“
PENERAPAN MANAJEMEN MUTU INTERNAL BERSTANDAR ISO
9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER SIDOARJO
”
SKRIPSI
Oleh
DYAH AYU MERDIKAWATI D73212081
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENERAPAN MANAJEMEN MUTU INTERNAL BERSTANDAR ISO 9001: 2008 di yang alamiah (natural setting), disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dan efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008. Banyak sekolah meningkatkan mutu dengan berlomba-lomba mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008. Penerapan manajemen mutu internal 9001: 2008 telah mengatur proses pembelajaran di SMP Sepuluh Nopember. Yang menjadi permasalahan ini adalah bagaimana penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dan efektifitas pembelajaran pasca penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP SEPULUH NOPEMBER yang beralamatkan di Kabupaten Sidoarjo yaitu di Jalan Siwalanpanji Desa Siwalanpanji Kecamatan Buduran. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMP SEPULUH NOPEMBER adalah sekolah yang dikelola secara efektif dan satu-satunya SMP yang telah mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 sejak tahun 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 telah diterapkan oleh SMP SEPULUH NOPEMBER secara baik dan benar, sehingga antara dokumen ISO dengan pelaksanaannya di lapangan terdapat kesesuaian, memulai dengan melaksanakan penyusunan dokumen mutu mulai dari kebijakan mutu, sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur operasioanl standar (POS), instruksi kerja (IK) dan formulir/rekaman. Dokumen mutu yang telah disahkan akan digunakan pengelola sekolah sebagai acuan kerja manajemen mutu sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari manajemen sekolah baik dari segi fisik maupun non fisik, baik dari aspek administrasi maupun proses belajar mengajar siswa sehingga dihasilkan produk (lulusan) yang berkualitas baik akademik, moral maupun sosial. Ini adalah wujud nyata dari peningkatan akuntabilitas SMP SEPULUH NOPEMBER atas kepercayaan yang telah diberikan publik pada lembaga.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN ABSTRAK... v
HALAMAN PERNYATAAN... vi
HALAMAN MOTTO... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR... viii
HALAMAN DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Definisi Konseptual... 9
F. Sistematika Pembahasam... 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008 1. Pengertian Manajemen Pendidikan... 12
2. Sejarah ISO... 14
4. Penerapan Manajemen Mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER... 29
B. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER... 33
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian... 37
C. Jenis dan Sumber Data... 38
D. Metode Pengumpulan Data... 38
E. Teknik Analisis Data... 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP SEPULUH NOPEMBER... 44
B. Penyajian Analisis Data 1. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 61
2. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 64
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 65
2. Efektifitas pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008... 75
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 79
B. Saran ... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat menjadi tolak ukur bagi kemajuan dan kualitas kehidupan suatu
bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat
dicapai dengan salah satunya melalui pembaharuan serta penataan pendidikan yang
baik. Jadi, keberadaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan kehidupan masyarakat yang cerdas, pandai, berilmu pengetahuan yang
luas, berjiwa demokratis serta berakhlak karimah. Sedangkan pendidikan merupakan
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam peranannya di masa yang akan
datang.1
Lembaga pendidikan sebagai industri jasa praktek penyelenggaraan pendidikan
dapat dianalogikan dengan proses produksi industri, khususnya industri jasa.
Lembaga pendidikan dapat dipandang sebagai lembaga yang memproduksi atau
menjual jasa kepada para pelanggannya. Mutu sebuah lembaga pendidikan ditentukan
pleh sejauh mana pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
tersebut merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan
tersebut.2
Mutu pendidikan itu tidak hanya diukur dari mutu keluaran pendidikan secara
utuh (educational outcomes), dan itu dikaitkan dengan konteks dimana mutu itu
ditempatkan dan berapa bessar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Mutu
1 Burhanuddin, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, (Malang: Rosindo, 2007), hal. 112
2
pendidikan juga dapat diukur dari besarnya kapasitas layanan pendidikan dalam
memenuhi customers needs and wants. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi,
makamutu pendidikan dapat diukur dari besarnya earnings yang diperoleh dari
lulusan setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu.3
Pendidikan bermutu adalah dambaan serta harapan setiap orang. Masyarakat dan
orang tua siswa mengharapkan agar anak-anak merekamendapatkan pendidikan
bermutu agar mampu bersaing dalam memperoleh berbagai peluang dalam menjalani
kehidupan. Pemerintah mengharapkan agar setiap lembaga pendidikan itu bermutu,
karena dengan pendidikan bermutu dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM)
bermutu yang akan memberi kontribusi kepada keberhasilan pembangunan.
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Mutu sebuah
sekolah juga dapat dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu bentuk administrasi
adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien, baik secara vertikal maupun
horizontal.4
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang
dihasilkan. Menurut Stephan Uselac, yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan
jasa saja, namun juga mencakup proses, lingkungan dan manusia.5 Jadi mutu dapat
didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses,
lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan guna
memenuhi kebutuhan pelanggan.
3 Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 80 4 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 53
3
Manajemen mutu menurut konsep ISO 9001: 2008 adalah sistem manajemen
untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Sistem
manajemen mutu juga berarti adalah sebuah tatanan yang menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran-sasaran mutu yang direncanakan, dan merupakan sebuah tatanan
yang menjamin kualitas output dan proses pelayanan/produksi. 6
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mutu adalah segala sesuatu yang dibutuhkan pelanggan (internal dan eksternal)
baik itu produk, jasa, proses, lingkungan maupun manusia. Sedangkan manajemen
mutu adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh organisasi baik itu institusi atau
perusahaan untuk memastikan bahwa produknya telah sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
Meskipun manajemen mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun
pada dasarnya manajemen mutu itu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Jadi, dengan demikian manajemen mutu berorientasi
pada proses yang mengintegrasikan semua SDM, pemasok-pemasok dan para
pelanggan yang ada di lingkungan tersebut.7
Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu, pelanggan
internal dan pelanggan eksternal. Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan
pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya
guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah
selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat mencetak produk lulusan
yang berkompeten dan mampu bersaing di era global tidak lepas dari peran guru
6 Manajemen Mutu dalam http://elearning.amikom.ac.id/, diunduh 17 Desember 2015, 19.05 wib
4
sebagai ujung tombak pendidikan.8 Guru merupakan orang yang berinteraksi langsung
dengan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dibutuhkannya guru profesioanal dan lembaga
pendidikan formal sebagai tempat pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional, yang dijelaskan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen bab II pasal 4, yang berbunyi, “Kedudukan guru tenaga
profesional yaitu sebagai tenaga profesioanal pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasioanal.” 9
Dengan penerapan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 di Sekolah
Menengah Pertama SEPULUH NOPEMBER, tanggung jawab, kewenangan dan tugas
guru ditegaskan kembali dalam isi pedoman mutu. Guru juga diwajibkan untuk
membuat serta menyusun administrasi guru, kurikulum juga ditinjau setiap tahun agar
selaras dengan kebutuhan siswa sekaligus melakukan perbaikan berkelanjutan untuk
mencapai mutu yang diharapkan.10
Salah satu standar mutu yang sedang berkembang pesat pada saat-saat ini adalah
ISO 9000, yang dihasilkan oleh ISO (International Organization for Standardization)
merupakan organisasi bukan pemerintah yang didirikan pada tahun 1947 yang
berkedudukan di Jenewa. Sedangkan untuk Indonesia sendiri, Dewan Standar
Nasional (DSN) mengadopsi secara total seri ISO 9000 menjadi standar seri SNI
19-9000 berdasarkan peraturan pemerintah No 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional
5
Indonesia. Dan keputusan presiden No 12 tentang penyusunan, penerapan, dan
pengawasan standar nasional. 11
Standar mutu BS 5750 dan ISO 9001 mendapatkan perhatian serius dari dunia
pendidikan. Dua standar tersebut mendapatkan perhatian serius terutama dari Amerika
dan Eropa. Sekitar 17.000 perusahaan di Inggris sudah terdaftar pada standar BS
5750. Hal tersebut tidak mengejutkan mengingat bahwa paraahli pendidikan di sana
memiliki kesadaran untuk menerapkan stnadar tersebut dalam industri mereka.12
ISO (International Standardization of Organization) didirikan pertama kali pada
23 Februari 1947, dengan menetapkan standar-standar industrial dan komersial dunia.
ISO yang merupakan nirlaba Internasioanl, dibentuk untuk membuat dan
memperkenalkan standardisasi internasioanal apa saja.13
Sebuah lembaga atau perusahaan yang telah diaudit dan disertifikasi sebagai
lembaga atau perusahaan yang memnuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak
mencantumkan label “ISO 9001 Certified atau ISO 9001 Registered”. Sertifikasi
tersebut menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten
dilaksanakandi lembaga atau perusahaan tersebut.
ISO muncul sebagai sebuah solusi untuk standar penilaian kualitas organisasi,
perusahaan, atau lembaga pendidikan yang diakui secara internasional. ISO 9001:
2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin
bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat
merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang di-kontrak itu
11 Sugeng Listyo, Implementasi System Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal.57
12 Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: IRCiSOD, 2008), hal. 119
6
bertanggung Jawab untuk menjamin kualitas dari produk-produk tertentu, atau
merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi. 14
Saat ini satu-satunya Sekolah Menengah Pertama di Sidoarjo yang telah
memperoleh ISO 9001:2008 adalah Sekolah Menengah Pertama SEPULUH
NOPEMBER Sidoarjo telah lama mengimplementasikan Total Quality Management.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP SEPULUH NOPEMBER telah
mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2008 sejak tahun 2011. Hal ini menunjukkan
bahwa Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah menerapkan manajemen mutu dalam
pengelolaan pendidikannya. Karena landasan dasar dari manajemen mutu adalah
sistem manajemen mutu berstandar ISO 9001: 2008.15
Manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 di Sekolah Menengah Pertama
SEPULUH NOPEMBER ini bertujuan untuk mewujudkan manajemen mutu sekolah
yang memenuhi persyaratan standar internasional, yang dilaksanakan secara taat
sehingga dapat meningkatakan kepuasan pelanggan. Ketentuan dan persyaratan yang
berlaku dalam ISO 9001: 2008 diterapkan seluruhnya di SMP SEPULUH
NOPEMBER karena sebagai lembaga penyelenggara jasa pendidikan dan latihan,
mempunyai proses yang dapat diukur dengan baik. 16
Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan
istilah Total Quality Management (TQM), yang pada awalnya diterapkan pada dunia
bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filosofis, konsep ini
menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan
untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. 17
14 http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/12/19/iso-90012008-dan-sistem-manajemen-sekolah/. Diunduh 16 Desember 2015, 08.34 wib
15 Zuhrawaty, Panduan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001, (Yogyakarta: Medpress, 2009), hal. 45 16 http://www.infometrik.com/wp-content/uploads/2009/06/prinsip-dasar-ISO-9001.pdf diunduh 16 desember 2015, 08.33 wib
7
Pelaksanaan TQM membutuhkan kepemimpinan yang kuat, kedisiplinan guru,
staf tata usaha, dan siswa serta merupakan perubahan yang luar biasa bagi dunia
pendidikan. Keberhasilan dalam menerapkan TQM di suatu lembaga pendidikan
tergantung dari visi yang digunakan oleh tenaga pengajar dan para pemimpinnya.
Sasarannya adalah memperbaiki proses belajar mengajar dengan memberdayakan
peserta didiknya dan meningkatkan tanggung jawabnya dalam proses belajar. 18
Penereapan TQM di SMP SEPULUH NOPEMBER ini sangat terlihat
perwujudannya pada penerapan manajemen mutu internal tertentu untuk
meningkatkan kualitas mutu internal dari sekolah tersebut.19 Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengetahui bagaimana manajemen mutu internal di sekolah tersebut
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku dalam ISO 9001. Maka peneliti
mengadakan penelitian “Penerapan Manajemen Mutu Internal berstandar ISO 9001:
2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Penerapan Manajemen Mutu Internal yang Berstandar ISO 9001:
2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER ?
2. Bagaimanakah Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu
Internal yang Berstandar ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER ?
18 Ibid, hal. 80
8
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001:
2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER.
2. Untuk mengetahui bagaimana Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan
Manajemen Mutu Internal Berstandar ISO 9001: 2008 di SMP SEPULUH
NOPEMBER.
D. Manfaat penelitian
Dengan adanya penyelesaian penelitian ini maka manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Sebagai penambah wawasan penulis, juga sebagai pengalaman empirik dan uji
ilmiah terhadap teori yang berupa mata kuliah manajemen lembaga pendidikan
Islam.
2. Bagi pimpinan dan jajaran SMP SEPULUH NOPEMBER
Sebagai bahan pertimbangan terutama sebagai alternatif dalam pengambilan
keputusan manajemen mutu internal SMP SEPULUH NOPEMBER.
3. Bagi kepentingan umum
Sebagai bahan perbandingan (korelatif) dan sebagai refrensi untuk para peneliti
dengan topik yang sama. Juga sebagai penambah wawasan bagi rekan – rekan
mahasiswa yang mempelajari manajemen mutu internal baik secara umum dan
9
E. Definisi Konseptual
Judul penelitian ini adalah “Penerapan Manajemen Mutu Internal berstandar
ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER” judul penelitian ini
menggambarkan tingkat manajemen mutu internal yang sudah bersertifikat ISO 9001:
2008 dalam SMP SEPULUH NOPEMBER ini. Namun demikian untuk menghindari
masalah kesalahpahaman terhadap pengertian yang dimaksud, serta nantinya dapat
dijadikan acuan untuk menelusuri atau menguji, maka perlu ditegaskan terlebih
dahulu maksud daripada judul penelitian ini, secara rinci sebagai berikut:
Mutu (quality) adalah keinginan pelanggan yang mungkin selama ini paling
kurang dikelola. Dalam kenyataan, istilah manajemen mutu (quality management)
jarang digunakan sampai tahun 1980-an; melainkan, istilah (dan konsep)
pengendalian mutu (quality control), dan kemudian kepastian mutu (quality
assurance) yang digunakan. Lebih dari itu, sampai baru-baru ini terdapat kesadaran
yang cukup bahwa obyek mutu adalah, pertama-tama, proses berikutnya. Manajemen
mutu mempelajari setiap area dari manajemen operasi- dari perencanaan lini produk
dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. 20
Manajemen mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain
(pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataannya,
penyelidikan mutu adalah suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk
mempersatukan fingsi-fungsi usaha.
Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang
menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek
dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai
sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm
10
berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu
memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi
semaksimal mungkin kepada organisasi.
Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar
bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan,
tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi. Prinsip mutu, yaitu
memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu,
pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu: Pelanggan internal (di dalam organisasi) dan
Pelanggan eksternal (di luar organisasi).21
ISO berasal dari kata yunani yang berarti sama, hal ini mempunyai analog yang
sama dengan beberapa istilah yaitu “isoterm” yang berarti suhu yang sama, “isobar”
yang berarti tekanan yang sama, alasan dipakainya kata ISO adalah agar
mempermudah dalam penggunaan dan mudah diteliti jika yang digunakan adalah
singkatan tentunya setiap negara akan berbeda singkatannya. Jadi bisa diambil
pengertian bahwa ISO hanyalah sebuah kata yang dijadikan standar cara untuk
mempermudah dalam penggunaan dan pemahaman. 22
Pengertian ISO 9001, suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu/
kualitas. ISO 9001 menetapkan persyratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan
standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus
dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan
standar sistem manajemen kualitas. 23
21 Nurhayati dan Abdul, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 110
22 Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008, Penerapan untuk mencapai TQM, (Jakarta: PPM, 2003), hal. 21
11
F. Sistematika Pembahasan
Agar penyusunan skripsi ini sistematis, maka sistematika penulisan dibagi ke
dalam beberapa bab dan sub bab. Ada lima bab dan masing-masing bab terdiri dari
sub bab.
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang didalamnya ada latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual,
dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, berisi tentang tinjauan pustaka yang berupa hasil penelitian
sebelumnya yang memiliki kesamaan topik yang berhubungan dengan penelitian ini.
Landasan teori yang berisi konsep-konsep yang dijadikan kerangka berpikir.
Bab Ketiga, bab ini berisi tempat penelitian, metode dan jenis penelitian, teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab Keempat, bab ini berisi tentang profil obyek yang akan diteliti, penerapan
manajemen mutu internal berstandar ISO 9001:2008 di SMP 10 November sidoarjo.
Bab Kelima, berupa penutup yang menguraikan mengenai simpulan dari hasil
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penerapan Manajemen Mutu Internal ISO 9001:2008
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen cenderung dikatakan ilmu maksudnya bahwa seseorang yang
belajar manajemen tidak pasti akan menjadi seorang manajer yang baik. Made
Pidarta mengatakan bahwa manajemen dalam pendidikan dapat diartikan sebagai
aktivitas yang memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan sebelumnya.1
Manajemen pendidikan merupakan serangkaian kegiatan atau keseluruhan
proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai mutu
pendidikan tertentu secara berencana dan sistematis.
Adapun pengertian manajemen menurut beberapa tokoh antara lain:
a. Menurut Stoner bahwa “manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan antara anggota
organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.2
b. Menurut Mary Paker Follet mengatakan bahwa “manajemen sebagai seni
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art getting things
done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena
13
berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan
cara mengatur orang lain”. 3
c. Menurut pandangan George R. Terry yang mengatakan bahwa
“manajemen adalah pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan
sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain”. Pengertian
tersebut mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, terdapat
sejumlah manusia yang ikut berperan dan harus diperankan. 4
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut
memperlihatkan adanya perbedaan dalam mengungkapkan pengertian
manajemen. Sebagian tokoh mengartikan manajemen sebagai suatu ilmu, seni,
kiat dan profesi, sedangkan sebagian lainnya mengartikan manajemen sebagai
proses. Namun pada dasarnya manajemen mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif
dan efisien.
Dengan adanya manajemen suatu kelompok atau organisasi dapat terkendali
secara sistematis dan mampu mengeksplorasi sumber daya yang dimilikinya
secara efektif dan efisiendalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.5
3 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1996), hal. 5
4 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hal. 39
14
2. Sejarah ISO
ISO berasal dari kata yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil
dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO
berasal dari International Standard of Organization, sama sekali bukan. ISO 9001
merupakan Standard International yang mengatur tentang Sistem Manajemen
Mutu (Quality Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai
“ISO 9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO
9001: 2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin luasnya
dunia usaha, maka kebutuhan akan pengelolaan sistem manajemen mutu semakin
dirasa perlu dan mendesak untuk diterapkan pada berbagai scope industry yang
semakin hari semakin beragam. 6
Versi 2008 ini adalah versi terbaru yang diterbitkan pada desember 2008 lalu.
Organisasi pengelola Standard International ini adalah International
Organization for Standardization yang bermarkas di Geneva-Swiss, didirikan
pada 23 Februari 1947, kini beranggotakan lebih dari 147 negara yang mana
setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional (Indonesia diwakili oleh
KAN).
Sejarah ISO dimulai dari dunia militer sejak masa perang dunia II. Pada tahun
1943, pasukan inggris membutuhkan sekali banyak amunisi untuk perang
sehingga untuk kebutuhan ini dibutuhkan banyak sekali supplier. Sebagai
konsekuensinya, maka demi kebutuhan standarisasi kualitas, mereka merasa perlu
untuk menetapkan standar seleksi supplier. Selanjutnya 20 tahun kemudian
perkembangan standarisasi ini menjadi semakin dibutuhkan hingga pada tahun
15
1963, departemen pertahanan Amerika mengeluarkan standar untuk kebutuhan
militer yaitu Mil-Q-9858A sebagai bagian dari MIL-STD series. Kemudian
standar ini diadopsi oleh NATO menjadi AQAP-1 (Allied Quality Assurance
Publication-1) dan diadopsi oleh militer inggris sebagai DEF/STAN 05-8.
Seiring dengan kebutuhan implementasi yang semakin kompleks, maka
DEF/STAN 05-8 dikembangkan menjadi BS-5750 pada tahun 1979. Atas usulan
America National Standard Institute kepada Inggris, maka pada tahun 1987
melalui International Organization for Standardization, standard BS-5750
diadopsi sebagai sebuah International Standard yang kemudian dinamai ISO
9000: 1987.7
Ada tiga versi pilihan implementasi pada versi 1987 ini yaitu yang
menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and Production dan
Quality Assurance for Testing. Concern utamanya adalah inspection product di
akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection) dan kepatuhan pada aturan
sistem procedure yang harus dipenuhi secara menyeluruh.
Pada perkembangan berikutnya di tahun 1994, karena kebutuhan guaranty
quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih jauh ditekankan
perlunya proses preventive action untuk menghindari kesalahan pada proses yang
menyebabkan ketidak sesuaian pada produk. Namun demikian versi 1994 ini
masih menganut system procedure yang kaku dan cenderung document centre
dibanding kebutuhan organisasi yang disesuaiakan dengan proses internal
organisasi. 8
Pada ISO 9000: 1994 dikenal tiga versi yaitu, 9001 tentang design, 9002
tentang proses produksi, dan 9003 tentang proses services. Versi 1994 lebih fokus
7 Amin Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 1998), hal. 55
16
pada proses manufacturing dan sangat sulit diaplikasikan pada organisasi bisnis
kecil karena banyaknya prosedur yang harus dipenuhi (sedikitnya ada 20 klausa
yang semuanya wajib di dokumentasikan menjadi prosedur organisasi). 9
Karena keterbatasan inilah, maka Technical Committe melakukan review atas
standar yang ada hingga akhirnya lahirlah revisi ISO 9001: 2000 yang merupakan
penggabungan dari ISO 9001, 9002, dan 9003 versi 1994.
Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 kalusa wajib, tetapi lebih pada
proses business yang terjadi dalam organisasi. Sehingga organisasi sekecil apapun
bisa mengimplementasikan sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai pengecualian
pada proses bisnisnya. Maka dikenallah istilah BPM atau Business Process
Mapping, setiap organisasi harus memtakan proses bisnisnya dan menjadikannya
bagian utama dalam quality manual perusahaan, walau demikian ISO 9001: 2000
masih mewajibkan 6 prosedur yang harus terdokumentasi, yaitu Procedure
Control of Document, Control of Record, Control of Non Conforming Product,
Internal Audit, Corrective Action, dan Preventive Action yang semuanya bisa
dipenuhi oleh organisasi bisnis manapun.10
Pada perkembangan berikutnya, versi 2008 lahir sebagai bentuk
penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000
dengan 2008 secara significant lebih menekankan pada efektifitas proses yang
dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus
dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008 menetapkan bahwa
proses corrective dan preventive action yang dilakukan harus secara effective
berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain
9 http://www.infometrik.com/wp-content/uploads/2009/06/prinsip-dasar-iso-9001.pdf diunduh 16 desember 2015, 08.50 wib
17
itu, penekanan pada control proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti
dalam versi terbaru ISO 9001 ini.
a. Filosofi ISO 9001: 2008
Filosofi dasar penerapan ISO 9001: 2008 pada dasarnya terdiri:
1) Tulis apa yang dikerjakan (write what you do)
2) Kerjakan apa yang ditulis (do what you write)
3) Periksa dan tinjauan (review and verify)
4) Tingkatkan terus menerus (improve continually)11
b. Elemen ISO 9001: 2008
Dalam penerapannya di lembaga akan mengikuti persyaratan yang tertuang
dalam Standard International ISO 9001: 2008 yang terdiri dari 5 elemen besar
yaitu:
1) Sistem manajemen mutu
2) Tanggung jawab manajemen
3) Manajemen sumber daya
4) Realisasi produk
5) Pengukuran, analisa dan perbaikan12
c. Prinsip-prinsip
Sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 memiliki 8 prinsip dalam
pelaksanaannya, prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1) Fokus pada pelanggan
2) Kepemimpinan
3) Keterlibatan seluruh personal
4) Pendekatan proses
11 Ibid, hal. 70
18
5) Pendekatan sistem untuk pengelolaan
6) Pendekatan berkesinambungan
7) Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
8) Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok13
3. Manajemen Mutu Internal ISO 9001: 2008
Menurut Standar ISO 8402, Mutu diartikan sebagai gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Pengertian mutu
sendiri adalah suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang
memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, serta
memberikan keuntungan kepada pemegang saham. 14
Secara singkat mutu dapat diartikan kesesuaian penggunaan atau kesesuaian
tujuan atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan. Mutu
Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan. Prinsip mutu, yaitu memenuhi
kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang
menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek
dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai
sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm
berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang
mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan
konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat
dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu
13 Sugeng Listyo, Implementasi System Manajement Mutu ISO 9001: 2008, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 64
19
produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi
tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.15
Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu, pelanggan
internal dan pelanggan eksternal. Lembaga dikatakan bermutu apabila kebutuhan
pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal,
missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU dan
pelayanan yang lainnya. Tujuan manajemen mutu adalah untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan berorientasi demi kepuasan pelanggan. 16
Sedangkan pelanggan dalam organisasi pendidikan terdiri dari pelanggan
utama yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua yaitu
orang tua atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara
individu maupun institusi, dan pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran
penting meskipun tidak langsung seperti pemerintah dan masyarakat secara
keseluruhan.17
Dalam upaya peningkatan mutu, pendidikan dipandang sebagai lembaga
produksi yang menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggannya. Mutu
jasa yang dihasilkan ditentukan oleh sejauh mana dia memenuhi kebutuhan
pelanggan. Agar jasa itu secara terus-menerus disesuaiakan dengan kebutuhan
pelanggan, maka feedback dari pelanggan sangat penting untuk dijadikan dasar
dalam menentukan derajat mutu yang harus dicapai.
Untuk mencapai derajat mutu yang diinginkan itu, lembaga pendidikan hanya
menggunakan SDM yang terdidik dan yang terbaik, serta sistem dan
20
pengembangan produksi jasa yang memiliki nilai tambah yang memungkinkan
pelangganmemperoleh kepuasan yang tinggi. 18
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka manajemen mutu dianggap sangat penting
dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah berisi tentang pembelajaran
masyarakat. Jika manajemen mutu bertujuan untuk memiliki relevansi dalam
pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Sehingga
lembaga pendidikan dapat dikatakan berhasil dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan.
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan
manajemen. Organisasi bisnis dan non bisnis pun berlomba-lomba menetapkan
sebagai salah satu tujuan strategiknya, misalnya melalui slogan-slogan seperti
“pelanggan adalah raja” , kepuasan anda adalah tujuan kami dan sebagainya.
Guru merupakan orang yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
yaitu dibutuhkannya guru profesioanal dan lembaga pendidikan formla sebagai
tempat pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, yang dijelaskan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen bab II pasal 4, yang berbunyi, “Kedudukan guru tenaga profesional
yaitu sebagai tenaga profesioanal pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasioanal.”19
18 Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001: 2000, (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 8
21
ISO singkatan dari International Standardization Organization yang
merupakan federasi badan-badan standarisasi dari seluruh dunia. Berdiri pada 23
Februari 1947 di Janewa, Swetzerland. ISO pada awalnya dibentuk untuk
membuat dan memperkenalkan standarisasi internasional untuk apa saja. Standar
yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon,
kartu ATM bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lain sebagainya. Dalam
menetapkan suatu standar tersebut mereka mengundang wakil anggotanya dari
170 negara untuk duduk dalam Technical Committee.
Pada 14 November 2008, ISO telah merilis edisi terbaru dari standar ISO
9001, yaitu ISO 9001: 2008. Dalam ISO 9001 versi terbaru ini ada hal-hal yang
perlu diperhatikan seperti apa yang diungkapkan oleh Kasman dalam blognya,
yaitu:
a. Untuk membuktikan pemenuhan persyaratan ISO 9001: 2008, organisasi harus
mampu menyediakan bukti obyektif (tidak perlu terdokumentasi) bahwa SMM
(Sistem Manajemen Mutu) telah ditetapkan secara efektif.
b. Analaisis dari proses sebaiknya merupakan sumber untuk menetapkan jumlah
dokumen yang diperlukan bagi SMM, guna memenuhi persyaratan ISO 9001:
2008. Bukan dokumentasi yang menentukan proses.
c. ISO 9001: 2008 memberikan fleksibilitas bagi organisasi untuk memilih
pendokumentasian SMM, memungkinkan setiap organisasi mengembangkan
jumlah minimum dari dokumentasi yang diperlukan untuk mendemonstrasikan
perencanaan yang efektif, operasi, dan kontrol prosesnya serta penerapannya
dan peningkatan dari efektifitas SMM.
Banyak persyaratan standar yang diganti dan direvisi serta terdapat pula
22
20 persyaratan atau pasal yang harus dipenuhi dalam manajemen mutu ISO
9001: 2008 dengan rincian sebagai berikut:
1) Tanggung jawab manajemen
Pimpinan dengan tanggung jawab tingkat eksekutif harus menetapkan dan
mendokumentasikan kebijakan mutu termasuk sasaran mutu dan komitmen
mutu. Kebijakan mutu harus relevan dengan tujuan organisasi dan sesuai
dengan harapan dan kebutuhan pelanggan.
2) Sistem kualitas
Dalam lembaga harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara
sistem kualitas sebagai sarana untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Lembaga harus
menyiapkan manual kualitas yang memuat atau dapat menjadi pedoman
untuk prosedur sistem kualitas dan menggambarkan struktur
pendokumentasian yang dikembangkan dalam sistem kualitas.
3) Tinjauan kontrak
Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
melaksanakan tinjauan kontrak dan untuk melakukan koordinasi kegiatan
tersebut.
4) Pengendalian desain
Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
mengendalikan dan melakukan verifikasi terhadap desain produk agar
dapat dijamin semua persyaratan yang telah ditentukan dipenuhi.
5) Pengendalian dokumen data
Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulisuntuk
23
persyaratan standar Internasional ISO 9001: 2008. Dokumen dan data
dapat dibuat dalam berbagai bentuk jenis media.
6) Pembelian
Suatu lembaga harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk
menjamin bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
7) Pengendalian produk milik pelanggan
Lemabaga harus menetapakan dan memelihara prosedur terdokumentasi
untuk mengendalikan dan melakukan verifikasi, penyimpanan dan
pemeliharaan produk yang dipasok oleh pelanggan untuk dicampur dengan
bahan milik lembaga. Setiap produk yang hilang, rusak atau karena sesuatu
hal yang tidak layak dipakai, harus direkam dan dilaporkan kepada
pelanggan.
8) Identifikasi dan kemampuan telusur produk
Apabila dapat dilakukan, lembaga harus menetapkan dan memelihara
prosedur tertulis untuk identifikasi produk dengan tata cara yang layak
sejak tahap penerimaan, selama tahap produksi hingga pengiriman dan
instalasi. Bila tingkat kemampuan telusur merupakan persyaratan yang
ditentukan, maka lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur
tertulis untuk identifikasi yang bersifat unik terhadap produk secara
individual atau secara kelompok.
9) Pengendalian proses
Lembaga harus mengidentifikasi dan merencanakan proses-proses
produksi, instalasi, dan pelayanan secara langsung dapat mempengaruhi
24
kondisi terkendali. Apabila proses tidak sepenuhnya dapat diverifikasi
melalui inspeksi dan pengujian secara berurutan pada produk, maka proses
harus dilakukan oleh operator yang memiliki kualifikasi atau harus
dilakukan pemantauan secara ketat dan terus-menerus, guna menjamin
persyaratan yang telah ditentukan dapat terpenuhi. Rekaman data untuk
proses, alat, personil yang berkualifikasi harus dicatat.
10) Inspeksi dan pengujian
Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi
untuk kegiatan inspeksi dan pengujian untuk memverifikasi bahwa
persyaratan yang telah ditentukan untuk suatu produk itu dipenuhi.
Inspeksi dan pengujian yang diperlukan dan rekaman yang harus diadakan,
harus dirinci dalam bagan mutu atau prosedur tertulis.
11) Pengendalian alat inspeksi, alat ukur dan alat uji
Lembaga harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk
mengendalikan dan memelihara alat inspeksi, alat ukur dan alat uji yang
digunakan lembaga untuk unjuk kesesuaian produk terhadap persyaratan
yang telah ditentukan. Apabila informasi data teknis tentang alat inspeksi,
alat ukur dan alat uji merupakan persyaratan yang telah ditentukan, maka
informasi tentang data itu harus disediakan apabila diminta oleh pelanggan
untuk keperluan verifikasi bahwa alat-alat yang digunakan tersebut
berfungsi baik.
12) Status hasil inspeksi dan pengujian
Status inspeksi dan pengujian harus diidentifikasi dengan sarana yang
sesuai sehingga menunjukkan kesesuaian dan ketidaksesuaian produk
25
diuji harus dipelihara seperti yang telah ditentukan dalam rencana mutu
atau prosedur tertulis lainnya, selama produksi instalasi dan pelayanan
produk untuk memastikan bahwa hanya produk yang telah lulus inspeksi
dan pengujian yang dikirim, dipakai atau dipasang.
13) Pengendalian produk yang tidak sesuai
Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
menjamin produk yang tidak sesuai dihindari dari pemakaian atau instalasi
yang tidak direncanakan. Pengendalian ini harus meliputi identifikasi,
dokumentasi, evaluasi, pemisahan, disposisi produk yang tidak sesuai, dan
pemberitahuan kepada fungsi-fungsi yang bersangkutan.
14) Tindakan koreksi dan pencegahan
Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan. Suatu tindakan koreksi
atau pencegahan yang telah diambil untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang sebenarnya atau yang bersifat potensial harus sesuai
dengan tingkat keseriusan dan resiko yang dihadapi. Lembaga harus
melaksanakan dan mencatat setiap perubahan pada prosedur yang telah
terdokumentasi sebagai hasil dari tindakan koreksi dan pencegahan yang
dilakukan.
15) Penanganan, penyimpanan, pengemasan dan pengiriman
Lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengawetan dan pengiriman
26
16) Pengendalian rekaman kualitas (mutu)
Rekaman mutu harus dipelihara untuk membuktikan kesesuaian terhadap
persyaratan yang telah ditentukan dan berjalannya manajemen mutu secara
efektif. Rekaman mutu yang sesuai dari subkontraktor harus merupakan
bagian dari data. Semua rekaman mutu harus mudah dibaca dan harus
disimpan dan dipelihara sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah
dicari dan ditelusuri dalam tempat penyimpanannya yang layak dan aman
untuk menghindari kerusakan, kehancuran atau kehilangan. Masa simpan
rekaman mutu harus ditetapkan dan dituangkan dalam dokumentasi. Jika
telah disepakati dalam kontrak, maka rekaman harus disediakan untuk
penilaian oleh pelanggan untuk suatu waktu yang telah disepakati.
17) Audit kualitas internal
Audit kualitas internal adalah suatu pemeriksaan yang bersifat independen
dan dilakukan secara sistematis untuk menentukan apakah manajemen
mutu dan hasil penerapan mutu internal yang ditetapkan dilaksanakan
secara efektif dan mencapai sasaran yang ditetapkan.
18) Pelatihan
Suatu lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
identifikasi kebutuhan pelatihan dan penyediaan pelatihan bagi semua
personil yang melakukan kegiatan yang mempengaruhi mutu. Personil
yang bertugas khusus harus dikualifikasi atas dasar pendidikan, pelatihan
atau pengalaman yang sesuai menurut kebutuhan. Rekaman data yang
27
19) Pelayanan
Jika pelayanan merupakan persyaratan yang telah ditentukan, maka
lembaga harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
melaksanakan verifikasi dan pelaporan bahwa pelayanan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
20) Teknik statistik
Lembaga harus mengidentifikasi kebutuhan terhadap teknis statistik yang
diperlukan untuk menetapkan, mengendalikan dan verifikasi kemampuan
proses dan karakteristik produk. Prosedur tertulis digunakan untuk
menerapkan dan mngendalikan penerapan statistik yang telah
diidentifikasi.20
Keduapuluh persyaratan tersebut di atas dapat dilihat dari berbagai aspek,
baik itu dari sisi proses dan produknya, maupun dilihat dari aspek internal
dalam proses produk tersebut.
Berdasarkan penjelasan keduapuluh persyaratan di atas maka manajemen
mutu ISO 9001: 2008 merupakan standar yang paling komprehensif. Lembaga
yang produknya melalui tahapan perancangan, produksi, instalasi dan
pelayanan jasa memerlukan standar ini.
Memahami persyaratan manajemen mutu ISO 9001: 2008merupakan
kunci sukses menuju keberhasilan dari suatu proses dokumentasi. Setelah
dokumen disahkan, maka apa yang tertulis dalam dokumen tersebut diterapkan
dalam sebuah lembaga atau instasi lain yang dinamakan penerapan manajemen
mutu ISO 9001: 2008.
28
Bagi organisasi atau lembaga yang ingin menerapkan manajemen mutu
internal ISO 9001: 2008, sekaligus memperoleh sertifikat ISO 9001:2008
dapat mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz,
langkah-langkah ini hanya sebagai panduan yang dapat diterapakan secara
bersamaan atau tidak berurutan, tergantung pada kultur dan kematangan
kualitas organisasi. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Memperoleh komitmen dari manajemen puncak
b. Membentuk komite pengarah (Steering Committee) atau koordinator ISO
c. Mempelajari persyaratan-persyaratan standar dari manajemen mutu
internal ISO 9001: 2008
d. Melakukan pelatihan (training) terhadap semua anggota lembaga atau
organisasi
e. Memulai peninjauan ulang manajemen (management review)
f. Identifikasi kebijakan kualitas, prosedur-prosedur dan
instruksi-instruksiyang dibutuhkan dalam dokumen-dokumen tertulis
g. Implementasi manajemen mutu internal ISO 9001: 2008
h. Memulai audit manajemen mutu internal lembaga
i. Memilih register
j. Registrasi 21
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu internal ISO 9001: 2008
ini merupakan manajemen yang digunakan untuk mengendalikan dan
mengarahkan lembaga untuk mencapai mutu yang ditetapkan.
ISO 9001:2008 lebih menekankan pada efektifitas proses sebagai landasan
pengukuran dan pengamatan daripada hanya melakukan penilaian pada hasil
29
akhir. Fokus utama dalam peningkatan mutu yaitu proses perbaikan yang
berkesinambungan dengan pilar utama pola berfikir PDCA (Plan, Do, Check,
Action). Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diambil, manajemen mutu
internal ISO 9001: 2008 dibutuhkan oleh lembaga-lembaga yang
menginginkan suatu peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan. 22
Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan seperti SMP SEPULUH
NOPEMBER membutuhkan kualitas mutu yang baik agar dapat bersaing dan
diterima oleh dunia pendidikan sebagai lembaga yang mempunya mutu yang
bagus.
4. Penerapan Manajemen Mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER
Penerapan manajemen mutu ISO 9001: 2008 pada lembaga pendidikan yang
sebelumnya digunakan oleh dunia industri, disebabkan karena keinginan untuk
memperbaiki sistem pendidikan. Manajemen mutu ini merupakan bentuk konkret
dari adanya keperluan peningkatan kualitas lulusan melalui penjaminan proses
produk mutu lulusan sehingga dengan penerapan manajemen mutu ini diharapkan
adanya peningkatan kualitas lulusan yang dapat diterima oleh dunia pendidikan. 23
Alasan lain dunia pendidikan menerapkan manajemen mutu ISO 9001: 2008
adalah agar ada kesamaan bahasa antar institusi pendidikan di dalam dan luar
negeri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kesamaan bahasa yang dimaksud adalah
kesamaan indikator kualitas yang dimiliki institusi pendidikan.
Penerapan manajemen mutu ISO 9001:2008 dilakukan setelah semua personel
atau anggota sekolah yang berkaitan dengan mutu memperoleh pelatihan ISO,
kemudian mereka sendiri membuat Prosedur Operasional Standar (POS) dan
30
Instruksi Kerja (IK) bagi pekerjaan yang dilakukannya. Setiap prosedur dan
instruksi kerja yang dibuat tiap unit, selanjutnya memperoleh pengesahan dari
atasan langsung dan atau tim pelaksana mutu yang dalam hal ini adalah wakil
manajemen mutu (WMM).
Mulyono (2009: 307) menjelaskan bahwa penerapan manajemen mutu ISO
9001: 2008 di lingkungan lembaga pendidikan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan
b. Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima
terhadap pelanggan
c. Mendidik diri sendiri (pengelola lembaga pendidikan) agar taat terhadap
sesuatu yang disepakati
d. Menyiapkan dokumen mutu 24
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen mutu pada
lembaga pendidikan menurut Rudi Suardi yang dikutip oleh Giusti Purbo
Ningrum (2009: 17-18) adalah alasan yang mendasari keputusan itu dibuat,
tujuan khusus, proses yang terjadi di dalam organisasi, ukuran serta struktur
organisasi. Hal ini dapat dipahami dengan melihat sasaran mutu yang ingin
dicapai suatu lembaga.25
Langkah pertama dalam penerapan ISO 9001 adalah komitmen manajemen
puncak yang kemudian diikuti dengan menciptakan suatu struktur personil untuk
merencanakan dan mengawasi penerapannya. Selanjutnya dibentuk tim
penerapan ISO 9001 tingkat manajemen puncak. Tim ini dapat pula disebut
“Panitia Pengarah Mutu”. Kemudian setelah panitia pengarah mutu terbentuk,
dibentuk pula tim pelaksana mutu yang semua anggotanya harus mengerti betul
31
tentang unsur-unsur proses ditempatnya bekerja. Tim pelaksana mutu merupakan
unsur utama usaha dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.26
Penerapan manajemen mutu di SMP SEPULUH NOPEMBER ini juga
menggunakan TQM (Total Quality Manajegement). TQM dapat didefinisikan
sebagai pengelola organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh
keunggulan pada semua dimensi dari produk dan jasa, yang penting bagi
pelanggan. Sudah jelas TQM berfokus pada pelanggan. Tujuannya adalah
memungkinkan organisasi mengeliminasi pemborosan (waste), menyederhanakan
proses, dan berfokus pada penggunaan praktek mutu yang terbukti, yang pada
akhirnya mempengaruhi setiap aktivitas yang organisasi laksanakan. Adapun
konsep-konsep inti dari TQM yaitu:
a. Memahami, menerima, memenuhi dan melebihi kebutuhan pelanggan
b. Standardisasi
c. Pemakaian yang efisien dari material
d. Peranan kritikal yang dimainkan oleh manajemen dalam membawakan mutu
e. Pengendalian dari spesifikasi desain
f. Reduksi tingkat kerusakan
g. Pengendalian proses statistikal (SPC/Statistical Process Control).
h. Penggunaan yang efektif dari sumber daya manusia27
Manajemen mutu ISO 9001: 2008 tidak diperuntukkan bagi dunia
pendidikan, tetapi tetap memberikan peluang untuk dapat digunakan. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya baik dunia industri maupun dunia pendidikan
menginginkan produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Upaya
26 Ibid 265
32
untuk mencapai mutu seperti yang diharapkan memang tidak semudah membalik
telapak tangan.
Untuk memperoleh mutu yang baik maka harus diciptakan suatu budaya mutu
di lingkungan pendidikan. Setiap unsur yang terlibat harus saling bekerja sama,
komitmen, penuh tanggung jawabdan berkesinambungan untuk mewujudkan
mutu. Husaini Usman (2011) mengatakan bahwa berdasarkan pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip sebagai
berikut:
a. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
b. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan
yang baik
c. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta, baik bersifat kualitatif
maupun kuantitatif
d. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang
ada di sekolah
e. Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan
kepada siswa, orang tua dan masyarakat28
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen mutu ISO
9001: 2008 dalam bidang pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
lulusan yang bagus. Manajemen mutu ini juga harus melibatkan seluruh
komponen yang ada di sekolah dan didukung oleh kepemimpinan yang baik
untuk bisa mewujudkan budaya mutu sehingga dapat dihasilkan mutu lulusan
yang berkualitas.
33
B. Efektifitas Pembelajaran Pasca Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001: 2008
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan belajar dan mengajar.
Keterampilan pengajaran dalam menyajikan bahan pelajaran sangat menentukan
keberhasilan proses mengajar. Belajar merupakan proses yang memperoleh
kecakapan, keterampilan dan sikap.
Belajar menurut Slameto diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya.29 Sedangkan
menurut Witherington dalam bukunya Ngalim Purwanto mengemukakan “belajar
adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian
atau suatu pengertian”. 30
Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan dengan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan pesertadidik sehingga terjadi proses
belajar. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu yang menurut William Burtondalam bukunya Oemar
Hamalik sebagai berikut:
a. Proses belajar ialah pengalaman
b. Belajar mengajar memiliki tujuan yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu
c. Ada suatu prosedur yang direncanakan didesain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
d. Ditandai dengan aktivitas anak didik
e. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing
34
f. Guru dan murid mengatur sedemikian rupa tentangdisiplin dalam kegitan
belajar mengajar
g. Ada batas waktu
h. Evaluasi harus dilakukan guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan31
Pendidik adalah salah satu faktor dalam proses pendidikan, pendidik atau guru
inilah yang bertanggung jawab dalam transfer knowledge yang telah ditetapkan
oleh lembaga pendidikan untuk dimiliki oleh para terdidik. Keberhasilan aktivitas
pendidik banyak bergantung pada keberhasilan para pendidiknya dalam
mengemban misi dalam kependidikannya. 32
Berkaitan dengan guru sebagai pendidik selain menyampaiakn pelajaran guru
juga perlu kiranya memahami pertumbuhan siswa dan perkembangan secara
komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan
siswa dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar mengajardengan tepat.
Proses memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa guru dapat mencari
bahan-bahan bersumber fisiologi, psikologi,sosiologi kemudian mengintegrasikan
semua pendapat-pendapat yang terdapat di dalamnya. 33
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada dasarnya
adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik
dengan situasi pendidikan.
31 Ibid, hal. 31
32 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sekertariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal. 39
35
Terdapat beberapa tahap dalam upaya suatu sekolah untuk
mengimplementasikan manajemen mutu internal ISO 9001: 2008 dalam proses
pembelajaran di sekolah. Secara umum tahap-tahap tersebut jika dikelompokkan
akan meliputi tahap kajian awal, tahap perencanaan dan pengembangan sistem,
a. Kajian awal
Upaya sekolah untuk dapat mengimplementasikan manajemen mutu internal
ISO 9001: 2008 dimulai dari kegiatan diagnostic terhadap sistem sekolah yang
telah ada dan telah digunakan selama ini. Diagnostic sistem tersebut selain
digunakan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari suatu sistem yang
ada, juga digunakan untuk mengetahui kesesuaian sistem yang ada dengan
persyaratan ISO 9001: 2008
b. Tahapan perencanaan dan pengembangan sistem
Upaya awal untuk merancang dan mengembangkan sistem sekolah diawali
dengan mengembangkan visi, misi dan kebijakan mutu. Pengembangan visi,
misi utamanya untuk mensingkronkan antara visi dan misi sekolah dan
memberikan indikator keberhasilan pencapaian visi, misi sekolah.
c. Penerapan sistem
Penerapan sistem pada intinya adalah mengimplementasikan berbagai
rancangan sistem yang telah dituangkan dalam berbagai dokumen mutu. Untuk
itu, sebelum mengimplementasikan pada proses pembelajaran yang sudah
dirancang sebelumnya maka proses sosialisasi harus sudah dilakukan. Dengan
demikian seluruh peserta didik bisa memahami proses pembelajaran yang
berkaitan dengan ISO 9001: 2008.34
36
Pembelajaran adalah suatu sistem artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari
beberapa komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya
dan dengan keterkaitan antara satu dengan yang lain dapat mewujudkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen
tersebut meliputi:
a) Tujuan pendidikan dan pengajaran
b) Peserta didik atau siswa
c) Tenaga kependidikan khusunya guru
d) Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
e) Strategi pembelajaran
f) Media pengajaran
g) Evaluasi pengajaran 35
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang telah menetapkan
ISO 9001:2008 di SMP SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo telah berjalan efektif
dan efisien sesuai dengan kurikulum yang berstandar ISO 9001: 2008.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif, dan penelitian kualitatif sesuai
dengan penilitian yang kami lakukan. Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnografi karena pada awlanya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya,
disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif. 1
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian
kualitatif tidak menekankan pada makna.2
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian kami, maka lokasi penelitian kami terletak di SMP
SEPULUH NOPEMBER Sidoarjo. Jalan Siwalan Panji Buduran Sidoarjo. Juga
karena SMP SEPULUH NOPEMBER yang sudah ber ISO 9001: 2008 membuat kami
tertarik untuk melakukan penelitian disini.
1 Nawawi Ismail, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), hal. 65
38
Lokasi juga sangat strategis sehingga peneliti lebih mudah dalam mengaksesnya.
Peneliti sebagai mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang secara geografis
berdekatan dengan lokasi, merupakan salah satu faktor pemilihan lokasi, karena
peneliti memahami kondisi lingkungan lokasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 08-12 Desember 2015.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memperoleh data bagi peneliti dibagi menjadi dua, antara lain:
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah manajemen SMP SEPULUH
NOPEMBER Sidoarjo. Yang menjadi informan bagi peneliti.
b. Sumber data sekunder
Data yang berupa skrip maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan
Manajemen Mutu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan juga dengan buku – buku
yang terkait.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan
data adalah sebagai berikut:
a. Metode observasi
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati
perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. 3