PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN
KABUPATEN JOMBANG
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Perbandingan Agama
Oleh: Lailatul Latifah
E02212005
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM
TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DIDESA
BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN
JOMBANG
Skripsi:
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Studi Agama-agama
Oleh:
LAILATUL LATIFAH NIM. E02212005
PRODI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Lailatul latifah, 2016, “Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan
Punden di Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 2) Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 3) Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?.
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan adalah1) untuk mengetahui keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 2) untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 3) untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang.
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak yang salah pengertian atau salah persepsi, tentang punden di Desa Blimbing. Oleh karena itu penulis membahas tentang pandangan dan
perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, agar tidak menyimpang dari syari’at
Islam.
Penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif yaitu semua data yang terkumpul baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan penelitian dengan melihat fenomena sosial yang dihubungkan dengan pendekatan teori Mircea Eliade.
Hasil penelitian saya pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, menurut Mircea Eliade yaitu bahan yang aslinya biasa-biasa saja menjadi suci (Saklar) adalah di Desa Blimbing ada sebuah pohon beringin besar ketika orang lain melihat hanya pohon beringin, tetapi masyarakat Blimbing sangatlah istimewa atau sangat dihormati karena dari nenek moyang terdahulu yang sudah membersihkan Desa Blimbing sampai menjadi keramat. Ternyata ada dampaknya perilaku kepada masyarakat secara psikologis, dengan cara perilaku masyarakat berbondong-bondong datang untuk berziarah supaya mendapatkan apa yang diinginkan. Sedangkan secara sosial masyarakat banyak ada konflik dengan keberadaan punden tetapi tidak semuanya masyarakat, misal ketika ada acara dipunden orang tidak setuju mengatakan hal seperti itu musyrik. Secara ekonomi masyarakat Blimbing bisa menambah keuangan yang rendah dengan adanya punden banyak pengunjungnya dan disana banyak orang jualan bisa membuat menambah ekonomi masyarakat. Dari sini yang berhubungan dengan jurusan saya adalah tentang keimanan dan keyakinan kita kepada Allah.
Kata Kunci: Punden dan Masyarakat Islam.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah ... 1
b. Rumusan Masalah ... 4
c. Penegasan Judul ... 4
d. Tujuan Penelitian ... 5
e. Manfaat Penelitian ... 6
f. Kerangka Teori ... 9
g. Metode Penelitian ... 10
h. Sumber Data ... 11
i. Analisis Data ... 12
j. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Punden ... 14
B.Pandangan Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 16
C.Perilaku Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 22
D.Pengertian Masyarakat Islam ... 29
E. Unsur-unsur Masyarakat ... 32
BAB III PENYAJIAN DATA A.Gambaran Umum Obyek Penelitian... 38
1. Kondisi Geografis dan Demografis ... 39
2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 42
3. Kondisi Keagamaan ... 43
C.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden ... 48
1. Sejarah Punden ... 48
2. Keberadaan Punden ... 49
3. Aktifitas Masyarakat Islam terhadap Keberadan Punden ... 50
BAB IV ANALISA DATA A.Keberadaan Punden Di Desa Blimbing ... 55
B.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Punden ... 58
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 64
B.Saran-saran ... 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam
adat-istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda, dikarenakan masyarakat terdiri dari
berbagai macam suku bangsa termasuk dalam agama banyak aliran yang berkembang.
Suatu tujuan historis sebelum islam masuk di Indonesia masyarakat Indonesia telah
menganut berbagai macam paham animisme dan dinamisme.1 Dan setiap agama
mempunyai faham dan ajaran yang dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan.
Kebudayaan merupakan hasil cipta dan karya manusia yang di dalamnya mengandung
suatu nilai.2 Oleh sebab itu peranan manusia sangat dibutuhkan dalam menumbuh
kembangkan suatu kebudayaan.
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah dalam bertindak dan berfikir,
sehubungan dengan pengalaman yang fundamental. Dengan demikian dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan individu atau
masyarakat. Dikarenakan dari sinilah kehidupan manusia selaku sebagai makhluk sosial
bisa berlangsung.3
1
Koentjaningrat,beberapa pokok antropologi social dan rakyat cet.8, (Jakarta,1992)
2Imam Asy’ari,
pengantar sosiologi, (Surabaya. Usaha nasional, 1983), hal,99
3
2
Kebudayaan adalah kenyataan yang lahir dengan perbuatan manusia dan
lanjutan yang bergantung pada perbuatan manusia itu sendiri. Sesuai dengan firman
Allah dalam surah Al-Anfal ayat 53:
َذ ِل
َك
ِب َا
ن
َها
َل
ْم
َي
ُك
ُم
َغ ّ ي
ًر
ِن ا
ْع َم
ًة
َا ْ ن
َع َم
َه
ا
َع َل
َ ق ى
ْو ٍم
َح ت
ُ ي ى
َغ ّ ي
ُر ْو
َم ا
ِب ا
َا ْ ن
ُف
ِس
ِه
ْم
َو َا
ن
َها
َس
ِم ْي
ٌع
َع ِل
ْي ٌم
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah suatu nikmat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang merubah nikmat yang ada pada dirinya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi maha Penyayang. 4
Seperti halnya dengan kepercayaan terhadap Punden dalam keadaan tersebut
individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman karena dianggap tidak
bertentangan dengan nilai yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Oleh sebab itu
setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat menolaknya
karena mereka menanggap akan menghapus kebiasan yang telah ada.5
Dengan banyaknya hasil kebudayaan maka sampai kini walaupun Islam
sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, akan tetapi tradisi,
adat-istiadat serta budaya nenek moyang masih berkembang sampai sekarang, padahal
perbuatan semacam itu dalam ajaran Islam dianggap perbuatan yang tidak pernah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Walaupun zaman sudah modern seperti ini masih banyak manusia yang
mempercayai hal-hal tahayul seperti adanya roh-roh nenek moyang yang ada dalam
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta:Mushaf Aminah, 1978), 270.
5
3
sekeliling tempat tinggal kita. Seperti halnya yang terjadi Desa Blimbing Kesamben
Jombang. Kepercayaan seperti itu dilakukan oleh orang yang percaya dengan Punden
untuk meminta keselamatan dan syukuran. Dan acara seperti ini dilakukan oleh orang
yang punya hajatan, seperti punya nadhar ketika cucu laki-laki akan melakukan tahlilan
atau tumpengan di Punden.
Pada dasarnya pandangan masyarakat terhadap Punden ini kalau dipandang
dari kaca mata agama, bahwa kepercayaan seperti ini telah keluar dari syari’at Islam,
sebab di dalamnya terdapat suatu kepercayaan yang menganggap bahwa dengan adanya
acara ini bisa mempermudah mendapatkan rizki, dan hal ini termasuk perbuatan syirik.
Syirik ada dua macam yaitu syirik Jali dan Khofi. Syirik Jali adalah syirik yang berat
(besar) mempersekutukan Allah, mendewakan Tuhan selain Allah. Sedangkan Syirik
Khofi adalah sirik yang ringan seperti orang yang beribadah bukan karena Allah tetapi
ingin dipuji oleh manusia. Padahal musibah, rizki, jodoh, dan kematian itu semua
Allah-lah yang menghendakinya.
Pada masyarakat Jawa yang dikenal dengan berbagai tradisi dan adat istiadat
yang diperangi oleh peradabaan Hindu Budha. Pada waktu itu dikenal dengan keramat,
dan membuat semua masyarakat takut dengan malapetaka yang akan melimpa mereka.
Sehingga mereka kadangkala melakukan upacara persembahan, yang dimana diikuti
oleh semua masyarakat yang berada didaerah sekitarnya. Disamping itu ada juga
kegiatan di Punden seperti penampilan petunjukan wayang, membawa makanan, dan
berdo’a bersama yang dipimpin oleh tokoh agama supaya desanya aman tentram tidak
4
Memang kepercayaan terhadap ruh leluhur telah diyakini oleh masyarakat
primitif sejak dahulu dan dianggap sebagai kepercayaan yang paling tua, bahkan sampai
sekarang masih diyakini oleh beberapa masyarakat yang mempercayainya merupakan
suatu hal yang logis.
Dengan latar belakang semacam ini maka penulis perlu meneliti lebih jauh
tentang tanggapan masyarakat yang percaya dengan Punden di desa Blimbing
Kesamben Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang?
2. Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa
Blimbing Kesamben Jombang?
3. Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa Blimbing
Kesamben Jombang?
C. Penegasan Judul
Dalam penulisan proposal ini, penulis mengambil judul “Pandangan dan
Prilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan Punden di Desa Blimbing Kesamben
5
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan mengetahui secara kongrit dalam
penulisan ini, maka penulis memandang sangat penting dengan adanya penegasan judul.
Kata-kata yang perlu ditegaskan antara lain:
Pandangan : hasil perbuatan atau melihat pengetahuan yang meluas
dipandang.
Prilaku : tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan.
Masyarakat Islam : Masyarakat yang menganut Agama Islam, yangberasal dari
penduduk asli di Desa Blimbing Kesamben Jombang.
Punden : suatu tempat peninggalan yang digunakan untuk pemujaaan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa judul ini adalah pandangan dan perilaku
masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, untuk memahaminya biar tidak keluar
dari syari’at Islam.
D. Alasan Memilih Judul
1. Karena sebagaian masyarakat yang berada di sekitar Punden tersebut banyak yang
melakukan pemujaan, agar apa yang terjadi terkabul.
2. Lokasi tempat penelitian tersebut dekat sehingga mudah di jangkau serta efisien.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
6
1. Untuk mengetahui keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.
2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa
Blimbing Kesamben Jombang.
3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa
Blimbing Kesamben Jombang.
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian yang diharapkan penulis yakni agar bermanfaat dan berguna
untuk hal-hal berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan kajian demi mengembangkan
wawasan mahasiswa, sebagai upaya untuk menambah pengetahuan tentang sejarah
Punden.
2. Dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan dan memperluas
pola pikir secara ilmiah tentang pandangan dan prilaku masyarakat islam terhadap
keberadaan punden.
3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti
4. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh semua masyarakat.
G. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran penulis tentang beberapa karya ilmiah yang
7
Skripsi yang ditulis oleh Aditia Sudirman yang berjudul Punden berundak
Pasamuan di desa Pasir eurih kecamatan Ciomas Bogor, Skripsi ( Bogor: Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008), membahas hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa punden berundak pasamuan tergolong bangunan magalitik.
Punden berundak Pasamuan memiliki irisan berbentuk anak tangga, arah hadapanya
membelakangi gunung dan jumlah terasnya ganjil. Masyarakat disekitar Punden
berundak Pasamuan memiliki tradisi seperti Seren Taun yang berasal dari kepercayaan
Sunda Kuna.
Skripsi yang ditulis oleh Aditya Nugroho yang berjudul Punden berundak
disitus gunung gentong,kuninagn,jawa barat, Skripri (Depok: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011), membahas tentang bangunan
berundak Situs Gunung tergolong sebagai punden berundak yang di dalamnya terdapat
temuan berupa gentong (tempayan), batu lumpang, monolith, batu temugelang. Menhir,
batu tegak (upright stone), jalan batu, dan anak tangga. Masyarakat disekitar punden
berundak Situs Gunung Gentong memiliki tradisi yang bernama Pesta Dadung. Tradisi
ini berlokasi pada punden berundak Situs Gunung Gentong yang didalam
pelaksanaannya berhubungan dengan bangunan yang diduga sebagai punden berundak
tradisi megalitik.
Skripsi yang ditulis oleh Sugeng Kurniawan yang berjudul Kehidupan
Keagamaan Masyarakat Nelayan dan Upacara Sembunyu di desa Prigi Watulimo
Trenggalek, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin Universitas Islam Negeri Sunan
8
desa Prigi sangat minim, terutama dalam hal syari’ahnya. Seperti adanya slametan yang
dijadikan ritual utama dalam masyarakat jawa sehingga masyarakat nelayan desa Prigi
dalam mengEsakan Tuhan sudah tidak murni lagi, karena sudah tercampur dengan
tradisi-tradisi pra-islam. Masyarakat nelayan desa Prigi sebagai besar mempercayai
terhadap upacara sembyu yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Syuro/Muharram, islam
memandang bahwa upacara tradisi merupakan suatu kebudayaan yang perlu dilestarikan
yaitu dengan cara mengislamkan budaya tersebut.
Skripsi yang ditulis oleh Abdul Rakhman yang berjudul Studi Tentang
Kepercayaan Masyarakat Islam terhadap Pepunden Mbok Tjanting di desa Kedurus
Kecamatan Karangpilang Kodya Surabaya, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2005), membahas tentang masyarakat
islam disekitarnya meyakini Pepunden Mbok Tjanting yang di puja selama ini, bukan
hanya suatu tempat keramat biasa, tetapi terdapat suatu refleksi dari kesaktian Mbok
Tjanting. Motivasi para pengunjung dalam pemujaan ke pepunden Mbok Tjanting
mempunyai tujuan/niatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.
Sebagai pengunjung beranggapan bahwa Pepunden Mbok Tjanting yang dipuja selama
ini hanya sebatas tempat perantara (media) untuk menguhubungkan do’a antara manusia
dengan Tuhannya.
Dengan demikian berdasarkan pengamatan penulis dari skripsi diatas ternyata
penulis belum menemukan yang terkait dengan materi yang akan di tulis oleh karena itu
penulis, menulis pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap eksistensi punden
9
H. Kerangka Teori
Seperti yang dipaparkan diatas penulis menggunakan teorinya Mircea Eliade,
yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The Sacred and the Profane
(yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang terdahulu kehidupan yang
berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang sakral dan bidang profan, yang
profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang biasa tidak disengaja dan pada
umumnya tidak penting. Sedangkang yang sakral adalah wilayah supernatural, hal-hal
yang luar biasa mengesankan dan penting. Sementara profan adalah yang menghilang
dan mudah pecah penuh bayang-bayang, yang sering diubah-ubah, maka yang sakral
adalah yang abadi, penuh dengan subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan
dan dewa.
Istilah yang sakral dan yang profan adalah ciri umum yang terdapat pada setiap
agama. Menurut Brian Morris, kita tidak akan menemukan masyarakat yang tidak
mengartikulasikan beberapa gagasan yang sakral, dengan kata lain gagasan tentang
sakral ada dalam semua masyarakat, sakral dan profan ini sebetulnya menurut
Durkheim, merupakan karakteristik utama dan universal dari agama.
