KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA
DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Carlina
NIM: 121424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA
DALAM BIDANG FISIKA DI TUJUH SMA KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Carlina
NIM: 121424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ jangan berpikir mengenai yang nanti. Kerjakan saja satu detik stiap kali dan
engkau akan menikmati seiap detik itu sepanjang hidupmu”
(Anthony de Mello SJ)
Karya ini ku persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing serta menguatkanku dalam segala perkara.
2. Kedua orang tuaku tercinta yang sealau memberikan kebebasan bagiku dalam memilih, tetapi tetap selalu membimbingku hingga sekarang.
3. Ketiga adikku terkasih yang selalu mendukung dan memberikan masukan dengan cara mereka masing-masing
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Carlina
Nomor Mahasiswa : 121424021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KEMAMPUAN SISWA SMA KELAS XI IPA DALAM BIDANG FISIKA DI
TUJUH SMA KABUPATENSLEMAN
beserta perangkat yang diperlukan.
Saya mengizinkan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, dan memublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis.
Demikian pernyataan saya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 03 Agustus 2017 Yang menyatakan
ABSTRAK
Carlina. 2017. Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang F isika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif kuantitatif dengan menggunakan riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh SMA yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel sebanyak 275 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dengan tes pilihan ganda dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskritif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa SMA di Kabupaten Sleman sangat rendah. Hal ini terlihat dari persentase skor kemampuan siswa hanya 30,97 % dengan kategori sangat rendah. Persentase skor pada tingkat mengingat 37,22%, tingkat memahami 27,43%, tingkat menerapkan 31,00%, dan tingkat menganalisis 24,75%. Dengan kategori masing-masing tingkat berada pada kategori sangat rendah. Siswa mempunyai persentase skor pada bidang Fisika yaitu bidang Mekanika 30%, bidang Optika 27%, dan bidang Termofisika 27% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu kategori sangat rendah.
ABSTRACT
Carlina.2017.The ability of high school students of Class XI SCIENCE in Physics in Seven SMA Sleman Regency. Thesis, physics education study Program, Department of Mathematics and natural sciences, Faculty of teacher training and education science, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research is a type of quantitative deskritif research using survey research aims to know the ability of high school students of Class XI science in Physics in Sleman Regency. This research was carried out on the seven existing high school in Sleman Regency on the even semester academic year 2015/2016 with the sample as much as 275 students of class XI science majors. The instruments used in the collection of data with multiple choice tests and the data obtained were analyzed statistically deskritif.
The results obtained indicate that in general the ability of high school students in Sleman Regency is very low. This can be seen from the percentage score ability students only 30,97 % with very low categories. Percentage score at the rate given 37,22%, the level of understanding 27,43%, levels apply 31.00%, and level of analyzing 24,75%. With each category level is at a very low category. Students have a percentage score on Physics mechanics i.e. 30%, 27%, optics and field Termofisika 27% with each category fields category is very low.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa SMA Kelas XI IPA Dalam Bidang Fisika Di Kabupaten Sleman”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ign. Edi Santosa, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
3. Bapak Severius Domi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.
4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma yang dengan penuh kedisplinan
mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di
Program Studi Pendidikan Fisika.
5. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Syamsudin Syamsuit dan Ibu Theresia
serta adik-adikku tersayang Yuni Ulandari, Oktavia dan Jenita yang
menjadi penyemangat hidupkku. Yang senantiasa mencurahkan cinta
kasih, dukungan, perhatian, dan doa dalam setiap proses pendidikan.
6. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam
penelitian ini serta siswa-siswi SMA kelas XI IPA yang berpartisipasi
7. Rekan seperjuangan ku (Caecilia Anis Pratiwi, Amanda Kartika, Fransiska
Yupita dan Rahayu Larasati) yang mau bekerja sama selama penelitian ini.
8. Markus Kristian Widi Utomo yang telah memberikan dukungan,
motivasi,dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan
bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas
Sanata Dharma.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 27 Juli 2017
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...24
D. Instrumen Penelitian ...25
E. Metode Analisis Data ...26
F. Uji Validitas dan Relibilitas Instrumen...29
1. Validitas Instrumen ...29
2. Uji Relibitas Instrumen ...32
BAB IV DATA DAN ANALISIS ...33
A. Diskripsi Penelitian ...33
B. Data, Analisis Data, Dan Pembahasan ...35
1. Diskripsi data Secara Umum ...35
2. Kemampuan Siswa Berdasarkan Tingkatan aspek kognitif ...37
3. Kemampuan Siswa Perbidang Dalam Fisika ...44
4. Kemampuan Siswa Persekolah ...48
C. Kelemahan Penelitian ...52
BAB V PENUTUP ...53
5.1 Kesimpulan ...53
5.2 Saran ...54
DAFTAR PUSTAKA ...55
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Sekolah Pada setiap kecamatan di kabupaten sleman ...14
Tabel 2 Daftar Sekolah Yang Ada Disetiap Kecamatan ...15
Tabel 3 Daftar Sekolah Yang dijadikan Sebagai Penelitian ...16
Tabel 4 Daftar Sekolah Berdasarkan Kecamatan ...22
Tabel 5 Jumlah Sampel Sekolah ...23
Tabel 6. Jumlah Sampel Setiap Sekolah ...24
Tabel 7 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...25
Tabel 8 Kisi – Kisi soal berdasarkan bidang fisika ...26
Tabel 9 Penskoran berdasarkan butir soal ...26
Tabel 10 Pengkategorian Skor ...28
Tabel 11 Keterangan Kategori Kemampuan Siswa ...29
Tabel 12 Hasil Uji Validitas ...31
Tabel 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...32
Tabel 14 Jadwal Pelaksanan Penelitian di setiap sekolah ...34
Tabel 15 Diskripsi Data Secara Keseluruhan...36
Tabel 16 Distribusi Frekuensi dan Mean Setiap Kategori ...37
Tabel 17 Rata – rata skor ...38
Tabel 18 Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika ...45
Tabel 19 Distribusi Skor setiap Sekolah ...48
Tabel 20 Distribusi Skor yang diperoleh ...50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik Hubungan antara jumlah siswa terhadap skor ...36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Instrumen ...57
Lampiran Surat izin Penelitian dari JPMIPA ...64
Lampiran Surat Bappeda ...68
Lampiran Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian ...70
Lampiran Validitas data ...76
Lampiran Relibilitas ...79
Lampiran Distribusi Jawaban Siswa ...81
Lampiran Distribusi Skor siswa ...91
Lampiran Distribusi Skor pada Pilihan jawaban siswa ...101
Lampiran Analisis Skor pada masing – masing level aspek kognitif ...102
Lampiran Skor pada setiap butir soal ...107
Lampiran lembar jawaban siswa ...108
Lampiran Distribusi skor pada setiap bidang dalam fisika ...122
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar mempunyai tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Di dalam mata pelajaran Fisika, tujuan yang ingin dicapai
salah satunya untuk menguasai konsep dan prinsip Fisika serta memupuk
sikap ilmiah. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala – gejala
fisik dari alam.
Belajar Fisika merupakan hal yang menyenangkan karena
mempelajari fenomena yang ada disekitar kita. Pada kenyataannya, siswa
mempunyai anggapan bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit
untuk dipelajari. Ada banyak alasan yang diungkapkan oleh siswa bahwa
Fisika itu merupakan mata pelajaran yang isinya rumus – rumus yang sulit
dipahami. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika ini membuat
motivasi dan minta belajar siswa menurun.
Siswa didalam mempelajari pelajaran Fisika dipengaruhi oleh
motivasi dan minat siswa itu sendiri dalam belajar Fisika. Disamping itu,
masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa yaitu guru
pengampu, sarana dan prasarana, dan faktor yang lain. Guru mimiliki
peran untuk menanamkan minat dan motivasi pada siswa untuk belajar.
Sumber untuk belajar Fisika semuanya bukan pada guru saja. Guru hanya
mendapingi supaya siswa aktif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
sumber untuk belajar. Maka siswa hanya menunggu materi yang diberikan
oleh guru.
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada masing – masing
sekolah berbeda – beda. Hal ini dapat ditujukkan dengan survei tentang
kualitas pendidikan yang dimiliki oleh setiap sekolah. Hal ini merupakan
kebanggaan pada masing – masing sekolah. Sekolah yang masih belum
mencapai kualitas yang baik juga saling bersaing untuk membenahi
pendidikan pada sekolahnya. Langkah pertama yang dilakukan untuk
membenahi masalah pendidikan tersebut dengan mengetahui tingkat
kemampuan para siswanya. Tingkat kemampuan ini dilihat pada masing –
masing bidang, misalnya pada bidang Fisika, Matematika dan lain
sebagainya.
Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang ada di
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Kabupaten Sleman
sendiri terdapat banyak kecamatan. Setiap kecamatan ada yang memiliki
sekolah menengah atas dan ada yang tidak. Kualitas pendidikan di
kabupaten sleman cukup baik hal ini dikarenakan tenaga pengajar dan
prasarana sekolah mendukung untuk proses belajar. Tenaga pengajar yang
dimaksud adalah tenaga pengajar yang profesional pada bidangnya. Di
Kabupaten Sleman terdapat banyak sekolah menengah atas baik negri
maupun swasta. Dalam penelitian ini, peneliti berminat untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam bidang Fisika. Kemampuan siswa yang ingin
Penelitian ini dilakukan bersama dengan peneliti lain yang
mengambil sampel yang sama dengan peneliti atau dilakukan dengan tim.
Anggota tim yaitu 5 orang dengan topik penelitian yang berbeda – beda
sehingga instrumen yang digunakan digabungkan menjadi satu buku kecil
atau booklet. Penelitian ini tujuannya untuk mempermudah dalam
pengambilan data setiap siswa yang tersebar diseluruh SMA di Kabupaten
Sleman.
Oleh karena itu, peneliti ingin mungukur tingkat Kemampuan
siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA Kabupaten
Sleman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah :
Bagaimana Kemampuan Siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di
Tujuh SMA Kabupaten Sleman?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah
yang akan dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas.
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
siswa SMA kelas XI-IPA dalam bidang fisika di Tujuh SMA Kabupaten
Sleman.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan
keefektifan pembelajaran fisika.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Berdasarkan Hakikat Fisika
Kemampuan merupakan kecakapan, kepandaian, atau kepiawaian yang
dimiliki seseorang. Dalam dunia pendidikan, kemampuan atau kecakapan
sering kali dilihat pada prestasi yang dimiliki oleh seorang siswa.
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika
sehingga dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi
atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di
sekolah menengah pertama merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan pemahaman
produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam
membentuk konsep siswa.
Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek yaitu aspek produk,
aspek proses, dan aspek sikap. Aspek produk dalam sains memberikan
gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan, jadi sains sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Melalui prinsip,
hukum, dan teori yang dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang
terjadi, memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji dengan
Aspek proses pada sains tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan
fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan,
pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu
memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran.
Berdasarkan proses yang dicapai untuk mendapatkan produk dalam sains
maka membentuk keilmuan. Sikap keilmuan ini merupakan salah satu aspek
dalam sains yaitu aspek sikap. Aspek sikap ini merupakan hasil dari proses
yang dilalui oleh seorang ilmuan. Aspek sikap adalah berbagai keyakinan,
opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan ketika
mengembangkan pengetahuan baru. Nilai-nilai ini diantaranya adalah
bertanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, dan terbuka terhadap
pendapat orang lain (Sarkim :2013).
B. Tujuan Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2008:125), tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah
mempelajari bahasan tertentu. Menurut Bloom (dalam Sanjaya,
2008:125-130), tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain,
yaitu domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan). Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut
Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman,
Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalah tujuan kognitif.
Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah
dipelajarinya. Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks
atau rumus yang telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi
hukum Newton 1, mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan sebagainya.
Tingkatan ini sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
yang lebih tinggi.
Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta.
Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan,
menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.
Misalnya, siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi.
Pemahaman untuk menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik
kecepatan terhadap perpidahan posisi.
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bahan tersebut (Sanjaya, 2008:127). Tujuan kognitif ini merupakan tujuan
pembelajaran yang kompleks dan hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh
siswa yang telah menguasai kemampuan memahami atau menerapkan.
tingkatan ini digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran tingkat atas.
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, melihat
hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan
sedangkan sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan unsur atau
bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis
merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan atau menciptakan
inovasi atau kreasi baru (Sanjaya, 2008:127).
Evaluasi merupakan tujuan kognitif yang paling tinggi. Tujuan ini
merupakan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu. Penilaian ini
diambil berdasarkan maksud dan criteria tertentu. Tujuan ini juga merupakan
kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai
pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, memberikan keputusan
bahwa sesuatu diamati itu baik, buruk, mengagumkan, merugikan, dan lain
sebagainya. Kemampuan ini diperoleh ketika kemampuan sebelumnya
dipenuhi.
Tingkatan-tingkatan tujuan pembelajaran pada domain kognitif ini saling
berkaitan satu sama lain. Artinya tingkatan paling rendah merupakan
prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Tingkatan pengetahuan, pemahaman,
dan menerapkan merupakan tujuan kognitif tingkat rendah. Artinya, pada
tingkatan ini siswa hanya mampu mengingat, mengungkapkan apa yang
diingatnya dan menerapkannya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang
sifatnya pasti. Tingktan analiis, sintesis, dan evaluasi merupakan tujuan
kognitif tingkatan tinggi. Dikatakan tujuan kognitif tingkat tinggi karena
kemampuan pada tingkatan ini siswa bukan hanya mampu mengingat atau
menerapkan. Tetapi siswa mempunyai kemampuan berkreasi dan kemampuan
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan taksonomi Bloom
mengalami revisi dengan memasukkan unsure metakognitif sebagai tingkatan
tertinggi dari domin kognitif. Tingkatan ini dinamakan sebagai mencipta
(create) yang menggantikan posisi evaluasi dengan menghilangkan sistesis.
Semua tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya kta benda diubah
menjadi kata kerja. Misalnya, pengetahuan (knowledge) diubah menjadi
mengingat (remembering). Maka tingkatan dalam domain kognitif
berdasarkan hasil revisi tersebut adalah tingkatan paling rendah mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan tingkatan paling
tinggi menciptakan (Krathwohl, D.R. 2002).
C. Materi Fisika
Fisika merupakan salah satu cabang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang
mendasari perkembangan teknologi yang maju dan konsep hidup harmonis
dengan alam IPA sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran
fisika merupakan pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA). Didalam kurikulum materi Fisika yang diberikan untuk
dipelajari siswa dibagi pada tiap tingkatan kelas, pembagian ini berdasarkan
tingkat kesulitan dari materi Fisika yang diajarkan. Pada kelas X
mendapatkan materi-materi dasar dalam Fisika sedangkan pada kelas XI
Materi-materi tersebut diajarkan pada kelas X dan XI berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu:
1. Kelas X :
a. Besaran dan Pengukuran
b. Vektor
c. Hukum Newton
d. Suhu dan Kalor
e. Optik Geometri
f. Alat Optik
2. Kelas XI :
a. Kinematika
b. Hukum Newton tentang Gerak
c. Usaha dan Energi
d. Elastisitas
e. Momentum dan Impuls
Materi fisika diatas digolongkan kedalam empat bidang yaitu bidang
Mekanika, bidang Termofisika, dan bidang Optika.
D. Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi (evaluation) menunjuk pada suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu (Uno & Koni, 2012:3). Evaluasi
berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau
bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap
proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
Sebenarnya yang dinilai adalah proses belajar-mengajar, tetapi penilaian atau
evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti proses belajar- mengajar dan melalui peninjauan terhadap
perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar-mengajar.
(Winkle. 2004:531).
Dalam arti luas, menurut M.Ngalim Purwanto evaluasi adalah suatu
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan
pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan
suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau
data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.
Disisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran/pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang
tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata
lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran/pendidikan. (Dinyati, Mudjiono. 1999:190).
Gronlund & Lim (Kusari & Suprananto, 2012:10-11), evaluasi
pembelajaran digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:
1. Evaluasi penempatan (placement evaluation) yaitu untuk menentukan
2. Evaluasi formatif (formatif evaluation) yaitu untuk mendiagnosis
berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.
3. Evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation) yaitu mendiagnosis
berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran.
4. Evaluasi sumatif (summative evaluation) yaitu untuk mengevaluasi
prestasi siswa di akhir pembelajaran yang didesain untuk menentukan
seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan
agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Istilah “pembelajaran”
(instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada didalam konteks guru
dengan peserta didik di kelas/sekolah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak
hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik dikelas secara formal,
akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik diluar kelas
yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik. (Arifin, Zainal.
2012:10).
Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam
rangka pengendalian, penjaminan dan kualitas pembelajaran terhadap
berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanankan
E. Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Sleman. Kabupaten
Sleman didirikan pada tanggal 15 Mei tahun 1916. Luas wilayah kabupaten
Sleman 7574,82 km2 atau 18 % dari luas wilayah DIY, terbentang di antara
110033’00” dan 110013’ 00” Bujur Timur, 70 34’ 51’’ dan 70 47’ 30’’ Lintang
Selatan.
Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten,
di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten
Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Secara administratif, terbagi
atas 17 kecamatan, 86 desa, dan 1212 padukuhan.
Bardasarkan data pada tahun 2015 dari di Dinas Pendidikan Kabupaten
Sleman, jumlah sekolah yang tersebar diberbagai tingkat pendidikan mulai
dari SD, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK diseluruh Kabupaten Sleman dapat
Tabel 1. Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Sleman
di Kabupaten Sleman. Sehingga sekolah yang dipilih untuk mewakili setiap
Tabel 2. Daftar sekolah yang ada disetiap kecamatan
No. Kecamatan Sekolah
1 Brebah SMA Institut Indonesia
2 Cangkringan SMA N 1 Cangkringan
3 Depok SMA N 1 Depok
4 Gamping SMA N 1 Gamping
5 Godean SMA N 1 Godean
6 Kalasan SMA N Kalasan
7 Minggir SMA N 1 Minggir
8 Mlati SMA ST. Mikael
9 Moyudan SMA Islam 2 Moyudan
10 Ngaglik SMA N 1 Ngaglik
11 Ngemplak SMA N 1 Ngemplak
12 Pakem SMA N 1 Pakem
13 Prambanan SMA N 1 Prambanan
14 Sayegan SMA N 1 Seyegan
15 Sleman SMA N 1 Sleman
16 Tempel SMA N 1 Tempel
17 Turi SMA N 1 Turi
Pada proses penelitian ini peneliti hanya melakukan penelitian di 7 sekolah
yang ada di Kabupaten Sleman. Berikut daftar sekolah yang dijadikan sebagai
Tabel 3. Daftar sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian
No. Nama Sekolah Jumlah Sampel
1. SMA N 1 Ngaglik 86
2. SMA N 1 Prambanan 24
3. SMA N 1 Tempel 38
4. SMA N 1 Minggir 29
5. SMA N 1 Cangkringan 54
6. SMA N 1 Turi 21
7. SMA Santo Mikael 23
Total 275
Pada masing-masing sekolah yang dilakukan sebagai tempat penelitian
berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Oleh karena
itu sekolah-sekolah ini mengikuti peraturan kurikulum yang berlaku. Sampai
saat ini kurikulum yang digunakan oleh masing-masing sekolah adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
F. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian Felegi Daeli (2016) dengan penelitian berjudul “Kemampuan
Siswa Kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat Dalam Bidang Fisika
menunjukkan hasil penelitian ini adalah bahwa siswa mempunyai
kemampuan yang sangat rendah dalam bidang Fisika dengan persentase skor
rata-rata yaitu 26,40%, alasannya itu terlihat dari skor dari soal-soal yang
Soal bidang Fisika yang diberikan yaitu Mekanika, Optika, Termofisika, dan
Kelistrikan. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap bidang Fisika
yaitu bidang Mekanika 27,4%, bidang Optika 23,5%, bidang Termofisika
27,4%, dan bidang Kelistrikan 25,8%. Selain itu juga siswa di Kabupaten
Nias Barat mempunyai konsep Fisika yang sangat rendah tentang Fisika. Hal
ini ditunjukkan oleh skor pada soal-soal konseptual lebih kecil dibandingkan
soal-soal perhitungan. Selain dengan melihat skor pada masing-masing soal
dalam bidang Fisika, juga dapat dilihat bahwa skor pada setiap level kognitif
yang diperoleh siswa sangat rendah. Aspek kognitif dalam hal ini yaitu level
mengingat, level memahami, level menerapkan, dan level menganalisis.
Persentase skor yang diperoleh siswa pada masing-masing skor yaitu level
mengingat 29,40%, level memahami 24,90%, level menerapkan 25,30%, dan
level menganalisis 26,85%.
Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul
Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA
Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku
Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil
pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA
dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan
Taksonomi secara umum dapat dikatakan bahwa pemahaman kemampuan
akademik tinggi kelas XI IPA dapat dikatakan cukup baik dalam
Bloom. Dimana materi yang diberikan ini berdasarkan aspek-aspek taksomi
bloom.
Penelitian yang dilakukan oleh Simfrosa Talaga (2003) dengan judul
Kemampuan Siswa Mengerjakan Soal Kompleks Secara Sistematis (Studi
Kasus Pada SMA N 1 Depok kelas XI IPA) menunjukkan tingkat
kemampuan siswa mengerjakan soal-soal kompleks secara sistematis. Subjek
penelitian siswa-siswi kelas XI IPA 1. Dimana instrument yang digunakan
berupa tes uraian yang terdiri dari dua soal kompleks. Tes dilakukan
sebanyak dua tahap, yaitu tahap pertama tes dikerjakan secara bebas dan
tahap kedua tes dkerjakan menggunakan lima lankah yaitu (1)
mendeskripsikan peristiwa, (2) menulis yang diketahui, (3) menulis yang
ditanyakan, (4) merancang penyelesaian soal, dan (5) merealisasikan
rancangan penyelesaian soal.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan dengan judul
“Kemampuan Siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di Tujuh SMA
Kabupaten Sleman” ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi untuk
mengetahui kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika.
Tingkat kemampuan siswa dalam bidang fisika dapat dilihat dari skor yang
diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika yang berkaitan dengan
bidang Fisika. Dalam hal ini bidang fisikanya yaitu bidang Mekanika, bidang
Optika, dan bidang Termofisika. Selain melihat skor pada pada soal-soal yang
terkait dalam bidang Fisika, juga harus melihat skor-skor yang diperoleh dari
Level/tingkatan aspek kognitif dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu level
menganalisis, level memahami, level menerapkan , dan level menganalisis.
Kemampuan siswa dalam bidang Fisika merupakan kemampuan untuk lebih
mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan pada pembelajaran
Fisika.
G. Perbandingan Dan Kelemahan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Felegi Daeli (2016) dengan judul
kemampuan siswa kelas xi IPA SMA sekabupaten nias barat dalam bidang
fisika, ini terlihat bahwa kemampuan siswa di kabupaten nias barat sangat
rendah ini dilihat dari presentase skor yang didapat pada setiap level atau
tingkatan aspek kognitif yang berada pada kategori sangat rendah. Pada
penelitian yang sama yang dilakukan dikabupaten sleman dengan judul
kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di kabupaten
sleman, ini terlihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih
sedikit dari pada yang dilakukan di nias barat dimana pada penelitian di
sleman sampelnya hanya dilakukan di 7 sekolah. Dimana pada awalnya ingin
melakukan penelitian di seluruh sleman. Di sleman pemilihan sampelnya
berdasarkan lokasi dimana setiap sekolah mewakili setiap kecamatan yang
ada dikabupaten sleman. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin
mengetahui kemampuan siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di
bagi dalam 4 kategori yaitu mekanika, listrik, optika, dan termofisika. Pada
penelitian di sleman terdapat hanya 3 kategori yaitu mekanika, optika dan
Penelitian yang dilakukan oleh Afidatul Muniroh (2015) dengan judul
Profil “Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa kelas XI IPA MA
Pembangunan Pacitan Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Suku
Banyak Ditinjau Dari Kemampuan Akademik” menunjukkan hasil
pemahaman siswa kelompok kemampuan akademik tinggi kelas XI IPA
dalam menyelesaikan soal Matematika materi Suku Banyak berdasarkan
Taksonomi. Penelitian ini lebih menekankan ada pengerjaan soal secara
sistematis. Sedangkan pada penelitian ini lebih ingin mengetahui kemampuan
siswa dalam bidang fisika dimana bidang fisika di bagi dalam 3 kategori yaitu
mekanika, optika, dan termofisika. Sedangkan pada penelitian ini hanya ingin
mengetahui kemampuan siswa nya dalam mengerjakan soal fisika secara
sistematis dan hanya melihat bagaimana dalam pengerjaan soal yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian survei. Penelitian kuantitatif
adalah desain riset yang mengunakan data berupa skor atau angka yang
kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2014: 119). Tujuan dari
penelitian survei adalah memperoleh gambaran atau deskripsi secara lebih
rinci dari hal atau objek yang diteliti, tanpa melakukan intervensi atau
pengubahan apapun terhadap objek (Paidi, 2012: 46). Menurut Kerlinger
(dalam Syofian, 2013: 4) penelitian survei memiliki karakteristik yaitu objek
penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,
sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, dan penelitian survei
pada umumnya dilakukan untuk mengambil generalisasi dari pengamatan
yang tidak mendalam.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang Fisika di kabupaten
Sleman. Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan kuisioner yang
berupa soal-soal Fisika kepada siswa kelas XI IPA.
B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI IPA di kabupaten
pengambilan sampling secara convenience sampling. Teknik convenience
sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota
populasi yang ditemui peneliti dan bersedia untuk menjadi sampel atau
peneliti memilih orang-orang terdekat saja (Syofian, 2013: 30).
Untuk menggambarkan keterwakilan seluruh siswa di kabupaten Sleman,
maka dipilih 1 SMA dalam 1 kecamatan untuk mewakili daerah di bagian
utara, timur, bagian barat, dan bagian tengah kabupaten Sleman. Dengan
mempertimbangkan kemungkinan untuk diterima lebih besar untuk bisa
melakukan penelitian maka peneliti lebih banyak memilih SMA negri untuk
dijadikan tempat penelitian. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan.
Sesuai dengan lokasi penelitian yang telah ditentukan, maka
pengambilan data dilakukan di 17 SMA di kabupaten Sleman yang sudah
ditentukan berdasarkan kecamatan. Adapun realisasi lokasi SMA yang
dijadikan tempat untuk pengambilan data seperti terlihat di Tabel .
Tabel 5. Jumlah Sekolah Sampel
Jumlah Presentase
Target SMA Sampel 17 100 %
Terealisasi 7 42 %
Berdasarkan Tabel, pengambilan data dilakukan di 7 SMA dari 17 SMA
yang direncanakan atau terealisasi sebesar 42%. Hal ini disebabkan
terbatasnya waktu untuk peneliti menjangkau 17 sekolah tersebut dan ada
beberapa SMA yang menolak untuk dijadikan lokasi pengambilan data
karena ada kebijakan dari Kepala Sekolah untuk menolak ijin dijadikan
tempat pelaksanaan penelitian. Alasan adanya kebijakan tersebut diantaranya
adalah guru dan siswa pada sekolah tersebut sedang sibuk untuk mengejar
materi pelajaran yang belum terselesaikan guna mempersiapkan diri
menghadapi ujian akhir semester genap tahun ajaran 2015/2016.
Ada beberapa SMA yang dijadikan pengganti bagi SMA yang tidak
bersedia menjadi tempat melakukan penelitian tetapi sekolah tersebut tetap
berada dalam 1 kecamatan. Contohnya: SMA N 1 Mlati yang digantikan
dengan SMA Santo Mikael, SMA N 2 Ngaglik yang digantikan dengan SMA
Setelah mendapatkan 7 sekolah untuk dijadikan tempat melaksanakan
penelitian, peneliti mengambil 100% dari jumlah siswa kelas XI IPA dari
setiap sekolah tersebut untuk menjadi sampel penelitian. Sampel pada
penelitian ini adalah 275 responden. Jumlah sampel masing-masing sekolah
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Jumlah Sampel setiap Sekolah
No. Nama Sekolah Jumlah Sampel
1. SMA N 1 Ngaglik 86
2. SMA N 1 Prambanan 24
3. SMA N 1 Tempel 38
4. SMA N 1 Minggir 29
5. SMA N 1 Cangkringan 54
6. SMA N 1 Turi 21
7. SMA Santo Mikael 23
Total 275
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di 7 sekolah di kabupaten Sleman yang dijadikan
sampel pada penelitian ini dan dilakukan pada semester genap tahun ajaran
2015/2016 yaitu tanggal 1 – 9 Juni 2016. Tempat dan waktu penelitian secara
Tabel 7. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
No. Tempat Waktu
1 SMA N 1 Turi 1 Juni 2016
2 SMA N 1 Cangkringan 2 Juni 2016
3 SMA N 1 Tempel 4 Juni 2016
4 SMA N 1 Minggir 6 Juni 2016
5 SMA N 1 Prambanan 7 Juni 2016
6 SMA N 1 Nganglik 8 Juni 2016
7 SMA Santo Mikael 9 Juni 2016
D. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian angket oleh
responden. Menurut Noor (2010: 139) kuesioner merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan-pernyataan kepada
responden dengan harapan memberikan respon atas pertanyaan tersebut.
Daftar pernyataan pada angket penelitian ini bersifat tertutup, yaitu alternatif
pilihan jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah soal tes pilihan
ganda. Soal-soal dibuat dengan materi Fisika yang telah dipelajari oleh siswa
dari kelas X (semester gasal-genap) sampai kelas XI (semester gasal).
Pengambilan materi yang dipelajari siswa disesuaikan dengan kurikulum
Tabel 8. Kisi-kisi soal berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika.
Aspek kognitif
Butir Soal
Mekanika Termofisika Optika
Level mengingat 1,6,7,12,13,16,30 28 25
Level memahami 2,5,8,9 27 20,21
Level menerapkan 3,11,17,19 29 23,24
Level menganalisis 4,10,14,15,18 26 22
Soal-soal yang digunakan setiap instrumen merupakan soal pilihan
berganda. Soal- soal ini diambil dari buku Seri Pendalaman Materi Fisika
untuk SMA/MA. Instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1.
E. Metode Analisis Data
Untuk memberikan skor pada masing-masing soal yang dijawab benar
dan salah oleh siswa yang ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 9. Penskoran berdasarkan butir soal
No Siswa Nomor Soal skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 dst
1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 dst
2 2
3 3
4 4
Soal yang dijawab benar oleh siswa diberikan skor (1) dan jika salah
diberikan skor (0). Pemberian skor ini dituliskan pada kolom nomor soal yang
telah tersedia pada masing-masing level kognitif. Untuk melihat kemampuan
siswa berdasarkan level kognitif yaitu dengan menjumlahkan skor yang
dijawab benar pada masing-masing level kognitif.
Setelah jawaban siswa sudah diubah kedalam bentuk skor, maka skor
tersebut dijumlahkan. Skor yang sudah dijumlahkan diubah kedalam bentuk
skor (%) dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian skor pada pilihan jawaban
Pemberian skor
Total skor maksimal = 30
Total skor minimal = 0
2. Penskoran setiap siswa
3. Klasifikasi tingkat kemampuan siswa
a. Skor untuk siswa
Skor minimal = 0 x 30 = 0
Skor maksimal = 4 x 30 = 120
b. Pembagian interval 4. Skor untuk siswa
Skor minimal = 0 x 30 = 0
Skor maksimal = 4 x 30 = 120
5. Penskoran setiap siswa
Dikelompokkan dalam lima interval, maka lebar intervalnya
120 : 5 = 24.
Skor yang diperoleh dari kemampuan siswa dalam bidang Fisika dapat
diklasifikasi pada tabel berikut :
Tabel 10. Pengkategorian Skor.
No. Kategori Interval skor (%) Keterangan
1 A 81 – 100 Sangat Tinggi
2 B 66 – 80 Tinggi
3 C 56 – 65 Cukup
4 D 46 -55 Rendah
5 E 0 – 45 Sangat Rendah
Pembagian lima kategori tersebut tidak memerlukan perhitungan
statistik, hanya saja perhitungan persentase skor hasil jawaban kuesioner
yang berupa soal-soal fisika. Penentuan kategori menjadi lima ini
diperuntukkan agar terlihat jelas perbedaan antara kategori sangat tinggi,
tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah penjelasan lima
Tabel 11. Keterangan Kategori Kemampuan Siswa
Penyusunan angket dapat menggambarkan tujuan dari penelitian yang
dilakukan (valid) dan juga dapat konsisten bila pernyataan tesebut direspon
dalam waktu yang berbeda (realiabel). Maka dari itu angket yang digunakan
dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji validitas dan relibilitasnya. Secara
mudah angket diujikan dahulu kepada 10 responden sampel, kemudian hasil
dari pengisian angket tersebut dianalis menggunakan SPSS.
1. Validitas instrumen
Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh
mengukur apa yang mau diukur, apakah sesuai dengan tujan. Validitas
menunjukkan pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan
disebut valid bila memang mengukur yang mau diukur.
Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno,
2014:65).
Untuk mengetahui ketepatan dari data diperlukan teknik uji
validitas yaitu dengan analisis koefisien korelasi yang diperoleh dari
hasil korelasi antar skor butir/item dengan skor total. Untuk
mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor totalnya dapat
digunakan korelasi product moment. Perhitungan validitas item
kemampuan siswa dalam bidang Fisika pada penelitian ini dilakukan
dengan bantuan statistik IBM SPSS Statistik 16 dengan bantuan
korelasi product moment.
Dalam penelititan ini, instrumen yang tersusun di uji pada 10
siswa SMA kelas XI IPA. Menurut Syofia (2013: 47) ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui kuisioner yang
digunakan sudah tepat mengukur apa yang ingin diukur yaitu salah
satunya dengan melihat taraf signifikannya (α). Dalam penelitian ini
acuan taraf signifikan yang digunakan adalah 5% artinya hasil
penelitian memiliki peluang kesalahan sebanyak 5% dari 95% dapat
diyakini kebenarannya, dalam arti lainnya taraf signifikan diartikan
sebagai taraf kepercayaan. Jika hasil dari uji validitas coba
signifikannya lebih kecil dari 5% maka item pernyataan tersebut
valid. Adapun hasil dari uji validitas instrumen dapat dilihat pada
pertanyaan valid dan 9 pertanyaan tidak valid. Sembilan pertanyaan
dibantu dosen pembimbing agar pertanyaannya menjadi jelas dan
dapat digunakan untuk pengambilan data.
2. Uji relibilitas instrumen
Rebilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang
sama (Syofian, 2013: 55). Uji relibilitas pada penelitian ini dibantu
dengan program SPSS yaitu dengan teknik Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil uji relibilitas diketahui nilai Alpha Cronbach
instrumen ini adalah 0,351. Nilai ini lebih besar dari nilai kritikal
korelasi person untuk α = 0,05 yakni 0,3061. Maka instrumen
penelitian ini dinyatakan reliabel.
Tabel 13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Deskripsi Penelitian
Panelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Sleman. Semua
data penelitian diperoleh dari penyebaran angket/kuisioner kepada siswa
SMA kelas XI-IPA di tujuh sekolah yang ada di Kabupaten Sleman.
Kabupaten Sleman terdiri dari tujuh belas kecamatan, dalam penelitian ini
dipilih tujuh kecamatan dengan setiap kecamatan diambil satu sekolah untuk
dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester II
yaitu pada bulan Juni, semester genap tahun ajaran 2015/2016. Adapun
kuisioner yang disebut atau dibagikan berisi 30 soal tentang kemampuan
siswa dalam bidang Fisika dengan jumlah responden sebanyak 275 siswa.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti sebelum
menyebarkan angket/kuisioner yaitu terlebih dahulu peneliti mengurus surat
perizinan dari JPMIPA Universitas Sanata Dharma dan mengurus surat
perizinan ke BAPPEDA setelah itu surat perizinan yang dikeluarkan oleh
BAPPEDA diserahkan ke SMA yang dijadikan sebagai tempat penelitian.
Untuk SMA Negri yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Untuk
SMA Swasta hanya membawa surat perizinan yang dikeluarkan oleh kampus,
selanjutnya peneliti berkoordinasi dengan guru fisika untuk mengatur jadwal
kuisioner atau angket kepada siswa. Adapun jadwal pengambilan data yang
dilakukan di tujuh sekolah dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Setiap Sekolah
No. Nama Sekolah
Jumlah
Responden
Waktu
Pelaksanaan
1 SMA N 1 Nganglik 86 08 Juni 2016
2 SMA N 1 Prambanan 24 07 Juni 2016
3 SMA N 1 Tempel 38 04 Juni 2016
4 SMA N 1 Minggir 29 06 Juni 2016
5 SMA N 1 Cangkringan 54 02 Juni 2016
6 SMA N 1 Turi 21 01 Juni 2016
7 SMA Santo Mikael 23 09 Juni 2016
Waktu pelaksanaan penelitian merupakan waktu pengambilan data atau
pemberian soal-soal kepada siswa. Dari waktu tersebut terlihat bahwa
pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda pada
setiap sekolahnya.
Dari pengambilan data pada masing-masing sekolah dilakukan dalam tim
dengan jumlah anggota 5 orang yaitu peneliti sendiri, Rahayu Larasati,
Fransiska Yupita, Caecilia Anis, dan Amanda Kartika. Masing-masing
anggota tim mempunyai topik penelitian yang berbeda-beda. Untuk
mempermudah dalam pengambilan data maka dilakukan secara serentak
karena itu, instrumen yang digunakan oleh kelima peneliti disatukan ke dalam
buku kecil/booklet.
Penelitian dilakukan dalam tim yang sangat membantu untuk
menyebarkan kuisioner di 7 sekolah menengah atas yang tersebar di
Kabupaten Sleman. Selain itu juga, membantu dalam melakukan pengawasan
siswa yang melakukan pengisian kuisoner dalam kelas yang berbeda untuk
setiap sekolah.
B. Data, Analisis Data, dan Pembahasan
1. Deskripsi data secara umum
Data yang diperoleh merupakan jawaban dari setiap butir soal.
Distribusi jawaban siswa dan distribusi skor siswa dapat dilihat pada
Lampiran 7 dan Lampiran 8. Dengan bantuan program SPSS diperoleh
deskripsi umum tentang data yang diperoleh. Hasil analisis ini dapat
dilihat pada Tabel 15. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor
kemampuan siswa di Kabupaten Sleman secara keseluruhan adalah 30,97
%. Pencapaian ini dapat digolongkan pada kategori sangat rendah (E).
Tabel 15. Deskripsi Data Secara Keseluruhan
N
Minimum
(%)
Maximum
(%)
Mean
(%)
Std.
Deviation
Skor 275 1.00 23.00 30,97 4.93461
Valid N
(listwise)
275
Analisis untuk melihat penyebaran pada masing-masing skor (%) yang
diperoleh dari 275 responden yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari
Gambar 1 terlihat bahwa skor terdistribusi pada skor 1% sampai 23% dan
sebagian besar respoden memiliki skor pada 8%.
Banyaknya responden yang berada pada masing-masing kategori
dapat dilihat pada Tabel 16. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir
seluruh siswa yaitu 267 dari 275 siswa berada pada kategori E (sangat
rendah) dengan rata-rata skor 8%. Dan sebagian kecil berada pada kategori
D (rendah) dengan rata-rata skor 22%. Tidak ada seorang pun siswa yang
berada pada kategori C (cukup), B (tinggi), dan A (sangat tinggi).
bahwa sebagian besar kemampuan siswa berada pada level mengingat
dengan persentase skor 37,22%. Pada level mengingat ini siswa mampu
pada level ini banyak menghafal teks atau nama dan mengungkapkan
kembali.
Tabel 17. Rata-rata Skor (%) Tiap Tingkatan Pada Aspek Kognitif
Level kognitif Mean (%) Kategori
Mengingat 37,22 Sangat rendah
Memahami 27,43 Sangat rendah
Menerapkan 31,00 Sangat rendah
Menganalisi 24,57 Sangat rendah
Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata skor paling rendah yaitu pada level menganalisis dengan persentase skor 24,57%. Artinya, pada level ini
siswa belum mampu untuk menguraikan komponen-komponen pembentuk
atau penyusun suatu konsep Fisika. Dari Tabel dapat dilihat bahwa terjadi
anomali skor atau ketidak normalan skor. Terlihat bahwa skor pada level
mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada skor pada level
menganalisis. Hal ini disebabkan oleh soal-soal yang digunakan peneliti
pada level menganalisis merupakan soal-soal yang menganalisis suatu
konsep Fisika. Dapat dilihat bahwa siswa sangat kurang dalam menguasai
konsep-konsep Fisika. Tetapi pada level menerapkan dan level mengingat
peneliti menggunakan soal-soal konseptual tentang Fisika dan
menggunakan soal-soal yang membutuhkan perhitungan serta penurunan
rumus. Terlihat bahwa siswa lebih mampu menyelesaikan soal-soal
konseptual. Hal ini terlihat pada persentase skor rata-rata pada level
mengingat dan level menerapkan lebih besar dari pada persentase skor
rata-rata pada level menganalisis.
Jika dilihat pada masing-masing soal maka persentase skor paling
tinggi yaitu diperoleh siswa pada soal nomor 30 dengan skor 53%. Skor
pada masing-masing butir soal dapat dilihat pada Lampiran 8. Soal
tersebut adalah “Prinsip yang diterapkan pada dongkrak hidraulik
adalah…’’. Sedangkan skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada
soal nomor 4 dengan skor 2,5%. Soal tersebut adalah ’’Vektor gaya F1, F2,
dan F3 terletak pada sebuah diagram kartesius. Dimana F1= 20 N, F2= 20
N, dan F3= 8 N. Sudut yang dibentuk antara F1 terhadap sumbu x adalah
300 dan sudut yang dibentuk F3 terhadap sumbu y adalah 600. Maka
resultan ketiga vektor adalah…”. Dari soal ini terlihat bahwa keseluruhan
siswa belum mampu menguasai konsep vektor. Lampiran jawaban siswa
dapat dilihat pada Lampiran 12.
a. Level mengingat
Pada level ini diperoleh persentase skor rata-rata yaitu 37,22%
dengan kategori E (sangat rendah). Artinya pada level ini siswa belum
mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari. Skor yang
paling tinggi yang diperoleh siswa pada level ini yaitu soal nomor 30
dan soal nomor 16. Soal nomor 30 yaitu mengetahui prinsip yang
diterapkan pada dongkrak hidraulik. Terlihat bahwa 53% siswa dapat
47% siswa lainnya masih belum mampu mengetahuinya. Soal nomor 16
yaitu syarat-syarat yang berlaku pada tumbukan lenting sempurna.
Dari soal ini 52% siswa mampu menyebutkan syarat-syarat yang
berlaku pada tumbukan lenting sempurna sedangkan 48% siswa
lainnya masih belum mampu. Sebagian besar siswa pada soal ini
menjawab bahwa salah satu syarat berlakunya tumbukan lenting
sempurna yaitu tidak berlakunya hukum kekekalan momentum.
Persentase skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level
mengingat yaitu pada soal nomor 7, 28, dan 13 dengan skor 21%, 28%
dan 32%. Soal nomor 7 yaitu ’’Suatu benda jatuh dari ketinggian
tertentu. Apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan
benda pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh… (a) massa benda
dan ketinggian, (b) percepatan gravitasi bumi dan massa benda, (c)
ketinggian benda jatuh dan gravitasi bumi, (d) waktu jatuh yang
diperlukan dan berat benda, dan (e) berat benda dan gravitasi bumi ”.
Dari soal ini terlihat bahwa hampir seluruh siswa tidak menjawab
pertanyaan tersebut dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa menjawab
bahwa apabila gesekan benda dengan udara diabaikan, kecepatan benda
pada saat menyentuh tanah ditentukan oleh percepatan gravitasi dan
massa benda. Jawaban lainnya adalah apabila gesekan benda dengan
udara diabaikan, kecepatan benda pada saat menyentuh tanah
Soal nomor 28 yaitu ”Besar kalor yang dipelukan untuk
meningkatkan setiap 10 suatu zat disebut sebagai…” dari soal ini
hampir seluruh siswa tidak dapat menyebutkan besar kalor yang
diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 suatu zat atau hanya 28%
yang menjawab benar. Kebanyakan siswa menjawab besar kalor yang
diperlukan untuk meningkatkan setiap 10 zat disebut sebagai kapasitas kalor. Soal nomor 13 yaitu ”Apabila kawat mengalami perubahan
permanen setelah ditarik, maka kawat tersebut dikatakan bersifat…”
dari persentase skor yang diperoleh siswa pada soal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menjawab
dengan benar soal terebut. Kebanyakan siswa menjawab bahwa apabila
kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka kawat
tersebut dikatakan bersifat alkalis. Jawaban yang diharapkan adalah
apabila kawat mengalami perubahan permanen setelah ditarik, maka
kawat tersebut dikatakan bersifat plastis.
b. Level memahami
Persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa pada level ini adalah
27,43% dengan skor tertinggi yaitu pada soal nomor 5 yaitu 68%. Soal
itu yaitu ”Seorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan
jatuh dengan kecepatan konstan. Hal ini diakibatkan karena…” dari
soal ini 68% siswa menjawab dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa
menjawab bahwa seseorang penerjun dengan parasut ternyata melayang
pada penerjun sama dengan nol. Artinya hampir setengah dari jumlah
siswa yang belum mampu memahami atau menguasai konsep fisika dari
peristiwa tersebut.
Skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 8
dan 21 dengan skor 7,6% dan 16%. Soal nomor 8 yaitu ”Dengan
mengabaikan gaya gesek, perhatikan pernyataan berikut! 1) jika dua
buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka
benda dengan massa besar lebih cepat, 2) jika dua buah benda dengan
massa benda berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda
dengan massa kecil lebih cepat, 3) massa tidak mempengaruhi
kecepatan benda yang jatuh, 4) kecepatan benda yang jatuh
dipengaruhi oleh ukuran benda, 5) kecepatan benda yang jatuh
dipengaruhi oleh bentuk benda. Pernyataan yang benar dari
pernyataan diatas adalah…”. Dari soal ini hampir seluruh siswa
menjawab bahwa benda yang jatuh dipengaruhi oleh massa, ukuran,
dan bentuk benda. Artinya bahwa siswa belum menguasai konsep gerak
jatuh bebas.
Soal nomor 21 yaitu ”Seseorang membaca dengan menggunakan
kacamata. Kacamata berfungsi untuk…” dari soal ini hanya 16% siswa
yang menjawab dengan benar. Tetapi hampir seluruh siswa menjawab
bahwa kacamata berfungsi untuk memperbesar bayangan. Artinya,
hampir seluruh siswa belum mampu menguasai konsep dan fungsi
c. Level menerapkan
Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 31% dengan skor tertinggi pada soal nomor 24 yaitu 39%. Soal
tersebut adalah ”Seberkas sinar mengenai sistem optik yang terdiri atas
dua cermin datar yang saling tegak lurus. Setelah berkas sinar
mengalami pemantulan dua kali maka arah berkas sinar…”. Dari skor
yang diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir
setengah dari jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep
pemantulan pada soal tersebut.
Skor yang paling rendah yang diperoleh siswa pada level ini yaitu
pada soal nomor 29 dengan skor 17%. Soal tersebut adalah ”Perhatikan
tabel koefisien muai panjang berikut : logam 1 koefisien muai panjang
= 1,2 x 10-5/0C, logam 2 koefisien muai panjang = 1,1 x 10-5/0C, logam
3 koefisien muai panjang = 2,6 1 x 10-5/0C, logam 4 koefisien muai
panjang = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 koefisien muai panjang = 4,2 1 x
10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam…”. Dari skor yang
diperoleh siswa pada soal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh
jumlah siswa masih belum mampu menerapkan konsep pemuaian
kedalam soal tersebut.
d. Level menganalisis
Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa
tinggi yaitu pada soal nomor 15 dengan skor 48%. Soal tersebut adalah
”Menghitung besar konstanta pegas dengan gaya dan panjang pegas
yang berbeda-beda”. Dari soal tersebut siswa menghitung besar
konstanta pegas berdasarkan data dari soal tersebut. Berdasarkan hasil
yang diperoleh hampir setengah dari jumlah siswa mampu
menyelesaikan dan menganalisis soal tersebut. Tetapi sebagian besar
siswa masih belum mampu menyelesaikan soal tersebut.
Soal terendah yang diperoleh siswa yaitu berada pada soal nomor
4 dengan skor 2,5%. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah
vektor gaya dengan titik tolak yang berbeda dan arah yang berbeda.
Dari soal tersebut siswa menghitung komponen-komponen resultan
gaya pada sumbu x dan y. Berdasarkan hasil yang diperoleh hampir
setengah dari jumlah siswa mampu menyelesaikan dan menganalisis
soal tersebut. Tetapi sebagian besar siswa masih belum mampu
menyelesaikan soal tersebut.
3. Kemampuan Siswa Perbidang dalam Fisika
Skor yang diperoleh siswa berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika
dapat dilihat pada Tabel 18. Skor rata-rata paling besar yang diperoleh
siswa berada pada bidang Mekanika yaitu 30%. Skor paling rendah yang
diperoleh siswa pada bidang Optika dan bidang Termofisika dengan skor
27%. Distribusi skor pada masing-masing bidang dalam Fisika dapat
Tabel 18. Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika
Bidang Mean (%) Kategori
Mekanika 30 Sangat rendah
Optika 27 Sangat rendah
Termofisika 27 Sangat rendah
Dari Gambar 1 dibawah ini dapat dilihat lebih jelas distribusi skor pada
masing-masing bidang dalam Fisika. Skor rata-rata terendah pada bidang
Optika dan bidang Termofisika yaitu 27%. Soal yang paling sulit pada
bidang Optika yaitu soal nomor 23. Soal tersebut adalah ”Jika berkas
sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar tersebut
akan…”. Dari soal tersebut hampir seluruh siswa menjawab bahwa jika
berkas sinar datang menuju titik fokus lensa cekung, seberkas sinar
tersebut akan dipantulkan menuju titik fokus.. Jawaban lain yang
diungkapkan siswa adalah jika berkas sinar datang menuju titik fokus lensa
cekung, seberkas sinar tersebut akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Sedangkan soal yang paling sulit pada bidang Termofisika yaitu soal
nomor 29. Soal tersebut adalah ’’Perhatikan tabel koefisien muai panjang
berikut : logam 1 = 1,2 x 10-5/0C, logam 2 = 1,1 x 10-5/0C, logam 3 = 2,6 1
x 10-5/0C, logam 4 = 9,6 1 x 10-5/0C, dan logam 5 = 4,2 1 x 10-5/0C. Pada
suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang terpanjang
menjawab bahwa logam yang terpanjang saat dipanaskan adalah logam
dengan nomor 2. Jawaban lain yang diungkapkan siswa adalah logam yang
terpanjang saat dipanaskan adalah logam dengan nomor 3.
Dalam bidang Optika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa
pada soal nomor 24 dengan skor 39%. Soal tersebut yaitu ”Seberkas sinar
mengenai sistem optik yang terdiri atas dua cermin datar yang saling
tegak lurus. Setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali maka
arah berkas sinar…”. Selain jawaban yang sebenarnya, siswa juga
menjawab bahwa setelah berkas sinar mengalami pemantulan dua kali
maka arah berkas sinar memotong sinar datang. Sedangkan dalam bidang
Termofisika juga skor rata-rata paling besar diperoleh siswa pada soal
nomor 26 dengan skor 44%. Soal tersebut yaitu : ”Untuk menaikan suhu
0,5 kg suatu zat cair yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi
380C diperlukan kalor sebesar …”. Selain jawaban yang sebenarnya,
siswa juga menjawab bahwa untuk menaikan suhu 0,5 kg suatu zat cair
yang kalor jenisnya 400 J/kg.0C dari 280C menjadi 380C diperlukan kalor
Gambar 2. Grafik hubungan antara persentase skor terhadap bidang-bidang
dalam Fisika.
Pada bidang Mekanika, siswa memperoleh skor paling tinggi pada soal
nomor 30 dengan skor 53%. Soal tersebut berbicara tetang prinsip yang
diterapkan pada dongkrak hidraulik. Prinsip kerja dongkrak hidraulik yaitu
hukum Pacal. Tetapi pada kenyataannya hampir seluruh siswa menjawab
bahwa prinsip kerja dari dongkrak hidraulik adalah hukum Archimedes.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Kabupaten Sleman
mempunyai konsep yang sangat rendah tentang prinsip kerja benda secara
Fisika. Sedangkan skor paling rendah pada soal nomor 4 dengan skor 2,5
%. Soal ini tentang menghitung resultan tiga buah vektor gaya dengan titik
tolak yang berbeda dan arah yang berbeda. Dari soal tersebut siswa