• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212009038 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212009038 Full text"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

APA YANG MEMBUAT INVESTOR OVERCONFIDENCE?

PADA PT. TRIJAYA PRATAMA FUTURES, SURABAYA

Oleh:

JOANDI SUTOMO NIM : 212009038

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan–persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Excessive self-confidence and have information that many usually can cause errors in making investment decision, such behaviour is called the overconfidence. Surabaya which has enormous economic potential made the researchers to do research about what makes the investor overconfidence. Factors examined among other things such as gender, experience, education, age, income, management qualifications, past performance, advice and marital status affect the attitudes of overconfidence or not. Samples to be taken on this research is investors who were in PT. Trijaya Pratama Futures in Surabaya. This research result indicates that income is negative effects on the attitude of overconfidence investors. The results expected from the PT. Trijaya Pratama Futures can make classification of income levels and provide tighter control again on investors who are on low incomes.

(6)

SARIPATI

Kepercayaan diri yang berlebihan dan memiliki informasi yang banyak biasanya dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan suatu keputusan investasi, perilaku tersebut dinamakan overconfidence. Surabaya yang memiliki potensi ekonomi yang sangat besar menjadikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang apa saja yang membuat investor

overconfidence. Faktor yang diteliti antara lain seperti jenis kelamin, pengalaman, pendidikan, usia, penghasilan, kualifikasi manajemen, kinerja masa lalu, saran dan status perkawinan berpengaruh terhadap sikap overconfidence atau tidak. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah investor yang ada di PT. Trijaya Pratama Futures di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penghasilan seseorang yang berpengaruh negatif terhadap sikap

overconfidence investor. Dari hasil tersebut diharapkan PT. Trijaya Pratama dapat membuat klasifikasi tingkat penghasilan dan memberikan kontrol lebih ketat lagi pada investor yang berpenghasilan rendah.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik. Selama penulisan kertas kerja ini penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta dukungan kepada penulis baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun diluar. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga penulis, Ibu “Minarti” yang selama ini membesarkan seorang diri dan menjadi semangat terbesar untuk menyelesaikan kertas kerja ini.

2. Ibu Linda Ariany Mahastanti SE,MSc selaku wali studi dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan waktu serta dengan sabar memberikan arahan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.

3. Keluarga penulis, saudara “Ariawan Sutomo” yang telah membantu penulis agar bisa meneliti tempat kerjanya dan membantu menyebarkan kuesioner.

4. Bapak Hari Sunarto SE., MBA., Ph.D dan Bapak Harijono SE., MAF., Ph.D selaku dekan dan wakil dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Kekasih hati Wiwit Anggraheni yang selama ini mendukung terus penulis baik suka maupun duka tiap harinya di Salatiga agar bisa menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik.

6. Teman baik saya, Benaya C. A. P., Barnabas T. A., Hariyanto T., Danang W. N.

7. Teman-teman Finger Kine Klub dan teman-teman lainnya yang bersama sejak awal kuliah. 8. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang

telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dan staf tata usaha yang memberikan bantuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Kristen Satya Wacana.

9. Segenap pihak yang belum penulis sebutkan satu per satu, yang membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini.

Salatiga, 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan Skripsi ... iii

Abstract ... iv

Saripati ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ... 4

Metode Penelitian ... 9

Analisis Hasil dan Intepretasi Data ... 15

Gambaran Responden ... 15

Hasil Analisis dn Uji Hipotesis ... 18

Kesimpulan ... 24

Implikasi Terapan ... 25

Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 26

Daftar Pustaka ... 27

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. TingkatOverconfidencedalam keputusan investasi ... 10

Tabel 2. Pengukuran Variabel yang MempengaruhiOverconfidence... 11

Tabel 3. Karakteristik Responden ... 15

Tabel 4. Tingkat Overconfidence Investor PT. Trijaya Pratama Futures ... 17

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis ... 18

Tabel 6. Tingkat Overconfidence Berdasarkan Jenis Kelamin………... 19

Tabel 7. Tingkat Overconfidence Berdasar Jenjang Pendidikan ... 20

Tabel 8. Tingkat Overconfidence Berdasarkan Penghasilan ... 21

Tabel 9. Hasil Uji R2... 23

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 30

Lampiran 2. Data Responden ... 32

Lampiran 3. Data Jawaban Kuesioner Responden TentangOverconfidence... 33

Lampiran 4. Data Jawaban Kuesioner Responden Tentang Pengalaman, Pendidikan ... 34

Lampiran 5. Data Jawaban Kuesioner Responden Tentang Kinerja Masa Lalu, Saran dan Kualifikasi Manajemen... 36

Lampiran 6. Uji Validitas ... 37

Lampiran 7. Uji Reliabilitas ... 39

(11)

Latar Belakang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar Indonesia mengalami peningkatan. Hal

tersebut membuat Indonesia dapat mencatat kenaikan pasar modal ketiga setelah

Hongkong dan

Singapura.(http://www.merdeka.com/uang/pasar-modal-diklaim-alamipeningkatan.html). Pada akhir Desember tahun 2011 harga komoditas emas berada

pada harga 1564.1 dan pada akhir Desember tahun 2012 ditutup pada harga

1673.8(icdx.co.id). Terlihat bahwa harga komoditas emas mengalami peningkatan

sebesar 7%, dari kenaikkan tersebut komoditas emas menjadi salah satu investasi yang

menjanjikan.

Saat ini Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya

merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia

timur. Surabaya berpotensi, baik secara langsung, sebagai pusat pengembangan

Indonesia Bagian Timur di masa mendatang. Dengan segala potensi, fasilitas, dan

keunggulan geografisnya Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.

Investasi di bursa berjangka menjadi salah satu alternatif bagi investor untuk

menanamkan modalnya. Di Surabaya terdapat perusahaan pialang berjangka yang

menawarkan alternatif investasi yang bernama PT. Trijaya Pratama Futures. Perusahaan

Futures merupakan perusahaan yang menjadi perantara dalam perdagangan kontrak

berjangka, dimana kontrak berjangka merupakan kontrak untuk membeli sesuatu di

masa yang akan datang. Produk investasi yang ditawarkan PT. Trijaya Pratama Futures

ada komoditas emas, forex dimana mata uang yang diperdagangkan dan juga indeks.

Perusahaan ini terdaftar di BAPPEBTI dengan Ijin Pialang Berjangka

(12)

Indonesia antara lain di Medan, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Samarinda. Pada

tahun 2011 PT. Trijaya Pratama menjadi perusahaan pialang berjangka komoditas

terbaik pada majalah investor. Dalam melakukan perdagangan terdapat fluktuasi harga

dan peristiwa tertentu yang membuat beberapa investor melakukan transaksi yang

berbeda dengan investor lainnya dan mendapatkan keuntungan yang dinamakan

abnormal return. Dari abnormal return yang didapat investor dalam pasar, itu merupakan anomali/ keanehan yang terjadi. Penyimpangan yang terjadi karena perilaku

investor yang tidak sepenuhnya rasional. Behavior finance merupakan cara untuk menjelaskan keberadaan abnormal return. Barberis dan Thaler(2003) berpendapat bahwa behavior finance menekankan bahwa perilaku investor irasional karena keterbatasan dalam memproses informasi.

Ada banyak macam-macam penyimpangan dalam behavior finance, antara lain

seperti,mental accounting, availability bias, overconfidence dll. Di sini peneliti berfokus meneliti mengenai overconfidence investor. Dalam suatu perdagangan kontrak

berjangka, saat seseorang investor mendapat keuntungan dan hal itu telah terjadi terus

menerus akan menyebabkan investor tersebut overconfidence. Dalam pengambilan

keputusan di masa yang akan datang investor tersebut cenderung tidak memperhatikan

kondisi pasar yang ada karena keuntungan yang telah di dapat di masa lalu dan akhirnya

mendapat kerugian di masa yang akan datang. Odean(1998) berpendapat bahwa investor

terlalu percaya pada kemampuannya, pengetahuan yang dimilikinya, dan harapan masa

depan. Perilaku overconfidence ini membuat mereka melakukan perdagangan saham yang berlebihan dan menyebabkan kesalahan prediksi yang tinggi(Odean, 1999).

(13)

diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena merasa memiliki kemampuan

analisis yang akurat dan tepat.

Banyak peneliti yang menyarankan faktor apa saja yang membuat investor menjadi

overconfidence . Menurut model yang dikemukakan Gervais dan Odean (2001), tingkat

overconfidence trader menurun karena pengalamannya meningkat. Sebaliknya, dari penelitian Alrabadi dkk (2011) bahwa tingkatoverconfidence meningkat seiring dengan pengalaman investor yang bertambah. Usia juga diusulkan sebagai faktor penting yang

menentukan overconfidence investor. Menurut Menkhoff dkk(2010), usia harus dibedakan secara jelas dengan pengalaman dalam perilaku overconfidence. Selain itu, menurut penelitian Glaser dkk(2005) menemukan bahwa trader profesional biasanya

memiliki tingkatoverconfidenceyang lebih tinggi dari pada pelajar. Dan menurut Mittal dan Vyas(2009) penghasilan juga mempengaruhi overconfidence. Jenis kelamin juga disarankan sebagai faktor yang mempengaruhi overconfidence. Barber dan Odean (2001) menemukan bahwa pria lebih percaya diri dibandingkan wanita.

Berdasarkan hasil penelitian diatas ketidak konsistenan hasil itu didapat, maka peneliti

akan melihat kembali faktor apa saja yang mempengaruhi overconfidence. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ari selaku bagian division manager pada PT. Trijaya Pratama

Futures di Surabaya diketahui bahwa mayoritas dari investor yang ada di perusahaan

tersebut sangat sering melakukan transaksi sendiri tanpa membicarakannya dengan

pialangnya terlebih dahulu. Dan juga ada beberapa investor yang melakukan kesalahan

investasi langsung menambah jumlah investasinya tanpa berpikir panjang untuk

mencoba mengembalikan kekalahan investasi yang dialaminya. Dari

(14)

penelitian pada investor di PT. Trijaya Pratama Futures Surabaya. Dan dari penelitian

sebelumnya peneliti mengambil faktor-faktor seperti jenis kelamin, pengalaman,

pendidikan, usia, pendapatan, kualifikasi manajemen, kinerja masa lalu saran dan status

perkawinan untuk diteliti kembali dengan melakukan replikasi penelitian dari Alrabadi

dkk(2011).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengemukakan permasalah

pokok sebagai berikut :

"Apakah jenis kelamin, pengalaman, pendidikan, usia, penghasilan, kualifikasi

manajemen, kinerja masa lalu, saran dan status perkawinan mempengaruhi investor

berperilakuoverconfidencePada PT Trijaya Pratama Futures - Surabaya?"

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk menambah informasi pada penelitian yang

lebih lanjut terutamabehavior finance.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan terutama dalam

menangani investor-investor yang ada pada perusahaan.

Kerangka Teoritis & Pengembangan Hipotesis

Behavior Finance

Analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal

(15)

behavior finance adalah studi yang mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya. Nofsinger (2001) berpendapat bahwa

behavior finance itu mempelajari bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan.

Overconfidence

Menurut Gervais dan Odean (2001) dalam ilmu psikologis, overconfidence diartikan

sebagai keyakinan bahwa distribusi probabilitas prediksi seseorang lebih tinggi dari

kenyataannya. Overconfidence merupakan kecenderungan orang menaksir terlalu tinggi pengetahuan, kemampuan dan ketepatan tentang informasi yang mereka miliki

(Bhandari dan Deaves, 2006).

Jenis kelamin

Istilah gender digunakan untuk memisahkan ciri-ciri manusia yang didasarkan oleh

pendefinisian yang bersifat social budaya dan berdasarkan ciri fisik biologis. Gender

adalah jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial

berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Idris, 2004). Dalam penelitian Barber dan Odean

(2001) disebutkan bahwa jenis kelamin akan mempengaruhi keputusan yang akan

diambil investor dalam menghadapi sebuah pilihan keputusan investasi. Seorang pria

biasanya memiliki tingkatoverconfidenceyang lebih tinggi daripada wanita.

Dari hasil penelitian yang di lakukan Barber dan Odean (2001), menunjukkan bahwa

jenis kelamin mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan investasi dimana

tingkat overconfidence laki-laki lebih tinggi dari pada wanita. Laki-laki cenderung merasa lebih kompeten dari pada wanita dalam masalah keuangan(Prince, 1993). Selain

(16)

wanita(Barber dan Odean, 2001). Mayoritas laki-laki juga dididik oleh keluarga untuk

mempunyai kedudukan lebih tinggi dari wanita, secara psikologis laki-laki akan lebih

overconfidence dari wanita. Berdasarkan dukungan hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Jenis kelamin mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami seseorang. Dari pengalaman

tersebut seseorang dapat mengetahui cara mengatasi masalah yang sama dengan

kejadian sebelumnya(Azwar, 1995). Pengalaman bisa memicu investor dalam

pengambilan keputusan investasi. Investor yang memiliki pengalaman yang banyak akan

memiliki tingkatoverconfidenceyang tinggi(Alrabadi dkk, 2011).

Setelah mengalami suatu kejadian, seseorang akan cenderung mengingat kejadian

tersebut apalagi jika kejadian itu benar-benar menguntungkan atau merugikan orang

tersebut. Dari situ individu akan belajar dari pengalaman yang ada dan bisa memutuskan

langkah apa yang paling baik diambil saat mengahadapi suatu masalah. Berdasarkan

dukungan hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis

sebagai berikut:

H2: Pengalaman mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Pendidikan

Pendidikan adalah suatu fenomena psikis manusia berupa dorongan belajar untuk

(17)

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan juga

mempengaruhi perilaku overconfidence(Graham, 2006; Bhandari dan Deaves, 2006). Seseorang yang mempunyai pendidikan atau pengetahuan lebih akan memiliki

kecenderungan lebih percaya diri dari pada orang awam. Berdasarkan dukungan hasil

penelitian sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H3: Pendidikan mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Usia

Usia atau umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, umur adalah

lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan(Hurlock, 2004). Semakin

bertambahnya usia pengalaman hidup seseorang akan bertambah dan pastinya

kepercayaan diri seseorang akan meningkat. Berdasarkan dukungan hasil penelitian

sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H4: Usia mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Penghasilan

Penghasilan adalah pendapatan yang diperoleh seseorang dari pemberi kerja untuk

menambah kemampuan secara ekonomis(Zain, 2005). Semakin tingginya penghasilan

seseorang membuat orang tersebut jadi lebih aman dalam melakukan investasi karena

dari penghasilan yang tinggi kita dapat mengantisipasi kegagalan investasi. Dan pada

(18)

seseorang meningkat seiring dengan tingkat penghasilan. Berdasarkan dukungan hasil

penelitian sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H5: Penghasilan mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Kualifikasi manajemen

Kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu sesuai bidangnya.

Dengan mengetahui kualifikasi manajemen yang ada, dalam hal ini adalah para pialang

mempunyai sertifikasi dari BAPPEBTI(Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi) akan membuat para investor lebih percaya dalam melakukan keputusan

investasi. Maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H6: Kualifikasi manajemen mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Kinerja Masa Lalu

Kinerja merupakan hasil kerja yang diperoleh melalui suatu kegiatan pada kurun waktu

tertentu(Kane, 1993). Saat seseorang mendapatkan hasil yang menguntungkan dari

keputusan yang diambil di masa lalu, secara emosional orang tersebut merasa lebih

yakin dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang. Maka ditetapkan hipotesis

sebagai berikut:

H7: Kinerja masa lalu mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Saran

Saran adalah pendapat yang di ajukan dengan harapan untuk menyelesaikan suatu

(19)

akan membuat orang yang di beri saran akan lebih yakin dalam mengambil keputusan.

Maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

H8: Saran mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Status Perkawinan

Laki-laki pada umumnya memiliki tingkat percaya diri yang tinggi terutama pada

laki-laki yang belum menikah karena laki-laki-laki-laki tersebut tidak memiliki tanggungan.

Sedangkan wanita cenderung kurang percaya diri di saat belum menikah karena mereka

memikirkan tentang jaminan untuk masa depannya. Pada penelitian Barber dan Odean

(2001) diketahui bahwa laki-laki yang belum menikah memiliki tingkat overconfidence

paling tinggi, yang kedua adalah laki-laki yang sudah berkeluarga, ketiga adalah wanita

yang sudah menikah dan terakhir adalah wanita yang belum menikah. Berdasarkan

dukungan hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan maka ditetapkan hipotesis

sebagai berikut:

H9: Status perkawinan mempengaruhi perilaku overconfidence investor.

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi penelitian ini adalah investor PT. Trijaya Pratama Futures

Surabaya, sementara itu sampel yang digunakan penelitian ini adalah investor PT.

Trijaya Pratama Futures Surabaya yang bersedia mengisi kuesioner saat peneliti

(20)

Pengukuran variabel

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer ini didapat dengan melakukan

survey berupa penyebaran kuesioner. Di dalam kuesioner tersebut ada dua bagian, yang

pertama berisi mengenai karakteristik investor seperti usia, jenis kelamin, jenjang

pendidikan, dan berapa tahun melakukan investasi di bursa berjangka. Dan bagian kedua

berisi mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi overconfidence dengan

menggunakan skala likert. Kategori jawaban yang disediakan ada 3, yaitu setuju (S)

dengan nilai 3, netral (N) dengan nilai 2, dan tidak setuju (TS) dengan nilai 1. Perilaku

overconfidence yang terjadi di kelompokan menjadi tiga, yaitu overconfidence rendah, sedang dan tinggi. Dengan diperoleh interval setiap kelompok sebagai berikut:

Range = Xmax- Xmin= 3-1 =2

Interval = Range / kelas = 2/3 = 0,67

Jadi berdasar dengan interval tersebut, setiap responden bisa dikelompokan sebagai

berikut:

Tabel 1 TingkatOverconfidencedalam keputusan investasi TingkatOverconfidence Score Interval

OC rendah 1 - 1,67

OC sedang 1,68 - 2,33

OC tinggi 2,34 - 3

(21)

Tabel kuesioner berikut akan mewakili mengenai penjelasan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhioverconfidence:

Tabel 2 Pengukuran Variabel yang MempengaruhiOverconfidence

Variabel Definisi Item pertanyaan

Overconfidence Kecenderungan seseorang menaksir terlalu tinggi

pengetahuan, kemampuan

dan ketepatan tentang

informasi yang mereka

miliki

1. Saya percaya kemampuan saya

untuk memulai dan mengelola

investasi

2. Harapan sukses meningkatkan

kepercayaan diri saya

3. Saya sering menyalahkan pasar

atau perusahaan ketika saya

mendapat hasil yang merugikan.

4. Saya merasa bahwa keputusan

saya sendiri sering benar

5. Saya tidak ragu-ragu untuk

menawarkan nasihat investasi

(22)

Tabel 2 Pengukuran Variabel yang MempengaruhiOverconfidence

Pengalaman Suatu kejadian yang telah dialami

seseorang dan dari kejadian

tersebut seseorang dapat

mengetahui cara mengatasi

masalah yang sama dengan

kejadian sebelumnya

6. Saya menggunakan harapan diri berdasarkan pengalaman saya di PT. Trijaya Pratama Futures –

Surabaya untuk membuat keputusan investasi membeli dan menjual kontrak berjangka

7. Pengalaman selama ini dalam PT. Trijaya Pratama Futures – Surabaya meningkatkan kepercayaan diri saya dalam melakukan keputusan investasi.

Pendidikan Suatu fenomena psikis manusia

berupa dorongan belajar untuk

mendapat pengetahuan baru

8. Saya menggunakan harapan diri berdasarkan jenjang pendidikan saya dalam keputusan investasi untuk membeli atau menjual kontrak berjangka.

(23)

Tabel 2 Pengukuran Variabel yang MempengaruhiOverconfidence

Kinerja Masa Lalu Hasil kerja yang diperoleh

melalui suatu kegiatan

pada masa lalu

10. Imbal hasil marjin yang sukses di masa lalu, positif

mempengaruhi kepercayaan diri saya ketika saya membeli dan menjual kontrak berjangka

11. Kinerja hasil marjin saat ini adalah indikator untuk kinerja masa depan

Saran Pendapat yang di ajukan

dengan harapan untuk

menyelesaikan suatu

masalah

12. Mendapatkan tips dari orang yang berpengalaman meningkatkan kepercayaan saya dalam keputusan investasi saatmembeli atau

menjual kontrak berjangka

13. Saran dari para profesional

meningkatkan kepercayaan saya

dalam pengambilan keputusan

investasi saat membeli atau

(24)

Tabel 2 Pengukuran Variabel yang MempengaruhiOverconfidence

Kualifikasi

Manajemen

Keahlian yang diperlukan

untuk melakukan sesuatu

sesuai bidangnya.

14. Kualifikasi para pialang

perusahaan yang mempunyai

sertifikasi pialang berjangka dari

BAPPEBTI meningkatkan

kepercayaan saya pada investasi

kontrak berjangka.

Sumber: Alrabadi dkk, 2011.(diterjemahkan)

Teknik Analisis

Adapun langkah-langkah analisis yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:

1. Menyebarkan kuesioner ke responden, dalam hal ini adalah investor PT. Trijaya

Pratama Futures Surabaya. Untuk mengetahui karakteristik investor dan juga apa yang

membuat investoroverconfidence.

2. Menganalisis data hasil kuesioner menggunakan metode regresi yaitu model stepwise regression. Stepwise regression adalah salah satu metode untuk mendapatkan model terbaik dari sebuah analisis regresi(Rawlings dkk, 1998). Secara definisi stepwise regression adalah gabungan antara metodeforwarddanbackward. Metode backward

adalah metode yang digunakan untuk mengeluarkan variabel independen dalam

persamaan regresi. Sedangkan metode forward adalah metode yang digunakan untuk memasukkan satu persatu variabel independen dalam persamaan regresi(Cristianus,

(25)

independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Dan dengan

menggunakan metodestepwise regressiondiperoleh model sebagai berikut:

= + + + + + + +

+ + +

Dimana OC adalah overconfidence investor, GEN adalah jenis kelamin, EXP adalah pengalaman investor pada bursa berjangka, ACD adalah pendidikan investor, AGE

adalah usia investor, INC adalah penghasilan, MGT adalah kualifikasi manajemen,

PERF menunjukan kinerja masa lalu, ADV adalah saran, dan MAR merupakan status

perkawinan investor.

Analisis Hasil dan Intepretasi Data

Gambaran Responden

Dari kuesioner yang telah disebarkan untuk 40 investor PT. Trijaya Pratama Futures,

dapat dilihat karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 3 Karakteristik Responden

Karakteristik Presentase

Usia 18-25 tahun 10%

26-35 tahun 32.5%

36-45 tahun 22.5%

>46 tahun 35%

Total 100%

Jenis Kelamin Pria 57.5%

(26)

Total 100%

Status kawin Menikah 75%

Belum menikah 25%

Total 100%

Lama investasi <1 tahun 17.5%

1-3 tahun 70%

3-6 tahun 10%

>6 tahun 2.5%

Total 100%

Pendidikan SMA 7.5%

D3 0%

S1 77.5%

S2 15%

Total 100%

Penghasilan perbulan Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 20%

Rp 5.000.001 - Rp 8.000.000 2.5%

Rp 8.000.001 - Rp 11.000.000 12.5%

>Rp 11.000.000 65%

Total 100%

Sumber : data yang diolah, 2013

Dari data diatas kebanyakan responden berusia diatas 46 tahun, hal itu terjadi karena

orang-orang akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak seiring bertambahnya usia

(27)

Selain itu jenis kelamin pria menjadi responden terbanyak pada investasi PT. Trijaya

Pratama Futures. Hal itu dapat dimaklumi karena investasi jenis ini memang sangat

beresiko, kebanyakan pria cenderung berani mengambil resiko daripada wanita.

Untuk melakukan investasi diperlukan pengetahuan yang cukup tinggi agar orang

tersebut mendapat informasi berupa pengetahuan tentang produk-produk investasi yang

ada, itu bisa dilihat dari responden terbanyak adalah lulusan S1 dan sisanya S2 dan

SMA.

Dapat dilihat dalam melakukan investasi pada produk futures orang-orang yang berpenghasilan di atas Rp 11.000.000,00 lebih banyak di bandingkan orang- orang yang

berpenghasilan di bawah Rp 11.000.000,00 karena dalam investasi pada bidang ini

dibutuhkan dana yang cukup besar dalam berinvestasi. Sehingga orang-orang yang

berpenghasilan kecil pasti akan berpikir panjang untuk mengeluarkan dana yang cukup

besar dalam berinvestasi.

Tabel 4 Tingkat Overconfidence Investor PT Trijaya Pratama Futures.

Tingkat Overconfidence Jumlah Responden

Overconfidence Rendah 9 orang (22.5%)

Overconfidence Sedang 18 orang (45%)

Overconfidence Tinggi 13 orang (32.5%)

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Dapat dilihat dari tabel 4 di atas, diketahui bahwa investor pada PT. Trijaya Pratama

Futures cenderung memiliki sikap overconfidence yang sedang. Hal itu bisa disebabkan

karena pendidikan yang yang ditempuh responden mayoritas sudah cukup tinggi yaitu

(28)

baik dan mendapat pengetahuan yang lebih banyak. Hasil ini didukung oleh penelitian

dari Graham(2006) maupun penelitian Bhandari dan Deaves(2006) yang menyatakan

bahwa pendidikan juga mempengaruhi perilakuoverconfidence. Selain hal tersebut yang menyebabkan overconfidence dari hasil di atas adalah lama investasi dalam hal ini yang

dimaksudkan pengalaman. Semakin lama seseorang melakukan investasi orang tersebut

akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dan bisa lebih baik lagi dalam mengambil

keputusan investasi, hasil ini didukung oleh penelitian Alrabadi(2011).

Hasil Analisis dan Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil kuesioner yang ada didapat bahwa hanya ada tiga pertanyaan tentang

overconfidence yang valid, yaitu pertanyaan ketiga sampai kelima karena memiliki nilai

Pearson Correlation lebih besar dari 0,5. Selain itu dalam uji reliabilitas didapat nilai

Cronbach's Alpha sebesar 0,614 yang menunjukkan bahwa pertanyaan kuesioner tersebut reliabel. Dan diperoleh tingkat signifkansi tiap variabel seperti pada tabel 5

dibawah ini:

Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis

Model Sig Hasil Keputusan

GEN 0.929 Tidak signifikan Variable dibuang

EXP 0.230 Tidak signifikan Variable dibuang

ACD 0.191 Tidak signifikan Variable dibuang

AGE 0.654 Tidak signifikan Variable dibuang

INC 0.037 Signifikan Variable dimasukan

(29)

PERF 0.512 Tidak signifikan Variable dibuang

ADV 0.911 Tidak signifikan Variable dibuang

MAR 0.658 Tidak signifikan Variable dibuang

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Signifikansi pada jenis kelamin sebesar 0.929, nilai tersebut lebih besar dari α maka H1 ditolak artinya faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi overconfidence. Jadi variabel jenis kelamin langsung dibuang oleh SPSS. Hal ini disebabkan karena responden pria

memiliki jumlah yang hampir sama pada setiap tingkatoverconfidencedan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6 Tingkat Overconfidence Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Responden OC Rendah OC Sedang OC Tinggi

Pria 23 orang 6 orang (26%) 8 orang ( 35%) 9 orang (39%) Wanita 17 orang 3 orang (18%) 10 orang (59%) 4 orang (23%)

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Barber dan

Odean(2001) yang menemukan bahwa jenis kelamin mempengaruhi overconfidence

seseorang.

Signifikansi pada pengalaman sebesar 0.230, nilai tersebut lebih besar dari α maka H2

ditolak artinya faktor pengalaman tidak mempengaruhi overconfidence. Jadi variabel pengalaman langsung dibuang dari persamaan regresi. Hal ini disebabkan karena dalam

jawaban pada kriteria pengalaman kurang adanya variasi jawaban, rata-rata jawaban

(30)

Alrabadi(2011) maupun penelitian Gervais dan Odean(2001) yang menyatakan bahwa

pengalaman berpengaruh terhadapovervonfidenceseseorang.

Signifikansi pada pendidikan sebesar 0.191, nilai tersebut lebih besar dari α maka H3 ditolak artinya faktor pendidikan tidak mempengaruhi overconfidence. Jadi variabel pendidikan langsung dibuang oleh SPSS. Disini juga terlihat bahwa pada kriteria tingkat

pendidikan tertentu tidak ada responden yang mewakili seperti dapat dilihat pada tabel 7

dibawah ini:

Tabel 7 Tingkat Overconfidence Berdasar Jenjang Pendidikan

Pendidikan Jumlah Responden OC Rendah OC Sedang OC Tinggi

SMA 3 orang 0% 1 orang (33.33%) 2 orang (66.67%)

D3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

S1 31 orang 9 orang (29%) 14 orang (45.2%) 8 orang (25.8%)

S2 6 orang Tidak ada 3 orang (50%) 3 orang (50%)

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Graham(2006) yang

menyatakan bahwa investor dengan pendidikan yang lebih akan merasa lebih kompeten

dalam melakukan keputusan investasi.

Signifikansi pada usia sebesar 0.654, nilai tersebut lebih besar dari α maka H4 ditolak

artinya faktor usia tidak mempengaruhioverconfidence. Usia sulit untuk diperhitungkan untuk mengukur tingkat overconfidence karena responden yang baru berumur kurang dari 30 tahun jika orang tersebut saja sudah mempelajari investasi sudah lama orang

tersebut pasti lebih percaya diri dalam melakukan investasi. Untuk usia diatas 46 tahun,

(31)

Signifikansi pada penghasilan sebesar 0.037, nilai tersebut lebih kecil dari α maka H5 diterima artinya faktor penghasilan mempengaruhi overconfidence. Jadi variabel penghasilan langsung dimasukan ke persamaan regresi.

Tabel 8 TingkatOverconfidenceBerdasarkan Penghasilan

Penghasilan

Jumlah

Responden

OC Rendah OC Sedang OC Tinggi

Rp2.000.000 - Rp

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Dengan penghasilan yang tinggi, seorang investor akan lebih berani dalam melakukan

suatu tindakan karena disaat mereka masih ada dana yang menjamin mereka untuk

mengembalikan dana yang sudah hilang. Namun dalam hasil penelitian ini berbeda, dari

hasil uji stepwise dapat diketahui bahwa penghasilan berpengaruh negatif terhadap

overconfidence. Selain itu pada tabel 8 di atas terlihat bahwa presentase responden yang

memiliki penghasilan tinggi memiliki tingkat overconfidence tinggi lebih sedikit dari responden yang berpenghasilan lebih rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

responden lebih hati-hati memikirkan keputusan investasi saat memiliki penghasilan

(32)

didukung juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggara(2012) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi penghasilan akan membuat tingkat overconfidence

menurun dalam mengambil keputusan investasi. Tetapi hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Mittal dan Vyas(2009), yang menyatakan bahwa semakin

tinggi penghasilan seseorang akan membuatoverconfidencesemakin besar.

Signifikansi pada kualifikasi manajemen sebesar 0.360, nilai tersebut lebih besar dari α maka H6 ditolak artinya faktor kualifikasi manajemen tidak mempengaruhi

overconfidence. Jadi variabel kualifikasi manajemen langsung dibuang oleh SPSS. Seorang pialang pada sebuah perusahaan investasi pastinya sudah memiliki sertifikasi

apakah seorang pialang tersebut bisa memberikan nasehat untuk keputusan investasi

para investornya. Ini menjadi penyebab kenapa kualifikasi manajemen tidak

berpengaruh terhadap overconfidence. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alrabadi dkk(2011) yang menyatakan bahwa kualifikasi manajemen

sama sekali tidak berpengaruh terhadapoverconfidence.

Signifikansi pada kinerja masa lalu sebesar 0.512, nilai tersebut lebih besar dari α maka

H7 ditolak artinya faktor kinerja masa lalu tidak mempengaruhioverconfidence. Hal ini disebabkan karena kinerja masa lalu merupakan hasil yang terjadi setelah kita selesai

melakukan suatu keputusan. Secara logika kinerja masa lalu akan menjadi pengalaman

yang didapat oleh seseorang, sehingga variabel kinerja masa lalu langsung dibuang oleh

SPSS. Selain itu penelitian ini juga didukung hasil dari penelitian Alrabadi(2011) bahwa

kinerja masa lalu tidak berpengaruh terhadapoverconfidence.

Signifikansi pada saran sebesar 0.911, nilai tersebut lebih besar dari α maka H8 ditolak

(33)

orang tersebut akan lebih percaya diri. Tetapi hasil menunjukkan seperti ini mungkin

disebabkan pengukuran variabel pada faktor saran tidak bisa mewakilinya sehingga

faktor ini dibuang oleh SPSS. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Alrabadi(2011).

Signifikansi pada status perkawinan sebesar 0.658, nilai tersebut lebih besar dari α maka H9 ditolak artinya faktor status perkawinan tidak mempengaruhioverconfidence. Hal ini disebabkan karena responden yang sudah menikah maupun yang belum menikah

pastinya memiliki tanggungan hidup berbeda-beda. Dengan tanggungan hidup tersebut

pasti akan memberikan beban berbeda yang mempengaruhi perilaku overconfidence

setiap orang. Dalam penelitian ini tidak disebutkan secara terperinci mengenai status

perkawinan, hanya ada data mengenai responden menikah atau belum menikah saja.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Barber dan Odean(2001) yang

memberikan data yang terperinci seperti responden tersebut memiliki tanggungan

berapa orang dan mempunyai berapa anak. Dari penelitian Barber dan Odean(2001)

dapat dilihat dari faktor status perkawinan seseorang mempunyai tingkat overconfidence

yang tinggi atau tidak.

Tabel 9 Hasil Uji R2

Predictor R R Square

INC 0.331 0.110

Sumber : data primer yang diolah, 2013

Dari tabel 9 di atas diketahui koefisien korelasi berganda sebesar 0.331, itu

(34)

dependen akan terbatas dan pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen semakin kecil.

Tabel 10 Hasil Uji Stepwise Regresi

Model B Sig.

(Constant) 2.321 0.000

INC -0.084 0.037

Sumber : data primer yang diolah, 2013 Keterangan : signifikan pada α=5%

Metode stepwise regresi dilakukan untuk mengevaluasi apakah di perlukan untuk

memprediksi tingkat overconfidence investor. Dapat dilihat hanya ada satu variabel independen yang mempengaruhi tingkat overconfidence karena signifikansinya lebih kecil dari α.Dari hasil uji stepwise regresi diatas dan uji hipotesis yang telah di lakukan

maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

= 2,321 0,084 +

Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa penghasilan berpengaruh negatif

terhadap tingkat overconfidence investor karena responden pada PT. Trijaya Pratama yang berpenghasilan tinggi lebih hati-hati dalam mengambil keputusan investasi

sehingga memiliki tingkat overconfidence yang rendah. Sedangkan variabel lain yang

diteliti tidak mempengaruhi tingkat overconfidenceinvestor dan langsung dibuang oleh SPSS karena signifikansi lebih dari α.

Kesimpulan

(35)

perkawinan tidak berpengaruh terhadap overconfidence.Hal itu disebabkan karena variabel yang ada kurang adanya variasi jawaban dari responden dan ada juga variabel

yang kurang layak untuk digunakan. Ada pula variabel yang seharusnya masuk dalam

variable lain, yaitu variabel kinerja masa lalu karena secara logika variabel tersebut

termasuk dalam variable pengalaman. Sehingga hanya ada satu variabel yang

mempengaruhioverconfidenceyaitu penghasilan. Dan penghasilan tersebut berpengaruh negatif terhadap overconfidence. Saat penghasilan seorang investor tinggi, maka tingkat

overconfidence investor tersebut akan menurun dalam pengambilan keputusan investasi.

Orang yang memiliki penghasilan tinggi lebih hati-hati dalam menggunakan dana untuk

investasinya dan melakukan investasi di tempat yang resikonya lebih rendah juga

sehingga dapat diketahui bahwa responden pada PT. Trijaya Pratama Surabaya yang

berpenghasilan tinggi memiliki tingkat overonfidence yang rendah.

Implikasi Terapan

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan pengetahuan tambahan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

behavior finance terutama overconfidence. Pada penelitian ini hanya dapat diketahui penghasilan saja yang mempengaruhi overconfidence seorang investor yang respondennya dari investor PT Trijaya Pratama Futures. Dan sebaiknya PT. Trijaya

Pratama Futures membuat klasifikasi tingkat penghasilan yang diperoleh investornya

dan dari klasifikasi tersebut para pialang dalam harus memberikan kontrol yang lebih

ketat lagi pada investor yang berpenghasilan rendah. Agar dengan memberikan kontrol

tersebut dapat meminimalisasi kesalahan dan mengurangi perilaku overconfidence

(36)

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Cukup banyak variabel yang diteliti pada penelitian ini tidak layak digunakan karena

kurang bervariasinya responden yang ada dan kurang lengkapnya data yang harus

diambil pada variabel tertentu agar lebih layak untuk mewakili variabel yang diteliti.

Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, data yang diambil dari responden harus lebih

rinci, pada status perkawinan sebaiknya ada data mengenai jumlah anak yang dimiliki

atau berapa orang yang ditanggung oleh responden seperti pada penelitian yang

dilakukan Barber dan Odean(2001). Dan sebaiknya jumlah responden untuk tiap

karakteristik yang diteliti proporsinya berimbang agar bisa mewakili karakterstik

tersebut. Salah satu contohnya seperti penelitian ini responden yang lulusan SMA hanya

3 orang dan sisanya lulusan S1 dan S2, padahal hasil menunjukkan lulusan SMA

semuanya memiliki tingkat overconfidence yang tinggi jadi penelitian ini tidak bisa mengukur tingkat pendidikan dengan baik. Selain hal itu sebaiknya dalam penelitian

selanjutnya kategori jawaban pada kuesioner menggunakan skala Likert 5 kategori

jawaban agar terdapat variasi jawaban. Dan karena kesimpulan overconfidence

didasarkan pada fenomena dan pada penelitian ini hanya pada investor bursa berjangka

sebaiknya pada penelitian selanjutnya diharapkan meneliti orang yang sudah bekerja dan

tidak terkhusus pada investor bursa berjangka saja agar kita bisa mengetahui

(37)

Daftar Pustaka

Alrabadi, Dima W., Mohammad A. AL-Gharaibeh, and Ziad, M. Zurigat., 2011,

“What Makes Investors Overconfident? Evidence from Amman Stock

Exchange”, European Journal of Economics, Finance And Administrative

Sciences, Issue43.

Anonim.2009.http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=10&submit.y=16&subm

it=prev&page=5&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feakt

%2F2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-32404002-12155-peramalan_saham-chapter2.pdf.

18 Oktober 2012.

Azwar, S, 1995,Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Baker, K. H. & Nofsinger, R. J., 2002, "Psychological biases of investors",Financial Services Review,No. 11.

Barber, B.M., and T. Odean., 2001, "Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence,

and Common stock Investment",Quarterly Journal of Economics,116.

Bhandari and Deaves, 2006, "The Demographics of Overconfidence",Journal of

Behavioral Finance, Vol 7, No.1.

Barberis, N. and R.H. Thaler, 2003,A Survey of Behavioral Finance, Handbook of

the Economic of Finance, Elsevier, Amsterdam.

Cristianus, 2010,Belajar Kilat SPSS 17, Andi Publisher, Yogyakarta.

Gervais, S., and T. Odean., 2001, "Learning to be Overconfident", Review of

(38)

Glaser, M., T. Langer, and M. Weber., 2005, “Overconfidence of Professionals and Lay Men: Individual Differences Within and Between Tasks?”,Working Paper, University of Mannheim.

Graham, John R., Harvey, Campbell R., and Huang, Hai, 2006, "Investor

Competence, Trading Frequency, and Home Bias",NBER working paper.

H.J Bernadin and J.S Kane,1993,Performance appraisal : A Contigency approach :to system Development and Evaluation,PWSKent, Boston.

Hurlock, Elizabeth B.,2004,Developmental Psychology A Life Span Approach

Throughout the Fifth Edition, Erland, London.

Menkhoff, Lukas; Schmeling, Maik; Schmidt, Ulrich., 2010, "Overconfidence,

experience, and professionalism: An experimental study",Kiel working paper,

No. 1612.

Mittal dan Vyas, 2009, "Does Irrationality in Investment Decisions Vary with

Income",Journal of Behavioral Finance. Vol VI, No. 1.

Nofsinger, John R, 2001,Investment Madness: How Psychology Affects Your

Investing and What to Do About It, Prentice Hall, New Jersey.

Odean, T., 1998.,"Volume, Volatility, Price and Profits When All Traders Are

Above Average",Journal of Finance, 53.

_____, 1999, "Do Investor Trade Too Much?",American Economics Review, 89.

Panggabean , Rosa.2012.Pasar Modal Indonesia Pesat, Finlandia Kepincut.

http://www.tempo.co/read/news/2012/04/17/092397637/Pasar-Modal-Indonesia-Pesat-Finlandia-Kepincut. 12 Oktober 2012.

(39)

& Sons, Inc., New York.

Prince, Melvin, 1993, "Women, Men, and Money Styles", Journal of Economic

Psycology, XIV.

Purnomo, Edy. 2011. Tujuh Pialang Berjangka Terbaik dan Teraktif 2011.

http://www.investor.co.id/home/tujuh-pialang-berjangka-terbaik-dan-teraktif-2011/25005. 31 Oktober 2012.

Rawlings, J. O., Sastry G. Pantula, and David A. Dickey, 1998,Applied

Regression Analysis: A Research Tool, Second Edition, Springer, New York.

Riyandi, Saugi. 2012. Pasar Modal Diklaim Alami Peningkatan.

http://www.merdeka.com/uang/pasar-modal-diklaim-alami- peningkatan.html. 12

Oktober 2012.

Rudi Anggara, 2012,Hubungan Tingkat Penghasilan dan Jenis Kelamin Dengan

Sikap Overconfidence Dalam Keputusan Investasi. Skripsi Program S1

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak

dipublikasikan).

Shefrin, Hersh, 2002,Beyond Greed and Fear: Understanding Behavioral

Finance and Psychology of Investing, Oxford University Press, New York.

Suhartono, Suparlan, 2010,Pengantar Ilmu Pendidikan, Badan Penerbit

UNM, Makassar.

Suryadi, Ace dan Ecep Idris, 2004,Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan,

Genesido, Bandung.

(40)

Lampiran 1 Kuesioner

Dengan hormat,

Berkenaan dengan penelitian skripsi saya yang berjudul Apa yang membuat investor overconfidence? Pada PT. Trijaya Pratama Futures di Surabaya, saya sangat membutuhkan informasi dari Anda untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan Anda untuk mengisi kuesioner berikut. Informasi atau data yang diperoleh bersifat rahasia, dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yang pertama mengenai data responden dan kedua mengenai overconfidence.

Sebelum dan sesudahnya, Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk membantu dalam pengisian kuesioner ini.

Hormat saya,

Joandi Sutomo

Data Responden

Berilah tanda cek () dan isi pada tempat yang sudah disediakan sesuai dengan diri Anda.

Usia: .thn

Jenis Kelamin : ( )Pria Status perkawinan: ( )Belum menikah

( )Wanita ( )Menikah

Pendidikan: ( )SMA Lama investasi di PT. Trijaya Pratama Futures: ( )<1 tahun

( )D3 ( )1-3 tahun

( )S1 ( )3-6 tahun

( )S2 ( )>6tahun

Penghasilan per bulan: ( )Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000

( )Rp 5.000.001 - Rp 8.000.000

( )Rp 8.000.001 - Rp 11.000.000

(41)

Berilah tanda cek () pada table kusioner yang disediakan di bawah ini

Tidak setuju Netral Setuju Overconfidence 1. Saya percaya kemampuan saya untuk memulai

dan mengelola investasi

2. Harapan sukses meningkatkan kepercayaan diri saya

3. Saya sering menyalahkan pasar atau perusahaan

ketika saya mendapat hasil yang merugikan.

4. Saya merasa bahwa keputusan saya sendiri sering

benar

5. Saya tidak ragu-ragu untuk menawarkan nasihat

investasi untuk teman saya

Pengalaman 6. Saat saya dihadapkan dengan data historis yang hampir sama dengan yang pernah di alami dahulu, saya dapat memutuskan keputusan investasi lebih baik lagi.

7. Pengalaman selama ini dalam PT. Trijaya Pratama

Futures– Surabaya meningkatkan kepercayaan diri

saya dalam melakukan keputusan investasi.

Pendidikan 8. Berdasarkan jenjang pendidikan yang sudah saya tempuh, saya melakukan keputusan investasi sendiri. 9. Kualifikasi akademis saya meningkatkan

kepercayaan diri saya dalam membuat keputusan

investasi.

Kinerja Masa Lalu 10. Tingkat keuntungan investasi di masa lalu,

meningkatkan kepercayaan diri saya ketika membeli

dan menjual kontrak berjangka.

11. Tingkat pertumbuhan investasi menjadi indikator

untuk kinerja masa depan.

Saran 12. Mendapatkan tips berinvestasi dari orang yang

berpengalaman meningkatkan kepercayaan diri saya

dalam keputusan investasi.

13. Saran dari para profesional meningkatkan

kepercayaan saya dalam pengambilan keputusan

investasi.

Kualifikasi

Manajemen

14. Kualifikasi para pialang perusahaan yang

mempunyai sertifikasi pialang berjangka dari

BAPPEBTI meningkatkan

(42)
(43)

37 2 0 1 3 1 1

38 2 1 1 3 1 4

39 1 1 0 3 1 1

40 3 0 0 3 2 1

Keterangan:

Usia: Jenis Kelamin: Status Perkawinan:

18-25 tahun = 1 Pria = 0 Belum menikah = 0

Lampiran 3 Data Jawaban Kuesioner Responden TentangOverconfidence

(44)

22 3 3 1 2 2 11

Lampiran 4 Data Jawaban Kuesioner Responden Tentang Pengalaman, Pendidikan

Responden EXP 1 EXP 2

(45)
(46)

Lampiran 5 Data Jawaban Kuesioner Responden Tentang Kinerja Masa Lalu, Saran dan Kualifikasi Manajemen

Responden PERF 1 PERF 2

(47)

38 2 2 4 3 3 6 2

39 2 2 4 2 2 4 2

40 3 2 5 3 3 6 3

Keterangan:

PERF = kinerja masa lalu 1 = tidak setuju

ADV = saran 2 = netral

MGT = kualifikasi manajemen 3 = setuju

Lampiran 6 Uji Validitas

Correlations

oc1 oc2 oc3 oc4 oc5 totaloc

oc1

Pearson Correlation 1 -.065 -.060 .092 -.053 .219

Sig. (2-tailed) .689 .712 .573 .746 .175

N 40 40 40 40 40 40

oc2

Pearson Correlation -.065 1 -.163 .074 .035 .140

Sig. (2-tailed) .689 .316 .650 .831 .387

N 40 40 40 40 40 40

oc3

Pearson Correlation -.060 -.163 1 -.253 .145 .522**

Sig. (2-tailed) .712 .316 .116 .371 .001

N 40 40 40 40 40 40

oc4

Pearson Correlation .092 .074 -.253 1 .277 .519**

Sig. (2-tailed) .573 .650 .116 .083 .001

N 40 40 40 40 40 40

oc5

Pearson Correlation -.053 .035 .145 .277 1 .693**

Sig. (2-tailed) .746 .831 .371 .083 .000

N 40 40 40 40 40 40

totaloc

Pearson Correlation .219 .140 .522** .519** .693** 1

Sig. (2-tailed) .175 .387 .001 .001 .000

N 40 40 40 40 40 40

(48)

Correlations

exp1 exp2 totalexp

exp1

Pearson Correlation 1 .698** .946**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

exp2

Pearson Correlation .698** 1 .892**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

totalexp

Pearson Correlation .946** .892** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

acd1 acd2 totalacd

acd1

Pearson Correlation 1 .232 .661**

Sig. (2-tailed) .149 .000

N 40 40 40

acd2

Pearson Correlation .232 1 .884**

Sig. (2-tailed) .149 .000

N 40 40 40

totalacd

Pearson Correlation .661** .884** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

perf1 perf2 totalperf

perf1

Pearson Correlation 1 .306 .772**

Sig. (2-tailed) .055 .000

N 40 40 40

perf2

Pearson Correlation .306 1 .841**

Sig. (2-tailed) .055 .000

N 40 40 40

totalperf

Pearson Correlation .772** .841** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

(49)

Correlations

adv1 adv2 totaladv

adv1

Pearson Correlation 1 .928** .981**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

adv2

Pearson Correlation .928** 1 .983**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

totaladv

Pearson Correlation .981** .983** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 7 Uji Reliabilitas

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Lampiran 8 Hasil uji stepwise regresi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .331a .110 .086 .29342

(50)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .402 1 .402 4.675 .037b

Residual 3.272 38 .086

1 (Constant) 2.321 .134 17.362 .000

INC -.084 .039 -.331 -2.162 .037

a. Dependent Variable: OC

Excluded Variablesa

Model Beta In t Sig. Partial

Correlation

Gambar

Tabel 1 Tingkat Overconfidence dalam keputusan investasi
Tabel 2 Pengukuran Variabel yang Mempengaruhi Overconfidence
Tabel 2 Pengukuran Variabel yang Mempengaruhi Overconfidence
Tabel 2 Pengukuran Variabel yang Mempengaruhi Overconfidence
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara rerata usia awitan pubertas dengan status sosial ekonomi dan status gizi pada anak perempuan di daerah perkotaan dan

Definisi konten negatif adalah informasi yang bermuatan melanggar kesusilaan, penghinaan, perjudian ancaman, dan menyebarkan informasi palsu (hoax), serta mengakibatkan

Ilmu hadits ditinjau dari sisi dirayah mencakup hakikat riwayat, jenis dan hukum-hukumnya, serta para rawi, syarat- syaratnya, jenis-jenis yang diriwayatkan dan yang berkaitan

• Membandingkan unsur-unsur intrinsik prosa naratif drama Indonesia dengan prosa naratif drama terjemahan Jenis tagihan: • tugas individ u/ • kelom pok Bentuk Instrumen :

Salah satu alat pengeringan yaitu rotary dryer (pengering putar) yang terdiri dari sebuah selongsong berbentuk silinder yang berputar, horisontal, atau agak miring ke bawah ke

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas sangatlah jelas bahwa hadirnya teknologi komputer telah memberikan kontribusi yang sangat positif dalam sistem informasi

[r]

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah