vii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Nama : TIFFANY
Progam Studi : Sastra China
Judul : EKSISTENSI “TATUNG” DALAM PERAYAAN
FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG,
KALIMANTAN BARAT
Singkawang adalah sebuah kota yang terletak di Kalimantan Barat, dimana mayoritas masyarakatnya merupakan etnis Tionghoa. Hal yang paling menarik dari kebudayaan kota Singkawang adalah keberagaman budayanya yang khas, salah satunya seperti budaya perayaan Cap Go Meh yang sangat fenomenal dengan dimeriahkan pawai “Tatung”. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai “Tatung”, perkembangan eksistensi “Tatung”, prosedur dan syarat yang harus dipenuhi “Tatung” untuk ikut serta dalam perayaan Cap Go Meh kota Singkawang. Dengan dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti untuk menelusuri fenomena tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendeskripsikan eksistensi “Tatung” yang muncul pada perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang kepada masyarakat luas.
Kata kunci :
viii
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
Name : TIFFANY
Study Progam : Chinese literature
Title : EXISTENCE "TATUNG" ON CELEBRATION OF CAP GO MEH’S FESTIVAL OF SINGKAWANG’S CITY, WEST BORNEO
Singkawang is a city that located in West Borneo, where majority of people are ethnic Chinese. The most interesting things from Singkawang city culture are diversity of their culture that unique, one of them is culture of Cap Go Meh’s celebration that very phenomenal with livened parade of “Tatung”. This mini-thesis discusses about “Tatung”, development of the existence of "Tatung", procedure and term that must be filled by “Tatung” for participate on Cap Go Meh’s celebration of city Singkawang. With motivate by interest of researcher for search that phenomena, be expected this research result can describe of existence “Tatung” that appear on celebration of Cap Go Meh’s festival of Singkawang’s city to wide-scale community.
Keyword :
ix
Universitas Kristen Maranatha 摘要
姓名 :TIFFANY
专业 :中文本科
题目 :扶乩的存在在山口洋的庆祝元宵节,西加里曼丹
山口洋是个位于西加里曼丹的城市,在那儿的大多数人民是华人。在山口洋 城市的文化中,最有吸引力的是山口洋拥有多种 之多元文化,其中之一如 庆祝元宵节的文化里面有扶乩游行,是非常引人入胜的庆祝活动。本文将讲 关于扶乩,扶乩的存在的发展,扶乩得完成的程序和条件来参加山口洋市的 庆祝元宵节。由于研究者对这题目的兴趣而去研究,希望这项研究可以形容 出扶乩的存在,尤其是参加山口洋市的庆祝元宵节的扶乩。
关键词:
x
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
EKSISTENSI “TATUNG” DALAM PERAYAAN FESTIVAL CAP GO MEH KOTA SINGKAWANG,
KALIMANTAN BARAT ... i
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR...iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vi
ABSTRAK ...vi
ABSTRACT ... viii
摘要 ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 3
1.3 Perumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Metode Penelitian ... 5
1.6.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 5
1.6.2. Lokasi Penelitian ... 6
1.6.3. Objek dan Subjek Penelitian ... 6
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 7
1.6.5. Teknik Analisis Data ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Landasan Teori ... 9
2.1.1. Definisi kebudayaan dan Simbol ... 9
xi
Universitas Kristen Maranatha
2.1.3. Definisi Religi ... 11
2.1.4. Definisi Ritual ... 12
2.1.5. Definisi Mistisisme ... 13
2.1.6. Definisi kerasukan... 14
2.1.7. Definisi Roh ... 14
2.1.8. Definisi Dewa-Dewi ... 15
2.2 Kepercayaan Tradisional Tionghoa ... 17
2.3 Cap Go Meh ... 20
BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN ... 22
3.1 Istilah “Tatung” ... 22
3.2 Asal Usul “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh Kota Singkawang ... 23
3.3 Perkembangan “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang . 27 3.4 Statistik jumlah “Tatung” dalam Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang 32 3.5 Prosedur Menjadi “Tatung” ... 35
3.6 Syarat Administrasi Ikut Serta Menjadi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang ... 38
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ... 41
4.1 SIMPULAN ... 41
4.2 SARAN ... 43
xii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK
xiii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Contoh sertifikat dari Majelis Agama ... 39
Gambar 3. 2 Contoh sertifikat dari Kementerian Agama kota Singkawang ... 40
Gambar 7. 1 Dokumentasi pribadi ... 64
Gambar 7. 2 Dokumentasi pribadi ... 64
Gambar 8. 1 www.ceriwis.com ... 65
xiv
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebudayaan memiliki peranan penting terhadap suatu bangsa, dimana
kebudayaan merupakan jati diri khas nasional yang berharga dan dapat menjadi
suatu wadah pemersatu bangsa yang perlu dipelihara. Kebudayaan Indonesia yang
beraneka ragam merupakan gabungan dari seluruh kebudayaan lokal yang
diibaratkan sebagai sebuah berlian yang merefleksikan berbagai macam cahaya
dalam satu bentuk yang utuh sebagai kesatuan dalam keberagaman. Dengan kata
lain, seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari beraneka-ragam suku di
Indonesia merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia.
Keanekaragaman negara Indonesia terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan
lain seperti kebudayaan Tiongkok, India dan Arab yang kemudian terjadi
pembauran sehingga menjadi satu ciri kebudayaan Indonesia (Kleinsteuber, A
&Maharadjo, S.M, 2010).
Menurut Kleinsteuber, A & Maharadjo, S.M dalam bukunya yang berjudul
Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia, kesenian tradisi Tionghoa juga
merupakan hasil karya manusia yang turut membentuk ciri khas budaya
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki kebudayaannya masing-masing, sehingga menjadikan Indonesia adalah
negara yang kaya akan kebudayaan lokal yang beraneka ragam, salah satu
contohnya terdapat di Singkawang. Singkawang adalah sebuah kota yang terletak
di Kalimantan Barat, dimana mayoritas masyarakatnya merupakan etnis Tionghoa.
Penamaan kota ini muncul dalam beberapa versi bahasa, misalnya dalam versi
Melayu dikatakan bahwa nama Singkawang diambil dari nama tanaman
“Tengkawang” yang terdapat di wilayah hutan tropis. Versi lainnya menyebutkan
bahwa nama Singkawang muncul melalui penafsiran dari para perantau Tiongkok
2
Universitas Kristen Maranatha dalam kosa kata bahasa Mandarin berupa 山口洋 Shān (gunung), Kǒu (mulut),
Yáng (lautan), maksudnya adalah untuk menyatakan suatu tempat yang terletak di
kaki gunung menghadap ke laut.
Hal yang paling menarik dari kebudayaan kota Singkawang adalah
keberagaman budayanya yang khas, salah satunya seperti budaya perayaan Cap
Go Meh yang berbeda dibandingkan dengan perayaan Cap Go Meh di kota
lainnya. Dalam perayaan Cap Go Meh biasanya kita akan sering menemui adanya
permainan barongsai dan naga, tetapi hal yang paling membedakan perayaan Cap
Go Meh di Singkawang dengan di tempat lain adalah adanya ratusan arak-arakan
“Tatung” yang dipertunjukkan dalam acara tersebut. Hal ini pula yang menjadi
event wisata budaya untuk mengunjungi kota Singkawang.
Kota Singkawang memiliki cara yang unik untuk merayakan perayaan
Cap Go Meh. Seperti yang dilansir dari buku yang berjudul Kelenteng-Kelenteng
Kuno di Indonesia, perayaan Cap Go Meh di kota Singkawang dibuat semacam
festival milik bersama yang sangat meriah dan diwarnai dengan ciri khas budaya
Tionghoa. Dari perayaan ini muncul sebuah akulturasi budaya antara masyarakat
Dayak dengan masyarakat Tionghoa. Hal ini dapat terlihat dalam pawai “Tatung”
yang pesertanya tidak hanya dari etnis Tionghoa tetapi juga ada peserta “Tatung”
yang berasal dari etnis Dayak yang ikut serta tampil dalam perayaan festival Cap
Go Meh di kota Singkawang.
Pawai “Tatung” merupakan salah satu seni budaya dan nilai jual
pariwisata kota Singkawang. “Tatung” yang muncul pada perayaan festival Cap
Go Meh1 di Singkawang merupakan sebuah tanda simbol pengusiran roh-roh jahat
dan diyakini dilakukan untuk menolak bala. Meski demikian, ritual “Tatung”
juga dapat ditemui pada hari-hari biasa untuk hal yang berbeda lagi, misalnya
untuk pengobatan gaib, menanyakan nomor togel, pembuatan Hu (jimat) dan
sebagainya.
1
3
Universitas Kristen Maranatha “Tatung” itu sendiri merepresentasikan ajaran kepercayaan tradisional
Tionghoa, dimana pada mulanya mereka menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme yang merupakan pemujaan dan penghormatan kepada roh-roh leluhur
ataupun benda-benda, serta politeisme yaitu konsep kepercayaan kepada banyak
Dewa. Kepercayaan tradisional tersebut menghasilkan berbagai macam ritual,
salah satunya adalah ritual “Tatung” yang disebut pula sebagai lok thung (落童).
Pawai “Tatung” yang terdapat pada perayaan festival Cap Go Meh di kota
Singkawang dipenuhi dengan nuansa mistis, dikarenakan banyaknya orang yang
dipercaya berada dalam keadaan kerasukan roh-roh leluhur atau Dewa-Dewi, dan
orang-orang tersebut di Singkawang disebut sebagai “Tatung”. Seni kebudayaan
dalam bentuk pawai “Tatung” di Singkawang merupakan sebuah fenomena
puncak acara yang sangat populer pada saat perayaan festival Cap Go Meh di
daerah tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelusuri
perihal eksistensi “Tatung” yang terdapat pada saat perayaan festival Cap Go Meh
di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Tentu peninggalan kebudayaan seperti “Tatung” dalam perayaan Cap Go
Meh yang terdapat di Singkawang patut diperkenalkan kepada masyarakat luas
dikarenakan nilai berharga yang dimilikinya, serta perlunya melestarikan
kebudayaan ini agar dipertahankan dari masa ke masa. Maka dari itu judul
penelitian yang diajukan adalah “ Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival
Cap Go Meh Kota Singkawang, Kalimantan Barat ”, dimana dalam skripsi ini
akan dibahas hal-hal yang berkaitan tentang keberadaan “Tatung” yang khusus
tampil pada perayaan festival Cap Go Meh di Singkawang sebagai salah satu
perkenalan kebudayaan dari kota Singkawang.
1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian terhadap eksistensi “Tatung” di Singkawang memiliki berbagai
aspek yang luas, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian, maka
4
Universitas Kristen Maranatha fenomena eksistensi “Tatung” yang khusus dipertunjukkan pada saat perayaan
festival Cap Go Meh di Singkawang.
1.3 Perumusan Masalah
Fenomena eksistensi “Tatung” di kota Singkawang sendiri sudah
merupakan hal yang umum dan terkenal di Kalimantan Barat bahkan sampai ke
negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, tetapi sangat disayangkan
bahwa sebagian dari masyarakat Indonesia sendiri yang berada di luar pulau
Kalimantan masih sangat sedikit yang mengetahui mengenai eksistensi warisan
kebudayaan ini. Oleh karena itu penulis menetapkan rumusan masalah dari judul
penelitian “ Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh Kota
Singkawang, Kalimantan Barat ” sebagai berikut:
1. Apakah “Tatung” itu dan bagaimana asal usul “Tatung” yang terdapat di
kota Singkawang, Kalimantan Barat?
2. Bagaimana perkembangan eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival
Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat?
3. Bagaimana prosedur untuk menjadi “Tatung” dan apa syarat yang harus
dilalui “Tatung” untuk dapat ikut serta dalam perayaan festival Cap Go
Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan dari penelitian ini ditujukan untuk:
1. Mendeskripsikan perihal “Tatung” yang terdapat di kota Singkawang,
Kalimantan Barat dan memaparkan asal usul “Tatung” yang terdapat di
kota Singkawang, Kalimantan Barat.
2. Memaparkan perkembangan “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go
5
Universitas Kristen Maranatha 3. Memaparkan bagaimana prosedur untuk menjadi “Tatung” dan apa syarat
yang harus dilalui “Tatung” untuk dapat ikut serta dalam perayaan festival
Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi
masyarakat luas mengenai eksistensi “Tatung”, khususnya yang muncul
pada perayaan festival Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan
Barat.
2. Sebagai salah satu literatur pengenalan budaya mengenai “Tatung”
Singkawang.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk membantu
pemerintah dalam upaya melestarikan kebudayaan masyarakat setempat
dan juga sebagai contoh dasar pertimbangan untuk mengembangkan
pariwisata kota lainnya.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif supaya dapat diperoleh
gambaran yang holistik mengenai suatu fenomena yang akan diteliti. Menurut
Jonathan Sarwono (2006:257), pendekatan kualitatif menekankan pada makna,
penalaran, definisi suatu kondisi tersebut ( dalam konteks tertentu ), dan penelitian
ini lebih mementingkan pada proses dibandingkan hasil akhir. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat,
kepercayaan orang yang akan diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan
angka. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak
dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
6
Universitas Kristen Maranatha pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa
gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti foto,
dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian (Sarwono,
2006:259). Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain
deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai
individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi
(Koentjaraningrat, 1993:89). Selain dengan metode kualitatif, penelitian ini juga
dibantu dengan metode dokumentasi, supaya diperoleh gambaran dan jawaban
yang jelas dari permasalahan yang diajukan.
1.6.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih berada di kota Singkawang atau San Keuw
Jong (Hanzi: 山口洋 hanyu pinyin: Shānkǒu Yáng) yang merupakan sebuah kota
(kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Dengan lokasi kota Singkawang
yang dihuni oleh mayoritas etnis Tionghoa dan masih kental dengan kebudayaan
leluhur mereka, menjadikan lokasi tersebut sangat cocok untuk dijadikan lokasi
pengamatan penelitian bidang kebudayaan Tionghoa. Adapun alasan memilih
lokasi penelitian tersebut, dikarenakan adanya fenomena eksistensi “ Tatung” dari
kota tersebut yang sangat fenomenal setiap perayaan Cap Go Meh .
1.6.3. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu
mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan hasil
data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek dari penelitian ini adalah
individu-individu yang terlibat dalam proses pelaksanaan pawai “Tatung” pada
perayaan festival Cap Go Meh yang meliputi pelaku tersebut, masyarakat yang
mengetahui mengenai eksistensi “Tatung” tersebut dan tokoh-tokoh setempat.
Sedangkan yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan
7
Universitas Kristen Maranatha sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara sengaja atas
dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Informan yang dipilih secara sengaja
dalam penelitian ini adalah Bapak Haji Norman selaku Kepala Dinas Kebudayaan
kota Singkawang dan Bapak Edhylius Sean selaku pengurus perhimpunan Hakka
Singkawang.
1.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara observasi,
wawancara (in-depth interview), dan penggunaan dokumen (dokument used).
Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi. Cara yang ditempuh
dalam teknik observasi partisipasi ini terdiri dari: pertama, peneliti bertindak
secara langsung melakukan survei lapangan untuk mengamati gejala fenomena
eksistensi “Tatung” tersebut. Dengan keterlibatan peneliti semacam ini, informasi
dari hasil pengamatan dari fenomena eksistensi “Tatung” dapat dikumpulkan.
Kedua, peneliti bertindak sebagai pengamat yang melibatkan dirinya dalam suatu
kelompok tersebut, seperti observasi yang dilakukan terhadap Dinas Kebudayaan
Singkawang dan Perhimpunan Hakka Singkawang mengenai pandangan pihak
mereka terhadap fenomena eksistensi “Tatung” yang terdapat di Singkawang.
Dalam hal ini karena peneliti berkeyakinan gejala masyarakat yang diamati dari
luar, perlu juga mengamati dari dalam, tetapi tetap mengambil jarak dari subjek di
lapangan agar tetap dapat dipertahankan objektivitas informasinya.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara terbuka atau mendalam,
adalah cara wawancara yang memberi keleluasaan bagi informan untuk memberi
pandangan-pandangan secara bebas (Koentjaraningrat, 1989:30). Wawancara
demikian ini memungkinkan peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
mendalam. Peneliti akan mewawancarai informan yang terpilih, yakni orang yang
bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini (knowledgeble
on subject). Wawancara dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, wawancara
tak berstuktur mirip dengan percakapan informal (Mulyana, 2002:181), artinya
peneliti akan bebas dan leluasa menanyakan hal yang berkaitan dengan fokus
8
Universitas Kristen Maranatha awal peneliti berterus-terang dan menjelaskan maksud penelitian yang sedang
dilakukan.
Penelitian ini akan dilengkapi dengan menggunakan penggunaan
dokumentasi untuk pengumpulan data lain seperti foto-foto “Tatung” yang
terdapat dalam perayaan festival Cap Go Meh. Selain itu juga dilakukan
pengumpulan data dari buku-buku, website, notulen, koran, tulisan-tulisan yang
semuanya dapat mendukung penulisan skripsi ini.
1.6.5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif deskriptif dalam analisis
data. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan analisis deskritif
kualitatif, yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara
dideskriptifkan secara keseluruhan. Data wawancara dalam penelitian merupakan
sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah
penelitian. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan
narasumber, kemudian peneliti membuat transkip hasil wawancara dengan cara
memutar kembali rekaman wawancara untuk menuliskan kata- kata yang sesuai
dengan apa yang ada di rekaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil
wawancara ke dalam transkip, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan
cara abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan
mengabaikan data yang tidak diperlukan. Adapun data yang diperoleh disajikan
secara deskriptif kualitatif. Yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut
Bogon dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moelong adalah metode yang digunakan
untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Melalui analisis
dokumentasi nyata disertai data yang sudah diklasifikasi selanjutnya akan
dipublikasikan kepada masyarakat luas mengenai hasil penelitian deskripsi
eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang,
41
Universitas Kristen Maranatha
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian yang
berjudul tentang “Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh
kota Singkawang, Kalimantan Barat” diketahui bahwa pawai “Tatung” pada saat
perayaan festival Cap Go Meh di Singkawang sudah dilakukan kurang lebih 250
tahun yang lalu. Pengertian dari “Tatung” secara singkat adalah orang yang
tubuhnya dijadikan media untuk dirasuki oleh roh Dewa-Dewi atau roh- roh yang
mereka percayai.
Eksistensi “Tatung” di kota Singkawang menurut Bapak Haji Norman dari
Kepala Dinas Kebudayaan kota Singkawang, beliau menyatakan bahwa eksistensi
“Tatung” sudah ada sekitar tahun 1737 atau 1738. Dalam perkembangannya,
eksistensi “Tatung” telah melalui sejarah perjalanan yang panjang dan mengalami
intervensi politik, mulai dari era penjajahan Belanda, era penjajahan Jepang, era
Orde Lama, era Orde Baru, era Walikota Awang Ishak periode pertama, era
Walikota Hasan Karman, hingga kembali ke era Walikota Awang Ishak periode
kedua. Dari yang eksistensinya tidak dipandang, hingga terekspos keluar di era
keterbukaan dan akhirnya dengan adanya eksistensi “Tatung” ini berhasil
membantu kota Singkawang meraih penghargaan Wonderful Of The World 2013
paling “WOW” dalam pagelaran The Real Wow yang diselenggarakan Marketeers
Markplus bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Fenomena
Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh kota Singkawang,
Kalimantan Barat pun kian mulai diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai
bagian dari kebudayaan Indonesia yang berharga.
Dari data yang terkumpul, menunjukkan bahwa jumlah peserta “Tatung”
yang ikut serta dalam perayaan festival Cap Go Meh kota Singkawang mengalami
42
Universitas Kristen Maranatha data peserta “Tatung” yang semakin bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2011
jumlah peserta “Tatung” yang ikut serta dalam acara perayaan Cap Go Meh di
kota Singkawang ini hanya berjumlah kurang lebih dari 300 peserta. Pada tahun
2011 dan 2012 jumlah peserta “Tatung” mengalami peningkatan cukup signifikan,
dari yang sebelumnya kurang lebih 300 peserta mencapai angka 500 peserta.
Sedangkan pada tahun 2013 peserta “Tatung” juga mengalami peningkatan
kurang lebih 200 peserta sehingga pada tahun 2013 jumlah peserta “Tatung”
mencapai angka 700 peserta. Pada tahun 2014 jumlah peserta “Tatung” menjadi
kurang lebih 800 peserta.
Tidak semua orang bisa menjadi “Tatung” hal ini disebabkan adanya
faktor kepercayaan berupa warisan dari leluhur dan ada juga yang memang
sengaja belajar untuk menjadi “Tatung”. Para “Tatung” memiliki beberapa
pantangan yang mereka percayai untuk melakukan ritual “Tatung” atau lok thung
(落童), seperti dilarang makan daging, menjadi vegetarian, tidak boleh minum
beralkohol, tidak boleh berjudi, tidak boleh berhubungan intim dan wajib puasa
mulai dari 3 sampai 30 hari sebelum festival. Beberapa pantangan tersebut tidak
hanya dilakukan ketika menjelang perayaan Cap Go Meh tapi ada yang dilakukan
selama ia menjadi “Tatung”.
Untuk dapat tampil dalam perayaan festival Cap Go Meh di kota
Singkawang, para “Tatung” harus sudah terdaftar dan berada di bawah naungan
dari Majelis Agama. Seiring perkembangan, Kementerian Agama di kota
Singkawang juga bekerja sama dengan Majelis Agama yang ada di kota
Singkawang untuk mengkoordinasi pendaftaran peserta “Tatung” agar pawai
“Tatung” dapat berjalan secara efisien. Jadi untuk dapat tampil pada festival Cap
Go Meh di kota Singkawang, para “Tatung” juga harus sudah mendapatkan
sertifikat tanda terdaftar secara resmi dari Kementerian Agama di kota
Singkawang. Pada saat mendaftarkan diri kepada kepanitian Cap Go Meh kota
43
Universitas Kristen Maranatha 4.2 SARAN
Berdasarkan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian yang
berjudul tentang “Eksistensi “Tatung” dalam Perayaan Festival Cap Go Meh
kota Singkawang, Kalimantan Barat” penulis memberikan beberapa saran agar :
Akulturasi budaya dari etnis Tionghoa dan etnis Dayak yang tercermin
pada pawai “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota
Singkawang bisa selalu dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai teladan
untuk indahnya kehidupan kebersamaan dan sebagai simbol menjunjung
tinggi Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat di Indonesia.
Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota
Singkawang merupakan salah satu seni budaya dan nilai jual pariwisata
kota Singkawang, karena itu eksistensi “Tatung” perlu disosialisasikan
kepada masyarakat umum, terutama yang masih belum mengetahui
mengenai eksistensi “Tatung” di kota Singkawang, Kalimantan Barat.
Fenomena eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota
Singkawang sudah merupakan tradisi budaya yang turun temurun
dilaksanakan, apabila terus dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu
sumber peningkatan ekonomi daerah setempat. Dengan meningkatnya
ekonomi daerah setempat, maka diharapkan dapat berdampak pula pada
peningkatan taraf hidup masyarakat Singkawang.
Kota Singkawang hanya ramai pada saat perayaan festival Cap Go Meh,
padahal dengan adanya eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap
Go Meh kota Singkawang, hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik awal
dari pihak pemerintah untuk memancing kreativitas pemerintah dalam
meningkatkan laju perputaran roda perekonomian, sehingga roda
perekonomian kota Singkawang bisa berjalan dengan stabil selama
setahun penuh, tidak hanya pada saat perayaan festival Cap Go Meh saja.
Eksistensi “Tatung” dalam perayaan festival Cap Go Meh kota
Singkawang dapat dimanfaatkan untuk khasanah budaya dan menunjang
sektor pariwisata kota Singkawang. Untuk mencapai maksud ini,
44
Universitas Kristen Maranatha Misalnya dari pihak pemerintah dapat memajukan pembangunan daerah,
meningkatkan kemudahan transportasi kota Singkawang, pihak Tour dan
Travel menawarkan paket tour yang menarik bagi wisatawan dan pihak
perhotelan dapat lebih meningkatkan fasilitas perhotelan yang ada di kota
Singkawang secara lebih baik untuk menunjang kenyamanan wisatawan.
Pemerintah perlu memikirkan budaya-budaya Singkawang yang lainnya,
karena masih ada banyak kebudayaan di kota Singkawang yang belum
tereksploitasi. Disarankan agar kebudayaan-kebudayan kota Singkawang
dapat dieksploitasi dengan baik dan disosialisasikan kepada masyarakat
luas ke arah yang positif, sehingga dapat diterjemahahkan ke dalam
acara-acara kebudayaan yang sarat akan nilai jual pariwisatanya. Penulis juga
menyarankan masyarakat luas agar dapat menjadikan kota Singkawang
sebagai ranah penelitian kebudayaan dan daerah lain juga dapat
mencontoh kekreatifan kota Singkawang dalam mengemas event
45
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR REFERENSI
BUKU
Atmodjo, Satrio Eddy Prabowo Witanto (ed). (2000). Kelenteng Kuno di DKI
Jakarta dan Jawa Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2008). Selayang Pandang Singkawang.
Singkawang : Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Singkawang.
Bariarcianur, Frino. (2005). Demi Waktu Potret Tionghoa Singkawang. Jakarta : RAH
& Partners Law Firm.
Dhavamony , Mariasusai. (1995). Fenomenologi Agama . Yogyakarta : KANISIUS.
Drs. Hidajat Z.M. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung :
TARSITO.
Haryono, P. (2000). Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar.
Yogyakarta: Kanisius.
Hermansyah. (2010). Ilmu Gaib di Kalimantan Barat. Jakarta : KPG ( Kepustakaan
Populer Gramedia).
Jalaluddin, Prof. Dr.H. (2002). Psikologi Agama (edisi Revisi). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Jobathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).
Cingcowong Upacara Meminta Hujan pada Masyarakat Kuningan. Bandung :
Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).
Nadran Upacara Syukuran Masyarakat Nelayan Indramayu. Bandung : Balai
Pelestarian Nilai Budaya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (2012).
Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Bandung : Balai Pelestarian
46
Universitas Kristen Maranatha Kirchberger, Georg. (1996). Iman dan Transformasi Budaya. Flores: Nusa Indah.
Kleinsteuber, A & Maharadjo, S.M. (2010). Kelenteng-Kelenteng Kuno Di Indonesia.
Jakarta : Genta Kreasi Nusantara.
Koentjaraningrat. (1997). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma, Barry. (2013). 15 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya.
Neni Puji Nur Rahmawati, S.si. & Wilis Maryanto, SH. (2004). Sejarah Kota
Singkawang. Pontianak : Balai Kajian Sejarah.
Peursen van C.A Prof. Dr. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta : KANISIUS.
Poerwanto Hari. (2014). Cina Khek di Singkawang. Depok : Komunitas Bambu.
Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan. (2005). Profil Kota
Singkawang 2005. Singkawang : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Singkawang.
Sau Fat Lie. (2008). Aneka budaya Tionghoa Kalimantan Barat. Pontianak : Muare
Public Relation.
Tim penyusun kamus. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Triono, Timur. (2014). Singkawang Heritage. Singkawang : Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Singkawang.
Wiriaatmadja, Rochiati, A. Dasuki & Dadan Wildan. (2004). Sejarah dan Peradaban
Cina: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora
Utama Press (HUP).
Yuanzi Kong, Prof. (2005). Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta : PT Bhuana
47
Universitas Kristen Maranatha SURAT KABAR
Jangan Provokasi TATUNG. (2013, 14 November). Kalbar Times, halaman 10.
Sean, Edhylius. (2013, 17 Januari). Cap Go Meh Singkawang, dari masa ke masa.
Kalbar Times, halaman 12.
Sean, Edhylius. (2014, 1 Juli). Jejak Sejarah Hakka Singkawang. Buletin Hayo, 28-29.
PUBLIKASI ELEKTRONIK
Andy. (2012, 2 Agustus). Kepercayaan Tradisional Kebudayaan Tionghoa. 8 April
2015.
http://vincentspirit.blogspot.com/2012/08/kepercayaan-tradisional-kebudayaan.html
Data Publikasi Kota Singkawang. (n.D.). 25 Mei 2015.
http://singkawangkota.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_14/publikasi/files/search
/searchtext.xml
Dewa. (n.D.). 9 April 2015.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa
Halimah, Uun. (2008, April). Sistem Kepercayaan Masyarakat Cina. 8 April 2015.
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.html
Hari Raya Cap Go Meh. (n.D.). 12 April 2015.
http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter18/chapter180105.html
Jumlah Penduduk Kalimantan Barat. (n.D.). 25 Mei 2015.
http://dukcapil.kalbarprov.go.id/statistik.html
Prasetyo, Budi. (2014, 2 Januari). Cap Go Meh Singkawang Raih Wonderfull of the
Word Paling WOW. 18 mei 2015.
http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/02/cap-go-meh-singkawang-raih-wonderfull-of-the-world-paling-wow
Ridwan. (2014, 20 Maret). The Story of Tatung. 11 mei 2015.
48
Universitas Kristen Maranatha Sina, Ariel Bin. (2013, 29 Agustus). Ajaran Kepercayaan Rakyat Tiongkok. 11 Maret
2015.
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3678-ajaran-kepercayaan-rakyat-tiongkok
Tong, Xuan. (2013, 30 Desember). Dewa-dewa Taoism. 9 April 2015.
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/29-dewa-dewa-taoism
Tongji (Spirit Medium). (n.D.). 29 Maret 2015.
https://en.wikipedia.org/wiki/Tongji_%28spirit_medium%29
Xiong, Zhou. (2011, 03 Februari). Re: Tiao Tang, luo tang, lok tung, tang ki , tang
sin, chinese mediumship. 29 Maret 2015. Budaya_Tionghua@yahoogrups.com
Zulkifli.(2012, 28 Februari). Manusia dan Mistisisme. 15 April 2015.