SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
Gelar sarjana ilmu sosial islam (S.Sos.I)
Oleh :
Halimatus Sa’diyah B02212015
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Halimatus Sa’diyah, B02212015, 2016, PEMBERDAYAAN PEMUDA
PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI
PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN.
Pemberdayaan ini menekankan pada permasalahan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar, yaitu hilangnya peran pemuda dalam pembangunan desa Banjar. Permasalahan ini disebabkan oleh adanya tiga faktor 1) Kurang kesiapan pemuda dalam menghadapi perubahan 2) sifat apatis masyarakat terhadap pemuda da 3) tidak adanya organisasi/wadah yang menampung kegiatan pemuda.
Dengan menggunakan teori Strukturasi (Agen Struktural) penentu Antony
Giddens dengan melalui pendekatan participatory action research (PAR)
yang didukung dengan teknik participatory rural appraisal (PRA).
dimana masyarakat adalah bagian dari pemberdayaan itu sendiri ataulocal
leader.Masyarakat berperan dalam memetakan permasalahan sampai pada aksi nyata secara sadar.Dalam proses pemberdayaan ini, terciptalah organisasi/wadah kepemudaan yang diberi nama IKBAR (Ikatan Kawula Muda Banjar) sebagai bentuk pemuda untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan desa Banjar.
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN PENGUJI... iv
LEMBAR MOTTO... v
ABSTRAK... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR BAGAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Situasi Problematik ... 1
B. Fokus Pendampingan... 13
C. Tujuan Pendampingan ... 13
D. Strategi Mencapai Tujuan ... 14
E. Manfaat Pendampingan ... 16
G. Definisi Konsep ... 18
H. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II : KERANGKA TEORITIK A. Dakwah Bil HalSebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat... 27
B. Pemberdayaan Sosial Masyarakat Sebuah Proses Perubahan... 32
C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda... 34
D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi) ... 35
E. MembangunPartisipasi Masyarakat... 40
BAB III : METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan ... 41
B. Ruang Lingkup ... 41
C. Jenis dan Sumber data ... 42
D. Tahap-Tahap Pendampingan ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ...46
F. Teknik Validasi Data ... 47
G. Teknik Analisis Data... 47
BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT DESA BANJAR
A. Asal-Usul Desa Banjar ... 50
B. Kondisi Geografi Desa Banajar ... 50
C. Kondisi Demografi ... 58
D. Sosial-Budaya ... 59
E. Keagamaan dan Kepemimpinan ... 64
F. Kondisi Ekonomi ... 70
G. Kondisi Pendidikan ... 72
H. Organisasi Kepemudaaan ... 73
BAB V : HILANGNYA PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN DESA A. Potret Pemuda Pengangguran Banjar ... 76
B. Kesenjangan Dua Golongan Pemuda ... 82
C. Dinamika Organisasi Pemuda ... 84
BAB VI : MEMBANGUN KEKUATAN BERSAMA PEMUDA A. Pengorganisiran Pemuda Banjar Untuk Mengembalikan Peran Yang Hilang ... 92
B. Dinamika Proses Perencanaan ... 97
C. MembangunPartisipasi dalam Perencanaan Pemecahan Masalah ... 101
BAB VII :REFLEKSI
A. Refleksi Teoritis ... 112
B. Refleksi Empiris : Pemberdayaan Adalah Proses Membangun Kesadaran ... 117
C. Catatan Penulis Dibalik Pemberdayaan ... 119
BAB VIII : KESIMPULAN... 122
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta Wilayah Desa Banjar... 51
Gambar 2 : Sumur (mangkrak) yang sudah tidak digunakan lagi ... 53
Gambar 3 : Masyarakat Desa Banjar Saat Sholat Gerhana Matahari ... 58
Gambar 4 : Ralilur (Kyai spiritual) masyarakat Banjar ... 68
Gambar 5 : Suasana Madin Darul Ulum–Dsn. Banjar Barat ... 70
Gambar 6 : Potret Pemuda Banjar ... 78
Gambar 7 : FGD 1–Pemetaan Wilayah Desa Banjar Bersama ... 94
Gambar 8 : FGD 2–Semangat Pemuda Bangkit Kembali... 95
Gambar 9 : FGD 3–Merumuskan Masalah ... 96
Gambar 10 : FGD 4 - Bersama Tokoh Pemuda... 104
Gambar 11 : Logo IKBAR ... 106
Gambar 12 : FGD 5–Perencanaan Program Kerja IKBAR ...109
DAFTAR TABEL
Tabel.1 : Pembagian Luas Wilayah... 51
Tabel.2 : Transek Desa Banjar... 56
Tabel.3 : Administratif Desa Banjar ... 58
Tabel.4 : Jadwal Kegiatan Keagamaan Desa Banjar ... 70
Tabel.5 : Sarana Pendidikan Desa Banjar ... 72
Tabel.6 : Organisasi Kepemudaan Desa Banjar ... 74
Tabel.7 : Kalender Harian ( Tokoh Pemuda dan Pemuda Pengangguran) ... 83
Tabel.8 : Program MEKAR... 85
Tabel.9 : Program IKBAR... 86
Tabel.10 : Nama Anggota IKBAR... 108
DAFTAR BAGAN Bagan.1 : Diagram Venn hubungan pemuda dengan para tokoh desa Banjar... 84
Bagan.2 : Analisis Pohon Masalah ... 88
Bagan.3 : Analisis Pohon Harapan ... 99
BAB I PENDAHULUAN A. Situasi Problematik
Partisipasi merupakan peran serta seseorang atau kelompok
masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan
maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,
waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil-hasil pembangunan.
Dalam membangun sebuah daerah pada prinsipnya sangat
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan, sehingga pembangunan
dapat tercapai dalam segala sektor. Generasi Muda sangat berperan
penting dalam pembangunan daerah karena generasi muda adalah
pemegang estafet kepimpinan daerah nantinya. Sebagai pemegang estafet
di masa yang akan datang, generasi muda harus menjadi pilar, penggerak
dan pengawal jalannya pembangunan daerah.
Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering
diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya
bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi lebih sering merupakan
pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda
pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.1
1
Ahmad Sarji Abdul Hamid2 adalah cendekiawan Islam yang
menyatakan bahwa anugerah Allah SWT. yang terbaik bagi manusia ialah
zaman belianya. Zaman pemuda adalah zaman produktif danzaman yang
paling gemilang bagi setiap orang untukmembangun dan membina. Zaman
pemuda sebenarnya adalah zaman kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu
kelemahan di zaman kanak-kanak dan di zaman tua. Allah SWT, perihal
ini telah dijelaskan dalam al-Qura’an :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”3
Ayat ini membawa kita untuk mengambil pelajaran agar
memanfaatkan usia keemasan ini karena masa akan terus berlalu. Proses
kitaran dan kronologi ini merupakan fitrah kehidupan. Jika peluang ini
tidak dibangun sejak dini, maka umat akan menerima kerugian dan
dampak yang besar.
2
Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, (Jakarta :Griya Aksara Hikmah, 2014),hlm. 23
3
Menurut Abdullah Naseh Ulwan4 golongan pemuda adalah
golongan yang memikul beban amanah untuk melanjutkan proses
pengembangan dakwah dan generasi penerus bagi pembangunan umat.
Peranan pemuda sangat penting karena golongan ini adalah pewaris masa
depan sesebuah negara dan kepimpinan umat. Berbagai hadis Nabi yang
berkaitan dengan peranan golongan pemuda telah diutarakan untuk
menyadarkan para pemuda tentang hak dan tanggungjawab yang perlu
dipikul oleh mereka dalam sebuah institusi masyarakat menurut kaidah
yang telah ditetapkan oleh Islam. Dalam mahfudzat dikatakan :
5
Dari perkataan tersebut menjelaskan bahwa pemuda adalah
harapan bangsa, masa depan negara berada di tangan para pemuda. Oleh
karena itu, partisipasi pemuda dalam setiap pembangunan sangat
dibutuhkan demi pembangunan negara. Memberdayakan potensi pemuda
adalah tanggungjawab bersama. Pemuda harus dibangun, ditingkatkan
keintelektualan, dimotivasikan rangsangan dan digerakkannya agar
mereka mempunyai kekuatan untuk mengangkat martabat dan harga diri
negaranya.
Desa Banjar adalah desa yang terletak di bagian timur jembatan
suramadu, yang terletak di kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan. Desa
4
Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, hlm. 30
Banjar terdiri dari delapan dusun dengan jumlah penduduk 10.199. Desa
tersebut dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah seperti
durian, rambutan, salak dan mangga, sehingga tidak heran jika memasuki
area desa Banjar, maka akan terlihat pekarang pemukiman dipenuhi
dengan pohon-pohon tersebut. selain sumber daya yang melimpah desa
Banjar juga memiliki bonus demografi yaitu generasi muda, terdapat
kurang lebih 1000 pemuda yang ada tersebar di delapan dusun di desa
Banjar.6
Sejarah mengajarkan bahwa pemuda selalu berperan dalam
menentukan arah masa depan bangsa di saat mengalami kritis. Dewasa ini
sekalipun pemuda berada dalam kungkungan masalah yang kompleks,
namun masih berpotensi memecahkan masalahnya sendiri. Termasuk
memiliki kapasitas dalam membantu perbaikan kesejahteraan warga,
khususnya di pedesaan yang mengalami tantangan globalisasi dan
perubahan lingkungan. Tingginya prosentase penganggur terdidik dan
rendahnya sumberdaya manusia dari para aktor pembangunan pedesaan
serta masih belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, baik alam
maupun pemerintah desa, membutuhkan pemuda terdidik untuk mengentas
situasi ini.
Pertumbuhan pembangunan di wilayah pedesaan sejauh ini
nampak lambat dan bersifat alami. Investasi pembangunan yang
dicerminkan melalui aktivitas proyek-proyek, baik pemerintahan maupun
6
swasta nyaris kurang memberikan dampak signifikan terhadap perubahan
sosial ekonomi masyarakat.
Hal ini juga dikarenakan di pedesaan tingkat pendidikan
masyarakat desa masih rendah. Seperti yang ada di desa Banjar rata-rata
pendidikan mereka hanya sampai SMP saja. Sangat sedikit pemuda Banjar
melanjutkan pendidikan mereka sampai ke perguruan tinggi. Sehingga
ilmu pengetahuan mereka sangat kurang, keterampilan merekapun menjadi
kurang terasah. Kebanyakan pemuda desa Banjar menganggur dan tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dengan keterampilan seadanya mereka
bekerja serabutan, terkadang menjadi buruh tukang di proyek dengan
penghasilan yang terbatas.
Dari delapan dusun di desa Banjar, kondisi pemuda Banjar dapat
dikatakan memiliki kualitas rendah dari pada desa-desa yang lain, problem
yang paling krusial adalah masalah pengangguran. Tercatat desa Banjar
memiliki jumlah pemuda kurang lebih 1000 jiwa dengan jumlah kurang
lebih 400 pemuda pengangguran.
Faktor pengangguran yang terjadi dikarenakan oleh rendahya
tingkat pendidikan pemuda serta kurangnya keterampilan yang dimiliki
oleh pemuda.pengangguran yang terjadi memiliki dampak bagi pemuda
serta masyarakat Banjar yang lain, diantaranya kenakalan remaja yang
mengakibatkan pada keamanan desa Banjar, serta tingkat ekonomi yang
Dalam hubungan sosial desa Banjar terbagi menjadi dua golongan
kelompok sosial, yaitu bagian timurdan barat. Kedua golongan tersebut
memiliki ciri-ciri yang berbeda. Golongan barat lebih cenderung modern,
sedangkan golongan timur lebih cenderung ketradisionalannya, terbukti
dengan gaya model pemukiman warganya. Golongan timur masih
menggunakan sistemtaniyan lanjeng, sedangkan golongan barat tidak lagi
menggunakantaniyan lanjeng. Selain itu, pendidikan golongan barat lebih
tinggi dari pada golongan timur. Dari data yang diperoleh masyarakat
golongan timur banyak memiliki aset kebun dan sawah. Sementara
golongan barat sudah mulai mencari kerja seperti orang kota pada
umumnya.
Seperti halnya dengan kehidupan pemuda Banjar, golongan barat
mayoritas adalah pemuda dari kalangan keluarga masjid atau biasa disebut
oreng masjid, sementara golongan timur tergolong dari pemuda kalangan
keluarga santri. Dari segi sosial terdapat sekat antara kedua golongan
pemuda tersebut. golongan barat lebih tinggi kedudukannya dari pada
golongan timur, sehingga seluruh kegiatan golongan timur manut pada
golongan barat. Hal tersebut terlihat ketika ada suatu acara, pemuda
golongan barat lebih banyak berperan dari pada golongan timur, sementara
pemuda timur biasanya hanya berperan menjadi penonton saja.
Desa Banjar memiliki berbagai organisasi kemasyarakatan,
diantaranya PKK, muslimat, fatayat, dan beberapa organisasi kepemudaan
organisasi tersebut sudah lama fakum, kecuali jika ada acara-acara
tertentu, hal tersebut dikarenakan karena IKBAR tidak lagi memiliki
generasi penerus untuk melanjutkan organisasi tersebut.
Dari berbagai masalah yang ada, terdapat satu masalah yang
penting. Yakni hilangnya peran generasi muda yang ada di desa Banjar,
hal ini dikarenakan karena beberapa faktor, diantaranya kurang siapnya
pemuda dalam menghadapi perubahan zaman yang ada, hal tersebut
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemuda
dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang. rata-rata pendidikan
terakhir pemuda Banjar adalah tingkat menengah (SMP), hal tersebut
disebabkan karena faktor keluarga. Masyarakat Banjar yang masih kental
dengan sifat religiusnya yang lebih memilih melanjutkan pada pendidikan
pesantren dari pada pendidikan formal atau menikahkan anaknya di usia
muda dari pada melanjutkan pendidikan anaknya di tingkat SMP maupun
SMA.
Faktor yang kedua adalah tidak ada penggerak atau tokoh pemuda
yang merangkul dan membawa pemuda pada perubahan yang lebih baik
dalam hal ini adalah tidak adanya wadah/organisasi yang menampung
ide-ide maupun bakat pemuda, hal tersebut mengakibatkan pada
kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh pemuda Banjar, seperti narkoba, togel serta
mabuk-mabukan. Menurut Tobibah (45 tahun) sebelum tahun 2000-an
semenjak ada adiknya, Badrut Tamam (40 tahun) pemuda Banjar sempat
dalam setiap kegiatan desa. Ungkapan tersebut juga disetujui oleh
sebagian besar masyarakat Banjar. Menurutnya sangat berbeda kondisi
pemuda dulu dengan sekarang.7
Hadirnya sosok penggerak yang bernama Badrut Tamam atau yang
biasa dipanggil man Bad sangat membawa pengaruh besar terhadap
kepemudaan desa Banjar, ia merangkul semua kalangan pemuda, baik dari
golongan timur maupun barat. Menurut Inni Halimiyah8(29 tahun) “sosok
man Bad sangat memberi inspirasi bagi pemuda pada zamannya, ia netral
pada siapapun dan banyak banyak pemuda yang menyukainya.” Banyak
kegiatan yang telah dilakukan oleh man Bad dalam pergerakannya seperti
tartil al-Qur’an, kursus arab, olahragadan lain-lain.
Masa keemasan kepemudaan di desa Banjar dimulai pada tahun
80-an sampai 2000-an, pada masa-masa itu komunitas pemuda menjadi
satu dari delapan dusun yang ada di desa Banjar, setiap dusun mempunyai
kader IKBAR yang aktif dalam berbagai kegiatan desa, seperti halnya
haflah akhirus sanah yang dilaksanakan satu athun sekali, para pemuda
akan turut aktif menyumbangkan ide-idenya. Selain man Bad juga terdapat
beberapa rekan-rekan man Bad dalam memajukan kepemudaan desa
Banjar pada masanya, mereka adalah : Pa’i, Bukari, Rabi’ih, Rosid, dan
Matsudi.9
Namun semenjak akhir tahun 1999 Badrut Tamam menikah
dengan orang luar Banjar ia pun ikut dengan istrinya dan jarang kembali
7
Wawancara dengan Tobibah (36 th) pada tanggal 30 Desember 2015 8
Wawancara dengan Inni Halimiyah ( 29 th) pada tanggal 21 Maret 2016 9
pulang, sehingga pemuda Banjar merasa kehilangan sosok penggerak yang
humanis, yang merangkul mereka dan selalu mendengarkan mereka. Dari
ungkapan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak adanya penggerak serta tidak
adanya generasi penerus juga menjadi faktor tehambatnya partisipasi
pemuda dalam pembangunan desa, sehingga kegiatan-kegiatan
kepemudaan yang dulu aktif kini fakum dan tidak ada yang
meneruskannya. Oleh karena itu, dibutuhkannya kembali sosok/penggerak
yang dapat mengembalikan semangat pemuda Banjar.
Faktor yang ketiga adalah kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemuda, dalam hal ini adalah dominannya peran tokoh pemuda,
masyarakat kurang percaya dengan kemampuan generasi muda mereka
kecuali pemuda dari kalanganoreng masjid, seluruh bentuk kegiatan yang
ada dipusatkan pada kegiatan orang tua yang lebih cenderung hanya pada
kegiatan keagamaan. Sehingga hal tersebut memunculkan
persoalan-persoalan dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka
tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan generasi tua). Masyarakat
terlanjur memandang negatif dengan perilaku pemuda, sehingga pemuda
merasa tidak berguna bagi masyarakatnya.10
Dalam hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai
bentuk protes, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Perihal
tersebut juga dialami pemuda lulusan pesantren, mereka cenderung tidak
mendapatkan peran di desanya sendiri dikarenakan peranan dominan oleh
10
pihak oreng masjid, sehingga lagi-lagi para pemuda tidak bisa berperan
bagi kehidupan masyarakatnya.
Banyak kalangan pemuda baik itu alumni pesantren maupun bukan
pesantren yang mengalami pengangguran dan menghabiskan waktunya
untuk bermain, memburu tupai dan kegiatan lainnya yang kurang
bermanfaat. Bahkan mengganggu keamanan desa, dilihat dari analisis
perubahan dari tahun 2000 sampai saat ini kenakalan-kenakalan pemuda
Banjar meningkat, seperti mabuk-mabukan, berjudi, pencurian dan
kenakalan-kenakalan lainnya sehingga menurut Firman11 (30 tahun) ia
lebih aman tinggal di rumahnya yang sekarang daripada di Banjar.
Oleh karenanya, harapan dalam pemberdayaan ini adalah
penumbuhan partisipasi pemuda menjadi batang utama harapan. Dengan
tujuan pemuda kembali aktif dalam pembangunan desa Banjar. Maka
membutuhkan 3 faktor. Yaitu, pendidikan kritis bagi pemuda,
penumbuhan kepercayaan masyarakat terhadap pemuda Banjar, serta
terciptanya generasi penggerak pemuda, yang nantinya akan terbentuk
organisasi pemuda yang selama ini fakum.
Salah satu dari tiga faktor tersebut adalah menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap generasi muda. Dalam kehidupan
masyarakat, seorang tokoh penggerak adalah figur yang akan memotivasi
masyarakat dalam hal kegiatan yang positif. Untuk itu, perlu
dikembangkan kaderisasi yang baik, kritis serta kreatif agar menjadi
11
penggerak masyarakat yang idealis dan membela kepentingan masyarakat.
Faktor kedua adalah menciptakan generasi penggerak pemuda, pentingnya
generasi ini diharapkan agar kegiatan pemuda tidak kembali fakum, dan
pemuda dapat menciptakan inovasi-inovasi bagi desa Banjar.
Faktor ketiga adalah terbentuknya organisasi. Faktor ini juga
sangat dibutuhkan dan melibatkan banyak pihak. karena dengan adanya
wadah/organisasi, pemuda akan dengan luas mengeluarkan ide-ide untuk
kepentingan desa dan juga sebagai tempat untuk penyaluran bakat
pemuda.
Dari ketiga faktor itu akan mendukung dalam menumbuhkan
partisipasi pemuda dalam pembangunan desa. Dengan tumbuhnya
partisipasi dalam diri pemuda maka segala bentuk masalah, seperti
pengangguran, kenakalan remaja dan fakumnya kegiatan remaja akan
terselesaikan.
Untuk dapat membangun desa yang sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, maka kunci utamanya adalah desa harus memiliki
SDM yang berkualitas dan aktif dalam membangun desa. Agar dapat
memiliki SDM yang berkualitas maka masyarakat harus melakukan upaya
dan strategi dalam mengelola dan melakukan perubahan bersama.
Jika dikaji dalam perspektif ilmu dakwah pengembangan
masyarakat atau pemberdayaan masyarakat dapat diposisikan sebagai
bagian dari dakwah Islam, yang secara konseptual dapat dibedakan
perbedaan. Bentuk yang pertama lebih menekankan kepada pendekatan
lisan, dan yang kedua lebih menekankan kepada pendekatan perbuatan.
Dakwah bil hal yang telah diterima oleh masyarakat pada dasarnya
merupakan keseluruhan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
mewujudkan tatanan sosial ekonomi dankebudayaan menurut ajaran Islam.
Dalam pandangan islam, setiap individu wajib menyampaikan
dakwah sebagaimana halnya, menyampaikan yang baik dan melarang
kemungkaran. Individu tersebut dinamakan agen/da’i. Secara istilah da’i
adalah orang islam yang secara syariat mendapat beban dakwah mengajak
kepada agama Allah. Tidak diragukan lagi bahwa definisi ini mencakup
seluruh lapisan dari rasul, ulama, penguasa setiap muslim, baik laki-laki
maupun perempuan.12
Dalam proses pemberdayaan pemuda pengangguran seperti yang
telah dijelaskan di atas, maka seluruh aspek masyarakat desa Banjar
adalah agen/da’i dalam kehidupannya, baik itu pemuda, tokoh agama,
tokoh masyarakat dan masyarakat keseluruhan adalah da’i/agen dalam
perubahan sosialnya.
Perihal tersebut juga disinggung oleh Anthony Giddens dalam teori
strukturasinya yang memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu
yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen
dan struktur keduanya.Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial
masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.
12
dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya
mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal
adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.
Oleh karena itu, masalah kepemudaan di desa Banjar hendaknya
jangan dianggap suatu masalah wajar dan harus ada. Pemuda haruslah
menjadi bagian kehidupan yang mempunyai peranan dan kewajiban
sendiri. Maka dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil
lokasi pendampingan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar
kecamatan Galis kabupaten Bangkalan.
B. Fokus Pendampingan
Dalam mengkaji kehidupan pemuda di Desa Banjar, permasalahan
serta strategi yang akan dicapai. Maka fokus dalam pemberdayaan ini
adalah menumbuhkan partisipasi pemuda pengangguran dalam
pembangunan desa di desa Banjar kecamatan Galis kabupaten Bangkalan.
C. Tujuan Pendampingan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pemberdayaan ini
adalah :
1. Menyiapkan generasi muda dalam perubahan
2. Menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap peran generasi
muda
3. Mengaktifkan kembali organisasi pemuda “IKBAR” sebagai
D. Strategi Mencapai Tujuan
Dari beberapa alternatif strategi / program yang sesuai dalam
mewujudkan pohon harapan, maka program yang direncanakan dalam
pemberdayaan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan Generasi Muda dalam Menghadapi Perubahan
Melalui Pendidikan Kritis
Seperti yang diketahui dari permasalahan yang ada, bahwa
salah satu faktor lemahnya generasi muda adalah kurangnya kesadaran
serta tidak adanya penggerak pemuda. Oleh karena itu, pendamping
bersama pemuda desa Banjar bersama-sama melakukan pendidikan
kritis. Langkah awal yang dilakukan adalah pengorgansiran pemuda
pengangguran dan melakukan diskusi bersama generasi tua yang
sempat mengalami masa keemasan pemuda pada masanya serta
golongan terpelajar yang ada di desa Banjar. Dalam diskusi tersebut
(FGD) akan pemuda dan orang tua akan membangun kepercayaan
bersama untuk menjadikan pemuda aktif kembali dalam partisipasi
pembangunan desa Banjar.
2. Mengaktifkan Kembali Wadah/Organisasi (IKBAR) Pemuda
Sebagai Bentuk Partisipasi
Setelah tim pendamping menemukan hasil dari FGD yang
dilakukan. Tim pendamping bersama pemuda Banjar mengaktifkan
kembali organisasi (IKBAR) yang selama ini fakum dalam rangka
dekat antar pemuda sehingga menimbulkan kekuatan lokal bagi
pemuda.
Organisasi IKBAR ini nantinya diharapkan menjadi sumber
kekuatan yang ada di desa Barat, sehingga terjadi keseimbangan peran
sesepuh agama dan pemuda. Para sesepuh akan percaya terhadap
potensi yang dimiliki pemuda mereka. dan juga nantinya akan
menciptkan generasi-generasi yang baru. Sehingga fakumnya kegiatan
IKBAR tidak lagi terjadi.
3. Membangun Kepercayaan Masyarakat dan Orang Tua Terhadap
Generasi Muda
Dari proses pendidikan kritis hingga mengaktifkan kembali
IKBAR hakikatnya adalah sebuah proses membangun kepercayaan
aparat desa dan orang tua terhadap generasi pemudanya. Oleh karena
itu, berjalannya IKBAR diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
baik bagi desa Banjar, sehingga pemuda pengangguran tidak lagi
dianggap sebelah mata sebagai penyakit dan pengganggu keamanan
E. Manfaat Pendampingan
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemberdayaan ini antara lain
adalah :
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pada khasanah keilmuan
pemberdayaan masyarakat tentang pemberdayaan pemuda
pengangguran dalam menumbuhkan partisipasi pembangunan desa.
Selain itu, pemberdayaan ini juga dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi jurusan pengembangan masyarakat islam (PMI) atau
praktisi pemberdayaan masyarakat sebagai referensi ataupun acuan
aksi.
2. Manfaat Praktis
Memberikan suatu kemanfaat bagi masyarakat di desa Banjar kec.
Galis kab. Bangkalan dalam membaca masalah sosial yang realistis.
Juga dapat memberikan manfaat dalam perubahan sosial yang
berkelanjutan bagi masyarakat dan dapat menciptakan agent of change
dalam lingkungannya sendiri.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu sebagai acuan dari pendampingan ini penulis
peroleh dari Andi Awaluddin, skripsi yang berjudul “Peningkatan
Partisipasi Pemuda di Desa Sawotratap – Sidoarjo”. Pendampingan
tersebut menggunakan metode ABCD, yakni pendampingan yang dilatar
penulis melakukan aksi pengorganisiran pemuda IPPNU yang fakum
untuk diaktifkan kembali dan membuat agenda kegiatan lingkungan yang
bersumber dari pemuda itu sendiri.13
Acuan ke dua yakni skrpisi yang ditulis oleh Moh. Izzat yang
berjudul “ Melangkah Menuju Pemuda Terampil” (Upaya Pendampingan
Terhadap Pemuda Pengangguran Di Kampung Demak Jaya Kelurahan
Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya). pendampingan tersebut
menggunakan metode PAR. Sedangkan aksi yang dilakukan oleh peneliti
adalah melakukan usaha bengkel oleh pemuda pengangguran.14
Selanjutnya acuan dari jurnal Merry Andriany (PublikA, Jurnal S-1
Ilmu Administrasi Negara Volume 2 Nomor 1, April 2013) yang berjudul
“Pemberdayaan Pemuda Melalui Program Kewirausahaan Pemuda” dalam
jurnal tersebut disebutkan bahwa Pelatihan Kewirausahaan Pemuda
merupakan kegiatan pelatihan bagi pemudayang akan mendirikan usaha
sesuai kondisi dan potensi daerahnya. Seksi Aktivitas, Kepeloporan dan
Kewirausahaan Pemuda harus terus memberikan dukungan bahwa sebagai
pemuda juga dapat mengatasi masalah.
Selanjutnya acuan dari jurnal Wahyu Ishardino Satries (Jurnal
Madani Edisi I/Mei 2009) yang berjudul “Peran Serta Pemuda Dalam
13
Andi Awaludin, 2015,Pendampingan Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemuda,
Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA)
14
PembangunanMasyarakat” dalam jurnal tersebut dijelaskanbahwa
keberadaan pemuda yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatn merupakan
salah satu solusi dari upaya pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Sebab
pemuda dengan segala potensinya diharapkan mampu mengangkat derajat
masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan dan organisasi yang
didirikannya. Namun, pengembangan potensi pemuda ini masih minim
dukungan dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah. Hal tersebut
terbukti dari minimnya anggaran kepemudaan di daerah dan anggaran
tersebut diberikan hanya pada satu organisasi pemuda yang dianggap
representasi dari organisasi kepemudaan lainnya. Untuk itu diperlukan
upaya kreatif dari pemuda untuk dapat berpartisipasi dalam pemberdayaan
masyarakat seperti menggandeng pihak swasta sebagai donatur.
G. Definisi Konsep
Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok bagi suatu
penelitian dan sebenarnya adalah definisi singkat dan sejumlah fakta atau
gejala-gejala yang diamati. Oleh karena itu, konsep-konsep yang dipilih
dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang lingkup dan batasan
persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut tidak kabur, di
samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah pengertian
mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingg akan menjadi mudah
memahami masalah yang dibahas.
Istilah “keberdayaan” dalam pustaka teori sosial disebut “power”
atau “kuasa”. Masyarakat yang berdaya masyarakat memiliki power atau
kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan
telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali
dengan akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang
tidak memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah
mengalami ketidakberdayaan.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman
bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak
memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain dikarenakan adanya
ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi di masyarakat
meliputi15:
a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok
primer, seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have)
dengan orang miskin (the have not) dan antara buruh dengan
majikan; ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun
perbedaan etnis yang tercermin pada perbedaan antara
masyarakat lokal; dengan pendatang dan antara kaum minoritas
dengan mayorits.
b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua
dengan muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual,
15
masalah gay-lesbi, isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan
dan keterbelakangan).
c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan
orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga.
Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari
dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur
sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
2. Pemuda
Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar
dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah
berlangsung. Secara hukum pemuda adalah warga negara Indonesia yang
memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yaitu berusia
dari 16 (enambelas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, secara biologis yaitu
manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti
adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah
memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah dan
keluarnya darah haid bagi wanita.
Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering
diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya
pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda
pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.16
Pendekatan-pendekatan dari segi pedagogis dan psikologis ditandai
dengan satu sifat : pemuda identik dengan pemberontak, berani tetapi
pendek akal, dinamik tetapi sering hantam kromo. Pendek kata, pemuda da
kepemudaan sama dengan romantik. Masa yang menarik tetapi perlu
dikasihani, setidaknya di kaca mata orang dewasa.
3. Pengangguran
Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian
yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.
Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga17,
antara lain :
1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)adalah tenaga
kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan.
Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga
yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.
2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)
Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi
karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan
padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai
jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi.
16
Taufik Abdullah,Pemuda dan Perubahan Sosial, hlm.1 17
Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang
yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya,
akhirnya bekerja tidak optimal.
3. Setengah Menganggur (Under Unemployment) Setengah
menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu.
Salah satunya adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya
seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan
di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil
menunggu proyek berikutnya.
4. Partisipasi
Konsep partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk
mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana
diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up)
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakatnya.
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat
dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam
bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,
keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati
H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud
dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses
desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari
bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.
Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah mengklasifikasikan
partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :
a. Partisipasi Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu
dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang
dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap
ucapannya.
b. Partisipasi Tidak Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak
partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D
membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi
dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat,
partisipasi dalam evaluasi.18
18
5. Pembangunan
Konsep pembangunan menurut Sumodiningrat adalah proses
mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat
sejahtera ditandai adanya kemakmuran berupa meningkatnya konsumsi
masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan
sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses demikian dapat
berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni adanya
kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang memiliki
kemampuan yang sama (equal productivity), dan semua pelaku ekonomi
bertindak rasional (efficient), terpenuhi.19
Model pembangunan alternatif menekankan pentingnya
pembangunan berbasis masyarakat (comunity based development),
berparadigma buttom up dan lokalitas. Muculnya model ppembangunan
alternatif didasari oleh sebuah motivasi untuk mengembangkan dan
mendorong struktur masyarakat agar menjadi lebih berdaya dan
menentang struktur penindasan melalui pembuatan regulasi yang berpijak
pada prinsip keadilan. Pendekatan yang dipakai dalam model
pembangunan alternatif adalam pembangunan tingkat lokal, menyatu
dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu model pembangunan dari
luar serta sangat menyertakan partisipasi orang-orang lokal.20
Pada dasarnya pembangunan desa merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat
19
Agus Affandi, dkk,Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, hlm. 34 20
menjadi sasaran sekaligus pelaku pembangunan. Keterlibatan masyarakat
pada setiap tahapan pembangunan di desa, merupakan salah satu kunci
keberhasilan pembangunan. Kegagalan berbagai program pembangunan
perdesaan di masa lalu adalah disebabkan antara lain karena penyusunan,
pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan tidak
melibatkan masyarakat.
H. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul proposal
skripsi yang diangkat oleh penulis: Analisa situasi problematik, tujuan,
manfaat.
BAB II : KAJIAN TEORI
Dalam bab ini penulis menyajikan beberapa hal kajian kepustakaan
konseptual yang menyangkut tentang permasalahan yang diangkat.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
PAR. Didalamnya pendamping akan menyajikan konsepPAR
(Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam PAR,
langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan analisis steakholder yang terkait dalam
prosoe pemberdayaan.
BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT BANJAR
Dalam bab ini peneliti menyusun profil Desa Banjar kec.Galis kab.
demografis, kondisi sosial budaya kemasyarakatan, kondisi ekonomi,
pendidikan, keagamaan dan lain-lain.
BAB V : ANALISIS PROBLEMATIK
Bab ini menguraikan analisis problem-problem temuan riset dan FGD
bersama masyarakat, dalam bab ini pula akan Nampak beberapa analisis
problem dalam bentuk diagram, bagan sebagai pendukung uraian analisis
problem yang terjadi.
BAB VI :PERENCANAAN DAN AKSI
Bab ini merupakan narasi deskripsi hasil catatan-catatan kegiatan,
perencanaan, pemecahan masalah, analisis potensi sumberdaya masyarakat
serta cerminan gambaran proses kegiatan yang menunjukkan program
pemecahan masalah.
BAB VII : REFLEKSI
Bab ini merupakan refleksi bagaimana perubahan itu terjadi. Serta analisis
penulis dalam menggabungkan realitas yang ada dengan teori yang
digunakannya, serta catatan-catatan penulis tentang pelajaran yang diambil
dari proses pemberdayaan yang dilakukan.
BAB VIII : KESIMPULAN
Yakni ringkasan problem masyarakat dan hasil proses PAR yang terjadi
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Dakwah Bil Hal Sebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat
Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka
yangtelah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan
masing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam
oleh seseorang/kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang
agar mereka meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan
benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan
keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan
ajaran Islam.
Dakwah bil-halsebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam
dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-Qur'an
maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut
kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun
empirik.
Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah
dakwahbil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata
dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara
keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan
berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka
mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik
menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah
kemasyarakatan. seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan
wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah.21
Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan
istilah dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara
menampilkan akhlaq karimah.22 Sejalan dengan ini seperti apa yang
dikatakan oleh Buya Hamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni
budi pekerti yang dapatdilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis
serta tulisan yang memikattetapi dengan budi pekerti yang luhur.23 Seperti
yang telah dijelaskan dalam Qs. as-Shaff : 2-3.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.24”
Berpijak dari ayat di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal
mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan.
Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi
21
Harun Al-Rasyid dkk,Pedcman Dakwah Bil-Hal,(Jakarta: Depag RI, 1989), hlm. 10 22
Anwar Masy'ari,Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(Surabaya:Bina llmu, 1993),hlm.205
23
Hamka,Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981),hlm. 159.
24
perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting
dalam proses penyampaikan ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi
dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan
perbuatan nyata da'i.
Kaitannya dengan pembangunan dan perubahan masyarakat maka
dalam halam ini da'i menjadi agen perubahan (agent of change). karena
action (perbuatan nyata/perilaku) atau akhlaq da'i akan ditiru oleh umat
(jamaah). Sehingga dakwah bil-hal merupakan upaya yang bersifat
menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jamaah
dalam mengatasi masalah mereka dan lebih dari itu setiap kegiatan
dakwahyang dilakukan harus ada tindak lanjutnya secara
berkesinambungan.
Oleh karenanya, dakwah bil-hal adalah merupakan usaha
menyampaikan ajaran Islam kepada umat baik perorangan maupun
kelompok dengan cara membantu mengatasi masalah yang dihadapi umat.
Masalah tersebut merupakan masalah hidup dan kehidupan umat, usaha
pemecahan masalah ini berangkat dari akar masalah, yang pada akhirnya
umat itu sendiri yang mengatasi masalah mereka dengan dasar kesadaran,
sumber-sumberdaya yang mereka miliki digali, dimobilisir, diorganisasi
oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan. Ini artinya bahwa dakwah
merupakan usaha membangun manusia seutuhnya (rohani dan jasmani).
Rohani menumbuhkan kesadaran membangun dan jasmaninya
Dalam hal ini lebih merupakan fasilitator (agen) dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut, artinya sebagai pembuka pintu
pembangunan yang akan memunculkan perubahan-perubahan yang
dilakukan oleh jamaah (umat), karena dakwah memiliki sifat taghyir
(perubahan) yang muncul dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sebagaimana
yang tertulis dalam Qs. Ar-Ra’d ayat 11 :
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”25
Dalam ayat tersebut dapat diartikan bahwa bahwa pemecahan
masalah seseorang atau suatukelompok orang akan sangat arif dan
bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari pemecahannya,
orang lain (da'i) hanya membantu bukan pelaku utama. Ini artinya bahwa
pemecahan masalah seseorang atau suatu kelompok orang akan sangat arif
dan bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari
25
pemecahannya, orang lain hanya membantu bukan pelaku utama, karena
sejatinya da’i atau agen adalah masyarakat itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan dakwah bil hal, pemberdayaan adalah
suatu proses merubah masyarakat untuk menjadi lebih baik. Proses
perubahan diperlukan beberapa tahap, yaitu : pergerakan, focus dan
manajemen. Dalam hal ini telah disinggung oleh hadits Rosulullah SAW
yang berbunyi :
)
ر
(
26
Rosulullah SAW bersabda : “ Ajarilah anak-anakmu berenang, memanah dan ajari kaum perempuan kalian memintal” (HR. al -Baihaqi)
Hadits ini adalah perintah Rasulullah yang dianjurkan kepada
orang tua untuk mengajari generasi mudanya. tiga jenis olahraga diatas.
Berfikir lebih jauh maksud dari tiga perintah ini sangat dalam makna dan
isinya. Apa yang dianjurkan Nabi SAW adalah sesuatu yang sangat
berhubungan hingga saat ini.
Perintah itu terbagi atas tiga bagian, dimana setiap bagian
salingberhubungan satu sama lain. Perintah pertama, Rasulullah
menganjurkan kita untuk belajar berenang, dalam ilmu kesehatan olahraga
renang sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Karenaberenang
dilakukandengan cara menggerakkan tubuh secara terkoodinasi sehingga
kita dapat dapat melayang dan bergerak di air.
26
semua organ tubuh melakukan gerak di dalam air. Itu artinya
manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak hanya untuk berfikir. Tetapi
manusia diciptakan untuk bergerak, sebagai wujud tanda syukur organ
tubuh yang dianugerahi oleh Allah SWT. bergerak itu artinya tidak
berdiam diri dan menunggu takdir dari Allah, tetapi bagaimana manusia
diciptakan akal untuk berfikir dan melakukan tindakan dari hasil
pikirannya.
Perintah yang kedua Rosulullah memerintahkan untuk Memanah.
Secara eksplisit perintah ini menganjurkan kepada kita untukmempunyai
target dalam hidup. Ada tujuan yang harus dicapai ibarat anakpanah yang
meninggalkan tempatnya untuk sampai ke sasarannya. Arti dari memanah
adalah fokus. Dalam hadits lain Rosulullah menganjurkan umatnya untuk
belajar berkuda. Perintah ini bermakna bahwa tujuan hidup atau cita-cita
yang kitaimpikan harus kita kejar secepat dan sekuat kuda berlari.
Gunakanlah segala kekuatan yang kita miliki untuk terus berusaha
mencapai target hidup, serta bagaimana cara memanajemen hidup agar
tujuan yang telah ditarget dapat diraihnya.
B. Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Proses Perubahan Sosial
Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya
berangkat dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari
dunianya sendiri. Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan
kepada perlunya power dan menekankan keberpihakan kepada kelompok
gerakan perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni
modernisasi.27
Secara terminologis, istilah pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karena menurut Suharto (2005), ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan.28
Menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people
centered”,participatory, learning, and sustanable. Konsep pemberdayaan
lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau
sekedar mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety
net).
Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan
masyarakat people centered development menurut David C. Korten
yang isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya
menawarkan suatu proses perencanaan pembangunan dengan
memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam
konteks ini, maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap
pelaksanaan pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program yang mereka lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan
masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar
27
Ibid, 72-73 28
menjadikan mereka sebagai penerima pasif pelayanan saja.
Pembangunan masyarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya
merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan
pendayagunaan potensi dan sumber daya setempat/lokal dan
mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi masyarakat.29
C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda
Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengacu pada tiga
kesadaran yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut
dengan analisis kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri
mereka sendiri yang digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran30, yaitu :
Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah
sebuah keadaandimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas
disekitarnya sekaligus dirinya sendiri.Bahkan dalam menghadapi
kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang telah
menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma(fatalis). Semua adalah
kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih mengarahkan
penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor-faktor diluar
manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar mereka
melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau mengubah
realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan diri dengan
29
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama,2005), hlm 66-67
30
realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan adalah sesuatu
yang sudah melekat pada dirinya.
Kedua, kesadaran naif (naivalconsciousness). Keadaaan yang
dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek
manusiamsebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana
seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa
menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis. Apabila
dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks ini tidak
pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur yang salah.
Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah
keadaan dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa
masalah yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus
kepada individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada
sistem yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial
memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi
ketidak adilan dalam sistem dan struktur yang ada kemudian mampu
melakukan analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta
bagaimana mentransformasikannya.31
D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi)
Secara historis gerakan sosial adalah fenomena universal. Rakyat
di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung
31
dan berjuang untuk mencapai tujuan kolektif mereka dan menentang orang
yang menghalangi mereka mencapai tujuan itu.
Masalah antara agen dan struktur dapat dilihat sebagai salah satu
masalah yang fundamental dalam teori sosial, khususnya dalam teori
sosiologi modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial
masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.
dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya
mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal
adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.
Teori Strukturasi Giddens dilihat sebagai terobosan baru dalam
wilayah teori sosial karena menawarkan suatu kolaborasi yang diramu
secara menarik, dan muncul sebagai solusi untuk menutupi kekurangan
dari teori-teori yang ada. Sebelumnya, Giddens melihat bahwa ilmu-ilmu
sosial dijajah oleh gagasan dualisme agen versus struktur, dimana agen
dan struktur dipahami dalam keadaan terpisah dan dianggap
mempresentasikan sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
Konsep dari strukturasi Giddens adalah berdasarkan pemikiran
bahwakonstitusi agen dan struktur bukan merupakan kumpulan dua
fenomena biasayang berdiri sendiri (dualisme), tetapi mencerminkan
dualitas. Strukturasi menurut Giddens meliputi hubungan dialektikaantara
agen dan struktur. Struktur dan keagenan adalah dualitas, struktur
Teori strukturasi memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu
yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen
dan struktur keduanya. Antara agen dan struktur tidak dapat dipisahkan,
menurut Giddens antara agen dan struktur seperti dua mata uang logam.
Keduanya memiki hubungan dwi rangkap.32
Titik tolak analisisnya adalah tindakan manusia. aktivitas
“bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus
menerus mereka ciptakan-ulang melalui suatu cara. Dan dengan cara itu
juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor di dalam dan
melalui aktivitas mereka. agen menciptakan kondisi yang memungkinkan
aktivitas ini berlangsung”. Aktivitas tidak dihasilkan melalui kesadaran,
melalui konstruksi tentang realitas, atau tidak diciptakan oleh struktur
sosial. Dalam menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor, orang terlibat
dalam praktik sosial dan melalui praktik sosial itulah baik kesadaran
maupun struktur diciptakan. Gidden memusatkan pada kesadaran atau
refleksivitas. Dalam merenung (reflexive) manusia tak hanya merenungi
diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor aliran terus-menerus dari
aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens memusatkan
perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan
kesadaran diciptakan. Jadi, Giddens menjelaskan masalah agen-struktur
secara historis,processual, dan dinamis.
32
a. Konsep Agen
Awalnya agen perubahan semata-mata ditempatkan di dalam diri
“manusia besar” seperti : nabi, pahlawan, pemimpin, komandan, penemu,
pencipta, manusia genius dan sebagainya. Merekala penggerak
masyarakat, namun kapasitas karismatik mereka bukan berasal dari
masyarkat, kapasitas tersebut diyakini mereka bahwa sejak lahir, diwarisi
secara genetis dan dikembangkan secara individual.33
Setelah mengalami beberapa pergeseran makna, agen bukan hanya
dimiliki bagi segelintir orang yang mempunyai keistimewaan, namun agen
mulai dimasyarakatkan. Sehingga menurut Alain Touraine ilmuan
Perancis mengatakan bahwa masyarakat dan sejarah diciptakan melalui
tindakan kolektif dan agen utamanya adalah gerakan sosial. Wujud agen
ini dipahami sebagai kultural masyarakat. Gerakan sosial adalah aktor,
karea realitas sejarah dibangun melalui konflik dan negosiasi gerakan
sosial yang memberikan bentuk sosial khusus terhadap orientasi kultural.34
Giddens memberikan penekanan terhadap agen. Menurutnya agen
mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam
kehidupan sosial dan agen tidak berarti apa-apa tanpa kekuasaan yang
artinya aktor berhenti menjadi agen bila ia kehilangan kemampuan untuk
menciptakan pertentangan. Dalam actor Giddens mengakui adanya
paksaan atau pembatas terhadap aktor, tetapi tidak berarti bahwa aktor
33
Piotr Sztompka,Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta : Prenada, 20017),hlm.224 34
tidak mempunyai pilihan dan tidak mempunyai peluang untuk membuat
pertentangan.
b. Konsep Struktur
Dinyatakan struktur sebagai ‘aturan’ dan sumberdaya, dengan kata
lain struktur sebagai perangkat aturan dan sumberdaya menghasilkan
resiko tertentu yang jelas, yakni kesalahan interpretasi yang disebabkan
adanya dominasi penggunaan istilah ‘aturan’ tertentu dalam literature
filsafat35:
1. Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan,
sebagai preskipsi yang diformalkan.
2. Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang tunggal, seakan
dapat dikaitkan dengan kekhususan perilaku tertentu.
3. Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya
sumberdaya.
4. Aturan menyiratkan prosedur-prosedur metodis onteraksi
sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel.
5. Aturan memiliki dua aspek yang perlu dibedakan secara
konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat (seperti
Winch) cenderung menggabungkan dua aspek tersebut.
35
E. Membangun Partisipasi Masyarakat
Banyak pemandu, fasilitator pendidikan yang kurang memberikan
perhatian pada kemampuan belajar masing–masing peserta. Mengapa
perlu perhatian yang cukup? Sebab satu peserta dan lainnya tidak sama
latar belakang dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri secara sejajar.
Oleh karena itu pemandu, fasilitator pendidikan dianjurkan untuk
mengetahui kemampuan belajar setiap peserta dan selalu membesarkan
hati dan mendorongnya untuk terus belajar. David Kolb berpendapat ada 4
bentuk kebutuhan yang harus dimiliki oleh seorang peserta/partisipan jika
ia ingin belajar secara efektif. Yaitu mereka harus dapat :
a. Terlibat penuh, terbuka dan tidak berprasangka dengan pengalaman
barunya; Dia menyebut dengan istilah tahap melakukan pengalaman
nyata.
b. Merefleksikan dan menyimak pengalaman dengan menggunakan
banyak perspektif:mencermati dan merefleksikannya.
c. Membentuk konsep yang menyatukan pencermatannya kedalam teori
yang logis:konseptualisasi abstrak.
d. Menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah ;bereksperimen secara aktif.36
36
BAB III
METODELOGI PENDAMPINGAN
A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan
Sesuai latar belakang rumusan masalah yang telah diuraikan oleh
penulis, maka dapat dilihat bahwa pendekatan pemberdayaan ini
menggunakan pendekatan participatory action research (PAR), yaitu
penelitian yang mendorong peneliti dan subyek (masyarakat) mengambil
manfaat dalam penelitian untuk untuk memahami masalah bersama secara
kritis dan menemukan tindakan / pemecahan bersama.
PAR juga bisa diartikan sebagai sebuah gerakan pembebasan
masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambat
manusia mencapai perkembangan harkkat dan martabat
kemanusiaannya.37 Dalam pemberdayaan ini peneliti menggunakan teknik
participatory rural apparisal (PRA) teknik ini digunakan dalam proses
riset, sekaligus sebagai alat untuk membelajarkan masyarakat dalam upaya
membangun kesadaran kritis dan pemecahan masalah teknis.
B. Ruang Lingkup
Lokasi pendampingan ini dilaksanakan di desa Banjar kecamatan
Galis kabupaten Bangkalan. Peneliti menelaahnya dari semua sisi
kehidupan masyarakat Banjar, seperti relasi antara pemuda Banjar timur
dan pemuda Banjar barat. Faktor yang melatarbelakangi fakumnya
37
kegiatan pemuda serta upaya pemberdayaan pemuda dalam menumbuhkan
partisipasi pembangunan desa Banjar.
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah :
a. Data Primer
Data yang diambil langsung dari masyarakat Banjar
melaluiobservasi partisipatif, wawancara secara langsung maupun
wawancara kelompok /focus group discussion(FGD).
b. Data Sekunder
Data di sini adalah data-data yang diperoleh dari beberapa buku
yang berkaitan dengan pemberdayaan, partisipasi serta beberapa hasil
penelitian-penelitian yang membahas tentang pemberdayaan pemuda
dalam membangun partisipasi pembangunan desa.
D. Tahap-tahap Pemberdayaan
Daur gerakan sosial merupakanproses yang dilakukan sebagai
pendekatan proses riset, pembelajaran, dan pemecahan teknis dari problem
sosial komunitas yang dilakukan secara terencana, terprogram, dan
terlaksana bersama masyarakat. Berikut daur gerakan sosial sebagai
berikut38:
38
1. Mengetahui Kondisi Riil Masyarakat (to know)
Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah
proses-proses inkulturasi yaitu membaur dengan masyarakat untuk
membangun kepercayaan.