• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN

KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Perbandingan Agama

Oleh: Lailatul Latifah

E02212005

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM

TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DIDESA

BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN

JOMBANG

Skripsi:

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Studi Agama-agama

Oleh:

LAILATUL LATIFAH NIM. E02212005

PRODI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Lailatul latifah, 2016, “Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan

Punden di Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 2) Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 3) Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan adalah1) untuk mengetahui keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 2) untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 3) untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang.

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak yang salah pengertian atau salah persepsi, tentang punden di Desa Blimbing. Oleh karena itu penulis membahas tentang pandangan dan

perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, agar tidak menyimpang dari syari’at

Islam.

Penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif yaitu semua data yang terkumpul baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan penelitian dengan melihat fenomena sosial yang dihubungkan dengan pendekatan teori Mircea Eliade.

Hasil penelitian saya pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, menurut Mircea Eliade yaitu bahan yang aslinya biasa-biasa saja menjadi suci (Saklar) adalah di Desa Blimbing ada sebuah pohon beringin besar ketika orang lain melihat hanya pohon beringin, tetapi masyarakat Blimbing sangatlah istimewa atau sangat dihormati karena dari nenek moyang terdahulu yang sudah membersihkan Desa Blimbing sampai menjadi keramat. Ternyata ada dampaknya perilaku kepada masyarakat secara psikologis, dengan cara perilaku masyarakat berbondong-bondong datang untuk berziarah supaya mendapatkan apa yang diinginkan. Sedangkan secara sosial masyarakat banyak ada konflik dengan keberadaan punden tetapi tidak semuanya masyarakat, misal ketika ada acara dipunden orang tidak setuju mengatakan hal seperti itu musyrik. Secara ekonomi masyarakat Blimbing bisa menambah keuangan yang rendah dengan adanya punden banyak pengunjungnya dan disana banyak orang jualan bisa membuat menambah ekonomi masyarakat. Dari sini yang berhubungan dengan jurusan saya adalah tentang keimanan dan keyakinan kita kepada Allah.

Kata Kunci: Punden dan Masyarakat Islam.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah ... 1

b. Rumusan Masalah ... 4

c. Penegasan Judul ... 4

d. Tujuan Penelitian ... 5

e. Manfaat Penelitian ... 6

f. Kerangka Teori ... 9

g. Metode Penelitian ... 10

h. Sumber Data ... 11

i. Analisis Data ... 12

j. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Punden ... 14

B.Pandangan Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 16

C.Perilaku Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 22

D.Pengertian Masyarakat Islam ... 29

E. Unsur-unsur Masyarakat ... 32

BAB III PENYAJIAN DATA A.Gambaran Umum Obyek Penelitian... 38

1. Kondisi Geografis dan Demografis ... 39

2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 42

3. Kondisi Keagamaan ... 43

(9)

C.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden ... 48

1. Sejarah Punden ... 48

2. Keberadaan Punden ... 49

3. Aktifitas Masyarakat Islam terhadap Keberadan Punden ... 50

BAB IV ANALISA DATA A.Keberadaan Punden Di Desa Blimbing ... 55

B.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Punden ... 58

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 64

B.Saran-saran ... 65

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam

adat-istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda, dikarenakan masyarakat terdiri dari

berbagai macam suku bangsa termasuk dalam agama banyak aliran yang berkembang.

Suatu tujuan historis sebelum islam masuk di Indonesia masyarakat Indonesia telah

menganut berbagai macam paham animisme dan dinamisme.1 Dan setiap agama

mempunyai faham dan ajaran yang dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan.

Kebudayaan merupakan hasil cipta dan karya manusia yang di dalamnya mengandung

suatu nilai.2 Oleh sebab itu peranan manusia sangat dibutuhkan dalam menumbuh

kembangkan suatu kebudayaan.

Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah dalam bertindak dan berfikir,

sehubungan dengan pengalaman yang fundamental. Dengan demikian dapat ditarik

sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan individu atau

masyarakat. Dikarenakan dari sinilah kehidupan manusia selaku sebagai makhluk sosial

bisa berlangsung.3

1

Koentjaningrat,beberapa pokok antropologi social dan rakyat cet.8, (Jakarta,1992)

2Imam Asy’ari,

pengantar sosiologi, (Surabaya. Usaha nasional, 1983), hal,99

3

(11)

2

Kebudayaan adalah kenyataan yang lahir dengan perbuatan manusia dan

lanjutan yang bergantung pada perbuatan manusia itu sendiri. Sesuai dengan firman

Allah dalam surah Al-Anfal ayat 53:

َذ ِل

َك

ِب َا

ن

َها

َل

ْم

َي

ُك

ُم

َغ ّ ي

ًر

ِن ا

ْع َم

ًة

َا ْ ن

َع َم

َه

ا

َع َل

َ ق ى

ْو ٍم

َح ت

ُ ي ى

َغ ّ ي

ُر ْو

َم ا

ِب ا

َا ْ ن

ُف

ِس

ِه

ْم

َو َا

ن

َها

َس

ِم ْي

ٌع

َع ِل

ْي ٌم

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah suatu nikmat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang merubah nikmat yang ada pada dirinya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi maha Penyayang. 4

Seperti halnya dengan kepercayaan terhadap Punden dalam keadaan tersebut

individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman karena dianggap tidak

bertentangan dengan nilai yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Oleh sebab itu

setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat menolaknya

karena mereka menanggap akan menghapus kebiasan yang telah ada.5

Dengan banyaknya hasil kebudayaan maka sampai kini walaupun Islam

sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, akan tetapi tradisi,

adat-istiadat serta budaya nenek moyang masih berkembang sampai sekarang, padahal

perbuatan semacam itu dalam ajaran Islam dianggap perbuatan yang tidak pernah

diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Walaupun zaman sudah modern seperti ini masih banyak manusia yang

mempercayai hal-hal tahayul seperti adanya roh-roh nenek moyang yang ada dalam

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta:Mushaf Aminah, 1978), 270.

5

(12)

3

sekeliling tempat tinggal kita. Seperti halnya yang terjadi Desa Blimbing Kesamben

Jombang. Kepercayaan seperti itu dilakukan oleh orang yang percaya dengan Punden

untuk meminta keselamatan dan syukuran. Dan acara seperti ini dilakukan oleh orang

yang punya hajatan, seperti punya nadhar ketika cucu laki-laki akan melakukan tahlilan

atau tumpengan di Punden.

Pada dasarnya pandangan masyarakat terhadap Punden ini kalau dipandang

dari kaca mata agama, bahwa kepercayaan seperti ini telah keluar dari syari’at Islam,

sebab di dalamnya terdapat suatu kepercayaan yang menganggap bahwa dengan adanya

acara ini bisa mempermudah mendapatkan rizki, dan hal ini termasuk perbuatan syirik.

Syirik ada dua macam yaitu syirik Jali dan Khofi. Syirik Jali adalah syirik yang berat

(besar) mempersekutukan Allah, mendewakan Tuhan selain Allah. Sedangkan Syirik

Khofi adalah sirik yang ringan seperti orang yang beribadah bukan karena Allah tetapi

ingin dipuji oleh manusia. Padahal musibah, rizki, jodoh, dan kematian itu semua

Allah-lah yang menghendakinya.

Pada masyarakat Jawa yang dikenal dengan berbagai tradisi dan adat istiadat

yang diperangi oleh peradabaan Hindu Budha. Pada waktu itu dikenal dengan keramat,

dan membuat semua masyarakat takut dengan malapetaka yang akan melimpa mereka.

Sehingga mereka kadangkala melakukan upacara persembahan, yang dimana diikuti

oleh semua masyarakat yang berada didaerah sekitarnya. Disamping itu ada juga

kegiatan di Punden seperti penampilan petunjukan wayang, membawa makanan, dan

berdo’a bersama yang dipimpin oleh tokoh agama supaya desanya aman tentram tidak

(13)

4

Memang kepercayaan terhadap ruh leluhur telah diyakini oleh masyarakat

primitif sejak dahulu dan dianggap sebagai kepercayaan yang paling tua, bahkan sampai

sekarang masih diyakini oleh beberapa masyarakat yang mempercayainya merupakan

suatu hal yang logis.

Dengan latar belakang semacam ini maka penulis perlu meneliti lebih jauh

tentang tanggapan masyarakat yang percaya dengan Punden di desa Blimbing

Kesamben Jombang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang?

2. Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa

Blimbing Kesamben Jombang?

3. Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa Blimbing

Kesamben Jombang?

C. Penegasan Judul

Dalam penulisan proposal ini, penulis mengambil judul “Pandangan dan

Prilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan Punden di Desa Blimbing Kesamben

(14)

5

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan mengetahui secara kongrit dalam

penulisan ini, maka penulis memandang sangat penting dengan adanya penegasan judul.

Kata-kata yang perlu ditegaskan antara lain:

Pandangan : hasil perbuatan atau melihat pengetahuan yang meluas

dipandang.

Prilaku : tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan.

Masyarakat Islam : Masyarakat yang menganut Agama Islam, yangberasal dari

penduduk asli di Desa Blimbing Kesamben Jombang.

Punden : suatu tempat peninggalan yang digunakan untuk pemujaaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa judul ini adalah pandangan dan perilaku

masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, untuk memahaminya biar tidak keluar

dari syari’at Islam.

D. Alasan Memilih Judul

1. Karena sebagaian masyarakat yang berada di sekitar Punden tersebut banyak yang

melakukan pemujaan, agar apa yang terjadi terkabul.

2. Lokasi tempat penelitian tersebut dekat sehingga mudah di jangkau serta efisien.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

(15)

6

1. Untuk mengetahui keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa

Blimbing Kesamben Jombang.

3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa

Blimbing Kesamben Jombang.

F. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian yang diharapkan penulis yakni agar bermanfaat dan berguna

untuk hal-hal berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan kajian demi mengembangkan

wawasan mahasiswa, sebagai upaya untuk menambah pengetahuan tentang sejarah

Punden.

2. Dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan dan memperluas

pola pikir secara ilmiah tentang pandangan dan prilaku masyarakat islam terhadap

keberadaan punden.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti

4. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh semua masyarakat.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis tentang beberapa karya ilmiah yang

(16)

7

Skripsi yang ditulis oleh Aditia Sudirman yang berjudul Punden berundak

Pasamuan di desa Pasir eurih kecamatan Ciomas Bogor, Skripsi ( Bogor: Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008), membahas hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa punden berundak pasamuan tergolong bangunan magalitik.

Punden berundak Pasamuan memiliki irisan berbentuk anak tangga, arah hadapanya

membelakangi gunung dan jumlah terasnya ganjil. Masyarakat disekitar Punden

berundak Pasamuan memiliki tradisi seperti Seren Taun yang berasal dari kepercayaan

Sunda Kuna.

Skripsi yang ditulis oleh Aditya Nugroho yang berjudul Punden berundak

disitus gunung gentong,kuninagn,jawa barat, Skripri (Depok: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011), membahas tentang bangunan

berundak Situs Gunung tergolong sebagai punden berundak yang di dalamnya terdapat

temuan berupa gentong (tempayan), batu lumpang, monolith, batu temugelang. Menhir,

batu tegak (upright stone), jalan batu, dan anak tangga. Masyarakat disekitar punden

berundak Situs Gunung Gentong memiliki tradisi yang bernama Pesta Dadung. Tradisi

ini berlokasi pada punden berundak Situs Gunung Gentong yang didalam

pelaksanaannya berhubungan dengan bangunan yang diduga sebagai punden berundak

tradisi megalitik.

Skripsi yang ditulis oleh Sugeng Kurniawan yang berjudul Kehidupan

Keagamaan Masyarakat Nelayan dan Upacara Sembunyu di desa Prigi Watulimo

Trenggalek, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin Universitas Islam Negeri Sunan

(17)

8

desa Prigi sangat minim, terutama dalam hal syari’ahnya. Seperti adanya slametan yang

dijadikan ritual utama dalam masyarakat jawa sehingga masyarakat nelayan desa Prigi

dalam mengEsakan Tuhan sudah tidak murni lagi, karena sudah tercampur dengan

tradisi-tradisi pra-islam. Masyarakat nelayan desa Prigi sebagai besar mempercayai

terhadap upacara sembyu yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Syuro/Muharram, islam

memandang bahwa upacara tradisi merupakan suatu kebudayaan yang perlu dilestarikan

yaitu dengan cara mengislamkan budaya tersebut.

Skripsi yang ditulis oleh Abdul Rakhman yang berjudul Studi Tentang

Kepercayaan Masyarakat Islam terhadap Pepunden Mbok Tjanting di desa Kedurus

Kecamatan Karangpilang Kodya Surabaya, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2005), membahas tentang masyarakat

islam disekitarnya meyakini Pepunden Mbok Tjanting yang di puja selama ini, bukan

hanya suatu tempat keramat biasa, tetapi terdapat suatu refleksi dari kesaktian Mbok

Tjanting. Motivasi para pengunjung dalam pemujaan ke pepunden Mbok Tjanting

mempunyai tujuan/niatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

Sebagai pengunjung beranggapan bahwa Pepunden Mbok Tjanting yang dipuja selama

ini hanya sebatas tempat perantara (media) untuk menguhubungkan do’a antara manusia

dengan Tuhannya.

Dengan demikian berdasarkan pengamatan penulis dari skripsi diatas ternyata

penulis belum menemukan yang terkait dengan materi yang akan di tulis oleh karena itu

penulis, menulis pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap eksistensi punden

(18)

9

H. Kerangka Teori

Seperti yang dipaparkan diatas penulis menggunakan teorinya Mircea Eliade,

yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The Sacred and the Profane

(yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang terdahulu kehidupan yang

berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang sakral dan bidang profan, yang

profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang biasa tidak disengaja dan pada

umumnya tidak penting. Sedangkang yang sakral adalah wilayah supernatural, hal-hal

yang luar biasa mengesankan dan penting. Sementara profan adalah yang menghilang

dan mudah pecah penuh bayang-bayang, yang sering diubah-ubah, maka yang sakral

adalah yang abadi, penuh dengan subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan

dan dewa.

Istilah yang sakral dan yang profan adalah ciri umum yang terdapat pada setiap

agama. Menurut Brian Morris, kita tidak akan menemukan masyarakat yang tidak

mengartikulasikan beberapa gagasan yang sakral, dengan kata lain gagasan tentang

sakral ada dalam semua masyarakat, sakral dan profan ini sebetulnya menurut

Durkheim, merupakan karakteristik utama dan universal dari agama.

Menurut Eliade, yang kudus dapat juga dikatakan sebagai sesuatu yang sakral.

Manusia menjadi sadar akan keberadaan yang sakral karena sakral memanifestasikan

atau menunjukkan dirinya sebagai suatu yang berbeda dari yang profan. Dalam buku

tersebut, sakral ditunjukkan dalam kata hierophany yakni tidak menunjukkan sesuatu

(19)

10

beberapa objek keseharian, sebuah batu atau pohon hingga hierophany yang tertinggi.

