) Wawancara dengan peserta didik

Wawancara dengan peserta didik ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 25 November 2016, dan berlangsung setelah wawancara dengan guru selesai. Wawancara ini dilakukan ketika peserta didik kelas I sedang beristirahat. Mereka adalah Alia, Carlys dan Umi. Dari hasi wawancara dengan ketiga peserta didik dapat disimpulkan bahwa mereka

2

(21)

merasa senang dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, namun masih kebingungan untuk mencari pasangan dari kartu yang dibawanya karena temannya ada yang berlari-lari.

Berikut pernyataan dari ketiga peserta didik; “Saya suka dengan cara bu Puput mengajar. Karena saya dan teman-teman belum pernah belajar dengan cara yang ibu gunakan. Tapi saya bingung memasangkan gambar dan ukara dengan teman saya karena teman saya sulit diajak berkerja sama.”3

Berdasarkan analisis dari wawancara dengan guru, dan beberapa peserta didik, dapat dijabarkan sebagai berikut : (1) Peneliti harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas,

agar peserta didik mudah dikendalikan.

(2) Menurut ibu Pitri, anak-anak masih terlihat sulit bekerjasama dengan teman jika tidak suka dengan temannya yang sesuai dengan hatinya.

(3) Untuk pertemuan selanjutnya, Ibu Pitri menyarankan untuk lebih memperbaiki jalannya pembelajaran, agar peserta didik lebih memahami materi dengan baik. (4) Peserta didik terlihat senang dalam pembelajaran Bahasa

Jawa setelah diterapkannya metode make a match. d) Hasil catatan lapangan

Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi dan tidak ada dalam lembar observasi

3

(22)

selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil catatan lapangan pada siklus I yaitu:

(1) Masih ada peserta didik yang kurang memperhatikan saat peneliti menyampaikan materi.

(2) Meskipun kelompok belajar peserta didik sudah terbentuk, masih ada saja peserta didik yang protes dan ingin pindah ke kelompok lainnya.

(3) Peserta didik masih belum terbiasa saat belajar dengan metode make a match.

(4) Saat mengerjakan soal post test siklus I, masih ada peserta didik yang mencontek karena mereka kurang percaya diri pada kemampuannya.

4) Refleksi

Setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi, peneliti melakukan refleksi dari kegiatan pada siklus I. Adapun hasil dari refleksi adalah sebagai berikut :

(23)

ketuntasan belajar peserta didik dari 20% (pre test) menjadi 50% (Post test siklus I).

b) Setelah peneliti melihat hasil observasi. Pada hasil observasi, berdasarkan kriteria taraf keberhasilan, aktifitas peneliti berada pada kategori baik, aktifitas peserta didik berapa pada kategori cukup, motivasi peserta didik berada pada kategori cukup dan keaktifan belajar peserta didik berada pada kategori cukup. c) Dari hasil wawancara dengan guru, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan peneliti dalam proses pembelajaran sudah baik, namun harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas. Peneliti juga disarankan untuk dapat lebih baik dalam komunikasi dalam pembelajaran, agar peserta didik lebih memahami materi dengan baik. Dari hasil wawancara dengan peserta didik, dapat disimpulkan bahwa peserta didik merasa senang belajar Bahasa Jawa setelah diterapkannya metode pembelajaran make a match, meskipun begitu, masih ada juga peserta didik yang merasa malu untuk bertanya saat mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.

(24)

Adapun kendala pada siklus I dan rencana perbaikannya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 Kendala Siklus I dan Rencana Perbaikan Siklus II

Kendala Siklus I Rencana Perbaikan Siklus II

1 2

1. Saat proses pembelajaran berlangsung, masih ada peserta didik yang kurang memperhatikan dan ramai.

1. Guru lebih tegas dalam menjalankan setiap langkah pembelajaran namun tetap terfokus kepada peserta didik sebagai subjek.

2. Masih ada peserta didik yang malu untuk bertanya ketika kesulitan dalam memahami materi.

2. Peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berani bertanya dalam hal apapun terutama saat kesulitan memahami materi.

3. Peserta didik mengganggu teman yang lain.

3. Peneliti memberikan pengertian kepada peserta didik bahwa tidak boleh menggagu temannya dan harus bersikap baik kepada siapa saja.

4. Masih ada peserta didik yang kurang aktif dan bermain sendiri

4. Peneliti memotivasi peserta didik untuk lebih aktif lagi dalam mencari pasangan kartunya.

5. Masih ada peserta didik yang mencontek teman ataupun membuka buku saat mengerjakan.

5. Memberikan motivasi pada peserta didik agar yakin dan percaya diri dalam mengerjakan soal.

c. Paparan Data Tindakan (Siklus II)

Siklus II dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Pada hari Kamis tanggal 01 Desember 2016. Dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Adapun materi yang akan diajarkan adalah mengulang materi yang telah diajarkan pada siklus I, yakni tema kegiatan. Proses dari siklus II akan diuraikan sebagai berikut:

(25)

Sebelum melakukan penelitian siklus ke II, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kartu gambar dan kartu ukara, dan soal Post test siklus II. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi dan wawancara untuk memperkuat data hasil tes ditambah dengan hasil dokumentasi. Selain itu, peneliti juga kembali mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan melakukan koordinasi dengan guru kelas sekaligus guru mata pelajaran Bahasa Jawa demi kelancaran penelitian yang akan dilakukan dan untuk memperbaiki kekurangan dari siklus I.

2) Pelaksanaan tindakan

Kegiatan siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 01 Desember 2016 dalam satu kali pertemuan yang terdiri dari dua jam pelajaran.

a) Kegiatan Awal.

(26)

masih mengingat materi yang telah di sampaikan pada siklus pertama. Selain itu, peneliti juga berusaha membangkitkan semangat dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Memasuki kegiatan inti, proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan materi. Dalam penyampaian materi kali ini, peneliti tetap mengajak peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan sesekali melontarkan beberapa pertanyaan yang dijawab oleh peserta didik. Setelah peneliti menyampaikan materi, peneliti membagi kelas menjadi 2 kelompok. Kelompok A akan mendapat kartu ukara dan kelompok B akan mendapat kartu gambar. Pembagian kartu yang diberikan ini berbeda dengan siklus I. Hal ini bertujuan agar peserta didik tidak jenuh dalam pembelajaran.

Adapun pembagian anggota kelompok dapat dilihat pada table bi bawah ini :

Tabel 4.13 Daftar Pembagian Kelompok

Kelompok Nama L/P

1 2 3

B FHP L

A AMM L

B ANC L

A AFF L

B AFFn L

A AYR P

B ANRM L

A CAPM P

B DSDO P

A ESP L

(27)

Lanjutan Tabel 4.13

1 2 3

A FTO P

B KAS P

A MAPP L

B NBN L

A MZH L

B NUL P

A NHDRF L

B SDS P

A ZAL L

Setelah kelompok terbentuk peneliti membagikan kartu pada setiap anggota kelompok. Selajutnya peserta didik diarahkan untuk mendapatkan pasangan kartu nya yang dibawa oleh temannya di kelompok lain. Peneliti memberikan waktu untuk peserta didik menemukan pasangan dari kartu yang dibawanya.

Setelah peserta didik mampu menemukan pasangan kartu yang dibawanya, peserta didik diminta menempelkannya di depan kelas dan membaca ukara yang ada. Selanjutnya peneliti memberikan reward gambar bintang kepada peserta didik yang mampu menemukan pasangan kartunya pada batas waktu yang ditentukan.

c) Kegiatan akhir

(28)

didik memahami apa yang telah disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

Setelah menyimpulkan materi bersama peserta didik, peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam belajar. Kemudian peneliti bersama peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan mengucap hamdalah bersama.

3) Observasi tindakan

a) Hasil nilai pada post test siklus I

Pada hasil Post test siklus II, nilai rata–rata yang diperoleh peserta didik sebesar 87,18. Dibandingkan dengan hasil pre test dan Post test siklus I, prestasi belajar peserta didik pada hasil Post test siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini: Tabel 4.14 Hasil Post test Siklus II

(29)

Lanjutan Tabel 4,14

1 2 3 4 5 6

14 MAPP L 93,34 √

15 NBN L 86,67 √

16 MZH L 85 √

17 NUL P 93,34 √

18 NHDRF L 88,67 √

19 SDS P 90 √

20 ZAL L 86,67 √

Jumlah 1743,73 19 1

Jumlah peserta didik keseluruhan 20 Jumlah peserta didik yang telah tuntas 19 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 1 Jumlah peserta didik yang ikut tes 20 Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes 0

Rata-rata nilai kelas 87,18

Prosentase ketuntasan 95%

Berdasarkan hasil Post test siklus II pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 20 peserta didik kelas I MI Sanan Pakel Tulungagung Tulungagung yang mengikuti tes, 1 peserta didik atau 5% belum mencapai KKM yaitu nilai 65. Sedangkan yang telah mencapai KKM sebanyak 19 peserta didik atau 95%. Dan ketuntasan belajar yang dicapai peserta didik sebesar 95%.

Berdasarkan presentasi ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa pada siklus II peserta didik kelas I sudah mampu memenuhi kriteria ketuntasan belajar yaitu 75%, dari jumlah seluruh peserta didik dalam satu kelas. Dengan demikian, maka siklus tindakan penelitian sudah dapat dihentikan.

b) Hasil observasi kegiatan peneliti dan peserta didik serta motivasi dan keaktifan belajar peserta didik

(30)

guru mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai observer I yang mengamati aktifitas peneliti dan peserta didik. Kemudian Rifki Ika Afida, mahasiswa jurusan PGMI IAIN Tulungagung sebagai pengamat II yang motivasi dan keaktifan peserta didik selama pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Adapun taraf keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu: Tabel 4.15 Taraf Keberhasilan Tindakan

Tingkat

Berikut hasil observasi terhadap aktifitas peneliti pada siklus I: Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti Siklus II

Tahap Indikator Pengamatan

Nilai Diskriptor

1 2 4 5

Awal 1. Melakukan aktivitas rutin

sehari-hari 5 Inti 1. Menyampaikan materi

5 Semua 3. Menjelaskan tugas peserta didik

5 Semua muncul 4. Meminta peserta didik untuk

(31)

Lanjutan Tabel 4.16

1 2 3 4

Akhir 1. Menyimpulkan materi

bersama-sama dengan peserta didik 4 a, b, d

Berdasarkan hasil analisis data diatas dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang ditetapkan, meskipun ada beberapa beberapa hal yang tidak dilakukan oleh peneliti. Prosentase nilai rata-rata yang diperoleh dari pengamat I tersebut adalah 86,67%.

Berdasarkan taraf keberhasilan tindakan di atas, maka taraf keberhasilan aktifitas peneliti pada siklus II termasuk dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 26.

Observasi yang kedua adalah hasil pengamatan terhadap aktifitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktifitas Peserta Didik Siklus II

Tahap Indikator Pengamat

(32)

Lanjutan Tabel 4.17 3. Mengikuti pembelajaran make a

match 5

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum kegiatan belajar peserta didik sudah sesuai harapan. Meskipun masih ada beberapa indikator yang belum muncul. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 87%.

Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka kegiatan peserta didik pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 27.

Observasi yang ketiga adalah hasil pengamatan terhadap motivasi belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.18 Hasil Observasi Motivasi (Siklus II)

(33)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara umum motivasi belajar peserta didik sudah sesuai harapan. Meskipun masih ada beberapa indikator yang belum muncul. Prosentase nilai rata-rata yang didapat adalah 90%.

Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka motivasi belajar peserta didik pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 28.

Jenis pengamatan yang keempat adalah hasil pengamatan terhadap keaktifan belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun observasi keaktifan peserta didik sebagaimana terlampir (lampiran 29). Hasil observasi keaktifan peserta didik pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II

No Kriteria Skor

1 2 3

1 Pengalaman 5

2 Interaksi 4

3 Komunikasi 4

4 Refleksi 4

Jumlah Skor 17

Jumlah Skor Maksimal 20

Prosentase skor ( x 100) 85%

(34)

Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan tindakan, maka keaktifan peserta didik pada siklus II berada pada kategori baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam lampiran 29.

c) Hasil wawancara

Selain observasi, peneliti juga tetap melakukan wawancara dengan guru dan beberapa peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang keberhasilan selama proses pembelajaran berlangsung, serta untuk mengetahui perkembangan peserta didik setelah diterapkannya metode make a match dalam pembelajaran. Wawancara ini dilakukan setelah pelaksanaan Post test siklus II selesai.

Wawancara dilakukan kepada subjek wawancara yang terdiri dari guru dan teman sejawat serta beberapa peserta didik kelas I. Wawancara dilaksanakan secara bersama dengan peserta didik lain, tidak dilakukan perorangan. Berikut transkrip wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru dan teman sejawat, serta dengan beberapa peserta didik dalam jangka waktu yang berbeda:

(1) Wawancara dengan guru

(35)

Berikut pernyataan dari Bu Pitri dan Fida: ”Sudah banyak peningkatan daripada yang sebelumnya, anak-anak juga sudah lebih aktif, anak-anak sudah berani bertanya pada guru atau temannya. Peserta didik yang masih di bawah KKM memang harus ekstra sabar ngajarinnya, pelajaran lainnya nilai mereka juga masih kurang, tapi nilai Bahasa Jawa kali ini sudah sangat bagus dari biasanya meskipun ada satu peserta didik belum mencapai KKM.”4 (2) Wawancara dengan peserta didik

Wawancara dengan peserta didik ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 02 Desember 2016, dan berlangsung setelah wawancara dengan guru selesai. Mereka adalah Alia, Carlys, dan Umi. Dari hasi wawancara dengan ketiga peserta didik dapat disimpulkan bahwa mereka merasa senang dapat belajar dengan berusaha sendiri menemukan jawaban/pasangan kartu yang mereka bawa, memahami penggunaan metode make a match.

Berikut pernyataan dari ketiga peserta didik: “Senang dengan cara belajar Bahasa Jawa karena bisa saling berinteraksi dengan teman dan menyenangkan. Kita dapat belajar sambil bermain. Kalau gak bisa menemukan

4

(36)

pasangan kita bisa bekerjasama saling menemukan pasangan sehingga kita mudah ingat dengan pelajarannya.”5

Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka tidak lagi mengalami kesulitan dengan diterapkannya metode make a match pada pembelajaran Bahasa Jawa. Mereka juga sudah mulai menyukai pelajaran Bahasa Jawa dan memahami materi yang diajarkan. Hal ini terbukti dari 20 peserta didik, hanya 1 peserta didik yang belum tuntas belajar.

d) Hasil Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi dan tidak ada dalam lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil catatan lapangan pada siklus II yaitu:

(a) Kegiatan pembelajaran sudah berlangsung lebih baik dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I. (b) Peserta didik sudah lebih aktif belajar, baik waktu

penyampaian materi maupun saat mencari jawaban.

(c) Dalam kegiatan mencari pasangan kartu tidak semua aktif mencari pasangan dari kartu yang dibawanya.

(d) Peserta didik sudah mulai terbiasa saat belajar dengan aktif menemukan jawaban atas soal yang dihadapi.

5

(37)

(e) Saat mengerjakan Post test siklus II, peserta didik mulai percaya diri dan mengerjakannya sendiri.

4) Refleksi

Setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, peneliti melakukan refleksi dari kegiatan pada siklus II. Adapun hasil dari refleksi adalah sebagai berikut:

a) Prestasi belajar peserta didik berdasarkan hasil Post test siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan hasil pre test dan post test siklus I. Hal ini terbukti dari jumlah peserta didik yang tuntas. Pada saat pre test, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 4 orang, kemudian bertambah menjadi 10 peserta didik pada post test siklus I, dan bertambah kembali menjadi 19 peserta didik pada post test siklus II. Selain itu, ketuntasan belajar peserta didik juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketuntasan belajar peserta didik dari 20% (pre test) menjadi 50 % (post test siklus I) dan bertambah kembali menjadi 95% (post test siklus II). Ketuntasan belajar pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan, yaitu minimal 75 % dari jumlah peserta didik yang mengikuti tes.

(38)

meningkat menjadi sangat baik pada siklus II. Begitu juga dengan kegiatan dan keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, yang semula berada pada kategori cukup pada siklus I meningkat menjadi sangat baik pada siklus II.

c) Peningkatan bukan hanya pada nilai hasil belajar peserta didik tapi juga dari segi motivasi dan keaktifan peserta didik. Pada tes awal peneliti melakukan observasi motivasi belajar peserta didik yang secara umum mendapat presentase 50% dengan kategori kurang sekali pada kegiatan selanjutnya pada siklus I, motivasi peserta didik secara umum mendapat presentase 65% dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan pad siklus II menjadi 90% dengan kategori sangat baik. Pada keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap observasi yang dilakukan. Pada observasi awal yang keaktifan belajar peserta didik 55% dengan kategori kurang, selajutnya pada observasi siklus I keaktifan peserta didik meningkat menjadi 75% dengan kategori cukup. Dan kembali meningkat pada observasi siklus II menjadi 85% dengan kategori baik.

(39)

Jawa setelah diterapkannya metode pembelajaran make a macth, mereka juga sudah berani bertanya ketika mengalami kesulitan, dan sudah memahami materi. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 75% peserta didik yang nilainya sudah mampu mencapai KKM.

Berdasarkan hasil refleksi, dapat disimpulkan bahwa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, tidak diperlukan lagi pelaksanaan siklus selanjutnya, karena pada siklus II sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

2. Temuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa temuan yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya:

a. Peserta didik merasa senang dengan penerapan metode pembelajaran make a match, karena mereka dapat belajar secara berkelompok,, bekerja sama, bertukar pendapat dan fikiran serta saling membantu dalam memahami materi yang diajarkan. Peserta didik lebih mudah memahami materi dengan diterapkannya metode pembelajaran make a match.

b. Penerapan metode pembelajaran make a match membuat peserta didik yang semula pasif menjadi aktif dan termotivasi dalam kegiatan mencari pasangan kartu. Menurut peserta didik dengan belajar menggunakan metode tersebut, mereka dapat saling bertanya jika mengalami kesulitan baik kepada guru ataupun temannya.

(40)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Dengan menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran Bahasa Jawa peserta didik akan lebih aktif dan termotivasi sehingga dapat lebih mudah dalam memahami materi dan mendapat peningkatan nilai mata pelajaran Bahasa Jawa. Penerapan metode pembelajaran make a match pada materi tema kegiatan di kelas I MI Sanan Pakel Tulungagung ini terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 November 2016. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 01 Desember 2016.

Dalam kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 tahap yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dan motivasi pada peserta didik. Untuk kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi dan menerapkan metode make a match untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dan kegiatan penutup, pemberian tes evaluasi/post tes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode make a match. Hasil penelitian dapat diketahui dari paparan berikut ini:

1. Penerapan metode make a match pada mata pelajaran Bahasa Jawa

pokok bahasan teama kegiatan pada peserta didik kelas I MI Sanan

Pakel Tulungagung

(41)

siklus. Setiap siklus terdiri atas 1 pertemuan, pertemuan ke 1 siklus I dan pertemuan ke 2 siklus II yaitu mengaplikasikan metode pembelajaran make a match dan memberikan tes akhir pada setiap siklus. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode make a match.

Teknik make a match adalah teknik mencari pasangan, siswa

digabung kemudian disuruh mencari pasangan dari kartu yang mereka

pegang. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia anak didik.6

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi tema kegiatan di kelas I MI Sanan terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap awal, 2) tahap inti, dan 3) tahap akhir. Pada tahap awal, sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, peneliti mengatur para siswa agar siap menerima pelajaran. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam dan mengajak berdo’a peserta didik. Kemudian mengecek kehadiran siswa.

Selanjutnya peneliti menyampaikan indicator serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apresepsi, serta memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam pelajaran.

Tahap inti meliputi: 1) Peneliti menyiapkan kartu soal dan jawaban, 2) Peneliti membagi 20 siswa menjadi 2 kelompok, yakni kelompok A dan

6

(42)

B, tiap siswa dari kelompok A memegang kartu soal (gambar/kalimat) dan kelompok B memegang kartu jawaban (gambar/kalimat), 3) Peneliti membagikan potongan kartu soal (gambar/kalimat) dan kartu jawaban (gambar/kalimat) kepada siswa, 4) Siswa diminta mencari pasangannya sehingga membentuk kelompok pasangan, 5) Peneliti memberikan poin kepada siswa yang lebih dahulu menemukan pasangannya, 6) siswa yang sudah menemukan pasangan diminta berdiri berdekatan dan menempelkan hasil kerjanya di papan tulis. 7) Kesimpulan.

Tahap akhir, yaitu: 1) Peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil belajar hari itu. Kemudian memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin dan giat lagi belajar, dan yang paling terakhir, 2) Pemberian soal tes evaluasi (post test) secara individu pada setiap akhir siklus. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui hasil dan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran make a match.

(43)

poin, 5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, 6) Kesimpulan.7

Pada pelaksanaan siklus I dan siklus II tahap-tahap tersebut telah dilaksanakan dan telah memberikan perbaikan yang positif dalam diri siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan motivasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa di kelas, misalnya siswa yang semula pasif dalam belajar sudah menjadi aktif, siswa yang pendiam (malu-malu) menjadi percaya diri dan berani bertindak. Serta nilai hasil belajar peserta didik juga ada peningkatan.

2. Peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui penerapan metode

pembelajaran make a match pada mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan tema “kegiatan” pada peserta didik kelas I MI Sanan Pakel

Tulungagung

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.8 Bagi siswa yang selalu memperhatiakan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada sdisekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan

7

Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hal 223-224

8

(44)

perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.9

Dari segi ekstrinsik ini guru menerapan metode pembelajaran make a match yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Pen ingkatan motivasi belajar peserta diidik dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama proses penelitian. Yaitu mulai dari pre test, post test I dan post test II.

Motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan pada setiap

pengamatan yang dilakukan pada saat pre test, post test I, dan post test II.

Presentase rata-rata motivasi belajar saat observasi yang diperoleh sebesar 50%

meningkat menjadi 65% saat siklus I. Dan mengalami peningkatan pada saat

siklu II 90%.

Tabel 4.20 Hasil Observasi Motivasi Tiap Observasi

No Uraian Obsevasi didik selalu mengalami peningkatan mulai dari observasi awal, observasi siklus I, hingga observasi siklus II. Peningkatan nilai rata-rata peserta didik dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

9

Puguh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami,

(45)

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran make a macth ini mampu meningkatkan motivasi belajar bahasa Jawa peserta didik kelas I MI Sanan Pakel Tulungagung.

3. Peningkatan keaktifan belajar peserta didik melalui penerapan

metode pembelajaran make a match pada mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan tema “kegiatan” pada peserta didik kelas I MI

Sanan Pakel Tulungagung

Dalam proses pembelajaran, pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran dimana saat terjadi proses belajar mengajar itu ada interaksi dan komunikasi multi arah diantara pendidik daan peserta didik terjadi komunikasi.10 Prinsip keaktifan dalam pembelajaran tersebut diantaranya adalah:11 a). Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar mengajar.

10

Hamdan, Pengertian Pembelajaran Yang Aktif,

dalamhttps://iniwebhamdan.wordpress.com/2014/03/05/. Diakses tanggal 16 Februari 2016

11

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 42

(46)

Keberanian tarsebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok dan siswa tanpa ragu-ragu dapat mengeluarkan pendapat. b). Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan dan tindak lanjut dari proses belajar mengajar. Hal ini terwujud apabila guru bersikap demokratis. c). Kreativitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru. d). Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun, termasuk guru.

Pada pelaksanaan siklus I dan siklus II tahap–tahap tersebut telah dilaksanakan dan telah memberikan perbaikan yang positif dalam diri peserta didik. Dari hasil observasi dan wawancara pada keterangan sebelumnya, dalam kegiatan pembelajaran ini telah menunjukkan perubahan yang terjadi di dalam diri setiap peserta didik. Peserta didik semakin bersemangat belajar, dan senang saat proses pembelajaran berlangsung. Lebih aktif dalam berdiskusi, berani bertanya apabila mengalami kesulitan, baik dengan guru ataupun dengan teman. Tabel hasil observasi tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.21 Hasil Observasi Aktifitas Tiap Siklus

No Kriteria Siklus I Siklus II Peningkatan

1 2 3 4 5

1 Aktifitas Peneliti 82% 86,67% 4,67% 2 Aktifitas Peserta didik 70% 87% 17%

(47)

siklus I adalah 82% dengan kategori baik. Kemudian pada siklus II meningkat sebesar 4,67% menjadi 86,67% dengan kategori sangat baik.

Aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari taraf keberhasilan tindakan pada siklus I adalah 70% dengan kategori cukup. Kemudian pada siklus II, meningkat sebesar 11,42% menjadi 87% dengan kategori sangat baik.

Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Hasil Observasi Aktifitas Peneliti

dan Peserta Didik

Selain itu, keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Seperti yang terlihat pada table di bawah ini:

Tabel 4.22 Hasil Observasi Keaktifan Tiap Observasi

(48)

3 Prosentase 55% 75% 85% Meningkat Hal ini terbukti saat sebelum menggunakan metode make a match keaktifan peserta didik mendapat presentase 55% dengan kategori kurang. Kemudian meningkat pada siklus I menjadi 75% dengan kategori cukup. Kemudian pada siklus II, meningkat menjadi 85% dengan kategori baik. Peningkatan hasil observasi kegiatan peneliti dan peserta didik serta keaktifan peserta didik dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Keaktifan Belajar Peserta Didik

4. Peningkatan nilai hasil belajar peserta didik melalui penerapan

metode pembelajaran make a match pada mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan tema “kegiatan” pada peserta didik kelas I MI

Sanan Pakel Tulungagung

Metode make a match pada awalnya dikembangkan oleh Lorna Curran. Make a match merupakan metode yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan.12 Karakteristik metode

12

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hal 223

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Peningkatan Keaktifan Belajar Peserta Didik

Tes Awal

Siklus I

(49)

ini adalah memiliki hubungan yang erat dengan keaktifan peserta didik untuk bergerak mencari pasangan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan yang dimilikinya. Peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode make a match akan aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna.13

Dari pengalaman belajar yang diperoleh pesrta didik tentu akan membantu peningkatan nilai hasil belajar peserta didik. Peningkatan nilai hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan mulai dari pre test, Post test

siklus I, hingga Post test siklus II. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.23 Hasil Tes Nilai Hasil Belajar Peserta didik

No Uraian Pre Test Post test didik selalu mengalami peningkatan mulai dari pre test, Post test siklus I, hingga Post test siklus II. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata peserta didik yang semula 52 (pre test) meningkat sebanyak 16,42 menjadi 68,42 (Post

13

(50)

test siklus I) dan mengalami peningkatan kembali sebanyak 18,76 menjadi 87,18 (Post test siklus II). Peningkatan nilai rata-rata peserta didik dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.4. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Peserta Didik

Selain itu, peningkatan nilai hasil belajar peserta didik juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar peserta didik. Hal ini terbukti dari hasil pre test, dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, hanya 4 peserta didik atau 20% yang tuntas belajar. Kemudian meningkat pada Post test siklus I. Dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 peserta didik atau 50%. Dan kemudian meningkat kembali pada Post test siklus II, Dari 20 peserta didik yang mengikuti tes, 19 peserta didik atau 95% telah mencapai ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya, peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Peningkatan Rata-Rata Peserta Didik

52

68.42

87.18

Pre Test

Post Test SiklusI

(51)

Gambar 4.5. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Peserta Didik

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Peningkatan Ketuntasan Belajar Peserta Didik

20%

50%

95%

Pre Test

Post Test Siklus I

Gambar

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Pre Test
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan (Observasi Awal)
Tabel 4.5 Daftar Pembagian Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori dengan menggunakan zat pengoksidasi H 2 CrO 4 , oksidasi alkohol primer akan menghasilkan asam karboksilat, karena pada saat terbentuk aldehida jika tidak

Bagi rekanan yang mengerjakan paket proyek tahun 2015 pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Lampirkan Dokumen FHO paket pekerjaannya saat

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :. Nama :

[r]

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang berbentuk jeda antar semester, libur akhir tahun

rAvA ulltA- rEnEEgffity v$glfl wtr a A MN rA g lI rEtlg^tffily Jalan KolonelWahid Udin

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya proses evaluasi pelelangan kegiatan APBD pada. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan