BAB II. KAJIAN PUSTAKA
C. Penerapan Model Pembelajaran
2. Model Pembelajaran
Terdapat pengertian model pembelaran menurut beberapa ahli, menurut Dahlan (Dasripin, 2008 : 17) pengertian model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Menurut Ibadullah Malawi dan Ani Kadarwati, model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertntu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (2017 : 96).
Menurut Syaiful Sagala (2004:176) diutarakan bahwa:
Pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian model pembelajaran adalah pola atau tatanan cara yang digunakan oleh tenaga pendidik secara konseptual yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku yang bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Tujuan pembelajaran menurut Richards dan Rogers dalam Dr. Wachyu Sundayana (2014:21)yaitu :
1. Mengaktifkan dan mengembangkan empat ketrampilan berbahasa 2. Memperoleh ketrampilan dan starategi belajar yang dapat diterapkan
dalam kesempatan pengembangan/pembelajaran bahasa di kemudian hari
3. Mengembangkan ketrampilan akademik umum yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan berikutnya
4. Memperluas pemahaman pembelajar terhadap orang-orang yang berbicara bahasa yang dipelajari.
Menurut Bonsting dalam Ahmad Sanusi (2014) dikaji pergeseran dari pengajaran dan pengujian menjadi pembelajaran berkelanjutan dan perbaikan berkelanjutan, seperti yang disajikan berikut ini :
Tabel 1: Paradigma Pengajaran
memiliki sedikit nilai intrinsik atau tidak optimal dan bahkan bisa saja gagal. siswa. Siswa belajar pasif dan guru mengajar aktif.
Para guru terisolasi satu sama lain dalam ruang dan waktu.
a. Pengertian dan Kekhasan Blended Based Learning
Terdapat berbagai macam cara pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, terlebih pada saat sedang mengalami wabah COVID-19 seperti saat ini setiap sekolah menggunakan berbagai sarana agar pembelajaran tetap terlaksana dengan terstruktur.
Pembelajaran dengan model perbaduan antara daring dan luring atau yang
biasa dikenal dengan Blended Based Learning ini berbasis pada teknologi dan berpusat pada siswa. Terdapat beberapa pandangan tentang artian blended learning, seperti “ Pembelajaran blended adalah suatu kombinasi dari berbagai modus pembelajaran daring, luring dan tatap muka (in-person learning).
Pembelajaran blended menjadi lebih kukuh dan terkenal dengan semakin tersedianya pilihan, baik pembelajaran sinkron maupun asinkron.”(Noord et.al.
2007).
Blended Based Learning ini memiliki karakteristik yaitu adanya pengkombinasian strategi yang terbaik dari dua seting belajar tradisonal (sinkron, di dalam kelas) dan daring (asinkron, di luar kelas), kelemahan pembelajaran tradisional dapat disinergikan/integrasikan dengan kelebihan dari pembelajaran daring, tujuan utamanya adalah untuk mencapai efektifitas belajar secara optimal/maksimum.
Model pembelajaran Blended Based Learning (BBL) ini juga diartikan sebagai pengajaran bauran/pengajaran terpadu sehingga model pembelajaran ini juga merupakan pengkombinasian daring-luring. Adanya kedua elemen tersebut tidak bisa serta merta disebut sebagai Blended Based Learning (BBL) sehingga perlu diintegrasikan dengan baik serta berkesinambungan antara satu dan lainnya.
Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan sebelum perancangan model pembelajaran BBL, yaitu :
1. Memungkinkan interaksi positif (kontinuitas) antara guru dengan murid 2. Adanya pendampingan yang berkesinambungan yang menanyakan
dan memberikan pendampingan kepada murid
3. Integrasi pertemuan daring dan luring, pengintegrasian ini harus diusahakan adanya keterkaitan satu sama lain sehingga antara daring dengan luring merupakan satu kesatuan (contoh : refleksi pertemuan dan diskusi lebih lanjut) Terdapat 6 model dalam pelaksanaan model pembelajaran BBL, yaitu:
1. Face to face driver
Model ini akan melibatkan peserta didik tidak hanya sekedar tatap muka di ruang kelas atau laboratorium, akan tetapi melibatkan mereka ke dalam kegiatan di luar kelas dengan mengintegrasikan teknologi web secara online
2. Rotation
Model rotasi (rotation) mengintegrasikan pembelajaran secara online sambil bertatap muka di dalam kelas dengan pengawasan guru
3. Flex
Model flex memanfaatkan media internet dalam penyampaian pembelajaran kepada peserta didik. Di dalam hal ini peserta dapat membentuk kelompok diskusi
4. Online Lap
Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboraturium computer dengan semua materi pembelajaran di sediakan secara softcopy.
Peserta didik akan berinteraksi dengan guru secara online 5. Self Blend
Pada model self blend, peserta didik akan mengikuti kursus online sebagai pelengkap kelas konvensional. Pembelajaran yang dilakukan tidak harus di dalam ruang kelas, akan tetapi bisa di luar kelas.
6. Online Driver
Online driver merupakan pembelajaran secara online, di mana dalam hal ini seorang guru bisa mengupload materi pembelajaran di internet.
Peserta didik dapat mengunduh materi tersebut dari jarak jauh, sehingga peserta didik bisa belajar mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan waktu yang telah disepakati.
Pembelajaran secara daring seharusnya memiliki kualitas yang sama dengan pembelajaran secara luring. Kesamaan yang dimaksudkan adalah pada bagian materi yang diberikan, cara penerimaan siswa, serta pendampingan dari guru. Adapun peta konsep model pembelajaran BBL adalah sebagai berikut :
Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media da teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa BBL adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvesional, di mana antar peserta didik dan pendidik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pengajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan model pembelajaran BBL ini tidak berlangsung begitu saja, beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktivitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktivitas mana yang relevan dengan konvesional dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.
Adapun karakteristik dari model pembelajaran BBL adalah :
1. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.
2. Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online.
3. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran.
4. Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama penting, pendidik sebagi fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Hasil dari model pembelajaran BBL bagi siswa adalah : 1. Teacher ied instructions (F2F sessions interactive)
2. Printed instructions (study material), dengan tujuan agar siswa dapat mengulang lagi materi yang diberikan
3. Web based assessments (feedback reflections customers) 4. Digital visual e-learning (sebagai bentuk kreativitas)
Strategi yang dapat digunakan pada model pembelajaran BBL sebagai berikut :
Langkah kerja yang diterapkan dalam pelaksanaan model pembelajaran
BBL berbasis siswa Go Blog
Tatap Muka
Apersepsi (Pemberian
masalah)
KBM (Penekanan
konsep)
Belajar Mandiri
Pemberian tugas (Pribadi/kelompok)
BBL adalah :
1. Menyiapkan platform
2. Pembelajaran secara virtual (tatap muka)
3. Pemberian tugas di luar jam pembelajaran dan dikumpulkan di platform tersebut.
Struktur model pembelajaran BBL sebagai berikut :
Pelaksanaan yang terjadi lapangan, model pembelajaran Blended Based Learning ini belum sepenuhnya diterapkan oleh guru maupun siswa. Hal yang tidak dilaksanakan yaitu tidak adanya pembelajaran yang dilakukan secara luring.
Seperti yang telah diuraikan di atas, model pembelajaran ini sempurnanya dilakukan dengan dua cara yaitu daring dan luring. Namun justru SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta hanya melaksanakan pembelajaran secara daring saja. Hal ini dilakukan karena saat ini sedang terjadi pandemi yang membuat pemerintah memberlakukan peraturan adanya pembelajaran secara daring.
Pembelajaran secara luring hanya dilaksanakan oleh beberapa siswa diluar pengawasan oleh guru maupun sekolah. Hal ini karena tatap muka secara
Repetitio ns Possible Classroom
Teaching
Distance Learning
Final Assesment
langsung tidak dianjurkan oleh pihak sekolah. Model ini membawa siswa untuk bisa berpikir kreatif serta sekaligus bisa bekerja sama dengan teman satu kelompoknya.
b. Kelebihan dan kekurangan Blended Based Learning
Menurut Neumeier (2005) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning :