• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM WAJIB BACA TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK SDN TANDES LOR SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROGRAM WAJIB BACA TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK SDN TANDES LOR SURABAYA."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM WAJIB BACA

TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI PESERTA DIDIK SDN TANDES LOR SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

LAILI MAWARDI

NIM. D01213021

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACT

Mawardi,Laili. 2017. The Effect of Compulsory Reading Programme to Students Learning Outcomes Of Islamic Religiuos and Moral Education Tandes Lor Surabaya Public Elementary School. Thesis. Islamic Religious Education Courses. Tarbiyah and Teacher Training Faculty. Sunan Ampel Surabaya University.

Adviser : (1) Drs. Sutikno, M.Pd.I , (2) M.Faizin, M.Pd.I

Key word : Compulsory, Reading Programme, Learning Outcomes, Islamic Religiuos and Moral Education

Compulsory Reading Programme is a breakthrough, announced by the Surabaya Education Department, in order to support the realization of Surabaya as the City Literacy, with the aim that children, especially in the city of Surabaya cultured reading, writing and thinking from an early age.

The outcomes of learning islamic religious and moral education to change the behavior in the form of knowledge, skills, attitudes of learners that are the result or a learning process that is expressed in the form of numbers, letters, symbols, and others which are evidence and success of learners in subjects islamic religious and moral education.

The purpose of this study to determine Compulsory Reading Programme in Tandes Lor Surabaya Public Elementary School, to determine the outcomes of students learning islamic religiuos and moral education, and to determine the effect or not for Compulsory Reading Programme to students learning outcomes of islamic religiuos and moral education Tandes Lor Surabaya public elementary school.

This study was done on January 03 until January 23, 2017 to the following activities Compulsory Reading Programme second semester of the fourth grade SDN Tandes Lor Surabaya. In this study using research methodology: 1. Approach This research is a quantitative approach, 2. Source: Library research and field research, 3. Data collection techniques: observation, interviews, questionnaires and documentation, 4. Data analysis: Linear Regression.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Penelitian Terdahulu... 11

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 13

H. Sistematika Pembahasan... 15

(8)

A. Tinjauan Tentang Program Wajib Baca ... 18

1. Definisi Program Wajib Baca ... 18

2. Unsur-Unsur Program Wajib Baca ... 23

3. Jenis-Jenis Kegiatan Program Wajib Baca ... 38

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 49

1. Definisi Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 49

2. Faktor-Faktor Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 55

3. Indikator Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 73

4. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti... 75

C. Pengaruh Program Wajib Baca Terhadap Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 79

D. Hipotesis ... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 85

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 85

1. Jenis Penelitian ... 85

2. Rancangan Penelitian ... 86

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 88

1. Variabel ... 88

2. Indikator ... 88

3. Instrumen Penelitiian ... 91

C. Populasi dan Sampel ... 91

1. Populasi ... 91

2. Sampel ... 92

D. Teknik Pengumpulan Data ... 94

E. Teknik Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 102

(9)

1. Identitas SDN Tandes Lor Surabaya ... 102

2. Sejarah Berdirinya SDN Tandes Lor Surabaya ... 102

3. Visi, Misi dan Tujuan SDN Tandes Lor Surabaya ... 104

4. Struktur Organisasi SDN Tandes Lor Surabaya ... 105

5. Keadaan Peserta Didik, Guru dan Karyawan SDN Tandes Lor Surabaya ... 106

6. Sarana dan Prasarana di SDN Tandes Lor Surabaya ... 109

B. Penyajian dan Analisis Data ... 112

1. Penyajian Data... 112

a. Program Wajib Baca di SDN Tandes Lor Surabaya ... 112

b. Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN Tandes Lor Surabaya ... 120

2. Analisis Data ... 124

a. Analisis Data Tentang Program Wajib Baca di SDN Tandes Lor Surabaya ... 124

b. Analisis Data Tentang Hasil Belajar Peserta Didik SDN Tandes Lor Surabaya ... 138

c. Analisis Data Pengaruh Program Wajib Baca Terhadap Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN Tandes Lor Surabaya ... 141

BAB V PENUTUP ... 163

A. Simpulan ... 163

B. Saran ... 164

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Jenis dan Indikator Hasil Belajar ... 73

Tabel 3.1: Jumlah Populasi Penelitian ... 92

Tabel 3.2: Tabel Interpretasi r product moment ... 101

Tabel 4.1: Struktur Organisasi SDN Tandes Lor Surabaya ... 106

Tabel 4.2: Jumlah Peserta Didik SDN Tandes Lor ... 106

Tabel 4.3: Keadaan Guru, Staff, Jabatan dan Mata Pelajaran ... 107

Tabel 4.4: Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Tandes Lor Surabaya ... 111

Tabel 4.5: Jadwal Program Wajib Baca SDN Tandes Lor Surabaya ... 113

Tabel 4.6: Profil Perpustakaan SDN Tandes Lor Surabaya ... 116

Tabel 4.7:Daftar Pengunjung dan Peminjam Perpustakaan ... 119

Tabel 4.8:Rekapitulasi angka tentang Program Wajib Baca ... 124

Tabel 4.9: Persentase sudut baca di SDN Tandes Lor Surabaya ... 126

Tabel 4.10: Persentase kegiatan SSR di SDN Tandes Lor Surabaya ... 127

Tabel 4.11: Persentase judul buku yang dibaca ketika SSR... 127

Tabel 4.12:Persentase kegiatan belajar membaca... 128

Tabel 4.13:Persentase kegiatan “Lomba Tantangan Membaca” ... 129

Tabel 4.14:Persentase jumlah buku yang dibaca dalam kegiatan “Lomba Tantangan Membaca” ... 129

(11)

Tabel 4.16: Persentase kegiatan tinjauan buku ... 131

Tabel 4.17:Persentase kemampuan story telling ... 131

Tabel 4.18:Persentase kegiatan mendongeng ... 132

Tabel 4.19:Persentase kegiatan keterampilan ... 133

Tabel 4.20: Persentase kegiatan menulis karya tulis ... 133

Tabel 4.21:Persentase karya tulis yang ditempelkan ... 134

Tabel 4.22: Persentase kartu / buku prestasi membaca ... 135

Tabel 4.23 :Persentase keaktifan mengerjakan tugas ... 136

Tabel 4.24:Rekapitulasi Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti ... 138

Tabel 4.25: Skor Program Wajib Baca& Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti... 142

Tabel 4.26: Tabel persiapan untuk menghitung persamaan regresi dan korelasi sederhana ... 143

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Angket

Lampiran 2 : Item-item wawancara

Lampiran 3 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 6 : Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 : Foto Program Wajib Baca SDN Tandes Lor Surabaya

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu aktifitas penting dalam kehidupan

sehari-hari. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada

kemampuan dan kesadaran dalam membaca. Membaca adalah perintah

pertama dan utama bagi umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW.

Perintah membaca seperti yang terdapat di dalam Surah Al-„Alaq

tentu tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, akan tetapi

perintah membaca bersifat universal yang ditujukan kepada seluruh umat

manusia. Membaca sebagai suatu ajaran agama dapat memberikan

manfaat dan keutamaan bagi seseorang di dalam kehidupannya.

Sebagaimana yang ditunjukkan dalam Surah Al-„Alaq bahwa dengan

membaca akan memberikan pengetahuan yang sebelumnya tidak

diketahui. Dengan membaca seseorang akan bertambah pengetahuannya.1

Ibrahim Bafadal mengutip pendapat Marksheffel mendefinisikan

membaca merupakan kegiatan kompleks dan disengaja, dalam hal ini

berupa proses berpikir yang di dalamnya terdiri dari pelbagai aksi berpikir

yang bekerja secara terpadu mengarah kepada satu tujuan yaitu

1

(14)

2

memahamimana paparan tertulis secara keseluruhan. Aksi-aksi pada

waktu membaca tersebut berupamemperoleh pengetahuan dari

simbol-simbol huruf atau gambar yang diamati, pemecahan masalah-masalah

yang timbul serta menginterprestasikan simbul-simbul huruf atau

gambar-gambar, dan sebagainya.2

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif

antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca

memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin

meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab

tantangan hidup pada masa-masa mendatang.3

Membaca dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan suatu

Negara, Negara dengan tingkat budaya baca yang tinggi akan

menghasilkan penduduk yang kaya akan ilmu pengetahuan. Namun,

Negara Indonesia belum bisa berbangga diri, karena menurut survei yang

dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA)4 meneliti negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation (OECD)5 mengenai kemampuan membaca untuk mengukur

2

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), h.193.

3

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),h.1.

4

PISA merupakan studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Tujuan keikutsertaan dalam studi ini untuk membandingkan kemampuan siswa Indonesia dengan siswa Negara lain peserta studi ini.

5

(15)

3

tingkat pengetahuan dan keterampilan anak usia 14-15 tahun (usia akhir

wajib belajar) sebelum dewasa. Dalam tiga penelitian PISA, Indonesia

selalu ikut serta. Hasil penelitian terakhir (2003), dari 40 negara, Indonesia

berada di peringkat terbawah dalam kemampuan membaca. Tiga besar

teratas diduduki oleh Finlandia, Korea dan Kanada.6

Menurut survei PERC (Political and Economic Risk Consultant)

kualitas pendidikan di Indonesia berada pada uruta ke-12 dari 12 negara di

Asia dan posisi Indonesia berada dibawah Vietnam. Hal ini sejalan dengan

hasil studi perbandingan dari PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study)7 pada tahun 2006, bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca siswa kelas IV Indonesia (405) berada signifikan dibawah

rata-rata internasional (500), Indonesia berada pada posisi 41 dari 45 negara

(negara bagian) peserta.8

Pada tahun 2011, UNESCO merilis hasil survei budaya membaca

terhadap penduduk di negara-negara ASEAN. Budaya membaca di

Indonesia berada pada peringkat paling rendah dengan nilai 0,001.

Artinya, dari sekitar seribu penduduk Indonesia, hanya satu yang memiliki

6 Bonaventura Suprapto, “Surbaya Kota Literasi”, diakses dari

www.jawapos.com , pada tanggal 09 Juli 2016 pukul 18:36.

7

PIRLS adalah studi international tentang literasi membaca untuk siswa sekolah dasar. Studi ini dikoordinasi oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement).

8

(16)

4

budaya membaca tinggi.9 Hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa

warga Indonesia kurang menyukai kegiatan membaca.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa sebanyak 91,68% penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih

menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66% yang menyukai

membaca surat kabar, buku atau majalah. Konsumsi surat kabar di

Indonesia dengan pembacanya 1 berbanding 45 (1:45). Tentu rasio antara

konsumsi satu surat kabar dengan jumlah pembaca di Indonesia sudah

sangat tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Negara-negara lain,

bahkan sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti

Filipina yang tingkat perbandingannya sudah mencapai 1:30. Idealnya satu

surat kabar dibaca oleh 10 orang atau dengan rasio 1:10.10

Ikatan Penerbit Buku (IKAPI) berdasar data pada tahun 2013

menyebutkan, Indonesia hanya menerbitkan sekitar 24.000 judul per tahun

dengan rata-rata cetak 3.000 eksemplar per judul. Dalam setahun,

Indonesia hanya menghasilkan sekitar 72 juta buku. Dibandingkan dengan

jumlah penduduk Indonesia yang menjapai 240 juta jiwa, berarti satu buku

9 Ilham Nur Triatma,”Minat Baca Pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Delegan 2

Prambanan Sleman Yogyakarta”tahun 201, E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan, Vol. V No. 6 tahun 2016, h.167

10

(17)

5

rata-rata dibaca oleh tiga hingga empat orang. Sementara UNESCO

menstandarkan idealnya satu orang membaca tujuh judul buku per tahun.11

Melihat keadaan Indonesia yang minim dalam membaca, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia tahun 2014,

Anies Baswedan telah mengeluarkan peraturan Mendikbud Nomor 23

Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Salah satu butir yang diatur

dalam Permendikbud itu adalah gerakan membaca 15 menit buku non

akademika sebelum jam pelajaran dimulai. Gerakan ini sudah hampir

dimulai di seluruh sekolah di Indonesia. Dan pada tahun 2016, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan gerakan

membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai akan terlaksana di seluruh

sekolah di Indonesia.12

Sejalan dengan Mendikbud Anies Baswedan, Walikota Surabaya,

Tri Rismaharini telah terlebih dahulu mencanangkan Kota Surabaya

sebagai kota literasi. Bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan

Nasional dan Hari Otonomi Daerah di halaman Taman Surya, Jumat, 02

Mei 2014 Ibu Walikota mengatakan pencanangan ini merupakan wujud

dari dukungan Pemkot Surabaya terhadap tema peringatan Hardiknas 2014

11

Riap Windhu,”Bacalah Buku,Jadilah Penjual Sukses!”, diakses dari m.kompasiana.com pada tanggal 24 Desember 2016 pukul 07.45.

12 Supriano,“

(18)

6

yang diusung pemerintah yakni “Pendidikan untuk Peradaban Indonesia

yang Unggul”. Ibu Risma mengatakan disela-sela acara deklarasi tersebut:

“Perwujudan kota literasi juga menjadi bagian dari komitmen saya

untuk tidak hanya fokus dalam membangun infrastruktur, tetapi juga fokus pada indeks pembangunan manusia di Surabaya. Selama beberapa tahun terakhir, Pemkot Surabaya telah mendorong anak-anak di Surabaya untuk rajin membaca yakni dengan cara memperbanyak fasilitas perpustakaan dan taman bacaan. Dengan banyak membaca, anak-anak di Surabaya berarti telah membekali dirinya sendiri untuk siap menyongsong masa depan dan peradaban lebih unggul. Dengan banyak membaca, rasa keingintahuan mereka akan tumbuh. Dari situ akhirnya akan muncul kreativitas yang besar, Itu yang kami dorong. Sesuai pengalaman keberadaan taman bacaan ternyata berdampak pada pembangunan manusia. Beberapa

anak bisa menjadi juara kelas dan juara di bidang lainnya.”

Pemerintah kota Surabaya selama ini memang memiliki komitmen

untuk mennghidupkan budaya membaca di masyarakat, terbukti hingga

saat ini sudah ada 972 taman bacaan. Dan untuk lingkungan sekolah,

sudah mencapai lebih 50 persen. Deklarasi Surabaya kota literasi juga

diikuti oleh perwakilan siswa-siswi, mereka membacakan ikrar antara lain

siap menyukseskan Surabaya sebagai kota literasi, siap melakukan

kegiatan literasi dengan membaca dan menulis setiap hari di sekolah, serta

siap belajar tekun dan sungguh-sungguh demi kemajuan bangsa.13

Setelah deklarasi tersebut, semua sekolah di Surabaya mulai

SD,SMP, SMA diwajibkan untuk mengadakan Program Wajib Baca di

13 Abdul Hakim, “Surabaya Deklarasikan Sebagai Kota Literasi”, diakses di

(19)

7

sekolah masing-masing. Program ini bisa disebut juga dengan Kurikulum

Wajib Baca (KWB).

Program secara bahasa adalah rancangan mengenai asas serta

usaha. Program dapat didefinisikan sebagai cara yang disahkan untuk

mencapai tujuan dimana melalui hal tersebut bentuk rencana akan lebih

terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan demi tercapainya

kegiatan pelaksanaan, karena di dalam program tersebut telah dimuat

berbagai aspek yang harus dijalankan atau diilaksanakan agar tujuan

program itu sendiri dapat tercapai.

Wajib secara etimologi adalah tetap. Sedangkan secara terminologi

wajib adalah hukum yang memiliki sifat mesti (tidak boleh tidak)

dilakukan.14 Wajib, dalam program ini dimaksudkan supaya semua

sekolah bisa melaksanakan program tanpa terkecuali.

Baca, merupakan kata dasar membaca yang berarti melihat serta

memahami dari apa yang tertulis.15 Membaca adalah alat untuk belajar dan

memperoleh informasi serta dengan membaca seseorang dapat memenuhi

kebutuhannya.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Program Wajib Baca adalah suatu

rancangan serta usaha yang harus dilaksanakan serta dilakukan secara

14

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah,2014), h.45.

15

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,2002), h.1077.

16

(20)

8

berkelanjutan (Continue) oleh setiap sekolah dalam kegiatan membaca guna mencapai tujuan pendidikan.

Program Wajib Baca dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan diluar kegiatan pembelajran. Sehingga dengan

adanya program ini peserta didik memperoleh banyak ilmu pengetahuan

dan dapat membantu pembelajaran. Indikator Program Wajib Baca dapat

membantu pembelajaran yakni peserta didik memperoleh hasil belajar

yang memuaskan pada mata pelajaran tertentu.

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata

yakni “Hasil” dan “Belajar”.Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat,

dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha. Belajar adalah usaha memperoleh

kepandaian atau ilmu.

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.17 Hasil belajar adalah

sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar18 Oemar

Hamalik memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati

dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

17

Wardhani, Igak, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Universitas Terbuka 2007), h.50.

18

(21)

9

tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.19

Mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran

mengenai pendidikan islam di sekolah-sekolah umum. Berbeda dengan

sekolah-sekolah yang dengan latar belakang islam, dimana mata pelajaran

PAI dibagi menjadi beberapa jenisnya seperti Akidah Akhlaq, Al-Quran

Hadis, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Fiqh. Di

sekolah-sekolah umum materi PAI dijadikan satu mata pelajaran yang disebut

dengan PAI dan Budi Pekerti.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, peneliti

ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Program Wajib Baca

terhadap Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN Tandes

Lor Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang diatas, maka dapat dipaparkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Program Wajib Baca di SDN Tandes Lor

Surabaya?

19

(22)

10

2. Bagaimana hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik SDN

Tandes Lor Surabaya?

3. Apakah ada pengaruh program wajib baca terhadap hasil belajar PAI

dan Budi Pekerti peserta didik SDN Tandes Lor Surabaya?

C. Tujuan

Tujuan dalam penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Untuk mengetahui penerapan Program Wajib Baca di SDN Tandes

Lor Surabaya.

2. Untuk mengetahui hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik

SDN Tandes Lor Surabaya

3. Untuk mengetahui Pengaruh Program Wajib Baca terhadap hasil

belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik SDN Tandes Lor

Surabaya

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dalam

pengembangan teori pendidikan maupun bagi penyelenggaraan pengajaran

di SDN Tandes Lor Surabaya. Secara rincian dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai Pengaruh

(23)

11

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Peserta didik

Program Wajib Baca ini diharapkan dapat membantu peserta didik

dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar PAI

dan Budi Pekerti yang memuaskan.

b. Guru

Sebagai tambahan masukan dalam proses belajar mengajar bagi

guru, dengan adanya Program Wajib Baca ini maka dapat

membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

c. Peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang

banyak terkait Program Wajib Baca dan dapat menerapkannya

dalam masa mendatang sebagai upaya untuk mengajak peserta

didik gemar membaca.

d. Umum

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk

penelitian yang lebih lanjut.

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, tidak

(24)

12

Wajib Baca terhadap Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Peserta Didik

SDN Tandes Lor Surabaya. Hanya saja peneliti menemukan beberapa

skripsi yang membahasas tentang pengaruh minat baca terhadap prestasi

belajar yang memiliki kajian yang sama.

Pada penelitian tahun 2010 mengenai minat baca adalah “Pengaruh

Minat Baca terhadap Prestasi Belajar Siswa di MA Abadiyah Gabus Pati

Kelas XI”. Yang ditulis oleh Nur Ma’arif, mahasiswa Fakultas Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian tersebut dijelaskan

bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh minat baca terhadap prestasi

belajar siswa adalah cukup mempengaruhi.

Terbukti dengan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti,

hubungan antara minat baca dan prestasi belajar menunjukkan besar

indeks korelasi sebesar 0,636 yang diinterpretasikan bahwa antara minat

baca dan prestasi belajar memiliki hubungan sedang / cukup

mempengaruhi.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar pembahasan lebih terfokus pada masalah, maka perlu diberi

arahan yang jelas terhadap masalah yang hendak dibahas dalam penelitian

ini yaitu:

1. Penelitian ini membicarakan tentang pengaruh Program Wajib Baca

(25)

13

2. Penelitian ini membatasi Program Wajib Baca pada kegiatan yang

dilakukan di SDN Tandes Lor Surabaya.

3. Peserta didik yang dimaksud adalah seluruh peserta didik kelas IV

yang ada di SDN Tandes Lor Surabaya.

4. Kesimpulan hasil penelitian ini hanya berlaku di SDN Tandes Lor

Surabaya, jika diterapkan di Sekolah lain adalah yang memiliki

kesamaan sesuai dengan penelitian ini.

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami judul skripsi ini,

maka peneliti memaparkan pokok-pokok istilah yang dianggap penting

dalam judul, diantaranya:

1. Pengaruh

Adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan

atau pembaruan dalam tingkah laku dan atau kecakapan.20 Yang

dimaksud pengaruh dalam skripsi ini adalah adanya proses yang

timbul dari Program Wajib Baca yang dapat mempengaruhi hasil

belajar peserta didik.

2. Program Wajib Baca

Program Wajib Baca adalah suatu rancangan serta usaha yang

harus dilakukan dan dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)

20

(26)

14

oleh setiap sekolah dalam kegiatan membaca guna mencapai tujuan

pendidikan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah ia menerima pengalaman belajarnnya.21

4. PAI dan Budi Pekerti

Pendidikan agama islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).22

Sedangkan pengertian pendidikan islam secara formal dalam

kurikulum berbasis kompetensi dikatakan bahwa:23 Pendidikan agama

islam adalah upaya dasar terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan agama islam dari

sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan.

Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

masyarakat hingga terwujudnya ke-satuan dan persatuan bangsa.

21

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.22.

22

Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 80.

23

(27)

15

Dari pengertian Pendidikan Agama Islam diatas pada dasarnya

saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar

peserta didik dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari

pengamalan agama, berakhlak mulia dan berkepribadian utama,

berwatak sesuai agama islam.24

Pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti adalah sama dengan mata pelajaran Agama Islam pada

umumnya. Hanya penyebutannya saja yang berbeda karena adanya

budi pekerti, perbedaan nama tersebut mengikuti pergantian

kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kandungan dan isi

materinya pun sama dengan materi yang ada dalam mata pelajaran

pendidikan agama islam.25

Berdasarkan penjelasan definisi istilah diatas maka yang dimaksud

dengan judul “Pengaruh Program Wajib Baca terhadap hasil belajar

PAI dan Budi Pekerti peserta didik SDN Tandes Lor Surabaya”

adalah bagaimana Program Wajib Baca berjalan dan bagaimana

pengaruhnya terhadap hasil belajar PAI dan Budi Pekerti.

H. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan yang terdapat dalam laporan

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

24

Ibid., 75.

25

(28)

16

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian

terdahulu, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi istilah atau

definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II Landasan Teori yang terdiri dari tiga sub bab, yakni bagian

pertama mencakup tinjauan tentang Program Wajib Baca yang didalamnya

membahas tentang definisi Program Wajib Baca, unsur- unsur Program

Wajib Baca dan jenis-jenis kegiatan Program Wajib Baca. Sub bab kedua

mencakup tinjauan tentang hasil belajar yang didalamnya membahas

tentang definisi hasil belajar PAI dan Budi Pekerti, faktor-faktor yang

terkait dengan hasil belajar PAI dan Budi Pekerti, Indikator hasil belajar

PAI dan Budi Pekerti, dan karakteristik perubahan hasil belajar PAI dan

Budi Pekerti. Sub bab ketiga mencakup pengaruh Program Wajib Baca

terhadap hasil belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik di SDN Tandes

Lor Surabaya. Dan sub bab keempat membahas tentang Hipotesis

Penelitian.

BAB III Metodogi Penelitian terbagi atas beberapa sub bab. Sub

bab pertama membahas jenis dan rancangan penelitian. Sub bab kedua

membahas variabel, indikator, dan instrumen penelitian. Sub bab ketiga

(29)

17

pengumpulan data. Dan sub bab yang kelima membahas teknik analisa

data.

BAB IV Hasil Penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang hasil

penelitian yang meliputi sub bab pertama, yaitu: gambaran umum obyek

penelitian yang meliputi identitas sekolah, sejarah berdirinya SDN Tandes

Lor Surabaya, Visi Misi dan Tujuan SDN Tandes Lor Surabaya, Struktur

Organisasi SDN Tandes Lor Surabaya, Kondisi peserta didik, guru dan

karyawan SDN Tandes Lor Surabaya serta sarana dan prasarana di SDN

Tandes Lor Surabaya. Sub bab kedua berisi penyajian dan analisa data

mengenai Program Wajib Baca dan Hasil Belajar peserta didik di SDN

Tandes Lor Surabaya.

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Program Wajib Baca 1. Definisi Program Wajib Baca

Program berasal dari bahasa inggris Programme yang artinya rencana atau rancangan.26 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) mendefinisikan program merupakan suatu

rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan,

perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.27

Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha. Program

dapat didefinisikan sebagai cara yang disahkan untuk mencapai tujuan

dimana melalui hal tersebut bentuk rencana akan lebih terorganisir dan

lebih mudah untuk dioperasionalkan demi tercapainya kegiatan

pelaksanaan, karena di dalam program tersebut telah dimuat berbagai

aspek yang harus dijalankan atau diilaksanakan agar tujuan program

itu sendiri dapat tercapai.

Wajib secara etimologi adalah tetap. Sedangkan secara terminologi

wajib adalah hukum yang memiliki sifat mesti (tidak boleh tidak)

dilakukan.28 Wajib, dalam program ini dimaksudkan supaya semua

26

Google translate.com

27

KBBI.web.id

28

(31)

19

sekolah bisa melaksanakan program tanpa terkecuali. Baca, merupakan

kata dasar membaca yang berarti melihat serta memahami dari apa

yang tertulis.29

Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara

kritis- kraetif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman

yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap

keadaan, nilai fungsi, dan dampak bacaan itu.30

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Program Wajib Baca adalah suatu

rancangan serta usaha yang harus dilaksanakan serta dilakukan secara

berkelanjutan (Continue) oleh setiap sekolah dalam kegiatan membaca guna mencapai tujuan pendidikan.

Program Wajib Baca merupakan salah satu bagian dari Gerakan

Literasi Sekolah (GLS). Gerakan literasi sekolah yang sudah

dicanangkan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

Republik Indoneisa 2014, Anies Baswedan, pada bulan Agustus 2015

lalu. Gerakan Literasi Sekolah diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) Nomor 21 Tahun

2015. Gerakan ini bertujuan untuk memupuk kebiasaan dan motivasi

membaca siswa agar mampu menumbuhkan budi pekertinya melalui

buku bacaan. Tidak cukup hanya membaca, siswa juga dibiasakan

29

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), h.1077.

30

(32)

20

untuk menulis dengan meringkas, menceritakan ulang maupun

mengembangkan cerita yang akan mengasah kreativitas mereka.31

Sebelum Mendikbud mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) Surabaya sudah terlebih dahulu mendeklarasikan sebagai Kota

Literasi pada tahun 2014 yang langsung disampaikan oleh Walikota

Surabaya, ibu Tri Rismaharini pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei

2014. Deklarasi “Surabaya Kota Literasi “bertujuan untuk

menumbuhkan budaya literasi (membaca dan menulis) sebagai bentuk

peningkatan pendidikan masyarakat yang akan mampu mengentaskan

masalah kemiskinan. Kebijakan tegas pun diambil dengan

memasukkan budaya literasi kedalam kurikulum-13 yang wajib

diterapkan disekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA.32

Untuk mendukung program Surabaya Kota Literasi banyak

kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukungnya, adapun

Program literasi yang dilakukan di sekolah berbagai macam

bentuknya, antara lain tantangan membaca, seminar dan workshop

tentang membaca, membagikan buku bacaan gratis kepada 1000

sekolah, one child one book (OCOB), Reading Contest (Speed/ Comprehension reading), Meet and Author, Reading award,

perpustakaan kelas, Story telling competition, Book expo, Share and

31

Moh.Mursyid, ed. Membumikan Gerakan Literasi di Sekolah, (Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata, 2016),h.43.

32

(33)

21

story, Let’s write our own story, dan Program membaca rutin di

sekolah atau disebut juga dengan Program Wajib Baca.33Ada beberapa

sekolah yang menyebut Program Wajib Baca dengan Kurikulum Wajib

Baca (KWB).

Membaca dalam Program Wajib Baca, tidak diartikan dalam

konteks yang sempit yakni membaca dengan membawa buku saja,

tetapi segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan

kebiasaan untuk gemar membaca dan memberikan pemahaman

terhadap peserta didik mengenai pentingnya membaca. Di dalam

Program Wajib Baca, semua kegitan dilakukan dengan suasana yang

menyenangkan sehingga kegiatan peserta didik tidak merasa bosan

saat Program Wajib Baca dilaksanakan. Selain itu, bermanfaat juga

untuk menumbuhkan mainset bahwa kegiatan membaca itu tidak membosankan bahkan menyenangkan.

Program Wajib Baca adalah suatu terobosan yang dicanangkan

oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, guna mendukung terwujudnya

Surabaya sebagai Kota Literasi, dengan tujuan agar anak-anak

khususnya di Kota Surabaya berbudaya baca, tulis dan berfikir sejak

dini. Program Wajib Baca ini sebagai penerapan kegiatan membaca

yang harus dilakukan oleh siswa dan guru dalam waktu tertentu, yaitu

33

(34)

22

mengambil minimal satu jam pelajaran setiap minggu (35 menit).

Kegiatan ini sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dan sangat

bermanfaat untuk menambah wawasan siswa, pembendaharaan kata,

melatih menulis, serta menumbuhkan minat baca sejak dini.34

Program Wajib Baca dilaksanakan untuk membudayakan siswa

senantiasa mengunjungi perpustakaan, terutama pada jam pelajaran.

Jadi secara rutin semua siswa mendapat jadwal kunjungan ke

perpustakaan. Agar semua rombongan (satu kelas) dapat terjadwal

dengan efektif, maka disusun dalam sebuah jadwal kunjungan wajib ke

perpustakaan untuk melakukan kegiatan Program Wajib Baca.35

Program Wajib Baca tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah,

tetapi juga dilakukan di luar sekolah dengan cara memantau kegiatan

membaca peserta didik di luar sekolah. Untuk mengetahui kegiatan

membaca peserta didik dapat menggunakan buku pelaporan (book report). Dengan buku pelaporan, guru menugaskan peserta didik membuat laporan baca buku yang dibacanya dirumah. Laporan baca

buku ini biasanya berisi mengenai: judul buku, topik atau isi, dan

respon peserta didik.36 Melaui book report diharapkan peserta didik

34

Satria Dharma (ed), Transformasi Surabaya sebagai Kota Literasi (Surabaya: Unesa University Press, 2016),182.

35

Ibid, h.254.

36

(35)

23

tidak hanya melakukan Program Wajib Baca di sekolah saja, tetapi

tumbuh kebiasaan membaca di lingkungan luar sekolah.

Program Wajib Baca dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan diluar kegiatan pembelajaran. Ilmu

pengetahuan yang diperoleh peserta didik bertambah sehingga dengan

adanya Program Wajib Baca, peserta didik memperoleh banyak ilmu

pengetahuan dan dapat membantu pembelajaran. Indikator Program

Wajib Baca dapat membantu pembelajaran yakni peserta didik

memperoleh hasil belajar yang memuaskan pada mata pelajaran

tertentu, khususnya mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

2. Unsur-Unsur Program Wajib Baca

Program Wajib Baca tidak mudah dilakukan oleh sekolah. Ada

beberapa unsur yang perlu dipenuhi oleh sekolah guna berjalannya

Program Wajib Baca dengan baik. Adapun unsur-unsur Program

Wajib Baca yakni:

a. Perpustakaan Sekolah

Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu

tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan perhimpunan,

pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam

informasi, baik yang tercetak maupun terekam dalam berbagai

(36)

24

recorder, video, komputer, dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan

dipergunakkan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan

membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang

membutuhkannya.37

Sedangkan yang dimaksud dengan perpustakaan sekolah

menurut Supriyadi yang dikutip oleh Ibrahim Bafadhal adalah

perpustakaan yang diselenggarakan disekolah guna menunjang

program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat

sekolah baik sekolah dasar, maupun sekolah menengah, baik

sekolah umum maupun sekolah lanjutan.38

Terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi agar sebuah

perpustakaan sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswanya

dalam membaca. Ciri-ciri perpustakaan sekolah yang ideal yakni:

1) Up to Date

Salah satu ciri perpustakaan yang baik dan ideal adalah

selalu up to date. Perpustakaan yang up to date selalu memiliki koleksi yang lengkap dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Koleksi yang dimiliki perpustakaan yang inipun

37

Pawit M.Yusuf & Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah,

(Jakarta: Kencana,2005),h.1.

38

(37)

25

macam, seperti majalah, koran, buku dan masih banyak lagi

yang lainnya.

Jadi, peserta didik memiliki beragam pilihan buku untuk

dibaca sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini tentu sangat

dibutuhkan karena jika perpustakaan hanya memiliki koleksi

buku yang monoton dan itu-itu saja, maka sudah dapat

dipastikan bahwa peserta didik tidak akan memiliki minat baca

dan cenderung bosan membaca.

2) Rapi

Perpustakaan sekolah yang baik dan ideal selalu rapi,

koleksi buku yang dimiliki disusun secara rapi serta sistematis.

Buku dapat disusun dengan rapi berdasarkan urutan nama dan

pengarangnya sesuai dengan judul buku dan label perpustakaan

yang ditempelkan. Hal ini akan membuat peserta didik dan

pengunjung perpustakaan tidak bingung dan secara mudah

dapat mencari buku yang sedang mereka butuhkan.

3) Bersih

Perpustakaan sekolah yang baik harus bersih. Peserta didik

maupun pengunjung perpustakaan sekolah akan lebih nyaman

membaca di tempat yang bersih. Hal ini secara tidak langsung

(38)

26

Selain itu, akan lebih baik jika koleksi buku yang ada

diberikan sampul oleh petugas perpustakaan yang ada. Hal ini

akan mengurangi kemungkinan cover buku akan menjadi

lusuh, rusak atau bahkan sobek. Tampilan buku yang menarik

pasti akan menarik banyak orang untuk membuka dan

membacanya.

4) Nyaman dan Sejuk

Perpustakaan sekolah yang ideal memiliki suasana yang

sejuk dan juga nyaman. Hal ini akan membuat peserta didik

betah berlama-lama membaca buku dan belajar di perpustakaan

sehingga minat baca mereka akan meningkat. Oleh karena itu,

sebaiknya perpustakaan sekolah dilengkapi dengan kipas angin

atau pendingin udara.

5) Memiliki Fasilitas yang Lengkap

Belajar atau membaca di perpustakaan akan semakin

menyenangkan dan nyaman jika perpustakaan sekolah

memiliki fasilitas yang lengkap. Contoh fasilitas yang lengkap

adalah seperti wifi atau komputer untuk mendukung kebutuhan

riset para siswa sekolah tersebut. Ini juga akan membuat siswa

mendapatkan referensi bacaan yang lebih luas selain dari

(39)

27

Minat baca dari para siswa pun akan semakin baik dengan

adanya fasilitas-fasilitas yang lengkap tersebut.39

b. Koleksi Buku

Koleksi dapat didefinisikan sebagai sebuah bahan

perpustakaan atau sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola, dan

diolah dengan kriteria tertentu. Sedangkan pengertian buku

menurut UNESCO yang dikutip Wiji Suwarno menyatakan bahwa

buku merupakan informasi tercetak yang diterbitkan dan

dipublikasikan dengan jumlah minimal 49 halaman tidak termasuk

daftar isi dan halaman sampul.40 Jadi, dapat disimpulkan bahwa

koleksi buku adalah salah satu bahan perpustakaan yang memiliki

minimal 49 halaman yang dikumpulkan, dikelola, diolah, dan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna

perpustakaan sekolah.

Koleksi buku juga merupakan salah satu unsur penting

dalam berjalannya Program Wajib Baca. Koleksi buku yang ada di

perpustakaan sekolah diharapkan bisa mencukupi kebutuhan baca

warga sekolahnya. Jika koleksi buku yang ada di sekolah lengkap

maka warga sekolah tidak merasa kekurangan bahan bacaan untuk

39

Bimba-AIUEO, “Ciri Perpustakaan Sekolah yang Ideal”, diakses dari http://www.bimba-aiueo.com, pada 30 November 2016 pukul 10.05.

40

(40)

28

dibaca, dan sebaliknya jika koleksi buku yang terdapat disekolah

relatif sedikit dan tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan baca

dapat menyebabkan kegiatan membaca khususnya Program Wajib

Baca tidak berjalan dengan lancar. Adapun koleksi-koleksi buku

yang yang ada di dalam perpustakaan sekolah antara lain:

1) Buku Teks (text book)

Menurut Dian Sinaga, buku teks terbagi menjadi dua, yaitu

buku teks utama dan buku teks pelengkap. Yang dimaksud

dengan buku teks utama yaitu buku-buku yang berisikan materi

pelajaran bidang studi tertentu yang dipergunakan sebagai buku

pegangan atau sumber utama untuk para peserta didik atau

guru. Dengan demikian, buku teks utama merupakan sumber

utama yang dituntut keberadaannya oleh kurikulum.41

Lebih lanjut Dian Sinaga menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan buku teks pelengkap adalah buku-buku yang

sifatnya membantu atau buku-buku yang bisa melengkapi buku

teks utama. Dengan demikian buku teks pelengkap diharapkan

bisa melengkapi dan menunjang materi yang disajikan dalam

buku teks utama.42

2) Buku Referensi

41

Dian Sinaga, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Bandung: Bejana,2011), h.50.

42

(41)

29

Menurut Andi Prastowo, buku referensi adalah buku-nuku

yang memuat informasi secara khusus sehingga dapat

menjawab atau menunjukkan secara langsung bagi

pembacanya. Umumnya buku tersebut hanya dibaca

diperpustakaan, tidak boleh dipinjam atau dibawa ke luar

perpustakaan. Adapun buku referensi digunakan untuk dibaca

keseluruhan atau per halamannya seperti buku teks melainkan

pengguna hanya mencari informasi apa yang dibutuhkan.43

Menurut Pawit M Yusuf jenis koleksi buku referensi

meliputi:44

a) Kamus

Kamus adalah daftar alfabetis kata-kata yang disertai

dengan arti, lafal, contoh penggunaannya dalam kalimat,

dan keterangan lain yang berkaitan dengan kata.

b) Ensiklopedia

Ensiklopedia sering disebut orang dengan nama kamus besar ilmu pengetahuan manusia. Ensiklopedia adalah daftar istilah-istilah ilmu pengetahuan dengan tambahan

keterangan ringkas tentang arti dari istilah-istilah. Tujuan

43

Andi Prastowo,Manajemen Perpustakaan Sekolah Professional, (Yogyakarta: Diva Press,2012), h.123.

44

(42)

30

umum diterbitkannya ensiklopedia adalah untuk meringkas

dan mengorganisasikan akumulasi ilmu pengetahuan, atau

setidaknya sebagian darinya yang menarik pembaca.

c) Buku tahunan

Buku tahunan adalah buku yang memuat

peristiwa-peristiwa selama setahun terakhir (yang sudah lewat). Pada

umumnya buku tahunan ini berisi masalah statistik dan

kejadian-kejadian penting selama setahun lewat.

d) Buku pedoman, buku petunjuk

Dalam istilah sehari-hari sering disebut sebagai buku

pintar, sebab dengan membaca buku ini orang menjadi

seolah pintar dan bisa lebih mengetahui akan sesuatu yang

masih samar-samar sebelumnya, serta dapat memperlancar

kegiatan yang akan dijalankannya. Biasanya buku pedoman

ini berisi petunjuk praktis melakukan sesuatu contohnya

buku tentang teknik beternak itik.45

e) Direktori

Direktori sering disebut juga dengan buku alamat sebab

di dalamnya antara lain memuat alamat-alamat seseorang

atau badan. Buku ini berisi petunjuk cara mudah untuk

menemukan alamat, nomor telpon, dan keterangan lain

45

(43)

31

tentang seseorang atau badan yang didaftaranya. Buku ini

termasuk yang paling banyak digunakan di perpustakaan,

termasuk untuk koleksi perpustakaan sekolah. Contoh

direktori adalah buku telepon.

f) Almanak

Almanak adalah suatu publikasi tertentu yang memuat

bermacam keterangan antara lain data statistik, ramalan

cuaca, dan berbagai peristiwa penting lainnya di suatu saat

dan tempat tertentu, termasuk informasi bidang ilmu

pengetahuan dalam jangka waktu tertentu.

g) Bibliografi

Bibliografi adalah daftar buku-buku yang ada di suatu

tempat disusun berdasarkan urutan abjad nama pengarang,

judul, subjek, atau keterangan lain tentang buku. Contoh

paling mudah dilihat adalah daftar pustaka yang sering ada

pada setiap buku teks, dan biasanya ada dibagian belakang.

h) Indeks

Indeks adalah daftar istilah yang disusun berdasar

urutan abjad atau dengan susunan tertentu dan disertai

keterangan yang menunjukan tempat istilah. Indeks bisa

berdiri sendiri terpisah dalam satu buku, atau bisa

(44)

32

i) Abstrak

Abstrak adalah uraian yang dipadatkan dari suatu

karangan atau artikel yang biasanya bersifat ilmiah. Ia bisa

dikumpulkan dalam satu jilid buku sehingga mudah

pemanfaatannya.

j) Atlas

Bentuknya seperti buku berisi kumpulan peta dan

keterangan lain yang ada hubungannya dengan peta. peta

sangat berguna bagi pembaca yang memerlukan letak, arah,

atau lokasi suatu peristiwa atau data secara geografis.

k) Dokumen pemerintah

Dokumen pemerintah atau sering disebut juga

dengan penerbitan pemerintah adalah suatu penerbitan yang

dicetak atas biaya dan tanggung jawab pemerintah. Dilihat

dari lembaga-lembaga pemerintah yang menerbitkannya

antara lain adalah lembaga-lembaga resmi yang bernaung

di bawah pemerintah, baik pusat maupun daerah, seperti

sekretariat negara, departemen-departemen pemerintahan,

dan termasuk lembaga lain yang bersifat komersial dibawah

(45)

33

sangat penting kedudukannya. Termasuk juga di

perpustakaan sekolah.46

3) Buku Fiksi

Menurut Meilina Bestari, buku fiksi adalah buku yang

memuat cerita tentang kehidupan atau kegiatan tertentu secara

fiktif dan imajinatif, yang dibaca untuk pengisi waktu senggang

dan berfungsi sebagai hiburan.47 Sementara Dian Sinaga,

berpendapat bahwa buku fiksi berguna untuk mengembangkan

daya imajinasi para peserta didik dan juga dapat digunakan

sebagai sarana untuk mengembangkan minat baca dan

keterampilan peserta didik. Adapun koleksi buku fiksi meliputi:

cerita rakyat dari berbagai daerah, novel, cerpen, dan komik.48

Sekolah yang menjalankan Program Wajib Baca khususnya

sekolah dasar membutuhkan banyak buku-buku fiktif bergambar,

karena dapat menarik perhatian peserta didik untuk gemar

membaca. Selain itu, buku bergambar juga digunakan pada

kegiatan –kegiatan Program Wajib Baca.

Dalam rangka mendukung Program Wajib Baca,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) ikut

46

Ibid.

47

Meilina Bustari, Manajemen Perpustakaan Pendidikan, (Yogyakarta: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY,2000),h.34.

48

(46)

34

serta dalam Program Surabaya Kota Literasi dengan cara mengikut

sertakan mahasiswanya sebagai relawan penggerak literasi di

Sekolah Dasar serta Madrasah Ibtidaiyah di wilayah sekitar

Surabaya yang sudah dilakukan diawal tahun 2016, kemudian

dilanjutkan dengan pembuatan buku bacaan berjenjang.49 Buku

bacaan berjenjang ini dibuat dengan tujuan mencukupi kebutuhan

buku bacaan yang dibutuhkan anak-anak.

Buku bacaan berjenjang karya dosen Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan (FTK) UINSA Surabaya, memiliki seri atau paket yang

berbeda, setiap seri atau paket terdiri atas tujuh level buku. Setiap

jenjang memang memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Level

1, misalnya, hanya berisi satu kalimat singkat dan gambar.

Memasuki level selanjutnya, jumlah kalimat semakin banyak dan

kompleks, gambar atau foto ilustrsipun semakin sedikit. “Ini untuk

mengukur kemampuan siswa terhadap buku yang dibaca”, ujar

Kepala Laboraturium FTK UINSA, Dr Evi Fatimatur Rusydyah.

Buku bacaan berjenjang karya dosen itu terinspirasi dari

buku-buku hibah United States Agency For International Development (USAID). Tidak hanya mengandalkan buku hibah, dosen FTK berupaya mengembangkannya. Mereka membuat buku serupa,

49

(47)

35

tetapi isinya disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari dan budaya

lokal Surabaya. Seperti contonya, buku bacaan yang mengambil

tema Jalan-Jalan ke Kebun Binatang Surabaya dan Wisata Religi

Sunan Ampel.50 Dengan tema yang berbeda-beda yang disesuaikan

dengan lingkungan sekitar peserta didik, diharapkan peserta didik

tertarik untuk membaca buku tersebut.

c. Peserta Didik

Tujuan dicetuskannya Program Wajib Baca yakni

terbentuknya peserta didik yang gemar membaca sehingga dapat

membekali dirinya di masa mendatang. Maka dari itu, peserta didik

merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam Program

Wajib Baca, karena peserta didik merupakan subyek (pelaku) serta

obyek dari Program Wajib Baca. Jika dalam Program Wajb Baca

tidak ada peserta didik sudah barang tentu Program Wajib Baca

tidak dapat dilakukan.

d. Petugas Perpustakaan

Dalam Program Wajib Baca, perpustakaan sekolah

sehari-harinya perlu ada satu orang atau lebih yang ditunjuk untuk

mengelola perpustakaan sekolah. Orang-orang yang ditunjuk atau

diberi tanggung jawab tersebut harus memiliki kemampuan dan

50

(48)

36

kecakapan mengelola perpustakaan sekolah. Besar kecilnya hasil

yang dicapai oleh adanya perpustakaan sekolah khususnya

Program Wajib Baca sangat tergantung kepada bagaimana

pengelolaannnya. Memang ruangan, buku-buku, dan perlengkapan

lainnya berpengaruh terhadap penyelenggaraan Program Wajib

Baca, walaupun ruangan yang tersedia sangat luas, buku-buku

yang tersedia sangat banyak jumlahnya dan beraneka ragam

judulnya, perlengkapan yang tersedia sangat lengkap semuanya,

kurang berguna apabila tidak dikelola oleh orang-orang yang

mampu mengelola perpustakaan sekolah. Dengan kata lain petugas

perpustakaan sekolah harus mampu mengelola perpustakaan

sekolah.51

Petugas perpustakaan sekolah bisa berasal dari guru-guru

sekolah maupun dari tenaga ahli yang menguasai ilmu

perpustakaan. Untuk sekolah yang menunjuk guru sebagai petugas

perpustakaan perlu diperhatikan dan alangkah lebih baiknya jika

dibekali dengan ilmu yang berkaitan dengan perpustakaan.

Sehingga perpustakaan sekolah maupun Program Wajib Baca

dapart berjalan dengan baik.

Dibeberapa sekolah di Surabaya, perpustakaan sekolah

dipimpin oleh guru sekolah, tetapi ada pula yang didampingi oleh

51

(49)

37

petugas perpustakaan dari Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya

(BARPUS). Pendampingan ini bermanfaat bagi berjalannya

perpustakaan dan Program Wajib Baca.

e. Waktu

Konsistensi dalam melaksanakan program dilakukan secara

kolaboratif dan sinergis. Hal-hal teknis tentang penyediaan waktu

diatur oleh sekolah masing-masing agar tidak mengganggu

jam-jam efektif pembelajaran. Pembiasaan membaca mungkin terasa

berat bagi sebagian peserta didik yang belum terbiasa, termasuk

guru-guru pendamping, terlebih menyangkut buku-buku yang

harus disediakan. Namun, seiring berjalannya waktu, pembiasaan

itu akhirnya menundukkan berbagai kendala yang menghadang.

Saat ini setelah berjalan setahun lebih pelaksanaan wajib baca di

sekolah sudah semakin lancar dan terstruktur.52 Waktu yang

digunakan untuk Program Wajib Baca khususnya di Sekolah Dasar

(SD) yakni dengan menggunakan minimal satu Jam Pelajaran

setiap minggunya (35 menit).

Waktu juga merupakan unsur penting berjalannya Program

Wajib Baca, jika sekolah tidak memberikan waktu khusus untuk

Program Wajib Baca, maka kegiatan tidak bisa dilaksanakan.

52

(50)

38

3. Jenis-Jenis Kegiatan Program Wajib Baca

Program Wajib Baca memiliki jenis kegiatan yang

bermacam-macam, tidak hanya difokuskan pada kegiatan membaca saja. Untuk

Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah memiliki kegiatan

Program Wajib Baca yang beraneka ragam. Jenis-jenis kegiatan

Program Wajib Baca antara lain sebagai berikut:

a. SSR (Sustained Silent Reading)

SSR (Sustained Silent Reading) disebut juga dengan membaca bebas. Peserta didik diberikan kesempatan membaca

bacaan yang sesuai dengan pilihannya. Pada program membaca

bebas setiap hari peserta didik diwajibkan membaca dalam hati di

kelas selama 10 sampai 15 menit. Peserta didik diberikan

kebebasan untuk memilih bacaan sendiri. Pada saat peserta didik

membaca, guru juga ikut membaca dalam hati. Setelah waktu yang

ditentukan habis, peserta didik dan guru berhenti membaca. Setelah

itu, pelajaran dilanjutkan sesuai dengan jadwal pelajaran pada hari

tersebut.53

b. Belajar Membaca

Kesiapan anak dalam hal membaca berbeda satu sama lain.

Hanya saja perlu diwaspadai pada usia 7 tahun anak belum bisa

membaca pola, perlu sedikit ketelatenan untuk mengintervensi

53

(51)

39

dengan pembelajaran yang lebih intensif. Yang perlu diingat

adalah suasana yang menyenangkan sangat berpengaruh terhadap

mood anak-anak. Cara yang bersahabat dan kenyamanan belajar

membentuk mood yang positif. Mengajar membaca rangkaian huruf berpola tepat dilakukan saat mereka siap. Pahami jika anak

merasa terpaksa, gunakan metode yang bisa diterima anak sebagai

kebutuhan, bukan kewajiban. Kesiapan anak usia dini untuk belajar

huruf berpola ditandai dengan kemampuan diversifikasi bunyi,

membedakan suara jika dua atau beberapa huruf konsonan atau

vocal dirangkai.54

Oleh karena itu, untuk membantu peserta didik yang

kesulitan dalam membaca, Program Wajib Baca memiliki agenda

Belajar Membaca bagi peserta didik yang belum bisa membaca.

waktu pelaksanaan belajar membaca disesuaikan dengan jadwal

sekolah (dapat dilakukan sebelum atau selesai jam pembelajaran).

Pustakawan atau petugas perpustakaan yang bertugas dapat

memberikan pengajaran tambahan khusus bagi si anak yang

mengalami keterlambatan membaca. Pustakawan maupun petugas

bisa membantu dengan memilihkan buku yang baik dan

menjelaskan bagaimana cara memahami suatu bacaan. Banyak

54

(52)

40

orang yang mampu membaca namun hanya sedikit yang mampu

menjadi pembaca yang baik.

c. Lomba Membaca

Lomba membaca dikalangan peserta didik bertujuan untuk

mendorong minat baca. Peserta lomba membaca suatu buku dan

mencoba menceritakannya kembali. Dalam lomba ini, peserta

dipersilahkan memilih buku yang diminati dan membuat semacam

ringkasan dari isinya yang akan memotivasi mereka untuk

membaca dengan mendalam, menganalisis kemudian menceritakan

kembali isi buku tersebut. Lewat lomba ini peserta akan mendapat

banyak pengalaman dan memperkaya khasanah dalam berpikir.55

Serta membiasakan peserta didik untuk gemar membaca.

d. Tinjauan Buku

Dalam program ini peserta didik harus membaca buku

dengan seksama untuk dapat memahami maksud dari pengarang

buku. Kemudian dengan pemahaman yang dimilikinya, dibuat

suatu resume atau ringkasan yang menggambarkan isi/ pesan yang

ada di dalam buku.56

Meringkas ialah menyatakan inti dari suatu bacaan atau

pengalaman dengan menggunakan sesedikit mungkin kata-kata

55

Hendro Margono,”Perpustakaan Sebagai Kunci Utama Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Dalam Masyarakat”, Palimpsest, Edisi Tahun II,No 2, Desember 2010-Mei 2011, h.99.

56

(53)

41

atau dengan cara yang baru, tetapi lebih efisien. Riset

menunjukkan bahwa meringkas memberikan peningkatan yang

besar dalam pengertian dan dalam ingatan jangka panjang dari

suatu informasi.57

e. Mendongeng atau Story Telling

Mendongeng adalah aktivitas lisan yang produktif tentang

sesuatu alur peristiwa yang terpapar secara urut tentang kejadian

hasil imajinasi. Keterampilan mendongeng bisa didapatkan dari

membaca. Sedangkan fungsi mendongeng bisa untuk menstimulasi

minat baca orang lain.58

Dengan mendongeng anak dapat belajar tentang bahasa

lisan. Memdongeng mempertajam kesiapan anak untuk belajar

membaca dengan membedahkan karakter tokoh, meningkatkan

kemampuan audotorial, meningkatkan kemampuan berimajinasi,

membangun latar belakang pengalaman, memperbanyak kosa kata,

lateralisasi, koordinasi mata dan telingah, meningkatkan persepsi

motoris dan akan mendapati anak-anak yang pintar

mendeversifikasi bunyi terhadap huruf.59

Di sekolah dasar biasanya dilakukan di perpustakaan

sekolah, pada tingkat anak-anak dikenal dengan “Story Telling”.

57

Trinardi Linoto, Meringkas Mata Pelajaran, (Jakarta: Erlangga,2011),h.2.

58

Satria Dharma, Transformasi Surabaya sebagai Kota Literasi, h.16.

59

(54)

42

Dalam program story telling, anak-anak diajarkan untuk mau mendengarkan cerita sehingga diharapkan akan timbul minat baca

dalam dirinya. Ketertarikan akan isi cerita atau tokoh cerita yang

dikagumi membuat seorang anak ingin lebih tahu mengenai

berbagai hal yang berhubungan dengan hal yang dikaguminya.60

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

medongeng atau story telling diantaranya:61 1) Pemilihan cerita

Pustakawan maupun petugas dalam proses mendongeng

harus memilih cerita-cerita yang mengandung pesan moral di

dalamnya. Buku- buku yang digunakan untuk mendongeng

menggunakan buku bergambar.

2) Tempat bercerita

Sekolah yang sudah memiliki perpustakaan yang sesuai

dengan standart perpustakaan sekolah, maka kegiatan story telling dapat dilakukan di perpustakaan.

3) Posisi duduk

Posisi yang baik bagi peserta didik dalam mendengarkan

cerita adalah berkumpul mengelilingi petugas maupun guru

60Hendro Margono,”Perpustakaan Sebagai Kunci Utama Untuk Meningkatkan Kemampuan

Literasi Dalam Masyarakat”,h.99.

61

(55)

43

yang bercerita dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati

setengah lingkaran. Posisi seperti ini membantu peserta didik

dapat memperhatikan cerita di depannya.

4) Bahasa cerita

Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya

bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa peserta didik

sehari-hari, tetapi lebih ringan dibandingkan gaya bahasa cerita dalam

buku. Dengan catatan, tetap dipahami oleh peserta didik.

5) Intonasi bercerita

Perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan

peristiwa dalam cerita, harus menjiwai setiap ungkapan dan

intonasi suara sampai akhir.

6) Penampakan emosi

Saat bercerita harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan

emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada

pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si pencerita

sendiri.

7) Penguasaan terhadap peserta didik yang tidak serius

Apabila melihat peserta didik mulai bosan, jenuh dan

banyak bercanda, maka segera mencari penyebabnya. Dapat

dengan menghampirinya, menarik tangannya dan

(56)

44

membiarkan berdiri di samping sang pendongeng. Bisa juga

dengan cara menyebut namanya atau memandangnya dengan

tajam saat bercerita, cukup untuk memperlihatkan kepada

peserta didik bahwa dirinya sedang diperhatikan.

8) Mengukur pemahaman terhadap cerita

Setelah selesai bercerita, peserta didik diminta untuk

mengungkapkan kembali apa-apa yang diketahui dari cerita

tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur

tingkat pemahaman peserta didik terhadap cerita yang telah

disampaikan sebelumnya. Metode yang dapat digunakan untuk

mengetahuinya yakni denganMenjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan kepadanya, Peserta didik menjawab pertanyaan

yang diajukan peserta didik lainnya dan Peserta didik sebagai

pencerita

f. Menulis Hasil Karya Tulis

Menulis dalam arti sederhana adalah merangkai-rangkai

huruf menjadi kata atau kalimat.62 Sedangkan karya adalah hasil

dari suatu proses. Jadi, menulis karya merupakan kegiatan

merangkai-rangkai kalimat sehingga menghasilkan sesuatu.

Saleh Abbas mengutip pendapat Tample menerangkan

bahwa menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan,

62

(57)

45

mulai dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali.

Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau

saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis

diperlukan keterlibatan proses berpikir.63

Pendapat Sabarti Akhadiah yang dikutip oleh Ahmad

Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi di dalam buku Pendidikan Bahasa Dan

Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi menyebutkan bahwa menulis dapat

diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran,

atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Dengan

menulis, maka ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dapat diketahui

oleh orang lain tanpa harus mengatakannya kepada orang tersebut,

jika orang yang membaca tulisan memahami lambang kebahasaan

tersebut.64

Kemampuan baca tulis dikenal sebagai kunci pembuka

untuk memasuki dunia yang lebih luas. Seperti yang dikemukakan

oleh Ahmad Rofi’uddin bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang

baik akan dapat dipacu penguasaan kemmapuan berpikir

kritis-kreatif dan perkembangan dimensi afektif dapat dioptimalkan. Itu

63

Saleh Abbas, Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Di SD, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,2006), h.127.

64Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi,

(58)

46

berarti selain membaca, menulis juga sangat penting manfaatnya

bagi siswa.65

Program Wajib Baca selain melakukan kegiatan

membaca,meringkas peserta didik juga diberikan kegiatan untuk

menulis

Gambar

 Tabel 2.1
Tabel 3.1  Jumlah Populasi Penelitian
 Tabel 3.2
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi manajemen pembelajaran berbasis afeksi pada penumbuhan budi pekerti peserta didik di SMA Negeri 5 Yogyakarta adalah sebagai hasil penajaman dari visi sekolah, yaitu:

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 23 orang peserta didik kelas VI

Penerapan model pembelajaran discovery Learning mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi ayo membayar zakat kelas VI SDN 2 Sungai Kupang ditandai dari

Penggunaan Metode Pembelajaran Market place Activity Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pai dan Budi Pekerti Di Sman I Parenggean.Penelitian ini

Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena rendahnya aktivtas peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti masih banyak

Selain nilai-nilai dan etika kepemimpinan yang ditampilkan oleh kepala sekolah, komponen lain yang menjadi sumber guna penumbuhan budi pekerti peserta didik

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Metode Make a Match di SDN Mangunjaya, dapat

Program Gerakan Literasi Sekolah Dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Sdn Kuripan Lor 01 Kota Pekalongan.. Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.Jakarta: