• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN (1-10) MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL PADA KELOMPOK A DI TK PKK 106 MERTEN SANDEN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN (1-10) MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL PADA KELOMPOK A DI TK PKK 106 MERTEN SANDEN BANTUL."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN (1-10) MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL PADA KELOMPOK A

DI TK PKK 106 MERTEN SANDEN BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Noor Arinda Fauziah Rizqi NIM 13111241041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN (1-10) MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL PADA KELOMPOK A

DI TK PKK 106 MERTEN SANDEN BANTUL

Oleh :

Noor Arinda Fauziah Rizqi NIM 13111241041

ABSTRAK

Kemampuan berhitung anak Kelompok A belum optimal karena pembelajaran belum menggunakan media objek nyata. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui media papan flanel.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan model Kemmis dan Taggart. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah anak TK Kelompok A usia 4-5 tahun yang berjumlah 18 anak, terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan di TK PKK 106 Merten. Obyek penelitian ini yaitu kemampuan berhitung (1-10) melalui media papan flanel. Metode pengumpulan data adalah observasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase disetiap indikator yang dinilai. Berdasarkan kriteria Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan Berkembang Sangat Baik (BSB) maka persentase pencapaian anak dalam satu kelas untuk indikator membilang dengan menunjuk benda (1-10) pada pra siklus yaitu 50% (MB), Siklus I 70,82% (BSH) dan Siklus II 90,3% (BSB). Indikator membuat urutan bilangan (1-10) pada pra siklus 44,44% (MB), Siklus I 64,58% (BSH) dan Siklus II 83,63% (BSB). Indikator menunjukkan lambang bilangan (1-10) pada pra siklus 45,83% (MB), Siklus I 68,05% (BSH) dan Siklus II 88,19% (BSB). Indikator memasangkan benda dengan lambang bilangan (1-10) pada pra siklus 38,88% (MB), Siklus I 62,49% (BSH) dan Siklus II 84,34% (BSB). Dapat disimpulkan bahwa media papan flanel meningkatkan kemampuan berhitung anak.

(3)

iii

IMPROVING THE ABILITY OF COUNTING (1-10) THROUGH FLANNEL BOARD MEDIA IN TK PKK 106 SANDEN BANTUL

By:

Noor Arinda Fauziah Rizqi NIM 13111241041

ABSTRACT

This research aims to improve the ability of basic counting (1-10) which is not optimal yet in TK PKK 106 Merten.

This type of research is a collaborative classroom action research with Kemmis and Taggart model. The study was conducted in two cycles, and it consist of planning, implementation, observation and reflection. The subjects of the study were 4-5 years old A-age group children, they consisted by 7 boys and 11 girls. The object of this research is the ability of basic count (1-10) through flannel board media. The method of data collection is observation. Descriptive quantitative is used in this research as data analysis.

The results showed there is an increase in the percentage of each indicator that assessed. The sum of children reaching the indicator counts by pointing objects (1-10) in the pre cycle of 50% (starting to grow), Cycle I 70.82% (developing as expected) and Cycle II 90.3% (growing very well). The children achieving the indicator makes the sequence of numbers (1-10) in the pre cycle of 44.44% (starting to grow), Cycle I 64.58% (developing as expected) and Cycle II 83.63% (growing very well). The children achieving the indicator shows the number symbols (1-10) in the 45.83% pre cycle, Cycle I 68.05% (evolves as expected) and Cycle II 88.19% (very well developed). The children who achieve the indicator pairing the object with the number symbols (1-10) in the 38.88% pre cycle (start developing), Cycle I 62.49% (developing as expected) and Cycle II 84.34% (growing very well). It can be concluded that the flannel board media improves the ability to basis count on children.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas berkat Rahmat Allah SWT kupersembahkan karya tulis ini untuk: 1. Bapak dan Ibuku tercinta atas doa dan dukungannya.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10) Melalui Media Papan Flanel pada Kelompok A di TK

PKK 106 Merten Sanden Bantul” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas

Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Nur Cholimah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak, Ibu selaku Ketua Penguji, Sekretaris dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Bapak Joko Pamungkas M.Pd, selaku Ketua Jurusan PAUD dan Ketua Program Studi PG-PAUD beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Ibu Wuri Hastuti, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK PKK 106 Merten yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

(10)
(11)

xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 10

1. Kemampuan Berhitung Permulaan ... 10

2. Media Papan Flanel ... 18

3. Karakteristik Perkembangan Kognitif Kelompok A ... 23

B. Hasil Penelitian Relevan ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tindakan ... 35

G.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 42

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 45

(12)

xii

B. Pembahasan ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 71

B .Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA... 74

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Permulaan pada

Kelompok A ... 43 Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Berhitung Permulaan pada

Aspek Mengenal Konsep Bilangan 1-10 dengan Media Papan

Flanel... 43 Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Berhitung Permulaan pada

Aspek Mengenal Konsep Bilangan 1-10 dengan Media Papan Flanel ... 44 Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pra siklus Kemampuan Berhitung Permulaan

(1-10)... 48 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

Siklus I ... 55 Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

Pra Siklus dan Siklus I ... 56 Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

Siklus II ... 63 Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

Siklus I dan Siklus II ... 63 Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerja Penelitian ... 34

Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Taggart ... 36

Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Pra Siklus dan Siklus I ... 56

Gambar 4. Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II ... 64

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian……… 78

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ………. 81

Lampiran 3. Hasil Penelitian…...……….. 122

Lampiran 4. Foto Penelitian …...……….. 138

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masa usia dini merupakan masa usia emas (the golden age) yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi multi kecerdasan yang dimiliki anak (Rasyid, dkk., 2009: 64). Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi tersebut yaitu melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting bagi pendidikan selanjutnya. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 telah ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(17)

2

Tujuan dari penyelenggaraan Taman Kanak-kanak yaitu membantu peserta didik mengembangkan potensi psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Semua potensi tersebut perlu dioptimalkan sejak dini, begitu pula pada perkembangan kognitif. Menurut Witherington (Susanto, 2011: 53) perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Suyanto (2005: 53) kemampuan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir.

(18)

3

berbagai media maupun metode yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Pembelajaran berhitung yang dilakukan secara menyenangkan akan membuat anak semakin terlatih dan berkembang sehingga anak mampu menguasai serta menyenangi berhitung. Mengacu pada hasil penelitian Jean Piaget (Susanto, 100: 2011), tahapan berhitung permulaan pada anak usia dini meliputi tahap konsep, tahap transisi serta tahap lambang. Ketiga tahapan ini dimulai dari memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang bilangan. Selain itu, menurut Jean Piaget (Hartati, 2005: 68), tahap perkembangan kognitif anak terdapat empat tahap yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11-18 tahun). Anak usia TK berada pada tahap pra operasional karena pada tahap ini anak belum dapat berpikir abstrak sehingga dalam pengenalan suatu pembelajaran diperlukan benda-benda konkret.

(19)

4

bilangan belum pada tahap operasi bilangan. Hal ini dikarenakan anak belum memahami betul konsep bilanngan dan lambang bilangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bilangan berarti jumlah; banyaknya benda: satuan jumlah. Sedangkan menurut Sudaryanti (2006: 1) bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk ke dalam unsur yang tidak didefinisikan. Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Jadi, angka hanya notasi tertulis dari sebuah bilangan.

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repubik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 dijelaskan bahwa anak pada usia empat sampai lima tahun pada lingkup perkembangan kognitif khususnya pada kemampuan membilang, mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan, standar tingkat pencapaian perkembangan anak meliputi membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, serta mengenal lambang bilangan. Tingkat pencapaian perkembangan tersebut dapat dikembangkan lagi ke dalam indikator-indikator. Indikator untuk usia 4-5 tahun dalam dalam mengenal konsep bilangan, anak seharusnya sudah mampu membilang dengan menunjuk benda (1-10) dan membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda. Pada aspek mengenal lambang bilangan anak seharusnya sudah mampu menunjukkan lambang bilangan 1-10 serta menghubungkan benda-benda konkret dengan lambang bilangan 1-10.

(20)

5

pada kemampuan mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan. Masih banyak anak Kelompok A yang belum optimal dalam pencapaian tahapan ini. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 18 anak dalam satu kelas hanya 3 anak yang mampu mengenal konsep bilangan (1-10) dengan baik, 5 anak dalam kategori cukup dan 10 anak dalam kategori kurang. Untuk kemampuan mengenal lambang bilangan hanya 3 anak yang mampu menunjukkan lambang bilangan (1-10) dengan baik, sedangkan 6 anak dalam kategori cukup dan 9 anak dalam kategori kurang. Berdasar hasil pengamatan, ketika diminta maju untuk berhitung, bilangan atau benda yang ditunjuk anak masih ada yang terlewati sehingga antara bilangan yang diucapkan dengan yang dihitung anak belum sesuai. Saat diminta untuk menyebutkan lambang bilangan 1-10, anak juga masih kesulitan dalam membedakan bentuk angka. Selama proses observasi, pembelajaran dalam kaitannya dengan berhitung permulaan di TK PKK 106 Merten, media yang digunakan sering menggunakan lembar kerja anak (LKA).

(21)

6

dahulu. Setelah itu anak dilatih menghubungkan antara jumlah benda dengan simbol bilangan.

Dari permasalahan ini, maka perbaikan dalam pembelajaran berhitung permulaan perlu dilakukan terutama dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan. Media yang diberikan dalam pembelajaran berhitung kepada anak perlu diperbaiki lagi sehingga anak menjadi tertarik serta kemampuan berhitung permulaannya akan meningkat. Untuk mengatasi permasalah ini penulis bermaksud untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada Kelompok A di TK PKK 106 Merten Sanden Bantul menggunakan media papan flanel. Media belajar anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan. Pada prinsipnya media berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang kompleks (Suyanto, 2005: 144).

(22)

7

Media papan flanel memberikan keuntungan bagi guru maupun siswa. Bagi guru, keuntungan dari media papan flanel ini adalah mempermudah pengajar menjelaskan materi yang dibahas, dapat digunakan berkali-lali sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga, dapat dibuat sendiri oleh guru, serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk siswa, keuntungan papan flanel ini adalah membuat pembelajaran menjadi menarik, menjadikan siswa untuk belajar aktif, serta mempermudah pemahaman belajar. Selain itu, penggunaan media papan flanel juga telah dibuktikan pada penelitian Fitri Nurhayati yang berjudul Peningkatan Kemampuan Mengenal Angka Melalui Media Papan Flanel pada Anak Kelompok A di TK ABA Babakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menggunakan media papan flanel kemampuan menunjuk lambang bilangan 1-10 pada Siklus I menjadi 66,50% dan 84,08% pada Siklus II. Pada kemampuan menghubungkan lambang bilangan 1-10 pada Sikus I diperoleh hasil 68,08% dan 83,05% pada Siklus II. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media papan flanel sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan anak. Bedasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian

yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10) Melalui

Media Papan Flenel pada Kelompok A di TK PKK 106 Merten Sanden Bantul.”

B.Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan di bagian sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

(23)

8

2. Ketika diminta maju untuk berhitung, bilangan atau benda yang ditunjuk anak masih ada yang terlewati sehingga antara bilangan yang diucapkan dengan yang dihitung anak belum sesuai.

3. Kemampuan berhitung permulaan anak kelompok A di TK PKK 106 Merten belum berkembang optimal terutama dalam mengenal konsep bilangan 1-10 dan mengenal lambang bilangan 1-10.

4. Guru lebih sering menggunakan LKA disetiap proses kegiatan berhitung dan belum menggunakan media papan flanel.

C.Fokus Masalah

Berdasar pada masalah yang teridentifikasi, agar penelitian dapat lebih fokus maka perlu diadakan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada kemampuan berhitung permulaan (1-10) melalui media papan flanel pada Kelompok A di TK PKK 106 Merten Sanden Bantul.

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan

kemampuan berhitung permulaan (1-10) melalui papan flanel pada Kelompok A

di TK PKK 106 Merten Sanden Bantul?”

E.Tujuan Penelitian

(24)

9

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian tersebut, maka manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan berhitung permulaan melalui media papan flanel pada Kelompok A di TK PKK 106 Merten.

b. Memberikan kesempatan pada anak untuk belajar berhitung menggunakan metode yang menyenangkan.

c. Memotivasi anak untuk menyukai matematika sejak dini.

d. Menstimulasi perkembangan kognitif khususnya pada kemampuan matematika.

2. Bagi Guru

Bagi guru, penelitian ini menjadi gambaran dalam pembuatan media yang lebih inovatif agar anak tidak bosan dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran berhitung sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Menjadikan umpan balik bagi sekolah untuk mengadakan program pembelajaran berhitung permulaan (1-10) melalui media papan flanel.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

(25)

10

BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A.Kajian Pustaka

1. Kemampuan Berhitung Permulaan

a. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia (KBBI), berhitung yaitu mengerjakan hitungan seperti menjumlahkan, mengurangi dan sebagainya. Berhitung merupakan salah satu cabang matematika. Sedangkan menurut Suyanto (2005: 158), menghitung adalah menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu. Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya kelipatan dua, lima, atau sepuluh. Ada empat operasi dasar yang digunakan dalam menghitung, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun menurut Sudaryanti (2006: 18), untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang serta membandingkan sudah sangat baik. Selain itu, untuk mengenalkan penjumlahan maupun pengurangan hendaknya diberikan ketika anak sudah memahami betul konsep angka dan bilangan.

(26)

11

dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang juga merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Mengacu pada hasil penelitian Piaget, tahapan berhitung permulaan pada anak usia dini meliputi tahap konsep, tahap transisi serta tahap lambang. Ketiga tahapan ini dimulai dari memahami konsep matematika melalui benda konkret, kemudian menghubungkan benda-benda nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang bilangan. Adapun dalam KBBI yang dimaksud bilangan berarti jumlah; banyaknya benda: satuan jumlah. Sedangkan menurut Sudaryanti (2006: 1) bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefiniskan. Untuk menyatakan suatu bilangan dapat dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Angka merupakan notasi tertulis dari sebuah bilangan. Jika anak sudah menguasai konsep bilangan dan angka maka anak bisa diajarkan penjumlahan serta pengurangan. Kemampuan berhitung permulaan pada penelitian ini difokuskan dalam kemampuan mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan karena untuk mengajarkan operasi bilangan anak perlu memahami konsep bilangan dan lambang bilangan terlebih dahulu.

(27)

12

terdekatnya hingga sampai ke tahapan yang lebih kompleks seiring dengan tahap perkembangan anak. Anak dapat diajarkan dengan hal-hal yang sederhana terlebih dahulu seperti kegiatan membilang, mengenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan.

b. Indikator Berhitung Permulaan Kelompok A

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014, tingkat pencapaian perkembangan yang perlu dicapai anak dalam kaitannya dengan kemampuan berhitung permulaan terutama pada kegiatan mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan, pada usia 4-5 tahun meliputi membilang benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, serta mengenal lambang bilangan. Adapun indikator untuk usia 4-5 tahun dalam hal mengenal konsep bilangan yaitu anak seharusnya sudah mampu membilang dengan menunjuk benda 1-10 (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) dan membuat urutan bilangan 1-10. Sedangkan dalam hal mengenal lambang bilangan anak seharusnya sudah mampu menunjukkan lambang bilangan 1-10 serta menghubungkan benda-benda konkret dengan lambang bilangan 1-10. c. Tujuan Berhitung Permulaan

Menurut Depdiknas (2007: 1) mengajarkan berhitung permulaan memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini penejelasan dari tujuan pembelajaran berhitung di Taman Kanak-kanak bagi anak usia dini:

1) Tujuan Umum

(28)

13 2) Tujuan Khusus

a) Membiasakan anak untuk berpikir logis dan sistematis sejak dini. Hal ini dapat dimulai melalui pengamatan terhadap benda-benda konkret, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak. b) Anak dapat belajar menyesuaikan dan melibatkan diri dalam

kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.

c) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.

d) Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

e) Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa mengajarkan berhitung permulaan bertujuan untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan dasar bagi anak sehingga anak lebih siap untuk mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya, anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan keterampilan berhitung serta membiasakan anak untuk berpikir logis dan sistematis sejak dini.

d. Tahapan Berhitung Permulaan

(29)

masing-14

masinng tahapan tersebut. Berikut ini deskripsi dari masing-masing tahapan berhitung permulaan anak:

1. Tahap konsep atau pengertian

Tahap penguasaan konsep yaitu pemahaman tentang sesuatu dengan menggunakan benda serta peristiwa konkret seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.

2. Tahap transisi atau peralihan

Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang. Pada tahap ini anak benar-benar mulai memahami sesuatu. Tahap ini akan diberikan apabila anak sudah menguasai tahap konsep dengan baik yaitu saat anak mampu menghitung dengan tepat antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.

3. Tahap lambang

Tahap lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Pada tahap ini anak diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan yaitu berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan berhitung.

(30)

15

penguasaan tahapan ini dimulai dari memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang bilangan.

Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan berhitung permulaan pada kelompok A dapat dilakukan mulai dari tahap konsep (pengenalan benda-benda konkret), tahap transisi (peralihan dari pemahaman konkret ke arah pemahaman abstrak) serta tahap pengenalan lambang yang disesuaikan dengan tahap usia anak.

e. Prinsip-prinsip Berhitung Permulaan

Menurut Depdikas (2007: 2) berhitung permulaan pada anak dapat dikenalkan melalui permainan berhitung. Ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu (1) dimulai dari menghitung benda; (2) berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit; (3) anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri; (4) suasana yang menyenangkan; (5) bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh; (6) anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya, (7) evaluasi mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Selain prinsip-prinsip tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan berhitung pada anak, yaitu :

(31)

16

2) Apabila anak menunjukkan tingkah laku jenuh, diam, acuh atau mengalihkan perhatian pada hal lainnya, maka keadaan ini menunujukkan bahwa anak membutuhkan perhatian atau perlakuan yang lebih khusus dari guru.

Jadi, berdasarkan prinsip-prinsip berhitung tersebut, maka dalam mengajarkan berhitung pada anak dapat dimulai dari hal yang sederhana terlebih dahulu kemudian berlanjut pada hal yang lebih kompleks. Selain itu, sebagai pendidik maupun orangtua perlu juga memperhatikan karakteristik dan tingkat kemampuan anak. Sehingga materi berhitung yang diberikan dapat sesuai dengan tahap perkembangana anak.

f. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

(32)

17

Menurut Depdiknas (2007: 13) metode yang dapat digunakan dalam permainan berhitung antara lain :

1) Metode Bercerita

Metode bercerita merupakan metode yang dilakukan dengan cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Contoh penerapan metode ini yaitu bercerita dengan alat peraga, tanpa alat peraga serta dengan gambar-gambar. Cerita yang disampaikan dapat disesuaikan dengan tema pembelajaran yang dibahas pada hari tersebut.

2) Metode Bercakap-cakap

Metode bercakap-cakap adalah salah satu metode yang dilakukan dengan menyampaikan bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau anak dengan anak. Contoh penerapan metode ini yaitu bercakap-cakap bebas, bercakap-cakap berdasarkan gambar, bercakap-cakap berdasar tema.

3) Metode Tanya Jawab

(33)

18 4) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan dengan pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan guru.

5) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk mempertunjukkan atau memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.

6) Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode kegiatan dengan melakukan percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam mengajarkan berhitung permulaaan terdapat berbagai macam metode, seperti bercerita, tanya-jawab, pemberian tugas, bercakap-cakap, demonstrasi dan lain sebagainya. Untuk mengajarkan berhitung pada anak diperlukan metode yang menarik. Melalui metode yang menarik anak dapat belajar angka dengan suasana yang nyaman dan senang sehingga anak akan mudah dalam menerima materi pembelajaran. Pemilihan metode dapat divariasi dan disesuaikan dengan karakteristik anak.

2.Media Papan Flanel

a. Pengertian Media Pembelajaran

(34)

19

subjek yang mengajar. Agar komunikasi antara guru dan siswa dapat diterima dengan baik maka diperlukan adanya perantara yang disebut dengan media.

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medius yang berarti perantara atau pengantar (Arsyad, 2006: 3). Dalam bahasa

Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Kustandi dan Bambang Sutjipto, 2011: 7). Menurut Hujair yang dimaksud media pembelajaran yaitu sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 8), media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan semua alat fisik yang berguna untuk menyampaikan pesan ketika pembelajaran berlangsung sehingga dapat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Hujair (2013: 5) manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus yaitu sebagai alat pembelajaran bagi pegajar dan pembelajar. Adapun manfaat dari penggunaan media pembelajaran bagi pengajar maupun pembelar adalah:

1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar adalah :

a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan pembelajaran. b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.

(35)

20

d) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran. e) Membantu kecermatan, ketelitian penyajian materi pelajaran. f) Meningkatkan kualitas pengajar.

g) Membangitkan rasa percaya diri seorang pengajar. h) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar.

i) Menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik, sehingga memudahkan penyajian.

j) Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan serta tanpa tekanan.

2) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar adalah : a) Meningkatkan motivasi belajar bagi pembelajar.

b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar. c) Memudahkan pembelajar untuk belajar.

d) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.

e) Pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan, sertapembelajar dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.

Setelah diuraikan beberapa manfaat dari media pembelajaran, maka perlu juga diketahui mengenai fungsi dari media pembelajaran. Menurut Levis dan Lentz (Cecep Kustandi, dkk 2011: 19) terdapat empat fungsi media pembelajaran. Empat fungsi tersebut adalah fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Berikut ini penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut: 1) Fungsi Atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran, siswa tidak tertarik dengan materi yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.

2) Fungsi Afektif

(36)

21

dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau rasa.

3) Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi Kompensatoris

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Sementara itu, menurut Kemp dan Dayton (Arsyad dan Bambang S, 2011: 19) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media tersebut digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu dalam hal:

1) Memotivasi minat atau tindakan 2) Menyajikan informasi

3) Memberi instruksi

(37)

22

pembelajaran dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru media pembelajaran dapat mempermudah penyajian materi ajar. Sedangkan bagi siswa, media pembelajaran mempermudah anak memahami materi pembelajaran.

c. Pengertian Media Papan Flanel

Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah media visual, audio serta audiovisual. Penggunaan media pembelajaran di TK sangatlah membantu guru maupun anak. Salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK adalah media papan flanel. Menurut Hujair (2013: 70) papan flanel merupakan media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Bentuk papan flanel adalah papan yang berlapis kain flanel, sehingga gambar yang akan disajikan dapat dipakai berkali-kali. Gambar yang ditempelkan pada papan flanel tidak akan mudah lepas, karena adanya daya rekat yang tetap antara kain flanel atau kertas rempelas pada bagian belakang gambar dengan kain flanel papan flanel. Untuk kelas-kelas TK, papan flanel lebih efektif digunakan untuk menempelkan huruf dan angka-angka.

Sejalan dengan hal itu, menururut Daryanto (2012: 22), papan flanel sering juga disebut visual board, yaitu papan yang dilapisi kain flanel atau kain berbulu di mana pada papan tersebut diletakkan potongan gambar-gambar atau simbol dan angka lainnya. Gambar, simbol, atau angka tersebut biasanya disebut dengan item papan flanel.

(38)

23

dilapisi flanel serta dapat ditempeli gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

d. Keuntungan Papan Flanel

Penggunaan papan flanel dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan keuntungan. Menurut Hujair (2013: 71) keuntungan menggunakan papan flanel sebagai media pembelajaran adalah:

1) Memudahkan untuk menempelkan gambar. 2) Efisiensi waktu dan tenaga.

3) Menarik perhatian pembelajar.

4) Memudahkan pengajar menjelaskan materi pelajaran.

Adapun menurut Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 47) kelebihan dari papan flanel adalah:

1) Papan flanel dapat dibuat sendiri oleh guru. 2) Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.

3) Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan.

4) Dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatu sudah dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat sendiri secara langsung. Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media papan flanel memiliki banyak keuntungan dan kelebihan diantaranya yaitu membuat pembelajaran lebih efektif, dapat disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas dan dapat dipersiapkan terlebih dahulu.

3.Karakteristik Perkembangan Kogntif Kelompok A a. Pengertian Perkembangan Kognitif

(39)

24

inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Selanjutnya, menurut Witherington (Susanto, 2011: 53) mengemukakan bahwa kognitif adalah pikiran, melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi situasi untuk memecahkan masalah. Adapun yang dimaksud perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran.

Sejalan dengan hal itu, menurut Suyanto (2005: 53) perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran berkembang dan dapat digunakan untuk berfikir. Perkembangan kognitif berkaitan erat dengan fungsi otak yang digunakan untuk berfikir. Apabila fungsi dalam otak berkembang dengan baik maka proses berfikir seseorang juga akan baik. Proses berfikir digunakan untuk memahami pembelajaran maupun untuk melakukan hal-hal yang membutuhkan pemikiran.

Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah kemampuan memecahkan suatu permasalahan yang dapat bekaitan dengan angka, hubungan sebab-akibat, bahasa maupun suatu karya serta hal-hal lainnya yang membutuhkan pemikiran.

b. Klasifikasi Perkembangan Kognitif

(40)

25

Masing-masing bidang tersebut memiliki materi pengembangan yang berbeda-beda. Berikut ini penjelasan dari masing-masing bidang pengembangan tersebut: 1) Pengembangan auditory

Kemampuan auditory yaitu kemampuan yang berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak, seperti mendengarkan atau menirukan bunyi, mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik, mengikuti perintah lisan sederhana dan sebagainya.

2) Pengembangan visual

Kemampuan visual yaitu kemampuan yang berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan yaitu mengenali benda-benda sehari-hari, membandingkan benda dari sederhana menuju kompleks, mengetahui ukuran, bentuk, warna benda, menjawab pertanyaan gambar seri, dan sebagainya.

3) Pengembangan taktik

(41)

26 4) Pengembangan kinestetik

Kemampuan kinestetik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan atau keterampilan tangan atau motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan tangan dapat dikembangkan melalui permainan-permainan seperti finger painting, menjiplak geometri, melukis dengan cat air, menjahit dengan sederhana dan sebagainya.

5) Pengembangan aritmatika

Kemampuan aritmatika adalah kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung permulaan. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan antara lain mengenali atau membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda, memberi nilai bilangan pada suatu himpunan benda, mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan sebagainya.

6) Pengembangan geometri

Kemampuan geometri adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran. Adapun kemampuan yang dikembangkan yaitu memilih benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, mencocok benda, membandingkkan benda berdasarkan besar-kecil ; tinggi-rendah, menciptkan bentuk kepingan geometri, mencontoh bentuk geometri dan sebagainya.

7) Pengembangan sains permulaan

(42)

27

mempertimbangkan tahap berpikir anak. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan yaitu mengeksplorsi berbagai benda di sekitar, mengadakan percobaan sederhana, mengomunikasikan apa yang diamati.

Dari beberapa bidang pengembangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung permulaan merupakan salah satu pengembangan kognitif pada bidang pengembangan aritmatika. Adapun kemampuan yang dapat dikembangkan antara lain mengenal atau membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda, memberi nilai bilangan pada suatu himpunan benda, mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan serta pengurangan.

c. Karakteristik Perkembangan Kognitif Kelompok A

(43)

28

Piaget membagi perkembangan kognitif tahap pra-operasional menjadi dua bagian yaitu saat usia 2-4 tahun serta usia 4-7 tahun. Pada usia 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis yaitu berupa gambar dan ucapan. Sedangkan saa usia 4-7 tahun, dicirikan oleh pemikiran intuitif. Pemikiran intuitif yaitu anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua pertanyaan. Selain itu, ciri lain pada masa kanak-kanak awal adalah anak sudah mampu memahami angka-angka walaupun masih secara terbatas, namun pada bagian akhir dari tahapan ini kemampuannya lebih baik.

Adapun Gessel dan Amatruda (Susanto, 2011: 50) mengemukakan bahwa anak usia 3-4 tahun telah mampu berbicara secara jelas dan berarti. Selanjutnya pada usia 4-5 tahun yaitu masa belajar matematika. Pada tahap ini anak mulai belajar sederhana, misalnya menyebut bilangan, menghitung urutan bilangan walaupun masih keliru urutannya dan penguasaannya sejumlah kecil dari benda-benda.

(44)

29

Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif pada kelompok A atau usia 4-5 tahun, menunjukkan bahwa anak sudah dapat melakukan proses berpikir yang lebih jelas. Anak mulai mampu mengenali simbol, gambar dan bahasa. Pada usia ini anak juga sudah mulai mampu belajar matematika sederhana, seperti berhitung maupun menyebut bilangan.Pada penelitian ini, perkembangan kognitif anak usia empat sampai lima tahun dalam kemampuan berhitung permulaan akan lebih difokuskan pada kemampuan mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan.

B.Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Nurhayati mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengenalkan Angka Melalui Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok A di TK ABA Babakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di TK ABA Babakan dengan 2 siklus. Subyek penelitian adalah anak TK Kelompok A, obyek penelitian yaitu kemampuan mengenalkan angka menggunakan papan flanel. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Indikator yang dinilai adalah menunjuk lambang bilangan 1-10 dan menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10.

(45)

30

menjadi 87,67%. Selanjutnya hasil pretest pada indikator kedua dengan menggunakan instrumen lembar observasi, sebesar 49,00% meningkat pada siklus I menjadi 68,08% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83,5%. Sedangkan hasil pretest menggunakan instrumen dokumentasi yang berupa LKA sebesar 59,00%, meningkat pada siklus I menjadi 74,50% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 88,66%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media papan flanel dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka pada anak Kelompok A di TK ABA Babakan.

Dari penelitian di atas maka kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah kesamaan pada penggunaan media papan flanel dalam pembelajaran guna meningkatkan suatu kemampuan pada anak. Penggunaan media terbukti dapat mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media papan flanel untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan.

(46)

31

wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode jarimatika mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Peningkatan dapat dilihat pada hasil penelitian pratindakan dengan rata-rata persentase 34,38%, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dengan rata-rata persentase 66,25% dan siklus II dengan persentase rata-rata 84,38%, dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan indikator yang telah ditetapkan sebesar 80%. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode jaritmtika dapat meningkat kemampuan berhitung permulan pada anak Kelompok A di TK Tunas Harapan II Magelang.

Berdasarkan penelitian yang kedua yaitu tentang Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jaritmatika pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaan tersebut adalah variabel terikatnya adalah kemampuan berhitung permulaan dengan indikator yang difokuskan pada kegiatan membilang dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan 1-10 sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini kemampuan berhitung permulaan yang difokuskan adalah pada kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan. Variabel bebas dalam penelitian kedua ini adalah metode jaritmatika sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan ini variabel bebasnya adalah media papan flanel.

C.Kerangka Pikir

(47)

32

bilangan dan lambang bilangan, hingga meningkat ke tahap pengertian jumlah seperti penjumlahan dan pengurangan yang dimulai dari hal-hal yang sederhana melalui lingkungan terdekatnya hingga sampai ke tahapan yang lebih kompleks seiring dengan tahap perkembangan anak. Berdasarkan Permendiknas No 137 Tahun 2014 tingkat pencapaian perkembangan yang perlu dicapai anak dalam kemampuan berhitung awal pada usia 4-5 tahun terutama pada kaitannya dengan kemampuan mengenal konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan, meliputi mengenal konsep bilangan (1-10) dan mengenal lambang bilangan (1-10). Namun fakta dilapangan menunjukan bahwa kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A belum mencapai tingkat pencapaian yang seharusnya, anak masih kesulitan dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan 1-10.

Menurut tahap perkembangan kognitif Jean Piaget (Suciningsih, 2012: 195) anak usia taman kanak-kanak berada pada tahap pra-operasional. Pembelajaran yang diberikan pada anak perlu didesain dengan benda-benda ataupun metode yang kontekstual, konkret, langsung serta dapat merangsang kemampuan anak untuk membangun kemampuan mereka sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Ibrahim dan Syaodih (2003: 118) penggunaan benda konkret dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami situasi yang nyata dan melatih menggunakan alat inderanya sebanyak mungkin. Jadi, pada usia ini penggunaan benda konkret sangat membantu anak untuk memahami suatu pembelajaran.

(48)

33

berhitung dengan bantuan gambar (benda) yang ditempel pada papan tersebut. Anak dapat melihat, meraba dan menghitung secara langsung benda atau gambar yang ditempelkan pada media tersebut. Selain itu, media papan flanel dapat didesain secara warna-warni sehingga menarik perhatian anak. Gambar pada papan flanel yang dapat dilepas dan dipasang kembali dapat digunakan untuk bermain sambil belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sujiono (2011: 87) bahwa pembelajaran anak usia dini menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

(49)

34

dapat meningkat sesuai standar tingkat pencapaian perkembangan anak. Skema kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1 Skema Kerja Penelitin

D.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dan kajian pustaka tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu kemampuan berhitung permulaan (1-10) pada anak Kelompok A di TK PKK 106 Merten Sanden Bantul dapat ditingkatkan melalui media papan flanel.

Guru menggunakan media papan flanel dalam pembelajaran berhitung permulaan (1-10).

Siswa : kemampuan berhitung permulaan

(1-10) belum

mencapai pada tingkat pencapaian perkembangan yang seharusnya.

Tindakan Hasil

(50)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian Tindakan

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaborasi. Menurut Arikunto (2009: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara berkolaborasi antara guru kelas sebagai pengendali dalam proses pembelajaran dan peneliti bertugas mengamati proses pembelajaran yang berlangsung. Tahap perencanaan, observasi, refleksi hingga pengambilan kesimpulan disusun bersama oleh peneliti dan kolaborator.

B.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan saat tahun ajaran 2016/2017 pada Bulan Februari sampai dengan Bulan April 2017.

C. Deskripsi Tempat Penelitian

(51)

36

TK PKK 106 Merten memiliki 3 tenaga pendidik yaitu terdiri dari kepala sekolah yang juga merangkap sebagai guru kelompok A, satu guru kelompok B dan satu guru Kelompok Bermain. Dalam penelitian ini, kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelompok A dengan jumlah siswa 18 anak yang terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan.

D.Subyek dan Karakteristik

Subyek penelitian adalah semua anak Kelompok A di TK PKK 106 Merten, Gadingharjo, Sanden, Bantul yang berjumlah 18 anak dengan usia 4-5 tahun, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Obyek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berhitung permulaan (1-10) melalui media papan flanel.

E.Skenario Tindakan

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc.Taggart. Model yang dikembangkan oleh Stepen Kemmis dan Robbin Mc.Taggart (Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21) meliputi empat komponen yaitu: perencanaan (plan), aksi atau tindakan (act), observasi (observe) dan refleksi (reflect). Model penelitian Kemmis dan Mc Taggart (1990: 14) jika divisualisasikan akan tampak seperti gambar berikut ini:

Gambar 2.Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc Taggart (Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21)

Keterangan:

Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II: 1. Revisi Perencanaan II

(52)

37

Berdasarkan model penelitian tersebut, maka skenario tindakan yang akan dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Perencanaan (Plan)

Melakukan observasi terhadap situasi atau kemampuan berhitung permulaan anak sebelum dilakukan tindakan, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) terlebih dahulu dengan berdiskusi bersama guru kelas (kolaborator), membuat media yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran serta mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan bersama kolaborator, mempersiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengambil data serta melakukan penilaian dan evaluasi, melakukan setting atau penataan ruang kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran.

2) Tindakan (Act)

(53)

38 3) Observasi (Observe)

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan serta melihat bagaimana kemampuan berhitung permulaan yang sudah dimiliki anak.

4) Refleksi (Reflect)

Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui apakah kegiatan berhitung permulaan yang diberikan sudah sesuai harapan atau belum serta digunakan peneliti dan kolaborator dalam melakukan evaluasi tentang perlu tidaknya melakukan siklus selanjutnya. Selain itu, melalui refleksi peneliti dapat melakukan analisis data pada lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti dan kolaborator serta melakukan penilaian untuk menyusun rencana perbaikan yang akan dilakukan.

Sesuai dengan Model Penelitian Kemmis dan Mc.Taggart, maka prosedur dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Prosedur Pelaksanaan Siklus I (1) Perencanaan Tindakan

Pada tahapan ini perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(a) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). RPPH berfungsi sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Untuk tema dan sub tema yang digunakan dalam RPPH akan menyesuaikan dengan TK PKK 106 Merten.

(54)

39

(c) Mempersiapkan lembar penilaian untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan berhitung permulaan (1-10).

(d) Mempersiapkan dokumentasi berupa foto ketika anak melaksanakan pembelajaran berhitung permulaan melalui media papan flanel.

(2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dalam penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya. Selama proses kegiatan pembelajaran peneliti dan kolaborator melaksanakannya sesuai RPPH. Dalam penelitian ini, peneliti bertugas sebagai pengamat maupun penilai seluruh tindakan yang dilakukan anak sedangkan guru kelas melakukan proses belajar mengajar. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. Berikut ini uraian dari masing-masing kegiatan:

(a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa sebelum pembelajaran, kegiatan menyanyi serta dilanjutkan dengan apersepsi tentang tema pembelajaran yang akan dilakukan pada hari tersebut.

(b) Kegiatan Inti

Saat kegiatan inti, guru menyampaikan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan anak. Kegiatan yang dilakukan saat kegiatan inti yaitu:

(55)

40

2. Guru mendemonstrasikan kegiatan sesuai indikator yang akan dinilai pada hari tersebut misal kegiatan membilang, membuat urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan memasangkan lambang bilangan.

3. Kemudian anak diminta maju untuk memainkan media papan flanel sesuai instruksi guru secara bergantian hingga semua anak mendapatkan giliran. 4. Anak yang belum mendapat giliran, diminta untuk mengerjakan tugas lain

yang berkaitan dengan tema pada hari tersebut. (c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir, diisi dengan bernyanyi atau bercerita. Setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab serta evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan selama hari tersebut.

(3) Observasi

Peneliti mengamati keterlibatan dan kemampuan anak saat proses pembelajaran berhitung permulaan. Proses observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan panduan daftar observasi yang telah disiapkan. Peneliti membuat catatan saat pengamatan dan menilai hasil pembelajaran.

(4) Refleksi

(56)

41

selanjutnya. Apabila pada Siklus I belum terdapat peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan melihat hasil yang diperoleh pada Siklus I. Peneliti dan guru kelas merancang kegiatan pada siklus selanjutnya dengan beberapa modifikasi dalam proses pembelajarannya. Tahapan-tahapan dalam siklus berikutnya sama dengan tahapan pada siklus pertama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

F. Definisi Operasional

1) Kemampuan Berhitung Permulaan

Berhitung permulaan merupakan kemampuan dasar anak yang berkaitan dengan kemampuan matematika, seperti menghitung benda, mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan, hingga meningkat ke tahap pengertian jumlah seperti penjumlahan dan pengurangan yang dimulai dari hal-hal yang sederhana melalui lingkungan terdekatnya hingga sampai ke tahapan yang lebih kompleks seiring dengan tahap perkembangan anak. Kemampuan berhitung permulaan yang difokuskan dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan (1-10) dan mengenal lambang bilangan (1-10).

2) Media Papan Flanel

(57)

42

G.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006: 100). Jenis-jenis teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian menurut Arikunto (2006: 101) adalah angket (questionnaire), wawancara (interview), pengamatan, dokumentasi, ujian atau tes (test), dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Sanjaya, 2010: 86).

Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu (Suwandi, 2010: 38). Observasi merupakan pengamatan peristiwa yang sedang berlangsung dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk memudahkan dalam pengambilan data. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan berhitung permulaan dalam indikator membilang dengan menunjuk benda 10, membuat urutan bilangan 1-10, menunjuk lambang bilangan 1-1-10, memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda 1-10.

(58)

43

dikonsultasikan dengan yang ahli sehingga kualitas instrumen dapat dipertanggungjawabkan.

Daftar cek (Check list) menurut Sanjaya (2009: 93) merupakan pedoman observasi yang berisi semua aspek yang akan diobservasi dengan memberi tanda

cek (√). Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrumen kemampuan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak Kelompok A menggunakan media papan flanel:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Permulaan pada Kelompok A

Variabel Sub Variabel Indikator

Kemampuan Berhitung Permulaan

Mengenal konsep bilangan 1-10

Membilang dengan menunjuk benda 1-10

Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda

Mengenal lambang bilangan 1-10

Menunjuk lambang bilangan 1-10

Memasangkan benda dengan lambang bilangan 1-10

Berikut merupakan tabel rubrik mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak Kelompok A menggunakan media papan flanel:

Tabel 2. Rubrik Kemampuan Berhitung Permulaan pada Aspek Mengenal Konsep Bilangan 1-10 dengan Media Papan Flanel

Indikator Deskripsi Skor Kriteria Penilaian

Membilang

4 Berkembang Sangat

Baik

Jika anak dapat membilang dengan menunjuk benda 1-8 secara benar

3 Berkembang Sesuai

Harapan

Jika anak dapat membilang dengan menunjuk benda 1-6 secara benar

(59)

44 Jika anak dapat membilang dengan menunjuk benda 1-3 dengan benar

1 Belum Berkembang

Membuat urutan

4 Berkembang Sangat

Baik

Jika anak dapat mengurutkan

bilangan 1-8

dengan benar

3 Berkembang Sesuai

Harapan

Jika anak dapat mengurutkan

bilangan 1-6

dengan benar

2 Mulai Berkembang

Jika anak dapat mengurutkan

bilangan 1-3

dengan benar

1 Belum Berkembang

Tabel 3. Rubrik Kemampuan Berhitung Permulaan pada Aspek Mengenal Lambang Bilangan 1-10 dengan Media Papan Flanel

Indikator Deskripsi Skor Kriteria Penilaian

Menunjuk

4 Berkembang Sangat

Baik

Anak dapat

menunjukkan lambang bilangan 1-8 dengan tepat

3 Berkembang sesuai

Harapan

Anak dapat

menunjukkan lambang bilangan 1-6 dengan tepat

2 Mulai Berkembang

Anak dapat

menunjukkan lambang bilangan 1-3 dengan tepat

(60)

45

4 Berkembang Sangat

Baik

3 Berkembang Sesuai

Harapan

2 Mulai Berkembang

Anak dapat

memasangkan benda yang tertempel pada papan flanel dengan lambang bilangan 1-3 secara tepat

1 Belum Berkembang

H.Kriteria Keberhasilan Tindakan

Indikator merupakan suatu patokan atau acuan yang dijadikan sebagai penentu keberhasilan suatu kegiatan atau program. Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan kelas, maka keberhasilan dalam penelitian diikuti dengan adanya perbaikan-perbaikan ke arah peningkatan kemampuan berhitung permulaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini dikatakan berhasil apabila semua indikator telah mencapai persentase sebesar ≥ 80%. yang berada pada kriteria sangat baik atau atau setara dengan berkembang sangat baik.

I. Teknik Analisis Data

(61)

46

informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa dianalisis yakni diolah dan diinterprestasikan. Dalam penelitian ini, dilihat dari instrumen yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung permulaan anak melalui media papan flanel, maka penelitian menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.

Menurut Sanjaya (2009: 106) analisis data kuantitatif yaitu untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa dari pengaruh tindakan yang dilakukan guru. Dari hasil instrumen penelitian yang dilakukan pada kedua siklus, selanjutnya dihitung kemudian dipersentase. Perhitungan dalam analisis data ini menghasilkan persentase pencapaian yang selanjutnya diinterprestasikan dengan kalimat. Menurut Yoni (2010: 175), rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Persentase

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dinterprestasikan dalam empat tingkatan sebagai berikut:

1. Kriteria sangat baik, apabila nilai yang diperoleh anak antara 76% - 100% 2. Kriteria baik, apabila nilai yang diperoleh anak antara 51% - 75%

3. Kriteria cukup, apabila nilai yang diperoleh anak antara 26% - 50% 4. Kriteria kurang, apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% - 25%

Dari kriteria keberhasilan di atas, peneliti mengadopsi kriteria keberhasilan tersebut dengan menyesuaikan pada kriteria yang ada di TK yaitu sebagai berikut: 1. Kriteria sangat baik setara dengan BSB (Berkembang Sangat Baik)

(62)

47

4. Kriteria kurang setara dengan BB (Belum Berkembang)

(63)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas, peneliti mengobservasi kemampuan berhitung permulaan anak terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi awal siswa. Hasil yang diperoleh dari pengamatan ini akan dibandingkan dengan nilai setelah tindakan. Dengan adanya perbandingan antara nilai sebelum adanya tindakan dengan setelah tindakan maka akan diketahui peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran berhitung permulaan 1-10. Proses pembelajaran di TK PKK 106 Merten sebenarnya sudah baik, namun guru kurang memanfaatkan media yang telah ada sehingga proses pembelajaran kurang menarik minat anak untuk belajar. Hal ini menjadi salah satu faktor pembelajaran berhitung menjadi kurang efektif.

Indikator yang dinilai saat pra siklus yaitu 1) membilang dengan menunjuk benda 1-10, 2) membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda, 3) menunjuk lambang bilangan 1-10, 4) memasangkan benda dengan lambang bilangan 1-10. Adapun rekapitulasi hasil dari pra siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 4.Rekapitulasi Hasil Pra siklus Kemampuan Berhitung Permulaan (1-10)

No Indikator Persentase

1 Membilang dengan menunjuk benda 1-10 50%

2 Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda 44,44%

3 Menunjuk lambang bilangan 1-10 45,83%

(64)

49

Dari rekapitulasi hasil pra siklus di atas dapat lihat bahwa kemampuan berhitung permulaan dari keempat indikator yang dinilai menunjukkan kemampuan anak masih rendah. Pada indikator pertama yaitu membilang dengan menunjuk benda (1-10) persentase yang dicapai 50%, indikator kedua yaitu membuat urutan bilangan (1-10) dengan benda persentase yang dicapai 44,44%, indikator ketiga yaitu menunjuk lambang bilangan (1-10) persentase yang dicapai 45,83%, dan indikator keempat yaitu memasangkan benda-benda dengan lambang bilangan (1-10) persentase yang dicapai 38,88%. Keadaan ini menjadi landasan peneliti untuk melakukan suatu tindakan guna meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak terutama dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan ini terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti diantarannya:

1) Merencanakan jadwal dan tema.

Penelitian tindakan kelas Siklus I ini dilakukan 4 kali pertemuan. Tema yang digunakan menyesuaikan dengan tema yang sedang berlangsung di sekolah tersebut.

2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

(65)

50 3) Menyiapkan media pembelajaran

Peneliti menyiapkan media pembelajaran papan flanel yang terbuat dari papan triplek berukuran 70 cm x 50 cm yang dilapisi kain flanel. Selain papan flanel, peneliti juga menggunakan potongan gambar dan angka yang dapat ditempel pada papan.

4) Menyiapkan alat dokumentasi dan lembar check list.

Lembar check list yang digunakan adalah mengenai kemampuan berhitung anak dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan yang sudah divalidasi oleh ahlinya.

b. Tindakan I

1) Siklus I Pertemuan 1

Siklus I Pertemuan 1 dilaksanakan pada Hari Selasa 28 Februari 2017 dari 07.30 - 10.30 WIB. Tema pada hari tersebut yaitu air udara api dengan topik air bersih dan tidak bersih. Adapun kegiatan yang diobservasi pada pertemuan ini meliputi indikator membilang dengan menunjuk benda (1-10) dan membuat urutan bilangan (1-10) dengan benda.

(66)

51

(1-10) dengan benda. Guru menjelaskan tentang urutan bilangan (satu, dua, tiga dan seterusnya) dengan mengunakan papan flanel. Guru menempel satu gambar ember, kemudian dibawahnya lagi ditempel dua ember, di bawahnya lagi tiga ember begitu seterusnya sampai sepuluh ember. Selanjutnya, guru melakukan tanya jawab kepada anak terkait dengan contoh yang sudah guru peragakan. Kemudian, anak diminta maju secara bergantian untuk memainkan papan flanel sesuai instruksi guru. Anak mengerjakan indikator pertama dahulu kemudian dilanjutkan pada indikator kedua.

Pada indikator pertama anak diminta menempelkan gambar ember sambil membilang. Jika sudah sampai sepuluh, anak diminta membilang kembali sambil menunjuk ember yang sudah ditempelkan anak. Pada indikator kedua anak diminta menyusun gambar ember tiap satu baris ke bawah sesuai urutan bilangan yaitu dari satu ember, bawahnya lagi dua ember, bawahnya lagi tiga ember, hingga sampai pada urutan bilangan sepuluh.

2) Siklus I Pertemuan 2

(67)

52

lambang bilangan (1-10). Kegiatan untuk indikator menunjukkan lambang bilangan (1-10), pertama dengan mengenalkan media flanel serta gambar-gambar yang akan ditempel. Guru mendemonstrasikan cara memainkan papan flanel tersebut. Kemudian guru menempelkan lambang bilangan 1-10 pada papan flanel dan menjelaskan bentuk dari masing-masing lambang bilangan tersebut. Misal angka satu bentuknya seperti tongkat, dua seperti angsa, tiga seperti kuping dan seterusnya sampai angka sepuluh. Kedua, guru menunjuk lambang bilangan yang ditempel dan anak diminta mengucapkan secara bersama. Ketiga, guru melakukan tanya jawab kepada anak.

Gambar

Tabel 1.  Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Permulaan pada
Gambar. 1 Skema Kerja Penelitin
Gambar 2.Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc Taggart  (Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21)
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Permulaan pada Kelompok A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi feng shui di sini adalah mengatur letak dari suatu bangunan beserta isinya agar serasi dengan qi yang ada pada alam.... Para ahli feng shui berusaha menata permukaan tubuh

Berdasarkan tampilan pada skala ukur haili gaya yang dilakukan,gaya otot bisep dan trisep saat tidak mendorong dan menarik beban pada tangan (0 kg) adalah 82 N dan saat membawa beban

Variabel good corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi dan dewan komisaris. Sampel yang digunakan

Selama masa krisis, PT.Sunwood bersaing dengan produsen lain dari segi?.

is inner or psychological or emotional conflict whether external conflict is social or

Longer mixing time gives longer extend of spin - - spin spin

1) Azas equality yaitu bahwa pembagian tekanan pajak diantara masing-masing subyek pajak hendaknya dilakukan secara seimbang dengan kemampuannya. Kemampuan wajib pajak

Dalam penulisan ilmiah ini penulis membuat suatu sistem yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0, berbasis sistem operasi Windows 98, dengan