Dalam kasus ini, kita dihadapkan pada misteri yang secara keseluruhan berbeda

tingkatannya, sebuah realitas yang tidak dipunyai dunia kita, dalam obyek yang

merupakan bagian integral dunia “profan” alami kita.6

Hierophany dapat diartikan

sebagai suatu perwujudan atau penampakan diri dari yang sakral. Yang sakral, sebagai

realitas dari tata tertib yang senantiasa berbeda dari realitas alam nyata ini, selalu

menampakkan dirinya.7

Disini penulis memadukan teori Eliade, ketika pohon dan batu disakralkan,

yang terjadi bukanlah pemujaan pohon dan batu sakral tidak disembah sebagai batu atau

pohon. Sedangkan di punden didesa Blimbing barang yang disakralkan yaitu pohon dan

batu yang unik, yang dikepercayai oleh masyarakat Blimbing, yang aslinya cuma pohon

dan batu yang biasa.

I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan,

yaitu terjun ke lapangan langsung keobjek penelitian untuk memperoleh data primer.

Yang menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis,

6

Ibid, hlm.3-4.

7

(20)

11

yaitu untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya sesuai dengan kenyataan

yang terjadi.8

2. Sumber Data

Sumber data Adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan

sampel. Menetapkan populasi itu dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur

sesuatu dengan kasusnya.9 Maka sebelum mengadakan penelitian seorang peneliti

harus menentukan wilayah penelitian terlebih dahulu untuk memperoleh data.

Sumber data ini adalah masyarakat Desa Blimbing kesamben jombang, dari

masyarakat yang berjumlah 15 orang menjadi penelitian. Tujuannya untuk

memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati

sebagaian dari semua masyarakat.10

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, antara lain:

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil penemuan

penelitian serta hasil wawancara dengan masyarakat di desa Blimbing Kesamben

Jombang.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis

yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literatur lain yang berkaitan

dengan penelitian tersebut.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

dilapangan adalah:

8

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm.3.

9

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta :Bumi Aksara, 1989),hlm.53.

10

(21)

12

a. Metode Observasi

Yaitu suatu kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang diteliti atau diselidiki dengan

menggunakan alat indra yang ada. Tentang prilaku masyarakat islam di desa

Blimbing Kesamben Jombang. Metode ini digunakan untuk menggali data

tentang sejarah berdirinya Punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

b. Metode Interview/Wawancara

Penulis mengadakan wawancara yang lebih jauh kepada responden

secara lisan berdasarkan pedoman interview. Percakapan yang dilakukan oleh

dua orang Yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

yang memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh

melaluidokumen-dokumen yang ada.11 Sumber dokumentasi mengenai

hal-halatau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar,majalah dan

notulen, agenda dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian penulis. Tujuan

dari penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data-data dari beberapa dokumen

seperti buku, surat kabar, majalah dan lain-lain.

4. Analisis Data

Penelitian tersebut menggunakan analisis data dengan metode deskripsi

analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau ingin mengetahui suatu

11

(22)

13

fenomena tertentu. Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dalam

memaparkan. Sedangkan analisis data secara keseluruhan dari data yang diperoleh

dengan menggunakan metote deskripsi analisis yaitu menjelaskan pokok-pokok

persoalan dan menganalisis data yang diperoleh secara teliti untuk mendapatkan

kesimpulan diakhir skripsi ini.

J. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam menyusun skripsi ini adalah:

Bab Pertama berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sumber

data, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua berisi landasan teori yang berisikan pengertian punden dan

masyarakat Islam, pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan

punden didesa Blimbing, unsur-unsur masyarakat, dan masyarakat didesa Blimbing.

Bab Ketiga berisi penyajian datayang berisikan gambaran umum obyek

penelitian, kondisi geografis demografis, sejarah punden dan aktifitas masyarakat Islam

terhadap keberadaan punden.

Bab Keempat berisi penyajian data dan analisis data.

Bab Kelima merupakan bab terakhir yang terdiri dari penutup berisikan dengan

(23)

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Punden

1. Pengertian Punden

Asal mula negara Indonesia agamanya Hindu Budha, Sang Hyang Widhi

disebut juga sebagai Acintya atau Sang Yang Tunggal, setelah itu Islam masuk ke

Indonesia disebut Tuhan yang Maha Esa. Acinttya memiliki arti Dia yang

terpikirkan, Dia yang tak dapat dipahami, atau Dia yang tidak dibayangkan. Sang

Hyang Widhi memiliki makna yaitu Sang, memiliki arti personalisasi atau

identifikasi. Sedangkan Hyang, merupakan sebutan untuk keberadaan spiritual

memiliki Supranatural, sebagai matahari didalam mimpi, orang-orang Indonesia

umumnya mengenal kata ini sebagai penyebutan (pencipta) atau secara sederhana

disebut Tuhan, biasanya ini dikaitkan dengan wujud personal yang bercahaya dan

suci. Dan yang terakhir, Widhi memiliki arti pengetahuan, wujud-wujud ini menjadi

media bagaimana manusia dan ciptaan di jagat raya ini mengerti dan memahami diri

dan lingkungannya. Diantaranya tempat-tempat yang digunakan oleh masyarakat

untuk mengedakan upacara ritual adalah Punden.1

Punden adalah tempat suci dan mengandung hal-hal mistik. Di Desa Blimbing

tidak semua warga yang mempercayainya hanya sebagian. Ketika orang yang

percaya dengan Punden, saat punya hajat dibawah kepunden untuk meminta

1

(25)

15

keselamatan. Dan disitu ditandai dengan pohon yang sangat besar dan bebatuan yang

aneh-aneh. Pertamanya itu tanah biasa ketika ada orang yang meninggal yang

dianggap sesepuh di desa tersebut di makamkan disitu dan sampai sekarang ada

pohon yang sangat besar sekali dan bebatuan yang unik, dan dikasih sesajen ketika

ada acara.

Punden adalah tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal

bakal masyarakat desa, tempat keramat sesuatu yang sangat dihormati.2 Kata punden

berasal dari bahasa jawa, kata punden yang berarti objek-objek pemujaan mirip

pengertiannya dengan konsep bebuyutan pada masyarakat sunda.3 Punden secara

etimologi, menurut penulis mempunyai dua arti, diantaranya yaitu: pertama, punden

berasal dari kata “ Punden“ yang berarti memuja, menyanjung. Kedua, Punden ialah

peninggalan sejarah orang-orang terdahulu yang mempunyai arti penting.4

Adapun Punden berdasarkan pandangan Mircea Eliade, dalam penelitian

lapangan di Blimbing, yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The

Sacred and the Profane (yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang

terdahulu kehidupan yang berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang

sakral dan bidang profan, yang profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang

biasa tidak disengaja dan pada umumnya tidak penting. Sedangkan yang sakral

adalah wilayah supernatural, hal-hal yang luar biasa mengesankan dan penting.

Sementara profan adalah yang menghilang dan mudah pecah penuh bayang-bayang,

2

http://kbbi.web.id/punden “Pengertian Punden” ( Senin, 18 April 2016)

3

http://id.m.wikipedia.org/wiki/punden-berundak “Pengertian Punden” ( senin, 18 April 2016)

4

(26)

16

yang sering diubah-ubah, maka yang sakral adalah yang abadi, penuh dengan

subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan dan dewa.5

Menurut penulis Punden yang di maksud disini adalah sebagai tempat

bersemayan para arwah leluhur Desa Blimbing dan juga diyakini sebagai nama

seorang leluhur yang berjasa pembabat alas sebagai cikal bakal berdirinya desa. Dan

punden di Desa Blimbing seperti diatas ditandai dengan pohon yang besar dan

batu-batu yang unik atau lucu, dan batu-batu tersebut dianggap suci oleh semua masyarakat

Blimbing.

2. Pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden

Sebelum membahas lebih jauh penulis menjelaskan arti pandangan. Sebelum

kepandangan pastinya yang buat memandang adalah mata, mata adalah cendela hati,

pintu dari sesuatu yang baik dan buruk. Pandangan adalah pandu menuju hati,

bagaimana kehidupan yang menjadi pandu kematian.

Pandangan masyarakat Islam menurut warga dan sesepuh di Desa Blimbing,

punden di jadikan pusat dimana orang mencari keslamatan, atau untuk mengingat

leluhur, agar desanya tetap terjaga bukan malah menyalah gunakan untuk memohon

do’a atau mencari rizky sebagaimana di dalam agama Islam disebut Musrik.

Tokoh Masyarakat dan para kyai di Desa Blimbing yang mengerti masjid itu

rumah Allah, tapi kita sebagai warga hanya mengikuti adat istiadat sebagaimana

mungkin yang kita lakukan terhadap punden menurut nenek moyang kita yaitu

mendo’akan orang yang berjasa pada desanya. Penulis bisa menarik sebuah alasan

5

(27)

17

tentang pandangan masyarakat Islam terhadap punden menurut semua warga,

masyarakat, tokoh-tokoh, kyai dan sesepuh di Desa Blimbing punden disini dibuat

tempat yang suci, keramat dan tempat untuk meminta pertolongan yang dikenal

dengan meminta di punden permintaannya mustajabah atau di kabulkan.

Jadi acara seperti itu dijadikan kebudayaan oleh masyarakat Blimbing, Maka

dari itu saya menjelaskan arti kebudayaan. Kebudayaan adalah berasal dari kata

sansekerta, budhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti buddhi atau akal.

Demikianlah kebudayaan diartikan dengan “ hal-hal yang bersangkutan dengan akal

“. Dalam kata antropologi budaya, tidak diadakan perbedaan arti antara budaya dan

kebudayaan. Disini kata budaya hanya dibuat singkatan saja. Adapun kata culture

(berasal Inggris) yang artinya sama dengan kebudayaan, yang berasal dari kata Latin

colere yang berarti mengelolah, mengerjakan, mengelolah tanah atau bertani.

Adapun ahli antropologi memberikan definisi tentang kebudayaan antara lain: 6

a. E.B.Tylor (Inggris)

Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung

ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat serta

kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

E.B. Tylor berpendapat, bahwa dalam perjalanan waktu kemudian muncul

(3) sitem pemikiran yaitu:

6

(28)

18

a. Sistem Animisme (mitos)

Mitos yang diyakini oleh masyarakat primitif, yaitu adanya ruh leluhur

yang menguasai binatang, tumbuhan atau tempat-tempat yang digunakan untuk

sebuah kerajaan bago lelembut.

b. Sistem Agama (norma)

Menurut Radcliffe Brown, salah seorang ahli Antropologi menjelaskan,

bahwa agama merupakan suatu ekspresi atau ungkapan ketergantungan pada suatu

kekuatan di luar pemikiran manusia (Spirit). Agama merupaka aspek sentral dan

mendasar dalam kebudayaan, karena agama sebagai unsur inti yang dapat

membantu di dalam meringkas signifikasi (arti penting) agama itu sendiri.

c. Sistem Ilmiah (fenomena alam)

Segala gejala (kejadian) alam yang terjadi, bukanlah dikarenakan oleh

ruh-ruh halus atau leluhur yang mengusai suatu tempat, melainkan diakibatkan oleh

adanya benturan-benturan atai gesekan-gesekan dari reaksi yang dimunculkan

oleh alam itu sendiri.7

b. R.Linton

Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil

tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya diteruskan oleh anggota dari

masyarakat.

7

(29)

19

c. J.P.H. Duyvendak

Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai aneka

ragam, berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.

Disini penulis menjelaskan, tentang kepercayaan Menurut Islam agar semua

masyarakat tidak menyalah gunakan. Adapun kepercayaan dalam Islam. Menurut

Sayid Sabiq dalam bukunya yang berjudul “ Aqidah Islam”, disana dijelaskan

sebagai berikut:

a. Ma’rifat Kepada Allah

Yang mana dalam hal ini, manusia dituntut supaya mengetahui

nama-namaNya dan sifat-sifat yang dimiliki olehNya dalam semesta ini.

Seperti dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat:11 berbunyi:

اِا ٍةَبْيِصم ْنِم َباَصَا َام

ا ِبِْمْؤ ي ْنَمَو ِها ِنْذِاِب

ٌمْيِلَع ٍءْيَش ّلُكِب ُهاَو ُهَبْلَ قِدهَي ِه

Tidak ada suatu mjusibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin

Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi

petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.8

b. Ma’rifat Dengan Alam

Dalam hal ini, manusia dituntut supaya meneliti apa sebenernya yang dapat

dibalik rahasia semesta ini, yakni dengan adanya alam yang tidak terlihat (ghaib).

Dituntut pula untuk menembus adanya kekuatan-kekuatan kabaikan yang

tersembunyi di dalamnya, yakni ada yang berwujud malaikat serta

kekuatan-kekuatan jahat. Seperti iblis, roh dan jin.

8

(30)

20

c. Ma’rifat Kepada Kitab-kitab Allah

Dalam hal ini, manusia dituntut untuk mengetahui segala bentuk hal yang

hak (baik) dan yang bathil (buruk). Untuk yang baik lebih cenderung menuntun

pada suatu kemuliaan dan kebahagiaan, sedangkan yang buruk lebih cenderung

menuntun pada suatu kenistaan (dosa) dan penderitaan.

d. Ma’rifat Kepada Nabi-nabi

Dalam hal ini, manusia dituntut agar mengetahui siapa sebenarnya yang

membimbing dan menuntun manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran yang

sesuai dengan keridho’an Allah.

e. Ma’rifat Kepada Hari Akhir

Yang mana semua manusia dituntut agar mengetahui peristiwa/kejadian

yang nanti terjadi pada masa akhir kehidupannya. Seperti kebangkitan alam

kubur, pembalasan amal perbuatan, dan mengenal balasan Surga/Neraka.

Jadi pada hari akhir adalah percaya dengan yakin bahwa seluruh alam

semesta dan segala isinya suatu saat akan mengalami kehancuran dan setelah

kehidupan di dunia akan ada kehidupan yang kekal abadi. Seperti dalam surat

Ar-Rohman ayat:26 yaitu:

ٍناَف اَهْ يَلَع ْنَم ُلُك

(31)

21

f. Ma’rifat Kepada Takdir ( Qodho dan Qodar )

Dalam hal ini, ma’rifat kepada takdir dijadikan sebagai dasar utama dalam

berjalannya segala peraturan-peraturan yang terdapat di alam semesta ini. Baik itu

berupa penciptaan atau cara mengatur semesta.9

Untuk mencapai tujuan hidup yang diridhoi Tuhan, al-Qur’an

mengingatkan kepada manusia. Sedangkankan hakikat Allah menciptakan

manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Tuhan.10

Sudah dijelaskan QS adz-Dzariyat,51:56

ِنْوُدُبعَيِل آِا َسْنِْااَو نِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya

mereka menyembah kepada-Ku.

Menurut penulis pandangan masyarakat Islam terhadap Punden disini adalah

barang yang berada di punden sperti pohon dan batu-batu yang unik menjadi suci,

yang awalnya cuma barang yang biasa karena masyarakat mempercayai dengan

adanya pembabat alas desa Blimbing dan di tandai dengan pohon dan batu-batu

maka batu tersebut menjadi suci. Dan adat istiadat yang ada di Desa Blimbing juga

masih kental sekali. Penulis juga menjelaskan kepercayaan masyarakat Islam dengan

tujuan masyarakat Islam di Desa Blimbing tidak salah pehaman tentang hal-hal yang

seperti itu.

3. Perilaku masyarakat Islam terhadap Punden

9

Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Bandung: CV.Diponorogo,2001), hlm.12.

10

(32)

22

Sebelum menjelaskan lebih lanjut, penulis menjelaskan arti dari perilaku.

Perilaku adalah suatu kegiatan manusia atau aktifitas organisme yang bersangkutan

yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.

Menurut Soekidjo perilaku adalah suatu aktifitas manusia itu sendiri. Menurut

Notoatmodjo, perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat

diamati dan bahkan bisa dipelajari. Secara umum menurut Sri Kusmiyati dan

Desminiarti, perilaku adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya untuk

memanifestasi.

Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah

kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan,

dan tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:11

a. Kepekaan Sosial

Kepekaan sosial adalah bisa dilakukan semenjak kecil pada anak-anak,

agar ketika dewasa peka terhadap lingkungan. Adapun yang berhak

menumbuhkan kepekaan sosial pada anak adalah orang tua. Namun semata orang

tua bukan penentunnya, karena lingkungan juga ikut andil. Ada beragam

kepekaan sosial yang penting ditanamkan semenjak dini, diantaranya berbagi

kepada orang lain, berani meminta maaf bila melakukan kesalahan, bersedia

membantu orang lain, kepekaan terhadap fisik agar tidak melakukan tindakan

yang menyakitkan, berani tanggung jawab dan lain-lain.

11

(33)

23

Kepekaan sosial adalah kemampuan manusia yang dapat menyesuaikan

perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah makhluk

sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerjasama dengan orang lain.

Perilaku manusia adalah situasional, adalah perilaku manusia akan berbeda pada

situasi yang berbeda.

Contohnya, ketika kita ta’ziyah (melayat), perilaku kita seperti orang mau

pesta dan tidak ada sopan santu kepada para tamu.

b. Kelangsungan perilaku

Kelangsungan perilaku adalah bahwa perilaku terjadi secara

berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi perilaku manusia tidak pernah

berhenti disuatu saat. Perilaku masa lalu merupakan persiapan untuk perilaku

kemudian dan perilaku kemudian kelanjutan dari perilaku sebelumnya.

Fase perkembangan manusia bukanlah suatu fase perkembangan yang

berdiri sendiri atau terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.

Contohnya, kita kuliah S1 lulus bekerja, nikah, mendapatkan keturunan, punya

usaha dan seterunya.

Kelangsungan perilaku adalah kebiasaan yang sering dilakukan dalam

kehidupan sehari-harinya. Contohnya ketika mahasiswa sekolah dan belajar tapi

ketika ujian mahasiswa itu mencontek temannya dan tidak ketahuan oleh gurunya

kemudian hasil ujiannya bagus dan bangga, dan sifat tersebut pun bagus dan

mudah yang akan dilakukan terus menerus oleh mahasiswa tersebut, perilaku

(34)

24

c. Orientasi pada tugas

Orientasi pada tugas adalah setiap perilaku manusia memiliki orientasi

pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin menuntut ilmu,

berorientasi untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian pula

individu yang bekerja, mereka berorientasi untuk menghasilkan sesuatu. Misal,

kita mahasiswa rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah agar bisa

menguasai pelajaran yang diajarkan.

Contoh, ketika kita sedang bekerja dan malam hari harus tidur

orientasinya, biar besok paginya bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

Seorang karyawan yang berkeja seharian penuh memerlukan waktu untuk istirahat,

makanan bergizi, dan berekreasi. Perilaku itu sebenarnya berorientasi pada tugas

dan harus dipenuhi agar individu dapat menghimpun tenaga dan energy kembali

sehingga dapat bekerja dengan semangat.

d. Usaha dan perjuangan

Usaha dan perjuangan manusia dapat ditentukan sendiri, serta tidak

memperjuangkan suatu yang tidak diinginkan. Jadi manusia itu punya inspirasi

yang ingin diperjuangkan, sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan

yang ada di alam saja.

Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita,

setiap manusia harus kerja keras demi kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup

manusia adalah usaha dan perjuangan. Misalnya, orang pengen kaya saja harus

(35)

25

e. Tiap individu manusia adalah unik

Unik disini adalah manusia dengan yang satu dan yang lain sangat beda,

dan tidak ada dua manusia yang sama di dunia ini, walaupun dilahirkan kembar.

Pasti watak, sifat, dan kepribadiannya pun beda.

Penulis menyimpulkan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden di desa

Blimbing Kebersamaan atau kerukunan sangat tinggi terbukti dengan adanya rambuk

desa setiap satu bulan sekali, pengajian rutin dan pada bulan syuro masyarakat

mengadakan ruwat desa, dengan mengadakan hajatan dan acara seperti itu dilakukan

di dua tempat yang pertama, masyarakat mengadakan dimasjid. Yang kedua, di

punden yaitu tempat keramat peninggalan leluhur. Sebelum ada acara seperti itu ada

lagi acara makan-makan bersama di punden, dan malam harinya baru mengadakan

acara karawitan atau wayang kulit.

Masyarakat setempat percaya bahwa Punden tersebut dapat membawa

keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat setempat. Oleh sebab itu masyarakat

setempat setiap tahun pada bulan suro melakukan ritual bersih desa dengan mengarak

sejumlah tumpeng menuju ke Punden. Masyarakat setempat percaya bahwa jika tidak

melakukan ritual-ritual tersebut akan membawa bencana atau malapetaka.12

Perilaku seperti ini hanyalah sebuah kehormatan, bukan termasuk musyrik,

seperti dalam Q.S Ar-Rumm ayat:31 yaitu:

ِبْيُِم

َةوَل صلااوُمْيِقَاَو ُ ْوُق تاَو ِهْيَلِا َنْي

َنيِكِرْشُمْلا َنِم اوُنوُكَت َاَو

12

(36)

26

Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertaqwala kepada-Nya serta laksanakan sholat, Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang musyrik.

Setiap ada acara ruwat desa pasti ada acara karawitan atau wayang kulit,

karena wayang kulit ada fungsinya dalam penyebaran agama Islam, wayang kulit

sangat digemari oleh seluruh masyarakat karena memiliki daya tarik yang tinggi atau

nilai seninya tersendiri didalam masyarakat. Dari lingkup kraton dahulu di daerah

pedesaan sehingga sangat aktif, sunan kalijaga salah satunya wali yang berperan

menyabarkan agama Islam dengan media wayang kulit. Wayang kulit termasuk seni

tradisional yang identik dengan zaman dahulu, leluhur desa Blimbing pasti sudah

mengenalnya dan acara seperti ini sudah turun menurun dari nenek moyang.

Masyarakat hanya meneruskan, menjaga dan mengembangkan adat istiadat

kepercayaan nenek moyang desa Blimbing. Dimana punden adalah tempat

peninggalan yang harus dirawat dan dijaga sebagai ucapan terima kasih kepada orang

yang membabat alas dan sekarang sebagai tempat tinggal masyarakat Blimbing.13

Tempat-tempat yang mustajabah yang di anggap bisa mengabulkan

permintaan pengunjung, sehingga benda atau makhluk hidup dimuliakan dan

diagungkan seperti halnya Tuhan. Menurut Syamsul Arifin dalam bukunya yang

berjudul “ Fenomenologi Agama “, di sana dijelaskan ada beberapa macam tempat

pemujaan, antara lain:

a. Punden

13

(37)

27

Punden menurut kamus besar indonesia adalah tempat yang dianggap

sebagai cikal bakal tempat masyarakat desa tempat keramat sesuatu yang

dihormati oleh masyarakat desa. Punden tidak harus dengan pohon tetapi banyak

juga bentuknya seperti punden berundak berbentuk ruangan dengan adanya

barang-barang seperti batu, kuburan dan benda-benda lainnya.

Punden adalah suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat

tertentu untuk melakukan pemujaan terhadap leluhurnya. Tempat-tempat seperti

ini biasannya dikenal sebagai tempat yang sangat mempunyai nilai sejarah, namun

tempat tersebut terkadang diabadikan pada suatu tempat tertentu, agar dapat

terpelihara dan dikenang oleh generasi selanjutnya dimasa akan datang.14 Seperti

halnya yang ada di Desa Blimbing, yakni adanya pandangan Masyarakat Islam

yang masih melakukan ritual di punden yang dianggap oleh masyarakat bisa

mengabulkan permintannya.

b. Makam

Suatu tempat yang digunakan oleh kaum Muslimin berkunjung dengan

tujuan untuk mengingat kematian. Namun tempat-tempat seperti itu disalah

gunakan oleh masyarakat tertentu yang digunakan untuk memohon atau meminta

pertolongan agar dikabulkan, bahkan ada yang meminta langsung pada roh-roh

orang yang sudah meninggal.15

Pengertian makam menurut kamjus besar indonesia adalah lubang dalam

tanah tempat penyimpanan mayat atau tempat penyimpanan jenazah. Contohnya,

14

Syamsul Arifin, Fenomenologi Agama( Jakarta:PT.GBI Pasuruan, 1996), hlm.26.

15

(38)

28

ketika ada pahlawan yang meninggal itu dmakamkan atau dikuburkan ditanah

atau kuburan.

c. Lautan

Suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat tertentu untuk

melakukan persembahan-persembahan. Seperti masyarakat yang tinggal

dipesisiran laut. Terkadang mereka menyiapkan beberapa persembahan. Seperti

meletakkan kepada kerbau diletakkan ditempayan, yang ditenggelamkan bersama

gelombang air laut.16

Menurut penulis perilaku masyarakat Islam terhadap punden disini adalah

tidak jauh dari yang ditas yang sudah dicantumkan oleh penulis, acara seperti itu

memang masih ada di Desa Blimbing dan begitupun di Desa-desa lainnya namun

tidak sekental yang di Desa Blimbing, seperti ada acara pernikahan pun harus

melakukan ritual yang dengan adat harus membawa sesajen ke punden sebelum

melakukan prosesi pernikahan dengan tujuan agar keluarganya tidak kena musibah

atau malapetaka.

B. MASYARAKAT ISLAM

1. Pengertian Masyarakat Islam

16

(39)

29

Sebelum penulis lebih lanjut membahas tentang masyarakat Islam, disini mau

menjelaskan pengertian dalam kata “ Masyarakat Islam “ secara umum yang

mempunyai dua unsur, yaitu: masyarakat dan Islam. Masyarakat adalah suatu

kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, telah hidup cukup lama, dan

tertata oleh aturan-aturan yang mengikatnya serta mempunyai tujuan yang sama

dalam mengatur pola kehidupannya.17 Masyarakat adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem dimana sebagian besar adalah antara individu-individu

yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang

tergantung dengan satu sama lain. Masyarakat adalah Inovasi. Inovasi adalah sebuah

proses pembaharuan dalam unsur kebudayaan masyarakat. Ada juga masyarakat

adalah sekelompok orang yang hidup bersama dengan satu tempat.

Islam adalah yang Rahmatan lil’alamin, Islam mengakui banyak agama dan

menghargai perbedaan agama, Islam memahami betul tentang perbedaan suku,

bangsa dan budaya.18 Islam adalah sumber kekuatan politik. Dan ini dibuktikan

dengan kenyataan sejarah, bahwa Islam digunakan sebagai dasar dan sumber

kekuataan di kerajaan Islam.

Adapun pilihan Islam sebagai dasar agama negara, karena Islam adalah agama

yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Jika Islam dijadikan minoritas,

maka tidak ada alasan dijadikan sebagai dasar negara.19

17

Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.36.

18

Alivermana Wiguna, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (CV.BudiUtama: Yogyakarta,2014),hlm226.

19

(40)

30

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir

zaman. Sedangkan Islam berasal dari kata Aslama, Yuslimu, Salamah, yang berarti

berserah diri. Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk dan bersih.20

pengertian Islam menurut Bahasa berasal dari kata aslama yang berakar dari kata

salama. Ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal kata Islam memeiliki

beberapa pengertian adalah Pertama berasal dari Salm yang berarti damai,

merupakan satu makna dan ciri dari Islam merupakan agama yang senantiasa

membawa umat manusia pada perdamaian. Kedua berasal dari kata Aslama yang

berarti menyerah, hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan

seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah

SWT, menyerahkan diri seperti kita melaksanakan perintahnya dan menjauhi

larangan-Nya. Ketiga berasal dari kata Istaslama-Mustaslimun yang berarti

penyerahan total kepada Allah, makna yang ini sebagai penguat makna yang kedua

karena sebagai seorang muslim semuanya benar-benar diminta untuk menyerahkan

seluruh jiwa raga serta harta apapun yang kita miliki hanya kepada Allah. Keempat

berasal dari kata Saliim yang berarti bersih dan suci, hal ini bisa ditunjukkan bahwa

Islam merupakan agama yang suci dan bersih yang mampu menjadikan para

pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkan

kepada kabahagian di dunia dan akhirat. Kelima berasal dari Salama yang berarti

selamat dan sejahtera, bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa

20

(41)

31

umat manusia pada keslamatan dan kesejahteraan. Menurut Istilah Islam adalah

ketundukan seorang hamba kepada wahyu ilahi yang diturunkan kepada para Nabi

dan Rasul khususnya Muhammad SAW guna sebagai pedoman hidup dan juga

sebagai aturan yang dapat membimbing umat manusia kejalan yang lurus menuju ke

bahagian dunia dan akhirat.

Islam adalah Dien yang Universal dan langgeng yang telah diturunkan oleh

Allah SWT kepada Rasul-Nya. Islam memiliki aturan-aturan yang mengatur

hubungan antar manusia, hubungan dengan RabbNya diatur dalam aqidah dan ibadah

sedangkan hubungan dengan manusia sendiri diatur oleh hukum-hukum akhlaq, serta

hubungan manusia lain diatur dengan hukum-hukum muamalat.21

Masyarakat Islam adalah terwujudnya hubungan persaudaraan antar ummat

Islam yang di dasarkan cinta kasih dan ketulusan. Tetapi, perlu disadari bahwa

hubungan seperti itu dibangun didalam masjid. Betapa tidak, umat Islam tidak pernah

berjumpa satu sama lain didalam rumah Allah, tentu semua perbedaan kedudukan,

kekayaan, dan status sosial akan menghalangi terjalinnya hubungan persaudaraan

yang tulus diantara mereka.

Terpenting harus ada di dalam sistem masyarakat Islam adalah menyebarnya

semangat kesetaraan dan keadilan didalam tubuh umat Islam sendiri, walaupun

mereka berasal dari strata sosial yang berbeda-beda.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam menurut penulis adalah

kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, yang telah hidup cukup lama

21

Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam (Jakarta:Gema Insani Press,1990),hlm11.

22

(42)

32

dan tertata oleh aturan-aturan, serta mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk

berserah diri kepada-Nya. Masyarakat Islam disini adalah ukhuwah yang terjalin

antara indvidu-individu yang terhimpun didalam masyarakat itu sendiri secara

meneyeluruh.

Ciri Masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat terdiri dari fondasi aqidah

yang mampu menghimpun individu-individunya sehingga menjadi salah satu ikatan

kokoh bagi kaum muslimin dengan hati yang bersatu padu diantara sesama mereka.

Seperti diatas Islam yang Rahmatan lil’alamin yaitu kasih sayang kepada seluruh

alam, termasuk menyayangi kepada siapa saja. Meskipun berbeda agama dan Nabi

Muhammadan kita itu di didik untuk memahami bahwa Allah memeberikan kasih

sayang di dunia ini kepada siapa saja. Islam agama yang Universal yaitu yang

mengungkap seluruh aspek kehidupan mengatur manusia di ciptakan menyatu dalam

tubuh dan diatur dengan cara mendetail.

2. Unsur-unsur Masyarakat

Sebelum membahas unsur-unsur masyarakat disini penulis akan menjelaskan

tentang masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan

istilah saling berinteraksi. Masyarakat istilah yang paling lazim dipakai untuk

menyebut satu kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam

bahasa sehari-hari itu dinamakan masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah

society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat

(43)

33

Adanya macam-macam wujud kesatuan manusia menyebabkan bahwa kita

memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan kesatuan manusia.23 Kecuali

istilah yang Lazim, yaitu masyarakat, ada istilah khusus yang merupakan

unsur-unsur dari masyarakat, yaitu:

a. Stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial adalah suatu masyarakat, yang mana di situ terdapat

orang lain hidup secara bersama-sama dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dan tujuan yang sama. Sedangkan kelompok atau masyarakat satu

dengan yang lain berbeda, mereka mempunyai ciri khusus yang melekat pada

masyarakat, yang mana ciri tersebut tidak dapat dimiliki oleh masyarakat lainnya.

Dengan adanya ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masyarakat, adalah

suatu usaha untuk membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat

lainnya. Dari ciri-ciri itulah yang membedakan dari masyarakat lainnya, dengan

tujuan untuk mempermudah dalam pengenalan.

b. Golongan sosial

Katagori sosial dan golongan sosial terkadang keduanya dianggap dengan

istilah yang sama, namun keduanya mempunyai makna yang berbeda. Golongan

sosial adalah suatu kesatuan manusia yang mempunyai tanda (simbol) tersendiri

sebagai suatu makhluk yang berciri khusus. Merupakan suatu kesatuan manusia

yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan

kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Golongan sosial adalah

23

(44)

34

karena adanya kesamaan identitas yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan

tersebut. Ciri lainnya kemungkinan besar terkait oleh kesamaan nilai, sistem

norma dan adan adat.

Dalam istilah lain disebut “ Golongan Tua “, disebabkan adanya kesamaan

identitas sebagai petani, pedagang dan usahawan. Selain identitas, juga ada suatu

ikatan norma, nilai dan adat istiadat yang telah berlaku disekitar mereka, dengan

adanya kesamaan tersebut, kemudian menjadi manusia berkumpul dan bersatu.

c. Kelompok dan Perkumpulan

Suatu kelompok atau group, merupakan suatu masyarakat karena

memenuhi syarat dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan

adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengantur interaksi, dengan adanya

kontinuitas. Organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan

dari individu pada masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar

lagi. Pada kelompok tersebut juga mempunyai beberapa ciri tambahan yakni,

organisasi dan sistem pimpinan, seperti yang dijelaskan berikut:24

1) Organisasi

Organisasi adalah berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk mengatur,

sehingga dapat membentuk setiap kelompok masyarakat yang mungkin

bergerak dengan rencana yang diinginkan.

2) Sistem Pimpinan

24

(45)

35

Mengenai sistem pimpinan, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak

masyarakat, bagaimana bisa menjadikan keadaan atau lingkungan menjadi

baik, serta bisa digunakan sebagai tempat berkumpul bersama-sama dengan

masyarakat lain yang membicakan hal yang penting untuk membangun dan

meningkatkan sarana pengembangan masyarakat.

Unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah

kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan

unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem

sosial. Yang diartikan sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal

balik antara individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya

dan tingkah laku individu-individu tersebut. Untuk mendapatkan gambaran yang

agak kedalam, keduan tersebut akan dibicarakan dibawah ini:25

a. Kedudukan (Status)

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu

kelompok sosial. Dan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum

dalam masyarakat dengan orang lain. Masyarakat biasanya mengembangkan dua

kedudukan diantaranya yaitu:

1) Ascribed Status, adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa

memeperhatikan perbedaan rohani dan kemampuan. Misalnya, kedudukan

anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.

25

(46)

36

2) Ascbieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oeleh seseorang dengan

usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan yang kedua ini diperoleh atas dasar

kelahiran. Misalnya, setiap seseorang pengen jadi hakim asalkan memenuhi

syaratnya.

b. Peranan (Role)

Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan maka dia dijalankan

sesuai peran. Perbedaan antara kedudukan dan peranan, peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Keduannya ini tidak dapat terpisah.

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur

sebagai berikut ini :

a. Beranggotakan minimal dua orang.

b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru

yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota

masyarakat.

d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan

satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Disini penulis mencantumkan unsur-unsur masyarakat, karena biar semua orang

tidak salah dengan arti masyarakat, masyarakat pun ada bedanya seperti, masyarakat

golongan, kelompok dan perkumpulan dan sebagainya. Menurut sosiologi ada

(47)

37

menjadi karyawan biasa, ketika kerjanya baik pastinya dia dinaikkan akan dijadikan

pimpinan atau buat contoh untuk karyawan lainnya, dan itu sudah dinamakan dia punya

kedudukan. Ketika sudah punya kedudukan seperti itu pasti kerjanya berjalan sesuai

dengan peran, ini semua yang dinamakan kedudukan dan peran. Keduanya tidak bisa

(48)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Desa Blimbing masih termasuk bagian dari Desa Kesamben, Desa Blimbing

yang dipimpin oleh lurah Moh Cholidi dan sistem pemerintahan Desa Blimbing berada

di bawah ruangan Desa Kesamben ( Blimbing ). Jumlah RW di Desa Blimbing ada

delapan RW, I, II, III, IV, V,VI, VII, dan VIII.

1. Kondisi Geografis

Sebelum terbentuknya Desa Blimbing menurut sesepuh aslinya hutan dan

rawa. Desa Blimbing terletak dibagian timur Kecamatan Kesamben Kabupaten

Jombang. Desanya di pinggiran sawah dan kali brantas, secara geografis Desa

Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang terdiri dari empat (4) Dusun,

yaitu Dusun Blimbing, Dusun Kedondong, Dusun Karangri, Dusun Prabon. Desa

Blimbing termasuk lumayan tidak padat dengan penduduknya dan sebagian yang lain

[image:48.595.86.515.267.538.2]

terdapat persawahan. Untuk mengetahui batas-batas Desa Blimbing bisa dilihat pada

tabel berikut:

Tabel I

Desa Blimbing, dengan batas-batas:

NO BATAS DESA DESA/KELURAHAN KECAMATAN

1. Sebelah Utara Sungai Brantas Gedeg

(49)

39

3. Sebelah Selatan Des Jombok Kesamben

4. Sebelah Barat Desa Wuluh Kesamben

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016

Desa Blimbing tidak lagi disebut dengan desa yang sepi melainkan yang

ramai. Berdasarkan monografi Desa Blimbing tahun 2014 luas wilayah Blimbing ini

secara keseluruhan adalah 319,500 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

[image:49.595.92.485.249.535.2]

berikut ini:

Tabel II

Gambar Wilayah Desa Blimbing

No Nama Lahan Jumlah

1 Luas Tanah Pertanian 210,430 Ha

2 Luas Tanah Kas Desa 22,000 Ha

3 Luas Pemukiman 57,020 Ha

4 Lain-lain 30,050 Ha

Jumlah 319,5000 Ha

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016

2. Kondisi Sosial Demografis

a. Jumlah Penduduk

Mengenai keadaan demografis Desa Blimbing, masyarakat Blimbing selalu

hidup rukun antara antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini bisa

dilihat melalui kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari. Adapaun dalam jumlah

penduduk Desa Blimbing terbagi menjadi 2 jenis dan untuk mengetahui jumlah

(50)

40

Tabel III

Jumlah Penduduk Menurut Jenisnya

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1. Laki-laki 2.538

2. Perempuan 2.609

JUMLAH 5.147

Dokumen Sekretaris Keluran Blimbing, tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa sebagian besar

masyarakat Blimbing yang berjenis laki-laki dan perempuan sama rata.

b. Komposisi Penduduk Tingkat Usia

Gambaran mengenai komposisi penduduk menurut usia disajikan pada

tabel IV berikut ini:

Tabel IV

Komposisi penduduk menurut Umur Desa Blimbing Kec.Kesamben Kab.Jombang

No. Golongan Umur Jumlah

1 Usia dibawah 5 tahun 412 Orang

2 Usia 5 – 12 tahun 702 Orang

3 Usia 13 – 18 tahun 304 Orang

4 Usia 19 – 50 tahun 2365 Orang

5 Usia diatas 50 tahun 1364 Orang

Jumlah 5147 Orang

Sumber Data : Dokumen Kantor Desa Blimbing tahun 2016

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menjadi indikator kemajuan daerah, karena jika

penduduk memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi maka akan lebih

menerima kemajuan dan upaya pengembangan daerahnya, untuk mendapatkan

[image:50.595.103.506.275.560.2]
(51)

41

Tabel V

Tingkat pendidikan penduduk Desa Blimbing

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Pra sekolah 250

2 Tamat SD/SMP/MTS 2955

3 Tamat SLTA 1652

4 Perguruan Tinggi 290

Jumlah 5147

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing.

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

di Desa Blimbing sudah cukup bagus dengan jumlah 50% lebih pernah

berpendidikan tingkat menengah SLTA. Karena terbatasnya sarana pendidikan di

Desa Blimbing, maka penduduk ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi

dengan sekolah di luar Desa atau luar Kecamatan dan Kabupaten demi

mendapatkan ilmu.

Sarana pendidikan yang ada di Desa Blimbing dapat dilihat pada tabel di

[image:51.595.111.512.157.644.2]

bawah ini:

Tabel VI

Jumlah Sarana Pendidikan Desa Blimbing

No. Saran Pendidikan Jumlah

1 Paud 1

2 TK/RA 2

3 SD/MI 3

4 TPQ/TPA 9

Jumlah Keseluruhan 15

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah sarana di

(52)

42

d. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Blimbing

Masyarakat Desa Blimbing termasuk kategori menengah ke bawah.

Mereka semua berusaha menggunakan semua sarana yang ada untuk berproduksi

guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, da yang bekerja sebagai buruh /

swasta, wirausaha, dan pedagang.

Sebagai layaknya suatu Desa Blimbing juga mempunyai organisasi

pemerinahan, sedangkan orang-orang yang duduk di dalamnya disebut perangkat

Desa, yaitu terdiri dari kepala Desa, sekretariat Desa dan dibantu oleh Kepala

urusan Desa, Kepala Desa Rukun Warga Desa dan kepala rukun tetangga.

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Desa Blimbing dapat dilihat

di tabel bawah:

Tabel VII

Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 150

2 Buruh Tani 282

3 Pedagang 150

4 Wiraswasta 1000

5 Wirausaha 200

6 PNS 50

7 TNI/Polri 10

8 Pensiunan 200

9 Belum Bekerja 3105

Jumlah 5147

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Dari data yang ada mengatakan bahwa Desa Blimbing kebanyakan sudah

menjadi kepala keluarga, tetapi didalam kehidupan masih ada juga tinggi rendahnya

[image:52.595.110.511.233.630.2]
(53)

43

[image:53.595.97.516.138.538.2]

Bisa dilahat tingkat kesejahteraan masyarakat Blimbing ditabel bawah:

Tabel VIII

Tingkat kesejahteraan

No. Kesejahteraan Jumlah

1 Kepala keluarga 1705

2 Keluarga Prasejahtera 305 3 Keluarga Sejahtera I 356 4 Keluarga Sejahtera II 514 5 Keluarga Sejahtera III 530

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Dari tabel tingakat kesejahtera diatas kebanyakan masyarakat yang

menjadi kepala keluarga, tetapi ada keluarga prasejahtera maksudnya keluarga

yang tidak mampu, keluarga sejahtera I dari keluarga yang sedang tidak kaya

dan tidak miskin, keluarga sejahtera II dari keluarga yang mampu tapi semuanya

pas-pasan, keluarga sejahtera III dari keluarga yang mampu atau berkecukupan

(kaya).

e. Kondisi keagamaan

Dari data yang ada menyebutkan desa Blimbing mayoritas penduduknya

beragama Islam. Adapun kegiatan yang ada di Desa Blimbing yaitu : yasinan,

yang diadakan ole

Gambar

tabel berikut:
  Tabel II Gambar Wilayah Desa Blimbing
Gambaran mengenai komposisi penduduk menurut usia disajikan pada
Tabel VI Jumlah Sarana Pendidikan Desa Blimbing
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi masyarakat Batak pada saat itu tidak memiliki seni pertunjukan, kecuali yang menyatu dalam upacara dan yang mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakatnya..

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran matematika menggunakan model TAI ( Team Assisted Individualizaion ) bernantuan CD interaktif pada siswa

Namun diagram yang dilakukan oleh puskesmas Cigeureung Kota Tasikmalaya adalah mereka tidak lagi menggunakan kertas untuk dibawa pasien ke tiap bagian karena data data semua

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

(1) Sesuai dengan permohonannya, kepada Perusahaan Kawasan Industri yang sudah memperoleh izin usaha Kawasan Industri dapat diberikan Hak Guna Bangunan Induk

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kafe Dalan telah membuat laporan keuangan berupa Laporan Laba Rugi, namun mereka belum

Budiasa, dalam Jurnal Ilmiah Indonesia (2011: 227-238), meneliti tentang Struktur Semantis Verba yang Bermakna Memotong dalam Bahasa