iv ABSTRAK
Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan kesehatan termasuk rongga mulut. Tembakau merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker oral, lesi mukosa oral, penyakit periodontal, resesi gingiva, dan karies.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan keadaan mukosa oral 31 orang perokok kretek yang telah merokok lebih dari 11 tahun dan 31 orang non perokok.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik komparatif dengan menggunakan metode Chi-Square. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan pembagian kuesioner. Hasil penelitian dari pemeriksaan dengan menggunakan kaca mulut ditemukan bahwa terdapat perubahan mukosa oral pada perokok kretek yang telah merokok minimal 11 tahun, dan secara statistik bermakna p<0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan mukosa oral yang signifikan pada perokok kretek yang telah merokok minimal 11 tahun. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan lebih spesifik dari segi usia, gender, dan dengan kriteria yang bervariasi untuk menilai terjadinya perubahan mukosa oral pada perokok.
v ABSTRACT
The use of tobacco has long been known to be adverse factors including the health of the oral cavity. Tobacco is a risk factor for oral cancer, oral mucosal lesions, periodontal disease, gingival recession, and caries.
Purposed of the research is to compare situation the oral mucosa from 31 Cigarette smokers who had smoked more than 11 years and 31 non-smokers. The study design was cross-sectional. This research is a comparative analytical study using Chi-Square. Data wear collected through observation and questionnaires. The results of the examination using mouth mirror found that there were changes in the oral mucosa of kretek cigarette smokers who are smoked at least 11 years, which are statistically significant and p <0.05.
Based on the research, it can be concluded that there are significant changes in the oral mucosa cigarette smokers who smoked at least 11 years. Further research is expected conduct further research with a larger population and more specific in terms of age, gender, and with varying criteria for assessing the occurrence of oral mucosal changes in smokers.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.3.1 Maksud Penelitian ... 3
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 4
xi
1.6 Hipotesis Sementara ... 6
1.5 Metodologi Penelitian ... 6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Anatomi Mukosa Oral ... 7
2.2 Histologi Mukosa Oral ... 11
2.2.1 Mukosa Oral Normal... 11
2.2.2 Mukosa Oral Abnormal... 13
2.3 Perubahan Mukosa Oral ... 15
2.3.1 Gingivitis.... ... 15
2.3.2 Leukoplakia ... 16
2.3.3 Nikotin Stomatitis ... 18
2.3.3 Smoker Melanosis ... 19
2.3.3 Cigarette Keratosis ... 20
2.3.3 Fibrosis Submukosa ... 21
2.3.3 Hairy Tongue ... 22
2.4 Rokok……….. ... 23
2.4.1 Sejarah Rokok ... 24
2.4.2 Kandungan Rokok ... 25
2.4.3 Klasifikasi Rokok ... 28
2.4.4 Klasifikasi Perokok ... 30
2.5 Mekanisme Efek Rokok Terhadap Mukosa Oral……….. . 30
xii
3.1 Alat dan Bahan/Subjek Penelitian ... 33
3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 33
3.1.2 Subjek Penelitian ... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ... 34
3.3 Metode Penelitian... 34
3.3.1 Desain Penelitian ... 34
3.3.2 Variabel Penelitian ... 34
3.3.3 Definisi Operasional ... 35
3.3.4 Besar Sampel Penelitian ... 39
3.5 Kriteria Inklusi ... 39
3.3 Kriteria Ekslusi... 40
3.4 Prosedur Penelitian... 40
3.5 Pengolahan Data... 42
3.6 Metode Analisis ... 42
3.7 Hipotesis Penelitian ... 42
3.8 Aspek Etik Penelitian ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.2 Pembahasan ... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 50
xiii
4.2 Saran .. ... 50
DAFTAR PUSTAKA………. ... 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN………. ... 55
xiv
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
2.1 Anatomi Rongga Mulut... 8
2.2 Mukosa Oral Normal pada Palatum Durum... 11
2.3 Hiperkeratosis Epitelium pada Lesi Mukosa Alveolar ... 13
2.4 Atropi pada Epitelium Dorsum Lidah ... 14
2.5 Efek Merokok Terhadap Jaringan Periodontal ... 31
3.1 Lesi Leukoplakia pada Mukosa Bukal ... 36
3.2 Nikotin Stomatitis atau Smoker Palate ... 36
3.3 Smoker Melanosis ... 37
3.4 Cigarrete Keratosis ... 37
3.5 Fibrosis Submukosa ... 38
xvi
DAFTAR DIAGRAM
No Teks Halaman
4.1 Perbandingan Mukosa Oral Perokok Kretek dan Non Perokok... 45
4.2 Gingivitis... ... 46
4.3 Smoker Melanosis ... 47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
LAMPIRAN 1 Persetujuan Etik... 55
LAMPIRAN 2 Alat dan Bahan ... 56
LAMPIRAN 3 Foto Percobaan, Inform Consent, Lembar Pemeriksaan,
dan Lembar Kuesioner ... 58
LAMPIRAN 4 Hasil Penelitian ... 63
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan kesehatan. Tembakau dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru, penyakit
obstruksi paru kronis, dan penyakit kardiovaskular yang telah menjadi sorotan
sejak pertengahan abad terakhir. Tembakau juga merupakan faktor risiko
terjadinya kanker oral, lesi mukosa oral, gingivitis, resesi gingiva, dan karies.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sebelum tahun
2013, terdapat 300 juta perokok di negara maju, sedangkan di negara berkembang
sebesar 3 kali lipat, kurang lebih 800 juta. WHO menyebutkan Indonesia
merupakan salah satu dari 5 negara yang memiliki jumlah perokok terbanyak di
dunia. Indonesia pada tahun 2009, merupakan konsumen rokok keempat di dunia
setelah China, Rusia, dan Amerika Serikat. Indonesia juga merupakan salah satu
negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok
yang cukup tinggi. Pemerintah Indonesia telah secara konsisten mendukung
industri tembakau lokal, terutama saat dipimpin Jendral Soeharto. Perusahan
rokok menikmati perlindungan pemerintah dalam bentuk tarif PPN yang
murah.2,3,4
Sekitar 80- 95 % Masyarakat di Indonesia adalah perokok kretek . Penelitian
yang di lakukan oleh Wilda Lubis pada tahun 2013, di dapatkan data bahwa jenis
2
yaitu rokok kretek, sebanyak 64,71%. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
walaupun harga rokok kretek lebih mahal dibandingkan rokok putih, namun rokok
kretek lebih diminati warga Indonesia karena dikatakan lebih enak dibandingkan
rokok putih karena terdapat penambahan eugenol yang akan menyebabkan efek
anastetik dimana asap inhalasinya lebih mendalam dan berbahaya. Eugenol dan
derivatnya memberikan efek terapetik sebagai antiinflamasi dengan menghambat
sintesa prostaglandin, antibakteri, anastesi topikal, akan tetapi bila diberikan pada
mukosa dalam waktu yang lama dan dengan konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan nekrosis. Pada tahun 2003 Susanna D dan kawan kawan meneliti,
kandungan nikotin pada rokok kretek lebih besar dibanding rokok filter.2,3,5,6
Rongga mulut merupakan bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok,
karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok yang
utama. Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan lunak rongga
mulut dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa. Efek lokal merokok terhadap
gigi dan rongga mulut antara lain menyebabkan terjadinya gingivitis, karies,
alveolar bone loss, tooth loss, serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi pada
jaringan lunak rongga mulut.1,2,5
Hasil penelitian Patil P dan kawan kawan pada tahun 2013, menemukan lesi
mukosa oral pada 322 (26,8%) sampel dari 1200 sampel yang memiliki kebiasaan
merokok atau mengunyah tembakau, sedangkan 34 (2,8%) sampel dari 1200
3
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dibuat suatu
identifikasi masalah berupa:
Apakah terdapat perbedaan mukosa oral pada perokok kretek dan non perokok.
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Mengetahui perbandingan perubahan mukosa oral perokok kretek yang telah
merokok lebih dari 11 tahun dan mukosa oral non perokok.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Menilai perubahan mukosa oral perokok kretek yang telah merokok lebih dari
11 tahun dan mukosa oral non perokok.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun praktis:
1.4.1 Manfaat Akademis
1. Hasil penelitian ini dapat sebagai sumber informasi untuk menambah
pengetahuan mengenai perubahan mukosa oral akibat merokok kretek.
4
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat akan
bahaya merokok terutama perokok kretek.
1.5Kerangka Pemikiran
Mukosa oral dapat berubah akibat terpapar zat-zat berbahaya yang terdapat
pada asap rokok. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di
dunia. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008 menyatakan
bahwa lebih dari lima juta orang meninggal karena penyakit yang disebabkan
rokok. Ini berarti setiap satu menit tidak kurang sembilan orang meninggal akibat
racun pada rokok atau dalam setiap tujuh detik akan terjadi satu kasus kematian
akibat rokok. Jika tidak ada pencegahan yang serius dalam menghambat
pertumbuhan rokok, maka setidaknya delapan juta orang akan meninggal akibat
rokok pada tahun 2030. Efek rokok pada perokok dipengaruhi oleh jumlah rokok
yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, dan bahkan dalamnya
hisapan.2,8
Macam-macam kelainan yang disebabkan dari efek merokok pada rongga
mulut yaitu gingivitis, leukoplakia, nikotin stomatitis, cigarrete keratosis, fibrosis
submukosa, hairy tongue, keganasan rongga mulut dan smoker melanosis.2,9
Perokok biasanya memiliki poket periodontal yang lebih dalam karena terjadi
kehilangan perlekatan, dan juga kehilangan tulang alveolar pada hasil radiografi.
Gangguan jaringan periodontal pada perokok dapat terjadi karena perubahan
5
plak. Leukoplakia dan eritroplakia merupakan beberapa kelainan yang dapat
berpotensi menjadi ganas dalam kurun waktu tertentu. Displasia epitel pada
rongga mulut dapat merupakan awal menuju kanker. Beberapa studi di Amerika
Serikat dan Inggris telah menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok dengan terjadinya displasia epitel pada rongga mulut.10,11
Penelitian yang di lakukan Patil P dan kawan kawan pada tahun 2013,
leukoplakia (8,2%) dan fibrosis submukosa (7,1%) dalah mukosa oral yang paling
sering ditemukan pada sampel yang memiliki kebiasaan merokok atau mengunyah
tembakau, sedangkan lesi lain (1,7%). Kandidiasis, median rhomboid glossitis,
sariawan berulang, frictional keratosis, dan oral linchen planus (0,9%) yang biasa
ditemukan pada sampel tanpa kebiasaan tersebut.7
Penelitian yang di lakukan oleh Djokja dan kawan kawan pada tahun 2013,
didapatkan hasil bahwa perubahan mukosa oral lebih banyak terjadi pada perokok
yang telah merokok selama lebih dari 20 tahun, sedangkan penelitian lain yang
dilakukan Komala, mengatakan bahwa perubahan mukosa oral biasa terjadi pada
11 – 20 tahun.2 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang membandingkan mukosa oral perokok kretek dan mukosa oral
non perokok.
1.6Hipotesis Sementara
Hipotesis sementara dari kerangka penelitian didapatkan bahwa:
6
1.7Metodologi Penelitian
Jenis penelitian : Analitik komparatif
Rancangan penelitian : Cross sectional
Teknik pengumpulan data : Observasional dan pengisian kuesioner
Instrumen pokok penelitian : Alat dasar dan kuesioner
Populasi : Kecamatan Sukajadi Kota Bandung
Sampel : Purposive sampling
Analisis data : Uji Chi-square, eksak Fisher
1.8Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen
Maranatha gedung Grha Widya Maranatha lantai 11 pada bulan Maret hingga
50 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai perbandingan mukosa oral perokok kretek
dengan non perokok didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Terdapat perbedaan mukosa oral pada perokok kretek dan non perokok
5.2Saran
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan lebih
spesifik dari segi usia, gender, dan dengan kriteria yang bervariasi untuk
menilai terjadinya perubahan mukosa oral pada perokok.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai macam rokok untuk
68
RIWAYAT HIDUP
Nama : Cindynissa Tamara
NRP : 1190037
Tempat & Tanggal Lahir : Sukabumi, 13 September 1993
Alamat : Pesona Pangrango Blok A no 12A, Sukabumi
Riwayat Pendidikan :
TK Seruni Kota Sukabumi, Tahun 1997-1999
SD Brawijaya Kota Sukabumi, Tahun 1999-2005
SMPN 1 Kota Sukabumi, Tahun 2005-2008
SMAN 1 Kota Sukabumi, Tahun 2008-2011
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Winn MD. Tobacco Use and Oral Disease. Journal of Dental Education. [serial online] 2001 [cited 2014 December 12]; 65 (4): 306-312. Avaible
from URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11336115
2. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran Perokok dan Angka Kejadian Lesi Mukosa Mulut di Desa Monsongan Kecamatan Banggai Tengah. Jurnal e-GiGi (eG). [serial online] 2013 [cited 2015 January 13];
1 (1): 38-44. Avaible from URL:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/1928
3. Kaur M, Singh D, Lubis WH. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Coated Tongue pada Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara. Dentistry E-journal. [serial online] 2013 [cited 2015 January 3]; 2 (1): 32-38. Avaible from URL: http://jurnal.usu.ac.id/dentistry/article/view/4264
4. Lawrence S, Collin J. Competing with kreteks: transnational tobacco companies, globalisation, and Indonesia. Tobacco Control; 2004: 13: :ii96–ii103.
5. Soetiarto F. Mengenal Lebih Jauh Rokok Kretek. Media Litbangkes; 1995: 5 (4): 31-33.
6. Susanna D, Hartono B, Fauzan H. Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. Makara, Kesehatan; 2003: 7 (2): 39-41
7. Patil PB, Bathi R, Chaudhari S. Prevalence of oral mucosal lesions in dental patients with tobacco smoking, chewing, and mixed habits: A cross-sectional study in South India. J Family Community Med. [serial online] 2013 [cited 2015 January 13]; 20 (2): 130-135. Avaible from URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3748648/?report=reader
52
Avaible from URL:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6048/JURNAL %20ACC.pdf?sequence=1
9. Greenberg MS, Glick M, Ship JA et al. Burket’s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton, Ont: BC Decker: 2008.
10.Sreedevi M, Ramesh A, Dwarakanath C. Periodontal Status in Smokers and Nonsmokers: A Clinical, Microbiological, and Histopathological Study. International Journal of Dentistry. [serial online] 2012 [cited 2015
March 3] 1-11.Avaible from URL:
http://www.hindawi.com/journals/ijd/2012/571590/
11.Warnakulasuriya S, Dietrich T, Bornstein MM, Peidró EC, Preshaw PM, Walter C et all. Oral health risks of tobacco use and effects of cessation. International Dental Journal; 2010: 60: 7-30.
12.Tortora JG. Principles of Human Anatomy. 4th ed. Harper & Row. 1986.
13.Neil S, Norton. Netter’s Head and Neck Anatomy for Dentistry. 1st ed. Elsevier. 2006.
14.Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral Anatomy Histology & Embryology. 4th ed. Elsevier. 2009.
15.Field A, Longman L. Tydesley’s Oral Medicine. 5th ed. Oxford University Press. 2003.
16.Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. 1st ed. Yogyakarta : Quantum sinergis media. 2012.
17.Newman, MG. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.Louis: Saunders Elsevier; 2006.
18.Lewis MAO, Jordan RCK. A Colour Handbook of Oral Medicine. Manson Publishing: 2004.
53
20.Fawzani N, Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Makara Kesehatan: 2005: 9 (1): 15-22.
21.Prasetya LD. Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. [serial online] 2012 [cited 2015 March 5] ; 1-12. Avaible from
URL :
http://www.academia.edu/7335672/Pengaruh_Negatif_Rokok_bagi_Keseh atan
22.Tirtosastro S, Murdiyati AS. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri; 2010: 2 (1): 33-43.
23.Jufri, Sufriyanto. Pigmentasi Mukosa Bibir pada Perokok & Penyebabnya. UNHAS. [serial online] 2012 [cited 2015 January 18]. Avaible from URL: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2614
24.Haris A, Ihsan M, Rogayah R. Asap Rokok sebagai Bahan Pencemar dalam Ruangan. CDK-189; 2012: 39 (1): 17-24.
25.Bergstrom et al. A 10 Year Prospective Study of Tobacco Smoking and Periodontal Health. J Periodontal; 2003: 71 (2): 1338-47
26.Sham A, Cheung L, Jin L. The Effects of Tobacco Use on Oral Health. Hong Kong Med J; 2003: 9 (1): 7-271.
27.Kinane DF, Radvar M. The Effects of Smoking on Mechanical and Antimicrobial Periodontal Therapy. J Perio; 1997: 68 (2): 72-467.
28.Kusuma DA, Yuwono SS, Wulan SN. Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan Merk Rokok Kretek Filter yang Beredar di Wilayah Kabupaten Nganjuk. J.Tek.Pert; 2009: 5 (3): 151 – 155.
29.Shiel WC. Kamus Kedokteran Webster’s. 3rd ed. INDEKS: 2010.
54
31.Kasim Eddy. Merokok sebagai Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Peridontal. J Kedokteran Trisakti. [serial online] 2001 [cited 2015 March 20] ; 20 (1): 9-15. Avaible from URL: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.20_no.1_2.pdf