• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di tujuh SMA Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di tujuh SMA Kabupaten Sleman"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA

DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Carlina

NIM: 121424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA

DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Carlina

NIM: 121424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

jangan berpikir mengenai yang nanti. Kerjakan saja satu detik stiap kali dan

engkau akan menikmati seiap detik itu sepanjang hidupmu”

(Anthony de Mello SJ)

Karya ini ku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing serta menguatkanku dalam segala perkara.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang sealau memberikan kebebasan bagiku dalam memilih, tetapi tetap selalu membimbingku hingga sekarang.

3. Ketiga adikku terkasih yang selalu mendukung dan memberikan masukan dengan cara mereka masing-masing

(6)
(7)
(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Carlina

Nomor Mahasiswa : 121424021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA DALAM BIDANG FISIKA DI

TUJUH SMA KABUPATENSLEMAN

beserta perangkat yang diperlukan.

Saya mengizinkan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, dan memublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis.

Demikian pernyataan saya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 03 Agustus 2017 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Carlina. 2017. Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang F isika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif kuantitatif dengan menggunakan riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh SMA yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel sebanyak 275 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dengan tes pilihan ganda dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskritif.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa SMA di Kabupaten Sleman sangat rendah. Hal ini terlihat dari persentase skor kemampuan siswa hanya 30,97 % dengan kategori sangat rendah. Persentase skor pada tingkat mengingat 37,22%, tingkat memahami 27,43%, tingkat menerapkan 31,00%, dan tingkat menganalisis 24,75%. Dengan kategori masing-masing tingkat berada pada kategori sangat rendah. Siswa mempunyai persentase skor pada bidang Fisika yaitu bidang Mekanika 30%, bidang Optika 27%, dan bidang Termofisika 27% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu kategori sangat rendah.

(10)

ABSTRACT

Carlina.2017.The ability of high school students of Class XI SCIENCE in Physics in Seven SMA Sleman Regency. Thesis, physics education study Program, Department of Mathematics and natural sciences, Faculty of teacher training and education science, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research is a type of quantitative deskritif research using survey research aims to know the ability of high school students of Class XI science in Physics in Sleman Regency. This research was carried out on the seven existing high school in Sleman Regency on the even semester academic year 2015/2016 with the sample as much as 275 students of class XI science majors. The instruments used in the collection of data with multiple choice tests and the data obtained were analyzed statistically deskritif.

The results obtained indicate that in general the ability of high school students in Sleman Regency is very low. This can be seen from the percentage score ability students only 30,97 % with very low categories. Percentage score at the rate given 37,22%, the level of understanding 27,43%, levels apply 31.00%, and level of analyzing 24,75%. With each category level is at a very low category. Students have a percentage score on Physics mechanics i.e. 30%, 27%, optics and field Termofisika 27% with each category fields category is very low.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang Fisika Di Kabupaten Sleman”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai

pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ign. Edi Santosa, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

3. Bapak Severius Domi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma yang dengan penuh kedisplinan

mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di

Program Studi Pendidikan Fisika.

5. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Syamsudin Syamsuit dan Ibu Theresia

serta adik-adikku tersayang Yuni Ulandari, Oktavia dan Jenita yang

menjadi penyemangat hidupkku. Yang senantiasa mencurahkan cinta

kasih, dukungan, perhatian, dan doa dalam setiap proses pendidikan.

6. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam

penelitian ini serta siswa-siswi SMA kelas XI IPA yang berpartisipasi

(12)

7. Rekan seperjuangan ku (Caecilia Anis Pratiwi, Amanda Kartika, Fransiska

Yupita dan Rahayu Larasati) yang mau bekerja sama selama penelitian ini.

8. Markus Kristian Widi Utomo yang telah memberikan dukungan,

motivasi,dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan

bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas

Sanata Dharma.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun

demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 27 Juli 2017

(13)
(14)

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...24

D. Instrumen Penelitian ...25

E. Metode Analisis Data ...26

F. Uji Validitas dan Relibilitas Instrumen...29

1. Validitas Instrumen ...29

2. Uji Relibitas Instrumen ...32

BAB IV DATA DAN ANALISIS ...33

A. Diskripsi Penelitian ...33

B. Data, Analisis Data, Dan Pembahasan ...35

1. Diskripsi data Secara Umum ...35

2. Kemampuan Siswa Berdasarkan Tingkatan aspek kognitif ...37

3. Kemampuan Siswa Perbidang Dalam Fisika ...44

4. Kemampuan Siswa Persekolah ...48

C. Kelemahan Penelitian ...52

BAB V PENUTUP ...53

5.1 Kesimpulan ...53

5.2 Saran ...54

DAFTAR PUSTAKA ...55

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Sekolah Pada setiap kecamatan di kabupaten sleman ...14

Tabel 2 Daftar Sekolah Yang Ada Disetiap Kecamatan ...15

Tabel 3 Daftar Sekolah Yang dijadikan Sebagai Penelitian ...16

Tabel 4 Daftar Sekolah Berdasarkan Kecamatan ...22

Tabel 5 Jumlah Sampel Sekolah ...23

Tabel 6. Jumlah Sampel Setiap Sekolah ...24

Tabel 7 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...25

Tabel 8 Kisi – Kisi soal berdasarkan bidang fisika ...26

Tabel 9 Penskoran berdasarkan butir soal ...26

Tabel 10 Pengkategorian Skor ...28

Tabel 11 Keterangan Kategori Kemampuan Siswa ...29

Tabel 12 Hasil Uji Validitas ...31

Tabel 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...32

Tabel 14 Jadwal Pelaksanan Penelitian di setiap sekolah ...34

Tabel 15 Diskripsi Data Secara Keseluruhan...36

Tabel 16 Distribusi Frekuensi dan Mean Setiap Kategori ...37

Tabel 17 Rata – rata skor ...38

Tabel 18 Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika ...45

Tabel 19 Distribusi Skor setiap Sekolah ...48

Tabel 20 Distribusi Skor yang diperoleh ...50

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Hubungan antara jumlah siswa terhadap skor ...36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Instrumen ...57

Lampiran Surat izin Penelitian dari JPMIPA ...64

Lampiran Surat Bappeda ...68

Lampiran Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian ...70

Lampiran Validitas data ...76

Lampiran Relibilitas ...79

Lampiran Distribusi Jawaban Siswa ...81

Lampiran Distribusi Skor siswa ...91

Lampiran Distribusi Skor pada Pilihan jawaban siswa ...101

Lampiran Analisis Skor pada masing – masing level aspek kognitif ...102

Lampiran Skor pada setiap butir soal ...107

Lampiran lembar jawaban siswa ...108

Lampiran Distribusi skor pada setiap bidang dalam fisika ...122

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar mempunyai tujuan pembelajaran yang

harus dicapai. Di dalam mata pelajaran Fisika, tujuan yang ingin dicapai

salah satunya untuk menguasai konsep dan prinsip Fisika serta memupuk

sikap ilmiah. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala – gejala

fisik dari alam.

Belajar Fisika merupakan hal yang menyenangkan karena

mempelajari fenomena yang ada disekitar kita. Pada kenyataannya, siswa

mempunyai anggapan bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit

untuk dipelajari. Ada banyak alasan yang diungkapkan oleh siswa bahwa

Fisika itu merupakan mata pelajaran yang isinya rumus – rumus yang sulit

dipahami. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika ini membuat

motivasi dan minta belajar siswa menurun.

Siswa didalam mempelajari pelajaran Fisika dipengaruhi oleh

motivasi dan minat siswa itu sendiri dalam belajar Fisika. Disamping itu,

masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa yaitu guru

pengampu, sarana dan prasarana, dan faktor yang lain. Guru mimiliki

peran untuk menanamkan minat dan motivasi pada siswa untuk belajar.

Sumber untuk belajar Fisika semuanya bukan pada guru saja. Guru hanya

mendapingi supaya siswa aktif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

(19)

sumber untuk belajar. Maka siswa hanya menunggu materi yang diberikan

oleh guru.

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada masing – masing

sekolah berbeda – beda. Hal ini dapat ditujukkan dengan survei tentang

kualitas pendidikan yang dimiliki oleh setiap sekolah. Hal ini merupakan

kebanggaan pada masing – masing sekolah. Sekolah yang masih belum

mencapai kualitas yang baik juga saling bersaing untuk membenahi

pendidikan pada sekolahnya. Langkah pertama yang dilakukan untuk

membenahi masalah pendidikan tersebut dengan mengetahui tingkat

kemampuan para siswanya. Tingkat kemampuan ini dilihat pada masing –

masing bidang, misalnya pada bidang Fisika, Matematika dan lain

sebagainya.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang ada di

provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Kabupaten Sleman

sendiri terdapat banyak kecamatan. Setiap kecamatan ada yang memiliki

sekolah menengah atas dan ada yang tidak. Kualitas pendidikan di

kabupaten sleman cukup baik hal ini dikarenakan tenaga pengajar dan

prasarana sekolah mendukung untuk proses belajar. Tenaga pengajar yang

dimaksud adalah tenaga pengajar yang profesional pada bidangnya. Di

Kabupaten Sleman terdapat banyak sekolah menengah atas baik negri

maupun swasta. Dalam penelitian ini, peneliti berminat untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam bidang Fisika. Kemampuan siswa yang ingin

(20)

Penelitian ini dilakukan bersama dengan peneliti lain yang

mengambil sampel yang sama dengan peneliti atau dilakukan dengan tim.

Anggota tim yaitu 5 orang dengan topik penelitian yang berbeda – beda

sehingga instrumen yang digunakan digabungkan menjadi satu buku kecil

atau booklet. Penelitian ini tujuannya untuk mempermudah dalam

pengambilan data setiap siswa yang tersebar diseluruh SMA di Kabupaten

Sleman.

Oleh karena itu, peneliti ingin mungukur tingkat Kemampuan

siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten

Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

permasalahan yang akan dikaji adalah :

Bagaimana Kemampuan Siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di

Tujuh SMA Kabupaten Sleman?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah

yang akan dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas.

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam

(21)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di Tujuh SMA Kabupaten

Sleman.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan

keefektifan pembelajaran fisika.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Berdasarkan Hakikat Fisika

Kemampuan merupakan kecakapan, kepandaian, atau kepiawaian yang

dimiliki seseorang. Dalam dunia pendidikan, kemampuan atau kecakapan

sering kali dilihat pada prestasi yang dimiliki oleh seorang siswa.

Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan

kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika

sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi

atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di

sekolah menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang

dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman

produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam

membentuk konsep siswa.

Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek yaitu aspek produk,

aspek proses, dan aspek sikap. Aspek produk dalam sains memberikan

gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan

penemuan-penemuan, jadi sains sebagai proses memberikan gambaran mengenai

pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Melalui prinsip,

hukum, dan teori yang dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang

terjadi, memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji dengan

(23)

Aspek proses pada sains tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan

fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan,

pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu

memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran.

Berdasarkan proses yang dicapai untuk mendapatkan produk dalam sains

maka membentuk keilmuan. Sikap keilmuan ini merupakan salah satu aspek

dalam sains yaitu aspek sikap. Aspek sikap ini merupakan hasil dari proses

yang dilalui oleh seorang ilmuan. Aspek sikap adalah berbagai keyakinan,

opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan ketika

mengembangkan pengetahuan baru. Nilai-nilai ini diantaranya adalah

bertanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, dan terbuka terhadap

pendapat orang lain (Sarkim :2013).

B. Tujuan Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2008:125), tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah

mempelajari bahasan tertentu. Menurut Bloom (dalam Sanjaya,

2008:125-130), tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain,

yaitu domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik

(keterampilan). Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang

kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut

Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman,

(24)

Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalah tujuan kognitif.

Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah

dipelajarinya. Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks

atau rumus yang telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi

hukum Newton 1, mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan sebagainya.

Tingkatan ini sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

yang lebih tinggi.

Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta.

Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan,

menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.

Misalnya, siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi.

Pemahaman untuk menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik

kecepatan terhadap perpidahan posisi.

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau memecah suatu bahan

pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar

bahan tersebut (Sanjaya, 2008:127). Tujuan kognitif ini merupakan tujuan

pembelajaran yang kompleks dan hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh

siswa yang telah menguasai kemampuan memahami atau menerapkan.

tingkatan ini digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran tingkat atas.

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam

suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, melihat

hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan

(25)

sedangkan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur atau

bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis

merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan atau menciptakan

inovasi atau kreasi baru (Sanjaya, 2008:127).

Evaluasi merupakan tujuan kognitif yang paling tinggi. Tujuan ini

merupakan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu. Penilaian ini

diambil berdasarkan maksud dan criteria tertentu. Tujuan ini juga merupakan

kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai

pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, memberikan keputusan

bahwa sesuatu diamati itu baik, buruk, mengagumkan, merugikan, dan lain

sebagainya. Kemampuan ini diperoleh ketika kemampuan sebelumnya

dipenuhi.

Tingkatan-tingkatan tujuan pembelajaran pada domain kognitif ini saling

berkaitan satu sama lain. Artinya tingkatan paling rendah merupakan

prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Tingkatan pengetahuan, pemahaman,

dan menerapkan merupakan tujuan kognitif tingkat rendah. Artinya, pada

tingkatan ini siswa hanya mampu mengingat, mengungkapkan apa yang

diingatnya dan menerapkannya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang

sifatnya pasti. Tingktan analiis, sintesis, dan evaluasi merupakan tujuan

kognitif tingkatan tinggi. Dikatakan tujuan kognitif tingkat tinggi karena

kemampuan pada tingkatan ini siswa bukan hanya mampu mengingat atau

menerapkan. Tetapi siswa mempunyai kemampuan berkreasi dan kemampuan

(26)

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan taksonomi Bloom

mengalami revisi dengan memasukkan unsure metakognitif sebagai tingkatan

tertinggi dari domin kognitif. Tingkatan ini dinamakan sebagai mencipta

(create) yang menggantikan posisi evaluasi dengan menghilangkan sistesis.

Semua tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya kta benda diubah

menjadi kata kerja. Misalnya, pengetahuan (knowledge) diubah menjadi

mengingat (remembering). Maka tingkatan dalam domain kognitif

berdasarkan hasil revisi tersebut adalah tingkatan paling rendah mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan tingkatan paling

tinggi menciptakan (Krathwohl, D.R. 2002).

C. Materi Fisika

Fisika merupakan salah satu cabang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang

mendasari perkembangan teknologi yang maju dan konsep hidup harmonis

dengan alam IPA sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran

fisika merupakan pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa Sekolah Menengah

Atas (SMA). Didalam kurikulum materi Fisika yang diberikan untuk

dipelajari siswa dibagi pada tiap tingkatan kelas, pembagian ini berdasarkan

tingkat kesulitan dari materi Fisika yang diajarkan. Pada kelas X

mendapatkan materi-materi dasar dalam Fisika sedangkan pada kelas XI

(27)

Materi-materi tersebut diajarkan pada kelas X dan XI berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu:

1. Kelas X :

a. Besaran dan Pengukuran

b. Vektor

c. Hukum Newton

d. Suhu dan Kalor

e. Optik Geometri

f. Alat Optik

2. Kelas XI :

a. Kinematika

b. Hukum Newton tentang Gerak

c. Usaha dan Energi

d. Elastisitas

e. Momentum dan Impuls

Materi fisika diatas digolongkan kedalam empat bidang yaitu bidang

Mekanika, bidang Termofisika, dan bidang Optika.

D. Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi (evaluation) menunjuk pada suatu proses untuk

menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu (Uno & Koni, 2012:3). Evaluasi

berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau

bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap

(28)

proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik.

Sebenarnya yang dinilai adalah proses belajar-mengajar, tetapi penilaian atau

evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa

setelah mengikuti proses belajar- mengajar dan melalui peninjauan terhadap

perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar-mengajar.

(Winkle. 2004:531).

Dalam arti luas, menurut M.Ngalim Purwanto evaluasi adalah suatu

proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan

pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan

suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau

data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.

Disisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran/pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang

tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata

lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran/pendidikan. (Dinyati, Mudjiono. 1999:190).

Gronlund & Lim (Kusari & Suprananto, 2012:10-11), evaluasi

pembelajaran digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:

1. Evaluasi penempatan (placement evaluation) yaitu untuk menentukan

(29)

2. Evaluasi formatif (formatif evaluation) yaitu untuk mendiagnosis

berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.

3. Evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation) yaitu mendiagnosis

berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.

4. Evaluasi sumatif (summative evaluation) yaitu untuk mengevaluasi

prestasi siswa di akhir pembelajaran yang didesain untuk menentukan

seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan

agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Istilah “pembelajaran”

(instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada didalam konteks guru

dengan peserta didik di kelas/sekolah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak

hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik dikelas secara formal,

akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik diluar kelas

yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik. (Arifin, Zainal.

2012:10).

Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatu

proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam

rangka pengendalian, penjaminan dan kualitas pembelajaran terhadap

berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria

tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanankan

(30)

E. Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Sleman. Kabupaten

Sleman didirikan pada tanggal 15 Mei tahun 1916. Luas wilayah kabupaten

Sleman 7574,82 km2 atau 18 % dari luas wilayah DIY, terbentang di antara

110033’00” dan 110013’ 00” Bujur Timur, 70 34’ 51’’ dan 70 47’ 30’’ Lintang

Selatan.

Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan

Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten,

di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten

Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta,

Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Secara administratif, terbagi

atas 17 kecamatan, 86 desa, dan 1212 padukuhan.

Bardasarkan data pada tahun 2015 dari di Dinas Pendidikan Kabupaten

Sleman, jumlah sekolah yang tersebar diberbagai tingkat pendidikan mulai

dari SD, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK diseluruh Kabupaten Sleman dapat

(31)

Tabel 1. Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Sleman

di Kabupaten Sleman. Sehingga sekolah yang dipilih untuk mewakili setiap

(32)

Tabel 2. Daftar sekolah yang ada disetiap kecamatan

No. Kecamatan Sekolah

1 Brebah SMA Institut Indonesia

2 Cangkringan SMA N 1 Cangkringan

3 Depok SMA N 1 Depok

4 Gamping SMA N 1 Gamping

5 Godean SMA N 1 Godean

6 Kalasan SMA N Kalasan

7 Minggir SMA N 1 Minggir

8 Mlati SMA ST. Mikael

9 Moyudan SMA Islam 2 Moyudan

10 Ngaglik SMA N 1 Ngaglik

11 Ngemplak SMA N 1 Ngemplak

12 Pakem SMA N 1 Pakem

13 Prambanan SMA N 1 Prambanan

14 Sayegan SMA N 1 Seyegan

15 Sleman SMA N 1 Sleman

16 Tempel SMA N 1 Tempel

17 Turi SMA N 1 Turi

Pada proses penelitian ini peneliti hanya melakukan penelitian di 7 sekolah

yang ada di Kabupaten Sleman. Berikut daftar sekolah yang dijadikan sebagai

(33)

Tabel 3. Daftar sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMA N 1 Ngaglik 86

2. SMA N 1 Prambanan 24

3. SMA N 1 Tempel 38

4. SMA N 1 Minggir 29

5. SMA N 1 Cangkringan 54

6. SMA N 1 Turi 21

7. SMA Santo Mikael 23

Total 275

Pada masing-masing sekolah yang dilakukan sebagai tempat penelitian

berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Oleh karena

itu sekolah-sekolah ini mengikuti peraturan kurikulum yang berlaku. Sampai

saat ini kurikulum yang digunakan oleh masing-masing sekolah adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

F. Hasil Penelitian Terkait

Penelitian Felegi Daeli (2016) dengan penelitian berjudul “Kemampuan

Siswa Kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat Dalam Bidang Fisika

menunjukkan hasil penelitian ini adalah bahwa siswa mempunyai

kemampuan yang sangat rendah dalam bidang Fisika dengan persentase skor

rata-rata yaitu 26,40%, alasannya itu terlihat dari skor dari soal-soal yang

(34)

Soal bidang Fisika yang diberikan yaitu Mekanika, Optika, Termofisika, dan

Kelistrikan. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap bidang Fisika

yaitu bidang Mekanika 27,4%, bidang Optika 23,5%, bidang Termofisika

27,4%, dan bidang Kelistrikan 25,8%. Selain itu juga siswa di Kabupaten

Nias Barat mempunyai konsep Fisika yang sangat rendah tentang Fisika. Hal

ini ditunjukkan oleh skor pada soal-soal konseptual lebih kecil dibandingkan

soal-soal perhitungan. Selain dengan melihat skor pada masing-masing soal

dalam bidang Fisika, juga dapat dilihat bahwa skor pada setiap level kognitif

yang diperoleh siswa sangat rendah. Aspek kognitif dalam hal ini yaitu level

mengingat, level memahami, level menerapkan, dan level menganalisis.

Persentase skor yang diperoleh siswa pada masing-masing skor yaitu level

mengingat 29,40%, level memahami 24,90%, level menerapkan 25,30%, dan

level menganalisis 26,85%.

Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul

Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA

Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku

Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil

pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA

dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan

Taksonomi secara umum dapat dikatakan bahwa pemahaman kemampuan

akademik tinggi kelas XI IPA dapat dikatakan cukup baik dalam

(35)

Bloom. Dimana materi yang diberikan ini berdasarkan aspek-aspek taksomi

bloom.

Penelitian yang dilakukan oleh Simfrosa Talaga (2003) dengan judul

Kemampuan Siswa Mengerjakan Soal Kompleks Secara Sistematis (Studi

Kasus Pada SMA N 1 Depok kelas XI IPA) menunjukkan tingkat

kemampuan siswa mengerjakan soal-soal kompleks secara sistematis. Subjek

penelitian siswa-siswi kelas XI IPA 1. Dimana instrument yang digunakan

berupa tes uraian yang terdiri dari dua soal kompleks. Tes dilakukan

sebanyak dua tahap, yaitu tahap pertama tes dikerjakan secara bebas dan

tahap kedua tes dkerjakan menggunakan lima lankah yaitu (1)

mendeskripsikan peristiwa, (2) menulis yang diketahui, (3) menulis yang

ditanyakan, (4) merancang penyelesaian soal, dan (5) merealisasikan

rancangan penyelesaian soal.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan dengan judul

“Kemampuan Siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA

Kabupaten Sleman” ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi untuk

mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika.

Tingkat kemampuan siswa dalam bidang fisika dapat dilihat dari skor yang

diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika yang berkaitan dengan

bidang Fisika. Dalam hal ini bidang fisikanya yaitu bidang Mekanika, bidang

Optika, dan bidang Termofisika. Selain melihat skor pada pada soal-soal yang

terkait dalam bidang Fisika, juga harus melihat skor-skor yang diperoleh dari

(36)

Level/tingkatan aspek kognitif dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu level

menganalisis, level memahami, level menerapkan , dan level menganalisis.

Kemampuan siswa dalam bidang Fisika merupakan kemampuan untuk lebih

mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan pada pembelajaran

Fisika.

G. Perbandingan Dan Kelemahan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Felegi Daeli (2016) dengan judul

kemampuan siswa kelas xi IPA SMA sekabupaten nias barat dalam bidang

fisika, ini terlihat bahwa kemampuan siswa di kabupaten nias barat sangat

rendah ini dilihat dari presentase skor yang didapat pada setiap level atau

tingkatan aspek kognitif yang berada pada kategori sangat rendah. Pada

penelitian yang sama yang dilakukan dikabupaten sleman dengan judul

kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di kabupaten

sleman, ini terlihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih

sedikit dari pada yang dilakukan di nias barat dimana pada penelitian di

sleman sampelnya hanya dilakukan di 7 sekolah. Dimana pada awalnya ingin

melakukan penelitian di seluruh sleman. Di sleman pemilihan sampelnya

berdasarkan lokasi dimana setiap sekolah mewakili setiap kecamatan yang

ada dikabupaten sleman. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin

mengetahui kemampuan siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di

bagi dalam 4 kategori yaitu mekanika, listrik, optika, dan termofisika. Pada

penelitian di sleman terdapat hanya 3 kategori yaitu mekanika, optika dan

(37)

Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul

Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA

Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku

Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil

pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA

dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan

Taksonomi. Penelitian ini lebih menekankan ada pengerjaan soal secara

sistematis. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin mengetahui kemampuan

siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di bagi dalam 3 kategori yaitu

mekanika, optika, dan termofisika. Sedangkan pada penelitian ini hanya ingin

mengetahui kemampuan siswa nya dalam mengerjakan soal fisika secara

sistematis dan hanya melihat bagaimana dalam pengerjaan soal yang

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian survei. Penelitian kuantitatif

adalah desain riset yang mengunakan data berupa skor atau angka yang

kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2014: 119). Tujuan dari

penelitian survei adalah memperoleh gambaran atau deskripsi secara lebih

rinci dari hal atau objek yang diteliti, tanpa melakukan intervensi atau

pengubahan apapun terhadap objek (Paidi, 2012: 46). Menurut Kerlinger

(dalam Syofian, 2013: 4) penelitian survei memiliki karakteristik yaitu objek

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, dan penelitian survei

pada umumnya dilakukan untuk mengambil generalisasi dari pengamatan

yang tidak mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di kabupaten

Sleman. Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan kuisioner yang

berupa soal-soal Fisika kepada siswa kelas XI IPA.

B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI IPA di kabupaten

(39)

pengambilan sampling secara convenience sampling. Teknik convenience

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota

populasi yang ditemui peneliti dan bersedia untuk menjadi sampel atau

peneliti memilih orang-orang terdekat saja (Syofian, 2013: 30).

Untuk menggambarkan keterwakilan seluruh siswa di kabupaten Sleman,

maka dipilih 1 SMA dalam 1 kecamatan untuk mewakili daerah di bagian

utara, timur, bagian barat, dan bagian tengah kabupaten Sleman. Dengan

mempertimbangkan kemungkinan untuk diterima lebih besar untuk bisa

melakukan penelitian maka peneliti lebih banyak memilih SMA negri untuk

dijadikan tempat penelitian. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan.

(40)

Sesuai dengan lokasi penelitian yang telah ditentukan, maka

pengambilan data dilakukan di 17 SMA di kabupaten Sleman yang sudah

ditentukan berdasarkan kecamatan. Adapun realisasi lokasi SMA yang

dijadikan tempat untuk pengambilan data seperti terlihat di Tabel .

Tabel 5. Jumlah Sekolah Sampel

Jumlah Presentase

Target SMA Sampel 17 100 %

Terealisasi 7 42 %

Berdasarkan Tabel, pengambilan data dilakukan di 7 SMA dari 17 SMA

yang direncanakan atau terealisasi sebesar 42%. Hal ini disebabkan

terbatasnya waktu untuk peneliti menjangkau 17 sekolah tersebut dan ada

beberapa SMA yang menolak untuk dijadikan lokasi pengambilan data

karena ada kebijakan dari Kepala Sekolah untuk menolak ijin dijadikan

tempat pelaksanaan penelitian. Alasan adanya kebijakan tersebut diantaranya

adalah guru dan siswa pada sekolah tersebut sedang sibuk untuk mengejar

materi pelajaran yang belum terselesaikan guna mempersiapkan diri

menghadapi ujian akhir semester genap tahun ajaran 2015/2016.

Ada beberapa SMA yang dijadikan pengganti bagi SMA yang tidak

bersedia menjadi tempat melakukan penelitian tetapi sekolah tersebut tetap

berada dalam 1 kecamatan. Contohnya: SMA N 1 Mlati yang digantikan

dengan SMA Santo Mikael, SMA N 2 Ngaglik yang digantikan dengan SMA

(41)

Setelah mendapatkan 7 sekolah untuk dijadikan tempat melaksanakan

penelitian, peneliti mengambil 100% dari jumlah siswa kelas XI IPA dari

setiap sekolah tersebut untuk menjadi sampel penelitian. Sampel pada

penelitian ini adalah 275 responden. Jumlah sampel masing-masing sekolah

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Jumlah Sampel setiap Sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMA N 1 Ngaglik 86

2. SMA N 1 Prambanan 24

3. SMA N 1 Tempel 38

4. SMA N 1 Minggir 29

5. SMA N 1 Cangkringan 54

6. SMA N 1 Turi 21

7. SMA Santo Mikael 23

Total 275

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 7 sekolah di kabupaten Sleman yang dijadikan

sampel pada penelitian ini dan dilakukan pada semester genap tahun ajaran

2015/2016 yaitu tanggal 1 – 9 Juni 2016. Tempat dan waktu penelitian secara

(42)

Tabel 7. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Tempat Waktu

1 SMA N 1 Turi 1 Juni 2016

2 SMA N 1 Cangkringan 2 Juni 2016

3 SMA N 1 Tempel 4 Juni 2016

4 SMA N 1 Minggir 6 Juni 2016

5 SMA N 1 Prambanan 7 Juni 2016

6 SMA N 1 Nganglik 8 Juni 2016

7 SMA Santo Mikael 9 Juni 2016

D. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian angket oleh

responden. Menurut Noor (2010: 139) kuesioner merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan-pernyataan kepada

responden dengan harapan memberikan respon atas pertanyaan tersebut.

Daftar pernyataan pada angket penelitian ini bersifat tertutup, yaitu alternatif

pilihan jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah soal tes pilihan

ganda. Soal-soal dibuat dengan materi Fisika yang telah dipelajari oleh siswa

dari kelas X (semester gasal-genap) sampai kelas XI (semester gasal).

Pengambilan materi yang dipelajari siswa disesuaikan dengan kurikulum

(43)

Tabel 8. Kisi-kisi soal berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika.

Aspek kognitif

Butir Soal

Mekanika Termofisika Optika

Level mengingat 1,6,7,12,13,16,30 28 25

Level memahami 2,5,8,9 27 20,21

Level menerapkan 3,11,17,19 29 23,24

Level menganalisis 4,10,14,15,18 26 22

Soal-soal yang digunakan setiap instrumen merupakan soal pilihan

berganda. Soal- soal ini diambil dari buku Seri Pendalaman Materi Fisika

untuk SMA/MA. Instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1.

E. Metode Analisis Data

Untuk memberikan skor pada masing-masing soal yang dijawab benar

dan salah oleh siswa yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 9. Penskoran berdasarkan butir soal

No Siswa Nomor Soal skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 dst

1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 dst

2 2

3 3

4 4

(44)

Soal yang dijawab benar oleh siswa diberikan skor (1) dan jika salah

diberikan skor (0). Pemberian skor ini dituliskan pada kolom nomor soal yang

telah tersedia pada masing-masing level kognitif. Untuk melihat kemampuan

siswa berdasarkan level kognitif yaitu dengan menjumlahkan skor yang

dijawab benar pada masing-masing level kognitif.

Setelah jawaban siswa sudah diubah kedalam bentuk skor, maka skor

tersebut dijumlahkan. Skor yang sudah dijumlahkan diubah kedalam bentuk

skor (%) dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian skor pada pilihan jawaban

Pemberian skor

Total skor maksimal = 30

Total skor minimal = 0

2. Penskoran setiap siswa

3. Klasifikasi tingkat kemampuan siswa

a. Skor untuk siswa

Skor minimal = 0 x 30 = 0

Skor maksimal = 4 x 30 = 120

b. Pembagian interval 4. Skor untuk siswa

Skor minimal = 0 x 30 = 0

Skor maksimal = 4 x 30 = 120

(45)

5. Penskoran setiap siswa

Dikelompokkan dalam lima interval, maka lebar intervalnya

120 : 5 = 24.

Skor yang diperoleh dari kemampuan siswa dalam bidang Fisika dapat

diklasifikasi pada tabel berikut :

Tabel 10. Pengkategorian Skor.

No. Kategori Interval skor (%) Keterangan

1 A 81 – 100 Sangat Tinggi

2 B 66 – 80 Tinggi

3 C 56 – 65 Cukup

4 D 46 -55 Rendah

5 E 0 – 45 Sangat Rendah

Pembagian lima kategori tersebut tidak memerlukan perhitungan

statistik, hanya saja perhitungan persentase skor hasil jawaban kuesioner

yang berupa soal-soal fisika. Penentuan kategori menjadi lima ini

diperuntukkan agar terlihat jelas perbedaan antara kategori sangat tinggi,

tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah penjelasan lima

(46)

Tabel 11. Keterangan Kategori Kemampuan Siswa

Penyusunan angket dapat menggambarkan tujuan dari penelitian yang

dilakukan (valid) dan juga dapat konsisten bila pernyataan tesebut direspon

dalam waktu yang berbeda (realiabel). Maka dari itu angket yang digunakan

dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji validitas dan relibilitasnya. Secara

mudah angket diujikan dahulu kepada 10 responden sampel, kemudian hasil

dari pengisian angket tersebut dianalis menggunakan SPSS.

1. Validitas instrumen

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh

mengukur apa yang mau diukur, apakah sesuai dengan tujan. Validitas

menunjukkan pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan

(47)

disebut valid bila memang mengukur yang mau diukur.

Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno,

2014:65).

Untuk mengetahui ketepatan dari data diperlukan teknik uji

validitas yaitu dengan analisis koefisien korelasi yang diperoleh dari

hasil korelasi antar skor butir/item dengan skor total. Untuk

mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor totalnya dapat

digunakan korelasi product moment. Perhitungan validitas item

kemampuan siswa dalam bidang Fisika pada penelitian ini dilakukan

dengan bantuan statistik IBM SPSS Statistik 16 dengan bantuan

korelasi product moment.

Dalam penelititan ini, instrumen yang tersusun di uji pada 10

siswa SMA kelas XI IPA. Menurut Syofia (2013: 47) ada beberapa

kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui kuisioner yang

digunakan sudah tepat mengukur apa yang ingin diukur yaitu salah

satunya dengan melihat taraf signifikannya (α). Dalam penelitian ini

acuan taraf signifikan yang digunakan adalah 5% artinya hasil

penelitian memiliki peluang kesalahan sebanyak 5% dari 95% dapat

diyakini kebenarannya, dalam arti lainnya taraf signifikan diartikan

sebagai taraf kepercayaan. Jika hasil dari uji validitas coba

signifikannya lebih kecil dari 5% maka item pernyataan tersebut

(48)

valid. Adapun hasil dari uji validitas instrumen dapat dilihat pada

pertanyaan valid dan 9 pertanyaan tidak valid. Sembilan pertanyaan

(49)

dibantu dosen pembimbing agar pertanyaannya menjadi jelas dan

dapat digunakan untuk pengambilan data.

2. Uji relibilitas instrumen

Rebilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang

sama (Syofian, 2013: 55). Uji relibilitas pada penelitian ini dibantu

dengan program SPSS yaitu dengan teknik Alpha Cronbach.

Berdasarkan hasil uji relibilitas diketahui nilai Alpha Cronbach

instrumen ini adalah 0,351. Nilai ini lebih besar dari nilai kritikal

korelasi person untuk α = 0,05 yakni 0,3061. Maka instrumen

penelitian ini dinyatakan reliabel.

Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(50)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Deskripsi Penelitian

Panelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Sleman. Semua

data penelitian diperoleh dari penyebaran angket/kuisioner kepada siswa

SMA kelas XI-IPA di tujuh sekolah yang ada di Kabupaten Sleman.

Kabupaten Sleman terdiri dari tujuh belas kecamatan, dalam penelitian ini

dipilih tujuh kecamatan dengan setiap kecamatan diambil satu sekolah untuk

dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester II

yaitu pada bulan Juni, semester genap tahun ajaran 2015/2016. Adapun

kuisioner yang disebut atau dibagikan berisi 30 soal tentang kemampuan

siswa dalam bidang Fisika dengan jumlah responden sebanyak 275 siswa.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti sebelum

menyebarkan angket/kuisioner yaitu terlebih dahulu peneliti mengurus surat

perizinan dari JPMIPA Universitas Sanata Dharma dan mengurus surat

perizinan ke BAPPEDA setelah itu surat perizinan yang dikeluarkan oleh

BAPPEDA diserahkan ke SMA yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

Untuk SMA Negri yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Untuk

SMA Swasta hanya membawa surat perizinan yang dikeluarkan oleh kampus,

selanjutnya peneliti berkoordinasi dengan guru fisika untuk mengatur jadwal

(51)

kuisioner atau angket kepada siswa. Adapun jadwal pengambilan data yang

dilakukan di tujuh sekolah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Setiap Sekolah

No. Nama Sekolah

Jumlah

Responden

Waktu

Pelaksanaan

1 SMA N 1 Nganglik 86 08 Juni 2016

2 SMA N 1 Prambanan 24 07 Juni 2016

3 SMA N 1 Tempel 38 04 Juni 2016

4 SMA N 1 Minggir 29 06 Juni 2016

5 SMA N 1 Cangkringan 54 02 Juni 2016

6 SMA N 1 Turi 21 01 Juni 2016

7 SMA Santo Mikael 23 09 Juni 2016

Waktu pelaksanaan penelitian merupakan waktu pengambilan data atau

pemberian soal-soal kepada siswa. Dari waktu tersebut terlihat bahwa

pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda pada

setiap sekolahnya.

Dari pengambilan data pada masing-masing sekolah dilakukan dalam tim

dengan jumlah anggota 5 orang yaitu peneliti sendiri, Rahayu Larasati,

Fransiska Yupita, Caecilia Anis, dan Amanda Kartika. Masing-masing

anggota tim mempunyai topik penelitian yang berbeda-beda. Untuk

mempermudah dalam pengambilan data maka dilakukan secara serentak

(52)

karena itu, instrumen yang digunakan oleh kelima peneliti disatukan ke dalam

buku kecil/booklet.

Penelitian dilakukan dalam tim yang sangat membantu untuk

menyebarkan kuisioner di 7 sekolah menengah atas yang tersebar di

Kabupaten Sleman. Selain itu juga, membantu dalam melakukan pengawasan

siswa yang melakukan pengisian kuisoner dalam kelas yang berbeda untuk

setiap sekolah.

B. Data, Analisis Data, dan Pembahasan

1. Deskripsi data secara umum

Data yang diperoleh merupakan jawaban dari setiap butir soal.

Distribusi jawaban siswa dan distribusi skor siswa dapat dilihat pada

Lampiran 7 dan Lampiran 8. Dengan bantuan program SPSS diperoleh

deskripsi umum tentang data yang diperoleh. Hasil analisis ini dapat

dilihat pada Tabel 15. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor

kemampuan siswa di Kabupaten Sleman secara keseluruhan adalah 30,97

%. Pencapaian ini dapat digolongkan pada kategori sangat rendah (E).

(53)

Tabel 15. Deskripsi Data Secara Keseluruhan

N

Minimum

(%)

Maximum

(%)

Mean

(%)

Std.

Deviation

Skor 275 1.00 23.00 30,97 4.93461

Valid N

(listwise)

275

Analisis untuk melihat penyebaran pada masing-masing skor (%) yang

diperoleh dari 275 responden yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari

Gambar 1 terlihat bahwa skor terdistribusi pada skor 1% sampai 23% dan

sebagian besar respoden memiliki skor pada 8%.

(54)

Banyaknya responden yang berada pada masing-masing kategori

dapat dilihat pada Tabel 16. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir

seluruh siswa yaitu 267 dari 275 siswa berada pada kategori E (sangat

rendah) dengan rata-rata skor 8%. Dan sebagian kecil berada pada kategori

D (rendah) dengan rata-rata skor 22%. Tidak ada seorang pun siswa yang

berada pada kategori C (cukup), B (tinggi), dan A (sangat tinggi).

bahwa sebagian besar kemampuan siswa berada pada level mengingat

dengan persentase skor 37,22%. Pada level mengingat ini siswa mampu

(55)

pada level ini banyak menghafal teks atau nama dan mengungkapkan

kembali.

Tabel 17. Rata-rata Skor (%) Tiap Tingkatan Pada Aspek Kognitif

Level kognitif Mean (%) Kategori

Mengingat 37,22 Sangat rendah

Memahami 27,43 Sangat rendah

Menerapkan 31,00 Sangat rendah

Menganalisi 24,57 Sangat rendah

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata skor paling rendah yaitu pada level menganalisis dengan persentase skor 24,57%. Artinya, pada level ini

siswa belum mampu untuk menguraikan komponen-komponen pembentuk

atau penyusun suatu konsep Fisika. Dari Tabel dapat dilihat bahwa terjadi

anomali skor atau ketidak normalan skor. Terlihat bahwa skor pada level

mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada skor pada level

menganalisis. Hal ini disebabkan oleh soal-soal yang digunakan peneliti

pada level menganalisis merupakan soal-soal yang menganalisis suatu

konsep Fisika. Dapat dilihat bahwa siswa sangat kurang dalam menguasai

konsep-konsep Fisika. Tetapi pada level menerapkan dan level mengingat

peneliti menggunakan soal-soal konseptual tentang Fisika dan

menggunakan soal-soal yang membutuhkan perhitungan serta penurunan

rumus. Terlihat bahwa siswa lebih mampu menyelesaikan soal-soal

(56)

konseptual. Hal ini terlihat pada persentase skor rata-rata pada level

mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada persentase skor

rata-rata pada level menganalisis.

Jika dilihat pada masing-masing soal maka persentase skor paling

tinggi yaitu diperoleh siswa pada soal nomor 30 dengan skor 53%. Skor

pada masing-masing butir soal dapat dilihat pada Lampiran 8. Soal

tersebut adalah “Prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik

adalah…’’. Sedangkan skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada

soal nomor 4 dengan skor 2,5%. Soal tersebut adalah ’’Vektor gaya F1, F2,

dan F3 terletak pada sebuah diagram kartesius. Dimana F1= 20 N, F2= 20

N, dan F3= 8 N. Sudut yang dibentuk antara F1 terhadap sumbu x adalah

300 dan sudut yang dibentuk F3 terhadap sumbu y adalah 600. Maka

resultan ketiga vektor adalah…”. Dari soal ini terlihat bahwa keseluruhan

siswa belum mampu menguasai konsep vektor. Lampiran jawaban siswa

dapat dilihat pada Lampiran 12.

a. Level mengingat

Pada level ini diperoleh persentase skor rata-rata yaitu 37,22%

dengan kategori E (sangat rendah). Artinya pada level ini siswa belum

mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari. Skor yang

paling tinggi yang diperoleh siswa pada level ini yaitu soal nomor 30

dan soal nomor 16. Soal nomor 30 yaitu mengetahui prinsip yang

diterapkan pada dongkrak hidraulik. Terlihat bahwa 53% siswa dapat

(57)

47% siswa lainnya masih belum mampu mengetahuinya. Soal nomor 16

yaitu syarat-syarat yang berlaku pada tumbukan lenting sempurna.

Dari soal ini 52% siswa mampu menyebutkan syarat-syarat yang

berlaku pada tumbukan lenting sempurna sedangkan 48% siswa

lainnya masih belum mampu. Sebagian besar siswa pada soal ini

menjawab bahwa salah satu syarat berlakunya tumbukan lenting

sempurna yaitu tidak berlakunya hukum kekekalan momentum.

Persentase skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level

mengingat yaitu pada soal nomor 7, 28, dan 13 dengan skor 21%, 28%

dan 32%. Soal nomor 7 yaitu ’’Suatu benda jatuh dari ketinggian

tertentu. Apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan

benda pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh… (a) massa benda

dan ketinggian, (b) percepatan gravitasi bumi dan massa benda, (c)

ketinggian benda jatuh dan gravitasi bumi, (d) waktu jatuh yang

diperlukan dan berat benda, dan (e) berat benda dan gravitasi bumi ”.

Dari soal ini terlihat bahwa hampir seluruh siswa tidak menjawab

pertanyaan tersebut dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa menjawab

bahwa apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan benda

pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh percepatan gravitasi dan

massa benda. Jawaban lainnya adalah apabila gesekan benda dengan

udara diabaikan, kecepatan benda pada saat menyentuh tanah

(58)

Soal nomor 28 yaitu ”Besar kalor yang dipelukan untuk

meningkatkan setiap 10 suatu zat disebut sebagai…” dari soal ini

hampir seluruh siswa tidak dapat menyebutkan besar kalor yang

diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 suatu zat atau hanya 28%

yang menjawab benar. Kebanyakan siswa menjawab besar kalor yang

diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 zat disebut sebagai kapasitas kalor. Soal nomor 13 yaitu ”Apabila kawat mengalami perubahan

permanen setelah ditarik, maka kawat tersebut dikatakan bersifat…”

dari persentase skor yang diperoleh siswa pada soal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menjawab

dengan benar soal terebut. Kebanyakan siswa menjawab bahwa apabila

kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka kawat

tersebut dikatakan bersifat alkalis. Jawaban yang diharapkan adalah

apabila kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka

kawat tersebut dikatakan bersifat plastis.

b. Level memahami

Persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa pada level ini adalah

27,43% dengan skor tertinggi yaitu pada soal nomor 5 yaitu 68%. Soal

itu yaitu ”Seorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan

jatuh dengan kecepatan konstan. Hal ini diakibatkan karena…” dari

soal ini 68% siswa menjawab dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa

menjawab bahwa seseorang penerjun dengan parasut ternyata melayang

(59)

pada penerjun sama dengan nol. Artinya hampir setengah dari jumlah

siswa yang belum mampu memahami atau menguasai konsep fisika dari

peristiwa tersebut.

Skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 8

dan 21 dengan skor 7,6% dan 16%. Soal nomor 8 yaitu ”Dengan

mengabaikan gaya gesek, perhatikan pernyataan berikut! 1) jika dua

buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka

benda dengan massa besar lebih cepat, 2) jika dua buah benda dengan

massa benda berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda

dengan massa kecil lebih cepat, 3) massa tidak mempengaruhi

kecepatan benda yang jatuh, 4) kecepatan benda yang jatuh

dipengaruhi oleh ukuran benda, 5) kecepatan benda yang jatuh

dipengaruhi oleh bentuk benda. Pernyataan yang benar dari

pernyataan diatas adalah…”. Dari soal ini hampir seluruh siswa

menjawab bahwa benda yang jatuh dipengaruhi oleh massa, ukuran,

dan bentuk benda. Artinya bahwa siswa belum menguasai konsep gerak

jatuh bebas.

Soal nomor 21 yaitu ”Seseorang membaca dengan menggunakan

kacamata. Kacamata berfungsi untuk…” dari soal ini hanya 16% siswa

yang menjawab dengan benar. Tetapi hampir seluruh siswa menjawab

bahwa kacamata berfungsi untuk memperbesar bayangan. Artinya,

hampir seluruh siswa belum mampu menguasai konsep dan fungsi

(60)

c. Level menerapkan

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa

adalah 31% dengan skor tertinggi pada soal nomor 24 yaitu 39%. Soal

tersebut adalah ”Seberkas sinar mengenai sistem optik yang terdiri atas

dua cermin datar yang saling tegak lurus. Setelah berkas sinar

mengalami pemantulan dua kali maka arah berkas sinar…”. Dari skor

yang diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir

setengah dari jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep

pemantulan pada soal tersebut.

Skor yang paling rendah yang diperoleh siswa pada level ini yaitu

pada soal nomor 29 dengan skor 17%. Soal tersebut adalah ”Perhatikan

tabel koefisien muai panjang berikut : logam 1 koefisien muai panjang

= 1,2 x 10-5/0C, logam 2 koefisien muai panjang = 1,1 x 10-5/0C, logam

3 koefisien muai panjang = 2,6 1 x 10-5/0C, logam 4 koefisien muai

panjang = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 koefisien muai panjang = 4,2 1 x

10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam…”. Dari skor yang

diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh

jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep pemuaian

kedalam soal tersebut.

d. Level menganalisis

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa

(61)

tinggi yaitu pada soal nomor 15 dengan skor 48%. Soal tersebut adalah

”Menghitung besar konstanta pegas dengan gaya dan panjang pegas

yang berbeda-beda”. Dari soal tersebut siswa menghitung besar

konstanta pegas berdasarkan data dari soal tersebut. Berdasarkan hasil

yang diperoleh hampir setengah dari jumlah siswa mampu

menyelesaikan dan menganalisis soal tersebut. Tetapi sebagian besar

siswa masih belum mampu menyelesaikan soal tersebut.

Soal terendah yang diperoleh siswa yaitu berada pada soal nomor

4 dengan skor 2,5%. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah

vektor gaya dengan titik tolak yang berbeda dan arah yang berbeda.

Dari soal tersebut siswa menghitung komponen-komponen resultan

gaya pada sumbu x dan y. Berdasarkan hasil yang diperoleh hampir

setengah dari jumlah siswa mampu menyelesaikan dan menganalisis

soal tersebut. Tetapi sebagian besar siswa masih belum mampu

menyelesaikan soal tersebut.

3. Kemampuan Siswa Perbidang dalam Fisika

Skor yang diperoleh siswa berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika

dapat dilihat pada Tabel 18. Skor rata-rata paling besar yang diperoleh

siswa berada pada bidang Mekanika yaitu 30%. Skor paling rendah yang

diperoleh siswa pada bidang Optika dan bidang Termofisika dengan skor

27%. Distribusi skor pada masing-masing bidang dalam Fisika dapat

(62)

Tabel 18. Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika

Bidang Mean (%) Kategori

Mekanika 30 Sangat rendah

Optika 27 Sangat rendah

Termofisika 27 Sangat rendah

Dari Gambar 1 dibawah ini dapat dilihat lebih jelas distribusi skor pada

masing-masing bidang dalam Fisika. Skor rata-rata terendah pada bidang

Optika dan bidang Termofisika yaitu 27%. Soal yang paling sulit pada

bidang Optika yaitu soal nomor 23. Soal tersebut adalah ”Jika berkas

sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar tersebut

akan…”. Dari soal tersebut hampir seluruh siswa menjawab bahwa jika

berkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar

tersebut akan dipantulkan menuju titik fokus.. Jawaban lain yang

diungkapkan siswa adalah jika berkas sinar datang menuju titik fokus lensa

cekung, seberkas sinar tersebut akan diteruskan tanpa dibiaskan.

Sedangkan soal yang paling sulit pada bidang Termofisika yaitu soal

nomor 29. Soal tersebut adalah ’’Perhatikan tabel koefisien muai panjang

berikut : logam 1 = 1,2 x 10-5/0C, logam 2 = 1,1 x 10-5/0C, logam 3 = 2,6 1

x 10-5/0C, logam 4 = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 = 4,2 1 x 10-5/0C. Pada

suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang

(63)

menjawab bahwa logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam

dengan nomor 2. Jawaban lain yang diungkapkan siswa adalah logam yang

terpanjang saat dipanaskan adalah logam dengan nomor 3.

Dalam bidang Optika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa

pada soal nomor 24 dengan skor 39%. Soal tersebut yaitu ”Seberkas sinar

mengenai sistem optik yang terdiri atas dua cermin datar yang saling

tegak lurus. Setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali maka

arah berkas sinar…”. Selain jawaban yang sebenarnya, siswa juga

menjawab bahwa setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali

maka arah berkas sinar memotong sinar datang. Sedangkan dalam bidang

Termofisika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa pada soal

nomor 26 dengan skor 44%. Soal tersebut yaitu : ”Untuk menaikan suhu

0,5 kg suatu zat cair yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi

380C diperlukan kalor sebesar …”. Selain jawaban yang sebenarnya,

siswa juga menjawab bahwa untuk menaikan suhu 0,5 kg suatu zat cair

yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi 380C diperlukan kalor

(64)

Gambar 2. Grafik hubungan antara persentase skor terhadap bidang-bidang

dalam Fisika.

Pada bidang Mekanika, siswa memperoleh skor paling tinggi pada soal

nomor 30 dengan skor 53%. Soal tersebut berbicara tetang prinsip yang

diterapkan pada dongkrak hidraulik. Prinsip kerja dongkrak hidraulik yaitu

hukum Pacal. Tetapi pada kenyataannya hampir seluruh siswa menjawab

bahwa prinsip kerja dari dongkrak hidraulik adalah hukum Archimedes.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Kabupaten Sleman

mempunyai konsep yang sangat rendah tentang prinsip kerja benda secara

Fisika. Sedangkan skor paling rendah pada soal nomor 4 dengan skor 2,5

%. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah vektor gaya dengan titik

tolak yang berbeda dan arah yang berbeda. Dari soal tersebut siswa

Gambar

Gambar 2 Grafik Hubungan antara persentase skor terhadap bidang fisika ...47
Tabel 1. Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Sleman
Tabel 2. Daftar sekolah yang ada disetiap kecamatan
Tabel 3. Daftar sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menemukan gambaranself compassion pada mahasiswa dari keluarga yang bercerai dengan melihat dimensi self compassion yaitu ketiga subjek dapat

Urutan unsur yang ada pada deret volta baik untuk diketahui dengan baik agar dapat menentukan mana yang seharusnya menjadi katoda dan anoda yang benar.

[r]

adalah suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan suatu produk, jasa atau unit dagang dengan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan

Hasil uji statistic chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu mengenai metode kontrasepsi dengan pemilihan kontrasepsi

Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui bentuk hubungan komunikasi antarpribadi yang terjalin antara guru dan siswa di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 9 Marusu

Media sosial mampu memberikan efek positif bagi pelaku politik dengan terjalinnya komunikasi politik dua arah yang intens dengan para pendukungnya.. Pergeseran opini dan

lainnya clopat menerapkan konsep window system im. Sedangkan umuk di Pelahuha11 Tnsaku. 1'1' l'elayaron Meratus sebagat saloh salu mitra dori PT PT:I.IN/X),Iu(Za