Menurut Eliade, yang kudus dapat juga dikatakan sebagai sesuatu yang sakral.
Manusia menjadi sadar akan keberadaan yang sakral karena sakral memanifestasikan
atau menunjukkan dirinya sebagai suatu yang berbeda dari yang profan. Dalam buku
tersebut, sakral ditunjukkan dalam kata hierophany yakni tidak menunjukkan sesuatu
10
beberapa objek keseharian, sebuah batu atau pohon hingga hierophany yang tertinggi.
Dalam kasus ini, kita dihadapkan pada misteri yang secara keseluruhan berbeda
tingkatannya, sebuah realitas yang tidak dipunyai dunia kita, dalam obyek yang
merupakan bagian integral dunia “profan” alami kita.6
Hierophany dapat diartikan
sebagai suatu perwujudan atau penampakan diri dari yang sakral. Yang sakral, sebagai
realitas dari tata tertib yang senantiasa berbeda dari realitas alam nyata ini, selalu
menampakkan dirinya.7
Disini penulis memadukan teori Eliade, ketika pohon dan batu disakralkan,
yang terjadi bukanlah pemujaan pohon dan batu sakral tidak disembah sebagai batu atau
pohon. Sedangkan di punden didesa Blimbing barang yang disakralkan yaitu pohon dan
batu yang unik, yang dikepercayai oleh masyarakat Blimbing, yang aslinya cuma pohon
dan batu yang biasa.
I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan,
yaitu terjun ke lapangan langsung keobjek penelitian untuk memperoleh data primer.
Yang menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis,
6
Ibid, hlm.3-4.
7
11
yaitu untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya sesuai dengan kenyataan
yang terjadi.8
2. Sumber Data
Sumber data Adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel. Menetapkan populasi itu dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur
sesuatu dengan kasusnya.9 Maka sebelum mengadakan penelitian seorang peneliti
harus menentukan wilayah penelitian terlebih dahulu untuk memperoleh data.
Sumber data ini adalah masyarakat Desa Blimbing kesamben jombang, dari
masyarakat yang berjumlah 15 orang menjadi penelitian. Tujuannya untuk
memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati
sebagaian dari semua masyarakat.10
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, antara lain:
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil penemuan
penelitian serta hasil wawancara dengan masyarakat di desa Blimbing Kesamben
Jombang.
b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis
yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literatur lain yang berkaitan
dengan penelitian tersebut.
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
dilapangan adalah:
8
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm.3.
9
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta :Bumi Aksara, 1989),hlm.53.
10
12
a. Metode Observasi
Yaitu suatu kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang diteliti atau diselidiki dengan
menggunakan alat indra yang ada. Tentang prilaku masyarakat islam di desa
Blimbing Kesamben Jombang. Metode ini digunakan untuk menggali data
tentang sejarah berdirinya Punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.
b. Metode Interview/Wawancara
Penulis mengadakan wawancara yang lebih jauh kepada responden
secara lisan berdasarkan pedoman interview. Percakapan yang dilakukan oleh
dua orang Yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melaluidokumen-dokumen yang ada.11 Sumber dokumentasi mengenai
hal-halatau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar,majalah dan
notulen, agenda dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian penulis. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data-data dari beberapa dokumen
seperti buku, surat kabar, majalah dan lain-lain.
4. Analisis Data
Penelitian tersebut menggunakan analisis data dengan metode deskripsi
analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau ingin mengetahui suatu
11
13
fenomena tertentu. Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dalam
memaparkan. Sedangkan analisis data secara keseluruhan dari data yang diperoleh
dengan menggunakan metote deskripsi analisis yaitu menjelaskan pokok-pokok
persoalan dan menganalisis data yang diperoleh secara teliti untuk mendapatkan
kesimpulan diakhir skripsi ini.
J. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam menyusun skripsi ini adalah:
Bab Pertama berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sumber
data, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua berisi landasan teori yang berisikan pengertian punden dan
masyarakat Islam, pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan
punden didesa Blimbing, unsur-unsur masyarakat, dan masyarakat didesa Blimbing.
Bab Ketiga berisi penyajian datayang berisikan gambaran umum obyek
penelitian, kondisi geografis demografis, sejarah punden dan aktifitas masyarakat Islam
terhadap keberadaan punden.
Bab Keempat berisi penyajian data dan analisis data.
Bab Kelima merupakan bab terakhir yang terdiri dari penutup berisikan dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Punden
1. Pengertian Punden
Asal mula negara Indonesia agamanya Hindu Budha, Sang Hyang Widhi
disebut juga sebagai Acintya atau Sang Yang Tunggal, setelah itu Islam masuk ke
Indonesia disebut Tuhan yang Maha Esa. Acinttya memiliki arti Dia yang
terpikirkan, Dia yang tak dapat dipahami, atau Dia yang tidak dibayangkan. Sang
Hyang Widhi memiliki makna yaitu Sang, memiliki arti personalisasi atau
identifikasi. Sedangkan Hyang, merupakan sebutan untuk keberadaan spiritual
memiliki Supranatural, sebagai matahari didalam mimpi, orang-orang Indonesia
umumnya mengenal kata ini sebagai penyebutan (pencipta) atau secara sederhana
disebut Tuhan, biasanya ini dikaitkan dengan wujud personal yang bercahaya dan
suci. Dan yang terakhir, Widhi memiliki arti pengetahuan, wujud-wujud ini menjadi
media bagaimana manusia dan ciptaan di jagat raya ini mengerti dan memahami diri
dan lingkungannya. Diantaranya tempat-tempat yang digunakan oleh masyarakat
untuk mengedakan upacara ritual adalah Punden.1
Punden adalah tempat suci dan mengandung hal-hal mistik. Di Desa Blimbing
tidak semua warga yang mempercayainya hanya sebagian. Ketika orang yang
percaya dengan Punden, saat punya hajat dibawah kepunden untuk meminta
1
15
keselamatan. Dan disitu ditandai dengan pohon yang sangat besar dan bebatuan yang
aneh-aneh. Pertamanya itu tanah biasa ketika ada orang yang meninggal yang
dianggap sesepuh di desa tersebut di makamkan disitu dan sampai sekarang ada
pohon yang sangat besar sekali dan bebatuan yang unik, dan dikasih sesajen ketika
ada acara.
Punden adalah tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal
bakal masyarakat desa, tempat keramat sesuatu yang sangat dihormati.2 Kata punden
berasal dari bahasa jawa, kata punden yang berarti objek-objek pemujaan mirip
pengertiannya dengan konsep bebuyutan pada masyarakat sunda.3 Punden secara
etimologi, menurut penulis mempunyai dua arti, diantaranya yaitu: pertama, punden
berasal dari kata “ Punden“ yang berarti memuja, menyanjung. Kedua, Punden ialah
peninggalan sejarah orang-orang terdahulu yang mempunyai arti penting.4
Adapun Punden berdasarkan pandangan Mircea Eliade, dalam penelitian
lapangan di Blimbing, yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The
Sacred and the Profane (yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang
terdahulu kehidupan yang berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang
sakral dan bidang profan, yang profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang
biasa tidak disengaja dan pada umumnya tidak penting. Sedangkan yang sakral
adalah wilayah supernatural, hal-hal yang luar biasa mengesankan dan penting.
Sementara profan adalah yang menghilang dan mudah pecah penuh bayang-bayang,
2
http://kbbi.web.id/punden “Pengertian Punden” ( Senin, 18 April 2016)
3
http://id.m.wikipedia.org/wiki/punden-berundak “Pengertian Punden” ( senin, 18 April 2016)
4
16
yang sering diubah-ubah, maka yang sakral adalah yang abadi, penuh dengan
subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan dan dewa.5
Menurut penulis Punden yang di maksud disini adalah sebagai tempat
bersemayan para arwah leluhur Desa Blimbing dan juga diyakini sebagai nama
seorang leluhur yang berjasa pembabat alas sebagai cikal bakal berdirinya desa. Dan
punden di Desa Blimbing seperti diatas ditandai dengan pohon yang besar dan
batu-batu yang unik atau lucu, dan batu-batu tersebut dianggap suci oleh semua masyarakat
Blimbing.
2. Pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden
Sebelum membahas lebih jauh penulis menjelaskan arti pandangan. Sebelum
kepandangan pastinya yang buat memandang adalah mata, mata adalah cendela hati,
pintu dari sesuatu yang baik dan buruk. Pandangan adalah pandu menuju hati,
bagaimana kehidupan yang menjadi pandu kematian.
Pandangan masyarakat Islam menurut warga dan sesepuh di Desa Blimbing,
punden di jadikan pusat dimana orang mencari keslamatan, atau untuk mengingat
leluhur, agar desanya tetap terjaga bukan malah menyalah gunakan untuk memohon
do’a atau mencari rizky sebagaimana di dalam agama Islam disebut Musrik.
Tokoh Masyarakat dan para kyai di Desa Blimbing yang mengerti masjid itu
rumah Allah, tapi kita sebagai warga hanya mengikuti adat istiadat sebagaimana
mungkin yang kita lakukan terhadap punden menurut nenek moyang kita yaitu
mendo’akan orang yang berjasa pada desanya. Penulis bisa menarik sebuah alasan
5
17
tentang pandangan masyarakat Islam terhadap punden menurut semua warga,
masyarakat, tokoh-tokoh, kyai dan sesepuh di Desa Blimbing punden disini dibuat
tempat yang suci, keramat dan tempat untuk meminta pertolongan yang dikenal
dengan meminta di punden permintaannya mustajabah atau di kabulkan.
Jadi acara seperti itu dijadikan kebudayaan oleh masyarakat Blimbing, Maka
dari itu saya menjelaskan arti kebudayaan. Kebudayaan adalah berasal dari kata
sansekerta, budhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti buddhi atau akal.
Demikianlah kebudayaan diartikan dengan “ hal-hal yang bersangkutan dengan akal
“. Dalam kata antropologi budaya, tidak diadakan perbedaan arti antara budaya dan
kebudayaan. Disini kata budaya hanya dibuat singkatan saja. Adapun kata culture
(berasal Inggris) yang artinya sama dengan kebudayaan, yang berasal dari kata Latin
colere yang berarti mengelolah, mengerjakan, mengelolah tanah atau bertani.
Adapun ahli antropologi memberikan definisi tentang kebudayaan antara lain: 6
a. E.B.Tylor (Inggris)
Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
E.B. Tylor berpendapat, bahwa dalam perjalanan waktu kemudian muncul
(3) sitem pemikiran yaitu:
6
18
a. Sistem Animisme (mitos)
Mitos yang diyakini oleh masyarakat primitif, yaitu adanya ruh leluhur
yang menguasai binatang, tumbuhan atau tempat-tempat yang digunakan untuk
sebuah kerajaan bago lelembut.
b. Sistem Agama (norma)
Menurut Radcliffe Brown, salah seorang ahli Antropologi menjelaskan,
bahwa agama merupakan suatu ekspresi atau ungkapan ketergantungan pada suatu
kekuatan di luar pemikiran manusia (Spirit). Agama merupaka aspek sentral dan
mendasar dalam kebudayaan, karena agama sebagai unsur inti yang dapat
membantu di dalam meringkas signifikasi (arti penting) agama itu sendiri.
c. Sistem Ilmiah (fenomena alam)
Segala gejala (kejadian) alam yang terjadi, bukanlah dikarenakan oleh
ruh-ruh halus atau leluhur yang mengusai suatu tempat, melainkan diakibatkan oleh
adanya benturan-benturan atai gesekan-gesekan dari reaksi yang dimunculkan
oleh alam itu sendiri.7
b. R.Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya diteruskan oleh anggota dari
masyarakat.
7
19
c. J.P.H. Duyvendak
Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai aneka
ragam, berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
Disini penulis menjelaskan, tentang kepercayaan Menurut Islam agar semua
masyarakat tidak menyalah gunakan. Adapun kepercayaan dalam Islam. Menurut
Sayid Sabiq dalam bukunya yang berjudul “ Aqidah Islam”, disana dijelaskan
sebagai berikut:
a. Ma’rifat Kepada Allah
Yang mana dalam hal ini, manusia dituntut supaya mengetahui
nama-namaNya dan sifat-sifat yang dimiliki olehNya dalam semesta ini.
Seperti dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat:11 berbunyi:
اِا ٍةَبْيِصم ْنِم َباَصَا َام
ا ِبِْمْؤ ي ْنَمَو ِها ِنْذِاِب
ٌمْيِلَع ٍءْيَش ّلُكِب ُهاَو ُهَبْلَ قِدهَي ِه
Tidak ada suatu mjusibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin
Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.8
b. Ma’rifat Dengan Alam
Dalam hal ini, manusia dituntut supaya meneliti apa sebenernya yang dapat
dibalik rahasia semesta ini, yakni dengan adanya alam yang tidak terlihat (ghaib).
Dituntut pula untuk menembus adanya kekuatan-kekuatan kabaikan yang
tersembunyi di dalamnya, yakni ada yang berwujud malaikat serta
kekuatan-kekuatan jahat. Seperti iblis, roh dan jin.
8
20
c. Ma’rifat Kepada Kitab-kitab Allah
Dalam hal ini, manusia dituntut untuk mengetahui segala bentuk hal yang
hak (baik) dan yang bathil (buruk). Untuk yang baik lebih cenderung menuntun
pada suatu kemuliaan dan kebahagiaan, sedangkan yang buruk lebih cenderung
menuntun pada suatu kenistaan (dosa) dan penderitaan.
d. Ma’rifat Kepada Nabi-nabi
Dalam hal ini, manusia dituntut agar mengetahui siapa sebenarnya yang
membimbing dan menuntun manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran yang
sesuai dengan keridho’an Allah.
e. Ma’rifat Kepada Hari Akhir
Yang mana semua manusia dituntut agar mengetahui peristiwa/kejadian
yang nanti terjadi pada masa akhir kehidupannya. Seperti kebangkitan alam
kubur, pembalasan amal perbuatan, dan mengenal balasan Surga/Neraka.
Jadi pada hari akhir adalah percaya dengan yakin bahwa seluruh alam
semesta dan segala isinya suatu saat akan mengalami kehancuran dan setelah
kehidupan di dunia akan ada kehidupan yang kekal abadi. Seperti dalam surat
Ar-Rohman ayat:26 yaitu:
ٍناَف اَهْ يَلَع ْنَم ُلُك
21
f. Ma’rifat Kepada Takdir ( Qodho dan Qodar )
Dalam hal ini, ma’rifat kepada takdir dijadikan sebagai dasar utama dalam
berjalannya segala peraturan-peraturan yang terdapat di alam semesta ini. Baik itu
berupa penciptaan atau cara mengatur semesta.9
Untuk mencapai tujuan hidup yang diridhoi Tuhan, al-Qur’an
mengingatkan kepada manusia. Sedangkankan hakikat Allah menciptakan
manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Tuhan.10
Sudah dijelaskan QS adz-Dzariyat,51:56
ِنْوُدُبعَيِل آِا َسْنِْااَو نِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.
Menurut penulis pandangan masyarakat Islam terhadap Punden disini adalah
barang yang berada di punden sperti pohon dan batu-batu yang unik menjadi suci,
yang awalnya cuma barang yang biasa karena masyarakat mempercayai dengan
adanya pembabat alas desa Blimbing dan di tandai dengan pohon dan batu-batu
maka batu tersebut menjadi suci. Dan adat istiadat yang ada di Desa Blimbing juga
masih kental sekali. Penulis juga menjelaskan kepercayaan masyarakat Islam dengan
tujuan masyarakat Islam di Desa Blimbing tidak salah pehaman tentang hal-hal yang
seperti itu.
3. Perilaku masyarakat Islam terhadap Punden
9
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Bandung: CV.Diponorogo,2001), hlm.12.
10
22
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, penulis menjelaskan arti dari perilaku.
Perilaku adalah suatu kegiatan manusia atau aktifitas organisme yang bersangkutan
yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.
Menurut Soekidjo perilaku adalah suatu aktifitas manusia itu sendiri. Menurut
Notoatmodjo, perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan bisa dipelajari. Secara umum menurut Sri Kusmiyati dan
Desminiarti, perilaku adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya untuk
memanifestasi.
Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah
kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan,
dan tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:11
a. Kepekaan Sosial
Kepekaan sosial adalah bisa dilakukan semenjak kecil pada anak-anak,
agar ketika dewasa peka terhadap lingkungan. Adapun yang berhak
menumbuhkan kepekaan sosial pada anak adalah orang tua. Namun semata orang
tua bukan penentunnya, karena lingkungan juga ikut andil. Ada beragam
kepekaan sosial yang penting ditanamkan semenjak dini, diantaranya berbagi
kepada orang lain, berani meminta maaf bila melakukan kesalahan, bersedia
membantu orang lain, kepekaan terhadap fisik agar tidak melakukan tindakan
yang menyakitkan, berani tanggung jawab dan lain-lain.
11
23
Kepekaan sosial adalah kemampuan manusia yang dapat menyesuaikan
perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah makhluk
sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerjasama dengan orang lain.
Perilaku manusia adalah situasional, adalah perilaku manusia akan berbeda pada
situasi yang berbeda.
Contohnya, ketika kita ta’ziyah (melayat), perilaku kita seperti orang mau
pesta dan tidak ada sopan santu kepada para tamu.
b. Kelangsungan perilaku
Kelangsungan perilaku adalah bahwa perilaku terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi perilaku manusia tidak pernah
berhenti disuatu saat. Perilaku masa lalu merupakan persiapan untuk perilaku
kemudian dan perilaku kemudian kelanjutan dari perilaku sebelumnya.
Fase perkembangan manusia bukanlah suatu fase perkembangan yang
berdiri sendiri atau terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
Contohnya, kita kuliah S1 lulus bekerja, nikah, mendapatkan keturunan, punya
usaha dan seterunya.
Kelangsungan perilaku adalah kebiasaan yang sering dilakukan dalam
kehidupan sehari-harinya. Contohnya ketika mahasiswa sekolah dan belajar tapi
ketika ujian mahasiswa itu mencontek temannya dan tidak ketahuan oleh gurunya
kemudian hasil ujiannya bagus dan bangga, dan sifat tersebut pun bagus dan
mudah yang akan dilakukan terus menerus oleh mahasiswa tersebut, perilaku
24
c. Orientasi pada tugas
Orientasi pada tugas adalah setiap perilaku manusia memiliki orientasi
pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin menuntut ilmu,
berorientasi untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian pula
individu yang bekerja, mereka berorientasi untuk menghasilkan sesuatu. Misal,
kita mahasiswa rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah agar bisa
menguasai pelajaran yang diajarkan.
Contoh, ketika kita sedang bekerja dan malam hari harus tidur
orientasinya, biar besok paginya bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar.
Seorang karyawan yang berkeja seharian penuh memerlukan waktu untuk istirahat,
makanan bergizi, dan berekreasi. Perilaku itu sebenarnya berorientasi pada tugas
dan harus dipenuhi agar individu dapat menghimpun tenaga dan energy kembali
sehingga dapat bekerja dengan semangat.
d. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan manusia dapat ditentukan sendiri, serta tidak
memperjuangkan suatu yang tidak diinginkan. Jadi manusia itu punya inspirasi
yang ingin diperjuangkan, sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan
yang ada di alam saja.
Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita,
setiap manusia harus kerja keras demi kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup
manusia adalah usaha dan perjuangan. Misalnya, orang pengen kaya saja harus
25
e. Tiap individu manusia adalah unik
Unik disini adalah manusia dengan yang satu dan yang lain sangat beda,
dan tidak ada dua manusia yang sama di dunia ini, walaupun dilahirkan kembar.
Pasti watak, sifat, dan kepribadiannya pun beda.
Penulis menyimpulkan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden di desa
Blimbing Kebersamaan atau kerukunan sangat tinggi terbukti dengan adanya rambuk
desa setiap satu bulan sekali, pengajian rutin dan pada bulan syuro masyarakat
mengadakan ruwat desa, dengan mengadakan hajatan dan acara seperti itu dilakukan
di dua tempat yang pertama, masyarakat mengadakan dimasjid. Yang kedua, di
punden yaitu tempat keramat peninggalan leluhur. Sebelum ada acara seperti itu ada
lagi acara makan-makan bersama di punden, dan malam harinya baru mengadakan
acara karawitan atau wayang kulit.
Masyarakat setempat percaya bahwa Punden tersebut dapat membawa
keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat setempat. Oleh sebab itu masyarakat
setempat setiap tahun pada bulan suro melakukan ritual bersih desa dengan mengarak
sejumlah tumpeng menuju ke Punden. Masyarakat setempat percaya bahwa jika tidak
melakukan ritual-ritual tersebut akan membawa bencana atau malapetaka.12
Perilaku seperti ini hanyalah sebuah kehormatan, bukan termasuk musyrik,
seperti dalam Q.S Ar-Rumm ayat:31 yaitu:
ِبْيُِم
َةوَل صلااوُمْيِقَاَو ُ ْوُق تاَو ِهْيَلِا َنْي
َنيِكِرْشُمْلا َنِم اوُنوُكَت َاَو
12
26
Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertaqwala kepada-Nya serta laksanakan sholat, Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang musyrik.
Setiap ada acara ruwat desa pasti ada acara karawitan atau wayang kulit,
karena wayang kulit ada fungsinya dalam penyebaran agama Islam, wayang kulit
sangat digemari oleh seluruh masyarakat karena memiliki daya tarik yang tinggi atau
nilai seninya tersendiri didalam masyarakat. Dari lingkup kraton dahulu di daerah
pedesaan sehingga sangat aktif, sunan kalijaga salah satunya wali yang berperan
menyabarkan agama Islam dengan media wayang kulit. Wayang kulit termasuk seni
tradisional yang identik dengan zaman dahulu, leluhur desa Blimbing pasti sudah
mengenalnya dan acara seperti ini sudah turun menurun dari nenek moyang.
Masyarakat hanya meneruskan, menjaga dan mengembangkan adat istiadat
kepercayaan nenek moyang desa Blimbing. Dimana punden adalah tempat
peninggalan yang harus dirawat dan dijaga sebagai ucapan terima kasih kepada orang
yang membabat alas dan sekarang sebagai tempat tinggal masyarakat Blimbing.13
Tempat-tempat yang mustajabah yang di anggap bisa mengabulkan
permintaan pengunjung, sehingga benda atau makhluk hidup dimuliakan dan
diagungkan seperti halnya Tuhan. Menurut Syamsul Arifin dalam bukunya yang
berjudul “ Fenomenologi Agama “, di sana dijelaskan ada beberapa macam tempat
pemujaan, antara lain:
a. Punden
13
27
Punden menurut kamus besar indonesia adalah tempat yang dianggap
sebagai cikal bakal tempat masyarakat desa tempat keramat sesuatu yang
dihormati oleh masyarakat desa. Punden tidak harus dengan pohon tetapi banyak
juga bentuknya seperti punden berundak berbentuk ruangan dengan adanya
barang-barang seperti batu, kuburan dan benda-benda lainnya.
Punden adalah suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat
tertentu untuk melakukan pemujaan terhadap leluhurnya. Tempat-tempat seperti
ini biasannya dikenal sebagai tempat yang sangat mempunyai nilai sejarah, namun
tempat tersebut terkadang diabadikan pada suatu tempat tertentu, agar dapat
terpelihara dan dikenang oleh generasi selanjutnya dimasa akan datang.14 Seperti
halnya yang ada di Desa Blimbing, yakni adanya pandangan Masyarakat Islam
yang masih melakukan ritual di punden yang dianggap oleh masyarakat bisa
mengabulkan permintannya.
b. Makam
Suatu tempat yang digunakan oleh kaum Muslimin berkunjung dengan
tujuan untuk mengingat kematian. Namun tempat-tempat seperti itu disalah
gunakan oleh masyarakat tertentu yang digunakan untuk memohon atau meminta
pertolongan agar dikabulkan, bahkan ada yang meminta langsung pada roh-roh
orang yang sudah meninggal.15
Pengertian makam menurut kamjus besar indonesia adalah lubang dalam
tanah tempat penyimpanan mayat atau tempat penyimpanan jenazah. Contohnya,
14
Syamsul Arifin, Fenomenologi Agama( Jakarta:PT.GBI Pasuruan, 1996), hlm.26.
15
28
ketika ada pahlawan yang meninggal itu dmakamkan atau dikuburkan ditanah
atau kuburan.
c. Lautan
Suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat tertentu untuk
melakukan persembahan-persembahan. Seperti masyarakat yang tinggal
dipesisiran laut. Terkadang mereka menyiapkan beberapa persembahan. Seperti
meletakkan kepada kerbau diletakkan ditempayan, yang ditenggelamkan bersama
gelombang air laut.16
Menurut penulis perilaku masyarakat Islam terhadap punden disini adalah
tidak jauh dari yang ditas yang sudah dicantumkan oleh penulis, acara seperti itu
memang masih ada di Desa Blimbing dan begitupun di Desa-desa lainnya namun
tidak sekental yang di Desa Blimbing, seperti ada acara pernikahan pun harus
melakukan ritual yang dengan adat harus membawa sesajen ke punden sebelum
melakukan prosesi pernikahan dengan tujuan agar keluarganya tidak kena musibah
atau malapetaka.
B. MASYARAKAT ISLAM
1. Pengertian Masyarakat Islam
16
29
Sebelum penulis lebih lanjut membahas tentang masyarakat Islam, disini mau
menjelaskan pengertian dalam kata “ Masyarakat Islam “ secara umum yang
mempunyai dua unsur, yaitu: masyarakat dan Islam. Masyarakat adalah suatu
kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, telah hidup cukup lama, dan
tertata oleh aturan-aturan yang mengikatnya serta mempunyai tujuan yang sama
dalam mengatur pola kehidupannya.17 Masyarakat adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem dimana sebagian besar adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
tergantung dengan satu sama lain. Masyarakat adalah Inovasi. Inovasi adalah sebuah
proses pembaharuan dalam unsur kebudayaan masyarakat. Ada juga masyarakat
adalah sekelompok orang yang hidup bersama dengan satu tempat.
Islam adalah yang Rahmatan lil’alamin, Islam mengakui banyak agama dan
menghargai perbedaan agama, Islam memahami betul tentang perbedaan suku,
bangsa dan budaya.18 Islam adalah sumber kekuatan politik. Dan ini dibuktikan
dengan kenyataan sejarah, bahwa Islam digunakan sebagai dasar dan sumber
kekuataan di kerajaan Islam.
Adapun pilihan Islam sebagai dasar agama negara, karena Islam adalah agama
yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Jika Islam dijadikan minoritas,
maka tidak ada alasan dijadikan sebagai dasar negara.19
17
Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.36.
18
Alivermana Wiguna, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (CV.BudiUtama: Yogyakarta,2014),hlm226.
19
30
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir
zaman. Sedangkan Islam berasal dari kata Aslama, Yuslimu, Salamah, yang berarti
berserah diri. Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk dan bersih.20
pengertian Islam menurut Bahasa berasal dari kata aslama yang berakar dari kata
salama. Ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal kata Islam memeiliki
beberapa pengertian adalah Pertama berasal dari Salm yang berarti damai,
merupakan satu makna dan ciri dari Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian. Kedua berasal dari kata Aslama yang
berarti menyerah, hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan
seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah
SWT, menyerahkan diri seperti kita melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangan-Nya. Ketiga berasal dari kata Istaslama-Mustaslimun yang berarti
penyerahan total kepada Allah, makna yang ini sebagai penguat makna yang kedua
karena sebagai seorang muslim semuanya benar-benar diminta untuk menyerahkan
seluruh jiwa raga serta harta apapun yang kita miliki hanya kepada Allah. Keempat
berasal dari kata Saliim yang berarti bersih dan suci, hal ini bisa ditunjukkan bahwa
Islam merupakan agama yang suci dan bersih yang mampu menjadikan para
pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkan
kepada kabahagian di dunia dan akhirat. Kelima berasal dari Salama yang berarti
selamat dan sejahtera, bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
20
31
umat manusia pada keslamatan dan kesejahteraan. Menurut Istilah Islam adalah
ketundukan seorang hamba kepada wahyu ilahi yang diturunkan kepada para Nabi
dan Rasul khususnya Muhammad SAW guna sebagai pedoman hidup dan juga
sebagai aturan yang dapat membimbing umat manusia kejalan yang lurus menuju ke
bahagian dunia dan akhirat.
Islam adalah Dien yang Universal dan langgeng yang telah diturunkan oleh
Allah SWT kepada Rasul-Nya. Islam memiliki aturan-aturan yang mengatur
hubungan antar manusia, hubungan dengan RabbNya diatur dalam aqidah dan ibadah
sedangkan hubungan dengan manusia sendiri diatur oleh hukum-hukum akhlaq, serta
hubungan manusia lain diatur dengan hukum-hukum muamalat.21
Masyarakat Islam adalah terwujudnya hubungan persaudaraan antar ummat
Islam yang di dasarkan cinta kasih dan ketulusan. Tetapi, perlu disadari bahwa
hubungan seperti itu dibangun didalam masjid. Betapa tidak, umat Islam tidak pernah
berjumpa satu sama lain didalam rumah Allah, tentu semua perbedaan kedudukan,
kekayaan, dan status sosial akan menghalangi terjalinnya hubungan persaudaraan
yang tulus diantara mereka.
Terpenting harus ada di dalam sistem masyarakat Islam adalah menyebarnya
semangat kesetaraan dan keadilan didalam tubuh umat Islam sendiri, walaupun
mereka berasal dari strata sosial yang berbeda-beda.22
Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam menurut penulis adalah
kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, yang telah hidup cukup lama
21
Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam (Jakarta:Gema Insani Press,1990),hlm11.
22
32
dan tertata oleh aturan-aturan, serta mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk
berserah diri kepada-Nya. Masyarakat Islam disini adalah ukhuwah yang terjalin
antara indvidu-individu yang terhimpun didalam masyarakat itu sendiri secara
meneyeluruh.
Ciri Masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat terdiri dari fondasi aqidah
yang mampu menghimpun individu-individunya sehingga menjadi salah satu ikatan
kokoh bagi kaum muslimin dengan hati yang bersatu padu diantara sesama mereka.
Seperti diatas Islam yang Rahmatan lil’alamin yaitu kasih sayang kepada seluruh
alam, termasuk menyayangi kepada siapa saja. Meskipun berbeda agama dan Nabi
Muhammadan kita itu di didik untuk memahami bahwa Allah memeberikan kasih
sayang di dunia ini kepada siapa saja. Islam agama yang Universal yaitu yang
mengungkap seluruh aspek kehidupan mengatur manusia di ciptakan menyatu dalam
tubuh dan diatur dengan cara mendetail.
2. Unsur-unsur Masyarakat
Sebelum membahas unsur-unsur masyarakat disini penulis akan menjelaskan
tentang masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan
istilah saling berinteraksi. Masyarakat istilah yang paling lazim dipakai untuk
menyebut satu kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam
bahasa sehari-hari itu dinamakan masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah
society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat
33
Adanya macam-macam wujud kesatuan manusia menyebabkan bahwa kita
memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan kesatuan manusia.23 Kecuali
istilah yang Lazim, yaitu masyarakat, ada istilah khusus yang merupakan
unsur-unsur dari masyarakat, yaitu:
a. Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial adalah suatu masyarakat, yang mana di situ terdapat
orang lain hidup secara bersama-sama dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan tujuan yang sama. Sedangkan kelompok atau masyarakat satu
dengan yang lain berbeda, mereka mempunyai ciri khusus yang melekat pada
masyarakat, yang mana ciri tersebut tidak dapat dimiliki oleh masyarakat lainnya.
Dengan adanya ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masyarakat, adalah
suatu usaha untuk membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya. Dari ciri-ciri itulah yang membedakan dari masyarakat lainnya, dengan
tujuan untuk mempermudah dalam pengenalan.
b. Golongan sosial
Katagori sosial dan golongan sosial terkadang keduanya dianggap dengan
istilah yang sama, namun keduanya mempunyai makna yang berbeda. Golongan
sosial adalah suatu kesatuan manusia yang mempunyai tanda (simbol) tersendiri
sebagai suatu makhluk yang berciri khusus. Merupakan suatu kesatuan manusia
yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan
kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Golongan sosial adalah
23
34
karena adanya kesamaan identitas yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan
tersebut. Ciri lainnya kemungkinan besar terkait oleh kesamaan nilai, sistem
norma dan adan adat.
Dalam istilah lain disebut “ Golongan Tua “, disebabkan adanya kesamaan
identitas sebagai petani, pedagang dan usahawan. Selain identitas, juga ada suatu
ikatan norma, nilai dan adat istiadat yang telah berlaku disekitar mereka, dengan
adanya kesamaan tersebut, kemudian menjadi manusia berkumpul dan bersatu.
c. Kelompok dan Perkumpulan
Suatu kelompok atau group, merupakan suatu masyarakat karena
memenuhi syarat dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan
adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengantur interaksi, dengan adanya
kontinuitas. Organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan
dari individu pada masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar
lagi. Pada kelompok tersebut juga mempunyai beberapa ciri tambahan yakni,
organisasi dan sistem pimpinan, seperti yang dijelaskan berikut:24
1) Organisasi
Organisasi adalah berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk mengatur,
sehingga dapat membentuk setiap kelompok masyarakat yang mungkin
bergerak dengan rencana yang diinginkan.
2) Sistem Pimpinan
24
35
Mengenai sistem pimpinan, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak
masyarakat, bagaimana bisa menjadikan keadaan atau lingkungan menjadi
baik, serta bisa digunakan sebagai tempat berkumpul bersama-sama dengan
masyarakat lain yang membicakan hal yang penting untuk membangun dan
meningkatkan sarana pengembangan masyarakat.
Unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah
kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan
unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem
sosial. Yang diartikan sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal
balik antara individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya
dan tingkah laku individu-individu tersebut. Untuk mendapatkan gambaran yang
agak kedalam, keduan tersebut akan dibicarakan dibawah ini:25
a. Kedudukan (Status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Dan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakat dengan orang lain. Masyarakat biasanya mengembangkan dua
kedudukan diantaranya yaitu:
1) Ascribed Status, adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memeperhatikan perbedaan rohani dan kemampuan. Misalnya, kedudukan
anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.
25
36
2) Ascbieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oeleh seseorang dengan
usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan yang kedua ini diperoleh atas dasar
kelahiran. Misalnya, setiap seseorang pengen jadi hakim asalkan memenuhi
syaratnya.
b. Peranan (Role)
Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan maka dia dijalankan
sesuai peran. Perbedaan antara kedudukan dan peranan, peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduannya ini tidak dapat terpisah.
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini :
a. Beranggotakan minimal dua orang.
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru
yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan
satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Disini penulis mencantumkan unsur-unsur masyarakat, karena biar semua orang
tidak salah dengan arti masyarakat, masyarakat pun ada bedanya seperti, masyarakat
golongan, kelompok dan perkumpulan dan sebagainya. Menurut sosiologi ada
37
menjadi karyawan biasa, ketika kerjanya baik pastinya dia dinaikkan akan dijadikan
pimpinan atau buat contoh untuk karyawan lainnya, dan itu sudah dinamakan dia punya
kedudukan. Ketika sudah punya kedudukan seperti itu pasti kerjanya berjalan sesuai
dengan peran, ini semua yang dinamakan kedudukan dan peran. Keduanya tidak bisa
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Desa Blimbing masih termasuk bagian dari Desa Kesamben, Desa Blimbing
yang dipimpin oleh lurah Moh Cholidi dan sistem pemerintahan Desa Blimbing berada
di bawah ruangan Desa Kesamben ( Blimbing ). Jumlah RW di Desa Blimbing ada
delapan RW, I, II, III, IV, V,VI, VII, dan VIII.
1. Kondisi Geografis
Sebelum terbentuknya Desa Blimbing menurut sesepuh aslinya hutan dan
rawa. Desa Blimbing terletak dibagian timur Kecamatan Kesamben Kabupaten
Jombang. Desanya di pinggiran sawah dan kali brantas, secara geografis Desa
Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang terdiri dari empat (4) Dusun,
yaitu Dusun Blimbing, Dusun Kedondong, Dusun Karangri, Dusun Prabon. Desa
Blimbing termasuk lumayan tidak padat dengan penduduknya dan sebagian yang lain
[image:48.595.86.515.267.538.2]terdapat persawahan. Untuk mengetahui batas-batas Desa Blimbing bisa dilihat pada
tabel berikut:
Tabel I
Desa Blimbing, dengan batas-batas:
NO BATAS DESA DESA/KELURAHAN KECAMATAN
1. Sebelah Utara Sungai Brantas Gedeg
39
3. Sebelah Selatan Des Jombok Kesamben
4. Sebelah Barat Desa Wuluh Kesamben
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016
Desa Blimbing tidak lagi disebut dengan desa yang sepi melainkan yang
ramai. Berdasarkan monografi Desa Blimbing tahun 2014 luas wilayah Blimbing ini
secara keseluruhan adalah 319,500 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
[image:49.595.92.485.249.535.2]berikut ini:
Tabel II
Gambar Wilayah Desa Blimbing
No Nama Lahan Jumlah
1 Luas Tanah Pertanian 210,430 Ha
2 Luas Tanah Kas Desa 22,000 Ha
3 Luas Pemukiman 57,020 Ha
4 Lain-lain 30,050 Ha
Jumlah 319,5000 Ha
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016
2. Kondisi Sosial Demografis
a. Jumlah Penduduk
Mengenai keadaan demografis Desa Blimbing, masyarakat Blimbing selalu
hidup rukun antara antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini bisa
dilihat melalui kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari. Adapaun dalam jumlah
penduduk Desa Blimbing terbagi menjadi 2 jenis dan untuk mengetahui jumlah
40
Tabel III
Jumlah Penduduk Menurut Jenisnya
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1. Laki-laki 2.538
2. Perempuan 2.609
JUMLAH 5.147
Dokumen Sekretaris Keluran Blimbing, tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa sebagian besar
masyarakat Blimbing yang berjenis laki-laki dan perempuan sama rata.
b. Komposisi Penduduk Tingkat Usia
Gambaran mengenai komposisi penduduk menurut usia disajikan pada
tabel IV berikut ini:
Tabel IV
Komposisi penduduk menurut Umur Desa Blimbing Kec.Kesamben Kab.Jombang
No. Golongan Umur Jumlah
1 Usia dibawah 5 tahun 412 Orang
2 Usia 5 – 12 tahun 702 Orang
3 Usia 13 – 18 tahun 304 Orang
4 Usia 19 – 50 tahun 2365 Orang
5 Usia diatas 50 tahun 1364 Orang
Jumlah 5147 Orang
Sumber Data : Dokumen Kantor Desa Blimbing tahun 2016
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menjadi indikator kemajuan daerah, karena jika
penduduk memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi maka akan lebih
menerima kemajuan dan upaya pengembangan daerahnya, untuk mendapatkan
[image:50.595.103.506.275.560.2]
41
Tabel V
Tingkat pendidikan penduduk Desa Blimbing
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Pra sekolah 250
2 Tamat SD/SMP/MTS 2955
3 Tamat SLTA 1652
4 Perguruan Tinggi 290
Jumlah 5147
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing.
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
di Desa Blimbing sudah cukup bagus dengan jumlah 50% lebih pernah
berpendidikan tingkat menengah SLTA. Karena terbatasnya sarana pendidikan di
Desa Blimbing, maka penduduk ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
dengan sekolah di luar Desa atau luar Kecamatan dan Kabupaten demi
mendapatkan ilmu.
Sarana pendidikan yang ada di Desa Blimbing dapat dilihat pada tabel di
[image:51.595.111.512.157.644.2]bawah ini:
Tabel VI
Jumlah Sarana Pendidikan Desa Blimbing
No. Saran Pendidikan Jumlah
1 Paud 1
2 TK/RA 2
3 SD/MI 3
4 TPQ/TPA 9
Jumlah Keseluruhan 15
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah sarana di
42
d. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Blimbing
Masyarakat Desa Blimbing termasuk kategori menengah ke bawah.
Mereka semua berusaha menggunakan semua sarana yang ada untuk berproduksi
guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, da yang bekerja sebagai buruh /
swasta, wirausaha, dan pedagang.
Sebagai layaknya suatu Desa Blimbing juga mempunyai organisasi
pemerinahan, sedangkan orang-orang yang duduk di dalamnya disebut perangkat
Desa, yaitu terdiri dari kepala Desa, sekretariat Desa dan dibantu oleh Kepala
urusan Desa, Kepala Desa Rukun Warga Desa dan kepala rukun tetangga.
Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Desa Blimbing dapat dilihat
di tabel bawah:
Tabel VII
Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 150
2 Buruh Tani 282
3 Pedagang 150
4 Wiraswasta 1000
5 Wirausaha 200
6 PNS 50
7 TNI/Polri 10
8 Pensiunan 200
9 Belum Bekerja 3105
Jumlah 5147
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing
Dari data yang ada mengatakan bahwa Desa Blimbing kebanyakan sudah
menjadi kepala keluarga, tetapi didalam kehidupan masih ada juga tinggi rendahnya
[image:52.595.110.511.233.630.2]
43
[image:53.595.97.516.138.538.2]Bisa dilahat tingkat kesejahteraan masyarakat Blimbing ditabel bawah:
Tabel VIII
Tingkat kesejahteraan
No. Kesejahteraan Jumlah
1 Kepala keluarga 1705
2 Keluarga Prasejahtera 305 3 Keluarga Sejahtera I 356 4 Keluarga Sejahtera II 514 5 Keluarga Sejahtera III 530
Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing
Dari tabel tingakat kesejahtera diatas kebanyakan masyarakat yang
menjadi kepala keluarga, tetapi ada keluarga prasejahtera maksudnya keluarga
yang tidak mampu, keluarga sejahtera I dari keluarga yang sedang tidak kaya
dan tidak miskin, keluarga sejahtera II dari keluarga yang mampu tapi semuanya
pas-pasan, keluarga sejahtera III dari keluarga yang mampu atau berkecukupan
(kaya).
e. Kondisi keagamaan
Dari data yang ada menyebutkan desa Blimbing mayoritas penduduknya
beragama Islam. Adapun kegiatan yang ada di Desa Blimbing yaitu : yasinan,
yang diadakan ole