• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEMUDA PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KEC. GALIS KAB. BANGKALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEMUDA PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KEC. GALIS KAB. BANGKALAN."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

Gelar sarjana ilmu sosial islam (S.Sos.I)

Oleh :

Halimatus Sa’diyah B02212015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Halimatus Sa’diyah, B02212015, 2016, PEMBERDAYAAN PEMUDA

PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI

PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN.

Pemberdayaan ini menekankan pada permasalahan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar, yaitu hilangnya peran pemuda dalam pembangunan desa Banjar. Permasalahan ini disebabkan oleh adanya tiga faktor 1) Kurang kesiapan pemuda dalam menghadapi perubahan 2) sifat apatis masyarakat terhadap pemuda da 3) tidak adanya organisasi/wadah yang menampung kegiatan pemuda.

Dengan menggunakan teori Strukturasi (Agen Struktural) penentu Antony

Giddens dengan melalui pendekatan participatory action research (PAR)

yang didukung dengan teknik participatory rural appraisal (PRA).

dimana masyarakat adalah bagian dari pemberdayaan itu sendiri ataulocal

leader.Masyarakat berperan dalam memetakan permasalahan sampai pada aksi nyata secara sadar.Dalam proses pemberdayaan ini, terciptalah organisasi/wadah kepemudaan yang diberi nama IKBAR (Ikatan Kawula Muda Banjar) sebagai bentuk pemuda untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan desa Banjar.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI... iv

LEMBAR MOTTO... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Situasi Problematik ... 1

B. Fokus Pendampingan... 13

C. Tujuan Pendampingan ... 13

D. Strategi Mencapai Tujuan ... 14

E. Manfaat Pendampingan ... 16

(8)

G. Definisi Konsep ... 18

H. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II : KERANGKA TEORITIK A. Dakwah Bil HalSebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat... 27

B. Pemberdayaan Sosial Masyarakat Sebuah Proses Perubahan... 32

C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda... 34

D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi) ... 35

E. MembangunPartisipasi Masyarakat... 40

BAB III : METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan ... 41

B. Ruang Lingkup ... 41

C. Jenis dan Sumber data ... 42

D. Tahap-Tahap Pendampingan ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ...46

F. Teknik Validasi Data ... 47

G. Teknik Analisis Data... 47

(9)

BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT DESA BANJAR

A. Asal-Usul Desa Banjar ... 50

B. Kondisi Geografi Desa Banajar ... 50

C. Kondisi Demografi ... 58

D. Sosial-Budaya ... 59

E. Keagamaan dan Kepemimpinan ... 64

F. Kondisi Ekonomi ... 70

G. Kondisi Pendidikan ... 72

H. Organisasi Kepemudaaan ... 73

BAB V : HILANGNYA PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN DESA A. Potret Pemuda Pengangguran Banjar ... 76

B. Kesenjangan Dua Golongan Pemuda ... 82

C. Dinamika Organisasi Pemuda ... 84

BAB VI : MEMBANGUN KEKUATAN BERSAMA PEMUDA A. Pengorganisiran Pemuda Banjar Untuk Mengembalikan Peran Yang Hilang ... 92

B. Dinamika Proses Perencanaan ... 97

C. MembangunPartisipasi dalam Perencanaan Pemecahan Masalah ... 101

(10)

BAB VII :REFLEKSI

A. Refleksi Teoritis ... 112

B. Refleksi Empiris : Pemberdayaan Adalah Proses Membangun Kesadaran ... 117

C. Catatan Penulis Dibalik Pemberdayaan ... 119

BAB VIII : KESIMPULAN... 122

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Wilayah Desa Banjar... 51

Gambar 2 : Sumur (mangkrak) yang sudah tidak digunakan lagi ... 53

Gambar 3 : Masyarakat Desa Banjar Saat Sholat Gerhana Matahari ... 58

Gambar 4 : Ralilur (Kyai spiritual) masyarakat Banjar ... 68

Gambar 5 : Suasana Madin Darul Ulum–Dsn. Banjar Barat ... 70

Gambar 6 : Potret Pemuda Banjar ... 78

Gambar 7 : FGD 1–Pemetaan Wilayah Desa Banjar Bersama ... 94

Gambar 8 : FGD 2–Semangat Pemuda Bangkit Kembali... 95

Gambar 9 : FGD 3–Merumuskan Masalah ... 96

Gambar 10 : FGD 4 - Bersama Tokoh Pemuda... 104

Gambar 11 : Logo IKBAR ... 106

Gambar 12 : FGD 5–Perencanaan Program Kerja IKBAR ...109

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel.1 : Pembagian Luas Wilayah... 51

Tabel.2 : Transek Desa Banjar... 56

Tabel.3 : Administratif Desa Banjar ... 58

Tabel.4 : Jadwal Kegiatan Keagamaan Desa Banjar ... 70

Tabel.5 : Sarana Pendidikan Desa Banjar ... 72

Tabel.6 : Organisasi Kepemudaan Desa Banjar ... 74

Tabel.7 : Kalender Harian ( Tokoh Pemuda dan Pemuda Pengangguran) ... 83

Tabel.8 : Program MEKAR... 85

Tabel.9 : Program IKBAR... 86

Tabel.10 : Nama Anggota IKBAR... 108

DAFTAR BAGAN Bagan.1 : Diagram Venn hubungan pemuda dengan para tokoh desa Banjar... 84

Bagan.2 : Analisis Pohon Masalah ... 88

Bagan.3 : Analisis Pohon Harapan ... 99

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Situasi Problematik

Partisipasi merupakan peran serta seseorang atau kelompok

masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,

waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan

menikmati hasil-hasil pembangunan.

Dalam membangun sebuah daerah pada prinsipnya sangat

diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan, sehingga pembangunan

dapat tercapai dalam segala sektor. Generasi Muda sangat berperan

penting dalam pembangunan daerah karena generasi muda adalah

pemegang estafet kepimpinan daerah nantinya. Sebagai pemegang estafet

di masa yang akan datang, generasi muda harus menjadi pilar, penggerak

dan pengawal jalannya pembangunan daerah.

Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering

diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya

bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi lebih sering merupakan

pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda

pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.1

1

(14)

Ahmad Sarji Abdul Hamid2 adalah cendekiawan Islam yang

menyatakan bahwa anugerah Allah SWT. yang terbaik bagi manusia ialah

zaman belianya. Zaman pemuda adalah zaman produktif danzaman yang

paling gemilang bagi setiap orang untukmembangun dan membina. Zaman

pemuda sebenarnya adalah zaman kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu

kelemahan di zaman kanak-kanak dan di zaman tua. Allah SWT, perihal

ini telah dijelaskan dalam al-Qura’an :









“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”3

Ayat ini membawa kita untuk mengambil pelajaran agar

memanfaatkan usia keemasan ini karena masa akan terus berlalu. Proses

kitaran dan kronologi ini merupakan fitrah kehidupan. Jika peluang ini

tidak dibangun sejak dini, maka umat akan menerima kerugian dan

dampak yang besar.

2

Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, (Jakarta :Griya Aksara Hikmah, 2014),hlm. 23

3

(15)

Menurut Abdullah Naseh Ulwan4 golongan pemuda adalah

golongan yang memikul beban amanah untuk melanjutkan proses

pengembangan dakwah dan generasi penerus bagi pembangunan umat.

Peranan pemuda sangat penting karena golongan ini adalah pewaris masa

depan sesebuah negara dan kepimpinan umat. Berbagai hadis Nabi yang

berkaitan dengan peranan golongan pemuda telah diutarakan untuk

menyadarkan para pemuda tentang hak dan tanggungjawab yang perlu

dipikul oleh mereka dalam sebuah institusi masyarakat menurut kaidah

yang telah ditetapkan oleh Islam. Dalam mahfudzat dikatakan :

5

Dari perkataan tersebut menjelaskan bahwa pemuda adalah

harapan bangsa, masa depan negara berada di tangan para pemuda. Oleh

karena itu, partisipasi pemuda dalam setiap pembangunan sangat

dibutuhkan demi pembangunan negara. Memberdayakan potensi pemuda

adalah tanggungjawab bersama. Pemuda harus dibangun, ditingkatkan

keintelektualan, dimotivasikan rangsangan dan digerakkannya agar

mereka mempunyai kekuatan untuk mengangkat martabat dan harga diri

negaranya.

Desa Banjar adalah desa yang terletak di bagian timur jembatan

suramadu, yang terletak di kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan. Desa

4

Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, hlm. 30

(16)

Banjar terdiri dari delapan dusun dengan jumlah penduduk 10.199. Desa

tersebut dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah seperti

durian, rambutan, salak dan mangga, sehingga tidak heran jika memasuki

area desa Banjar, maka akan terlihat pekarang pemukiman dipenuhi

dengan pohon-pohon tersebut. selain sumber daya yang melimpah desa

Banjar juga memiliki bonus demografi yaitu generasi muda, terdapat

kurang lebih 1000 pemuda yang ada tersebar di delapan dusun di desa

Banjar.6

Sejarah mengajarkan bahwa pemuda selalu berperan dalam

menentukan arah masa depan bangsa di saat mengalami kritis. Dewasa ini

sekalipun pemuda berada dalam kungkungan masalah yang kompleks,

namun masih berpotensi memecahkan masalahnya sendiri. Termasuk

memiliki kapasitas dalam membantu perbaikan kesejahteraan warga,

khususnya di pedesaan yang mengalami tantangan globalisasi dan

perubahan lingkungan. Tingginya prosentase penganggur terdidik dan

rendahnya sumberdaya manusia dari para aktor pembangunan pedesaan

serta masih belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, baik alam

maupun pemerintah desa, membutuhkan pemuda terdidik untuk mengentas

situasi ini.

Pertumbuhan pembangunan di wilayah pedesaan sejauh ini

nampak lambat dan bersifat alami. Investasi pembangunan yang

dicerminkan melalui aktivitas proyek-proyek, baik pemerintahan maupun

6

(17)

swasta nyaris kurang memberikan dampak signifikan terhadap perubahan

sosial ekonomi masyarakat.

Hal ini juga dikarenakan di pedesaan tingkat pendidikan

masyarakat desa masih rendah. Seperti yang ada di desa Banjar rata-rata

pendidikan mereka hanya sampai SMP saja. Sangat sedikit pemuda Banjar

melanjutkan pendidikan mereka sampai ke perguruan tinggi. Sehingga

ilmu pengetahuan mereka sangat kurang, keterampilan merekapun menjadi

kurang terasah. Kebanyakan pemuda desa Banjar menganggur dan tidak

mempunyai pekerjaan tetap. Dengan keterampilan seadanya mereka

bekerja serabutan, terkadang menjadi buruh tukang di proyek dengan

penghasilan yang terbatas.

Dari delapan dusun di desa Banjar, kondisi pemuda Banjar dapat

dikatakan memiliki kualitas rendah dari pada desa-desa yang lain, problem

yang paling krusial adalah masalah pengangguran. Tercatat desa Banjar

memiliki jumlah pemuda kurang lebih 1000 jiwa dengan jumlah kurang

lebih 400 pemuda pengangguran.

Faktor pengangguran yang terjadi dikarenakan oleh rendahya

tingkat pendidikan pemuda serta kurangnya keterampilan yang dimiliki

oleh pemuda.pengangguran yang terjadi memiliki dampak bagi pemuda

serta masyarakat Banjar yang lain, diantaranya kenakalan remaja yang

mengakibatkan pada keamanan desa Banjar, serta tingkat ekonomi yang

(18)

Dalam hubungan sosial desa Banjar terbagi menjadi dua golongan

kelompok sosial, yaitu bagian timurdan barat. Kedua golongan tersebut

memiliki ciri-ciri yang berbeda. Golongan barat lebih cenderung modern,

sedangkan golongan timur lebih cenderung ketradisionalannya, terbukti

dengan gaya model pemukiman warganya. Golongan timur masih

menggunakan sistemtaniyan lanjeng, sedangkan golongan barat tidak lagi

menggunakantaniyan lanjeng. Selain itu, pendidikan golongan barat lebih

tinggi dari pada golongan timur. Dari data yang diperoleh masyarakat

golongan timur banyak memiliki aset kebun dan sawah. Sementara

golongan barat sudah mulai mencari kerja seperti orang kota pada

umumnya.

Seperti halnya dengan kehidupan pemuda Banjar, golongan barat

mayoritas adalah pemuda dari kalangan keluarga masjid atau biasa disebut

oreng masjid, sementara golongan timur tergolong dari pemuda kalangan

keluarga santri. Dari segi sosial terdapat sekat antara kedua golongan

pemuda tersebut. golongan barat lebih tinggi kedudukannya dari pada

golongan timur, sehingga seluruh kegiatan golongan timur manut pada

golongan barat. Hal tersebut terlihat ketika ada suatu acara, pemuda

golongan barat lebih banyak berperan dari pada golongan timur, sementara

pemuda timur biasanya hanya berperan menjadi penonton saja.

Desa Banjar memiliki berbagai organisasi kemasyarakatan,

diantaranya PKK, muslimat, fatayat, dan beberapa organisasi kepemudaan

(19)

organisasi tersebut sudah lama fakum, kecuali jika ada acara-acara

tertentu, hal tersebut dikarenakan karena IKBAR tidak lagi memiliki

generasi penerus untuk melanjutkan organisasi tersebut.

Dari berbagai masalah yang ada, terdapat satu masalah yang

penting. Yakni hilangnya peran generasi muda yang ada di desa Banjar,

hal ini dikarenakan karena beberapa faktor, diantaranya kurang siapnya

pemuda dalam menghadapi perubahan zaman yang ada, hal tersebut

dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemuda

dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang. rata-rata pendidikan

terakhir pemuda Banjar adalah tingkat menengah (SMP), hal tersebut

disebabkan karena faktor keluarga. Masyarakat Banjar yang masih kental

dengan sifat religiusnya yang lebih memilih melanjutkan pada pendidikan

pesantren dari pada pendidikan formal atau menikahkan anaknya di usia

muda dari pada melanjutkan pendidikan anaknya di tingkat SMP maupun

SMA.

Faktor yang kedua adalah tidak ada penggerak atau tokoh pemuda

yang merangkul dan membawa pemuda pada perubahan yang lebih baik

dalam hal ini adalah tidak adanya wadah/organisasi yang menampung

ide-ide maupun bakat pemuda, hal tersebut mengakibatkan pada

kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh pemuda Banjar, seperti narkoba, togel serta

mabuk-mabukan. Menurut Tobibah (45 tahun) sebelum tahun 2000-an

semenjak ada adiknya, Badrut Tamam (40 tahun) pemuda Banjar sempat

(20)

dalam setiap kegiatan desa. Ungkapan tersebut juga disetujui oleh

sebagian besar masyarakat Banjar. Menurutnya sangat berbeda kondisi

pemuda dulu dengan sekarang.7

Hadirnya sosok penggerak yang bernama Badrut Tamam atau yang

biasa dipanggil man Bad sangat membawa pengaruh besar terhadap

kepemudaan desa Banjar, ia merangkul semua kalangan pemuda, baik dari

golongan timur maupun barat. Menurut Inni Halimiyah8(29 tahun) “sosok

man Bad sangat memberi inspirasi bagi pemuda pada zamannya, ia netral

pada siapapun dan banyak banyak pemuda yang menyukainya.” Banyak

kegiatan yang telah dilakukan oleh man Bad dalam pergerakannya seperti

tartil al-Qur’an, kursus arab, olahragadan lain-lain.

Masa keemasan kepemudaan di desa Banjar dimulai pada tahun

80-an sampai 2000-an, pada masa-masa itu komunitas pemuda menjadi

satu dari delapan dusun yang ada di desa Banjar, setiap dusun mempunyai

kader IKBAR yang aktif dalam berbagai kegiatan desa, seperti halnya

haflah akhirus sanah yang dilaksanakan satu athun sekali, para pemuda

akan turut aktif menyumbangkan ide-idenya. Selain man Bad juga terdapat

beberapa rekan-rekan man Bad dalam memajukan kepemudaan desa

Banjar pada masanya, mereka adalah : Pa’i, Bukari, Rabi’ih, Rosid, dan

Matsudi.9

Namun semenjak akhir tahun 1999 Badrut Tamam menikah

dengan orang luar Banjar ia pun ikut dengan istrinya dan jarang kembali

7

Wawancara dengan Tobibah (36 th) pada tanggal 30 Desember 2015 8

Wawancara dengan Inni Halimiyah ( 29 th) pada tanggal 21 Maret 2016 9

(21)

pulang, sehingga pemuda Banjar merasa kehilangan sosok penggerak yang

humanis, yang merangkul mereka dan selalu mendengarkan mereka. Dari

ungkapan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak adanya penggerak serta tidak

adanya generasi penerus juga menjadi faktor tehambatnya partisipasi

pemuda dalam pembangunan desa, sehingga kegiatan-kegiatan

kepemudaan yang dulu aktif kini fakum dan tidak ada yang

meneruskannya. Oleh karena itu, dibutuhkannya kembali sosok/penggerak

yang dapat mengembalikan semangat pemuda Banjar.

Faktor yang ketiga adalah kurangnya kepercayaan masyarakat

terhadap pemuda, dalam hal ini adalah dominannya peran tokoh pemuda,

masyarakat kurang percaya dengan kemampuan generasi muda mereka

kecuali pemuda dari kalanganoreng masjid, seluruh bentuk kegiatan yang

ada dipusatkan pada kegiatan orang tua yang lebih cenderung hanya pada

kegiatan keagamaan. Sehingga hal tersebut memunculkan

persoalan-persoalan dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka

tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan generasi tua). Masyarakat

terlanjur memandang negatif dengan perilaku pemuda, sehingga pemuda

merasa tidak berguna bagi masyarakatnya.10

Dalam hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai

bentuk protes, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Perihal

tersebut juga dialami pemuda lulusan pesantren, mereka cenderung tidak

mendapatkan peran di desanya sendiri dikarenakan peranan dominan oleh

10

(22)

pihak oreng masjid, sehingga lagi-lagi para pemuda tidak bisa berperan

bagi kehidupan masyarakatnya.

Banyak kalangan pemuda baik itu alumni pesantren maupun bukan

pesantren yang mengalami pengangguran dan menghabiskan waktunya

untuk bermain, memburu tupai dan kegiatan lainnya yang kurang

bermanfaat. Bahkan mengganggu keamanan desa, dilihat dari analisis

perubahan dari tahun 2000 sampai saat ini kenakalan-kenakalan pemuda

Banjar meningkat, seperti mabuk-mabukan, berjudi, pencurian dan

kenakalan-kenakalan lainnya sehingga menurut Firman11 (30 tahun) ia

lebih aman tinggal di rumahnya yang sekarang daripada di Banjar.

Oleh karenanya, harapan dalam pemberdayaan ini adalah

penumbuhan partisipasi pemuda menjadi batang utama harapan. Dengan

tujuan pemuda kembali aktif dalam pembangunan desa Banjar. Maka

membutuhkan 3 faktor. Yaitu, pendidikan kritis bagi pemuda,

penumbuhan kepercayaan masyarakat terhadap pemuda Banjar, serta

terciptanya generasi penggerak pemuda, yang nantinya akan terbentuk

organisasi pemuda yang selama ini fakum.

Salah satu dari tiga faktor tersebut adalah menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap generasi muda. Dalam kehidupan

masyarakat, seorang tokoh penggerak adalah figur yang akan memotivasi

masyarakat dalam hal kegiatan yang positif. Untuk itu, perlu

dikembangkan kaderisasi yang baik, kritis serta kreatif agar menjadi

11

(23)

penggerak masyarakat yang idealis dan membela kepentingan masyarakat.

Faktor kedua adalah menciptakan generasi penggerak pemuda, pentingnya

generasi ini diharapkan agar kegiatan pemuda tidak kembali fakum, dan

pemuda dapat menciptakan inovasi-inovasi bagi desa Banjar.

Faktor ketiga adalah terbentuknya organisasi. Faktor ini juga

sangat dibutuhkan dan melibatkan banyak pihak. karena dengan adanya

wadah/organisasi, pemuda akan dengan luas mengeluarkan ide-ide untuk

kepentingan desa dan juga sebagai tempat untuk penyaluran bakat

pemuda.

Dari ketiga faktor itu akan mendukung dalam menumbuhkan

partisipasi pemuda dalam pembangunan desa. Dengan tumbuhnya

partisipasi dalam diri pemuda maka segala bentuk masalah, seperti

pengangguran, kenakalan remaja dan fakumnya kegiatan remaja akan

terselesaikan.

Untuk dapat membangun desa yang sebagaimana yang telah

dikemukakan di atas, maka kunci utamanya adalah desa harus memiliki

SDM yang berkualitas dan aktif dalam membangun desa. Agar dapat

memiliki SDM yang berkualitas maka masyarakat harus melakukan upaya

dan strategi dalam mengelola dan melakukan perubahan bersama.

Jika dikaji dalam perspektif ilmu dakwah pengembangan

masyarakat atau pemberdayaan masyarakat dapat diposisikan sebagai

bagian dari dakwah Islam, yang secara konseptual dapat dibedakan

(24)

perbedaan. Bentuk yang pertama lebih menekankan kepada pendekatan

lisan, dan yang kedua lebih menekankan kepada pendekatan perbuatan.

Dakwah bil hal yang telah diterima oleh masyarakat pada dasarnya

merupakan keseluruhan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka

mewujudkan tatanan sosial ekonomi dankebudayaan menurut ajaran Islam.

Dalam pandangan islam, setiap individu wajib menyampaikan

dakwah sebagaimana halnya, menyampaikan yang baik dan melarang

kemungkaran. Individu tersebut dinamakan agen/da’i. Secara istilah da’i

adalah orang islam yang secara syariat mendapat beban dakwah mengajak

kepada agama Allah. Tidak diragukan lagi bahwa definisi ini mencakup

seluruh lapisan dari rasul, ulama, penguasa setiap muslim, baik laki-laki

maupun perempuan.12

Dalam proses pemberdayaan pemuda pengangguran seperti yang

telah dijelaskan di atas, maka seluruh aspek masyarakat desa Banjar

adalah agen/da’i dalam kehidupannya, baik itu pemuda, tokoh agama,

tokoh masyarakat dan masyarakat keseluruhan adalah da’i/agen dalam

perubahan sosialnya.

Perihal tersebut juga disinggung oleh Anthony Giddens dalam teori

strukturasinya yang memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu

yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen

dan struktur keduanya.Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial

masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.

12

(25)

dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya

mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal

adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.

Oleh karena itu, masalah kepemudaan di desa Banjar hendaknya

jangan dianggap suatu masalah wajar dan harus ada. Pemuda haruslah

menjadi bagian kehidupan yang mempunyai peranan dan kewajiban

sendiri. Maka dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil

lokasi pendampingan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar

kecamatan Galis kabupaten Bangkalan.

B. Fokus Pendampingan

Dalam mengkaji kehidupan pemuda di Desa Banjar, permasalahan

serta strategi yang akan dicapai. Maka fokus dalam pemberdayaan ini

adalah menumbuhkan partisipasi pemuda pengangguran dalam

pembangunan desa di desa Banjar kecamatan Galis kabupaten Bangkalan.

C. Tujuan Pendampingan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pemberdayaan ini

adalah :

1. Menyiapkan generasi muda dalam perubahan

2. Menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap peran generasi

muda

3. Mengaktifkan kembali organisasi pemuda “IKBAR” sebagai

(26)

D. Strategi Mencapai Tujuan

Dari beberapa alternatif strategi / program yang sesuai dalam

mewujudkan pohon harapan, maka program yang direncanakan dalam

pemberdayaan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan Generasi Muda dalam Menghadapi Perubahan

Melalui Pendidikan Kritis

Seperti yang diketahui dari permasalahan yang ada, bahwa

salah satu faktor lemahnya generasi muda adalah kurangnya kesadaran

serta tidak adanya penggerak pemuda. Oleh karena itu, pendamping

bersama pemuda desa Banjar bersama-sama melakukan pendidikan

kritis. Langkah awal yang dilakukan adalah pengorgansiran pemuda

pengangguran dan melakukan diskusi bersama generasi tua yang

sempat mengalami masa keemasan pemuda pada masanya serta

golongan terpelajar yang ada di desa Banjar. Dalam diskusi tersebut

(FGD) akan pemuda dan orang tua akan membangun kepercayaan

bersama untuk menjadikan pemuda aktif kembali dalam partisipasi

pembangunan desa Banjar.

2. Mengaktifkan Kembali Wadah/Organisasi (IKBAR) Pemuda

Sebagai Bentuk Partisipasi

Setelah tim pendamping menemukan hasil dari FGD yang

dilakukan. Tim pendamping bersama pemuda Banjar mengaktifkan

kembali organisasi (IKBAR) yang selama ini fakum dalam rangka

(27)

dekat antar pemuda sehingga menimbulkan kekuatan lokal bagi

pemuda.

Organisasi IKBAR ini nantinya diharapkan menjadi sumber

kekuatan yang ada di desa Barat, sehingga terjadi keseimbangan peran

sesepuh agama dan pemuda. Para sesepuh akan percaya terhadap

potensi yang dimiliki pemuda mereka. dan juga nantinya akan

menciptkan generasi-generasi yang baru. Sehingga fakumnya kegiatan

IKBAR tidak lagi terjadi.

3. Membangun Kepercayaan Masyarakat dan Orang Tua Terhadap

Generasi Muda

Dari proses pendidikan kritis hingga mengaktifkan kembali

IKBAR hakikatnya adalah sebuah proses membangun kepercayaan

aparat desa dan orang tua terhadap generasi pemudanya. Oleh karena

itu, berjalannya IKBAR diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

baik bagi desa Banjar, sehingga pemuda pengangguran tidak lagi

dianggap sebelah mata sebagai penyakit dan pengganggu keamanan

(28)

E. Manfaat Pendampingan

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemberdayaan ini antara lain

adalah :

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pada khasanah keilmuan

pemberdayaan masyarakat tentang pemberdayaan pemuda

pengangguran dalam menumbuhkan partisipasi pembangunan desa.

Selain itu, pemberdayaan ini juga dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi jurusan pengembangan masyarakat islam (PMI) atau

praktisi pemberdayaan masyarakat sebagai referensi ataupun acuan

aksi.

2. Manfaat Praktis

Memberikan suatu kemanfaat bagi masyarakat di desa Banjar kec.

Galis kab. Bangkalan dalam membaca masalah sosial yang realistis.

Juga dapat memberikan manfaat dalam perubahan sosial yang

berkelanjutan bagi masyarakat dan dapat menciptakan agent of change

dalam lingkungannya sendiri.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu sebagai acuan dari pendampingan ini penulis

peroleh dari Andi Awaluddin, skripsi yang berjudul “Peningkatan

Partisipasi Pemuda di Desa Sawotratap – Sidoarjo”. Pendampingan

tersebut menggunakan metode ABCD, yakni pendampingan yang dilatar

(29)

penulis melakukan aksi pengorganisiran pemuda IPPNU yang fakum

untuk diaktifkan kembali dan membuat agenda kegiatan lingkungan yang

bersumber dari pemuda itu sendiri.13

Acuan ke dua yakni skrpisi yang ditulis oleh Moh. Izzat yang

berjudul “ Melangkah Menuju Pemuda Terampil” (Upaya Pendampingan

Terhadap Pemuda Pengangguran Di Kampung Demak Jaya Kelurahan

Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya). pendampingan tersebut

menggunakan metode PAR. Sedangkan aksi yang dilakukan oleh peneliti

adalah melakukan usaha bengkel oleh pemuda pengangguran.14

Selanjutnya acuan dari jurnal Merry Andriany (PublikA, Jurnal S-1

Ilmu Administrasi Negara Volume 2 Nomor 1, April 2013) yang berjudul

“Pemberdayaan Pemuda Melalui Program Kewirausahaan Pemuda” dalam

jurnal tersebut disebutkan bahwa Pelatihan Kewirausahaan Pemuda

merupakan kegiatan pelatihan bagi pemudayang akan mendirikan usaha

sesuai kondisi dan potensi daerahnya. Seksi Aktivitas, Kepeloporan dan

Kewirausahaan Pemuda harus terus memberikan dukungan bahwa sebagai

pemuda juga dapat mengatasi masalah.

Selanjutnya acuan dari jurnal Wahyu Ishardino Satries (Jurnal

Madani Edisi I/Mei 2009) yang berjudul “Peran Serta Pemuda Dalam

13

Andi Awaludin, 2015,Pendampingan Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemuda,

Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA)

14

(30)

PembangunanMasyarakat” dalam jurnal tersebut dijelaskanbahwa

keberadaan pemuda yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatn merupakan

salah satu solusi dari upaya pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Sebab

pemuda dengan segala potensinya diharapkan mampu mengangkat derajat

masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan dan organisasi yang

didirikannya. Namun, pengembangan potensi pemuda ini masih minim

dukungan dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah. Hal tersebut

terbukti dari minimnya anggaran kepemudaan di daerah dan anggaran

tersebut diberikan hanya pada satu organisasi pemuda yang dianggap

representasi dari organisasi kepemudaan lainnya. Untuk itu diperlukan

upaya kreatif dari pemuda untuk dapat berpartisipasi dalam pemberdayaan

masyarakat seperti menggandeng pihak swasta sebagai donatur.

G. Definisi Konsep

Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok bagi suatu

penelitian dan sebenarnya adalah definisi singkat dan sejumlah fakta atau

gejala-gejala yang diamati. Oleh karena itu, konsep-konsep yang dipilih

dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang lingkup dan batasan

persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut tidak kabur, di

samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah pengertian

mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingg akan menjadi mudah

memahami masalah yang dibahas.

(31)

Istilah “keberdayaan” dalam pustaka teori sosial disebut “power

atau “kuasa”. Masyarakat yang berdaya masyarakat memiliki power atau

kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan

telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali

dengan akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang

tidak memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah

mengalami ketidakberdayaan.

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman

bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak

memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain dikarenakan adanya

ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi di masyarakat

meliputi15:

a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok

primer, seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have)

dengan orang miskin (the have not) dan antara buruh dengan

majikan; ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun

perbedaan etnis yang tercermin pada perbedaan antara

masyarakat lokal; dengan pendatang dan antara kaum minoritas

dengan mayorits.

b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua

dengan muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual,

15

(32)

masalah gay-lesbi, isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan

dan keterbelakangan).

c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan

orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga.

Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari

dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur

sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.

2. Pemuda

Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih

memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar

dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah

berlangsung. Secara hukum pemuda adalah warga negara Indonesia yang

memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yaitu berusia

dari 16 (enambelas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, secara biologis yaitu

manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti

adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah

memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah dan

keluarnya darah haid bagi wanita.

Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering

diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya

(33)

pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda

pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.16

Pendekatan-pendekatan dari segi pedagogis dan psikologis ditandai

dengan satu sifat : pemuda identik dengan pemberontak, berani tetapi

pendek akal, dinamik tetapi sering hantam kromo. Pendek kata, pemuda da

kepemudaan sama dengan romantik. Masa yang menarik tetapi perlu

dikasihani, setidaknya di kaca mata orang dewasa.

3. Pengangguran

Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian

yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.

Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga17,

antara lain :

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)adalah tenaga

kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan.

Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat

pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga

yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja.

2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)

Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi

karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan

padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai

jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi.

16

Taufik Abdullah,Pemuda dan Perubahan Sosial, hlm.1 17

(34)

Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang

yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya,

akhirnya bekerja tidak optimal.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment) Setengah

menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara

optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu.

Salah satunya adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35

jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya

seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan

di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil

menunggu proyek berikutnya.

4. Partisipasi

Konsep partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk

mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana

diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up)

dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan

pembangunan masyarakatnya.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat

dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam

bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,

keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati

(35)

H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud

dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses

desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari

bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah mengklasifikasikan

partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu

dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang

dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,

mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap

ucapannya.

b. Partisipasi Tidak Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak

partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D

membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi

dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat,

partisipasi dalam evaluasi.18

18

(36)

5. Pembangunan

Konsep pembangunan menurut Sumodiningrat adalah proses

mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat

sejahtera ditandai adanya kemakmuran berupa meningkatnya konsumsi

masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan

sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses demikian dapat

berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni adanya

kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang memiliki

kemampuan yang sama (equal productivity), dan semua pelaku ekonomi

bertindak rasional (efficient), terpenuhi.19

Model pembangunan alternatif menekankan pentingnya

pembangunan berbasis masyarakat (comunity based development),

berparadigma buttom up dan lokalitas. Muculnya model ppembangunan

alternatif didasari oleh sebuah motivasi untuk mengembangkan dan

mendorong struktur masyarakat agar menjadi lebih berdaya dan

menentang struktur penindasan melalui pembuatan regulasi yang berpijak

pada prinsip keadilan. Pendekatan yang dipakai dalam model

pembangunan alternatif adalam pembangunan tingkat lokal, menyatu

dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu model pembangunan dari

luar serta sangat menyertakan partisipasi orang-orang lokal.20

Pada dasarnya pembangunan desa merupakan tanggung jawab

bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat

19

Agus Affandi, dkk,Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, hlm. 34 20

(37)

menjadi sasaran sekaligus pelaku pembangunan. Keterlibatan masyarakat

pada setiap tahapan pembangunan di desa, merupakan salah satu kunci

keberhasilan pembangunan. Kegagalan berbagai program pembangunan

perdesaan di masa lalu adalah disebabkan antara lain karena penyusunan,

pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan tidak

melibatkan masyarakat.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul proposal

skripsi yang diangkat oleh penulis: Analisa situasi problematik, tujuan,

manfaat.

BAB II : KAJIAN TEORI

Dalam bab ini penulis menyajikan beberapa hal kajian kepustakaan

konseptual yang menyangkut tentang permasalahan yang diangkat.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

PAR. Didalamnya pendamping akan menyajikan konsepPAR

(Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam PAR,

langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan analisis steakholder yang terkait dalam

prosoe pemberdayaan.

BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT BANJAR

Dalam bab ini peneliti menyusun profil Desa Banjar kec.Galis kab.

(38)

demografis, kondisi sosial budaya kemasyarakatan, kondisi ekonomi,

pendidikan, keagamaan dan lain-lain.

BAB V : ANALISIS PROBLEMATIK

Bab ini menguraikan analisis problem-problem temuan riset dan FGD

bersama masyarakat, dalam bab ini pula akan Nampak beberapa analisis

problem dalam bentuk diagram, bagan sebagai pendukung uraian analisis

problem yang terjadi.

BAB VI :PERENCANAAN DAN AKSI

Bab ini merupakan narasi deskripsi hasil catatan-catatan kegiatan,

perencanaan, pemecahan masalah, analisis potensi sumberdaya masyarakat

serta cerminan gambaran proses kegiatan yang menunjukkan program

pemecahan masalah.

BAB VII : REFLEKSI

Bab ini merupakan refleksi bagaimana perubahan itu terjadi. Serta analisis

penulis dalam menggabungkan realitas yang ada dengan teori yang

digunakannya, serta catatan-catatan penulis tentang pelajaran yang diambil

dari proses pemberdayaan yang dilakukan.

BAB VIII : KESIMPULAN

Yakni ringkasan problem masyarakat dan hasil proses PAR yang terjadi

(39)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Dakwah Bil Hal Sebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat

Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka

yangtelah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan

masing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam

oleh seseorang/kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang

agar mereka meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan

benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan

keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan

ajaran Islam.

Dakwah bil-halsebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam

dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-Qur'an

maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut

kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun

empirik.

Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah

dakwahbil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata

dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara

keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan

(40)

berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka

mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik

menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah

kemasyarakatan. seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan

wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah.21

Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan

istilah dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara

menampilkan akhlaq karimah.22 Sejalan dengan ini seperti apa yang

dikatakan oleh Buya Hamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni

budi pekerti yang dapatdilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis

serta tulisan yang memikattetapi dengan budi pekerti yang luhur.23 Seperti

yang telah dijelaskan dalam Qs. as-Shaff : 2-3.























































Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.24”

Berpijak dari ayat di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal

mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan.

Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi

21

Harun Al-Rasyid dkk,Pedcman Dakwah Bil-Hal,(Jakarta: Depag RI, 1989), hlm. 10 22

Anwar Masy'ari,Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(Surabaya:Bina llmu, 1993),hlm.205

23

Hamka,Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981),hlm. 159.

24

(41)

perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting

dalam proses penyampaikan ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi

dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan

perbuatan nyata da'i.

Kaitannya dengan pembangunan dan perubahan masyarakat maka

dalam halam ini da'i menjadi agen perubahan (agent of change). karena

action (perbuatan nyata/perilaku) atau akhlaq da'i akan ditiru oleh umat

(jamaah). Sehingga dakwah bil-hal merupakan upaya yang bersifat

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jamaah

dalam mengatasi masalah mereka dan lebih dari itu setiap kegiatan

dakwahyang dilakukan harus ada tindak lanjutnya secara

berkesinambungan.

Oleh karenanya, dakwah bil-hal adalah merupakan usaha

menyampaikan ajaran Islam kepada umat baik perorangan maupun

kelompok dengan cara membantu mengatasi masalah yang dihadapi umat.

Masalah tersebut merupakan masalah hidup dan kehidupan umat, usaha

pemecahan masalah ini berangkat dari akar masalah, yang pada akhirnya

umat itu sendiri yang mengatasi masalah mereka dengan dasar kesadaran,

sumber-sumberdaya yang mereka miliki digali, dimobilisir, diorganisasi

oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan. Ini artinya bahwa dakwah

merupakan usaha membangun manusia seutuhnya (rohani dan jasmani).

Rohani menumbuhkan kesadaran membangun dan jasmaninya

(42)

Dalam hal ini lebih merupakan fasilitator (agen) dalam

pelaksanaan pembangunan tersebut, artinya sebagai pembuka pintu

pembangunan yang akan memunculkan perubahan-perubahan yang

dilakukan oleh jamaah (umat), karena dakwah memiliki sifat taghyir

(perubahan) yang muncul dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sebagaimana

yang tertulis dalam Qs. Ar-Ra’d ayat 11 :



































































Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan

sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”25

Dalam ayat tersebut dapat diartikan bahwa bahwa pemecahan

masalah seseorang atau suatukelompok orang akan sangat arif dan

bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari pemecahannya,

orang lain (da'i) hanya membantu bukan pelaku utama. Ini artinya bahwa

pemecahan masalah seseorang atau suatu kelompok orang akan sangat arif

dan bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari

25

(43)

pemecahannya, orang lain hanya membantu bukan pelaku utama, karena

sejatinya da’i atau agen adalah masyarakat itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan dakwah bil hal, pemberdayaan adalah

suatu proses merubah masyarakat untuk menjadi lebih baik. Proses

perubahan diperlukan beberapa tahap, yaitu : pergerakan, focus dan

manajemen. Dalam hal ini telah disinggung oleh hadits Rosulullah SAW

yang berbunyi :

)

ر

(

26

Rosulullah SAW bersabda : “ Ajarilah anak-anakmu berenang, memanah dan ajari kaum perempuan kalian memintal” (HR. al -Baihaqi)

Hadits ini adalah perintah Rasulullah yang dianjurkan kepada

orang tua untuk mengajari generasi mudanya. tiga jenis olahraga diatas.

Berfikir lebih jauh maksud dari tiga perintah ini sangat dalam makna dan

isinya. Apa yang dianjurkan Nabi SAW adalah sesuatu yang sangat

berhubungan hingga saat ini.

Perintah itu terbagi atas tiga bagian, dimana setiap bagian

salingberhubungan satu sama lain. Perintah pertama, Rasulullah

menganjurkan kita untuk belajar berenang, dalam ilmu kesehatan olahraga

renang sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Karenaberenang

dilakukandengan cara menggerakkan tubuh secara terkoodinasi sehingga

kita dapat dapat melayang dan bergerak di air.

26

(44)

semua organ tubuh melakukan gerak di dalam air. Itu artinya

manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak hanya untuk berfikir. Tetapi

manusia diciptakan untuk bergerak, sebagai wujud tanda syukur organ

tubuh yang dianugerahi oleh Allah SWT. bergerak itu artinya tidak

berdiam diri dan menunggu takdir dari Allah, tetapi bagaimana manusia

diciptakan akal untuk berfikir dan melakukan tindakan dari hasil

pikirannya.

Perintah yang kedua Rosulullah memerintahkan untuk Memanah.

Secara eksplisit perintah ini menganjurkan kepada kita untukmempunyai

target dalam hidup. Ada tujuan yang harus dicapai ibarat anakpanah yang

meninggalkan tempatnya untuk sampai ke sasarannya. Arti dari memanah

adalah fokus. Dalam hadits lain Rosulullah menganjurkan umatnya untuk

belajar berkuda. Perintah ini bermakna bahwa tujuan hidup atau cita-cita

yang kitaimpikan harus kita kejar secepat dan sekuat kuda berlari.

Gunakanlah segala kekuatan yang kita miliki untuk terus berusaha

mencapai target hidup, serta bagaimana cara memanajemen hidup agar

tujuan yang telah ditarget dapat diraihnya.

B. Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Proses Perubahan Sosial

Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya

berangkat dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari

dunianya sendiri. Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan

kepada perlunya power dan menekankan keberpihakan kepada kelompok

(45)

gerakan perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni

modernisasi.27

Secara terminologis, istilah pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karena menurut Suharto (2005), ide utama pemberdayaan bersentuhan

dengan konsep mengenai kekuasaan.28

Menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep

ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people

centered”,participatory, learning, and sustanable. Konsep pemberdayaan

lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau

sekedar mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety

net).

Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan

masyarakat people centered development menurut David C. Korten

yang isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya

menawarkan suatu proses perencanaan pembangunan dengan

memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam

konteks ini, maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap

pelaksanaan pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

program yang mereka lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan

masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar

27

Ibid, 72-73 28

(46)

menjadikan mereka sebagai penerima pasif pelayanan saja.

Pembangunan masyarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya

merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan

pendayagunaan potensi dan sumber daya setempat/lokal dan

mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi masyarakat.29

C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda

Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengacu pada tiga

kesadaran yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut

dengan analisis kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri

mereka sendiri yang digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran30, yaitu :

Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah

sebuah keadaandimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas

disekitarnya sekaligus dirinya sendiri.Bahkan dalam menghadapi

kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang telah

menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma(fatalis). Semua adalah

kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih mengarahkan

penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor-faktor diluar

manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar mereka

melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan

untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau mengubah

realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan diri dengan

29

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama,2005), hlm 66-67

30

(47)

realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan adalah sesuatu

yang sudah melekat pada dirinya.

Kedua, kesadaran naif (naivalconsciousness). Keadaaan yang

dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek

manusiamsebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana

seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa

menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis. Apabila

dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks ini tidak

pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur yang salah.

Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah

keadaan dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa

masalah yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus

kepada individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada

sistem yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial

memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi

ketidak adilan dalam sistem dan struktur yang ada kemudian mampu

melakukan analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta

bagaimana mentransformasikannya.31

D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi)

Secara historis gerakan sosial adalah fenomena universal. Rakyat

di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung

31

(48)

dan berjuang untuk mencapai tujuan kolektif mereka dan menentang orang

yang menghalangi mereka mencapai tujuan itu.

Masalah antara agen dan struktur dapat dilihat sebagai salah satu

masalah yang fundamental dalam teori sosial, khususnya dalam teori

sosiologi modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial

masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.

dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya

mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal

adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.

Teori Strukturasi Giddens dilihat sebagai terobosan baru dalam

wilayah teori sosial karena menawarkan suatu kolaborasi yang diramu

secara menarik, dan muncul sebagai solusi untuk menutupi kekurangan

dari teori-teori yang ada. Sebelumnya, Giddens melihat bahwa ilmu-ilmu

sosial dijajah oleh gagasan dualisme agen versus struktur, dimana agen

dan struktur dipahami dalam keadaan terpisah dan dianggap

mempresentasikan sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan yang berbeda.

Konsep dari strukturasi Giddens adalah berdasarkan pemikiran

bahwakonstitusi agen dan struktur bukan merupakan kumpulan dua

fenomena biasayang berdiri sendiri (dualisme), tetapi mencerminkan

dualitas. Strukturasi menurut Giddens meliputi hubungan dialektikaantara

agen dan struktur. Struktur dan keagenan adalah dualitas, struktur

(49)

Teori strukturasi memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu

yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen

dan struktur keduanya. Antara agen dan struktur tidak dapat dipisahkan,

menurut Giddens antara agen dan struktur seperti dua mata uang logam.

Keduanya memiki hubungan dwi rangkap.32

Titik tolak analisisnya adalah tindakan manusia. aktivitas

“bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus

menerus mereka ciptakan-ulang melalui suatu cara. Dan dengan cara itu

juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor di dalam dan

melalui aktivitas mereka. agen menciptakan kondisi yang memungkinkan

aktivitas ini berlangsung”. Aktivitas tidak dihasilkan melalui kesadaran,

melalui konstruksi tentang realitas, atau tidak diciptakan oleh struktur

sosial. Dalam menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor, orang terlibat

dalam praktik sosial dan melalui praktik sosial itulah baik kesadaran

maupun struktur diciptakan. Gidden memusatkan pada kesadaran atau

refleksivitas. Dalam merenung (reflexive) manusia tak hanya merenungi

diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor aliran terus-menerus dari

aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens memusatkan

perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan

kesadaran diciptakan. Jadi, Giddens menjelaskan masalah agen-struktur

secara historis,processual, dan dinamis.

32

(50)

a. Konsep Agen

Awalnya agen perubahan semata-mata ditempatkan di dalam diri

“manusia besar” seperti : nabi, pahlawan, pemimpin, komandan, penemu,

pencipta, manusia genius dan sebagainya. Merekala penggerak

masyarakat, namun kapasitas karismatik mereka bukan berasal dari

masyarkat, kapasitas tersebut diyakini mereka bahwa sejak lahir, diwarisi

secara genetis dan dikembangkan secara individual.33

Setelah mengalami beberapa pergeseran makna, agen bukan hanya

dimiliki bagi segelintir orang yang mempunyai keistimewaan, namun agen

mulai dimasyarakatkan. Sehingga menurut Alain Touraine ilmuan

Perancis mengatakan bahwa masyarakat dan sejarah diciptakan melalui

tindakan kolektif dan agen utamanya adalah gerakan sosial. Wujud agen

ini dipahami sebagai kultural masyarakat. Gerakan sosial adalah aktor,

karea realitas sejarah dibangun melalui konflik dan negosiasi gerakan

sosial yang memberikan bentuk sosial khusus terhadap orientasi kultural.34

Giddens memberikan penekanan terhadap agen. Menurutnya agen

mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam

kehidupan sosial dan agen tidak berarti apa-apa tanpa kekuasaan yang

artinya aktor berhenti menjadi agen bila ia kehilangan kemampuan untuk

menciptakan pertentangan. Dalam actor Giddens mengakui adanya

paksaan atau pembatas terhadap aktor, tetapi tidak berarti bahwa aktor

33

Piotr Sztompka,Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta : Prenada, 20017),hlm.224 34

(51)

tidak mempunyai pilihan dan tidak mempunyai peluang untuk membuat

pertentangan.

b. Konsep Struktur

Dinyatakan struktur sebagai ‘aturan’ dan sumberdaya, dengan kata

lain struktur sebagai perangkat aturan dan sumberdaya menghasilkan

resiko tertentu yang jelas, yakni kesalahan interpretasi yang disebabkan

adanya dominasi penggunaan istilah ‘aturan’ tertentu dalam literature

filsafat35:

1. Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan,

sebagai preskipsi yang diformalkan.

2. Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang tunggal, seakan

dapat dikaitkan dengan kekhususan perilaku tertentu.

3. Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya

sumberdaya.

4. Aturan menyiratkan prosedur-prosedur metodis onteraksi

sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel.

5. Aturan memiliki dua aspek yang perlu dibedakan secara

konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat (seperti

Winch) cenderung menggabungkan dua aspek tersebut.

35

(52)

E. Membangun Partisipasi Masyarakat

Banyak pemandu, fasilitator pendidikan yang kurang memberikan

perhatian pada kemampuan belajar masing–masing peserta. Mengapa

perlu perhatian yang cukup? Sebab satu peserta dan lainnya tidak sama

latar belakang dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri secara sejajar.

Oleh karena itu pemandu, fasilitator pendidikan dianjurkan untuk

mengetahui kemampuan belajar setiap peserta dan selalu membesarkan

hati dan mendorongnya untuk terus belajar. David Kolb berpendapat ada 4

bentuk kebutuhan yang harus dimiliki oleh seorang peserta/partisipan jika

ia ingin belajar secara efektif. Yaitu mereka harus dapat :

a. Terlibat penuh, terbuka dan tidak berprasangka dengan pengalaman

barunya; Dia menyebut dengan istilah tahap melakukan pengalaman

nyata.

b. Merefleksikan dan menyimak pengalaman dengan menggunakan

banyak perspektif:mencermati dan merefleksikannya.

c. Membentuk konsep yang menyatukan pencermatannya kedalam teori

yang logis:konseptualisasi abstrak.

d. Menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan

menyelesaikan masalah ;bereksperimen secara aktif.36

36

(53)

BAB III

METODELOGI PENDAMPINGAN

A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan

Sesuai latar belakang rumusan masalah yang telah diuraikan oleh

penulis, maka dapat dilihat bahwa pendekatan pemberdayaan ini

menggunakan pendekatan participatory action research (PAR), yaitu

penelitian yang mendorong peneliti dan subyek (masyarakat) mengambil

manfaat dalam penelitian untuk untuk memahami masalah bersama secara

kritis dan menemukan tindakan / pemecahan bersama.

PAR juga bisa diartikan sebagai sebuah gerakan pembebasan

masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambat

manusia mencapai perkembangan harkkat dan martabat

kemanusiaannya.37 Dalam pemberdayaan ini peneliti menggunakan teknik

participatory rural apparisal (PRA) teknik ini digunakan dalam proses

riset, sekaligus sebagai alat untuk membelajarkan masyarakat dalam upaya

membangun kesadaran kritis dan pemecahan masalah teknis.

B. Ruang Lingkup

Lokasi pendampingan ini dilaksanakan di desa Banjar kecamatan

Galis kabupaten Bangkalan. Peneliti menelaahnya dari semua sisi

kehidupan masyarakat Banjar, seperti relasi antara pemuda Banjar timur

dan pemuda Banjar barat. Faktor yang melatarbelakangi fakumnya

37

(54)

kegiatan pemuda serta upaya pemberdayaan pemuda dalam menumbuhkan

partisipasi pembangunan desa Banjar.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah :

a. Data Primer

Data yang diambil langsung dari masyarakat Banjar

melaluiobservasi partisipatif, wawancara secara langsung maupun

wawancara kelompok /focus group discussion(FGD).

b. Data Sekunder

Data di sini adalah data-data yang diperoleh dari beberapa buku

yang berkaitan dengan pemberdayaan, partisipasi serta beberapa hasil

penelitian-penelitian yang membahas tentang pemberdayaan pemuda

dalam membangun partisipasi pembangunan desa.

D. Tahap-tahap Pemberdayaan

Daur gerakan sosial merupakanproses yang dilakukan sebagai

pendekatan proses riset, pembelajaran, dan pemecahan teknis dari problem

sosial komunitas yang dilakukan secara terencana, terprogram, dan

terlaksana bersama masyarakat. Berikut daur gerakan sosial sebagai

berikut38:

38

(55)

1. Mengetahui Kondisi Riil Masyarakat (to know)

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah

proses-proses inkulturasi yaitu membaur dengan masyarakat untuk

membangun kepercayaan.

Gambar

Gambar 1 : Peta Lokasi Desa Banjar
Gambar 2 : Sumur (mangkrak) yang sudah tidak digunakan lagi
Tabel 2 : Transek Desa Banjar
Tabel 3 : Administratif Desa Banjar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PN-PM) Mandiri Pedesaan Untuk Pembangunan Desa Mbinalun

Judul Kegiatan : Wujudkan Rumah Ilmu Bagi Anak-Anak Desa Dengan Pemberdayaan Peran Pemuda Melalui Program SMILE (Smart Village) Sebagai Upaya Kemandirian dan Kecerdasan

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1).Bagaimana partisipasi pemuda karang taruna di desa Ambarwinangun dalam menumbuhkan karakter tanggung jawab,

Kesimpulan penelitian ini yaitu bentuk partisipasi pemuda dalam pembangunan pengerasan jalan usaha tani, kegiatan pembangunan masjid dan kegiatan pemugaran masjid di Desa

pemberdayaan pada bidang lingkungan yaitu bank sampah menunjukan hasil yang cukup baik karena sampah yang disetor oleh masyarakat semakin berkurang, ini berarti masyarakat telah

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) Bagaimana proses perencanaan pembangunan desa Karangwuni Kecamatan Rongkop, 2) Bagaimana peran dan fungsi Lembaga

Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yaitu bagaimana peran modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat diterapkan pada desa ini sehingga dapat