• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKSIS AT TIBBUR RUHANI AR RAZI DALAM MENGATASI PROBLEM PSIKOLOGIS : STUDI KASUS PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM PADA KLIEN DENGAN PROBLEMA KECEMASAN / ANXIETY DISORDER, POST TRAUMATIC STRESS DISORDER / PTSD DAN KEMARAHAN TERPENDAM / PENT-UP ANGER D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRAKSIS AT TIBBUR RUHANI AR RAZI DALAM MENGATASI PROBLEM PSIKOLOGIS : STUDI KASUS PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM PADA KLIEN DENGAN PROBLEMA KECEMASAN / ANXIETY DISORDER, POST TRAUMATIC STRESS DISORDER / PTSD DAN KEMARAHAN TERPENDAM / PENT-UP ANGER D"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEM PSIKOLOGIS

(Studi Kasus Proses Bimbingan dan Konseling Islam pada Klien dengan Problema Kecemasan / Anxiety Disorder, Post Traumatic Stress Disorder /

PTSD dan Kemarahan Terpendam / Pent-Up Anger di Jawa Timur)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

MUCHAMAD SAIFUL MULUK NIM. B53212080

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muchamad Saiful Muluk (B53212080), Praksis Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī dalam Mengatasi Problem Psikologis (Studi Kasus Proses Bimbingan dan Konseling Islam pada Klien dengan Problema Kecemasan / Anxiety Disorder, Post Traumatic Stress Disorder / PTSD dan Kemarahan Terpendam / Pent-Up Anger di Jawa Timur)

Fokus penelitian ini adalah, 1) Bagaimana proses Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī

dalam mengatasi problem psikologis? 2) Bagaimana hasil dari proses Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī dalam mengatasi problem psikologis?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan eksplorasi dan verifikasi. Penelitian dilakukan dengan eksplorasi karya Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria Ar-Ra>zi>, yaitu kitab Aṭ-Ṭibbur Rūhānī li Abī Bakr Ar-Rāzī untuk menemukan konsep konselingnya, yang disebut dengan Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī. Kemudian diaplikasikan dalam

setting konseling kepada 4 klien dengan problema psikologis yang berbeda, yaitu kemarahan terpendam (Pent-up Anger), kecemasan (Anxiety Disorder)

dan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder / PTSD) sebagai verifikasi konsep Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī. Pada penelitian ini, data diperoleh melalui eksplorasi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi. Penyajian dan analisis data dilakukan dengan cara deskriptif analitik.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī relevan dengan bimbingan dan konseling Islam secara teoritik maupun praktik. Proses konseling dilakukan sesuai dengan tahapan konseling berdasarkan mekanisme perubahan diri Ar-Ra>zi, yaitu Ta’dil Af’a>lu Nufu>s dengan Al-Iqna>’ bil H}ajaj wal Bara>hi>n dan Qam’il Hawa wa Muh}alafatu Ma> Yad’u> Ilaihi At}-T}iba>’. Hasil dari proses Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī menunjukan bahwa klien dengan problem psikologisnya dapat sembuh yang ditandai dengan hilangnya simptomp yang dirasakan dan kembalinya klien melaksanakan aktivitas kesehariannya pasca konseling. Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī mirip dengan pendekatan Psikoanalisa Sigmund Freud, bahkan lebih awal 1.014 tahun yang lalu, sehingga Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria Ar-Ra>zi> sebagai pencetusnya adalah konselor dan psikoterapis Islam.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 10

2. At}-T}ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi>... 11

3. Problem Psikologis ... 12

F. Metode Penelitian... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 13

2. Sumber Data dan Subjek Penelitian ... 14

3. Instrumen Penelitian dan Tehnik Pengumpulan Data ... 15

4. Tahap-tahap Penelitian ... 16

5. Tehnik Analisis Data ... 17

6. Tehnik Verifikasi Data ... 18

(8)

BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, AT}-T}IBBUR RU>HA>NI> AR-RA>ZI> DAN PROBLEM PSIKOLOGIS

A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 21

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 21

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 26

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

4. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam ... 31

5. Azas-azas Bimbingan dan Konseling Islam ... 35

6. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam ... 39

7. Metode Bimbingan dan Konseling Islam ... 40

8. Kharakteristik Khusus Bimbingan dan Konseling Islam ... 43

B. Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī ... 45

1. Biografi Ar-Ra>zi> dan Karya-karyanya ... 45

2. Hakikat Manusia ... 46

3. Manusia Sehat dan Tidak Sehat ... 52

4. Mekanisme Perubahan Diri ... 56

5. Tujuan Konseling ... 59

6. Peran dan Fungsi Konselor ... 60

7. Hubungan Konselor dan Klien ... 62

8. Teknik Konseling ... 63

9. Relevansi Konsep Aṭ-Ṭibbur Rūhānī Ar-Rāzī dengan Konsep Bimbingan dan Konseling Islam ... 65

C. Problem Psikologis ... 70

1. Pengertian Problem Psikologis ... 70

2. Macam-macam Problem Psikologis ... 71

3. Ciri-ciri Problem Psikologis ... 74

4. Faktor Penyebab Problem Psikologis ... 75

5. Gangguan Psikologis yang Menjadi Fokus Penelitian ... 79

a. Marah ... 79

(9)

c. Kecemasan (Anxiety) ... 84

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 86

BAB III PROBLEMA DAN PROSES; IMPLEMENTASI AT}-T}IBBUR RU>HA>NI> AR-RA>ZI> DALAM MENGATASI PROBLEM PSIKOLOGIS A. Kategorisasi Problema Berdasarkan Tingkat Simptomp yang Muncul 89 B. Kategorisasi Problema Berdasarkan Tingkat Krusial Masalah yang Dialami Klien ... 91

C. Proses Pelaksanaan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> dalam Mengatasi Problem Psikologis Berdasarkan Tahapan Bimbingan dan Konseling 95 1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 95

2. At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien dengan Masalah Marah Terpendam (Nurul Farida, 30 tahun) ... 96

a. Biodata Klien ... 96

b. Deskripsi Umum Masalah Klien ... 96

c. Identifikasi Masalah ... 97

d. Diagnosis ... 99

e. Prognosis ... 99

f. Treatment / Terapi ... 100

g. Follow Up / Evaluasi ... 103

3. At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien dengan Masalah Kecemasan / Anxiety Disorder (Soni, 45 tahun) ... 103

a. Biodata Klien ... 103

b. Deskripsi Umum Masalah Klien ... 104

c. Identifikasi Masalah ... 104

d. Diagnosis ... 105

e. Prognosis ... 106

f. Treatment / Terapi ... 106

(10)

4. At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien dengan Masalah Post Traumatic Stress Disorder / PTSD (M. Khoiri Anwar, 45 tahun) . 108

a. Biodata Klien ... 108

b. Deskripsi Umum Masalah Klien ... 109

c. Identifikasi Masalah ... 109

d. Diagnosis ... 110

e. Prognosis ... 111

f. Treatment / Terapi ... 111

g. Follow Up / Evaluasi ... 113

5. At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien dengan Masalah Kecemasan Akibat Melakukan Hubungan Seksual Diluar Nikah (Mukhtar Fauzy Saputro, 21 tahun) ... 113

a. Biodata Klien ... 113

b. Deskripsi Umum Masalah Klien ... 114

c. Identifikasi Masalah ... 114

d. Diagnosis ... 115

e. Prognosis ... 116

f. Treatment / Terapi ... 116

g. Follow Up / Evaluasi ... 118

D. Mekanisme Perubahan Diri Klien Berdasarkan Proses Pelaksanaan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> ... 118

E. Tingkat Keberhasilan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> dalam Mengatasi Problem Psikologis ... 120

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Problem Psikologis Berdasarkan Simptomp yang Muncul ... 129

B. Analisis Problem Psikologis Berdasarkan Tingkat Krusial Masalah yang Dialami Klien ... 132

C. Analisis Proses Pelaksanaan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> dalam Mengatasi Problem Psikologis ... 138

(11)

E. Analisis Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni>

Ar-Ra>zi> ... 140

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 144

B. Saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... xx

PEDOMAN TRNSLITERASI ARAB-LATIN ... xxiii

GLOSARIUM ... xxxv

INDEKS AYAT-AYAT AL-QUR’AN ... xxxix AUTOBGIGRAFI PENULIS ... xlvii LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xlviii LAMPIRAN 1 At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien 1 dengan Problema Marah Terpendam / Pent-Up Anger (Nurul Farida)

LAMPIRAN 2 At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien 2 dengan Problema Kecemasan / Anxiety Disorder (Soni)

Lampiran 2 At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> pada Klien 3 dengan Problema Post Traumatic Stress Disorder / PTSD (M. Khoiri Anwar)

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyakit yang Menyerang Jiwa Manusia Menurut Pandangan Ar-Ra>zi>... 54 Tabel 2.2 Relevansi Konsep Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Karakteristik At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi>... 66 Tabel 2.3 Kepribadian Marah Menurut Abdul Mujib... 81 Tabel 2.4 Analisis Gangguan Fungsional Kecemasan dari Blackburn

dan Davison (1994)... 87 Tabel 3.1 Kategorisasi Problema Berdasarkan tingkat Simptomp

yang Muncul... 90 Tabel 3.2 Kategorisasi Problema Berdasarkan Tingkat Krusial

Masalah yang Dialami Klien... 94 Tabel 3.3 Biodata Klien dengan Masalah Marah Terpendam

(Pent-Up Anger)... 96 Tabel 3.4 Biodata Klien dengan Masalah Kecemasan / Anxiety

Disorder... 103 Tabel 3.5 Biodata Klien dengan Masalah Post Traumatic Stress

Disorder / PTSD... 108 Tabel 3.6 Biodata Klien dengan Masalah Kecemasan Akibat

Melakukan Hubungan Seksual Diluar Nikah... 113 Tabel 3.7 Mekanisme Perubahan Diri Klien Berdasarkan Teknik

Pelaksanaan At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi>... 119 Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Konseling pada Klien dengan

Masalah Kemarahan Terpendam (ibu Nurul Farida, 30

tahun)... 121 Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan Konseling pada Klien dengan

Masalah Kecemasan / Anxiety Disorder (ibu Soni, 45

(13)

Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Konseling kepada Klien dengan Masalah Post Traumatic Stress Disorder /

PTSD (Bapak M. Khoiri Anwar, 29 tahun)... 125 Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Konseling kepada

Klien dengan Masalah Kecemasan / Anxiety Disorder

karena Melakukan Hubungan Seksual diluar Nikah

(Mukhtar Fauzy Saputro, 21 tahun)... 127 Tabel 4.1 Analisis Problema Psikologis Berdasarkan Simptomp

yang Muncul... 129 Tabel 4.2 Analisis Problem Psikologis Berdasarkan Tingkat Krusial

Masalah dengan Indikator Keseimbangan Fungsi Jiwa

(ta’dil af’a>l an-nufu>s) dan Kenikmatan / Penyakit (al-laz}az}

wa al-asqam)... 133 Tabel 4.3 Analisis Proses At}-T}Ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> dalam

Mengatasi Problem Psikologis (Kemarahan, Kecemasan /

Anxiety Disorder dan Post Traumatic Stress Disorder /

PTSD)... 138 Tabel 4.4 Analisis Keterkaitan antara Faktor yang Menjadikan Klien

Bermasalah (Significant Adress) dan Problema yang

Dialami Klien... 141 Tabel 4.5 Analisis Tingkat Keberhasilan Konseling Terhadap

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sempurna yang dibekali dengan kelebihan diantara makhluk yang lain.1 Kelebihan yang dimiliki manusia berupa aspek lahiriyah dan aspek bat}iniyah yang diberikan Allah kepadanya. Menurut Al-Ghozali, manusia tersusun dari dua unsur yang saling melengkapi, yaitu unsur materi (jasmaniyyah) dan unsur immateri (ru>h}a>niyyah) yang berfungsi sebagai fasilitas untuk menjadi hamba (abdulla>h)2 dan khalifah (kha>lifatulla>h) di bumi.3 Meskipun demikian, hakikat manusia adalah jiwanya, sebab dengan adanya jiwa, manusia bisa merasa, berkemauan, berfikir, dan berbuat lebih banyak lagi. Jiwa pula lah yang mempengaruhi keselamatan dan kebahagiaan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hal inilah yang menjadi pembeda antara manusia dan makhluk Allah yang lainya.4

Secara naluri, setiap manusia merindukan kehidupan yang tenang penuh dengan kebahagiaan, baik secara jasmani maupun rohani. Namun, realitas menunjukan bahwa peradaban manusia yang semakin maju berakibat kepada semakin kompleknya problematika dan gaya hidup manusia. Seiring modernisasi besar-besaran dalam seluruh aspek kehidupan, manusia harus

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al – Ti>n [95]:

4-5, dan QS. At – Tagh>obu>n [64]: 3 (Semarang: CV Alwaah, 1995) hal. 1076

2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Az} – Z}ariyat

[51]: 56, (Semarang: CV Alwaah, 1995) hal. 862

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Al – Baqoroh

[2]: 30, (Semarang,: CV Alwaah, 1995) hal. 13

4 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al – Nafs) & Kesehatan Mental (Jakarta: Penerbit

(16)

menghadapi persaingan-persaingan yang ketat dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup. Sebagai konsekuensinya, sebagian manusia mengupayakan segala cara untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa lagi memikirkan halal-haram dan baik-buruknya. Hal inilah awal dari krisis multidimensial yang melanda kehidupan orang-orang modern.

Memang digitalisasi sistem informasi dan teknologi yang serba canggih diciptakan untuk kemaslahatan dan kemudahan bagi urusan manusia, tetapi disisi lain membawa dampak negatif terhadap pola pikir dan tingkah laku manusia. Saat ini, seolah-olah tiada privasi antar manusia satu dengan lainya, sehingga dengan mudah seseorang mengetahui rahasia orang lain. Segala bentuk informasi, baik yang positif maupun yang negatif dapat dengan mudah ditemui di dunia maya.

Belum lagi permasalahan pelik seputar politik, sosial ekonomi, kriminalitas, teror, pembunuhan, pemerkosaan, perceraian dan kesenjangan lain yang menghiasi layar kaca setiap hari. Hal ini menambah kecemasan psikologis pada jiwa manusia modern. Rasa khawatir dan ketakutan akan masa depan yang menghantui, rasa kecewa dengan realitas sosial, perasaan was-was terhadap kejahatan, hingga hubungan antara individu dalam keluarga, sosial budaya, serta dunia kerja seringkali menimbulkan kecemasan dan kegelisahan diri. Hal seperti ini jika dibiarkan akan menimbulkan masalah psikologis yang serius.

(17)

mendapatkan jabatan, bahkan melakukan cara apapun demi kepuasan diri. Namun pada akhirnya kepuasan diri yang dikejar-kejar tidak mendatangkan kebahagiaan dan makna hidup yang didambakan, malah menimbulkan rasa khawatir, kecemasan, kegelisahan dan ketakutan yang mendalam. Maka tidak jarang banyak orang mapan secara materi, tiba-tiba bunuh diri, memutilasi keluarganya, terjun dalam dunia narkotika dan melakukan kejahatan sosial lainya. Misalnya, kasus Anggeline tahun 2015 kemarin, bahkan baru-baru ini terjadi pembunuhan sadis terhadap wanita hamil.5 Bahkan seorang brigadir polisi tega memutilasi dua anaknya dan hampir membunuh istrinya.6 Ketiga kasus tersebut adalah contoh kecil dari realitas kehidupan saat ini, masih banyak kasus kejahatan lain yang terjadi di mana-mana.

Di sisi yang lain, masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah semakin sempit dan pelik kehidupannya. Hal seperti ini juga menimbulkan kegelisahan, ketakutan dan kecemasan tersendiri yang berujung pada kejahatan hingga kematian. Sungguh miris memang, kehidupan zaman modern seperti saat ini, pergeseran-pergeseran pola pikir, perilaku dan budaya masyarakat sudah tidak dapat dielakan lagi. Maka, dalam kondisi serba pelik seperti ini, agama adalah hal yang seharusnya dipraktekkan individu untuk mendapatkan kematangan spiritual, baik secara pemahaman, perasaan

5 Silvanus Alvin, Mutilasi Ibu Hamil di Tanggerang Kalah Sadis dengan Kasus Ini,

(http://news.liputan6.com/read/2489479/mutilasi-ibu-hamil-di-tangerang-kalah-sadis-dibanding-kasus-ini, diakses pada Selasa, 26 April 2016)

6 Metropolis, Mutilasi Anak Sendiri, Brigadir Petrus Juga Hendak Bunuh Istri,

(18)

maupun tindakan, dengan harapan menciptaka tatanan kehidupan yang sehat, secara lahir dan batin.

Pembinaan akhlaq, bimbingan ruhani, peningkatan spiritualitas, dan pembersihan diri dari sifat tercela (tazkiyat an-nafs, dalam bahasanya Al-Ghozali) adalah jalan untuk mencari kebahagiaan dan makna hidup yang sesungguhnya. Sekaligus sebagai treatment bagi individu yang mengalami kegersangan jiwa, konflik batin, dan problem psikologis lainya. Mengembalikan segala tingkah laku dan pola pikir dengan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama dalam seluruh aspek kehidupan, dapat membantu individu menemukan makna dan hakikat hidup yang sesungguhnya. Sehingga, ketika makna dan hakikat hidup dapat difahamai dan dirasakan individu, maka kebahagiaan hidup akan diperoleh dengan mudah dan jelas.

Adalah Abu> Bakr Muhammad ibn Zakariya> Ar-Ra>zi>, yang dikenal dalam dunia Barat sebagai Rhazes, merupakan seorang dokter terkenal, selain itu beliau juga terkenal sebagai filosof Islam, ahli biologi, matematika dan ilmu-ilmu sains lainya, selain beliau sendiri ahli dalam agama Islam.7 Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa Ar-Ra>zi> juga merupakan seorang psikolog Islam yang menggagas adanya psikoterapi yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang, baik orang yang sakit maupun orang yang sehat dengan karya monumental-nya yaitu At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> (kesehatan ruhani).

7 Wikipedia Bahasa Indonesia, Muhammad ibn Zakariya Ar-Razi,

(19)

Bahkan beliau tercatat sebagai orang pertama yang memiliki klinik psikoterapi sendiri.8

Jika dikaitkan dengan Bimbingan dan Konseling yang secara umum difahami sebagai pemberian bantuan dari konselor (tenaga profesional) kepada orang yang bermasalah atau orang yang ingin memaksimalkan potensi dirinya – sebagaimana ungkapan Karl Gustav Jung, “psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi menjadi perawatan orang sakit..9” maka konseling atau psikoterapi berfungsi secara preventif, kuratif, developmental - sehingga karya Abu> Bakar Ar-Ra>zi> sebagai salah satu pemikiran besarnya dalam kitab At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> memiliki keterkaitan dengan permasalahan konseling dan psikoterapi, lebih tepatnya dengan Bimbingan dan Konseling Islam.

Dalam kitab At}-T}ibbur Ru>h}a>ni>, Ar-Ra>zi> menawarkan salah satu solusi untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan jasmani dan ruhani, dengan tujuan untuk isla>h} al-akhla>q (pembinaan akhlaq). Beliau menjelaskan hakikat manusia sesungguhnya, penyakit-penyakit psikologis manusia, bagaimana manusia mengetahui gejala penyakitnya, metode yang digunakan untuk mengatasi penyakit psikologis hingga memperoleh kehidupan yang virtual. Pemikiran beliau ini peneliti asumsikan dapat digunakan untuk mengatasi problem internal dalam jiwa, sekaligus menjawab kegelisahan manusia

8 M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik, (Jogjakarta: Penerbit

Najah, 2012) hal. 102

9 M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik, (Jogjakarta: Penerbit

(20)

modern yang kehilangan identitas diri serta membantu menemukan hakikat dan makna hidup yang sesungguhnya.

Walaupun demikian, hasil pemikiran Ar-Ra>zi> -sebagaimana ulama-’ulama lain- semakin ditinggalkan dalam kehidupan modern. Mungkin karena konsepsi pemikiran ulama’ Islam yang belum sempurna dan telah kuno, mereka ditinggalkan begitu saja, namun setidaknya ada generasi penerus yang mengembangkan dan menyempurnakannya, sehingga muncul konsepsi-konsepsi pemikiran teoritik dan aplikatif baru yang diajarkan turun temurun dari generasi ke generasi. Sebagaimana Psikoanalisia yang digagas oleh Sigmund Freud, dikembangkan dan disempurnakan oleh generasi berikutnya, misalnya muncul Ego Psychology oleh Erik H. Erikson, Psychoimagination Therapy oleh J.E. Shorr, Psychomitesis oleh H.C. Tien dan Unconscious Negativism Strategy oleh J. Kesten.10 Selain itu, teori-teori tersebut terus dikembangkan dan diajarkan kepada generasi-generasi selanjutnya hingga sekarang sampai pada kita. Berbeda dengan hasil pemikiran ilmuwan Islam yang seolah telah terputus begitu saja, tanpa ada yang mengembangkan dan menyempurnakan serta mengajarkanya di institusi-institusi pendidikan Islam, walaupun ada tetapi sedikit.

Berangkat dari keprihatinan dan semangat mengkaji keilmuan keislaman, maka penulis berusaha menghidupkan kembali hasil pemikiran ulama terdahulu, khususnya pemikiran Ar-Ra>zi> dalam memecahkan

10 Latipun, Psikologi KonselingEdisi Keempat, (Malang: Penerbitan UMM Press, 2015)

(21)

tantangan kehidupan manusia, menemukan makna dan hakikat kehidupan serta mengimplementasikan dalam bidang bimbingan dan konseling Islam. Maka, penulis mengambil judul penelitian, “Praksis At}-T}ibbur Ru>h}a>ni>

Ar-Ra>zi> dalam Mengatasi Problem Psikologis (Studi Kasus Proses Bimbingan dan Konseling Islam pada Klien dengan Problema Kecemasan / Anxiety Disorder, Post Traumatic Stress Disorder / PTSD, dan Kemarahan Terpendam / Pent-up Anger di Jawa Timur)”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> dalam mengatasi problem psikologis?

2. Bagaimana hasil dari At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> dalam mengatasi problem psikologis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> dalam mengatasi problem psikologis.

(22)

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dan pedoman aplikatif oleh konselor Islam, psikoterapis Islam atau praktisi transformasi akhlaq dalam upaya menangani klienya dengan problem psikologis, untuk memperoleh kehidupan yang berbudi luhur (virtuous life), baik secara preventif, kuratif maupun development. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga dapat diterapkan dalam dunia rehabilitasi, lingkungan keluarga, dunia pendidikan, dan pondok pesantren.

Sedangkan secara teoritis, hasil penelitian ini diasumsikan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. UIN Sunan Ampel Surabaya, terutama pada program studi Strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling Islam.

Hasil penelitian ini selain dapat dijadikan sebagai koleksi referensi di perpustakaan, sebagai khazanah keilmuan yang dapat dijadikan sumber kajian bagi para mahasiswa yang hendak mengetahui atau bahkan menelaah dan meneliti kembali dalam konteks yang berbeda, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk kepentingan-kepentingan keilmuan pada masa yang akan datang.

2. Institusi-institusi transformasi akhlaq (moral) dan mental.

(23)

proses konseling dan psikoterapi Islam. Seperti di lingkungan sekolah dan pondok pesantren, klinik, serta panti rehabilitasi.

3. Penulis pribadi

Hasil penelitian ini, bagi penulis dapat memberikan tambahan pengalaman dalam kazanah keilmuan pribadi dan membuka cakrawala pemikiran baru bagi penulis. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh penulis sendiri – sebagai konselor dan psikoterapis Islam atau pekerja sosial – untuk membantu klien dalam mengatasi permasalahan internal problem-nya, mengenalkan potensi-potensi diri klien dan pengembangannya menuju tranformasi moral dan mental untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.

4. Mahasiswa-mahasiswi program studi Strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling Islam.

Hasil penelitian ini, bagi mahasiswa-mahasiswi program studi Strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling Islam dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman dalam tradisi keilmuan, dan dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan sebagai tugas akhir perkuliahan.

E. Definisi Konsep

(24)

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan berasal dari bahasa Inggris “guidance” yang artinya adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensinya yang dimiliki mampu mengembangkan dirinya secara optimal dengan jalan memahami diri, lingkungan dan mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.11

Menurut Rohman Natawijaya, bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu secara berkesinambungan supaya dapat memahami diri, menggerakkan dirinya, dan bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana ia hidup.12

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa bimbingan dapat difahami sebagai proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok secara kontinyu dan sistematis dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar mampu memahami diri sendiri (self understanding), menerima diri (self acceptence), dan merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi yang dimiliki dan menyesuaikanya dengan keadaan dan lingkungan kehidupan.

Konseling berasal dari bahasa Inggris “counsel” yang diartikan sebagai nasehat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Secara istilah, konseling merupakan aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan

11 Abu Achmadi dan Achmadi Rochani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1991) hal. 1

12 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka

(25)

saran-saran dalam bentuk pembicaraan antara konselor dan klien, dimana konseling berawal dari pihak klien karena ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor untuk memberikan bimbingan psikologis. Tujuan dari pelaksanan bimbingan tersebut, menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2008) adalah untuk mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh, kualitas kesehatan mental, perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya serta menanggulangi problema kehidupan secara mandiri.13

Sehingga, bimbingan dan konseling Islam adalah suatu upaya pemberian bantuan yang dilakukan oleh profesional kepada klien yang mengalami masalah atau ingin mengembangkan dirinya untuk memahami diri, menerima diri dan merealisasikan dirinya dengan lingkungan, serta menanggulangi problema kehidupannya secara mandiri berdasarkan nilai-nilai ajaran keislaman.

2. At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi>

At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> merupakan konsepsi pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria> Ar-Ra>zi> di dalam kitabnya At}-T}ibbur

Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> li Abi> Bakr Ar-Ra>zi>. Konsepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online adalah pengertian, pendapat, faham, dan rancangan yang telah ada di dalam pikiran.14 Sedangkan pemikiran adalah

13 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al Manar,

2004) hal. 180.

14 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, (http://kbbi.web.id/konsepsi, diakses

(26)

proses, cara dan perbuatan memikir. Maka konsepsi pemikiran adalah ide yang berasal dari proses berfikir.

Sehingga konsepsi pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakari>a Ar-Ra>zi> yang dimaksudkan adalah hasil pemikiran beliau yang berkaitan

dengan bimbingan dan konseling Islam, khususnya yang tertuang dalam kitab At}-T}ibburRu>h}a>ni> li Abi> Bakr Ar-Ra>zi>., yang selanjutnya dijadikan sebagai pendekatan konseling dengan nama At}-T}ibburRu>h}a>ni> Ar-Ra>zi> . 3. Problem Psikologis

Kata problem berasal dari bahasa Inggris, problem yang artinya adalah sesuatu pernyataan yang menuntut pemecahan suatu hal yang tidak diketahui. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, problem diartikan sebagai masalah dan persoalan.15 Psikologis atau bersifat psikologi adalah suatu ilmu pengatahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa.16 Maka bisa diartikan bahwa problem psikologis adalah segala persoalan yang berhubungan dengan jiwa yang memerlukan sebuah penyelesaian. Sehingga problem psikologis yang penulis maksudkan adalah suatu persoalan perilaku, perbuatan atau proses-proses mental, dan alam pikiran diri atau individu yang berperilaku yang dirasakan, yang menuntut adanya suatu pemecahan masalah.

Selanjutnya untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian, maka penulis membatasi penelitian ini pada konsep pemikiran Abu> Bakar

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, (http://kbbi.web.id/problem pada Rabu,

20 April 2016)

(27)

Muhammad ibn Zakariya> Ar-Ra>zi>, proses dan hasil dari bimbingan dan konseling Islam berdasarkan pemikiran Ar-Ra>zi> dalam mengatasi problem psikologis, dalam hal ini marah terpendam (pent-up anger), Stress pasca trauma (post traumatic stress disorder / PTSD), dan kecemasan (anxiety).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian yang penulis lakukan termasuk pendekatan kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di lapangan (flied research) dengan tujuan eksplorasi dan verifikasi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki karakteristik alamiyah, langsung kepada sumber data, bersifat deskriptif, lebih menekankan pada proses dan makna dibalik yang diteliti dan menggunakan analisis data induktif, sehingga lebih menekankan makna daripada generalisasi.17

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, sebagaimana dijelaskan oleh Bodgan dan Biklen (1982), “Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than number,” adalah data-data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, tidak menekankan pada angka.18

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap pemikiran Ar-Ra>zi>, khususnya dalam kitab At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> li Abi> Bakr Ar-Ra>zi> untuk menemukan konsep bimbingan dan

17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014). hal. 1

(28)

konseling yang selanjutnya memverifikasi konsep tersebut dengan praktek bersama klien secara langsung. Selanjutnya, penulis mendeskripsikan proses dan hasil dari bimbingan dan konseling yang penulis lakukan terhadap klien yang mengalami problem psikologis, dalam sebuah laporan penelitian.

Singkatnya, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan pemikiran Abu> Bakar Ar-Ra>zi> dalam kitabnya At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi> li Abi> Bakr Ar-Ra>zi> yang selanjutnya secara implikatif dan aplikatif dipraktekkan dalam proses bimbingan dan konseling Islam untuk menangani klien dengan problem psikologis.

2. Sumber Data dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sumber data disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Selain itu, sampel sumber data dipilih dan mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan informan, sehingga peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.19 Dalam hal ini, sebagai sumber data primer atau informan adalah klien yang mengalami problem psikologis, sekaligus sebagai subjek penelitian. Sedangkan data sekunder antara lain, buku-buku, artikel, jurnal dan penelitian terdahulu yang relevan, baik secara cetak maupun ekeltronik.

(29)

3. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.20 Dalam penelitian ini, sebagai instrumen adalah peneliti sendiri sekaligus sebagai konselor yang menangani klien dengan problem psikologis.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah triangulasi, yaitu pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.21 Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi, wawancara dan juga dokumentasi.

Peneliti menggunakan observasi untuk mengamati perubahan kondisi klien mulai dari sebelum hingga selesai dilakukan proses konseling, baik secara verbal maupun non-verbal. Sedangkan wawancara digunakan untuk mendapatkan data yang valid berkaitan dengan problematika klien, sekaligus membimbing klien untuk mengatasi masalahnya sendiri berdasarkan kompetensi dan potensinya. Selain dilakukan kepada klien, wawancara juga dilakukan kepada orang terdekat klien yang ada di lingkungannya. Adapun, dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data penelitian, dilakukan sebelum, sedang berlangsung dan

20 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014) hal. 59

(30)

setelah proses konseling. Ketiga teknik gabungan tersebut diharapkan dapat menjadikan data hasil penelitian dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Penetapan desain atau model penelitian.

Dalam hal ini dimulai dengan pembuatan proposal penelitian yang selanjutnya diujikan kepada dosen penguji, sehingga diperoleh suatu desain dan model penelitian yang disetujui.

b. Pencarian data pokok

Pencarian data mulai dilakukan dengan cara eksplorasi pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria> Ar-Ra>zi>, menganalisa dan menemukan konsep bimbingan dan konseling berdasarkan pemikiran Ar-Ra>zi> yang peneliti sebut dengan At}-T}ibburRu>h}a>ni> Ar-Ra>zi>. Selanjutnya mempraktekan konsep bimbingan dan konseling tersebut kepada klien yang mengalami problem psikologis.

c. Pencarian pengetahuan kontekstual

(31)

d. Penulisan laporan penelitian

Dari data yang telah didapatkan, kemudian dianalisis dengan analisis induktif dan dicatat dalam laporan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif sangat berbeda dengan analisis data kuantitatif yang ditujukan kepada rumusan masalah dan menjawab hipotesis dengan metode statistika. Analisis data kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan, “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to incrase your own understanding of them and to enable you to presesnt what you have discovered to others”22 adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis atas data yang diperoleh dari lapangan dengan cara mengorganisasikan dalam kategori, melakukan sintesa, membentuk pola, dan menarik sebuah kesimpulan.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, artinya berangkat dari data yang diperoleh di lapangan dibuatlah hipotesis, dan dari hipotesis tersebut dicarikan data lagi secara berulang-ulang, sehingga selanjutnya disimpulkan berdasarkan hipotesis apakah data yang terkumpul sesuai dengan hipotesis atau tidak. Jika ternyata hipotesis tersebut sesuai, maka selanjutnya hipotesis berkembang menjadi teori.

(32)

Sedangkan dalam proses analisis data, penulis menggunakan Model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Reduksi data adalah mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya berdasarkan konsep, kategori dan tema tertentu. Data display adalah mengorganisasikan data dalam bentuk yang lebih utuh, yang berbentuk sketsa, sinopsis, matrik atau bentuk lain, hingga selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.23

Maka dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis atas data yang diperoleh dari eksplorasi pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria> Ar-Ra>zi> sehingga ditemukan hipotesis berupa pendekatan konseling Ar-Ra>zi> yakni At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi>, yang selanjutnya hipotesis tersebut diterapkan kepada klien yang memiliki problem psikologis yang berbeda secara berulang-ulang, dan ternyata jika hipotesis diterima maka selanjutnya berkembang menjadi teori konseling Ar-Ra>zi>. 6. Teknik Verifikasi Data

Sebagai upaya untuk menjamin validitas dan reliabilitas data penelitian, maka penulis melakukan upaya sebagai berikut:

a. Melakukan perpanjangan penelitian

Jika penelitian ini nantinya masih dimungkinkan belum mendapatkan data yang valid, maka penelitian ini akan diperpanjang selama satu periode penelitian. Dalam hal ini, penulis berusaha untuk

23 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan

(33)

mencari data-data tambahan yang dapat menjadikan penelitian ini sempurna.

b. Meningkatkan ketekunan

Teknik ini penulis lakukan dengan cara mencari referensi-referensi terkait, melakukan re-chek terhadap data-data yang terkumpul dan melakukan penelitian secara lebih cermat dan berkseinambungan.

c. Triangulasi

Dalam upaya uji validitas, maka dilakukan pula teknik triangulasi. Triangulasi yang penulis maksudkan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan mencari data yang sama dalam sumber yang berbeda.

G. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan

Bagian ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Bimbingan dan Konseling Islam, At}-T}ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> , dan Problem Psikologis

(34)

Bab III Problema dan Proses; Implementasi At}-T}ibbur Ru>ha>ni> Ar-Ra>zi> dalam Mengatasi Problem Psikologis

Bagian ini berisi penyajian data hasil penelitian, yaitu pelaksanaan dan hasil dari bimbingan dan konseling Islam berdasarkan pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakaria> Ar-Ra>zi> (At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ar-Ra>zi>>) dalam menangani klien yang marah terpendam (pent-up anger), klien dengan masalah kecemasan (anxiety) akibat melakukan hubungan seksual diluar nikah dan kecemasan (anxiety) akibat kerja di Surabaya, serta klien dengan masalah stress pasca trauma (post traumatic stress disorder / PTSD).

Bab IV Analisis Problema dan Proses; Implementasi At}-T}ibburRu>h}a>ni> Ar-Ra>zi>> dalam Mengatasi Problem Psikologis

Bagian ini berisikan analisis dari data yang disajikan berkenaan dengan proses dan hasil dari bimbingan dan konseling Islam berdasarkan pemikiran Abu> Bakar Muhammad ibn Zakari>a Ar-Ra>zi> (At}-T}ibbur Ru>h}a>ni> Ar-Ra>zi>) berdasarkan problem yang dihadapi klien dan proses konseling, kelemahan dan kelebihan dari proses bimbingan dan konseling Islam yang dilakukan, prospek masa depan dan hal-hal lain yang dianggap penting.

Bab V Penutup

(35)

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, AT}-T}IBBURRUH}A>NI>

AR-RA>ZI> DAN PROBLEM PSIKOLOGIS

A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu

“Guidance” yang artinya bimbingan, pedoman dan petunjuk. Frank

Parson menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan

kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan

memangku jabatan serta mendapatkan kemajuan dari jabatan yang

dipilihnya. Memang pada awalnya cikal bakal bimbingan berkaitan

dengan jabatan, yaitu dikembangkan oleh Frank Parson di Amerika

Serikat dengan didirikannya Vocational Bureau pada tahun 1908 dan

selanjutnya diubah menjadi Vocational Guidance Bureau.24

Crow dan Crow (1960) mendefinisikan tentang pengertian

bimbingan adalah:

“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik (konselor) kepada individu-individu pada setiap usia untuk membantu mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputsan sendiri dan menanggung beban dari keputusan itu sendiri.25

24 Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rieneka

Cipta, 1999) hal. 93

(36)

Chisholm (1950) memberikan pendapatnya secara spesifik tentang

bimbingan sebagai berikut:

“Guidance seeks to have each individual become familiar with a wide range of information about himself, his abilities, his previous development in the various areas of living, and his plans or ambitions for the future. Guidance than seeks to help him become acquanted with the various problems of social, vocational, and recreational adjustment with he faces. On the basic of those two types of information and the assistance of counselors, each pupil is helped to face his problems and makes plans for their solutions”.26

Sedangkan Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan di dalam hidup, sehingga mencapai kesejahteraan hidup.27

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut, dapat difahami

bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada individu atau kelompok, dalam tiap usia agar

yang dibimbing dapat mengembangkan potensi dirinya sendiri dan

mandiri, mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidup dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada berdasarkan

norma dan nilai yang berlaku untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Konseling berasal dari bahasa Ingris “Counseling” yang berasal dari

akar kata counsel yang diambil dari bahasa Latin yaitu counselium yang

artinya bersama atau berbicara bersama.28 Konseling secara semantik

26 Bimo Walgito, Bimbingan Koseling Studi dan Karier, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010)

hal. 5

27 Bimo Walgito, Bimbingan Koseling Studi dan Karier, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010)

hal. 7

(37)

memiliki arti nasehat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel) dan

pembicaraan (to take counsel). Sehingga dapat difahami bahwa konseling

secara bahasa dapat diartikan sebagai pemberian nasehat dan anjuran

serta pembicaraan dengan bertukar pikiran. Menurut C. Paterson (1959)

mengemukakan konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar

pribadi diantara terapis dengan klien, dimana terapi menggunakan

metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang

kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental

klien.29

Tolbert yang dikutip dalam Winkel (1991), mendefinisikan

konseling adalah:

“Counseling is a personal, face to face relationship between two people, in which the counselor, by mean of the relationship and his special competencies, provides a learning situation in which the counselee, a normal sort of person, in helped to know himself and his present and possible future situations. (Konseling adalah bantuan pribadi secara tatap muka antara dua orang, yaitu seorang yang disebut konselor yang kompeten dalam bidang konseling membantu yang disebut konseli yang berlangsung dalam situasi belajar, agar konseli dapat memperoleh pemahaman tentang dirinya, situasi sekarang dan akan datang).30

Karakteristik konseling biasanya ditandai dengan adanya perjanjian

eksplisit antara konselor dan kliennya di tempat tertentu dan pada waktu

yang telah disepakati, dalam kondisi kerahasiaan yang tertib, dengan

parameter etis, waktu terlindungi dan tujuan spesifik. Konseling secara

umum dicurahkan untuk memperkuat atau mengembalikan pemahaman

29 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Jogjakarta: Al Manar,

2008) hal. 179

30 Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana Prenanda Media

(38)

diri klien, sumber daya pengambilan keputusan, pengambilan resiko, dan

pertumbuhan pribadi.31

Sehingga konseling merupakan sebuah proses pemberian bantuan

yang melibatkan hubungan antar pribadi oleh konselor kepada klien

dengan menggunakan metode-metode psikologis untuk memperkuat atau

mengembalikan pemahaman diri klien, sumber daya pengambilan

keputusan, pengambilan resiko, dan pertumbuhan pribadi, dengan tujuan

akhir meningkatkan kesehatan mental klien.

Sedangkan Islam adalah konsep yang menyeluruh untuk seluruh

kehidupan manusia, yang mampu membawa kebahagiaan, ketenangan,

dan keridlaan bagi manusia. Konseling dalam Islam adalah tugas manusia

dalam membentuk manusia yang ideal. Konseling merupakan amanat

Allah kepada semua rasul dan nabi-Nya, untuk menjadikan manusia

berharga, bermanfaat bagi sesama, baik dalam urusan agama, dunia,

pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan hal lainya.32 Maka,

bimbingan dan konseling Islam adalah suatu proses bimbingan dan

konseling yang didasarkan atas nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agama

Islam, yaitu Al-Qur’a>n dan Al-H}adis\ untuk kebahagiaan manusia.

Hamdani Bakran Adz-Dzaki menjelaskan definisi konseling Islam

adalah aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada

individu yang meminta bimbingan (klien), dalam hal bagaimana

31 Stephen Palmer (Ed.), Konseling dan Psikoterapi, Terjemah oleh Haris H. Setiadjid

(Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2011) hal. 9

32 Musfir ibn Sai>d Az-Zahra>ni, Konseling Terapi, terjemah oleh Sari Narulita dan Miftahul

(39)

seharusnya seornag klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya,

kejiwaannya, keimanannya, dan keyakinan serta dapat menanggulangi

problematika hidup dan kehidupannya dengan baik, benar dan mandiri

yang berparadigma kepada al-Qur’a>n dan as-Sunnah Rasulullah SAW.33

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam

adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang

ahli (pembimbing / konselor) kepada individu atau kelompok untuk

mengembangkan potensi diri sendiri dan mandiri, mengembalikan

pemahaman diri, sumber daya pengambilan keputusan, pengambilan

resiko, pertumbuhan dan perkembangan pribadi dengan potensi dan

sarana yang ada berdasarkan nilai dan norma yang berlaku untuk

memperoleh kebahagiaan hidup (survive life) atas dasar ajaran Islam,

yaitu Al-Qura>n dan Al-H}adis\.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam merupakan turunan dari bimbingan

dan konseling secara umum, maka tujuannya mengacu pada bimbingan

konseling umum dan Islam. Patterson menegaskan bahwa bimbingan dan

konseling bertujuan untuk mendapatkan kondisi-kondisi yang

memudahkan perubahan secara sadar (kondisi yang dimaksudkan berupa

hak individual untuk membuat pilihan, mandiri dan autonomus) dengan

33 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al-Manar,

(40)

melakukan interview kepada klien untuk memperoleh data yang

cenderung bersifat kualitatif dan rahasia.34

Menurut Shertzer dan Stone, tujuan dari pelaksanaan konseling

secara umum adalah perubahan tingkah laku (behavioral change),

kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah

(problem resolution), keefektifan pribadi (personal efectiveness), dan

pembuatan keputusan (decision making).35

Sedangkan Prayinto dan Erman Anti memaparkan tujuan umum

bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu

memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan predisposisi yang dimiliki klien (seperti potensi

genetis dan bakat), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar

belakang keluarga, pendidikan dan status sosial ekonomi) serta sesuai

dengan tuntutan positif lingkungannya (seperti norma dan nilai yang

berlaku). Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling

merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan secara langsung

dengan permasalahan yang dihadapi klien sesuai dengan kompleksitas

masalahnya.36

Maka tujuan dari bimbingan dan konseling dapat disimpulkan secara

sederhana untuk membantu klien memperoleh kebahagiaan hidup secara

34 Andi Mappiare AT. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Radja Grafindo

Persada, 2006) hal. 15

35 Andi Mappiare AT. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Radja Grafindo

Persada, 2006), hal. 46

36 Priyatno dan Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rieneka

(41)

mandiri dengan memanfaatkan potensi diri dan sarana yang ada sesuai

dengan nilai dan norma yang berlaku serta mengatasi permasalahan yang

dihadapi sesuai dengan kompleksitas masalahnya.

Lebih jauh lagi, secara khusus tujuan dari pelaksanaan bimbingan

dan konseling Islam sebagaimana pendapat Hamdani Bakran Adz-Dzaki

adalah:

a. Untuk menghasilkan perbaikan, perubahan, kesehatan dan kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai

(mut}ma’innah), bersikap lapang dada (rod}iyyah) dan mendapatkan

pencerahan taufiq dan hidayah dari Tuhan (mard}iyyah).

b. Menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang

dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, lingkungan keluarga,

lingkungan kerja, lingkungan sosial maupun alam sekitarnya.

c. Menghasilkan kecerdasan emosi pada individu sehingga muncul dan

berkembang rasa tolereansi, kesetiakawanan, tolong menolong dan

kasih sayang.

d. Menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu segingga

muncul dan berkembang rasa keinginan taat kepada Tuhan, ketulusan

mematuhi segala perintah-Nya dan ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga individu dapat melakukan

(42)

berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan

keselamatan bagi lingkungannya dalam berbagai aspek kehidupan.37

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa subtansi dari tujuan

Bimbingan dan Konseling Islam adalah untuk mengembalikan manusia

sesuai dengan fitrahnya yaitu, h}alifatulla>h (QS. Al-Baqoroh [2]: 30),

abdulla>h (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56), dan pemakmur bumi (QS. Hud

[11]: 61) dengan menjalin hubungan secara vertikal kepada Allah

(hablum minalla>h) dan hubungan secara horizontal kepada sesama

manusia dan makhluk Allah lainya (h}ablum minan na>s).

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Sejatinya fungsi bimbingan dan konseling Islam sama dengan fungsi

bimbingan dan konseling umum, tetapi ada muatan religius dan nilai-nilai

wahyu Allah dalam pelaksanaan fungsi tersebut. Adapun fungsi bimbingan

dan konseling ditinjau dari segi kegunaan pelayanan di kelompokan

menjadi empat bagian38, yaitu:

a. Fungsi pemahaman klien dengan berbagai permasalahannya dan

tujuan-tujuan konseling. Maka pemahaman yang dilakukan berkaitan

erat dengan pemahaman terhadap diri klien beserta masalahnya oleh

diri klien sendiri dan pihak-pihak lain yang akan membantu klien,

serta pemahaman terhadap lingkungan oleh klien.

37 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al-Manar,

2004) hal. 221

38 Priyanto dan Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rieneka

(43)

b. Fungsi pencegahan (preventif), lebih mengarah kepada perbaikan

lingkungan, mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien,

meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan

dan mempengaruhi perkembangan kehidupan, mendorong individu

untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menggalang

dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

c. Fungsi pengentasan (kuratif) berkaitan erat dengan permasalahan

klien yang pada umumnya adalah klien selalu bersikap tergantung

pada orang lain, kekurangan informasi, terjadinya konflik dalam diri

klien, kecemasan dalam memilih keputusan dan klien tanpa masalah

yang hanya membutuhkan dukungan dari orang lain.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan (developmental), berkaitan

dengan memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri

klien, baik hal tersebut adalah pembawaan atau hasil dari

perkembangan yang telah dicapai selama ini, yang kemudian

dikembangkaanya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk

kepentingan klien.

Dari uraian diatas, difahami bahwa fungsi bimbingan dan koseling

Islam ada empat yaitu fungsi pemahaman, preventif, kuratif dan

(44)

membahasakan dengan fungsi remedial atau rehabilitatif, fungsi edukatif

atau pengembangan dan fungsi preventif atau pencegahan.39

Namun, secara umum fungsi dari pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling Islam adalah berkaitan dengan perbaikan dan penyembuhan

pada tahap mental, spritual atau kejiwaan dan emosional, serta

melanjutkan materi konseling yang diberikan kepada pendidikan dan

pengembangan dengan menanamkan nilai-nilai wahyu dan metode

filosofis, dengan harapan bahwa individu akan memperoleh

wacana-wacana Ilahiyah tentang bagaimana mengatasi masalah, kecemasan, dan

kegelisahan, serta mampu melakukan hubungan komunikasi yang baik

secara vertikal maupun horizontal.40

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa fungsi bimbingan dan konseling

Islam adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan (preventif), fungsi

pengentasan (kuratif) dan fungsi pemeliharaan serta pengembangan

(developmental) atas dasar penanam nilai-nilai wahyu yang memandirikan

klien dalam mengatasi problematika kehidupan serta mampu

berkomunikasi secara vertikal dan horizontal.

39 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al-Manar,

2004) hal. 217.

40 Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al-Manar,

(45)

4. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, ada beberapa unsur

yang harus diketahui antara lain:

a. Konselor

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses

konseling.41 Konselor dituntut profesional dalam bidang bimbingan

dan konseling yang mempunyai kewenangan untuk memberikan

bantuan kepada klien yang sedang mengalami permasalahan

psikologis atau tidak mampu menyelesaikan problematika

kehidupannya, dan orang yang tidak mampu melakukan realisasi dan

aktualisasi dirinya. Carl Rogers sebagai peletak dasar konseling

menyebutkan bahwa ada tiga karakteristik konselor yaitu

congruence, unconditional positive regard, dan empathy.42

Supaya proses bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan

lancar dan efektif, maka untuk menjadi konselor profesional harus

terpenuhi beberapa syarat. Bimo Walgito menjelaskan beberapa

syarat yang harus dipenuhi oleh pembimbing atau konselor sebagai

berikut:

1) Pembimbing harus memiliki pengetahuan yang cukup, baik

secara teoritik maupun praktik. Sebab teori tentang konseling

sebagai landasan dalam praktik, dan bimbingan konseling

41 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling; Dalam Teori dan Praktik,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hal. 21

42 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling; Dalam Teori dan Praktik,

(46)

merupakan ilmu terapan (applied science), maka baik teoritik

maupun praktik harus dikuasai oleh konselor.

2) Secara psikologis, seorang konselor harus dapat mengambil

tindakan yang cukup bijaksana. Dalam hal ini dimaksudkan

dalam diri konselor harus ada kemantapan dan kestabilan psikis,

terutama dalam hal emosi.

3) Konselor harus sehat secara jasmani dan rohani, sebab jika sakit

akan mengganggu konselor dalam menjalankan tugasnya.

4) Konselor harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya

dan individu yang dihadapinya.

5) Konselor harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha

bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah yang

sempurna.

6) Konselor harus supel, ramah tamah, dan sopan santun dalam

segala perbuatannya, sehingga konselor dapat bekerja sama

dengan berbagai pihak yang dibutuhkan dalam konseling.

7) Konselor harus mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan

prinsip dan kode etik bimbingan dan konseling.43

43 Bimo Walgito, Bimbingan Koseling Studi dan Karier, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010)

(47)

Menurut Tohari Musnamar, syarat-syarat yang harus dipenuhi

oleh konselor Bimbingan dan Konseling Islam adalah sebagai

berikut:

1) Kemampuan dan keahlian

2) Sifat kepribadian yang baik (akhla>qul kari>mah)

3) Kemampuan kemasyarakatan

4) Ketaqwaan kepada Allah SWT (taqwalla>h)44

Dari beberapa pendapat diatas, bahwa seorang konselor Islam

harus profesional, ahli dalam bimbingan dan konseling secara

teoritik dan praktik, disertai dengan sikap dan kepribadian yang baik

(akhlaqul karimah), bertaqwa kepada Allah dan memiliki

kompetensi yang memadai tentang ilmu-ilmu lain yang menunjang

keberhasilan konseling.

b. Klien

Klien adalah kebalikan dari konselor, yaitu pihak yang dibantu.

Willis (2009) mendefinisikan klien adalah setiap individu yang

diberikan bantuan profesional oleh konselor atas permintaan dirinya

atau orang lain.45 Klien adalah orang yang sedang mempunyai

masalah, tidak mampu menyelesaikan permasalahan dirinya, tidak

mampu realisasi dan aktualisasi potensi dirinya yang membutuhkan

44 Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakerta:

UII Press, 1992), hal. 42

45 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling; Dalam Teori dan

(48)

pertolongan / bantuan untuk membantu terselesainya masalah atau

mencari solusi atas masalahnya kepada seorang ahli (konselor) atas

dasar potensi, kompetensi, kemauan, dan pilihan klien sendiri.

c. Masalah

Masalah atau problematika adalah yang yang tidak kalah

penting juga selain konselor dan klien. Masalah adalah

kesulitan-kesulitan klien yang seharusnya tidak ada dalam kehidupan klien

atau yang dapat menghambat perkembangan dan proses belajarnya,

atau yang dapat menghalangi pencapaian kebahagiaan hidup klien.

Singkatnya, masalah adalah kondisi atau realitas yang memerlukan

suatu pemecahan dan treatment.

Perlu ditegaskan pula, bahwa masalah yang termasuk dalam

ranah bimbingan dan konseling Islam bukanlah masalah yang

bersifat material, bukan pula masalah yang terlalu parah sehingga

klien sudah berada diluar kesadaran, sebab bimbingan konseling

Islam berbeda dengan bhakti sosial, pengobatan fisik dan

pengentasan kemiskinan.

Walaupun objek material dalam bimbingan dan konseling

Islam sama dengan psikiatri dan psikologi klinis, yaitu manusia

dengan berbagai problem psikologisnya, tetapi bimbingan konseling

Islam cenderung melihat potensi dan kelebihan manusia untuk

berkembang dan baik, maka masalah yang ditangani dalam

(49)

dan berada dalam kondisi kesadaran. Artinya, klien masih mampu

menjalankan fungsi kognitifnya.

Dari paparan di atas, proses konseling hanya akan terjadi apabila ada

ketiga komponen tersebut, yaitu konselor dengan segala keahlian dan

kemampuannya, klien dengan segala problem dan potensinya, serta

masalah dengan segala bentuknya yang harus ditangani.

5. Asaz-asaz Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam memiliki azas sebagaimana

bimbingan konseling secara umum, tetapi ada beberapa azas tambahan

yang menjadi ciri khas bimbingan dan konseling Islam. Adapun asaz-asaz

bimbingan dan konseling secara umum, sebagaimana disebutkan Prayitno

(1987) adalah asaz kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,

kemandirian, kegiatan, kemandirian, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,

alih tangan dan tut wuri handayani. 46

Selain azas diatas, dalam bimbingan dan konseling Islam ada

beberapa azas khusus yang menjadi ciri khasnya, seperti yang

dikemukakan oleh Aunur Rahim Faqih (2001), sebagai berikut:

a. Azas Kebahagian Dunia dan Akhirat

Pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam haruslah membawa

klien memperhatikan kebahagiaan hidup klien, di dunia dan akhirat.

(QS. Al-Baqoroh [2]: 201).

46 Prayitno, dalam Priyanto dan Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, hal.

(50)

b. Azas Fitrah

Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada

klien untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya

sehingga segala aspek tingkah laku dan tindakannya sesuai dengan

fitrahnya tersebut. (QS. Ru>m [30]: 30)

c. Azas Lillahi Ta’ala

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan

semata-mata karena Allah ta’ala. Sehingga konsekuensinya antara konselor

dan klien harus ikhlas, rela, tanpa pamrih dan untuk pengabdian

kepada Allah semata. (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

d. Azas Bimbingan Seumur Hidup

Pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, sehingga

dalam kehidupannya akan selalu menjumpai berbagai kesulitan dan

kesusahan. Oleh karena itu, proses bimbingan dan konseling terjadi

sepanjang hayat.

e. Azas Kesatuan Jasmaniah-Rohaniah

Bimbingan dan konseling Islam memperlakukan klien sebagai

makhluk jasmaniah-rohaniyah, sehingga pelaksanaan bimbingan dan

konseling Islam membantu individu untuk hidup dengan

keseimbangan jasmaniyah dan rohaniyah.

f. Azas Keseimbangan Rohaniyah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berfikir,

(51)

dan konseling Islam menyadari keadaan kodrati tersebut dengan

berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadist Nabi, membantu

klien untuk memperoleh keseimbangan diri dalam segi mental

rohaniyah.

g. Azas Kemaujudan Individu

Bimbingan dan konseling Islam memandang seorang individu

merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri, yang mempunyai

hak, keunikan tersendiri, berbeda dengan satu dan lainya, dan

kemampuan fundamental potensial rohaniyahnya.

h. Azas Sosialitas Manusia

Manusia adalah makhluk Sosial, maka bimbingan dan konseling

Islam memperhatikan aspek sosialitas klien, seperti pergaulan, cinta,

kasih sayang, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan

orang lain, rasa memiliki dan dimiliki. (QS. An Nisa>’ [4]: 1)

i. Azaz Kekhalifahan Manusia

Bimbingan dan konseling islam memperhatikan kedudukan

manusia sebagai khalifah dalam kesinambungan dengan

kedudukannya sebagai makhluk Allah yang mengabdi pada-Nya.

j. Azas Keselarasan dan Keadilan

Bimbingan dan konseling Islam memperhatikan keharmonisan,

keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam segala segi, baik

(52)

k. Azas Pembinaan Akhla>q al-Kari>mah

Setiap manusia mempunyai sifat-sifat negatif dan sifat-sifat

positif. Maka, bimbingan dan konseling Islam membantu individu

untuk memelihara, mengembangkan dan menyempurnakan sifat-sifat

baik, dengan kata lain untuk pembinaan akhla>q al-kari>mah.

l. Azas Kasih Sayang

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan berlandaskan dengan

rasa kasih sayang. Hal ini karena setiap manusia memerlukan cinta

dan kasih sayang dari orang lain.

m. Azas Saling Menghargai dan Menghormati

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam pada

dasarnya memiliki kedudukan sederajat, yang membedakan hanya

fungsinya saja, sehingga hubungan yang terjadi antara konselor-klien

merupakan hubungan saling menghormati sesuai dengan kedudukan

masing-masing sebagai makhluk Allah.

n. Azas Musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilaksanakan dengan atas

musyawarah, antara konselor dan klien terjadi dialog yang baik,

tidak saling mendikte dan tidak ada perasaan tertekan dan keinginan

yang tertekan diantara keduanya.

o. Azas Keahlian

Bimbingan dan konseling islam dilaksanakan hanya oleh

(53)

bimbingan dan konseling Islam, baik keahlian dalam metodologi,

teknik bimbingan dan konseling, maupun permasalahan yang

menjadi objek bimbingan konseling.47

6. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Sebagai sebuah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan, maka

bimbingan dan konseling Islam memiliki prinsip dasar yang menjadi

pedoman pelaksanaannya. Prinsip dasar bimbingan dan konseling Islam

berkaitan dengan tujuan pelaksanaannya, pembimbing (konselor) dan

yang dibimbing (klien), serta isi konselingnya.

Prinsip bimbingan dan konseling Islam yang berkaitan dengan

tujuannya adalah ditujukan kepada individu untuk menggapai

kebahagiaan di dunia dan akherat yang sejalan dengan ajaran Islam.

Berkenaan dengan pembimbing (konselor) dan orang yang dibimbing

(klien), maka prinsipnya adalah dilakukan oleh dan untuk manusia sesuai

dengan pandangan Islam tentang hakikat manusia. Berkenaan dengan

materi atau isi dari konseling, maka bimbingan dan konseling Islam isinya

adalah ajaran Islam. Sedangkan berkaitan dengan proses konselingnya,

maka bimbingan dan konseling Islam berlandaskan pada ukhuwah

Islamiyyah (hubungan manusia yang berlandaskan pada ajaran Islam).48

47 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press

Yogyakarta, 2001), hal. 21-33.

48 Hajir Tajiri, “Konseling Islam; Studi terhadap Posisi dan Peta Keilmuan”, Jurnal Ilmu

Gambar

Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Konseling kepada
Gambar 2.3 Skema Mekanisme Perubahan Diri ..................................... 59
Gambar 2.1 Skema Penciptaan Alam Semesta Menurut Ar-Razi
Gambar 2.2 Skema Jiwa Manusia Menurut Ar-Ra>zi>
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Bahwa, oleh karena beras Pengadaan Dalam Negeri (ADA DN) Tahun 2013 sudah mulai masuk ke dalam Gudang Bulog Baru (GBB) Singakerta II dan Gudang mulai penuh, tanpa pernah

(a) Tuan/ puan yang belum disahkan dalam perkhidmatan pada tarikh kuat kuasa pertukaran pelantikan akan ditawarkan matagaji tertinggi berhampiran dengan matagaji akhir

Merujuk pada Rencana Strategis yang bersifat umum maka dalam Rencana Operasional secara rinci akan dipaparkan rencana program studi mencakup misi, tujuan, sasaran

Kesejahteraan kerja bisa didapat karena beban kerja, kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas kerja yang seimbang dan ditunjang dengan manajemen organisasi kerja,

Tidak ada motto yang boleh mengganti ini, “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.Ini berlaku untuk siapapun, terlebih pada orang yang mempunyai factor risiko

penggunaan bahasa Jawa yang digunakan dalam khotbah Jumat oleh khatib.. Penelitian ini meng- ambil objek dari wacana lisan khotbah Jumat berbahasa |awa di Masjid Agi

(2) Bila ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak dimungkinkan karena di antara para ahli waris yang bersangkutan ada yang memerlukan uang, maka lahan tersebut dapat

Dengan mengetahui intelegensinya,seseorang dapat dikategorikan sebagai orang yang pandai atau cerdas (jenius), sedang, atau bodoh (idiot)Jadi selain faktor