• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 2 SELAT TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 2 SELAT TENGAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 2 SELAT TENGAH

Maswiyah

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : maswiyahkantan@gmail.com

ABSTRAK

Rumusan masalah pada PTK ini adalah apakah penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar di SDN 2 Selat Tengah? Sedangkan tujuannya penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar di SDN 2 Selat tengah dengan menggunakan model discovery learning pada materi pokok meyakini adanya hari akhir.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan subjek penelitian peserta didik kelas VI SDN 2 Selat Tengah Kabupaten Kapuas, dengan jumlah peserta didik sebanyak 23 peserta didik.

Fokus yang teliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik. Data yang telah didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan belajar > 70.

Proses penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pelaksanaan siklus I sudah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus I. Pengelolaan data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil dari pengolahan data digunakan untuk menggambarkan ketercapaian tindakan terhadap peningkatan hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian siklus I ketuntasan belajar mencapai 52% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 72. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 96% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 84 dan hasil penelitian yang diperoleh berarti terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan ketuntasan 44%..

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Discovery learning.

(2)

PENDAHULUAN

Suhantono (2021: 38), generasi Z adalah generasi yang lahir dari tahun 1995-2010, sedangkan generasi alpha adalah mereka yang lahir setelah tahun 2010.

Suhantono mengungkapkan bahwa ciri khas dari dua generasi Z dan Alpha adalah akrab dengan gawai, multitasking, banyak berkomunikasi dengan orang lain secara luas melalui media online, berpikir terbuka, senang hal yang praktis dan kritis. Karakteristik tersebut menunjukkan sikap, perilaku, cara berpikir yang berbeda dengan guru. Guru perlu memahami dan menyesuaikan diri terkait karakteristik siswanya termasuk kategori generasi Z dan alpha ketika berkomunikasi dan mengajar. Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran, yakni sarana yang menjembatani hubungan antara pembelajar (peserta didik) dan sumber belajar baik berupa guru maupun sumber belajar lainnya.

Tantangan yang dirasakan dunia pendidikan dalam memenuhi kebutuhan generasi internet cukup besar. Hal ini disebabkan oleh pengalaman hidup mereka yang berbeda, khusus nya pengalaman dalam menggunakan teknologi.

Internet sendiri membuka banyak kemungkinan pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan pengamatan penulis saat mengajar di SDN 2 Selat Tengah, peserta didik terlihat tidak begitu antusias apabila materi pelajaran yang bersifat keimanan yang hanya di berikan dengan model klasik seperti ceramah tanpa mereka ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dari 23 anak, hanya 7 orang yang memahami konsep hari kiamat, sedangkan sisanya masih belum memahami dengan baik. Hasil belajar peserta didik pada materi ini sangat rendah karena konsep kiamat yang disampaikan guru dengan hanya berceramah tidak meresap pada diri peserta didik.

Dengan menggunakan discovery learning peserta didik bisa memanfaatkan semua teknologi itu untuk mencari informasi dalam memecahkan masalah yang di tampilkan dalam kehidupan nyata, sehingga guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan pengawas dalam proses kegiatan belajar mengajar dan murid tentu saja menjadi tokoh utama dalam kegiatan tersebut. Mereka diarahkan untuk lebih aktif dalam hal mencari informasi, berkomunikasi dan berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ditimbulkan sebagai pemantik untuk mereka dapat berfikir kritis dalam memecahkan masalah itu baik secara pribadi maupun berkelompok, sehingga tujuan dari kegiatan belajar mengajar menjadi tercapai.

Karena latar belakang itu, penulis kemudian memilih discovery learning sebagai model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar mereka terhadap mata pelajaran PAI dan budi pekerti dengan mengambil judul

(3)

“Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Dengan Model Discovery learning Di SDN 2 Selat Tengah”

METODOLOGI PENELITIAN

Strategi pembelajaran untuk generasi Z dan alpha adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan HOTS. Menurut Suhantono (2021: 40), berpikir tingkat tinggi atau HOTS dan menjawab tantangan kebutuhan siswa generasi Z dan alpha berbasis IT. Strategi tersebut menjadi alternatif terbaik untuk penyelenggaraan proses pembelajaran di kelas masa depan. Pembelajaran berbasis proyek atau mini riset bisa dikenalkan mulai dari SD, SMP, atau SMA. Tergantung kepada kesiapan siswa, guru, dan daya dukung keluarga.

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih menyelesaikan masalah dan menganalisis teori dan fakta.

2. Memberikan kebebasan ekspresi. Cara mendidik dan pembelajaran yang diselenggarakan bagi anak generasi digital tentu harus lebih memberikan mereka kebebasan berekspresi. Pembelajaran yang bersifat otoriter dan berpusat pada guru, tentu tidak cocok lagi bagi mereka. Pembelajaran yang tidak hanya mentransfer sejumlah informasi, melainkan menyalakan api cinta belajar, memelihara rasa ingin tahu yang tinggi, agar mereka dapat tetap menemukan pengetahuannya sendiri suatu saat jika tidak ada lagi guru atau orang tua yang menuntun mereka untuk belajar (Rodiah, 2019: 38).

Pembelajaran yang senantiasa memberikan pengalaman belajar yang eksploratif dan memberi kesempatan yang luas untuk berekspresi, memungkinkan mereka berlatih dalam hal kemampuan berpikir, berimajinasi, teknik, konsentrasi, dan percaya diri dengan karyanya masing- masing yang unik. Dari 20 orang anak dalam satu kelas, akan diperoleh 20 karya unik (Rodiah, 2019: 53).

3. Mengembangkan karakter. Melalui teknologi informasi dan media sosial, guru bisa menanamkan sadar kesehatan, kejujuran, teamwork, problem solving, dan juga high order thinking skill. Mereka adalah guru-guru yang berani mendisrupsi diri sendiri (Sumardianta dan Kris, 2018: 12). Di tengah kecenderungan perilaku individualistik dan budaya instan generasi Z dan alpha, pendidikan karakter harus menjadi perhatian guru. Tujuannya bagaimana mereka cerdas secara digital dan memiliki akhlak yang baik Kemahirannya dalam teknologi digunakan untuk kebaikan, bukan kejahatan.

4. Mengembangkan aneka minat dan bakat. Karakteristik generasi Z jelas menuntut konsep pendidikan dan kemampuan pendidik untuk mengembangkan berbagai kompetensinya, baik dari sisi hard skill, soft skill, karakter hingga spiritualitas (Hapudin, 2021: 37). Yang tidak berubah dari ciri setiap generasi adalah mereka memiliki minat dan bakat yang beragam. Setiap

(4)

anak memiliki potensi yang beragam sehingga pembelajaran harus disiapkan untuk mengembangkan keanekaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran bukan pekerjaan asal-asalan melainkan kerja profesional.

5. Menggunakan media digital. Guru menggunakan aplikasi, komputer, dan internet dalam pembelajaran. Guru tidak hanya mengandalkan buku-buku sebagai sumber belajar siswa melainkan infografis, video, gambar, dan animasi. Hal ini mewajibkan guru untuk menguasai literasi digital. Tentu tidak berarti buku cetak ditinggalkan 100 persen oleh guru

Untuk itu penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan strategi pendekatan pada peserta didik generasi Z dan Alfa tersebut yaitu dengan model Discovery learning.

Proses belajar mengajar dengan discovery learning ini menuntut guru untuk menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final (utuh dari awal sampai akhir) atau dengan istilah lain, guru hanya menyajikan bahan pelajaran sebagian saja, selebihnya diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mencari sendiri, kemudian siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mendapatkan apa-apa yang guru belum sampaikan dengan pendekatan belajar problem solving (Syah, 2014: 243).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observing) dan refleksi (reflecting) (Kasbollah, 2013:22). Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian CAR (Classroom Action Research)

dan model PTK Model

Kemmis & McTaggart

yaitu dengan minimal 2

siklus.

(5)

Model yang dikemukakan Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus. Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.

Di dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan suatu bentuk pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Discovery learning pada mata pelajaran PAI. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk deskriptif yaitu mengenai uraian- uraian kegiatan pembelajaran peserta didik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas.

Creswell (2012: 13), menjelaskan penelitian kuantitatif mewajibkan seorang peneliti untuk menjelaskan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Dan disini penulis menggunakan hasil belajarsiswa sebagai variable pembanding dan hasil persentasinya akan menjelaskan bagaimana model discovery learning mempengaruhi hasil belajar peserta didik pada Pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SDN 2 Selat Tengah

Penelitian dilakukan di SDN 2 Selat Tengah Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. Sekolah ini memiliki akreditasi A dan merupakan sekolah penggerak yang menerapkan kurikulum merdeka pada kelas 1 dan 4.

Subjek penelitian ini adalah Peserta didik kelas VI.A SDN 2 SELAT TENGAH, Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, dengan jumlah peserta didik sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan.

Tabel Data siswa kelas VI.A SDN 2 Selat Tengah

No Nama Jenis

Kelamin

1 Adelia P

2 Adelia Ariany P

3 Ahmad Andika L

4 Ahmad Mufti L

5 Ahmad Rezeki L

6 Amira P

(6)

7 Decemb Pratama Miracle Arsito L

8 Fadillah Noor L

9 Hana Humaira P

10 Ibreza Jamilah P

11 Junaidi Rahmani L

12 Latifah P

13 M. Ananda Saputra L

14 M. Raehan L

15 Nazwa Wilhelmina P

16 Noor Aina Lidya Natasya P

17 Nurul Hikmah P

18 Patma Sari P

19 Rizki Aditya L

20 Shofi Salsabila Putri P

21 Syabana L

22 Vivi Amaliya Ramadiani P

23 Wanda Saputri P

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode tes, observasi dan dokumentasi. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar peserta didik dan metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data keterlaksanan model pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning baik keterlaksanaan pembelajaran oleh guru maupun aktivitas peserta didik, serta dokumentasi seperti foto dan video kegiatan sehingga bisa melihat bagaimana kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning menjadi menarik dan membangkitkan antusiasme siswa.

Adapun instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan lembar oservasi.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisi apakah nilai hasil belajar peserta didik mencapai kriteria ketuntatsan minimal. Secara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar, apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)

Prosedur penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus yang dimulai dari siklus pertama, yang terdiri dari satu kali pertemuan. Apabila siklus I belum berhasil maka dilanjutkan dengan siklus ke II untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian ini memakai rancangan penelitian komponennya adalah:

1. Perencanaan (planning)

(7)

Penulis menentukan teknik pengumpulan data, kemudia menyiapkan Instrumen keggiatan (RPP, media, model/metode)

2. Pelaksanaan (Actuating)

Setelah semua rancangan sudah siap, penulis kemudian melakukan penelitian pada kelas VI.A SDN 2 Selat Tengah Kuala Kapuas

3. Pengamatan (Observing)

Saat melakukan penelitian, penulis melalukan observasi pada sikap siswa dan respon mereka terhadap materi pelajaran dengan model discovery learning serta melihat ketepatan penggunaan mode pembelajaran dengan materi yang diajarkan

4. Refleksi (Reflecting)

Pada kegiatan ini peneliti mengelola Data yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi secara seksama dengan berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan hasil tindakan, kemudian menemukan kendala atau hambatan dari kegiatan di siklus 1, agar bisa membuat rancangan yang tepat pada siklus 2..

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan strategi itu penulis kemudian membuat tahapan penelitian ini meliputi dua siklus, setiap siklus dilengkapi dengan masing- masing satu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang relevan dengan strategi pembelajaran yaitu menggunakan model discovery learning di dukung media dan peralatan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik (video dari youtube, PPT, LCD proyektor, Laptop dan rancangan manipulasi kegiatan pembelajaran) sebagai perangkat dalam proses belajar mengajar yaitu RPP Siklus I dan RPP Siklus II. Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaannya dalam proses belajar mengajar dikelas.

Pada siklus I nilai rata-rata pretest adalah 63 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, serta persentase ketuntasan klasikal pretest mencapai 22% dari 23 peserta didik. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 23 peserta didik kelas VI terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 72 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, serta ketuntasan klasikal post test mencapai 52%, atau sebanyak 12 dari 23 peserta didik yang mengikuti siklus I sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM.

Tabel Analisa Hasil Belajar siklus I

(8)

No Hasil Belajar Pre Test Post Tes

1 Nilai Rata-rata 63 72

2 Nilai Terendah 40 40

3 Nilai Tertinggi 80 100

4 Jumlah Peserta Didik Tuntas 5 14

5 Persentase Ketuntasan 22% 52%

Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal peserta didik hanya 52%. Hal ini berarti hanya 52% dari peserta didik yang mengikuti siklus I sudah tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus I belum tercapai dan harus melaksanakan siklus berikutnya.

Selama pengamatan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar siklus I, Peserta didik masih belum bisa memahami seutuhnya konsep model discovery learning, sehingga masih sering merasa bingung. Sebagian peserta didik tidak memahami cara menemukan informasi dari berbagai media sehingga mereka sebatas mengingat saja tanpa mencatat informasi-informasi penting tersebut.

Peserta didik belum aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan masih menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan. pembelajaran terasa hanya searah karena peserta didik masih terlihat pasif

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 23 peserta didik kelas VI terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 84 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, serta ketuntasan klasikal post test mencapai 96%, atau sebanyak 22 dari 23 peserta didik yang mengikuti siklus II sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM

Tabel Analisis Hasil Belajar Siklus II

No Hasil Belajar Pre Test Post Test

1 Nilai Rata-rata 72 84

2 Nilai Terendah 40 40

3 Nilai Tertinggi 100 100

4 Jumlah Peserta Didik Tuntas 14 22

5 Persentase Ketuntasan 52% 96%

Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sudah 96%. Hal ini berarti hanya 4 % dari siswa yang mengikuti siklus II belum tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus II sudah dirasa cukup.

Selama kegiatan belajar mengajar Peserta didik sudah mulai memahami seutuhnya konsep model discovery learning, dan terlihat sangat bersemangat dan menyukainya karena membuat diri mereka menjadi lebih berfikir kritis dan bisa menuangkan pemikiran mereka pada kegiatan kelompok dan persentasi. Peserta

(9)

didik memahami jika ada informasi penting dari kegiatan pembelajaran mereka bisa mencatat materi pelajaran tersebut di buku catatan masing-masing dengan pemahaman masing-masing. Peserta didik mulai aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan tidak menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan.

Dari hasil penelitian siklus II diperoleh fakta bahwa nilai rata-rata test siklus I adalah 100 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, serta persentase ketuntasan klasikal Test Siklus I mencapai 52 % sebanyak 14 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 23 orang peserta didik kelas VI terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 84 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 100,serta ketuntasan klasikal Tes Siklus II mencapai 96 %, atau sebanyak 22 dari 23 peserta didik yang mengikuti siklus II sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan observasi dengan tahapan lengkap maka penulis bisa menyimpulkan bahwa Penerapan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI.A di SDN 2 Selat Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Siklus 1 Siklus 2

Grafik Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik per siklus

Pre Test Post Test

(10)

Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdikbud, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Iis Rodiah. 2019. Menjadi Guru bagi Generasi Z. Tasikmalaya: Edu Publisher.

Muhammad Soleh Hapudin. 2021. Teori Belajar dan Pembelajaran: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Kencana.

Suhantono. 2021. Tantangan Guru di Masa Depan, dalam Insight of YSKI Teachers. A Great Model for Future Learning. Jawa Timur: Klik Media.

Sumardianta dan Wahyu Kris AW. 2018. Mendidik Generasi Z dan A. Jakarta:

Grasindo.

Yudha Aditya Fiandra. 2020. Berubah atau Punah? Menyongsong Pendidikan 4.0.

Surabaya: CV. Pustaka Media Guru.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar PAK dan Budi Pekerti dengan pendekatan blended learning adalah

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan Model Discovery Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 15 orang peserta

Setelah dilaksanakan tindakan siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan Problem Based Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10 orang siswa kelas VIIa

Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menggunakan media Market Place Activity pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10

Tujuan Pembelajaran : Setelah peserta didik belajar tentang teks deskriptif terkait orang dengan model pembelajaran Discovery Learning maka pada akhir pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pendekatan STEM dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning, peserta didik dapat menganalisis penyusunan

Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 5 Satap Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu pada