• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL)

PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF

SURAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Disusun oleh : Sevilla Bela Pertiwi

171124031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

(2)

ii

S K R I P S I

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL)

PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN

BUDI PEKERTI

DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA

Oleh :

Sevilla Bela Pertiwi 171124031

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. tanggal 23 Juni 2021

(3)

iii

S K R I P S I

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL)

PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DAN BUDI PEKERTI

DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA Dipersiapkan dan ditulis oleh

Sevilla Bela Pertiwi NIM: 171124031

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada 9 Juli 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat.

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan Ketua : Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ

Sekretariat : Franciscus Xaverius Dapiyanta, SFK., M.Pd.

Anggota : 1. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd.

2. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si.

3. YH. Bintang Nusantara SFK, M.Hum.

Yogyakarta, 9 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : Tuhan yang Maha Esa.

Keluargaku tercinta.

Keluarga besar Prodi Pendikkat.

Keluarga besar SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

Teman-teman yang selalu menemani dalam penulisan skripsi ini.

(5)

v

MOTTO

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,

dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”

(1 Timotius 4:12)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Juli 2021 Penulis,

Sevilla Bela Pertiwi

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Sevilla Bela Pertiwi NIM : 171124031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL) PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 9 Juli 2021 Yang menyatakan

Sevilla Bela Pertiwi

(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL) PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA”

dipilih karena adanya pembelajaran yang dilakukan secara daring sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Model pembelajaran Blended Based Learning digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta karena model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif untuk tetap melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan materi Gereja dan Dunia digunakan sebagai bahan penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif sehingga hasil yang diperoleh dijabarkan ke dalam paragraf. Untuk memperoleh data hasil penelitian tersebut penulis melakukan observasi, studi dokumen, dokumentasi, dan wawancara. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: bahwa penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan materi Gereja dan Dunia berjalan dengan baik sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi Gereja dan Dunia pun dapat lebih dipahami siswa karena siswa menemukan sendiri permasalahan yang terdapat pada Gereja dan Dunia. Siswa merasa bahwa dengan adanya pembelajaran daring melalui model pembelajaran Blended Based Learning, siswa tidak merasa terbebani saat kegiatan belajar berlangsung.

Kata kunci : Blended Based Learning, daring, Pendidikan Agama Katolik, materi Gereja dan Dunia, pandemi COVID-19

(9)

ix ABSTRACT

The title of the thesis "APPLICATION OFLEARNING MODEL BLENDED BASED LEARNING (BBL) ON CHURCH AND WORLD MATERIALS CLASS XI LANGUAGE, CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION LESSONS AND CHARACTERISTICS IN SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA"

choosen as a result of online learning as a result of the COVID pandemic -19.

Thelearning model is Blended Based Learning used by SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta because this learning model can be an alternative for continuing to carry out learning during this pandemic. The subjects of Catholic Religious Education and Character with the material of the Church and the World were used as material for writing this thesis. Therefore, the authors conducted research at Pangudi Luhur Santo Yosef High School Surakarta. This research uses descriptive qualitative research so that the results obtained are translated into paragraphs. To obtain data from the research, the authors conducted observations, document studies, documentation, and interviews. The results of this study are: that the application of thelearning model Blended Based Learning in the subjects of Catholic Religious Education and Morals with the Church and the World material goes well so that students can achieve learning objectives. The material for the Church and the World can be better understood by students because students find out for themselves the problems that exist in the Church and the World. Students feel that with online learning through the learning model Blended Based Learning, students do not feel burdened when learning activities take place

Keywords: Blended Based Learning, online, Catholic Religious Education, Church and World materials, COVID-19 pandemic

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL) PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA.

Skripsi ini disusun oleh penulis melalui keterlibatan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan materi Gereja dan Dunia pada kelas XI Bahasa. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini mengalami banyak kekurangan namun karena adanya dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak maka kekurangan penulisan dapat terminimalisir.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan serta dukungan, baik secara moril maupun materiil. Penulis menyadari bahwa dukungan serta doa sangat membantu penulis dalam kelancaran penyelesaian penulisan. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ selaku ketua program studi PENDIKKAT yang telah rela memberikan waktunya untuk melayani penulis dengan tulus dalam menempuh masa perkuliahan di kampus PENDIKKAT

2. Yoseph Kristianto SFK, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah dengan setia dan tulus hati memberikan waktu, tenaga, kritikan, masukan serta

(11)

xi

membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dengan semangat mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus sebagai penguji kedua yang dengan kesabarannya mendampingi perkembangan penulis sebagai mahasiswa PENDIKKAT dari semester satu hingga semester delapan ini dan memberi kesanggupan untuk menjadi penguji kedua dalam ujian skripsi penulis.

4. YH. Bintang Nusantara SFK, M.Hum. selaku dosen penguji ketiga yang dengan kerelaan hati bersedia menjadi dosen penguji ujian dan juga dengan penuh kasih mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di kampus PENDIKKAT.

5. Keluarga besar Program Studi PENDIKKAT-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing serta mencerdaskan hati dan juga pikiran sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

6. Keluarga besar SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta yang telah bersedia menerima dan membantu kelancaran proses penulisan ini untuk menjadi responden dalam penulisan skripsi.

7. Papa, Mama, Mbak Vina, Mbak Tuta, dan seluruh keluarga besar Banu Atmosukarto yang dengan cinta dan ketulusannya selalu memberi dukungan berupa moral, materiil, dorongan semangat serta selalu membawa nama penulis dalam doa sehingga penulis dalam menyelesaikan masa studi dengan baik dan lancar.

(12)

xii

8. Teman-teman satu perjuangan, baik yang ada di Soloraya maupun di Yogyakarta yang selalu setia menemani dan membantu penulis dikala susah dan senang.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang selama masa perkuliahan penulis berlangsung selalu mendukung dan menemani sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari keterbatasan dalam pengetahuan serta pengalaman sehingga penulisan skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun bagi penulis sehingga skripsi ini dapat digunakan untuk yang membutuhkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membaca dan berkepentingan.

Yogyakarta, 9 Juli 2021 Penulis

Sevilla Bela Pertiwi

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ...xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penulisan ... 6

F. Manfaat Penulisan ... 6

G. Metode Penulisan ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 12

1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 12

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 13

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 13

4. Pendekatan Pembelajaran Agama Katolik ... 14

B. Materi Ajar Gereja dan Dunia ... 14

(14)

xiv

C. Penerapan Model Pembelajaran ... 15

1. Penerapan ... 15

2. Model Pembelajaran ... 16

a. Pengertian dan Kekhasan Blended Based Learning ... 18

b. Kelebihan dan Kekurangan Blended Based Learning... 24

1) Kelebihan Blended Based Learning ... 24

2) Kekurangan Blended Based Learning ... 24

c. Definisi Daring ... 24

d. Seting Blended Based Learning ... 27

e. Aktivitas Blended Based Learning ... 30

D. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Sumber Data ... 36

D. Fokus Penelitian ... 38

E. Tujuan Penelitan ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Metode Observasi ... 39

2. Metode Wawancara ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Profil SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ... 50

1. Sejarah SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ... 50

2. Visi, Misi, Motto SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ... 51

3. Tujuan SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ... 51

4. Strategi SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ... 52

B. Pelaksanaan Penelitian ... 53

C. Rangkuman Hasil Wawancara dan Pembahasan ... 55

1. Aspek Pemahaman ... 55

(15)

xv

2. Aspek Pelaksanaan ... 60

3. Aspek Harapan ... 66

4. Aspek Hasil Belajar... 68

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

E. Refleksi Kateketis ... 75

BAB V. PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Surat Perizinan Penelitian ... (1)

LAMPIRAN 2 : Lembar Kuesioner Guru ... (2)

LAMPIRAN 3 : Laporan Hasil Observasi dan Wawancara... (3)

LAMPIRAN 4 : Laporan Pembelajaran dengan Microsoft Teams 365 ... (7)

LAMPIRAN 5 : Transkrip Wawancara Guru dan Siswa ... (8)

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Paradigma Pengajaran... 17

Tabel 2 : Seting Belajar ... 30

Tabel 3 : Observasi Kelas ... 41

Tabel 4 : Panduan Wawancara untuk Guru ... 43

Tabel 5 : Panduan Wawancara untuk Siswa ... 45

Tabel 6 : Kisi-kisi Kuesioner ... 46

Tabel 7 : Kuesioner untuk Guru ... 47

Tabel 8 : Agenda Pelaksanaan Penelitian ... 53

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BBL : Blended Based Learning CT : Catechesi Tradendae COVID-19 : Corona Virus Diseas 2019 Daring : dalam jaringan

Luring : luar jaringan

IBB : Ilmu Bahasa dan Budaya

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

No : nomor

R : Responden

St : Santo

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan masalah berat yaitu adanya wabah virus COVID-19. Wabah ini mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan juga pada berbagai bidang, tak terkecuali pada bidang pendidikan (sumber : https://nasional.kontan.co.id/news/pandemi-covid-19-akan-mempengaruhi-

pengelolaan-pendidikan-dan-sekolah). Saat ini kementerian pendidikan Indonesia sedang berusaha agar belajar mengajar tetap berlangsung namun tanpa harus bertemu secara langsung antara guru dengan siswa. Banyak sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas mulai memanfaatkan berbagai macam teknologi sebagai daya dukung pelaksanaan belajar mengajar.

Pendidikan memang sejatinya dapat ditemukan di mana saja dan tidak hanya berhenti pada pertemuan tatap muka di sekolah. Hal ini juga mendasari pengambilan keputusan pemerintah untuk mewajibkan kegiatan belajar dilakukan di rumah (sumber : Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID-19). Walau begitu, tugas guru pun juga tidak terhenti begitu saja. Tugas guru sebagai pendamping dalam belajar siswa pun juga masih harus terus berlanjut. Hanya saja saat pelaksanaan pembelajaran secara daring ini dilaksanakan, tugas guru bertambah yaitu memiliki otoritas dari pelaku belajar yang disalurkan menggunakan teknologi. Dalam pelaksanaannya, masing-masing

(19)

sekolah menentukan sendiri aplikasi yang akan digunakan sebagai pertemuan daring agar relasi antara pendidik dengan peserta didik juga tidak terhenti.

Selain pemilihan aplikasi yang berbeda, sekolah-sekolah kini juga menetapkan berbagai model pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti pembelajaran selama belajar dari rumah ini. Kini seluruh sekolah mengalami model pembelajaran jarak jauh (PJJ), terdapat berbagai metode yang dapat digunakan agar pembelajaran jarak jauh yaitu dengan pemanfaatan teknologi dapat disesuaikan dengan usia para siswa sehingga semua dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut (sumber : merdeka. Com pada 7 November 2020). Secara garis besar, pemberian materi secara luring maupun daring tidak jauh berbeda, yaitu dari segi cara penyajian materi. Luring memiliki arti yaitu terputus dari jaringan komputer atau bisa diistilahkan sebagai pertemuan secara tatap muka, televisi, dan dokumen. Sedangkan daring memiliki arti yaitu terhubung melalui jaringan komputer, internet, dan sejenisnya, sehingga dari pengertian tersebut sudah nampak bahwa antara daring dan luring memiliki perbedaan.

Salah satu contoh model pemanfaatan teknologi saat pembelajaran jarak jauh ini adalah Blended Based Learning (BBL). Pada model pembelajaran ini siswa diajak untuk berpikir kritis dan tidak hanya berfokus pada guru yang mengajar. Kondisi seperti ini memang memaksa semua kalangan termasuk siswa untuk bisa berpikir lebih kreatif dan mandiri. Siswa diajak untuk tidak hanya berhenti pada buku dan guru namun bisa memperkaya hal yang telah dijelaskan guru dengan penemuan-penemuannya sendiri. Model pembelajaran Blended

(20)

Based Learning (BBL) disesuaikan dengan minat dari masing-masing siswa sehingga siswa semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran jarak jau. Hal ini karena disesuaikan dengan fokus yang disukai oleh siswa. Model ini berfokus pada hasil yang diciptakan oleh siswa secara mandiri maupun kelompok dan guru hanya sebagai fasilitator apabila siswa membutuhkan bantuan dan bimbingan, selebihnya siswa yang mencari tahu hal-hal yang berkenaan dengan materi yang bersangkutan.

Model ini dapat dikatakan sebagai model yang baru khususnya di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Hal ini dikarenakan sebelum pandemi ini terjadi, sekolah tersebut masih menggunakan model belajar contextual teaching learning (CTL). Penggunaan model pembelajaran teersebut lebih menekankan pada pengalaman hidup sehari-hari lalu dikaitkan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Maka dengan adanya pergantian model pembelajaran kemungkinan yang muncul yaitu perihal kesiapan sekolah maupun siswa dengan penerapan model Blended Based Learning secara daring.

Penerapan model belajar ini memiliki konsekuensi bagi guru maupun siswa. Masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda, saat pembelajaran dilaksanakan secara daring maka guru pun harus mempersiapkan materi-materi yang kapasitasnya lebih ringan sehingga mudah diakses oleh siswa. Guru juga harus lebih kreatif dalam memberikan materi sehingga bahasa lisan dapat tersampaikan dengan baik secara tertulis, di sisi lain guru juga harus mulai membiasakan diri membuat konten-konten ilmiah agar siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. Selain itu, siswa pun juga harus bisa menyesuaikan dan

(21)

membiasakan diri untuk menerima pembelajaran secara daring. Kegiatan yang biasanya dilakukan di kelas secara luring harus tetap dilakukan saat mereka mengikuti pembelajaran dengan sistem daring. Kegiatan yang dimaksud adalah mencatat materi, mengerjakan tugas, aktif dalam pembelajaran seperti tanya jawab, diskusi, dialog dan lain-lain.

Model Pembelajaran Blended Based Learning juga sekaligus sebagai salah satu teknik yang digunakan oleh sekolah terkait agar mampu mengolah materi yang didapatkan selama pembelajaran secara lisan lalu dapat mempraktekkan secara langsung melalui sosial media maupun sarana lainnya. Guru memiliki peranan untuk dapat mendidik siswanya agar siswa memahami materi Gereja dan Dunia dengan baik serta dapat menerapkan pula pada mata pelajaran selain pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sedangkan peran siswa adalah sebagai anak didik yang mau dan mampu untuk di didik dengan baik sesuai dengan bimbingan guru mata pelajaran serta menindak lanjuti materi yang diterimanya dengan melaksanakannya dalam kegiatannya termasuk pada materi mata pelajaran selain pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Pemanfaatan model Blended Based Learning (BBL) ini berfokus pada perkembangan minat belajar siswa sehingga sekolah maupun guru tidak bisa memaksakan hasil dari belajar siswa tersebut. Guru memberikan pengarahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil yang akan diciptakan oleh siswa.

Sesuai dengan namanya, blended diambil dari bahasa inggris yang artinya memadukan hal ini berarti memiliki arti bahwa model pembelajaran ini memadukan proses pembelajaran secara luring dengan daring.

(22)

Perpaduan tersebut diharapkan mampu menjadi alternatif proses belajar siswa kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini sehingga kekurangan di pembelajaran luring bisa diperbaiki dengan kelebihan pembelajaran daring dan begitu pula sebaliknya. Pengimplementasian model pembelajaran Blended Based Learning ini khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik cukup beragam, guru mengajak siswanya untuk bisa menciptakan hasil belajarnya dengan membuat karya yang dapat diwujudkan dengan berbagai kreasi yaitu video, puisi, komik, nyanyian dan masih banyak lagi. Guru juga memberikan pilihan bagi siswa untuk dapat menentukan kegiatan tersebut dilakukan secara pribadi maupun kelompok sehingga siswa tidak merasa tertekan dalam mengalami model pembelajaran ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis megindentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak ditemukan di lapangan praksis pembelajaran yang bersifat Teacher Center (berpusat pada guru).

2. Sistem pendidikan yang berubah karena dampak dari adanya pandemi COVID- 19.

3. Model pembelajaran luring beralih ke pembelajaran secara daring

4. Guru dan siswa baru pertama kali mengalami model pembelajaran BBL ini.

(23)

5. Model pembelajaran Blended Based Learning (BBL) baru pertama kali diadakan sehingga peneliti ingin mengetahui cara belajar siswa dengan model belajar yang baru ini.

C. Batasan Masalah

Agar tujuan penulisan lebih terfokus, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah: penerapan model Blended Based Learning (BBL) pada materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana penerapan model Blended Based Learning (BBL) pada materi Gereja dan dunia kelas XI Bahasa SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ?

E. Tujuan Penulisan

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model belajar siswa XI Bahasa dengan menggunakan model Blended Based Learning (BBL) di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta khususnya pada materi Gereja dan Dunia, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

F. Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dikemukakan di atas, maka harapannya penulisan ini bermanfaat bagi banyak pihak yang berkaitan, yaitu :

(24)

1. Bagi penulis, penulisan ini dapat menambah pengetahuan khususnya di bidang teknologi pendidikan serta dapat menambah wawasan dengan mengikuti praktek penulisan ini.

2. Bagi peserta didik, penulisan ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan minat belajar agar lebih aktif dan kreatif sesuai dengan ketertarikan yang dimilikinya.

3. Bagi pendidik, penulisan ini dapat digunakan sebagai cara baru untuk melihat bakat dan minat masing-masing peserta didik.

4. Bagi sekolah, penulisan ini dapat digunakan sebagi bahan evaluasi terhadap keterlibatan peserta didik maupun peranan pendidik terkait dengan proses pembelajaran sehingga secara bersama mampu meningkatkan minat belajar siswa.

G. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, subjek penulisan yang digunakan adalah siswa kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Metode yang digunakan dalam penulisan ini deskripsi analisis yaitu dengan menuliskan landasan kajian pustaka yang disertai dengan analisis hal yang sedang dibahas dalam penulisan ini. Metode ini didukung dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi pada saat dilakukan pembelajaran daring lalu dilanjutkan dengan wawancara, kemudian juga menyertakan dokumentasi saat penelitian berlangsung.

(25)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal skripsi ini dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan Skripsi. Untuk itu perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik dan benar. Sistematika penulisan dibagi dalam beberapa bab, yaitu :

Pada Bab 1 membahas tentang latar belakang penulis menuliskan tentang penerapan model pembelajaran Blended Based Learning yang dilaksanakan ditengah adanya pandemi COVID-19 yang melanda di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah ke dalam beberapa bagian. Pengidentifikasian masalah tersebut terkait antara guru, siswa, dan pemahaman terhadap model pembelajaran yang dibahas. Agar penulisan tidak keluar dari konteks bahasan maka batasan masalah juga telah ditentukan oleh penulis. Manfaat penulisan ini pun juga telah dipaparkan pada Bab I, khususnya bagi sekolah, siswa, guru, dan penulis. Dalam penyusunan penulisan ini terdapat metode yang dipilih agar data yang dibutuhkan penulis dapat terpenuhi.

Pada Bab II, penulis memaparkan teori dari beberapa ahli yang berkaitan dengan judul penulisan. Pemaparan tersebut menyangkut definisi dari Pendidikan Agama Katolik beserta dengan hakikat, tujuan, hingga ruang lingkupnya. Pada bagian tersebut dijelaskan hal-hal yang diharapkan untuk perkembangan siswa.

berdasarkan pengertian-pengertian tersebut juga disesuaikan dengan arah dan tujuan pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

Selanjutnya, penulis juga memaparkan hasil temuan dari ahli yang mengungkapkan tentang definisi beserta dengan contoh penerapan dari adanya

(26)

model pembelajaran. Salah satu yang dikutip adalah pendapat dari Syaiful Sagala pada bukunya pada tahun 2004 di halaman 176. Dari pendapat tersebut serta pendapat ahli lainnya maka penulis dapat memberi kesimpulan arti dari model pembelajaran. Dari berbagai macam model pembelajaran yang dipaparkan, penulis hanya mengambil satu model pembelajaran yang dibahas secara detail yaitu Blended Based Learning karena disesuaikan dengan judul penulisan. Pada bagian penjelasan tersebut memiliki ruang yang paling banyak untuk penulisan Bab II. Penulis menyebutkan dari hal-hal yang harus diperhatikan saat pelaksanaan model hingga aktivitas Blended Based Learning pada saat diterapkan di kelas.

Bagian Bab II ini juga menjelaskan arti dan hal-hal yang terkandung dalam materi Gereja dan Dunia sebagai satu-satunya materi yang digunakan untuk bahan penulisan. Penulis juga mengaitkan teori yang terdapat dalam materi tersebut dengan yang terjadi di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Hal itu dilakukan untuk melihat kedalaman materi yang diajarkan pada sekolah tersebut terutama pada saat dilaksanakannya model pembelajaran Blended Based Learning di sekolah tersebut.

Sebagai bahan acuan penulisan tugas akhir ini, penulis juga melihat dari beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan oleh penulis lain yang sesuai dengan penulisan ini. Penulis menjadikan penulisan tersebut untuk memprediksi hasil yang akan didapat pada saat penelitian dilakukan dan dirumuskan. Terdapat tiga hasil penulisan yang digunakan sebagai referensi penulis diantaranya yaitu milik Nurin Fitriana, Ramdan Afrian, dan Ricardina Fatima Natalia Halle.

(27)

Pada Bab III, penulis memaparkan metode penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Sebelum masuk pada penjelasan, penulis memaparkan hal-hal yang akan dituliskan pada Bab III tersebut. Penulis mengawali dengan penjelasan jenis penelitian yang akan dilakukan mulai dari definisi hingga jenis penelitian yang dipilih penulis. Penulis memaparkan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang dipandang penulis sangat sesuai dengan tema yang dibahas dalam penulisan tersebut.

Setelah itu, bagian ini juga menjelaskan tempat dan waktu penelitian ini dilaksanakan. Untuk penjelasan waktu pelaksanaan, penulis memperkirakan penelitian tersebut dari rentang waktu bulan Februari hingga April 2021. Hal-hal yang telah ada dalam penulisan ini didapatkan dari sumber-sumber data yang telah dipilih penulis dalam penulisan ini, diantaranya adalah dokumen sekolah, siswa kelas XI Bahasa, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, foto dan lain lain. Setelah mendapatkan data-data tersebut maka data dikumpulkan dengan menggunaan teknik yang telah ditentukan penulis diantaranya adalah melalui observasi, wawancara, studi dokumen dan dokumentasi. Penulis merasa bahwa ketiga hal tersebut dapat membantu penulis untuk dapat mengumpulkan seluruh data untuk penunjang penulisan.

Selanjutnya hasil dari keseluruhan proses penelitian dituliskan dalam Bab IV. Pada bagian ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasannya.

Sebelum menjelaskan pada hasil wawancara, penulis mengawali dengan memaparkan temuan pada teknik studi dokumen. Penulis memaparkan sejarah

(28)

sekolah, visi dan misi, motto, tujuan sekolah, dan strategi sekolah. Penulis juga menyertakan waktu pelaksanaan penelitian dari penyerahan surat izin penelitian hingga penelitian selesai dilakukan.

Sebagai bentuk temuan dalam penulisan, penulis merangkum hasil wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran serta siswa yang terkait dalam penulisan ini. Hasil wawancara tersebut dirangkum sekaligus dijelaskan oleh penulis guna memudahkan pembaca dalam memahami rangkuman wawancara tersebut. Penulis juga mmberikan pembahasan hasil penelitian yang telah disinkronkan dengan teori yang terdapat dalam Bab II.

Sebagai salah satu ciri khas dari program studi PENDIKKAT, maka penulis juga menuliskan refleksi kateketis yang berisi tentang hal-hal terkait dengan penelitian lalu dihubungkan dengan kedalaman isi hati penulis. Pada bagian ini, penulis juga mengaitkan antara materi yang dibahas dalam penulisan ini dengan keadaan yang dialami di sekitar lingkungan penulis.

Bagian terakhir dalam penulisan ini atau pada Bab V, dipaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang diberikan terkait keseluruhan proses penelitian lalu dikaitkan dengan kajian teori yang dibahas pada bagian sebelumnya. Sebagai bentuk dari sumbangsih penulis terhadap subjek penelitian, maka penulis memberikan saran bagi sekolah, guru, serta siswa yang terkait dalam penelitian ini.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Guru merupakan salah satu elemen pokok yang menjadikan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat berjalan dengan baik. Guru memiliki peran sebagai pendamping untuk memberikan rasa keamanan dan kenyamanan serta menjadi pengarah bagi siswa. Hal ini sejalan dengan konteks Pendidikan Agama Katolik, seperti yang dituliskan oleh FX. Heryatno Wono Wulung, SJ dalam bukunya Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah (2008:40), yaitu :

“PAK membicarakan dua pendekatan yaitu sosialisasi dan edukasi.

Sosialisasi merupakan proses dimana kita menjadi diri kita sendiri sebagaiamana adanya jalan kita berinteraksi dengan orang-orang lain, dengan tatanan yang diikuti, serta dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh lingkungan sosial kita. Sedang edukasi yang dimaksud sebagai proses di mana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan peserta didik agar kita bersama mengalami perkembangan hidup bahkan sampai mencapai kepenuhan.”

1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dalam Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 2) diuraikan tentang hakikat Pendidikan Agama Katolik, yakni:

“Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agam Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik berinteraksi, berkomunikasi, memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara

(30)

pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman peserta didik semakin diperteguh.”

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dalam Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 2) dipaparkan tentang tujuan Pendidikan Agama Katolik, yaitu :

“Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.”

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah berdasarkan Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 2) dijelaskan bahwa :

“Dalam Pendidikan Agama Katolik mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah sebagai berikut :

a. Pribadi peserta didik Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.

b. Yesus Kristus Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

c. Gereja Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.

d. Masyarakat Ruang lingkup ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai iman sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.”

(31)

4. Pendekatan Pembelajaran Agama Katolik

Pendekatan pembelajaran menurut Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 3) dapat diartikan :

“Sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam Pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dalam terang Kitab Suci/ajaran Gereja dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan iman sehari-hari.”

B. Materi Ajar Gereja dan Dunia

Pada materi Gereja dan Dunia pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas XI, siswa diajak untuk melihat dunia lebih luas dari kaca mata Gereja. Siswa diajak untuk mampu lebih memahami hal-hal yang terjadi saat ini pada Gereja dan Dunia. Materi Gereja dan Dunia ini dipilih karena teori yang ada di dalamnya sangat kontekstual dengan yang sedang dialami siswa saat ini. Hal ini sehingga memudahkan siswa dalam menangkap materi pembelajaran yang dilakukan secara daring.

Sebelum adanya pembelajaran daring ini, guru mengajak siswa untuk mengeksplorasi lingkungan area sekolah serta mengamati setiap peristiwa yang dialami oleh masyarakat sekitar. Siswa mampu melihat sendiri permasalahan- permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Setelah siswa mengamati peristiwa tesebut, lalu mereka diajak untuk bersama-sama merefleksikan peristiwa tersebut dalam forum besar yang meliputi teman-teman satu kelas.

(32)

Pada materi Gereja dan Dunia ini membahas tentang perang, kemiskinan, ketidak adilan sosial, perusakan lingkungan, perkembangan IPTEK, serta hubungan Gereja dan Dunia. Materi ini dipilih peneliti dalam penelitian ini karena dirasa lebih relevan terhadap keprihatinan yang sedang dialami Gereja dan Dunia saat ini.

Pada materi Gereja dan Dunia ini, siswa diharapkan dapat memahami dan menghayati hubungan Gereja dengan dunia dan dengan semangat kristiani, serta turut dalam membangun dunia yang lebih baik dan bermanfaat seturut kehendak Allah. Kegiatan pembelajaran pada tema V Gereja dan Dunia ini adalah :

a. Permasalahan yang dihadapi dunia b. Hubungan Gereja dan dunia c. Ajaran Sosial Gereja (ASG)

C. Penerapan Model Pembelajaran 1. Penerapan

Menurut KBBI, pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli yaitu Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain (1996 : 1487 ) penerapan adalah hal, cara atau hasil.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara individu maupun

(33)

kelompok dan bukan hanya sekedar aktifitas, namun juga meliputi kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh sehingga tercapai pada tujuan dan membuahkan hasil.

2. Model Pembelajaran

Terdapat pengertian model pembelaran menurut beberapa ahli, menurut Dahlan (Dasripin, 2008 : 17) pengertian model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Menurut Ibadullah Malawi dan Ani Kadarwati, model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertntu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (2017 : 96).

Menurut Syaiful Sagala (2004:176) diutarakan bahwa:

Pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian model pembelajaran adalah pola atau tatanan cara yang digunakan oleh tenaga pendidik secara konseptual yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku yang bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

(34)

Tujuan pembelajaran menurut Richards dan Rogers dalam Dr. Wachyu Sundayana (2014:21)yaitu :

1. Mengaktifkan dan mengembangkan empat ketrampilan berbahasa 2. Memperoleh ketrampilan dan starategi belajar yang dapat diterapkan

dalam kesempatan pengembangan/pembelajaran bahasa di kemudian hari

3. Mengembangkan ketrampilan akademik umum yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan berikutnya

4. Memperluas pemahaman pembelajar terhadap orang-orang yang berbicara bahasa yang dipelajari.

Menurut Bonsting dalam Ahmad Sanusi (2014) dikaji pergeseran dari pengajaran dan pengujian menjadi pembelajaran berkelanjutan dan perbaikan berkelanjutan, seperti yang disajikan berikut ini :

Tabel 1: Paradigma Pengajaran Paradigma Lama Pengajaran dan

Pengujian

Paradigma Baru Pembelajaran Berkelanjutan dan Perbaikan

Berkelanjutan Keberhasilan secara artifisial

dibatasi hanya milik segelintir

“pemenang”. Siswa lainnya dibuat untuk memandang dirinya dan karya-karyanya hanya sebagai kelompok pertengahan dan kelompok bawah.

Tujuan sekolah dan masyarakat adalah mengembangkan

kemampuan tanpa batas, melakukan perbaikan berkelanjutan, dan meraih keberhasilan.

Berbasis kompetisi Berbasis kooperasi Pembelajaran bersifat linear, yang

bagian-bagiannya disajikan secara berurutan melalui komunikasi satu arah.

Pembelajaran seperti spiral dengan berbagai cabang dan bagiannya, dengan energi yang diarahkan menuju perbaikan berkelanjutan.

Berorientasi pada produk. Fokus tunggalnya adalah hasil tanpa mengakui watak janga pendeknya.

Kelas dan peringkat menjadi bagian sangat penting.

Berorientasi pada proses. Tujuan adalah hal yang penting, namun proses mencapai tujuan juga tak kalah pentingnya. Asesmen dipakai untuk tujuan melakukan diagnosis dan preskriptif.

Hidup termasuk sekolah, hanya bermakna bila kita bisa mencapai tujuan. Proses dipandang hanya

Hidup merupakan sebuah perjalanan dan memiliki nilai intrinsik bila dilakoni dengan

(35)

memiliki sedikit nilai intrinsik atau bahkan tidak penting sama sekali, dan harus dibuat seringkas mungkin sehingga tujuan bisa tercapai

secepat mungkin.

semangat untuk hidup itu sendiri, cinta-kasih, dan belajar. Hal yang paling penting adalah

mengembangkan “hasrat untuk terus belajar”.

Sistem dan prosesnya tidaklah terlalu penting, sejauh tujuan bisa dicapai.

Integritas dan kesehatan sistem, proses-proses yang berlangsung didalamnya, dan orang-orang yang terlibat harus dijaga. Kalau tidak, sistem bisa-bisa bekerja tidak optimal dan bahkan bisa saja gagal.

Bekerja adalah menjalankan tugas, bukan untuk memberi kesenangan dan martabat bagi para pekerja.

Pekerjaan harus menantang, menyenangkan, dan bermakna.

Para pekerja hendaklah meraih martabat dan kegembiraan dalam proses menjalankan pekerjaannya dan menghasilkan produk.

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pengajaran pada siswa. Siswa belajar pasif dan guru mengajar aktif.

Sekolah merupakan komunitas pembelajaran yang sesungguhnya dengan administrator, guru dan siswa yang belajar untuk menjadi yang terbaik dan menjadi lebih baik dalam pekerjaan yang dilakukan secara bersama, sehingga setiap orang bisa secara optimal mencapai

keberhasilannya.

Para guru terisolasi satu sama lain dalam ruang dan waktu.

Para guru bekerja bersama-sama pada jam pelajaran untuk

membangun keberhasilan bersama dan dengan sejumlah siswa yang berada dalam kelompok kohort.

a. Pengertian dan Kekhasan Blended Based Learning

Terdapat berbagai macam cara pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, terlebih pada saat sedang mengalami wabah COVID-19 seperti saat ini setiap sekolah menggunakan berbagai sarana agar pembelajaran tetap terlaksana dengan terstruktur.

Pembelajaran dengan model perbaduan antara daring dan luring atau yang

(36)

biasa dikenal dengan Blended Based Learning ini berbasis pada teknologi dan berpusat pada siswa. Terdapat beberapa pandangan tentang artian blended learning, seperti “ Pembelajaran blended adalah suatu kombinasi dari berbagai modus pembelajaran daring, luring dan tatap muka (in-person learning).

Pembelajaran blended menjadi lebih kukuh dan terkenal dengan semakin tersedianya pilihan, baik pembelajaran sinkron maupun asinkron.”(Noord et.al.

2007).

Blended Based Learning ini memiliki karakteristik yaitu adanya pengkombinasian strategi yang terbaik dari dua seting belajar tradisonal (sinkron, di dalam kelas) dan daring (asinkron, di luar kelas), kelemahan pembelajaran tradisional dapat disinergikan/integrasikan dengan kelebihan dari pembelajaran daring, tujuan utamanya adalah untuk mencapai efektifitas belajar secara optimal/maksimum.

Model pembelajaran Blended Based Learning (BBL) ini juga diartikan sebagai pengajaran bauran/pengajaran terpadu sehingga model pembelajaran ini juga merupakan pengkombinasian daring-luring. Adanya kedua elemen tersebut tidak bisa serta merta disebut sebagai Blended Based Learning (BBL) sehingga perlu diintegrasikan dengan baik serta berkesinambungan antara satu dan lainnya.

Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan sebelum perancangan model pembelajaran BBL, yaitu :

1. Memungkinkan interaksi positif (kontinuitas) antara guru dengan murid 2. Adanya pendampingan yang berkesinambungan yang menanyakan

dan memberikan pendampingan kepada murid

(37)

3. Integrasi pertemuan daring dan luring, pengintegrasian ini harus diusahakan adanya keterkaitan satu sama lain sehingga antara daring dengan luring merupakan satu kesatuan (contoh : refleksi pertemuan dan diskusi lebih lanjut) Terdapat 6 model dalam pelaksanaan model pembelajaran BBL, yaitu:

1. Face to face driver

Model ini akan melibatkan peserta didik tidak hanya sekedar tatap muka di ruang kelas atau laboratorium, akan tetapi melibatkan mereka ke dalam kegiatan di luar kelas dengan mengintegrasikan teknologi web secara online

2. Rotation

Model rotasi (rotation) mengintegrasikan pembelajaran secara online sambil bertatap muka di dalam kelas dengan pengawasan guru

3. Flex

Model flex memanfaatkan media internet dalam penyampaian pembelajaran kepada peserta didik. Di dalam hal ini peserta dapat membentuk kelompok diskusi

4. Online Lap

Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboraturium computer dengan semua materi pembelajaran di sediakan secara softcopy.

Peserta didik akan berinteraksi dengan guru secara online 5. Self Blend

Pada model self blend, peserta didik akan mengikuti kursus online sebagai pelengkap kelas konvensional. Pembelajaran yang dilakukan tidak harus di dalam ruang kelas, akan tetapi bisa di luar kelas.

6. Online Driver

Online driver merupakan pembelajaran secara online, di mana dalam hal ini seorang guru bisa mengupload materi pembelajaran di internet.

Peserta didik dapat mengunduh materi tersebut dari jarak jauh, sehingga peserta didik bisa belajar mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan waktu yang telah disepakati.

Pembelajaran secara daring seharusnya memiliki kualitas yang sama dengan pembelajaran secara luring. Kesamaan yang dimaksudkan adalah pada bagian materi yang diberikan, cara penerimaan siswa, serta pendampingan dari guru. Adapun peta konsep model pembelajaran BBL adalah sebagai berikut :

(38)

Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media da teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa BBL adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvesional, di mana antar peserta didik dan pendidik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pengajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan model pembelajaran BBL ini tidak berlangsung begitu saja, beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktivitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktivitas mana yang relevan dengan konvesional dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.

Adapun karakteristik dari model pembelajaran BBL adalah :

1. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.

2. Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar

(39)

mandiri, dan belajar mandiri via online.

3. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran.

4. Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama penting, pendidik sebagi fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

Hasil dari model pembelajaran BBL bagi siswa adalah : 1. Teacher ied instructions (F2F sessions interactive)

2. Printed instructions (study material), dengan tujuan agar siswa dapat mengulang lagi materi yang diberikan

3. Web based assessments (feedback reflections customers) 4. Digital visual e-learning (sebagai bentuk kreativitas)

Strategi yang dapat digunakan pada model pembelajaran BBL sebagai berikut :

Langkah kerja yang diterapkan dalam pelaksanaan model pembelajaran

BBL berbasis siswa Go Blog

Tatap Muka

Apersepsi (Pemberian

masalah)

KBM (Penekanan

konsep)

Belajar Mandiri

Pemberian tugas (Pribadi/kelompok)

(40)

BBL adalah :

1. Menyiapkan platform

2. Pembelajaran secara virtual (tatap muka)

3. Pemberian tugas di luar jam pembelajaran dan dikumpulkan di platform tersebut.

Struktur model pembelajaran BBL sebagai berikut :

Pelaksanaan yang terjadi lapangan, model pembelajaran Blended Based Learning ini belum sepenuhnya diterapkan oleh guru maupun siswa. Hal yang tidak dilaksanakan yaitu tidak adanya pembelajaran yang dilakukan secara luring.

Seperti yang telah diuraikan di atas, model pembelajaran ini sempurnanya dilakukan dengan dua cara yaitu daring dan luring. Namun justru SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta hanya melaksanakan pembelajaran secara daring saja. Hal ini dilakukan karena saat ini sedang terjadi pandemi yang membuat pemerintah memberlakukan peraturan adanya pembelajaran secara daring.

Pembelajaran secara luring hanya dilaksanakan oleh beberapa siswa diluar pengawasan oleh guru maupun sekolah. Hal ini karena tatap muka secara

Repetitio ns Possible Classroom

Teaching

Distance Learning

Final Assesment

(41)

langsung tidak dianjurkan oleh pihak sekolah. Model ini membawa siswa untuk bisa berpikir kreatif serta sekaligus bisa bekerja sama dengan teman satu kelompoknya.

b. Kelebihan dan kekurangan Blended Based Learning

Menurut Neumeier (2005) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning :

1) Kelebihan Blended Based Learning

a) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvesional yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

b) Pembelajaran lebih efektif dan efiesien.

c) Meningkatkan aksesilibitas karena dengan adanya Blended Based Learning maka peserta didik dapat semakin mudah dalam mengakses mata pembelajaran.

d) Media penunjang pembelajaran yang digunakan beragam.

2) Kekurangan Blended Based Learning

a) Fasiltas belajar yang dimiliki siswa kurang merata khususnya komputer dan intermet, sehingga dapat menghambat proses pembelajaran saat ini yang mengutamakan pembelajaran secara virtual.

b) Minimnya pengetahuan pendidik terhadap penggunaan tekonologi sebagai sarana utama dalam mengajar secara daring.

c. Definisi Daring

Dalam penerapan model pembelajaran Blended Based Learning, terdapat berbagai macam kombinasi dalam penggunaannya, yang digunakan dalam

(42)

penelitian ini adalah pembelajaran secara daring. Pembelajaran secara daring ini juga biasa disebut sebagai e-learning memiliki arti bahwa penggunaan berbagai teknologi elektronik untuk menyampaikan pembelajaran. Lebih tepatnya, bukan hanya sekedar untuk menyampaikan pembelajaran, tapi lebih jauh untuk menciptakan pengalaman belajar yang optimal. Teknologi elektronik tersebut dapat berupa komputer, internet maupun intranet serta teknologi elektronik lain seperti audio/radio, dan video/televisi. Media yang digunakan pada tempat yang digunakan sebagai penelitian ini menggunakan komputer/laptop dan gawai.

Sedangkan aplikasi yang digunakan adalah microsoft 365, instragram, youtube, dan whatsapp.

Menurut Miarso (2004:76), penerapan teknologi dalam bidang industri ini (pendidikan) di satu pihak memang membawa korban dengan digantikannya tenaga manusia yang bersifat mekanistis dan kurang efisien, namun dipihak lain juga meningkatkan harkat manusia, karena kegiatan yang non manusiawi dilakukan oleh mesin. Dalam hal ini tentu saja yang dimaksudkan adalah adanya ketidakseimbangan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.

Ketidakseimbangan yang terjadi karena pada pembelajaran sebelumnya selalu tidak melalui perantara teknologi.

Walau begitu, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis teknologi ini, guru tetap memiliki peranan utuh untuk mendidik siswanya sebagaimana mestinya hanya saja melalui perantara teknologi. Harapannya adanya teknologi ini tidak mengurangi kapasitas guru dalam mendampingi siswanya dalam belajar.

Pengertian teknologi dalam pendidikan diuraikan oleh Maswan &

(43)

Khoirul, (2017:100) sebagai berikut:

Pada bagian ini, teknologi dalam pendidikan yang dimaksudkan adalah pembelajaran daring yang memiliki pengertian sebagai penggunaan teknologi sebagai produk untuk membantu penyelenggaraan kegiatan pendidikan, termasuk misalnya penggunaan mobil, pesawat pendingin, pengeras suara, dan lain-lain peralatan atau perangkat keras untuk keperluan terselenggaranya kegiatan pendidikan.

Menurut Maswan & Khoirul (2017:103), program yang ditawarkan sebagai kontribusi penjaminan mutu pendidikan, adalah :

1. Proses pembelajaran dalam pendidikan, dilakukan dengan pendekatan integratif (terpadu), artinya proses pendidikan di lembaga persekolahan dipadukan dengan proses pendidikan di luar sekolah dengan berbagai pelatihan di lingkungan dunia usaha.

2. Proses pembelajaran dalam pendidikan, dilakukan dengan cara melibatkan berbagai macam sumber belajar dan sarana pembelajaran yang optimal, sekaligus memperluas pelayanan belajar baik dalam sekolah maupun di luar sekolah.

3. Proses pembelajaran dalam pendidikan, disiapkan tenaga ahli dan cerdas dengan dibekali perangkat keilmuan kependidikan, artinya tenaga kependidikan dituntut menguasai materi dan terampil dalam penerapan penggunaan metode, teknik, dan strategi yang sesuai.

(44)

d. Seting Blended Based Learning

Mengacu pada definisi pembelajaran secara blended maka dirumuskan seting ini bertujuan untuk mengatur sistem pembelajaran agar tepat sasaran.

Terdapat pandangan dari ahli tentang seting belajar ini, yaitu situasi dan kondisi dimana suatu peristiwa belajar bisa terjadi. Menurut Uwes Anis Chaeruman (2018:10) seting belajar dapat dirumuskan dengan kuadaran berikut :

Seting belajar di atas, secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sinkron Langsung (SL); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara yang belajar dan yang membelajarkan berada pada lokasi/ruang dan waktu yang sama. Dalam hal ini, sama dengan tatap muka. Aktivitas pembelajaran belajar dalam SL sama dengan aktivitas pembelajaran tatap muka, antara lain seperti ceramah, diskusi, praktik lapangan, dan lain-lain.

(45)

2. Sinkron Maya (SM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara yang belajar dan yang membelajarkan berada pada waktu yang sama, tetapi tempat berbeda-beda satu sama lain. Aktivitas belajar dalam SM dapat terjadi melalui teknologi sinkron seperti video conference, audio-conference atau web- based seminar (webinar).

3. Asinkron Mandiri (AM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi belajar mandiri secara daring. Peserta belajar dapat belajar kapan saja, di mana saja, sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya masing-masing. Aktivitas belajar dalam AM diantaranya adalah membaca, mendengarkan, menonton, mempraktekkan, mensimulasikan dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan. Aktivitas belajar lebih banyak terjadi secara daring. Walapun tidak menutup kemungkinan terjadi secara luring.

4. Asinkron Kolaboratif (AK). adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi kolaboratif (melibatkan lebih dari satu orang), antara peserta belajar dengan peserta belajar lainnya atau orang lain sebagai narasumber. Aktivitas belajar AK diantaranya difasilitasi dengan forum diskusi, miling list, penugasan, dan lain-lain

Dalam pelaksanaannya, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef lebih fokus terhadap percampuran model belajar yang diterapkan pada siswanya. Model yang difokuskan salah satunya adalah model pembelajaran Cooperative Learning (CL).

(46)

Menurut Slavin dalam Isjoni (1985:12), Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sehingga seluruh siswanya diberikan sebuah proyek bersama yang menghasilkan sebuah produk, proses pembuatan produk itulah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pengambilan nilai oleh guru. Pembentukan kelompok tersebut juga terbagi dalam berbagai lintas jurusan yaitu kelas jurusan IPA, jurusan IPS, serta jurusan Bahasa.

Sedangkan unsur-unsur dalam Cooperative Learning menurut Lungdren (2009 : 16) dalam Isjoni yaitu :

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

(47)

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

e. Aktivitas Blended Based Learning

Berdasarkan kuadran diatas, maka dirumuskan beberapa aktivitas sebagai daya pendukung pelaksanaan model pembelajaran blended (bauran) ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2 : Seting Belajar

Seting Belajar

Sinkron Asinkron

Sinkron Langsung (SL)

Sinkron Maya (SM)

Asinkron Mandiri (AM)

Asinkron Kolaboratif (AK)

Aktivitas Pembelajaran Ceramah

Diskusi Praktek Workshop Seminar Praktek lab Proyek individu/

kelompok dll.

Kelas virtual Konferen si audio Konferen si video Web- based seminar (webinar )

Membaca (reading) Menonton (video, webcast) Mendengar (audio, audiocast) Studi online Simulasi/praktek Latihan

Role play Tes

Publikasi/jurnal (wiki, blog, dll)

Partisipasi dalam diskusi melalui forum diskusi daring.

Mengerjakan tugas individu/kelompok melalui penugasan daring.

Publikasi individu atau kelompok

(melalui wiki, blog, dll).

(48)

D. Penelitian yang Relevan

1. Fitriana, Nurin (2012) Penerapan Pembelajaran Kimia Dengan Model Blended Learning Mata Kuliah Pemisahan Kimia Materi Kromatografi Pada Mahasiswa Jurusan Kimia di Universitas Negeri Malang. Program Pascasarjana, Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah mahasiswa semester 5 sebanyak 46 mahasiswa program studi pendidikan kimia, Universitas Negeri Malang semester V (lima) tahun akademik 2010-2011. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok. Salah satu kelompok sebanyak 24 mahasiswa dengan 60% aktivitas online sedangkan kelompok lainnya sebanyak 22 mahasiswa dengan 40% aktivitas online. Data penelitian berupa data keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran blended learning yang dikumpulkan dengan instrumen berupa lembar observasi diskusi kelompok. Data kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran blended learning dikumpulkan dengan instrumen berupa angket. Data hasil belajar dikumpulkan dengan tes hasil belajar. Validitas tes sebesar 0,83 dan reliabilitas tes uraian dengan rumus Cronbach's Alpha sebesar 0,89. Analisis data tentang keakifan dan kepuasan belajar dianalisis secara deskriptif. Data untuk mengetahui hasil belajar dianalisis dengan statistik uji -t.

Dengan demikian maka hasil penelitian menunjukkan bahwa: mahasiswa berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran dengan model blended learning.

Sebagian besar mahasiswa merasa puas terhadap pembelajaran model blended

(49)

learning karena blended learning tergolong model pembelajaran yang terlibat

aktif dalam kegiatan atau pembelajaran, Hasil belajar kelas blended learning dengan 60% aktivitas online adalah lebih tinggi dibandingkan kelas dengan 40%

aktivitas online.

2. Afrian, Ramdan (2014) Pengaruh Pembelajaran Blended Learning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA. Tesis. Pendidikan Geografi, Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Penelitian dilakukan pada pokok bahasan hidrologi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain penelitian Nonequivalent Pretest Postest Control Group Design. Instrumen pengukuran hasil belajar siswa menggunakan tes essay. Hasil pengukuran berupa data yang selanjutnya dianalisis menggunakan t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil posttest yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (70,20) memiliki hasil yang lebih baik daripada kelas kontrol (65.00). Rata-rata gain score kelas eksperimen adalah 42.20 dan rata-rata gain score untuk kelas kontrol menunjukkan angka 36,85.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji independent sample t test menunjukkan bahwa peng-gunaan pembelajaran Blended Learning diperoleh nilai probability (p-value) lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05) yaitu sig 0,042, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Blended Learning berpengaruh terhadap hasil belajar geografi SMA. Saran yang dapat diberikan kepada guru dan peneliti lanjut yaitu:

(50)

1) Bagi para guru, dalam penerapan pembelajaran Blended Learning sebagai alternatif pembelajaran dalam pembelajaran geografi untuk meningkatkan hasil belajar siswa disarankan untuk mengembangkan pembelajaran Blended Learning menggunakan program yang menyediakan evaluasi seperti moodle, menyimak diskusi dengan baik agar kesalahan konsep siswa dapat tertangkap dan diperbaiki.

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pembelajaran Blended Learning terhadap variabel lain, lokasi, jenjang pendidikan atau materi lain, dan menggunakan penelitian ini sebagai acuan, landasan atau bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

3. Halle, Ricardina Fatima Natalia. (2019) Penerapan Model Blended Based Learning Berbasis WhatsApp Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar, Berpikir Kritis, Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIPA SMAK Kesuma Mataram Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Materi Usaha dan Energi. Skripsi.

Pendidikan Fisika. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kemandirian belajar siswa saat menggunakan pembelajaran Blended Based Learning berbasis WhatsApp pada materi Usaha dan Energi mencapai presentase 53,57% untuk penggunaan WhatsApp. Peningkatan kemandirian belajar siswa kelas X MIPA 2 meningkat dari rata-rata 38,25 menjadi 44,07 dari skor maksimum 60.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam dua bab sebelumnya telah diuraikan kajian teori mengenai model pembelajaran, Blended Based Learning, daring, setting Blended Based Learning, aktivitas Blended Based Learning, Gereja dan dunia, serta penelitian yang relevan. Dalam bab tiga penulis akan membahas tentang rencana penelitian penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dengan menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, responden, dan kerangka tentatif.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk nonparametrik, tanpa statistik, tidak empiris, subjektif, induktif, penjelajahan,alamiah dan bukan angka-angka.

Penelitian ini terkait dengan data sehingga lebih menggunakan narasi-narasi dan uraian. Pada penelitian kualitatif ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat berkenaan dengan sikap, kepercayaan, motivasi, serta perilaku target populasi yang ditelitinya.

Dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang

Gambar

Tabel 1: Paradigma Pengajaran  Paradigma Lama Pengajaran dan
Tabel 2 : Seting Belajar
Tabel 3: Observasi Kelas
Tabel 4: Panduan Wawancara untuk Guru  Fokus
+5

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Penulis merasa prihatin melihat sebagian mahasiswa (khususnya mahasiswa awam) di prodi PAK yang kurang mendalami panggilannya sebagai katekis. Penulis melihat ada

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai

Teknik ini dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada yang telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan