KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROPINSI SULAWESI SELATAN
Kata Pengantar
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence
dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan
reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, November 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2009 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 9
1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 10
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 12
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 13
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ~ 14
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 15
1.2.4. Sektor Jasa-jasa ~ 16
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 17
1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 17 1.2.7. Sektor-sektor Lainnya ~ 19
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 23
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 33
3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 33 3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 33
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 34
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 38 3.1.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 39
3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 40
BOKS I LAPORAN SURVEI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
ZONA SULAMPUA ~ 43
BOKS
II
LAPORAN SURVEI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELANJA PEMERINTAH DAERAH DI SULSEL~ 47
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 51
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 52 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 53
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 54
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 55
5.1. Ketenagakerjaan ~ 555.2. Kesejahteraan ~ 57
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 57 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 58
5.3. Survei ~ 59
BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 637.2. Outlook Inflasi ~ 64
7.3. Prospek Perbankan ~ 66
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 10 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 11
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 13
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 14
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 15 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 16
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 17
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 18 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 19
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 20 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 21
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 23
Grafik 2.2. Perkembangan Harga Emas ~ 25
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 25 Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 26
Grafik 2.5. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH
di Makassar ~ 26
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 27 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 28 Grafik 2.8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional ~ 28
Grafik 2.9. Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Bumbu dan
Lemak-Minyak Hasil SPH di Makassar~ 29
Grafik 2.10. Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Ikan Segar, Daging, Buah dan Sayur Hasil SPH di Makassar~ 29
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan~ 30 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 30 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 31
Grafik 3.1. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 34
Grafik 3.2. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 35
Grafik 3.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 35 Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 36 Grafik 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 36
Grafik 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 37
Grafik 3.7. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 37
Grafik 3.8. Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum ~ 38 Grafik 3.9. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 39
Grafik 3.11. Perkembangan Aset BPR/S ~ 40
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 51 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 51
Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow~ 52
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2009 ~ 53 Grafik 4.5. Transaksi RTGS – Incoming~ 53
Grafik 4.6. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 53
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 56
Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 57
Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 57 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 57 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 58
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 58 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 59
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 59
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 64
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 12
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 24 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 24
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 25 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 27
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 27 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 31 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 31
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 33
Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 34
Tabel 3.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 39
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar
Trw. III-2009 ~ 53
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 55
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2009 masih mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Perekonomian daerah Sulsel pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,85% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan II-2009 yang sebesar 5,24%, namun tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan triwulan III-2008 (8,13%).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut pada triwulan III-2009 didorong
utamanya oleh komponen konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Laju
pertumbuhan konsumsi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (y.o.y), sedangkan kinerja ekspor terus mengalami perbaikan pertumbuhan dengan kontraksi yang semakin mengecil.
Dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Beberapa faktor pendorongnya adalah realisasi stimulus infrastruktur dan proyek-proyek pemerintah lainnya serta kegiatan bulan Ramadhan/Idul Fitri.
Asesmen Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan III-2009 tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun dibandingkan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,70% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,80% (y.o.y) dan laju inflasi nasional sebesar 2,83%. Perlambatan laju inflasi tersebut, diperkirakan karena kebijakan penurunan BBM pada triwulan IV-2008 dan awal triwulan I-2009 serta membaiknya pasokan barang khususnya bahan makanan.
IHK tertinggi terjadi pada saat bulan puasa yaitu bulan Agustus. Sementara pada bulan Juli dan September terjadi inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil.
Asesmen Perbankan
Kinerja perbankan Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 masih mengalami
perlambatan, namun secara umum masih tumbuh relatif baik. Indikator-indikator
perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dan kredit menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Selain itu, Loan to Deposit Ratio mengalami sedikit peningkatan pada triwulan III - 2009 jika dibandingkan dengan triwulan II-2009. Namun jika dilihat dari kualitas kredit yang disalurkan, terjadi penurunan kualitas. Hal ini tercermin dari meningkatnya Non Performing Loan-Gross (NPLs) Bank Umum di Sulawesi Selatan
Asesmen Sistem Pembayaran
Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung
menunjukkan peningkatan transaksi, terutama transaksi non tunai via RTGS,
sementara transaksi tunainya cenderung menurun. Peningkatan tersebut salah
satunya didorong oleh realisasi proyek-proyek pemerintah termasuk stimulus
infrastruktur serta peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan/Idul Fitri dan
mulainya tahun ajaran baru. Dari sisi aliran uang kartal masuk (
inflow
) ke KBI
Makassar, peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan tercermin dari
pertumbuhan
inflow
perbankan ke KBI Makassar yang makin terkontraksi. Sementara
aliran uang kartal keluar (
outflow
) masih mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu
sebesar -58,49% (y.o.y). Menurunnya pertumbuhan permintaan uang kartal oleh
perbankan tersebut relatif sejalan menurunnya pertumbuhan
inflow
.
Kegiatan/konsumsi masyarakat selama triwulan III ini relatif didominasi oleh
penggunaan tabungan masyarakat.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Terbuka (TPT) Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80%.
Di sisi lain, jika melihat angka indeks Nilai Tukar Petani ( NTP ), maka
peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel kiranya relatif menunjukkan adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan/ petani. Hal
ini diperkirakan karena faktor kestabilan tingkat harga, terutama komoditas
pertanian.
Asesmen Keuangan Daerah
Peran pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan ekonomi Sulsel
mulai menunjukkan perkembangan peningkatan. Berdasarkan data keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III/ 2009,mencapai sebesar Rp1,42 triliun, atau 64,36% dari anggaran yang ditetapkan. Hal ini berarti naik Rp364,71 miliar (34,49%) dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan III-2009, realisasinya telah mencapai 59,97%. Realisasi terbesar terjadi pada pos‘Belanja Operasi’ (61,45%), diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (55,34%). Untuk ‘Belanja Operasi’, tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,96% (y.o.y), terutama pada pos ‘Belanja Barang’ dan ‘Belanja Bantuan Keuangan’.
Prospek Ekonomi Triwulan IV-2009
Perekonomian Sulsel pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,75%-8,02% (y.o.y) dengan pendorong utama dari sisi konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi diperkirakan pengalami peningkatan pertumbuhan. Dorongan pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor industri pengolahan. Di sektor bangunan, terutama proyek pemerintah, diperkirakan realisasi pembangunannya akan mengalami peningkatan yang cukup pesat..
Di sisi permintaan, konsumsi diperkirakan masih menjadi tumpuan perkembangan perekonomian Sulsel di triwulan IV-2009. Realisasi akhir tahun anggaran dan adanya kegiatan pada akhir tahun akan mampu mendorong peningkatan konsumsi tersebut, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Kinerja investasi juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan terkait realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah, yang sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi.
kisaran 3,4% ± 0,5% (y.o.y), terutama didorong oleh laju inflasi tahunan kota
Makassar yang diperkirakan sebesar 3,5% ± 1% (y.o.y). Perkiraan peningkatan laju
inflasi tahunan tersebut karena adanya tekanan 2 hari raya yang jatuh pada triwulan IV, yaitu Idul Adha dan Natal serta pengaruh kebijakan penurunan BBM pada akhir tahun 2009. Selain itu, program stimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kelancaran distribusi barang/jasa di tingkat regional, terutama proyek-proyek infrastruktur, relatif dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka mendukung pengendalian inflasi.
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
1 2 3 4 1 2 3
MAKRO
- Sulawesi Selatan 155.23 110.83 114.78 115.05 116.09 115.04 117.88 - Sulawesi Utara 157.53 111.64 115.01 115.21 116.57 114.15 115.00 - Gorontalo 155.83 108.85 113.21 113.39 116.03 116.71 117.70 - Papua 185.37 111.74 114.96 115.32 115.25 114.84 116.62 - Irian Jaya Barat N/A 121.52 130.62 128.83 130.53 131.16 132.25 - Maluku 148.07 110.68 116.28 110.70 113.20 110.45 112.46 - Sulawesi Tengah 167.75 109.64 115.13 114.41 116.45 116.03 119.92 - Sulawesi Tenggara 174.28 112.86 116.59 117.45 120.96 120.55 123.20 - Sulawesi Barat N/A 112.98 119.60 119.25 118.83 118.90 120.62 - Maluku Utara 167.79 112.14 116.96 115.88 117.33 117.01 118.55
- Sulawesi Selatan 7.96 11.92 12.29 12.40 9.01 3.80 2.70 - Sulawesi Utara 7.68 13.18 13.15 9.71 8.85 2.25 (0.01) - Gorontalo 8.33 9.73 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97 - Papua 11.98 12.31 14.76 12.55 8.26 2.77 1.44 - Irian Jaya Barat N/A 24.27 31.48 19.75 21.25 7.93 1.24 - Maluku 7.05 9.26 14.87 9.34 8.84 (0.21) (3.29) - Sulawesi Tengah 9.08 10.20 14.33 10.40 11.07 5.83 4.16 - Sulawesi Tenggara 8.42 13.19 16.22 15.28 15.81 6.81 5.67 - Sulawesi Barat N/A 16.44 17.69 11.66 9.64 5.24 0.85 - Maluku Utara 12.93 12.25 16.63 11.25 7.64 4.34 1.36
*
1. Pertanian 3,204.58 3,224.61 3,337.44 3,156.79 3,369.85 3,304.76 3,420.74 2. Pertambangan dan Penggalian 1,072.92 979.12 1,010.37 972.53 923.44 935.74 990.54 3. Industri Pengolahan 1,533.78 1,582.90 1,557.92 1,566.83 1,560.65 1,675.46 1,708.87 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 107.74 110.34 115.31 117.61 119.83 123.40 129.74 5. Konstruksi/Bangunan 536.20 581.84 596.29 614.18 620.84 650.18 690.13 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,690.46 1,734.06 1,821.53 1,788.51 1,825.74 1,899.85 2,057.47 7. Angkutan dan Komunikasi 862.12 895.73 940.79 952.73 903.23 966.51 1,026.89 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 700.96 735.74 724.98 719.39 736.04 784.47 772.75 10. Jasa-jasa 1,212.86 1,240.31 1,250.61 1,299.81 1,305.65 1,324.66 1,335.98
* *
11.33
8.10 8.13 3.92 4.06 5.24 6.85
*
547.25
415.41 722.90 424.61 238.40 143.59 284.22 294.44
244.86 239.00 245.47 149.43 155.33 214.42 141.35
138.93 162.78 229.91 185.08 84.60 104.43 240.29
212.47 233.37 198.53 195.25 217.65 275.65
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
INDIKATOR 2008
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
*) Perkiraan KBI Mks
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
Indeks Haga Konsumen
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN
B. PERBANKAN
1 2 3 4 1 2 3
Total Aset (Rp. Miliar) 31,027.55 33,702.13 35,555.84 36,361.21 37,587.50 38,881.67 40,388.42
24,170.67
25,950.31 26,435.33 28,743.25 28,625.67 29,520.99 29,450.83 Giro 4,727.42 5,327.94 4,866.81 5,007.32 5,108.73 5,062.09 4,939.34 Tabungan 12,259.55 13,390.19 13,457.12 14,920.47 14,135.56 15,169.42 14,965.87 Deposito 7,183.70 7,232.19 8,111.40 8,815.47 9,381.39 9,289.49 9,545.62
26,569.90
29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,563.21 32,919.44 33,872.77 - Modal Kerja 10,064.63 11,473.30 12,307.66 12,368.15 12,195.55 13,239.15 13,582.62 - Investasi 5,930.06 6,333.73 6,443.33 6,440.57 6,398.84 6,230.54 6,299.91 - Konsumsi 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,968.81 13,449.75 13,990.23 109.93% 114.10% 118.33% 109.74% 110.26% 111.51% 115.01% 26,569.90
29,608.68 31,281.15 31,543.97 31,563.21 32,919.44 33,872.77 - Pertanian 639.82 887.59 1,048.89 1,086.10 988.37 918.73 986.73 -Pertambangan 90.86 98.10 114.72 58.48 170.56 169.82 218.30 -Industri pengolahan 3,032.69 3,313.47 3,491.11 3,476.27 3,376.72 3,395.70 3,160.59 -Listrik,Gas dan Air 102.31 88.53 77.11 70.33 56.56 74.50 169.35 -Konstruksi 1,465.25 1,822.37 2,009.88 2,005.23 1,932.56 2,170.31 2,248.17 -Perdagangan 7,293.78 8,067.02 8,379.32 8,524.02 8,578.93 9,509.54 9,805.49 -Pengangkutan 1,843.01 1,755.81 1,664.25 1,521.37 1,444.98 1,079.02 1,060.54 -Jasa Dunia Usaha 1,245.49 1,502.71 1,698.89 1,760.30 1,730.04 1,794.99 1,843.65 -Jasa Sosial Masyarakat 281.48 271.44 266.83 306.62 315.69 357.08 389.72 -Lain-lain 10,575.21 11,801.65 12,530.16 12,735.26 12,968.81 13,449.75 13,990.23
18,192.70
20,203.99 21,638.27 22,215.45 22,626.12 24,012.99 24,785.66 6,090.12
6,276.15 6,474.04 6,282.14 6,440.47 6,714.52 7,010.43 - Modal Kerja 919.39 929.74 1,048.58 1,109.70 1,154.74 1,263.32 1,343.63 - Investasi 152.92 169.05 168.59 173.62 143.15 161.72 167.39 - Konsumsi 5,017.81 5,177.36 5,256.87 4,998.82 5,142.58 5,289.48 5,499.41
7,124.67
8,314.09 9,201.58 9,892.90 10,109.69 10,693.36 11,054.72 - Modal Kerja 2,007.75 2,194.98 2,430.52 2,571.68 2,624.75 2,832.74 2,910.72 - Investasi 445.23 523.80 622.04 687.77 754.18 849.18 925.01 - Konsumsi 4,671.69 5,595.31 6,149.02 6,633.45 6,730.76 7,011.44 7,218.99
4,977.92
5,613.76 5,962.66 6,040.41 6,075.96 6,605.11 6,720.52 - Modal Kerja 3,301.07 3,670.05 3,878.32 3,980.80 4,042.81 4,468.59 4,445.99 - Investasi 836.86 966.75 1,015.21 1,003.44 973.98 1,015.74 1,032.26 - Konsumsi 840.00 976.96 1,069.13 1,056.17 1,059.18 1,120.79 1,242.27
10.31% 9.05% 8.29% 2.32% 3.82% 3.05% 4.08%
4.41% 3.29% 2.67% 2.31% 2.96% 3.37% 3.45%
BANK UMUM SYARIAH
1,042.28
1,091.75 1,179.94 1,176.31 1,395.53 1,288.73 1,308.37 584.39
653.04 701.34 673.39 714.07 833.87 861.66 Giro 83.99 87.44 112.65 76.28 76.92 149.44 133.05 Tabungan 249.47 279.35 287.22 297.78 311.38 351.00 344.76 Deposito 250.93 286.25 301.47 299.33 325.77 333.43 383.85
3,394.79
1,194.78 1,304.38 1,272.80 1,443.14 1,405.82 1,422.01 - Modal Kerja 1,066.42 443.59 468.52 426.818 528.45 474.63 492.53 - Investasi 1,427.12 127.86 132.25 126.394 121.53 171.97 165.07 - Konsumsi 901.24 623.33 703.61 719.587 793.16 759.23 764.41 580.92% 182.96% 185.98% 189.01% 202.10% 168.59% 165.03% Catt.
* (<Rp. 50 Juta)
** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta) ** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)
D P K (Rp. Miliar)
NPL UMKM gross (%) Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
2008 2009
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) BANK UMUM :
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Bab 1
Perkembangan Kondisi
Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding triwulan II-2009 namun lebih rendah dibanding triwulan III-2008. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini diperkirakan sebesar 6,85% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 5,24%, dan pada triwulan triwulan III-2008 sebesar 8,13%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pertanian dan sektor bangunan. Sementara sektor pertambangan diperkirakan mulai menunjukkan perbaikan kinerja meskipun masih mengalami kontraksi pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran terkait dengan faktor bulan puasa dan Idul Fitri.
1.1 Permintaan Daerah
Pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 dari sisi permintaan disebabkan oleh komponen konsumsi masih mengalami pertumbuhan positif yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan kinerja ekspor yang menunjukkan perbaikan. Sementara pertumbuhan impor juga diperkirakan mengalami peningkatan, meskipun masih kontraksi.
‐
2
4 6 8 10 12 14
‐2
‐1 0 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2004 2005 2006 2007 2008 2009
% %
qtq ‐axis kiri
yoy ‐axis kanan
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Konsumsi
Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 6,46% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan II-2009 (5,73%) namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,59%).
Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 7,31% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 4,01% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 5,73% (y.o.y). Faktor pendorong pertumbuhan tersebut antara lain karena bulan Ramadhan/Idul Fitri serta tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut diindikasikan oleh meningkatnya konsumsi air, listrik, jumlah kendaraan terdaftar non niaga. Selanjutnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 3,34% (y.o.y), yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (2,73%). Pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah ini tercermin dari pertumbuhan realisasi belanja operasi sebesar 7,96% (y.o.y). Beberapa prompt indikator pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas terlihat dari grafik sebagai berikut :
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Pemakaian Air (M³) di Makassar
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga
II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09*
Konsumsi 6.11% 6.59% 5.03% 4.75% 5.73% 6.46% Investasi 31.40% 28.46% 12.25% 30.16% 1.77% 3.36% Ekspor ‐11.16% 7.26% ‐9.08% ‐21.53% ‐12.15% ‐6.23% (Impor) ‐10.19% 14.63% ‐6.76% ‐13.34% ‐17.52% ‐12.43%
TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 5.24% 6.85%
Konsumsi 4.35% 4.68% 3.56% 3.34% 4.01% 4.52% Investasi 5.46% 5.08% 2.20% 5.92% 0.37% 0.71% Ekspor ‐6.16% 3.22% ‐4.20% ‐10.16% ‐5.51% ‐2.74% (Impor) ‐4.46% 4.84% ‐2.36% ‐4.96% ‐6.36% ‐4.36%
TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 5.24% 6.85%
Sumber : BPS diolah
* Proyeksi Bank Indonesia Makassar
KOMPONEN
Pertumbuhan (y.o.y)
Sumbangan (y.o.y)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2007 2008 2009
Ju
t
a
M3
Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks * Sementara
‐15%
‐10%
‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25%
200 220
240 260
280 300
320 340 360
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
G
W
H
Rumah Tangga y.o.y
Jumlah Kendaraan Terdaftar Non Niaga
Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama
Perkembangan Konsumsi Listrik Penerangan Jalan Umum
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
1.1.2. Investasi
Pada triwulan III-2009, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 3,36% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,71% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 1,77% (y.o.y) dan triwulan III-2008 sebesar 28,46% (y.o.y). Peningkatan kinerja investasi dibanding triwulan sebelumnya tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh realisasi stimulus infrastruktur pemerintah dan belanja modal pemerintah serta peningkatan realisasi penanaman modal didaerah.
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi
Volume Impor Barang Modal Realisasi Pengadaan Semen
‐30% ‐25% ‐20% ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 Total Growth ‐ 20 40 60 80 100 120 140 160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2007 2008 2009
Ketepatan wkt pembelian durable goods Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% ‐ 5 10 15 20 25 30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta G W H
Penerangan Jln Umum y.o.y
‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 15 20 25 30 35 40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta G W H Sosial y.o.y
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
‐200% ‐100% 0% 100% 200% 300% 400% 500% 600% 700% 800% 900% ‐ 2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
K
g
Capital Goods Series1 Series2
Smb : Cognos ‐BI
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 100 110 120 130 140 150 160 170 180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta G W H Bisnis
y.o.y Sbr : PLN Divre VII
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
1.1.3.
Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih mengalami perbaikan pertumbuhan. Pada tiwulan laporan, diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -6,23% (y.o.y), yang mengecil dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar -12,15%. Kondisi ini diperkirakan karena tingkat harga beberapa komoditi di pasar internasional yang menunjukkan perbaikan, terutama nikel, sehingga mampu memicu peningkatan ekspor.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 100 120 140 160 180 200 220 240
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta G W H Industri y.o.y
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 100 110 120 130 140 150 160 170 180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta G W H Bisnis
y.o.y Sbr : PLN Divre VII
* Sementara
‐60% ‐50% ‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% ‐ 50 100 150 200 250 300 350 400 450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri b u T o n
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐BI * Sementara
‐ 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2007 2008 2009
Produksi nikel dlm matte
Sbr.: Press Release PT. Inco
‐25% ‐20% ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% ‐ 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri b u T o n
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐BI * Sementara
‐80% ‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% ‐ 10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri b u T o n
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
TOTAL y.o.y
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan
Selain peningkatan pada ekspor luar negeri, ekspor antar pulau juga menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari peningkatan volume muat dalam negeri via pelabuhan.
Sementara kinerja impor diperkirakan menunjukkan kondisi yang relatif sama, pada triwulan laporan tercatat kontraksi sebesar -12,43% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar -17,52%. Perbaikan pertumbuhan kinerja impor tersebut ditandai dengan mulai adanya peningkatan volume impor, baik dari luar negeri maupun dari antar pulau. Peningkatan kinerja impor ini didorong oleh peningkatan konsumsi sehubungan dengan bulan Ramadhan/Idul Fitri.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Volume Impor Luar Negeri
Non Migas Total
Volume Impor Luar Negeri
Intermediate Goods
Volume Impor Luar Negeri
Consumer Goods ‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 0.0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3
1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 Ri b u T o n
MUAT LN Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
‐60% ‐50% ‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 Ri b u T o n
MUAT AP Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% ‐ 50 100 150 200 250 300 350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta K g SULSEL S I T C y.o.y
* Sementara Smb : Cognos ‐BI
‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% ‐ 50 100 150 200 250 300 350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
K
g
Intermediate Goods
Intermediate Goods y.o.y
* Sementara Smb : Cognos ‐BI
‐100% ‐50% 0% 50% 100% 150% 200% ‐ 1 1 2 2 3 3 4 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju t a K g
Consumer Goods Consumer Goods y.o.y
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran, secara tahunan, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor angkutan-komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Sementara sektor pertambangan masih diperkirakan memberikan sumbangan negatif namun dalam besaran yang semakin mengecil.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10% 0% 10% 20% 30% 40%
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009
Ri
b
u
T
o
n
BONGKAR AP
Y.O.Y Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10% 0% 10% 20% 30%
0.0 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3
1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009
Ri
b
u
T
o
n
BONGKAR LN y.o.y
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09*
8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 5.24% 6.85%
1. Pertanian 4.87% 6.06% 1.59% 5.16% 2.49% 2.50% 2. Pertambangan & Penggalian ‐7.23% ‐2.98% ‐9.45% ‐13.93% ‐4.43% ‐1.96% 3. Industri Pengolahan 12.01% 6.79% 3.94% 1.75% 5.85% 9.69% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.94% 13.85% 9.66% 11.22% 11.84% 12.52% 5. Bangunan 25.15% 23.20% 15.03% 15.79% 11.74% 15.74% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.24% 13.75% 7.77% 8.00% 9.56% 12.95% 7. Angkutan & Komunikasi 14.40% 13.21% 9.13% 4.77% 7.90% 9.15% 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 14.48% 11.22% 3.71% 5.00% 6.62% 6.59% 9. Jasa ‐ jasa 5.34% 5.52% 7.38% 7.65% 6.80% 6.83%
8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 5.24% 6.85%
1. Pertanian 1.46% 1.82% 0.46% 1.51% 0.72% 0.73% 2. Pertambangan & Penggalian ‐0.74% ‐0.30% ‐0.94% ‐1.37% ‐0.39% ‐0.17% 3. Industri Pengolahan 1.66% 0.94% 0.55% 0.25% 0.84% 1.33% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0.12% 0.13% 0.10% 0.11% 0.12% 0.13% 5. Bangunan 1.14% 1.07% 0.75% 0.77% 0.62% 0.83% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.84% 2.10% 1.20% 1.24% 1.50% 2.08% 7. Angkutan & Komunikasi 1.10% 1.05% 0.74% 0.38% 0.64% 0.76% 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0.91% 0.70% 0.24% 0.32% 0.44% 0.42% 9. Jasa ‐ jasa 0.61% 0.62% 0.83% 0.85% 0.76% 0.75%
Sumber : BPS Sulsel Ket. : Angka Sementara *) Perkiraan Bank Indonesia
SEKTOR EKONOMI
Pertumbuhan (%, y.o.y)
Sumbangan (%, y.o.y)
Dari sisi pertumbuhan, tertinggi terjadi pada
sektor bangunan, kemudian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara kontraksi pertumbuhan diperkirakan masih terdapat pada sektor pertambangan, namun mulai menunjukkan pertumbuhan yang semakin membaik.1.2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian diperkirakan sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 2,94% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 2,50% pada triwulan laporan. Pendorong pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan terdapat pada subsektor perikanan dan perkebunan dan kehutanan. Kinerja subsektor-subsektor tersebut tampak pada volume ekspor komoditi pada kedua subsektor tersebut yang mengalami peningkatan. Sementara di subsektor tanaman bahan makanan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan karena perkembangan luas panen dan luas produksi padi yang mengalami perlambatan (ARAM II), namun dari sisi produktifitas mengalami peningkatan.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll
Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi (ARAM II)
‐25% ‐20% ‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% ‐ 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri b u T o n
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐BI * Sementara
‐80% ‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% ‐ 10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri b u T o n
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐BI * Sementara
44 45 46 47 48 49 50 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
ju
ta
Luas Panen (Ha) ‐kiri Produksi (Ton) ‐kiri
Produktifitas (Kuintal/Ha) ‐kanan
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan
Peningkatan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada sektor ini, yaitu sebesar 9,69% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,85% maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 6,79%. Peningkatan pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh tingginya peningkatan produksi subsektor industri pengolahan semen sehubungan dengan meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah pada triwulan laporan, meskipun subsektor industri pengolahan makanan-minuman mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen Realisasi Produksi Tepung Terigu
Kredit Sektor Industri Bank Umum Volume Ekspor Kayu Olahan
Perlambatan pertumbuhan pada subsektor industri pengolahan makanan-minuman tersebut diperkirakan karena melambatnya produksi tepung terigu sehubungan dengan pengaruh kenaikan harga gandum di pasar internasional, yaitu dari harga xxx (rata-rata selama triwulan II-2009) menjadi sebesar xx (rata-rata harga selama triwulan laporan). Sementara di subsektor industri pengolahan kayu diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif, yang ditandai dengan peningkatan volume ekspor kayu olahan.
‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2005 2006 2007 2008 2009
Ri b u a n T o n Sulsel y.o.y
Sumber : ASI * : Sementara
0 50 100 150 200 250 ‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2005 2006 2007 2008 2009
R ib u a n T o n
Produksi‐axis kiri yoy‐axis kanan
Sumber : EFM Mks * : Sementara
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 20% 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3
*
2007 2008 2009
T r il iu n Rp
Ind. Pengolahan g.IP * Agustus
‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% ‐ 2 4 6 8 10 12 14 16 18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
Ri b u T o n
BARANG2 KAYU & GABUS
TOTAL y.o.y
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 9,56% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi sebesar 12,95%, namun pertumbuhan pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 13,75%. Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini diperkirakan karena terjadi pertumbuhan subsektor perdagangan besar-eceran sehubungan dengan bulan puasa dan idul Fitri, yang ditandai dengan meningkatnya arus bongkar muat melalui angkatan laut dan arus bongkar muat cargo melalui angkutan udara.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut
Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara
Kredit Sektor Perdagangan Bank Umum
Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
Selain itu, pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh pertumbuhan pada subsektor hotel, yang diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang yang disebabkan oleh kegiatan selama bulan puasa dan acara pembukaan Trans Studio. Sementara, apabila dibandingkan pertumbuhan sektor ini dengan pertumbuhan pada triwulan III-2008, maka perlambatan pertumbuhan sektor ini relatif disebabkan pengaruh dampak krisis dimana masyarakat pada triwulan III-2009 cenderung menahan konsumsinya.
‐60% ‐50% ‐40% ‐30% ‐20% ‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2006 2007 2008 2009
Ri b u T o n BONGKAR MUAT
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
‐15% ‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% ‐ 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2006 2007 2008 2009
Ri b u K g
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Cargo
q
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3
*
2007 2008 2009
T ri li u n Rp
Perdagangan * Agustus
‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% ‐ 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009
Rata‐rata TPK y.o.y
1.2.4. Sektor Jasa-jasa
Masih diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 6,80% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi sebesar 6,83% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,75%. Angka pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yaitu sebesar 5,52%. Peningkatan tersebut diduga karena terjadi peningkatan kinerja pada subsektor pemerintahan umum, yang tercermin dari konsumsi listrik pada sektor pemerintah, penerangan jalan umum dan sektor sosial yang masih tinggi, meskipun konsumsi listrik di sektor pemerintah yang melambat yang diperkirakan karena aktifitas selama bulan puasa yang relatif berkurang. Dorongan pertumbuhan pada sektor jasa-jasa diperkirakan juga didorong oleh subsektor hiburan-rekreasi sehubungan dengan telah dibukanya sarana hiburan dan rekreasi di Makassar.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Karena terdapat hari raya Idul Fitri dan adanya pembukaan sarana hiburan-rekreasi di Makassar pada triwulan laporan ini, diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan sektor angkutan-komunikasi di Sulsel. Sektor ini, pada triwulan III-2009, diperkirakan tumbuh
‐100%
‐50% 0% 50% 100% 150%
15 20 25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
G
W
H
Sosial y.o.y
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
‐20%
‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
10 12
14 16 18 20 22
24 26
28
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
G
W
H
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
‐15%
‐10%
‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
‐
5
10
15 20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju
ta
G
W
H
sebesar 9,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 7,90%. Kondisi tersebut ditandai dengan peningkatan pertumbuhan arus penumpang, pesawat angkutan udara dan penumpang angkutan laut.
Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga diperkirakan terjadi pada subsektor komunikasi, yang diperkirakan karena penggunaan telepon dan sms untuk penyampaian ucapan selamat hari raya Idul Fitri.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut
1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 6,59% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 6,62% maupun dibandingkan triwulan III-2008 yang sebesar 11,22%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan masih didorong oleh perlambatan kinerja di subsektor bank, yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum yaitu sebesar 16,2% (y.o.y) sementara pada triwulan II-2009 dan triwulan III-2008 masing-masing tumbuh sebesar 16,4% dan 27,9%. Perlambatan pertumbuhan NTB bank umum tersebut diakibatkan karena
‐10%
‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25%
‐
200
400 600
800 1,000
1,200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2006 2007 2008 2009
Ri
b
u
O
r
g
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
‐20%
‐10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%
‐
2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2006 2007 2008 2009
DEP ARR
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10% 0% 10% 20% 30% 40%
‐
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2006 2007 2008 2009
Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y
pertumbuhan kredit lebih rendah dibanding pertumbuhan DPK. Per Agustus 2009, tercatat DPK tumbuh 14,0% (y.o.y) sementara kredit tumbuh 9,2% (y.o.y) sehingga pendapatan yang diterima lebih rendah dibandingkan biaya intermediasinya. Selain itu penurunan tingkat suku bunga kredit relatif kurang mampu mendorong peningkatan NTB bank umum, mengingat penurunannya lebih tinggi dibandingkan penurunan tingkat suku bunga DPK. Jadi masih tercipta biaya intermediasi yang lebih tinggi dibanding pendapatannya.
Selain subsektor bank, diperkirakan juga terjadi perlambatan pertumbuhan pada subsektor lembaga keuangan non bank, yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan pembiayaan non bank. Diperkirakan perlambatan tersebut disebabkan terjadi peningkatan daya beli masyarakat selama masa lebaran sehingga relatif lebih banyak terjadi pelunasan dibandingkan pengajuan pinjaman.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto Bank Umum Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian)
1.2.7. Sektor-sektor Lainnya
Sektor listrik-gas-air bersih, sehubungan dengan adanya tambahan pasokan listrik dari PLTU Sengkang pada triwulan III ini yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan listrik di Sulsel sebesar 14,95%, maka diperkirakan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2009 maupun triwulan III-2008. Pada
‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
T ri ly u n Rp
NTB SULSEL y.o.y
Sbr : LBU ‐BI * Sementara 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 Mi ly a r Rp
Sbr : FIF Mks
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% ‐ 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2007 2008 2009
M il li o n s
triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 12,52% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 11,84% dan pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 13,85%. Selain didorong oleh subsektor listrik, diperkirakan pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh subsektor air bersih meski masih relatif kecil. Tercatat pemakaian air bersih di Makassar tumbuh sebesar 22,17% (y.o.y) meskipun jumlah pemasangan saluran air mengalami perlambatan pertumbuhan dari 4,57% (y.o.y) menjadi 4,13% (y.o.y).
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh) Pemakaian Air (M³) di Makassar
Perkembangan Kredit Sektor Listrik-Gas-Air Bank Umum
Pemasangan Saluran Air di Makassar
Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan masih menunjukkan perbaikan
pertumbuhan, dengan kontraksi pertumbuhan yang semakin mengecil. Pertumbuhan sektor ini tercatat kontraksi sebesar -1,96% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 kontraksi sebesar -4,43%. Perbaikan pertumbuhan sektor ini diperkirakan dipicu oleh peningkatan produksi nikel, yang salah satunya dipicu oleh membaiknya tingkat harga nikel di pasar internasional. Selain itu, hasil tambang barang-barang mineral non logam juga menunjukkan peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya ekspor komoditi dimaksud.
‐10% ‐5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 720
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ju ta K W H
Total Pemakaian Listrik
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
0% 5% 10% 15% 20% 25% 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
Ju
t
a
M3
Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks * Sementara ‐60% ‐40% ‐20% 0% 20% 40% 60% 80% 0.0 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3
*
2007 2008 2009
T r il iu n Rp
Listrik,Gas & Air g.LGA * Agustus
3.4% 3.6% 3.8% 4.0% 4.2% 4.4% 4.6% 4.8% 370 380 390 400 410 420 430 440
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
Ri
b
u
a
n
Sambungan Langganan (SL) Y.O.Y (SL)
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Produksi Nikel Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
Volume Ekspor Barang-barang dari Mineral Non Logam
Sektor bangunan, diperkirakan karena realisasi proyek-proyek pemerintah yang cukup tinggi mendorong sektor ini mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh 17,41% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,74%. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini ditandai dengan meningkatnya realisasi pengadaan semen di propinsi Sulsel pada triwulan III-2009 sebesar 40% (y.o.y). Sementara penyaluran kredit konstruksi dan properti oleh bank umum, secara nominal masih menunjukkan peningkatan, meskipun penyaluran kredit konstruksi dan properti tersebut menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
‐
5,000
10,000
15,000
20,000 25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2007 2008 2009
Produksi nikel dlm matte
Sbr.: Press Release PT. Inco
‐
10,000
20,000
30,000 40,000
50,000 60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008 2009 US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
‐100%
‐90%
‐80%
‐70%
‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10% 0%
‐
20 40 60 80 100
120
140
160
180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2007 2008 2009
Ri
b
u
T
o
n
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
TOTAL y.o.y
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum
Perkembangan Kredit Properti Bank Umum
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
Ri
b
u
a
n
T
o
n
Sulsel y.o.y
Sumber : ASI * : Sementara
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3
*
2007 2008 2009
T
r
il
iu
n
Rp
Konstruksi g.Kons * Agustus
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
‐
1
2
3 4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2007 2008 2009
Rp
T
r
il
iu
n
Kredit Properti Bank Umum y.o.y Smb : Cognos ‐BI
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan III-2009 tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun dibandingkan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,70% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,80% (y.o.y) dan laju inflasi nasional sebesar 2,83%. Perlambatan laju inflasi tersebut, diperkirakan karena kebijakan penurunan BBM pada triwulan IV-2008 dan awal triwulan I-2009 serta membaiknya pasokan barang khususnya bahan makanan.
Namun di sisi lain, dorongan inflasi terjadi karena adanya konsumsi masyarakat yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Kondisi tersebut karena terciptanya ekspektasi masyarakat pada saat menjelang dan setelah bulan puasa yang kemudian diakhiri dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan triwulan bersangkutan. Peningkatan IHK tertinggi terjadi pada saat bulan puasa yaitu bulan Agustus. Sementara pada bulan Juli dan September terjadi inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
Karena terjadi peningkatan konsumsi untuk keperluan hari raya Idul Fitri menyebabkan laju inflasi tahunan pada kelompok Sandang tercatat mengalami peningkatan tertinggi dibanding kelompok lainnya yaitu sebesar 6,92% (y.o.y), kemudian diikuti kelompok makanan jadi yaitu sebesar 6,74% (y.o.y). Sementara kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan masih tercatat mengalami deflasi yaitu sebesar -4,72% (y.o.y).
Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir triwulan
III-2009 (September) tercatat sebesar 2,46% (y.t.d), lebih rendah dibandingkan laju inflasi ‐2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
y.o.y ‐Nas y.o.y ‐Ss y.t.d ‐Ss
Sumber : BPS diolah
kumulatif pada periode yang sama tahun 2008 yaitu sebesar 12,13% (y.t.d). Tekanan harga kumulatif tertinggi masih terjadi di kelompok makanan jadi yaitu sebesar 4,88% (y.t.d), disusul kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yaitu sebesar 4,03% (y.t.d). Sementara itu kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan masih mengalami pelemahan harga yaitu sebesar -2,32% (y.t.d).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan III-2009 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut :
Kelompok Sandang, mengalami inflasi
sebesar 6,92% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 (7,65%). Perlambatan pertumbuhan laju inflasi tersebut, terjadi pada ketiga subkelompok barang sandang yaitu laki-laki, wanita dan anak-anak. Perlambatan pada ketiga subkelompok tersebut
karena masih adanya pengaruh penurunan harga BBM pada awal 2009. Namun apabila ditinjau secara bulanan, laju inflasi pada ketiga subkelompok tersebut masih cenderung tinggi, terutama pada sandang anak-anak. Laju inflasi rata-rata bulanan selama triwulan III untuk masing-masing subkelompok yaitu sebesar 1,30% untuk subkelompok sandang anak-anak, 0,73% untuk subkelompok sandang lak-laki dan 0,54% untuk subkelompok sandang wanita. Peningkatan laju inflasi bulanan tersebut terkait dengan perayaan hari raya Idul Fitri.
Sementara terdapat tekanan inflasi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang diperkirakan karena menguatnya tekanan tingkat harga emas internasional.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Bahan Makanan 14.52 10.53 16.84 11.27 17.27 21.16 18.30 21.45 13.17 4.14 3.38
Makanan Jadi 4.98 3.28 3.75 4.03 10.378.67 14.10 14.46 11.97 10.63 6.74
Perumahan 2.89 2.55 2.45 3.01 9.305.04 11.91 11.13 4.669.34 3.26
Sandang 5.49 3.38 6.37 9.29 13.87 13.53 11.89 11.32 11.12 7.65 6.92
Kesehatan 2.85 2.71 4.08 4.39 7.654.34 8.96 11.11 10.21 6.51 3.89
Pendidikan 12.99 12.12 8.5 8.25 6.076.19 3.16 3.72 3.55 3.46 4.66
Transpor 0.54 0.48 0.35 0.27 7.820.31 7.84 5.29 1.77 (5.01) (4.72)
UMUM / TOTAL 6.68 5.11 6.98 5.71 8.13 12.2911.92 12.40 9.01 3.80 2.70
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2008
KETERANGAN 2007 2009
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang
II‐2009 III‐2009
‐ Sandang Laki‐laki 6.96 4.47
‐ Sandang Wanita 4.79 2.55
‐ Sandang Anak‐anak 7.08 6.04
‐ Brg Pribadi & Sdg Lainnya 11.40 14.19
Inflasi Kelompok 7.65 6.92
Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)
Kondisi tersebut terjadi pada akhir Triwulan III-2009 (September 2009), sedangkan pada 2 bulan pertama triwulan laporan cenderung melemah.
Grafik 2.2. Perkembangan Harga Emas
Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
Kelompok Makanan
Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya
tercatat sebesar 6,74% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih rendah dibanding triwulan II-2009 yang sebesar 10,63%, yang secara umum karena pengaruh kebijakan penurunan harga BBM. Secara bulanan pada triwulan
laporan, tekanan inflasi pada kelompok ini lebih banyak didorong oleh laju inflasi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol yang rata-rata laju inflasi bulanannya sebesar 1,55%. Peningkatan subkelompok tersebut masih disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditi gula pasir karena faktor kelangkaan pasokan, terlebih pada saat menjelang hari raya. Selain itu dari sisi distribusi juga mengalami kendala, yaitu keterbatasan ditributor. Kondisi tersebut lebih buruk dibanding triwulan II-2009. Sementara laju inflasi subkelompok
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
‐
50,000 100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009
Emas
Harga ‐axis kiri y.o.y ‐axis kanan
Sbr : SPH KBI Mks
500
550 600
650 700
750 800
850 900 950
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008 2009
$/Troy oz
Harga Emas
0 2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2004 2005 2006 2007 2008 2009
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
II‐2009 III‐2009
‐ Makanan Jadi 12.22 5.91
‐ Minuman yg Tidak Beralkohol 10.32 12.51
‐ Tembakau & Min. Beralkohol 6.33 5.18
Inflasi Kelompok 10.63 6.74
Sumber : BPS diolah
y.o.y (%)
lainnya, yaitu subkelompok makanan jadi dan subkelompok tembakau-minuman beralkohol, secara bulanan juga mengalami inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil. Tekanan inflasi hanya terjadi pada bulan Agustus sehubungan dengan bulan puasa. Adapun rata-rata laju inflasi bulanan untuk subkelompok makanan jadi sebesar 0,25% (m.t.m) dan untuk subkelompok tembakau-minuman beralkohol sebesar 0,18% (m.t.m).
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Grafik 2.5. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng Mie
Gula Pasir Nasi
‐2 0 2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2004 2005 2006 2007 2008 2009
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
‐4.0% ‐2.0% 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 6,800 6,850 6,900 6,950 7,000 7,050 7,100 7,150 7,200 7,250 7,300 7,350
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009
Harga ‐axis kiri y.o.y ‐axis kanan Ayam Goreng
Sbr : SPH KBI Mks
‐40.0% ‐30.0% ‐20.0% ‐10.0% 0.0% 10.0% 20.0% ‐ 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009
Harga ‐axis kiri y.o.y ‐axis kanan
Sbr : SPH KBI Mks Mie 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% 35.0% 40.0% 45.0% ‐ 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009
Harga ‐axis kiri y.o.y ‐axis kanan Gula Pasir
Sbr : SPH KBI Mks
‐4.0% ‐2.0% 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 6,600 6,700 6,800 6,900 7,000 7,100 7,200 7,300 7,400
1 2 3 4 1 2 3
2008 2009
Harga ‐axis kiri y.o.y ‐axis kanan
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, mengalami peningkatan laju inflasi tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 4,66% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,46%. Peningkatan tersebut hanya karena faktor musiman, yaitu musim pembayaran tahun ajaran baru yang secara umum jatuh temponya pada bulan Juli dan Agustus. Karena kondisi tersebut maka subkelompok yang terkait dengan faktor tersebut
mengalami peningkatan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 3,40% (y.o.y), laju inflasi pada triwulan ini tercatat lebih tinggi. Kondisi tersebut diperkirakan karena pada tahun ajaran 2009/2010 terdapat kenaikan biaya pendidikan, khususnya untuk sekolah/perguruan tinggi swasta.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
Kelompok Kesehatan pada triwulan
laporan juga tercatat mengalami perlambatan laju inflasi tahunan. Pada triwulan III-2009, laju inflasi kelompok ini sebesar 3,89% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan II-2009 sebesar 6,51%. Perlambatan ini masih didorong oleh subkelompok jasa kesehatan dan
subkelompok obat-obatan, yang diperkirakan karena pengaruh dari subsidi pemerintah terhadap biaya-biaya dimaksud, seperti tarif rumah sakit, tarif puskemas dan biaya dokter. Tekanan inflasi pada kelompok ini diperkirakan berasal dari subkelompok jasa perawatan
‐
2
4 6 8
10
12 14 16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2004 2005 2006 2007 2008 2009
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
II‐2009 III‐2009
‐ Jasa Kesehatan 7.04 2.55
‐ Obat‐obatan 5.59 2.76
‐ Jasa Perawatan Jasmani 13.38 9.92