• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Refleksi Kateketis

Menurut Paus Paulus Yohanes II dalam Catechesi Tradendae (CT art 20) yaitu berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari mengembangkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Pada pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada materi Gereja dan Dunia juga mengajarkan bahwa siswa pun juga bagian dari umat yang layak menerima bantuan Allah melalui berkat. Siswa adalah bagian penting dari lingkup persekolahan, dalam diri mereka terdapat iman yang sedang tumbuh dengan dampingan guru maupun orang tua.

Setiap siswa memiliki bagian yang sama untuk menerima berkat lewat bantuan warga sekolah. Salah satu wujud dari penyaluran berkat tersebut adalah dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

Pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning adalah salah satu cara yang dipandang untuk dapat mempermudah menyaluran berkat Allah tersebut.

Penerapan model ini lebih mengarah kepada praxis katekese sehingga siwa belajar sendiri melalui pengalaman yang di alami. Lewat pengalaman tersebut siswa sekaligus diajak untuk mampu melihat Gereja dan Dunia masa kini. Siswa dituntun untuk dapat memberikan dampak baik pada kedua hal tersebut. Kegiatan ini adalah salah satu bentuk pelaksanaan upaya pertumbuhan iman anak yang terjadi di lingkup persekolahan walaupun karena faktor pandemi ini tidak dapat dilakukan di lingkungan sekolah.

Pada materi Gereja dan Dunia terdapat beberapa keprihatinan yang saat ini tidak jarang ditemui di Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain kemiskinan, perusakan linkungan, ketidak adilan sosial, serta perkembangan IPTEK. Keprihatinan tersebut bahkan sudah tertulis dalam alkitab, seperti yang tertulis pada Roma 12:2 yaitu “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Pada kutipan ayat tersebut jelas mengatakan bahwa alkitab pun memandang bahwa dunia ini adalah tempat yang berbahaya.

Hal inilah yang justru diajarkan pada siwa kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta melalui penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia. Siswa diajak untuk bersama-sama mengupayakan adanya keselamatan dalam dunia ini. Siswa secara langsung turut ambil bagian untuk menjadi penolong bagi sesamanya di lingkup sekitar rumah tinggal mereka. Melalui kegiatan ini pula, pertumbuhan iman siswa juga diolah agar mereka semakin mampu menyadari berkat Allah yang hadir dalam dirinya.

Sedangkan adanya dari kegiatan ini juga menyadarkan penulis bahwa adanya kondisi ini harus sebisa mungkin tetap dihadapi dengan bijaksana. Penulis juga belajar dari pengalaman siswa yang pada saat wawancara telah berakhir menyempatkan diri untuk bercerita. Beberapa dari siswa bercerita kepada penulis tentang keresahannya sebagai pelajar yang harus belajar dari rumah sedangkan keadaan di rumahnya tidak mendukung untuk belajar.

Dalam motto penulisan skripsi ini juga sekaligus menjadi penyemangat bagi penulis dalam melakukan setiap kegiatan termasuk dalam rangkaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulis adalah kaum muda yang harus mampu membuat dorongan yang positif, baik kepada diri sendiri maupun kepada sesama. Terlebih pada saat yang kurang baik ini, dengan kerendahan hati penulis harus menyadari keadaan sekitar, baik yang ada di lingkup Gereja maupun lingkup masyarakat seperti yang sedang dibahas penulis pada penulisan ini.

BAB V PENUTUP

Pada bagian penutup penulis memaparkan kesimpulan dan saran tentang penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Bagian ini memuat inti dari seluruh proses dalam penyusunan skripsi, sedangkan bagian saran memuat beberapa hal yang dapat digunakan untuk penyempurnaan penerapan model pembelajaran Blended Based Learning di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

A. Kesimpulan

Pada masa seperti saat ini, pembelajaran secara daring memang menjadi satu-satunya cara yang paling diandalkan agar proses pembelajaran tetap dapat terlaksanakan. Penggunaan macam-macam model pembelajaran agar siswa menikmati pembelajaran juga telah dilakukan di berbagai sekolah. Model pembelajaran Blended Based Learning adalah contoh model pembelajaran yang digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta untuk diterapkan dalam beberapa mata pelajaran pilihan. Pelaksanaan model pembelajaran ini dirasa mampu untuk menjawab persoalan dalam bidang pendidikan apabila sedang terdampak hal-hal diluar dugaan khususnya pandemi COVID-19.

Penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti khususnya materi Gereja dan Dunia di kelas XI Bahasa berjalan dengan baik dan lancar. Adanya praktek pada setiap materi pembelajaran, membantu siswa untuk dapat semakin mudah dalam memahami materi. Adanya kontinuitas sebagai salah satu aspek pelaksanaan model pembelajaran ini juga dinilai sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswa yang semakin aktif dalam pembelajaran juga dinilai sebagai salah satu dampak positif dari penerapan model pembelajaran ini.

Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ini, siswa lebih mudah dalam memahami materi karena siswa belajar dari hal yang telah dilakukannya lewat pendampingan guru mata pelajaran. Adanya komunikasi yang baik antar siswa juga menjadi kunci utama yang telah berhasil dilakukan oleh para siswa untuk bersama-sama mencapai keberhasilan dalam tujuan pembelajaran. Kerja sama yang baik antar siswa tersebut juga dirasa mampu membuat siswa lainnya yang pasif dalam kelas menjadi lebih aktif dan bahkan dapat memberi sumbangsih yang besar berupa ide/gagasan dalam pembuatan produk bersama. Hal ini juga tidak terlepas dari peran guru yang memberi pendampingan kepada siswa, baik saat pemberian materi maupun pada saat proses pembuatan produk. Dengan demikian maka penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dapat mencapai tujuan pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan beberapa saran terkait penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

1. Bagi Sekolah

a. Sekolah dapat mengontrol kembali terhadap pelaksanaan program model pembelajaran Blended Based Learning di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan memastikan bahwa seluruh guru mata pelajaran yang tergabung dalam program ini sudah melaksanakan dengan baik.

b. Sekolah menyelenggarakan worshop perencanaan pembelajaran Blended Based Learning

2. Bagi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

a. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Blended Based Learning dengan maksimal pada seluruh materi yang diajarkan.

b. Guru dapat memberikan pendampingan kepada peserta didik secara personal terlebih kepada siswa yang dianggap lemah dalam mata pelajaran terkait.

3. Bagi Siswa Kelas XI Bahasa

a. Siswa dapat meningkatkan komunikasi terhadap siswa lainnya sehingga tidak mengalami keberatan apabila satu kelompok dengan siswa dari kelas lain.

b. Siswa dapat lebih komunikatif dengan guru sehingga setiap materi dan

produk yang akan dibuat menjadi lebih baik.

c. Siswa dapat meningkatkan tanggung jawabnya sebagai pelajar dalam bentuk rajin mengikuti kelas daring dan mengumpulkan tugas.

DAFTAR PUSAKA

Aunurrahman. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Dwiyogo, Wasis D. (2018). Pembelajaran Berbasis Learning. Depok: Rajawali Pers

Ferdinand, Augusty. (2014). Metode Penelitian Manajemen: pedoman penelitian untuk penulisan skripsi tesis dan disertasi ilmu manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ilmiah, Dapur. (2014). Analisis Data Kualitatif. Di unduh dari

http://dapurilmiah.blogspot.com/2014/06/analisis-data-kualitatif.html MENENTUKAN-SETING-BELAJAR-DALAM-MERANCANG-PEMBELAJARAN-BLENDED.pdf diunduh pada 23 Maret 2021 Isjoni, H. (2014). Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.

Jogja, LPMP. (2014). Peta Konsep Model Blended Learning. Diunduh dari https://www.google.com/search?q=peta+konsep+model+blended+learnin

Kotan, Daniel Boli & Purwono, T.A. (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Diutus Sebagai Murid Yesus Buku Guru Kelas XI SMA.

Yogyakarta : PT Kanisius.

Lexy, J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Malawi, Ibadullah dan Ani Kadarwati. (2017). Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi). Magetan : CV. AE Grafika.

Mulyana, Deddy. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslimin, Khoirul dan Maswan. (2017). Teknologi Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sanusi, Achmad. (2014). Strategi Pendidikan. Bandung : Nuansa Cendekia.

Sudjana, Nana. ( 1989). Penelitian dan Penilaian. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sundayana, Wachyu. (2014). Pembelajaran Berbasis Tema. Bandung : Erlangga.

Sutrisno, Hadi. (2007). Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka, 199.

(1) LAMPIRAN Lampiran 1

Surat Perizinan Penelitian

(2) Lampiran 2

Lembar Kuesioner Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik

(3) Lampiran 3

Observasi dan Wawancara menggunakan WhatsApp Message dan voice notes

(4)

(5)

(6) Lampiran 4

Pembelajaran menggunakan Microsoft Teams 365

(7) Lampiran 5

Transkrip wawancara siswa dan guru

a. Sebelum adanya pandemi COVID-19 ini, model Pembelajaran apa yang digunakan dalam pembelajaran?

Selama ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran tatap muka. Siswa kelas XI Bahasa mengalami masa peralihan dari pembelajaran tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran secara daring. Siswa merasa bahwa selama ini diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvesional dan siswa tidak begitu memahami secara jelas model pembalajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Selama ini siswa mengalami pembelajaran seperti biasa tanpa mengetahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran. Siswa hanya mengetahui tentang materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran sehingga siswa menerima masing-masing materi dari setiap guru yang berbeda dan dengan cara mengajar yang berbeda.

Siswa merasa bahwa hasil yang mereka dapatkan pada setiap mata pelajaran tidak stabil atau mendapat rata-rata nilai yang sama. Hal itu terjadi karena adannya beberapa faktor penyebab, salah satu faktornya yaitu karena model pembelajaran yang digunakan masing-masing guru berbeda sehingga ada yang mudah diterima oleh siswa dan juga ada yang membutuhkan waktu lebih lama unutuk dapat diterima oleh siswa.

Sedangkan menurut salah satu guru mata pelajaran di sekolah tersebut, pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu tatap muka secara langsung dengan menggunakan macam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran yang paling sering digunakan adalah praxis kateketik. Model pembelajaran tersebut memang bukanlah model pembelajaran yang umum digunakan untuk mengajar siswa SMA. Menurutnya, model pembelajaran yang digunakannya adalah yang paling relevan untuk diterapkan dalam mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Model ini bertujuan mengajak siswa agar mudah menerapkan materi yang diberikan dalam kehidupan dalam bermasyarakat maupun dalam hidup menggereja. Selain itu, model pembelajaran ini dipilih dan dilakukan agar praktek keagamaan yang berupa pewartaan iman tersebut dapat diwujudkan oleh siswa.

Model pembelajaran ini tetap berpegang dan berinti pada teori dan materi namun penekanan yang diberikan adalah berupa praktek keagamaan.

Model lain yang digunakan yaitu berupa bedah kasus, diskusi, dan contextual learning. Dengan adanya macam-macam model pembelajaran tersebut, akan menghasilkan sebuah praktek yang dilakukan secara bersama oleh siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa sebelum adanya pandemi COVID-19 ini, siswa tidak terlalu memahami model pembelajaran yang dipraktekkan oleh guru mata pelajaran karena tidak ada penjelasan sebelum memulai materi.

Selain itu, siswa tidak menerima cara penyampaian materi yang sama dari masing-masing guru mata pelajaran dikarenakan masing-masing guru mata

(8)

pelajaran menggunakan cara ajar masing-masing.

Siswa selama ini menangkap bahwa pembelajaran tatap muka justru sebagai salah satu model pembelajaran. Sedangkan yang dimaksudkan model pembelajaran ialah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

Jawaban :

Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI Bahasa

Tidak ada model pembelajaran secara resmi hanya saja menggunakan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pelajaran agama Katolik. Model pembelajaran yang digunakan praxis kateketis walu dalam metode resmi tidak ada karena lebih realistis untuk langsung diterapkan dalam hidup sehari-hari. Pewartaannya tetap ada dan nilai-nilai yang terkandung juga masih ada. Model pembelajaran ini pun juga menekankan pada praktek keagamaan namun tekananannya lebih pada praktek. Sehingga metode yang digunakan bisa menggunakan bedah kasus, diskusi, lalu bagaimana anak-anak bisa menjawab dengan real kenyataan-kenyataan yang dihadapi siswa. Ada banyak yang saya gunakan yaitu menggunakan model terbaru ini, apabila saat tatap muka maka akan membosankan bila hanya menggunakan satu metode saja sehingga dibuat sevariatif mungkin. Sehingga bisa saja setiap tema menggunakan metode yang berbeda.

Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun

Sejauh yang saya ketahui, model pembelajaran yang digunakan adalah model TTM yaitu pembelajaran tatap muka secara langsung. Hal itu sempat saya alami saat berada di kelas X di SMA Santo Yosef ini.

Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/ 16 tahun

Menggunaan model pembelajaran konvesional atau tatap muka seperti biasa namun lebih jelasnya menggunakan model apa saya tidak terlalu memahami Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun

Nah sebelum adanya pandemi ini, model pembelajaran yang kita gunakan adalah pembelajaran langsung atau bisa disebut tatap muka.

Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun

Sebelum adanya pandemi ini model pembelajaran yang digunakan adalah secara offline school atau pembelajaran secara langsung di sekolah.

(9) Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun

Sebelum adanya pandemi ini model pembelajarannya menggunakan tatap muka, tetapi lebih jelasnya lagi seperti apa saya tidak terlalu memahami.

Namun yang jelas pembelajarannya tidak dilakukan secara daring.

b. Apakah yang anda ketahui tentang model pembelajaran Blended Based Learning ?

Model pembelajaran bbl adalah penggabungan atau kolaborasi antar mata pelajaran dengan mengusung satu tema lalu diaplikasikan menjadi sebuah produk.

Bisa juga dikatakan sebagai pencampuran pada setiap materi mata pelajaran menjadi satu yang menghasilkan sebuah produk. Kurikulum pembelajarannya pun dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung. Adapun contoh produk yang dihasilkan yaitu berupa podcast, iklan, vlog,makalah dan film pendek, cerita pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, rata-rata siswa di kelas XI Bahasa memilih podcast.

Saat ini SMA Pangudi Luhur Santo yosef mengalami perubahan penyebutan model pembelajaran. Pada awalnya, sekolah ini menyebut model pembelajaran ini sebagai Blended Based Learning namun setelah itu terdapat pergantian menjadi Colaborative Learning. Kedua model pembelajaran tersebut tidak terdapat pembedaan yang berarti karena memiliki sistem pembelajaran yang sama. Model pembelajaran ini adalah suatu bentuk pencampuran beberapa mata pelajaran. Walau begitu, tidak semua mata pelajaran tergabung dalam model pembelajaran ini.

Mata pelajaran yang terlibat untuk menjalankan model pembelajaran ini adalah Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Antropologi, Matematika, dan Prakarya dan Kewirausahaan. Pencampuran mata pelajaran ini dirasa akan lebih mengembangkan minat belajar siswa. Siswa juga diajak untuk bisa berpikir lebih kreatif dengan adanya pencampuran mata pelajaran tersebut.

Penggabungan mata pelajaran ini sebenarnya tidak semata-mata hanya mencampurkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya saja namun penekanannya lebih pada pengembangan kreativitas serta kemandirian siswa agar dapat berpikir secara kritis. Secara teoritis memang model pembelajaran ini tidak berjalan sesuai dengan semestinya karena seharusnya terdapat penggabungan pertemuan tatap muka dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Pada prinsipnya, pelaksanaan model pembelajaran ini tetap membaurkan mata pelajaran namun karena terhalang oleh adanya pandemi maka mengakibatkan tidak adanya pertemuan antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Menurut pengalaman siswa saat memilih produk iklan, siswa merasa bekerja sendiri sehingga muncul rasa terbebani dalam diri pribadi siswa. Lain hal juga dirasakan oleh siswa saat siswa tersebut mencoba mengajak siswa lainnya untuk produktif. Namun justru yang didapatkannya justru tidak adanya tanggapan

(10)

dari teman lain dalam satu kelompok. Hal inilah yang membuat siswa merasa cukup tidak mengerti dengan sistem model pembelajaran ini. Menurutnya model pembelajran ini seharusnya justru membuat semua siswa menjadi lebih aktif namun yang dialami justru terdapat sebagian siswa yang tidak memanfaatkan ini dengan baik.

Jawaban :

Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI Bahasa

Secara lebih mudah, model pembelajaran ini adalah penggabungan dua program yaitu project (PBL) dan BBL itu sendiri. Hanya saja dalam prakteknya yang digunakan di sekolah ini adalah collaborative learning. Sehingga ada 2 kegiatan besar siswa yaitu menghasilkan produk dan juga menggabungkan beberapa mata pelajaran.

Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun

Pencampuran setiap materi mata pelajaran menjadi satu lalu menghasilkan produk serta kurikulum pembelajarannya serta dilaksanakan secara tidak tatap muka secara langsung. Contohnya yang saya ketahui yaitu podcast, iklan, lalu vlog, film pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, saya memilih podcast karena sebelumnya saya memilih produknya berupa iklan. Pengalaman saat memilih produk iklan, saya merasa bekerja sendiri sehingga menyusahkan saya. Lain hal juga saya rasakan saat mengajak teman-teman untuk produktif. Saya mengetahui bahwa setiap orang memiliki kesibukan masing-masing namun seharusnya meluangkan waktu untuk belajar bersama.

Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun

Sejauh yang saya tahu, model pembelajaran ini mengarah kepada pencampuran cara belajar baik itu kelompok maupun individu dan secara daring maupun luring.

Bernadetha Tia Avrilla/XI-BB/ 16 tahun

Menggunakan model pembelajaran kolaboratif learning, ada beberapa mata pelajaran yang digabung mnejjadi satu (3 mata pelajaran) kemudian dari pencampuran terssebut akan menghasilkan satu buah produk sebagai bentuk keluaran yang dihasilkan siswa.

Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun

Yang saya ketahui tentang model pembelajaran Blended Based Learning adalah penggabungan beberapa mata pelajaran untuk dibuat dalam satu produk. Lalu didalamnya terdapat unsur-unsur tersebut.

Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun

(11)

Menurut saya model pembelajaran Blended Based Learning itu campuran cara belajar dan mata pelajaran. Jadi pembelajaran itu sifatnya tidak seperti pembelajaran biasanya tetapi serba dipadukan.

c. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning berlangsung ?

Jawaban :

Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI Bahasa

Pelaksanaannya demikian, untuk kelas XI terdapat 8 mata pelajaran yang digabungkan. Untuk produknya terdapat berbagai jenis yang bisa dipilih anak-anak sesuai potensi masing-masing. Dengan adanya BBL ini juga melatih karakter-karakter siswa yang sebelumnya belum muncul dan saat model pembelajaran ini dilaksanakan bisa terlihat. Sebetulnya, apabila sudah diberlangsungkan pembelajaran tatap muka maka akan lebih memudahkan, karena siswa dapat melakukan komunikasi dengan lebih baik dan menghasilkan komunikasi dua arah. Saat ini dengan terpaksa pelaksanaannya harus menggunakan bantuan aplikasi sehingga bisa dikatakan pelaksanaannya tidak berjalan sesuai seharusnya.

Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun

Dengan adanya model pembelajaran ini, saya rasa dapat menguntungkan para murid karena mengerjakan satu produk tetapi sudah merangkup banyak mapel.

Pelaksanaan yang diterapkan dalam model pembelajaran ini dilakukan secara daring/online.

Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun

Pelaksanaan model pembelajaran bbl ini menggabungkan mata pelajaran pilihan yang telah ditentukan oleh tim BBL sehingga tidak semua mata pelajaran bisa di kolaborasikan dalam sat model pembelajaran.produk yang dihasilkan akan dipertanggung jawabkan dnegan adanya SA sehingga tidak perlu ada tambahan ujian lagi.

Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun

Pelaksanaannya dilakukan secara online serta PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menggunakan Microsoft Team. Aplikasi ini kurang lebih sudah saya gunakan salama satu tahun.

Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun

Pelaksanaan model pembelajaran BBL ini yaitu guru memberikan materi atau

(12)

kompetensi dasar dan pada saat jam pembelajaran, guru akan menanyakan produk yang akan kita dibuat. Setelah itu guru akan mendampingi kami secara berkelompok-kelompok agar kami bisa menyelesaikan produk kami dengan baik.

Kami dalam satu kelompok mulai merencanakan agar produk yang akan kami buat ini dapat membuat mata pelajaran yang tergabung dalam program ini.

Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun

Pelaksanaan model ini dengan pemberian materi sesuai kompetensi dasar. Kalau dengan pengalaman saya, pelaksanaan ini sifatnya lebih teratur dan tertata

Pelaksanaan model ini dengan pemberian materi sesuai kompetensi dasar. Kalau dengan pengalaman saya, pelaksanaan ini sifatnya lebih teratur dan tertata