• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Motivasi Ibu Tentang Perawatan Metode Kanguru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat Motivasi Ibu Tentang Perawatan Metode Kanguru"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Motivasi Ibu Tentang Perawatan Metode Kanguru

Ika Widiyaningsih1, Siti Chodidjah2

1. Ika Widiyaningsih : Program Sarjana Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl.Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424.

Email : ika.widiyaningsih@ui.ac.id  

2. Siti Chodidjah : Kelompok Keilmuan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl.Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat –

16424.

Email : siti.chodidjah13@gmail.com

Abstrak

Metode kanguru merupakan teknologi tepat guna untuk perawatan bayi berat lahir rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran serta hubungan karakteristik ibu dengan motivasi tentang perawatan kanguru. Penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional dengan teknik consecutive sampling. Responden berjumlah 106 orang. Penelitian dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dari hasil uji chi square didapatkan hubungan yang bermakna antara usia, pekerjaan dan sumber informasi yang didapat ibu dengan motivasi tentang perawatan metode kanguru (p value < 0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lanjutan mengenai peran petugas kesehatan untuk meningkatkan motivasi pada pelaksanaan perawatan kanguru.

Kata kunci : bayi berat lahir rendah, motivasi, perawatan metode kanguru

Abstract

Kangaroo method is one of the appropriate technology for the care of low birth weight babies. This study aimed to describe mother’s motivation of kangaroo care. This a quantitaive research used a correlational-descriptive design with cross sectional approach. The technique of sampling used consecutive sampling with 106 subjects at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta. The result found that there are significantly relationship between materanal age, occupation and information sources to the mother’s motivation of kangaroo care (p value > 0.05). Researcher recommend for the further research to analyze the role of care giver to improve the motivation for the kangaroo methods.

(2)

Pendahuluan

Derajat kesehatan masyarakat saat ini dapat dinilai dengan menggunakan indikator Angka Kematian Bayi, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini World

Health Organization (2002).

Di Indonesia angka kematian bayi masih tinggi sekitar 56% kematian terjadi pada masa neonatal. Menurut Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2007) di DKI Jakarta terdapat 11,5% bayi dengan berat lahir rendah saat dilahirkan. Presentase tertinggi ditemukan di Jakarta pusat yaitu 21,4% dan terendah di kepulauan seribu sebesar 0,9%. Menurut WHO (2009) angka kematian pada neonatal sebesar 37% diantara kematian balita di Negara berkembang. 75% angka kematian neonatal terjadi selama minggu pertama kehidupannya, dan terjadi kematian antara 25% sampai 45% dalam 24 jam pertama. Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta merupakan salah satu rumah sakit rujukan nasional. angka kejadian BBLR tahun 2010 sekitar 22% dari jumlah bayi baru lahir terutama BBLR dengan berat badan bayi berkisar 700 – 2495 gram. BBLR menurut Wong (2008) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi.

Menurut Pratomo (2006) salah satu cara mempertahankan suhu tubuh normal pada bayi BBLR adalah dengan menggunakan

perawatan metode kanguru yang merupakan metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi. Perawatan kanguru dapat meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi.

Haksari, dkk (2002) dalam penelitiannya mengenai analisis biaya antara PMK dengan metode konvensional diketahui bahwa PMK lebih efektif dibanding metode konvensional dalam menurunkan biaya rawat. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa suhu tubuh, berat badan dan frekuensi nafas lebih baik pada bayi berat lahir rendah yang menjalani perawatan metode kanguru dibandingkan dengan yang tidak dilakukan PMK (Ali et al., 2009). Penelitian yang dilakukan Endyarni et al. (2009) menyatakan PMK efektif untuk menumbuhkan efek positif pada ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Wawancara yang dilakukan bulan Oktober 2012, pada 10 ibu yang bayinya terlahir dengan berat badan rendah dan dirawat di dalam inkubator di ruangan perinatologi diketahui sebagian orang ibu mengatakan masih takut mengendong maupun menyentuh bayinya dan sebagian ibu tidak dapat rutin mengunjungi bayinya karena kesibukan yang lainnya.

Rendahnya angka pelaksanaan perawatan metode kanguru secara tidak langsung menggambarkan rendahnya kesadaran dan

(3)

ketidaktahuan pada ibu untuk melakukan perawatan metode kangguru. Penelitian yang dilakukan Surasmi (2003) menyebutkan bahwa respon ibu terhadap permasalahan bayi BBLR sangat mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan perawatan terhadap bayinya. Masih banyak para ibu yang belum bisa merawat bayinya dengan baik karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru lahir rendah. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu dalam perawatan metode kanguru di Ruang Perinatologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir rendah yang dirawat di Ruang Perinatologi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 106 ibu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling jenis consecutive sampling

Instrument pada penelitian ini mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data terkait tentang motivasi ibu dalam perawatan metode kanguru. Kuesioner tingkat motivasi ibu ini terdiri atas dua bagian utama yaitu bagian A yang berisi pertanyaan mengenai

data karakteristik ibu yang telah setuju menjadi responden meliputi : usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Bagian B yaitu instrumen yang berisi pertanyaan terkait motivasi ibu dalam perawatan metode kanguru yang jawaban diukur berdasarkan skala likert dan dibuat dalam bentuk cek list. Uji coba instrumen dilakukan pada 30 ibu di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil uji instrumen didaptkan nilai uji validitas antara 0.330-0.725. hasil uji reabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0. 935.

Analisa data dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik

Chi-square yang mencakup data mengenai

karakteristik responden sedangkan pada analisis bivariat mencakup data mengenai karakteristik responden yang dihubungkan dengan variabel tingkat motivasi.

Keseluruhan rencana penelitian mengikuti proses legalisasi penelitian dengan memegang empat prinsip utama etika yang harus dipegang teguh dalam melakukan penelitian antara lain menghormati harkat dan martabat

manusia, menghormati privasi dan

kerahasiaan subjek penelitian, keadilan dan inklusifitas atau keterbukaan, serta dengan memperhitungkan manfaat maupun kerugian yang ditimbulkan.

(4)

HASIL

Variabel Motivasi Ibu Tentang

Perawatan Kanguru

OR P

Value

Rendah Tinggi total

N % N % N % Usia Dewasa Awal Dewasa Menengah 35 23 45,5 79,3 42 6 54,5 20,7 77 29 100 100 4,600 0,004 Pendidikan Tinggi Rendah 30 28 50,0 60,9 30 18 50,0 39,1 60 46 100 100 0643 0,359 Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 35 23 85,4 35,4 6 42 14,6 64,6 41 65 100 100 0,094 0,000 Sumber informasi Utama Pendukung 35 23 45,5 79,3 42 6 54,5 20,7 77 29 100 100 0,217 0,004

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ibu yang berusia dewasa awal memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 35 orang (45,5%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 42 orang (54,5%). ibu yang berusia dewasa menengah memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 23 orang (79,3%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 6 orang (20,7%). ibu yang berpendikan tinggi memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 30 orang (50,0%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 30 orang (30,0%). ibu yang berpendikan rendah

memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 28 orang (60,9%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 18 orang (39,1%). ibu yang bekerja memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 35 orang (85,4%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 6 orang (14,6%). ibu yang tidak bekerja memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 23 orang (35,4%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 42 orang (64,6%). ibu yang memperoleh informasi dari sumber informasi utama dan masih memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 35 orang (45,5%) dan ibu yang

(5)

memiliki motivasi tinggi sebanyak 42 orang (54,5%). ibu yang memperoleh informasi dari sumber informasi pendukung dan masih memiliki motivasi rendah untuk perawatan kanguru sebanyak 23 orang (79,3%) dan ibu yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 6 orang (20,7%). Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan uji statistik Chi-square,

berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,004), status pekerjaan (p = 0,000) dan sumber informasi tentang perawatan kanguru (p = 0,004) dengan tingkat motivasi tentang perawatan kanguru. Sedangkan untuk data karakteristik responden mengenai pendidikan didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap tingkat motivasi tentang perawatan kanguru (p value > 0,05).

PEMBAHASAN

Rentang usia responden pada penelitian ini yaitu antara 18 tahun sampai 40 tahun. peneliti menentukan pembagian variabel usia dalam penelitian ini dengan menggunakan kategori responden dewasa awal yang mempunyai rentang usia 18 – 30 tahun, dan dewasa menengah dengan rentang usia 31-60 tahun. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data responden dengan usia dewasa awal berjumlah 77 orang (72,6%) dan usia responden dewasa menengah berjumlah 29 orang (27,4%).

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nair et al. (2011) untuk menganalisis tingkat motivasi mengenai perawatan metode kanguru pada 60 orang ibu. Dalam penelitian tersebut, rentang usia responden berkisar antara 20 tahun sampai dengan 45 tahun, dengan nilai median 36 tahun. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden yang berusia <36 tahun masuk dalam kategori bermotivasi tinggi berjumlah 38 responden dan sisanya sebanyak 4 responden masuk dalam kategori bermotivasi rendah. Selanjutnya untuk kelompok usia >36 tahun, sebagian besar responden masuk dalam kategori bermotivasi tinggi berjumlah 18 responden dan tidak ada yang memiliki motivasi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi Square terdapat adanya hubungan yang signifikan antara usia dan tingkat motivasi ibu tentang perawatan metode kanguru dengan nilai (P

value = 0,004). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Roatib (2007) yang

menunjukkan bahwa usia mempunyai

hubungan yang bermakna dengan motivasi dengan nilai (P value = 0,021). Robbins (2006, dalam Sudrajat 2008) mengemukakan bahwa usia sangat berkaitan erat dengan kedewasaan atau maturitas seorang ibu. Semakin tinggi usia ibu maka kemampuan untuk berpikir rasional akan semakin baik, individu akan semakin bijak dalam bertindak, penuh dengan keterbukaan dalam menerima

(6)

saran atau masukan, sehingga mampu untuk mengaplikasikannya.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta. semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima informasi. namun sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat seseorang dalam informasi yang baru diterimanya (Notoatmojo, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak

membuktikan adanya hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ibu tentang perawatan metode kanguru (P value = 0,359). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ellyana (2008) bahwa pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan motivasi dengan nilai yang didapat sebesar 0,426. Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarnengsih (2012) untuk menganalisis tingkat motivasi mengenai perawatan kanguru. berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh data bahwa lebih dari separuh ibu dengan bayi BBLR memiliki pendidikan yang rendah. Sedarmayanti (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan tinggi menunjang ibu untuk menyerap informasi yang berhubungan dengan kegiatannya sedangkan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan ibu sulit untuk menyerap informasi yang didapat.

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan individu terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Berdasarkan hasil dari penelitian ini,

membuktikan adanya hubungan yang

signifikan antara pekerjaan dengan tingkat motivasi ibu tentang perawatan metode kanguru (P value = 0,000). Penelitian yang dilakukan Amin & Said (2011) menyatakan konsekuensi dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat melaksanakan manajemen dengan baik. Peneliti berpendapat bahwa ibu yang bekerja kurang mampu melaksanakan perawatan kanguru secara maksimal karena melakukan perawatan kanguru dengan waktu yang lebih pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Azriani untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan keberhasilan pemberian asi dengan (P

value = 0,011).

Sumber informasi mengenai perawatan metode kanguru adalah bagaimana, oleh siapa dan dimana informan pertama kali mendengarkan mengenai penjelasan tersebut. Dari informasi ini maka diharapkan adanya pernyebarluasan pesan sehingga penerima informasi mengetahui informasi yang ingin diketahui.

Penelitian ini, membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara sumber informasi dan tingkat motivasi ibu tentang perawatan metode kanguru (P value = 0,004). Presentasi kasus keperawatan terkait perawatan metode

(7)

kanguru dewasa ini dilaksanakan dengan tujuan agar ibu dapat melakukan perawatan secara efektif dan turut berperan aktif dalam perawatan bayinya. Informasi membantu ibu memenuhi semua kebutuhan bayi dalam melakukan perawatan kanguru (Depkes RI, 2008).

Banyak ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk berperan serta memenuhi kebutuhan bagi bayinya, sehingga membutuhkan dukungan dari keluarga, teman, maupun petugas kesehatan. Selain adanya dukungan, perawatan metode kanguru juga dapat terlaksana apabila ibu mampu melaksanakannya atas keputusan sendiri. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2002) tentang penerimaan perawatan bayi lekat dan sikap adalah variabel yang paling mempunyai hubungan yang bermakna dalam perawatan metode kanguru.

KESIMPULAN

Penelitian ini membuktikan bahwa lebih dari setengah responden ibu dalam penelitian ini memiliki motivasi yang rendah tentang perawatan metode kanguru. Hal ini dapat memicu tingginya lama rawat pada bayi di RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Selain itu, peneliti juga menemukan   adanya hubungan yang signifikan antara usia, pekerjaan dan sumber informasi dalam perawatan metode kanguru Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (p-value) < 0,05 sedangkan untuk tingkat pendidikan tidak terdapat hubungan yang

bermakna (signifikan) dengan motivasi ibu dalam perawatan metode kangguru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas

(p-value) > 0,05.    

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi pada ibu dalam melakukan perawatan metode kanguru, sebagai berikut :

1. Pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan sarana maupun prasarana yang lebih menunjang untuk memotivasi ibu dalam melakukan perawatan metode

kanguru seperti menyediakan

penambahan ruangan untuk melakukan pelaksanaan perawatan metode kanguru bagi ibu dan bayinya.

2. Perlu ditingkatkannya peran dan fungsi tenaga kesehatan di rumah sakit antara

lain dengan rutin mengadakan

penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah yang dirawat, terutama untuk memotivasi ibu dalam melakukan perawatan metode kanguru sehingga terbentuk wadah untuk bertukar informasi dan pengalaman mengenai pelaksanaan perawatan metode kanguru. 3. Perlunya disediakan lebih banyak leafet,

brosur, poster atau media informasi yang lainnya mengenai pentingnya perawatan metode kanguru pada bayi baru lahir terkait manfaatnya bagi ibu dan bayi.

(8)

REFERENSI

Ali, S.M., Sharma, J., & Alam, S. (2009).

Kangaroo mother care as compared to conventional care for low birth weight

babies. 36 (3) : 155-160.

http://www.proquest.umi.com diakses tanggal 21 Oktober 2012

Amin RM, Said MZ, dkk. (2011). Work related determinant of breastfeeding discontinuation among employed mother in malaysia. International

Breastfeeding Journal

Arora, S. (2008). Kangaroo mother care.

Nursing journal of india, 99 (11):248-250.http://www.proquest.umi.com

diakses tanggal 26 Oktober 2012

Azriani. (2012). Metode scoring untuk menilai keberhasilan pemberian asi eksklusif di kabupaten bekasi. Journal

Health Quality. Volume 2, Nomer 4,

Mei 2012

Depkes RI. (2008). Perawatan bayi berat

lahir rendah (BBLR) dengan metode

kanguru. Jakarta : Departemen

kesehatan republik Indonesia

Deswita, Besral, Yeni Rustina. (2011). Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap respon fisiologis bayi premature. Jurnal kesehatan masyarakat. Volume 5, Nomer 5, April 2011

Diniawati, Evita. (2010). Gambaran pelaksanaan perawatan metode kanguru di rumah pada ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah di kecamatan sukaresmi kabupaten garut tahun 2010.

Depok

Endyarni, B, Roeslani, R. D, Rohsiswatmo, R. & Soedjatmiko. (2009). Mother’s response on kangaroo mother care

intervention for preterm infants,

http://www.pediatricaindonesia.org/journ al.asp?q=851. 49(4), 224-28. Diakses tanggal 19 Oktober 2012

Feldman, R., Eidelman, Al, Sirota, L, & Weller, A. (2002). Comparison of skin to

skin (kangaroo) and tradisional care parenting outcomes and preterm infant development,

http://www.ncbi.nlm.nihgov/PubMed/120 93942, Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan

perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nursalam, Pariani, S. (2003). Pendekatan

praktis metodologi riset keperawatan.

Jakarta : Sagung Seto

Pratomo, H. (2006). Manfaat perawatan

metode kanguru dan penerapannya dalam perawatan bayi berat lahir rendah : Buku panduan resusitasi neonatus edisi 5. Jakarta : Perinasia

Priya J.J. (2004). Kangaroo care for low birth weight babies. Nursing journal of india

(95)9 : 209-212).

http://www.proquest.umi.com Diakses tanggal 21 Oktober 2012.

Roatib, Ali. (2007). Hubungan antara karakteristik perawat dengan motivasi perawat pelaksana dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada fase kerja di rumah sakit islam sultan agung semarang. Online journal of nursing.

Diakses dari

http://ejournal.undip.ac.id/medianers tanggal 3 Juli 2013

Robbins, Stephen, P. (2006). Perilaku

Organisasi. Klaten : PT. Intan Sejati

Sarnengsih, T. (2012). Gambaran factor

pemungkin dan faktor penguat yang mempengaruhi pelaksanaan metode kanguru di ruangan perinatologi RSUP M. Djamil padang tahun 2012. Padang

Sedarmayanti, (2003). Manajemen sumber

daya manusia. Bandung : Refika

Aditama

Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H., N. (2003). Perawatan bayi resiko

(9)

Utami. (2002). Hubungan penerimaan,

pengetahuan, dan sikap dengan praktek perawatan bayi lekat pada ibu BBLR setelah dilakukan penyuluhan metode perawatan bayi lekat di RSUD Cibinang kabupaten bogor. Depok

WHO. (2002). Pedoman berat badan bayi

untuk pelaksanaan kanguru. Diakses

dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2 003/9241590351.pdf kangaroo mother care. tanggal 19 Oktober 2012

WHO. (2003). Kangaroo mother care a

practical guide. Geneva : Department of

reproductive health and research WHO. http://www.prematurity.org/journalofpedi atric. Diakses tanggal 25 Oktober 2012 Wong, D. L. Hokenberry , M, Wilson, D.,

Wnkelstein, M. L., & Schwatrz, P. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga mengungkapkan bahwa dalam model pengajaran berdasarkan masalah memberikan cara pembelajaran yang meningkatkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan percaya diri dan

terdapat pengaruh lingkungan kerja yang signifikan terhadap kinerja pegawai Bank Intan Jabar (BIJ) Garut, yang ditunjukan dari hasil uji parsial dari koefisien korelasi parsial,

Tabel 4.11 Intensitas berkunjung setelah tertarik dengan terpaan marketing public relations menggunakan indikator publikasi melalui instagram 67 Tabel 4.12 Intensitas

(2010) menggunakan gliserol pada media perbanyakan, dan menunjukkan bahwa biofungisida dengan bahan pembawa talk dapat disimpan sampai 12 bulan.. Hasil penelitian lain

Karakteristik fisik dan fisikokimia beras konsumsi di Indramayu, Cianjur, dan Ciamis, Jawa Barat, identik dengan karakter dari unit penggilingan padi dan

yang berbeda dalam susunan fisika dan kimia yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai akibat dari proses perkembangan tanah. Pedon  satuan individu terkecil dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: tingkat kemampuan literasi sains siswa Se-Kota Gerung termasuk dalam kategori

Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku