• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data, karena dari data yang berhasil dikumpulkan tersebut maka dapat diteliti serta di analisis lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Terdapat beberapa tahap dalam melakukan proses analisis data ini, diantaranya adalah tahap model air, yaitu adanya reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Adanya analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan alasan untuk mengupayakan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milah lalu menjadikan satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Lexy J. Moleong (2013 : 186), proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu

6. Saya mengharapkan pelaksanaan

8. Saya akan terus menggunakan model pembelajaran Blended

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.

Tahapan reduksi data sampai kepada tahapan kategorisasi data menurut hemat penulis merupakan satu kesatuan proses yang bisa dihimpun dalam reduksi data. Oleh karena itu, proses analisis data dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan kesimpulan atau Verifikasi sebagai berikut : 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian data

Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad Idrus bahwa:

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data.

Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta 1. Sejarah SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta

` Berdasarkan sumber website sekolah http://styosef.pangudiluhur.org/

dapat diperoleh informasi tentang profil SMA St. Yosef Surakarta. SMA St.

Yosef merupakan hasil pemisahan dari SMU Kanisius Surakarta. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1951. Kala itu yang menjadi Direktrisnya adalah Ibu dr. B.G.

Smith. Pemisahan ini secara resmi diakui Pemerintah pada tanggal 1 Juli 1952, dengan SK no 15380/SUBs. Walaupun demikian Direktur resmi tetap menjadi satu dengan induknya. Adapun hal-hal penting yang harus dicatat adalah : Tanggal beridirinya adalah 17 Juli 1951 dan bertempat di gedung bekas HCS, dua lantai, lantai 1 digunkan untuk SMP Kanisius II. Sekaramg seluruh bangunan ini digunakan oleh SMP Bintang Laut (Pangudi Luhur Surakarta.

Alamat sampai tahun 1965m : di Jl. Slamet Riyadi 74 Surakarta, tepatnya sebelah Barat simpang empat Nonongan.

Pada waktu didirikan SMU PL St. Yosef bernama SMA Katolik. Lalu berganti nama menjadi SMA Kanisius Bagian Putera. Jadi nama yang sekarang adalah nama yang ketiga. Sesuai dengan pnertiban Administrasi Pemerintah, maka semua sekolah harus mencatatkan diri di Kanwil, supaya dengan demikian instansi tersebut dapat memberikan sertifikat kepada sekolah-sekolah itu. SMU St.

Yosef pada tanggal 1 April 1978 menerima sertifikat dengan nomor

056/XII/4.A/78. Dan dulu pernah pula menerima SK Subsidi dengan no Piagam 151.

Pada tahun 1970 dan tahun 1971 SMU St. Yosef menjadi ketua Rayon untuk jurusan Sosial Budaya bagi SMU seluruh Kotamadya, kecuali SMU negeri I, III, IV, V. Mulai tahun 1972 berlaku ujian sekolah, bahan, biaya, serta pelaksanaannya seluruhnya menjadi tanggungan sekolah. Blanko ijazah yang diterima dari kantor Perwakilan P&K Jateng diisi sendiri oleh sekolah. Untuk perkembangan pendidikan saat ini SMU PL St. Yosef menyelenggarakan EBTA / EBTANAS sesuai dengan Instruksi Pemerintah.

2. Visi, Misi, dan Motto SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta:

Menjadi tempat untuk membangun manusia muda yang smart penuh kasih dan peduli.

Dengan menyediakan lingkungan pendidikan swasta yang kompetitif, kreatif,kondusif,menyenangkan dan empatik.

DIPANSER HATI : Disiplin, Pandai, Remangat dan Rendahati.

3. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta:

a. Membentuk pribadi yang unggul dalam bidang akademis dan ketrampilan b. Mewujudkan peserta didik yang berkarakter dan berdaya cipta

c. Mewujudkan peserta didik yang beriman akan Allah adalah kasih

d. Menciptakan iklim sharred mission, kerjasama dalam sekolah yang ditandai persaudaraan sejati dan komunikasi iman yang dewasa

e. Menumbuhkan kepakaan peserta didik dan solidaritas terhadap sesama atau masyarakat yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.

4. Strategi SMA Pangudi luhur St. Yosef Surakarta:

a. Pendidikan dalam bentuk pengajaran terstruktur dengan kerangka acuan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan penekanan pada belajar mandiri. Pendekatan semacam ini menuntut kreatifitas dan aktivitas siswa secara penuh. Tugas terstruktur, praktikum, studi lapangan, dan kompetisi merupakan bentuk pola interaksi pembelajaran yang selalu diusahakan untuk membangun semangat eksploratif dan inovatif.

b. Pendampingan perkembangan kepribadian secara seimbang yang ditempuh melalui kegiatan bimbingan dan konseling atau kegiatan kerohanian serta kegiatan ektrakurikuler merupakan pengembangan kepribadian secara menyeluruh. Pola kemitraan antara guru dengan siswa dalam proses kegiatan menjadi wahana yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal.

c. Pengembangan komunikasi secara terbuka dengan siapa saja yang berkehendak baik dengan mendasarkan pada asas kebenaran, keadilan, kejujuran dan cinta kasih.

d. Membangun jaringan kerjasama dengan SMP pelanggan sebagai bentuk pelayanan pendidikan yang berkesinambungan, dan kerjasama dengan Perguruan Tinggi sebagai bentuk tanggungjawab sekolah untuk mengantar mereka membuat pilihan yang matang bagi pendidikan lanjut selepas SMA.

e. Membangun komunikasi terbuka dan efektif dengan alumni dan komite sekolah demi kemajuan dan perkembangan sekolah.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Subyek penelitian ini adalah sebagian besar siswa dari Kelas XI Bahasa yang masih aktif mengikuti pembelajaran secara daring. Kelas XI Bahasa atau dengan sebutan yaitu XI IBB (Ilmu Budaya dan Bahasa) sebagai kelas penelitian berjumlah 11 peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti pembelajaran dengan materi Gereja dan Dunia sebanyak 4 (empat) kali pertemuan secara daring.

Saat ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara daring, maka proses itu pun juga harus terpaksa tidak dilakukan. Pengamatan hanya dilakukan pada lingkungan masing-masing rumah siswa lalu menuangkannya dalam produk mereka. Hal ini sekaligus membuat siswa menjadi tidak dapat saling memperkaya dan saling memberi peneguhan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sharing pengalaman antar siswa satu kelas sehingga mereka tidak saling mengetahui hal-hal apa saja yang mereka temukan dalam lingkungan tempat tinggal teman satu

08.00 – 09.00 Penyerahan surat izin penelitian Rabu, 17 Februari

2021

07.00 – 09.00 Perizinan ke sekolah untuk bergabung dalam kelas daring 09.00 – 09.30 Penjelasan kegiatan belajar

mengajar daring Jumat, 19 Februari

2021

08.00 – 09.00 Pembuatan akun Microsoft team 365

09. 00 - 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Rabu, 24 Februari

2021

08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk KBM daring

Jumat, 26 Februari 2021

09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Rabu, 3 Maret

2021

08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk KBM daring

Jumat, 5 Maret 2021

09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Rabu, 10 Maret

2021

08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk KBM daring

Jumat, 12 Maret 2021

09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Selasa, 16 Maret

2021

07.00 – 08. 00 Sidang Akademik Rabu, 17 Maret

2021

08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk KBM daring

Jumat, 19 Maret 2021

09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Selasa, 23 Maret

2021

07.00 – 08. 00 Sidang Akademik Rabu, 24 Maret

2021

08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk KBM daring

Jumat, 26 Maret 2021

09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar Selasa, 30 Maret

2021

07.00 – 08. 00 Sidang Akademik

Penelitian dimulai pada tanggal 15 Februari 2021 yaitu dengan melakuan observasi. Observasi dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan pada saat penelitian bersama dengaan guru mata pelajaran. Selain itu pada saat observasi dilakukan, peneliti juga juga berdiskusi dengan guru mata pelajaran tentang perubahan model pembelajaran yang terjadi di SMA Santo Yosef Surakarta. Pada saat observasi dilakukan, kegiatan pembelajaran sedang tidak berlangsung karena jadwal pelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah setiap hari Jumat pukul 08.25 –

09.00. Materi Gereja dan Dunia dimulai pada tanggal 19 Februari 2021 dan diakhiri pada tanggal 12 Maret 2021.

Penutupan kegiatan setiap materi dengan menghasilkan sebuah produk bersama yang dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4 (empat) hingga 5 (lima) siswa. Anggota dari setiap kelompok tersebut berasal dari berbagai jurusan. Masing-masing kelompok bebas menetukan produk yang akan dibuat, pihak sekolah sudah memberikan pilihan sebelumnya yaitu podcast, cerpen (cerita pendek), makalah, vlog, iklan. Masing-masing produk memiliki guru pendamping guna mendampingi siswa dalam menciptakan produk yang sesuai dengan ketentuan guru mata pelajaran.

Dalam produk tersebut harus mencakup mata pelajaran yang dibaurkan (blending). Mata pelajaran peserta didik kelas XI Bahasa yang dibaurkan adalah Pendidikan Agama Katolik, Bahasa Inggris, Biologi, PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan), Geografi, Bahasa Jerman, Fisika, Kimia, Bahasa Jawa, Antropologi, PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan), Sejarah.

C. Rangkuman Hasil Wawancara dan Pembahasan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI, maka dapat dirangkum dapat hasil berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Aspek Pemahaman

a. Model pembelajaran apa yang digunakan dalam pembelajaran sebelum adanya pandemi COVID-19 ?

Selama ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran tatap muka. Siswa kelas XI Bahasa mengalami masa peralihan dari pembelajaran tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran secara daring.

Siswa merasa bahwa selama ini diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvesional dan siswa tidak begitu memahami secara jelas model pembalajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Selama ini siswa mengalami pembelajaran seperti biasa tanpa mengetahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran. Siswa hanya mengetahui tentang materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran sehingga siswa menerima masing-masing materi dari setiap guru yang berbeda dan dengan cara mengajar yang berbeda.

Siswa merasa bahwa hasil yang mereka dapatkan pada setiap mata pelajaran tidak stabil atau mendapat rata-rata nilai yang sama. Hal itu terjadi karena adannya beberapa faktor penyebab, salah satu faktornya yaitu karena model pembelajaran yang digunakan masing-masing guru berbeda sehingga ada yang mudah diterima oleh siswa dan juga ada yang membutuhkan waktu lebih lama unutuk dapat diterima oleh siswa.

Sedangkan menurut salah satu guru mata pelajaran di sekolah tersebut, pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu tatap muka secara langsung dengan menggunakan macam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran yang paling sering digunakan adalah praxis kateketik. Model pembelajaran tersebut memang bukanlah model pembelajaran yang umum digunakan untuk mengajar siswa SMA. Menurutnya, model pembelajaran yang digunakannya

adalah yang paling relevan untuk diterapkan dalam mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Model ini bertujuan mengajak siswa agar mudah menerapkan materi yang diberikan dalam kehidupan dalam bermasyarakat maupun dalam hidup menggereja. Selain itu, model pembelajaran ini dipilih dan dilakukan agar praktek keagamaan yang berupa pewartaan iman tersebut dapat diwujudkan oleh siswa.

Model pembelajaran ini tetap berpegang dan berinti pada teori dan materi namun penekanan yang diberikan adalah berupa praktek keagamaan. Model lain yang digunakan yaitu berupa bedah kasus, diskusi, dan contextual learning.

Dengan adanya macam-macam model pembelajaran tersebut, akan menghasilkan sebuah praktek yang dilakukan secara bersama oleh siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa sebelum adanya pandemi COVID-19 ini, siswa tidak terlalu memahami model pembelajaran yang dipraktekkan oleh guru mata pelajaran karena tidak ada penjelasan sebelum memulai materi. Selain itu, siswa tidak menerima cara penyampaian materi yang sama dari masing-masing guru mata pelajaran dikarenakan masing-masing guru mata pelajaran menggunakan cara ajar masing-masing.

Siswa selama ini menangkap bahwa pembelajaran tatap muka justru sebagai salah satu model pembelajaran. Sedangkan yang dimaksudkan model pembelajaran ialah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

b. Apakah yang anda ketahui tentang model pembelajaran Blended Based Learning ?

Model pembelajaran Blended Based Learning adalah penggabungan atau kolaborasi antar mata pelajaran dengan mengusung satu tema lalu diaplikasikan menjadi sebuah produk. Bisa juga dikatakan sebagai pencampuran pada setiap materi mata pelajaran menjadi satu yang menghasilkan sebuah produk. Kurikulum pembelajarannya pun dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung. Adapun contoh produk yang dihasilkan yaitu berupa podcast, iklan, vlog,makalah dan film pendek, cerita pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, rata-rata siswa di kelas XI Bahasa memilih podcast.

Saat ini SMA Pangudi Luhur Santo yosef mengalami perubahan penyebutan model pembelajaran. Pada awalnya, sekolah ini menyebut model pembelajaran ini sebagai Blended Based Learning namun setelah itu terdapat pergantian menjadi Colaborative Learning. Kedua model pembelajaran tersebut tidak terdapat pembedaan yang berarti karena memiliki sistem pembelajaran yang sama. Model pembelajaran ini adalah suatu bentuk pencampuran beberapa mata pelajaran. Walau begitu, tidak semua mata pelajaran tergabung dalam model pembelajaran ini.

Mata pelajaran yang terlibat untuk menjalankan model pembelajaran ini adalah Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Antropologi, Matematika, dan Prakarya dan Kewirausahaan. Pencampuran mata pelajaran ini dirasa akan

lebih mengembangkan minat belajar siswa. Siswa juga diajak untuk bisa berpikir lebih kreatif dengan adanya pencampuran mata pelajaran tersebut.

Penggabungan mata pelajaran ini sebenarnya tidak semata-mata hanya mencampurkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya saja namun penekanannya lebih pada pengembangan kreativitas serta kemandirian siswa agar dapat berpikir secara kritis. Secara teoritis memang model pembelajaran ini tidak berjalan sesuai dengan semestinya karena seharusnya terdapat penggabungan pertemuan tatap muka dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Pada prinsipnya, pelaksanaan model pembelajaran ini tetap membaurkan mata pelajaran namun karena terhalang oleh adanya pandemi maka mengakibatkan tidak adanya pertemuan antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Pembauran mata pelajaran ini juga memiliki arti sebagai pencampuran dua model pembelajaran yaitu Project Based Learning dan Colaborative Learning, keduanya saling berkaitan dan menghasilkan sebuah produk. Produk itulah yang dijadikan sebagai salah satu sumber nilai yang akan diperoleh oleh siswa. Hal ini juga dilakukan dalam rangka mengembangkan soft skill dan hard skill siswa.

Sehingga sekakigus juga dalam rangka membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan diri berdasarkan materi pembelajaran dan diwujudkan dalam produk yang dipilih oleh siswa yang bersangkutan.

Menurut pengalaman siswa saat memilih produk iklan, siswa merasa bekerja sendiri sehingga muncul rasa terbebani dalam diri pribadi siswa. Lain hal juga dirasakan oleh siswa saat siswa tersebut mencoba mengajak siswa lainnya

untuk produktif. Namun justru yang didapatkannya justru tidak adanya tanggapan dari teman lain dalam satu kelompok. Hal inilah yang membuat siswa merasa cukup tidak mengerti dengan sistem model pembelajaran ini. Menurutnya model pembelajran ini seharusnya justru membuat semua siswa menjadi lebih aktif namun yang dialami justru terdapat sebagian siswa yang tidak memanfaatkan ini dengan baik.

2. Aspek Pelaksanaan

a. Pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning berlangsung

Pelaksanaan model pembelajara ini menggabungkan mata pelajaran pilihan yang telah ditentukan oleh tim BBL sehingga tidak semua mata pelajaran bisa di kolaborasikan dalam satuan model pembelajaran. Produk yang dihasilkan akan dipertanggung jawabkan dengan adanya SA (Sidang Akademik) sehingga tidak perlu ada tambahan ujian lagi. Pelaksanaannya dilakukan secara online serta PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menggunakan Microsoft Team 365.

Pelaksanaannya adalah guru memberikan materi dengan diawali menjelaskan kompetensi dasar sesuai dengan pertemuan hari itu lalu memberi gambaran tentang hal yang akan dibahas selama pertemuan. Setiap kali pertemuan virtual berlangsung maka guru mata pelajaran akan menanyakan tentang produk yang dibuat siswa. Setelah itu, guru akan memberi arahan tentang produk sesuai dengan pilihan masing-masing siswa. Pengarahan produk ini adalah hal yang penting karena memuat tentang hal-hal yang harus di masukan dalam produk tersebut. Dalam produk tersebut juga harus ada kaitannya dengan semua mata pelajaran yang masuk dalam mata pelajaran kolaborasi.

Dalam penerapan model belajar ini, sedari awal SMA Santo Yosef langsung menggunakan aplikasi Microsoft Team. Dalam pertemuan virtual tersebut, guru mata pelajaran tidak mengajar secara penuh sesuai jam mata pelajaran. Pertemuan virtual tersebut digunakan untuk mendampingi siswa dalam pengerjaan produk dan juga sekaligus sebagai salah satu praktek pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning ini.

Normalnya model pembelajaran Blended Based Learning memang terdapat kolaborasi pembelajaran secara daring dan luring namun karena kondisi yang belum memungkinkan, maka kebijakan dari pihak sekolah hanya membimbing siswa melalui via daring. Selain menggunakan aplikasi Microsoft Team 365, pendampingan kepada siswa juga dapat melalui aplikasi WhatsApp.

Pemanfaatan apikasi WhatsApp ini bersifat lebih personal dan seringkali digunakan untuk mengingatkan siswa untuk melakukan proses produk mereka masing-masing.

b. Bagaimana penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia ?

Penerapan model ini terdapat penggabungan dengan produk (hasil keluaaran) dengan pilihan produk terbanyak dari siswa yaitu podcast. Podcast memiliki peminat yang paling banyak diantara pilihan produk lainnya karena dirasa lebih mudah menyampaikan materi secara lisan. Sebagian besar siswa dari kelas XI Bahasa memilih podcast karena mereka menyadari kemampuan mereka untuk berbahasa dengan baik sehingga apabila disampaikan dengan podcast maka

akan lebih mudah diterima oleh pendengar.

Penerapan model pembelajaran ini dalam materi Gereja dan Dunia pun juga dirasa oleh sebagian besar siswa kelas XI Bahasa lebih mudah dipahami. Hal ini karena pada materi ini lebih mengutamakan aksi siswa ditengah masyarakat.

Siswa bisa langsung mempaktekkan materi yang mereka terima dalam lingkungan rumah mereka sehingga dampak dari penerapan model Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia ini sangat dirasakan siswa.

Pada saat pertemuan virtual dilakukan, maka guru langsung menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi di Gereja mapun dunia. Lalu guru menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebagai siswa sebagai salah satu wujud pencegahan adanya perpecahan di Gereja maupun dunia. Penjelasan ini hanya sebagai pengantar siswa agar memiliki gambaran tentang materi tersebut namun siswa lebih dituntun agar dapat menemukan sendiri permasalahan yang ditemukan di Gereja dan dunia serta didampingi agar siswa dapat menemukan cara agar hal-hal tersebut dapat diminimalisir.

Walau begitu terdapat juga siswa yang merasa bahwa model pembelajaran Blended Based Learning ini tidak mudah diterapkan dalam materi Gereja dan Dunia. Namun hal ini lebih mengacu pada kurangnya kesadaran teman satu kelompok dalam pembuatan produk. Saat memilih produk podcast ini sebenarnya besar harapan siswa tersebut untuk dapat menghasilkan nilai yang lebih baik lagi namun akibat kurangnya kesadaran dalam diri siswa maka membuat siswa lain justru merasa dirugikan.

Keikutsertaan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

dalam program model pembelajaran ini justru sangat berdampak positif bagi siswa, guru maupun mata pelajaran lain. Hal ini dirasakan oleh pihak-pihak tersebut karena mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik ini justru bisa menjawab tantangan zaman serta menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di setiap mata pelajaran. Dengan adanya model pembelajaran ini pula, maka siswa juga didampingi untuk dapat melihat dunia secara lebih luas karena saat ini dunia sedang berada dalam sebuah lingkup yang menegangkan. Maka materi ini dinilai sebagai materi yang sangat kontekstual dengan kondisi saat ini dan dengan adanya model pembelajaran ini maka siswa pun dapat ikut mengambil peran didalamnya.

c. Menurut Anda apakah model pembelajaran Blended Based Learning dapat mencapai tujuan pembelajaran?

Menurut siswa model pembelajaran Blended Based Learning ini bisa mencapai pembelajaran, asalkan dari siswa sendiri memiliki niat tersendiri untuk berubah dan maju kedepan. Contoh yang dialami oleh siswa adalah ketika ada siswa lain yang suka membaca buku dan belajar, walaupun dilakukan secara daring namun tetap masih semangat untuk belajar serta mencapai pada tujuan.

Lalu hal tersebut ternyata membuat siswa lain menjadi semangat dalam belajar meskipun dilakukan secara daring. Siswa mengalami sendiri pengaruh baik ketika menggunakan model belajar ini, saah satunya adalah siswa dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Hal serupa juga dialami oleh siswa lainnya, menurutnya sebuah cara pembelajaran harus memiliki evaluasi dan juga memiliki sebuah cara agar lebih

bisa baik lagi dari sebelumnya. Sehingga sebagai siswa, mereka sangat memerlukan Blended Based Learning ini karena dirasa lebih sesuai dengan

bisa baik lagi dari sebelumnya. Sehingga sebagai siswa, mereka sangat memerlukan Blended Based Learning ini karena dirasa lebih sesuai dengan