1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2
Kenyataan di lapangan beberapa guru masih kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri Patimuan, guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran terutama dalam hal mengembangkan bahan ajar.
Menurut Depdiknas (2008:120) bahan ajar adalah semua bentuk bahan yang digunakan guru atau pendidik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. Sedangkan National Center for Vocational Education Research Ltd dalam Abdul Majid (2007:173) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar multimedia interaktif (Depdiknas, 2008:13).
3
Berdasarkan pengamatan terhadap bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan di SMP Negeri 1 Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2015, LKS yang digunakan yaitu LKS yang diproduksi oleh penerbit. LKS tersebut berupa ringkasan materi pelajaran yang disertai dengan contoh soal dan kumpulan soal-soal. LKS yang dibuat oleh pihak lain sering kali tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu LKS tersebut belum dikembangkan dengan suatu pendekatan tertentu. Padahal pendekatan dalam suatu LKS merupakan hal yang perlu diperhatikan. Salah satu dari berbagai macam pendekatan yaitu pendekatan problem posing. Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yang berasal dari kata “problem” yang artinya adalah masalah dan “posing” yang artinya
4
sendiri. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Tatag Yuli Eko S. (2004:76) yang mengatakan bahwa problem posing memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif secara mental, fisik, dan sosial serta memberikan kesempatan untuk menyelidiki dan juga membuat jawaban-jawaban yang divergen. Dengan demikian maka bahan ajar dengan pendekatan problem posing akan semakin mewujudkan bahan ajar yang mendorong siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, menurut Sri Sumini dkk. (2006:32) siswa SMP kelas VIII tergolong dalam masa remaja awal yang mempunyai karakteristik keadaan mental, khususnya kemampuan berpikinya mulai sempurna atau kritis dan dapat melakukan abstraksi. Implikasi hal tersebut dalam pembelajaran yaitu perlu disiapkan pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa. salah satu pendekatan yang membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yaitu pendekatan problem posing. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Krulik (melalui Tatag, 2004:7) yang menyatakan bahwa tugas membuat variasi masalah berdasarkan masalah awal (problem posing) merupakan salah satu sarana untuk memaksimalkan kemampuan berpikir.
5
2010/2011 persentase penguasaan pada indikator tersebut secara nasional adalah 73,91%. Pada tahun ajaran 2011/2012 terjadi penurunan menjadi 72,00% dan pada tahun ajaran 2012/2013 terjadi penurunan yang signifikan menjadi 61,31%. Angel Rorimpandey (2010:93) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi SPLDV. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem posing pada materi SPLDV. Dengan menggunakan perangkat pembelajaran tersebut diharapkan mendukung keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga dalam prosesnya dapat meningkatkan pemahaman siswa.
6
pendekatan problem posing pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti memperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Sesuai dengan tuntutan KTSP, guru wajib mengembangkan perangkat pembelajaran secara mandiri, namun kenyataannya masih ada guru yang belum mengembangkan perangkat pembelajaran secara mandiri.
2. Belum ada pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII.
C. Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini dibatasi pada pada pengembangan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII semester genap.
2. RPP yang dikembangkan ditinjau dari aspek kevalidan.
7 D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII?
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berupa RPP dengan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII ditinjau dari aspek kevalidan?
3. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran berupa LKS dengan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan
pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII.
8
3. Mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran berupa LKS dengan pendekatan problem posing pada materi Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
a. Membantu dalam pelaksanaan pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan.
b. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran
c. Mendapatkan pengalaman baru dalam belajar matematika menggunakan LKS berpendekatan problem posing.
d. Membantu dalam memahami materi yang diajarkan. 2. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa.
b. Memberikan motivasi dan tantangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang lebih baik sekaligus untuk meningkatkan kreativitas guru.
3. Bagi Peneliti
a. Melatih kemampuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, khususnya perangkat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing.
9 BAB II
LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Matematika di SMP
Menurut Fontana (Erman Suherman,dkk., 2003:7) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Muhibbin Syah (2002:92) yang mengungkapkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Pendapat lain mengenai belajar yaitu merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diwujudkan dengan perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono,dkk., 2013:74). Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif permanen karena adanya interaksi yang melibatkan proses kognitif antara individu tersebut dengan lingkungannya.
10
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efeketif dan efisien serta dengan hasil optimal. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha secara sadar untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan siswa dengan mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan yang mendukung siswa dapat belajar.
Pembelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) meliputi beberapa mata pelajaran, salah satunya yaitu matematika. Matematika menurut James dan James (Erman Suherman,dkk., 2003:16) yaitu ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan jumlah banyak yang diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Pendapat lain mengenai matematika yaitu matematika bukan pengetahuan yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, namun fungsi matematika yaitu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam Erman Suherman,dkk., 2003:17).
11
tersebut dilakuan dengan mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan siswa belajar.
Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget (Rita Eka Izzaty,dkk., 2008:34-35) siswa SMP yaitu usia 12-15 tahun berada pada peralihan dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal. Pada tahap ini, siswa sudah mulai mampu berpikir secara konseptual dan juga hipotesis namun juga masih membatasi pemikirannya pada benda-benda dan kejadian yang akrab dengan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran matematika haruslah memperhatikan karakteristik tersebut.
2. Perangkat Pembelajaran
12
Siswa (LKS). Berikut akan dipaparkan masing-masing perangkat pembelajaran yang dimaksud.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sesuai Permendiknas Nomor 42 Tahun 2007 RPP merupakan penjabaran dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Menurut Kokom (2013:193) RPP adalah penjabaran dari silabus yang telah disusun yang mencerminkan kegiatan yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Berikut ini merupakan komponen-komponen yang terdapat pada RPP (BSNP, 2007:8-11).
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi (SK)
SK merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar (KD)
13 4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan KD.
6) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8) Metode pembelajaran
14 9) Kegiatan pembelajaran
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c) Penutup
15 10)Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11)Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
b. Bahan Ajar Berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Depdiknas (2008:120) bahan ajar adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk membantu proses pembelajaran. Sedangkan pengertian bahan ajar menurut Chomsin S. Widodo dan Jasmadi (2008:40) adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sub-kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala sesuatu yang membantu guru dalam proses pembelajaran yang berisi tentang materi yang disusun secara sistematis yang dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan.
16
ajar dengar 3) bahan ajar pandang dengar 4) bahan ajar multimedia interaktif. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar cetak.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa, berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas tersebut yang berupa teori ataupun praktek (Depdiknas, 2007:26). Menurut Andi Prastowo (2011:204) LKS merupakan perangkat pembelajaran yang berisi materi dan tugas yang berkaitan dengan materi dan tugas yang berkaitan dengan materi yang memberikan arahan tersetruktur untuk memahami materi yang diberikan. Pengertian tersebut diperkuat oleh pendapat Trianto (2010:111) yaitu LKS adalah panduan untuk siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS merupakan salah satu bahan ajar yang berbentuk cetak yang digunakan sebagai pendukung dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS adalah bahan ajar untuk membantu siswa belajar yang berisi rangkaian kegiatan atau tugas yang dikerjakan oleh siswa dan dilengkapi petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Andi Prastowo (2012:205-206) menyatakan bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut.
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan.
17 materi yang diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran keadaan siswa.
Selain memiliki empat fungsi tersebut, LKS juga mempunyai tujuan seperti yang dinyatakan oleh Andi Prastowo (2012:206) sebagai berikut.
1) Menyajikan bahan ajar yang mempermudah siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penugasan siswa terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian belajar siswa.
18
3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran a. Pengembangan RPP
PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar proses pendidikan menyatakan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tetang standar proses yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan guru untuk mengembangkan RPP. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dalam pengembangan RPP (BSNP, 2007:11-12).
1) Memperhatikan perbedaan individu siswa
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
2) Mendorong partisipasi aktif siswa
19
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam menyusun RPP juga perlu diperhatikan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang dituliskan oleh Poppy Kamalia Devi, dkk (2009:24). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Mencantumkan Identitas, SK, KD, dan Indikator.
20
2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan hasil langsung dari suatu kegiatan pembelajaran.
3) Menentukan Materi Pelajaran
Penentuan materi pelajaran dapat mengacu pada indikator. 4) Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan atau sebagai model atau pendekatan pembelajaran yang bergantung pada karakteristik atau strategi yang dipilih.
5) Menentukan Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Kegiatan pendahuluan, yang terdiri dari orientasi yaitu
memusatkan perhatian siswa pada materi akan diajarkan, apersepsi yaitu memberikan persepsi awal kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, motivasi yaitu penggambaran manfaat dari hal yang akan dipelajari, pemberian acuan yaitu penjelasan materi pokok dan uraian materi secara garis besar, dan pembagian kelompok apabila pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok.
21
masalah dll., kegiatan konfirmasi yaitu memberikan umpan balik positif dan penguatan serta konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa.
c) Kegiatan penutup dapat berupa kegiatan menyimpulkan, merangkum, memberikan tugas sebagai bagian remedial ataupun pengayaan.
6) Memilih Sumber Belajar
Sumber belajar dituliskan secara lengkap. Misalnya judul buku, pengarang, halaman, dll.
7) Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.
Dengan demikian dalam pengembangan RPP hal yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan komponen-komponen yang terdapat dalam RPP, prinsip-prinsip dalam pengembangan RPP, dan langkah-langkah pengembangan RPP tersebut.
b. Pengembangan Bahan Ajar Berupa LKS
22
adalah bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru. Untuk itu guru perlu mengembangkan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran (Nyoman Dantes, 2008:3).
Dalam mengembangkan bahan ajar perlu memperhatikan model-model pengembangan. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan kualitas bahan ajar yang dikembangkan. Syaiful Sagala (2005:136) mengungkapkan hal yang serupa yaitu penggunaan model pengembangan secara sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan pembelajaran. Salah satu model pengembangan yaitu model pengembangan ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carey yang merupakan singkatan dari Analysis, Design,
Development, Implementation dan Evaluation (Endang
Mulyatiningsih, 2011:184). Berikut ini adalah penjelasan untuk setiap tahap-tahap dalam model pengembangan tersebut (Dewi Padmo dkk., 2004:418-423).
1) Tahap analisis (analysis)
23
ada pada kurikulum menjadi kompetensi-kompetensi khusus dan kemudian mengurutkannya.
2) Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan meliputi penyusunan kerangka struktur bahan ajar yang menggambarkan keseluruhan isi materi bahan ajar, dan perancangan alat evaluasi yang digunakan untuk menilai bahan ajar.
3) Tahap pengembangan (development)
Dalam tahap ini terdapat empat langkah yaitu pra penyusunan berupa kegiatan mengkaji referensi dan sumber pustaka yang akan digunakan, penyusunan, validasi, dan revisi.
4) Tahap implementasi (implementation)
Tahap implementasi yaitu uji coba kepada siswa dan guru untuk memperoleh masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam penggunaan LKS yaitu guru dan siswa.
5) Tahap evaluasi (evaluation)
Pada tahap ini dilakukan revisi berdasarkan masukan yang didapatkan pada saat pembelajaran serta dilakukan evaluasi menyangkut efektivitasnya
24 1) Memenuhi kriteria valid.
Valid berarti sesuai dengan cara atau ketentuan yang seharusnya yang merujuk pada bahan ajar tersebut dikembangkan sesuai dengan teoritiknya.
2) Memenuhi kriteria praktis.
Praktis dapat diartikan bahwa bahan ajar sesuai dengan praktik dan dapat memberikan kemudahan dalam penggunaannya. Aspek kepraktisan merujuk pada bahan ajar yang dikembangkan dapat diterapkan di lapangan.
3) Memenuhi kriteria efektif.
Efektif berarti bahan ajar membawa pengaruh atau hasil sesuai dengan tujuan. Aspek keefektifan dikaitkan dengan bahan ajar tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan harapan berdasarkan pengalaman menggunakan bahan ajar tersebut.
Dikarenakan LKS merupakan bahan ajar maka LKS juga harus memenuhi kriteria valid, partis dan juga efektif. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap aspek yang akan digunakan dalam pengembangan LKS pada penelitian ini.
1) Kriteria Valid
25 a) Syarat didaktik
Persyaratan didaktik artinya LKS harus mengikuti asas-asas pembelajaran yang efektif, antara lain:
a. memperhatikan perbedaan individual, sehingga LKS dapat digunakan oleh siswa yang lamban maupun siswa yang pandai,
b. menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu bukan sebagai alat memberi tahu
c. memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa misalnya yaitu menulis, menggambar, berdialog dengan temannya, menggunakan alat, menyentuh benda nyata dan sebagainya
d. dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada siswa
e. pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran. b) Syarat kontruksi
26
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa.
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas, yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) menghindari kalimat kompleks 2) menghindari kata-kata tidak jelas misalnya “mungkin”, “kira-kira” atau “pada suatu hari” 3)
menghindari kalimat negatif dan kalimat negatif ganda 4) menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.
c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
e. Sumber acuan sesuai dengan kemampuan keterbacaan siswa.
f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis atau menggambar pada LKS.
g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. i. Mencantumkan tujuan belajar yang bermanfaat sebagai
sumber motivasi.
27 c) Syarat teknis
a. Mengenai tulisan, yaitu 1) menggunakan huruf cetak bukan huruf latin maupun romawi 2) menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik 3) dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata 4) menggunakan bingkain untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa 5) perbandingan besarnya huruf dan besarnya gambar serasi.
b. Mengenai gambar, yaitu menggunakan gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada siswa.
c. Mengenai penampilan, yaitu menggunakan kombinasi antara gambar dan tulisan.
2) Kriteria Praktis
LKS dikatakan praktis apabila siswa dan guru memberikan respon baik terhadap kebermanfaatan dan kemudahan dalam penggunaannya. 3) Kriteria Efektif
LKS dikatakan efektif apabila membawa pengaruh atau hasil sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai yaitu ketuntasan klasikal tes hasil belajar yang baik.
4. Pendekatan Problem Posing
28
pendapat Lin, Pi-Jen (2004:257) yang menyatakan problem posing adalah tugas yang dirancang oleh guru yang menuntut siswa untuk mengajukan satu atau lebih permasalahan berdasarkan cerita atau gambar yang diberikan oleh guru. Pendapat tersebut diperkuat oleh Silver (Irwan,dkk., 2010:617) yang mengungkapkan bahwa problem posing merupakan aktivitas yang meliputi merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya.
Secara lebih rinci Silver (Ali Mahmudi, 2008:4-6) mengklasifikasikan aktivitas kognitif pada problem posing sebagai berikut.
1) Pre-solution posing, yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi yang diberikan.
2) Within-solution posing, yaitu pembuatan soal dari soal yang sedang dikerjakan yang bertujuan untuk menyederhanakan soal yang kompleks sehingga mempermudah penyelesaian soal semula.
29
semula, 3) mengubah nilai data yang diberikan, tetapi mempertahankan kondisi soal semula, dan 4) mengubah kondisi soal semula, tetapi mempertahankan data pada soal semula.
Sedangkan Reda Abu-Elwan El Sayed mengklasifikasi situasi yang diberikan dalam problem posing menjadi tiga jenis sebagai berikut.
1) Free problem posing situation (situasi bebas pada problem posing), yaitu siswa diminta untuk membuat soal berdasarkan kehidupan sehari hari baik di dalam ataupun di luar sekolah secara bebas. Contohnya yaitu siswa diminta untuk membuat soal yang sederhana atau sulit, soal untuk kompetisi matematika, soal yang disukai, soal untuk teman atau soal untuk hiburan,
2) Semi-structured problem posing (problem posing semi-terstruktur),
yaitu siswa diberikan situasi yang terbuka dan diminta untuk mengeksplor situasi tersebut menggunakan pengetahuan, keterampilan, konsep yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan bentuk soal terbuka, membuat soal sejenis dengan soal yang diberikan, soal dengan situasi sejenis, soal dengan teori tertentu atau soal yang dibentuk berdasarkan gambar.
3) Structured problem posing (problem posing terstruktur) yaitu
30
Jadi problem posing merupakan suatu pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada pembuatan soal oleh siswa berdasarkan situasi yang diberikan, menguraikan soal yang kompleks menjadi lebih sederhana, atau memodifikasi soal yang sudah diketahui.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan problem posing menurut Era Budi Waluyo dan Mintohari (2013:1) adalah sebagai berikut. 1) Persiapan, yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan menggali
pengetahuan awal siswa mengenai materi.
2) Pemahaman, yaitu penjelasan singkat guru mengenai materi yang akan dipelajari siswa.
3) Situasi masalah, yaitu pemberian situasi masalah atau informasi terbuka pada siswa yang berupa teks ataupun gambar.
4) Pengajuan masalah, yaitu siswa mengajukan pertanyaan dari situasi masalah atau informasi terbuka yang diberikan oleh guru.
5) Pemecahan masalah, yaitu siswa memberikan jawaban atau penyelesaian soal dari pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa. 6) Verifikasi, yaitu mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
31
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari materi SPLDV pada kelas VIII Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Memahami sistem
per-samaan linear dua variabel dan meng-gunakannya dalam pe-mecahan masalah
2.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
2.2 Membuat matematika model dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3 Menyelesaikan model matematika
dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya
(BSNP, 2006:143)
Berikut ini merupakan materi SPLDV.
a. Definisi Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)
Persamaan adalah kalimat terbuka yang terdapat hubungan sama dengan. Persamaan linear adalah persamaan yang variabelnya berpangkat satu. Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang memiliki dua variabel. Persamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk:
32
b. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Sistem persamaan adalah sebuah himpunan persamaan-persamaan yang melibatkan variabel-variabel yang sama. Apabila terdapat dua persamaan dan atau biasa ditulis
maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linear dua variabel. Solusi dari sistem persamaan linear dua variabel adalah pasangan nilai-nilai pengganti variabel yang membuat persamaan-persamaan dalam sistem tersebut menjadi pernyataan yang bernilai benar. Solusi dari sistem persamaan dua variabel dapat ditulis sebagai pasangan terurut. Menyelesaikan sistem persamaan persamaan linear dua variabel berarti mencari semua solusi dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut (Barnett et al., 2011:424).
Berikut ini beberapa cara untuk menentukan solusi atau penyelesaian SPLDV:
1) Menyelesaikan SPLDV dengan Menggunakan Grafik
33 a) Menggambar grafik
Gambar grafik sesuai dengan setiap persamaan dengan menentukan nilai sebagai fungsi . Grafik digambar pada sistem koordinat yang sama.
b) Menentukan koordinat titik potong
Solusi dari SPLDV tersebut adalah koordinat dari titik potong pada grafik tersebut.
Pada SPLDV, terdapat kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut (James Stewart et al., 2004:451).
a) SPLDV mempunyai tepat satu solusi
SPLDV mempunyai tepat satu solusi apabila garis-garis pada grafik berpotongan pada satu titik.
Gambar 1. Garis-garis Berpotongan pada Tepat Satu Titik
b) SPLDV tidak mempunyai solusi
34
Gambar 2. Garis-garis Sejajar c) SPLDV mempunyai banyak tak hingga solusi
SPLDV mempunyai banyak tak hingga solusi apabila garis-garis pada grafik berimpit.
Gambar 3. Garis-garis Berimpit 2) Menyelesaikan SPLDV dengan Cara Subtitusi
35
Untuk lebih jelasnya berikut ini langkah-langkah dalam menetukan solusi SPLDV dengan cara subtitusi.
a) Menyatakan variabel ke dalam variabel lain
Pilih salah satu persamaan. Andaikan variabel dalam persamaan adalah dan . Nyatakan variabel dalam atau nyatakan variabel dalam .
b) Subtitusi
Andai yang dipilih variabel dalam y, maka subtitusikan variabel dalam tersebut dengan variabel pada persamaan yang lain. Namun, apabila yang dipilih variabel dalam , maka subtitusikan variabel dalam tersebut dengan variabel pada persamaan yang lain. Setelah itu selesaikan persamaan sehingga didapat variabel dalam suatu bilangan.
c) Subtitusikan kembali
Subtitusikan bilangan yang didapat pada langkah kedua pada persamaan yang didapat pada langkah pertama untuk mendapatkan nilai variabel yang lain.
Apabila langkah-langkah tersebut gagal, maka terdapat dua kemungkinan yaitu sistem persamaan linear dua variabel tersebut mempunyai banyak tak hingga solusi atau tidak mempunyai solusi. Andai suatu persamaan linear dua variabel adalah
36
maka persamaan linear dua variabel yang mempunyai banyak tak hingga solusi mempunyai ciri-ciri
f
menyelesaikan persamaan linear dua variabel yang demikian dapat menggunakan metode grafik. Persamaan linear dua variabel yang tidak mempunyai solusi mempunyai ciri-ciri
f
3) Menyelesaikan SPLDV dengan Cara Eliminasi
Untuk menyelesaikan SPLDV dengan cara eliminasi yaitu mengkombinasikan persamaan-persamaan menggunakan penjumlahan atau selisih sehingga salah satu variabel dapat dieliminasi. Berikut ini langkah-langkah menetukan solusi SPLDV dengan cara eliminasi.
a) Sesuaikan koefisien
Kalikan atau bagi satu atau lebih persamaan dengan bilangan yang tepat sehingga ada variabel yang mempunyai koefisien sama atau berlawanan.
b) Jumlahkan atau kurangkan persamaan-persamaan
Apabila koefisien salah satu variabel berlawanan, maka jumlahkan persamaan-persamaan tersebut. Namun, apabila koefisien salah satu variabel sama, maka kurangkan persamaan-persamaan tersebut.
37
6. Pembelajaran Matematika menggunakan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing
Pembelajaran matematika adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui kegiatan belajar mengenai logika mengenai bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep. Hal tersebut dilakuan dengan mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan siswa belajar. Salah satunya yaitu dengan penggunaan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan bahan dan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan dan sarana tersebut dapat berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Kokom (2013:193) RPP adalah penjabaran dari silabus yang telah disusun yang mencerminkan kegiatan yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Sedangkan LKS adalah bahan ajar untuk membantu siswa belajar yang berisi rangkaian kegiatan atau tugas yang dikerjakan oleh siswa dan dilengkapi petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas tersebut. Perangkat pembelajaran biasanya dikembangkan dengan suatu pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan yaitu pendekatan problem posing.
Jadi problem posing merupakan suatu pendekatan yang dapat
38
pembuatan soal oleh siswa berdasarkan situasi yang diberikan, menguraikan soal yang kompleks menjadi lebih sederhana, atau memodifikasi soal yang sudah diketahui. Langkah-langkah dalam pembelajaran problem posing yaitu persiapan, pemahaman, situasi masalah, pengajuan masalah, pemecahan masalah, dan verifikasi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah pembelajaran matematika yang menggunakan
perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan mengacu pada pendekatan problem posing yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk pembuatan soal oleh siswa berdasarkan situasi yang diberikan, menguraikan soal yang kompleks menjadi lebih sederhana, atau memodifikasi soal yang sudah diketahui sesuai dengan tingkat kesukaran dan tingkat pemahaman masing-masing siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian mengenai hasil-hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang relevan tersebut adalah sebagai berikut.
39
penelitian pengembangan yaitu pengembangan dilakukan dengan model ADDIE dan kualitas LKS dilihat dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Kualitas LKS dilihat dari aspek kevalidan termasuk dalam kategori baik dengan perolehan skor total penilaian oleh ahli materi dan ahli media yaitu 111 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan aspek kepraktisan berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh skor total sebesar 2374 yang masuk dalam kategori baik dan dari hasil angket respon guru diperoleh skor total sebesar 179 yang masuk dalam kategori baik, sehingga dapat dikatakan bahwa derajat kepraktisan LKS adalah baik. Berdasarkan analisis hasil tes tertulis diketahui ketuntasan belajar klasikalnya mencapai 77,14% yang berarti baik dengan rata-rata kelas sebesar 81,89 sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
40
dari aspek penyajian materi dalam kategori sangat baik dengan persentase 90,207% dan dari aspek manfaat dalam kategori baik dengan persentase 87,083%.
3. Kerangka Berpikir
Perangkat pembelajaran adalah pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar (Poppy Kamalia Devi, dkk (2009:1). Pada kurikulum KTSP guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran, antara lain silabus, RPP, media atau bahan ajar secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, serta memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif (Poppy Kamalia Devi, 2009:1). Namun, kenyataan di lapangan beberapa guru masih kesulitan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga belum mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya perangkat pembelajaran berupa bahan ajar.
41
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar, oleh karena itu LKS harus mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui pendekatan yang digunakan dalam LKS. Namun kenyataannya LKS yang digunakan belum dikembangkan dengan suatu pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif secara mental, fisik, dan sosial adalah pendekatan problem posing (Tatag Yuli Eko S., 2004:76). Dengan pendekatan problem posing siswa dapat membuat soal sendiri berdasarkan situasi-situasi yang diberikan sesuai dengan tingkat kesukaran dan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Dengan demikian siswa lebih aktif dan dapat memahami materi yang diberikan dengan cara membuat soal sendiri.
42 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010:297) penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu serta menguji keefektifan produk yang telah dihasilkan tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungajwabkan (Sujadi, 2003:164). Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan yaitu perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk siswa SMP kelas VIII.
B. Desain Penelitian
Berikut ini langkah-langkah dalam pengembangan RPP. 1. Penyusunan Alat Evaluasi RPP
Peneliti menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk menilai RPP yang dikembangkan. Alat evaluasi disusun dengan memperhatikan komponen-komponen yang terdapat pada RPP.
2. Penyusunan RPP
43
a. Mencantumkan Identitas, SK, KD, dan Indikator.
Identitas terdiri nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. SK, KD, dan Indikator dikutip dari silabus.
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan hasil langsung dari suatu kegiatan pembelajaran. c. Menentukan Materi Pelajaran
Penentuan materi pelajaran dapat mengacu pada indikator. d. Menentukan Metode Pembelajaran
e. Menentukan Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pendahuluan, yang terdiri dari orientasi, apersepsi, motivasi, pemberian acuan, dan pembagian kelompok apabila pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok.
2) Kegiatan inti berupa kegiatan eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi.
3) Kegiatan penutup dapat berupa kegiatan menyimpulkan, merangkum, memberikan tugas sebagai bagian remedial ataupun pengayaan.
f. Memilih Sumber Belajar g. Menentukan Penilaian
44 3. Validasi
Setelah RPP tersusun, selanjutnya RPP dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan kemudian divalidasi oleh dosen.
4. Revisi
Berdasarkan hasil validasi maka akan diadakan perbaikan atau revisi sesuai saran dan masukan dari validator menghasilkan RPP hasil revisi. Untuk pengembangan LKS dengan pendekatan problem posing dilakukan melalui beberapa tahap yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation atau disingkat sebagai ADDIE (Dewi Padmo dkk., 2004:418-423).
1. Tahap analisis (analysis)
Pada tahap analisis terdapat tiga jenis kegiatan yang dilakukan yaitu analisis kurikulum, analisis karakteristik siswa, dan analisis instruksional. a. Analisis kurikulum
45 b. Analisis karakteristik siswa
Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa yang akan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. c. Analisis instruksional
Analisis instruksional dilakukan dengan cara menjabarkan SK dan KD ke dalam indikator-indikator yang harus dicapai pada pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan problem posing yang akan dikembangkan.
2. Tahap perancangan (design)
a. Penyusunan kerangka struktur LKS (outline)
Berdasarkan penjabaran SK dan KD hasils analisis instruksional, langkah selanjutnya yaitu menyusun kerangka isi LKS secara utuh yang menggambarkan keseluruhan isi materi yang tercakup dalam LKS serta urutan penyajiannya.
b. Perancangan alat evaluasi
Peneliti menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk menilai LKS yang dikembangkan. Alat evaluasi disusun dengan memperhatikan aspek-aspek yang harus dipenuhi LKS yaitu aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
3. Tahap pengembangan (development)
46
Peneliti melakukan kajian referensi dan sumber pustaka serta menyiapkan segala keperluan.
b. Penyusunan
Penyusunan dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan outline yang telah disusun menghasilkan LKS produk awal. Selain penyusunan LKS, juga disusun kunci jawaban LKS.
c. Validasi
LKS produk awal dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, Setelah itu, divalidasi oleh dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru matematika. Validasi ini dimaksudkan untuk memperoleh saran dan masukkan untuk penyempurnaan.
d. Revisi
Berdasarkan hasil validasi maka akan diadakan perbaikan atau revisi sesuai saran dan masukan dari validator menghasilkan LKS hasil revisi I.
4. Tahap implementasi (implementation)
47 5. Tahap evaluasi (evaluation)
Pada tahap evaluasi dilakukan revisi berdasarkan masukan yang didapatkan pada saat pembelajaran dan respon guru juga respon siswa. Selain itu juga dilakukan analisis mengenai keefektifan LKS yang ditinjau dari tes hasil belajar siswa.
Gambar 4. Pengembangan LKS adaptasi dari Dewi Padmo, dkk. 1. Analisis kurikulum
2. Analisis karakteristik siswa 3. Analisis instruksional
A
Analysis
1. Penyusunan kerangka struktur LKS 2. Perancangan alat evaluasi
2. Respon siswa dan guru
48 C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Patimuan kelas VIII f. 2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian pengembangan ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
E. Jenis Data
Dalam penelitian ini terdapat empat jenis data, yaitu sebagai berikut.
1. Data proses pengembangan perangkat pembelajaran. Data ini merupakan data deskriptif yang diperoleh dari tahap-tahap pengembangan RPP dan pengembangan LKS dengan desain penelitian ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation).
2. Data kevalidan RPP. Data ini diperoleh dari hasil validasi dosen dan guru matematika.
49
klasifikasi sangat baik (SB), baik (B), tidak baik (TB) atau sangat tidak baik (STB).
4. Data kepraktisan LKS. Data kepraktisan LKS diperoleh dari angket respon siswa dan guru. Data tersebut berupa skor dari 1 sampai 4 yang merepresentasikan Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), atau Sangat Setuju (SS).
5. Data keefektifan LKS. Data ini diperoleh dari analisis tes hasil belajar siswa.
F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Angket
Lembar angket meliputi: a) Angket validasi RPP
Angket validasi RPP digunakan untuk memperoleh data validasi dari dosen ahli dan guru matematika terhadap RPP yang dikembangkan.
b) Angket validasi LKS
Instrumen angket ini digunakan untuk memperoleh data validasi dari dosen ahli dan guru matematika terhadap LKS yang dikembangkan. Angket yang digunakan untuk mendapatkan data kelayakan LKS ditinjau dari aspek kesesuaian LKS dengan pendekatan problem posing, kualitas isi materi LKS, kesesuaian LKS dengan syarat
50 c) Angket respon siswa dan respon guru
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKS dengan pendekatan problem posing. Angket respon guru digunakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap LKS dengan pendekatan problem posing dan juga . Pengisian angket dilaksanakan setelah seluruh proses pembelajaran dengan menggunakan LKS selesai dilakukan. Angket ini terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). 2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mendapatkan data perbaikan perangkat yang dikembangkan setelah dilakukan pembelajaran. Peneliti melakukan pencatatan untuk setiap kali dilaksanakan pembelajaran. Pencatatan tersebut berasal dari kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran.
3. Tes Hasil Belajar
Instrumen tes digunakan sebagai penentu ketuntasan pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS. Soal tes terdiri dari lima soal yang mewakili indikator pencapaian materi. Dari hasil tes akan didapatkan persentase ketuntasan klasikal peserta didik untuk menentukan klasifikasi keefektifan LKS.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis data validasi RPP dan LKS
51
a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan pedoman Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Aturan Pemberian Skor Angket Validasi
Klasifikasi Skor
Sangat Baik (SB) 4
Baik (B) 3
Tidak Baik (TB) 2
Sangat Tidak Baik (STB) 1
b. Menghitung rata-rata skor dari setiap komponen aspek penilaian dengan menggunakan rumus:
̅ ∑
Keterangan :
̅ : rata-rata skor
: banyak butir pertanyaan
: skor pada butir pertanyaan ke-
c. Mengkonversi skor rata-rata menjadi skala nilai empat menurut S. Eko Putro Widoyoko (2014:111-112).
Skor tertinggi (ideal) 4 (sangat baik) Skor terendah 1 (sangat tidak baik)
Jumlah kelas 4 (sangat baik sampai sangat tidak baik)
Jarak interval
52
Berdasarkan data tersebut dapat disusun Tabel 3 mengenai klasifikasi penilaian RPP dan LKS.
Tabel 3. Klasifikasi Kategori Penilaian Data Validasi
No Rentang Skor Klasifikasi
1. ̅ Sangat Baik 2. ̅ Baik 3. ̅ Tidak Baik 4. ̅ Sangat Tidak Baik Menurut Ifrokhatul Fuat (2011:19) dalam pembelajaran, LKS yang digunakan hendaknya LKS yang memiliki kualitas baik. LKS yang dikembangkan dikatakan memiliki kualitas yang baik jika penilaian dari ahli yang dicapai minimal termasuk dalam kategori baik (Dian Andarwati, 2013:168). Oleh karena itu, dalam penelitian ini LKS dikatakan valid apabila memenuhi klasifikasi penilaian LKS minimal baik.
2. Analisis data angket respon siswa dan guru
Angket respon digunakan untuk memperoleh data kepraktisan penggunaan LKS. Berikut ini langkah-langkah untuk mendapatkan data tersebut.
53 1) Untuk pernyataan positif
Tabel 4. Aturan Pemberian Skor Angket Respon untuk Pernyataan Positif
Klasifikasi Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
2) Untuk pernyataan negatif
Tabel 5. Aturan Pemberian Skor Angket Respon untuk Pernyataan Negatif
Klasifikasi Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4
b. Menghitung rata-rata skor dari setiap komponen aspek penilaian dengan menggunakan rumus:
̅ ∑
Keterangan :
̅ : rata-rata skor
: banyak butir pertanyaan
: skor pada butir pertanyaan ke-
54 Skor tertinggi (ideal) 4
Skor terendah 1
Jumlah kelas 4
Jarak interval
Berdasarkan data tersebut dapat disusun Tabel 6 mengenai klasifikasi hasil angket respon.
Tabel 6. Klasifikasi Kategori Penilaian Data Respon
No Rentang Skor Klasifikasi
1. ̅ Sangat Baik 2. ̅ Baik 3. ̅ Tidak Baik 4. ̅ Sangat Tidak Baik Dalam penelitian ini, LKS dikatakan praktis apabila memenuhi klasifikasi penilaian LKS minimal baik.
3. Analisis data tes hasil belajar siswa
Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan nilai keefektifan LKS. Data tersebut didapatkan dengan menganalisis hasil tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa pada akhir penelitian. Langkah-langkah analisis data tes hasil belajar adalah sebagai berikut.
a. Menghitung skor tes hasil belajar setiap siswa.
55
c. Mempersentase ketuntasan belajar secara klasikal dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
: persentase kelulusan siswa secara klasikal : banyak siswa yang tuntas KKM
: banyak seluruh siswa
114
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Ali Mahmudi. (2008). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah, Seminar Nasional Matematika. Bandung: FMIPA UNPAD
Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Mencipatakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: DIVA Press
Angel Rorimpandey. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Problem Posing terhadap Hasil Pembelajaran pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Thesis. PPs-Universitas Negeri Manado
Auffmann, et al. (2008). College Algebra Seventh Edition. United States of America: Nelson Education. Ltd
Barnet, et al. (2011). College Algebra Ninth Edition. New York : McGraww-Hill BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Kemendiknas
BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kompas Gramedia
Depdiknas. (2007). Pedoman Memilih Menyusun Bahan Ajar dan Teks Mata Pelajaran. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia
Depdiknas. (2008). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Pengembangan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: BP Cipta Jaya
Dewi Padmo, Tian Belawati, Purwanto. (2004). Teknologi Pembelajaran (Peningkatan Kualitas Belajar Melalui Teknologi Pembelajaran). Jakarta: Pustekkom
115
Membelajarkan Topik Trigonometri pada Siswa Kelas X SMA. Makalah, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY
Endang Mulyatiningsih. (2011). Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press
Era Budi Waluyo dan Mintohari. (2013). Penerapan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Siswa SD. Jurnal, JPGSD. Vol 01(02)
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Hendro Darmodjo & Jenny RE Kaligis. 1992. Pendidikan IPA. Jakarta: Depdikbud
Ifrokhatul Fuat. (2011). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Aspek Kimia untuk SMP/MTs Kleas VIII Semester I Materi Pokok Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. PPs-UPI
Irwan,dkk., (2010). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa melalui Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create and Share (SSCS). Prosiding, Seminar Nasional. FMIPA UNY
Kokom Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Lin, Pi-Jen. (2004). Supporting Teachers On Designing Problem-Posing Tasks As A Tool Of Assessment To Understand Students’ Mathematical Learning. Proceedings, 28th Conference of the International. Vol. 3. Pp. 257-264
M. Djauhar Siddiq, dkk. (2008). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS
Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. rev.ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nieveen, Nienke. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. London: Kluwer Academic Publisher
Nyoman Dantes. (2008). Pengembangan Bahan Ajar dalam Kaitan dengan Implementasi KTSP. Makalah, Workshop Pengembangan Bahan Ajar PGRI. Karangasem: Universitas Pendidikan Ganesha
116
Poppy Kamalia Devi, Dkk. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Bandung: P4TK IPA
Reda Abu-Elwan El Sayed. (2010). Effectiveness of Problem Posing Strategies on
Prospective Mathematics Teachers’ Problem Solving Performance.
Diakses dari http://math.unipa.it/~grim/AAbuElwan1-6 pada tanggal 3 Juni 2014, Jam 11.45 WIB
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik.Yogyakarta: UNY Press
S. Eko Putro Widoyoko. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sri Rumini. (2006). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Stewart, James, et al. (2004). College Algebra Fifth Edition. United States of America: Nelson Education. Ltd
Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suhadi. (2007). Petunjuk Perangkat Pembelajaran. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Sujadi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta Syaiful Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Tatag Yuli Eko Siswono. (2004). Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pengajuan Masalah (Problem Posing). Makalah, Konferensi Nasional Matematika XII. Denpasar: Universitas Udayana
Tatag Yuli Eko Siswono. (2006). Implementasi Teori Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Dalam Matematika. Prosiding, Seminar Konferensi Nasional Matematika XIII. Semarang: FMIPA UNY
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum KTSP. Jakarta: Bumi Aksara