• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Anomali Pasar: Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian Anomali Pasar: Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGUJIAN ANOMALI PASAR : DAY OF THE WEEK EFFECT PADA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

MARGARETA MARIA TRISNADI NIM : 1215251052

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(2)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 27 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Putu Yadnya, MM. ………

2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si ………

3. Anggota : Dra. Ni Ketut Purnawati, MS. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(3)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016

Mahasiswa,

(4)

iv

Judul : Pengujian Anomali Pasar : Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia

Nama : Margareta Maria Trisnadi NIM : 1215251052

ABSTRAK

Konsep pasar modal yang efisien hingga sekarang masih menjadi perdebatan akibat adanya penyimpangan yang disebut sebagai anomali pasar. Salah satu bentuk anomali pasar, yaitu anomali musiman melanggar hipotesis mengenai konsep efisiensi yang disebabkan adanya return yang tidak random, melainkan dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender tertentu. Anomali musiman yang sering dianalisis adalah fenomena Day of The Week Effect, yaitu suatu anomali di mana terjadi perbedaan return antar hari perdagangan dalam seminggu secara signifikan. Pada umumnya return saham di awal minggu cenderung negatif dan menjadi positif di akhir minggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan fenomena Day of The Week Effect pada saham-saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia dan pengaruh hari perdagangan terhadap return saham.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Regresi Linear Berganda dengan variabel dummy dan uji parsial untuk mengetahui apakah hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian menggunakan sampel 45 saham perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 untuk periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan hasil pengujian, hari Selasa memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan, hari Rabu dan Jumat memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan juga. Hanya hari Kamis yang memberikan pengaruh positif secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil penelitian ini, ditemukan adanya fenomena Day of The Week Effect pada indeks LQ-45 periode Agustus 2014 hingga Januari 2015, di mana rata-rata return pada hari Kamis adalah yang tertinggi dan berpengaruh signifikan, yang biasa dikenal sebagai Thursday Effect. Investor yang akan melakukan transaksi jual beli sekuritas perlu memperhatikan keberadaan fenomena Day of The Week Effect sebagai bagian dari rencana dan strategi investasi untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian yang akan didapatkan.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengujian Anomali Pasar : Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia” dapat diselesaikan sesuai

dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, dan Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

5. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si, sebagai Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

(6)

vi

7. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

ABSTRAK………. vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ………. 8

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 8

1.5. Sistematika Penulisan ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep ……… 11

2.1.1. Saham ……….... 11

2.1.2. Return Saham ……… 14

2.1.3. Indeks LQ-45 ………. 16

2.1.4. Pasar Efisien ...……… 18

2.1.5. Anomali Pasar ……… 25

2.2. Hipotesis Penelitian ……….. 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ………... 32

3.2. Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ……... 32

3.3. Obyek Penelitian ………... 32

3.4. Identifikasi Variabel ………... 33

3.5. Definisi Operasional Variabel ……… 33

3.6. Jenis dan Sumber data 3.6.1. Jenis Data ……… 35

3.6.2. Sumber Data ……… 36

3.7. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ……… 36

3.8. Metode Pengumpulan Data ……… 37

3.9. Teknik Analisis Data ... 38

3.9.1. Analisis Regresi Linear Berganda ……… 38

(8)

viii

3.9.3. Uji Asumsi Klasik ……… 40

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Sampel 4.1.1. Indeks LQ-45 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 42

4.2. Analisis Deskriptif ... 43

4.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

4.3.1. Pengujian Multikolinearitas ... 47

4.3.2. Pengujian Heteroskedastisitas ... 48

4.3.3. Pengujian Autokorelasi ... 49

4.4. Pengujian Hipotesis ... 50

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ………... 56

5.2. Saran ………... 56

DAFTAR RUJUKAN ………... 58

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Saham Perusahaan Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014

hingga Januari 2015 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 42

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Average Actual Return (AAR) ... 44

4.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 47

4.4 Exluded Variables ... 48

4.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 49

4.6 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 49

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31 4.1 Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Indeks LQ-45 Periode

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Saham Perusahaan Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014

hingga Januari 2015 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 62

2 Data Jumlah ActualReturn Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 ... 64

3 Perhitungan Average Actual Return Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 ... 66

4 Data Variabel Dummy dan Average Actual Return (AAR) Indeks LQ-45 Periode Agustus 2015 hingga Januari 2015... 68

5 Hasil Analisis Deskriptif Average Actual Return (AAR) ... 75

6 Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015……… 76

7 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 77

8 Exluded Variables ... 78

9 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 79

10 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 81

(12)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1Saham

Salah satu instrumen pasar keuangan yang paling dominan diperdagangkan

adalah saham. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti

penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.

Husnan (2005:29) menyebutkan sekuritas (saham) sebagai secarik kertas yang

menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk

memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan

sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut

menjalankan haknya. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga

tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang

ditanamkan di perusahaan tersebut.

Pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan

membeli atau memiliki saham, yaitu :

1) Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan,

dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham

(13)

12

dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap

pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah

rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen stock

yang artinya setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah

saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah

dengan adanya pembagian dividen stock tersebut.

2) Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual,

dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk

dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Umumnya

pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan

melalui capital gain.

Berdasarkan cara pengalihannya, saham dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)

Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang tidak memiliki

nama pemilik di atas sertifikat. Dengan pemilikan atas saham atas

unjuk, seorang pemilik dapat mengalihkan atau memindahkan kepada

orang lain dengan relatif mudah karena sifatnya mirip dengan uang.

Orang yang dapat menunjukkan saham atas unjuk akan menjadi

pemiliknya dan berhak ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang

Saham. Kekurangan saham atas unjuk adalah, apabila saham tersebut

(14)

13

2) Saham Atas Nama (Registered Stock)

Saham atas nama memiliki nama pemilik yang dituliskan di atas

sertifikat, melalui peralihan dengan dokumen peralihan, kemudian

nama pemiliknya dicatat dengan buku perusahaan khusus daftar nama

pemegang saham. Kelebihannya dibandingkan saham atas unjuk, bila

saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.

Berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu:

1) Saham biasa

Saham biasa adalah salah satu sumber keuangan utama yang harus ada

pada suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang

paling umum dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Saham

biasa merupakan kepemilikan atas hak sekuritas oleh pemilik modal

perusahaan yang akan diumumkan kepada masyarakat. Pemilik saham

memiliki hak untuk menentukan apakah akan menerima dividen atau

menduduki posisi di dalam perusahaan.

2) Saham preferen

Pemegang saham preferen memiliki hak khusus untuk didahulukan

dalam pembagian laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan

dengan pemilik saham biasa. Perbedaannya dengan saham biasa adalah

saham preferen memiliki dividen yang tetap, tetapi tidak memiliki

tanggal jatuh tempo. Saham preferen adalah saham yang memiliki

(15)

14

sisi bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi dan bunga),

tetapi di sisi lain juga mendatangkan hasil yang dikehendaki investor

2.1.2Return Saham

Seorang investor melakukan transaksi jual beli sekuritas tentunya dengan

tujuan untuk memperoleh pengembalian atau imbal hasil (return) yang maksimal.

Return saham merupakan hasil yangdiperoleh investor dari selisih pembelian dan

penjualan saham. Return saham juga dapat diartikan sebagai bentuk hasil yang

diperoleh dalam melakukan investasi saham. Return dapat berupa return realisasi

yaitu return yang sudah terjadi atau return ekspektasi yaitu return yang belum

terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Hartono, 2014:263).

Return realisasi (actual return) merupakan return yang telah terjadi, dihitung

berdasarkan data historis, sementara return ekspektasi adalah return yang

diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu

yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen utama return yang

mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari

suatu investasi. Yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Capital

gain sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan atau penurunan

harga suatu surat berharga yang bisa berupa saham maupun surat hutang jangka

panjang, dan yang bisa memberikan keuntungan (capital gain) maupun kerugian

(16)

15

Secara sistematis, perhitungan return saham adalah sebagai berikut:

Menurut Hartono (2014:265), return saham

1 t 1 -t t -(P ) D

P    t P ………..(1)

Di mana : Pt = Price, yaitu harga untuk hari t

Pt-1 = Price, yaitu harga untuk hari t-1

Dt = Dividen periodik

Mohamad Samsul (2006:200) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi return saham terdiri atas:

1) Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:

(1) Faktor makro ekonomi meliputi tingkat bunga umum domestik,

tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi

internasional.

(2) Faktor non ekonomi meliputi peristiwa politik dalam negeri,

peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa

dan kasus lingkungan hidup.

2) Faktor mikro, yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan dan

berhubungan dengan data laporan keuangan perusahaan, yaitu:

(1) Laba bersih per saham

(2) Nilai buku per saham

(3) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)

(4) Return on Equity (ROE)

(17)

16 2.1.3Indeks LQ-45

Intensitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal tentu berbeda satu sama

lain. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang tinggi dan aktif diperdagangkan,

sementara sekuritas yang lain memiliki frekuensi yang relatif rendah dan bersifat

pasif. Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan perkembangan dan tingkat

likuiditas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kurang mencerminkan kondisi

riil yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan tersebut terpecahkan

dengan dibentuknya indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ-45 adalah

gabungan dari saham-saham yang terdiri dari 45 saham di Bursa Efek Indonesia

dengan tingkat likuiditas yang tinggi, kapitalisasi pasar yang besar, serta lolos

seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria pemilihan tersebut

yaitu:

1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham dipasar

regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). Dari 60

saham tersebut, akan dipilih 30 saham dengan nilai transaksi terbesar

dan secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ-45.

2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar, yaitu berada di atas 90 persen

dari rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir.

3) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia selama paling sedikit 3 bulan.

4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan

jumlah hari transaksi di pasar regular.

5) Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektor dalam klasifikasi

(18)

17

Untuk mendapatkan 45 saham, akan dipilih 15 saham dengan menggunakan

kriteria hari transaksi dan frekuensi transaksi di pasar reguler, serta kapitalisasi

pasar. Metode pemilihan tersebut adalah:

1) Sisa dari 30 saham yang tidak terpilih, akan dipilih 25 saham

berdasarkan hari transaksi di pasar reguler.

2) Ditinjau dari frekuensi transaksi di pasar reguler, dari 25 saham yang

terpilih akan dipilih sebanyak 20 saham.

3) Ditinjau dari kapitalisasi pasar, akan dipilih 15 saham dari 20 saham

untuk mendapatkan 45 saham dalam perhitungan indeks LQ-45.

Indeks LQ-45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari

dasar untuk perhitungannya adalah tanggal 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100.

Ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sejak

bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan

sebagai ukuran likuiditas.

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau kinerja dan perkembangan

emiten yang masuk dalam indeks LQ-45 dengan melakukan evaluasi atas

pergerakan urutan/peringkat saham-saham tersebut setiap tiga bulan sekali.

Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu awal Februari

dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran dari pemilihan saham, Bursa Efek

Indonesia selalu berkonsultasi dan meminta pendapat kepada komisi penasehat

yang terdiri dari para ahli Bapepam-LK, universitas, dan pakar profesional di

(19)

18 2.1.4Pasar Efisien

Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi dalam mencapai harga

keseimbangan yang baru adalah hal yang penting. Jika pasar bereaksi secara cepat

dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan yang baru dan sepenuhnya

mencerminkan informasi yang tersedia, maka pasar dikatakan sebagai pasar

efisien. Ada hubungan antara teori pasar modal yang menjelaskan tentang

keadaan ekuilibrium dengan konsep pasar efisien yang mencoba menjelaskan

bagaimana pasar memproses informasi untuk bergerak menuju posisi ekuilibrium

yang baru. Fahmi (2012:260) mendefinisikan pasar efisien (market efficient)

adalah suatu kondisi dimana informasi tentang semua harga dapat diperoleh

secara terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus. Fama (dalam Hartono,

2014:597) mendefinisikan bahwa suatu pasar dikatakan efisien jika harga-harga

sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Informasi yang

diketahui bukan saja mengacu kepada informasi yang lalu, tetapi juga informasi

saat ini yang diterima oleh orang umum.

Syarat yang harus dipenuhi agar suatu pasar modal dapat disebut sebagai

pasar modal yang efisien antara lain :

1) Terdapat banyak investor rasional yang berusaha memaksimumkan

profit dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam pasar untuk melakukan

aktivitas, analisis, penilaian, dan transaksi jual beli sekuritas.

2) Pelaku pasar modal memperoleh akses informasi di saat yang sama

(20)

19

3) Informasi pasar bersifat random, yaitu informasi secara acak di mana

informasi yang ada di masa sekarang belum tentu sama dengan

informasi di masa mendatang.

4) Reaksi investor terhadap informasi baru sangat cepat sehingga harga

sekuritas juga berubah sesuai dengan perubahan nilai akibat dari

informasi yang masuk ke dalam pasar.

Bentuk-bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan

informasi, kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan

analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut

informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally

efficient market), sementara pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan

pelaku pasar dalam mengambil keputusan disebut efisiensi pasar secara keputusan

(decisionally efficient market).

1) Efisiensi Pasar secara Informasi

Hal utama dalam mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara

harga sekuritas dengan informasi. Fama (dalam Tandelilin, 2010:223)

mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga bentuk,

yaitu:

(1) Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di

masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk di

masa sekarang. Maka dari itu, informasi historis tersebut (seperti

(21)

20

digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang

datang karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya

adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar

saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti

yang dilakukan dalam analisis teknikal. Bentuk efisiensi pasar

secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random

walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak

berhubungan dengan data masa sekarang.

(2) Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semi strong)

Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat berarti harga pasar

saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi

historis ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan,

seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan

saham baru, dan peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak

pada aliran kas perusahaan di masa datang. Pada pasar efisien

bentuk setengah kuat, abnormal return hanya terjadi di seputar

pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi

dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar

dinyatakan dalam bentuk setengah kuat apabila informasi

terserap dan direspon cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua

spot waktu atau hari di seputar pengumuman). Abnormal return

yang terjadi berkepanjangan (selama lebih dari tiga spot waktu)

(22)

21

atau menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap

pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

(3) Efisiensi pasar dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang

terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis

ditambah dan semua informasi yang dipublikasikan ditambah

dengan informasi yang tidak dipublikasikan (privat). Pada pasar

efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa

memperoleh keuntungan tak normal (abnormal return).

Tahun 1991, Fama mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi

efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan

menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji

prediktabilitas return (return predictability). Pada klasifikasi ini,

informasi mengenai pola return sekuritas, seperti return yang tinggi di

bulan Januari dan hari Jumat, tidak dapat digunakan untuk

memperoleh return tak normal. Sedangkan efisiensi bentuk setengah

kuat diubah menjadi studi peristiwa (event studies), dan pengujian

efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian informasi

privat (private information).

2) Efisiensi Pasar secara Keputusan

Informasi yang tidak perlu diolah lebih lanjut, seperti informasi

tentang pengumuman laba perusahaan, akan dicerna pasar dengan

(23)

22

efisiensi pasar tidak ditentukan dengan seberapa canggih pasar

mengolah informasi laba tersebut, tetapi seberapa luas informasi

tersebut tersedia di pasar. Informasi pasar semacam ini merupakan

efisiensi pasar secara informasi. Akan tetapi untuk informasi yang

perlu diolah lebih lanjut, ketersediaan informasi saja tidak cukup

menjadi jaminan bahwa pasar akan efisien. Informasi yang harus

diolah dengan benar memerlukan kecanggihan dari pelaku pasar. Jika

hanya sebagian saja pelaku pasar yang canggih, maka kelompok

tersebut mendapatkan keuntungan tak normal akibat dapat

menginterpretasikan informasi dengan lebih benar dibandingkan

kelompok pelaku pasar yang kurang canggih.

Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk

setengah kuat menurut versi Fama (dalam Hartono, 2014:610) yang

didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya, bila

efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan faktor

ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan

mempertimbangkan faktor ketersediaan informasi dan kecanggihan

pelaku pasar.

Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut :

1) Investor adalah penerima harga (price taker), di mana sebagai pelaku

pasar, seorang investor tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu

sekuritas. Harga dari suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor

(24)

23

terjadi jika pelaku pasar terdiri dari institusi dan individual rasional

dalam jumlah besar yang mampu mengartikan dan

menginterpretasikan informasi dengan baik dan benar untuk digunakan

menganalisis, menilai, dan melakukan transaksi jual beli sekuritas.

2) Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat

yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut

murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat berbagai

media dalam waktu yang bersamaan. Bagi pasar efisien, harga dari

informasi tersebut relatif murah untuk diperoleh.

3) Informasi yang dihasilkan secara acak (random) dan antar

pengumuman informasi satu dengan yang lain selalu bersifat random

sehingga investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan

mengumumkan informasi yang baru.

4) Investor bereaksi dan menggunakan informasi secara cepat dan penuh

sehingga harga sekuritas berubah dan mencerminkan informasi

tersebut untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Kondisi ini

bisa terjadi bila pelaku pasar adalah individu yang canggih

(sophiscated) dan mampu memahami serta menginterpretasikan

informasi dengan cepat dan baik.

Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka pasar efisien mungkin

tidak akan terjadi. Pasar menjadi tidak efisien bila kondisi-kondisi berikut terjadi:

1) Hanya terdapat pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas

(25)

24

2) Harga dari informasi mahal dan kurangnya akses yang seragam antara

pelaku pasar satu dengan pelaku pasar lainnya. Kondisi ini terjadi

apabila penyebaran informasi kurang merata sehingga ada sebagian

pelaku pasar yang menerima informasi tepat waktu, sementara

sebagian lagi menerima informasi dengan terlambat, dan sisanya

bahkan mungkin tidak menerima informasi sama sekali. Kondisi

seperti ini disebut informasi yang tidak simetris (information

asymmetric). Pelaku pasar yang memiliki akses privat terhadap

informasi dan menggunakannya dalam bertransaksi disebut sebagai

insider trader. Perdagangan sekuritas yang menggunakan informasi

privat merupakan kegiatan yang melanggar hukum karena merugikan

pelaku pasar lain.

3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian

pelaku pasar.

4) Investor adalah individual yang lugas dan tidak canggih sehingga

kerap kali melakukan keputusan yang salah dan menilai sekuritas

secara kurang tepat. Briloff (dalam Hartono, 2014:610) menunjukkan

banyak kasus bahwa laporan akuntasi dapat menyesatkan pasar

sehingga harga sekuritas tidak dinilai secara tepat dalam jangka waktu

tertentu.

Ide dari pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang

disebut dengan Hipotesis Pasar Efisien (HPE) atau Efficient Market Hypothesis

(26)

25

pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi pasar. Fama

(dalam Tandelilin, 2010:223) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga

kategori.

1) Pengujian-pengujian bentuk lemah (weak-form tests), yakni seberapa

kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan.

Pengujian ini oleh Fama pada artikel berikutnya diganti menjadi

pengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability).

2) Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semi-strong form tests),

yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang

dipublikasikan. Pengujian ini diubah menjadi studi peristiwa (event

studies).

3) Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong-form tests), yakni untuk

menjawab pertanyaan apakan investor memiliki informasi privat yang

tidak terefleksi di harga sekuritas. Berikutnya, pengujian ini diusulkan

menjadi pengujian terhadap informasi privat (tests for private

information.)

2.1.5Anomali Pasar

Anomali merupakan penyimpangan terhadap konsep pasar efisien yang

penyebabnya sulit dijelaskan dengan cepat (Alteza, 2007). Dalam teori keuangan,

Levi (dalam Alteza, 2007) mengklasifikasikan anomali pasar menjadi empat

macam. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies),

(27)

26

anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). Menurut Jones

(2014:311), anomali pasar adalah teknik-teknik atau strategi-strategi yang

berlawanan atau bertentangan dengan konsep pasar modal yang efisien dan

penyebab kejadian tersebut tidak dapat dijelaskan dengan mudah.

Beberapa anomali yang terdapat di pasar modal antara lain :

1) Day of The Week Effect atau Efek Hari Perdagangan adalah anomali di

mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap pola return

saham dalam satu minggu. Pada umumnya return saham di awal

minggu memiliki nilai negatif dan return saham di akhir minggu akan

memiliki nilai positif atau tertinggi.

2) Price Earning (P/E) Effect adalah anomali yang memperlihatkan

bahwa saham dengan P/E rendah menunjukkan risk adjusted return

yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki P/E

tinggi (Jones, 2014:313). Anomali ini pertama kali ditemukan oleh

Basu pada tahun 1977 dan 1983.

3) Size Effect adalah anomali dimana risk adjusted return dari perusahaan

ukuran kecil lebih tinggi secara rata-rata dari perusahaan dengan

ukuran besar. James O’Shaughnessy (dalam Jones, 2014:314)

berpendapat bahwa return yang terkait dengan saham dari perusahaan

berukuran kecil, sebagian besar terkait dengan saham micro-cap yang

memiliki kapitalisasi yang kecil dan tidak dapat dibeli oleh individu

maupun lembaga dengan mudah karena tingkat spread yang besar dan

(28)

27

4) January Effect merupakan anomali pasar yang menyatakan bahwa

return saham-saham di bulan Januari cenderung lebih tinggi dibanding

bulan-bulan yang lalu (Jones, 2014:314). Anomali January Effect

menjadi suatu kontroversial karena keberadaannya tidak muncul secara

pasti, terutama pada saham-saham yang tergolong large-cap atau

dengan kapitalisasi yang besar. Anomali ini diduga memiliki

kecenderungan untuk muncul pada saham-saham perusahaan kecil.

5) Neglected Firm Effect, merupakan suatu anomali di mana terdapat

kecenderungan bahwa investasi pasar saham pada perusahaan yang

kurang terkenal dapat memberikan tingkat keuntungan yang lebih

besar. Hal tersebut mungkin terjadi karena perusahaan kecil cenderung

diabaikan oleh investor besar, oleh karena itu akses informasi

mengenai perusahaan kecil cenderung kurang tersedia. Kurangnya

informasi tersebut menyebabkan perusahaan kecil menjadi lebih

berisiko sehingga dapat menimbulkan tingkat keuntungan yang lebih

tinggi. Anomali ini ditemukan oleh Profesor keuangan Avner Arbel

pada tahun 1982.

6) Reversal Effect adalah efek pembalikan rata-rata return yang

merupakan sebutan lain untuk anomali winner-loser yaitu

kecenderungan saham yang memiliki kinerja buruk (loser) akan

berbalik menjadi saham yang memiliki kinerja baik (winner) pada

periode berikutnya dan begitu juga sebaliknya. Anomali ini pertama

(29)

28

Day of The Week Effect adalah salah satu penyimpangan (anomali) terhadap

konsep pasar efisien dan termasuk ke dalam anomali pasar. Day of The Week

Effect adalahanomali di mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap

pola return saham dalam satu minggu (Alteza, 2007). Artinya, ada perbedaan

return untuk hari-hari tertentu dalam seminggu. Biasanya return yang signifikan

negatif terjadi pada hari Senin, sedangkan return positif terjadi pada hari-hari

lainnya. Fenomena ini merupakan salah satu bagian dari pengujian prediktabilitas

return yang memakai pola musiman (seasonality) dan memperlihatkan adanya

return saham yang lebih tinggi atau lebih rendah pada suatu periode tertentu.

Gibbons dan Hess (dalam Tandelilin, 2010:228) menemukan bahwa return

pada hari Senin lebih rendah dibandingkan hari lain di Bursa Saham New York,

sementara return yang positif terjadi pada hari perdagangan Rabu dan Jumat.

Penelitian tersebut didukung oleh beberapa literatur yang mengungkapkan pola

return di mana hari Jumat mempunyai rata-rata return tertinggi dan tingkat risiko

yang lebih rendah daripada hari lainnya. Hal ini bisa disebabkan oleh dominannya

para investor untuk lebih aktif di perdagangan pada hari Jumat karena melihat

kecenderungan nilai negatif yang didapat pada hari Senin. Kecenderungan nilai

negatif tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu di antaranya adanya

aksi proft taking yang dilakukan investor pada hari Jumat. Dengan adanya pola

dalam return sekuritas, disarankan pada investor bahwa saat terbaik untuk

membeli saham adalah pada saat pembukaan bursa di hari Selasa untuk

(30)

29 2.2. Hipotesis Penelitian

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya suatu pola dalam return saham.

Pola tersebut menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih

rendah pada hari tertentu berkaitan dengan Day of The Week Effect. Penelitian

dilakukan Tilica dan Oprea (2014) pada saham-saham di Bursa Efek Bucharest

menggunakan metode regresi dengan variabel dummy mengenai pengaruh hari

perdagangan terhadap return saham di pasar modal Rumania. Hasil penelitian

menemukan terjadinya efek Jumat atau Friday Effect, ketika pengembalian

rata-rata (return) lebih tinggi pada hari Jumat dibandingkan hari lainnya. Penelitian

serupa dilakukan Hussain et al. (2011) terhadap saham-saham mayor KSE dan

indeks 100 KSE periode 2006-2010 di pasar sekuritas Pakistan. Hasil penelitian

menemukan indikasi terjadi Tuesday Effect, di mana return pada hari Selasa lebih

tinggi dibandingkan hari perdagangan lainnya, sementara return hari lainnya

menunjukkan besaran yang konstan. Cinko dan Avci (2009) meneliti saham

indeks ISE-100 di pasar saham Istanbul selama periode 1995-2008 dengan

menggunakan metode regresi. Hasil penelitian memperlihatkan return di hari

Senin signifikan negatif, sementara return pada hari Jumat dan Kamis signifikan

positif.

Penelitian oleh Patel et al. (2012) dilakukan di empat pasar saham yang

dipilih dari negara-negara Asia yaitu: India (Bombay Stock Exchange), Hong

Kong (Hong Kong Bursa Efek), Jepang (Tokyo Stock Exchange) dan China

(Shanghai Bursa Efek). Bombay Stock Exchange (BSE) memiliki return rata-rata

(31)

30

Stock Exchange adalah satu-satunya pasar yang telah memberikan hasil positif

rata-rata pada semua hari di antara pasar Asia. Distribusi return dalam semua

pasar tidak terdistribusi normal. Pada Hang Seng, return rata-rata maksimum

terjadi pada hari Jumat dengan standar deviasi tertinggi pada hari Senin. Nikkei

memiliki return tertinggi pada hari Kamis, sementara sisa hari yang lain return

rata-rata negatif dan volatilitas maksimum ditemukan di hari Senin. Shangai Stock

Exchange memberikan return rata-rata maksimum pada hari Rabu dan volatilitas

maksimum di hari Senin.

Rahman (2009) melakukan penelitian terhadap saham Dhaka Stock

Exchange periode 4 September 2005 hingga 8 Oktober 2008 dan menemukan

return di hari Minggu dan Senin adalah negatif, sementara return positif terjadi

hanya pada hari Kamis. Penelitian Marrett dan Worthington (2008) terhadap dua

belas indeks saham yang berbeda di pasar saham Australia dan menemukan Day

of The Week Effect terjadi pada kelompok saham perbankan, keuangan

diversifikasi, energi, kesehatan, asuransi, bahan dan industri ritel.

Penelitian terhadap Day of The Week Effect juga dilakukan Saputro (2014)

dengan sampelnya IHSG harian periode 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menyebutkan fenomena Day of The Week Effect terjadi pada

Bursa Efek Indonesia di mana hari Kamis memiliki pengaruh terhadap return

indeks pasar, trading return pada hari Senin dipengaruhi oleh nontrading return

pada hari Jumat minggu sebelumnya dan return yang negatif terjadi pada saat

(32)

31

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya yang memberikan

bukti empiris bahwa fenomena Day of The Week Effect terjadi pada beberapa

pasar modal, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham LQ-45

[image:32.595.113.506.244.424.2]

periode Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015 di Bursa Efek Indonesia.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Hari Perdagangan Senin (X1)

Hari Perdagangan Selasa (X2)

Hari Perdagangan Rabu (X3)

Hari Perdagangan Kamis (X4)

Hari Perdagangan Jumat (X5)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh variasi konsentrasi dari limbah cari industri tempe dan efisiensi pengolahan dengan beberapa parameter air limbah

(1) Untuk pelaksanaan belanja modal atau belanja barang/jasa yang dananya bersumber dari DIPA hasil revisi dan dilaksanakan melalui lelang, pengumuman pada web

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

pada pastura alami yang terdapat di Pulau Samosir Kabupaten Samosir.

Ini dilihat dari fakta bahwa tiga kekuatan ekonomi besar di Asia Timur; Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok bangkit setelah melakukan kontak dengan Barat di era Perang Dingin.. Ini

Based on the quantitative analysis, it seems that Latin words borrowed in the third period are used in the great number in the tale (91.61%).. This proves that the uses

Jadi, antara teori dan observasi yang peneliti lakukan sudah sesuai, yakni di MTsN Tunggangri dalam hal perencanaan pembelajaran kitab kuning dalam meningkatkan pemahaman

Skripsi ini membahas tentang efektivitas penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kreativitas berpikir peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di