• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

55

4.1 Profil Sekolah

SDN Kedungori 1 merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Dempet, Demak. SDN Kedungori 1 terletak di desa Kedungori yang berjarak kurang lebih 3 km dari kantor kecamatan Dempet. SDN Kedungori 1 sudah berdiri sejak 1963. Sekolah ini telah menjadi salah satu SD piloting Kurikulum 2013 di Kabupaten Demak dan SD Inti di gugus Pangeran Diponegoro. Kepala sekolah saat ini adalah Supriyanto, S.Pd. SDN Kedungori 1 mempunyai murid sebanyak 232 orang yang terdiri dari 158 siswa dan 174 siswi. Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan 12 orang terdiri atas 10 guru, 1 tenaga perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Jumlah 10 orang guru terdiri atas 6 guru yang telah berstatus sebagai PNS dan 4 guru honorer. Guru pria berjumlah 7 orang dan sisanya sebanyak 3 orang guru adalah guru wanita. Tenaga perpustakaan 1 orang wanita dan 1 penjaga pria.

SD Negeri Kedungori 1 memiliki visi sekolah: Terwujudnya sekolah dasar yang berkualitas, dalam suasana kehidupan yang demokratis, dan berkarakter bangsa. Adapun misi SD Negeri

(2)

Kedungori 1 adalah: 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga seluruh siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan bakat dan potensinya. 2) Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat serta membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 3) Menumbuhkembangkan semangat “keunggulan” untuk meraih prestasi secara intensif pada seluruh warga sekolah. 4) Memfasilitasi peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan melalui wadah sistem pembinaan profesional. 4) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah serta stakeholder lainnya dalam kerangka Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Keberhasilan yang telah dicapai adalah SD N Kedungori 1 pada tahun terakhir ini telah berhasil meluluskan semua siswa dan semua melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. SDN Kedungori 1 pada tahun pelajaran kemarin berhasil memperoleh peringkat 1 nilai UN di Kecamatan Dempet dan Peringkat 3 di kabupaten Demak. Juara 1 Tergiat Jambore Ranting 6 kali berturut-turut. Juara 1 lomba TIKI tingkat Kabupaten. Mempunyai guru berprestasi dan POR PGRI tingkat kabupaten.

(3)

Ada guru yang menjadi Penulis buku perpustakaan dan Pramuka tingkat nasional.

4.2 Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan kompetensi Guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SDN Kedungori 1 Dempet Demak melalui In House Training (IHT) Model Partisipatif. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di SDN Kedungori 1 Dempet Demak. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan April 2016, dengan rincian sebagai berikut: 1) pembuatan instrumen pada bulan Januari 2016, 2) Pembuatan program IHT pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2 pada bulan Januari 2016, 3) pengukuran Kompetensi guru dalam menyusun RPP pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 pada bulan Januari 2016, 4) pelaksanaan IHT pada minggu ke-4 Februari sampai minggu ke-1 pada bulan Maret 2016, 5) pengukuran setelah IHT pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-2 pada bulan Maret 2016. Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari wawancara, observasi, maupun studi dokumen. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif.

(4)

4.3 Deskripsi hasil penelitian

4.3.1 Kondisi Pra Siklus

Kondisi awal kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 di SDN Kedungori 1 sebelum tindakan dapat dinilai dari RPP Kurikulum 2013 yang dikumpulkan guru-guru ketika disupervisi kepala sekolah. Rata-rata kompetensi seluruh guru (8 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran) adalah 65 dalam skala 10-100. Semula guru yang mampu meraih nilai 85 belum ada atau (0%), berdasarkan pedoman penilaian RPP Kurikulum 2013 mengacu Permendikbud 103 tahun 2014. Penyebabnya sebagian besar guru belum menguasai teknik menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan baik.

Data perolehan skor dari hasil observasi oleh Kepala Sekolah dari 10 guru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil observasi Sebelum Tindakan

NO RENTANG

NILAI JUMLAH PERSENTASE (%)

1 41-50 1 10

2 51-60 3 30

3 61-70 5 50

3 71-80 1 10

JUMLAH 10 100

Sumber data: Hasil Pengolahan Hasil Observasi Sebelum Tindakan

(5)

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut:

Sumber: Pengolahan dari Skor Awal Kompetensi Guru

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 100%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak (0%). Hal ini disebabkan sebagian besar guru belum menguasai prinsip-prinsip penyusunan RPP Kurikulum 2013 dengan baik, beranggapan bahwa penyusunan RPP terlalu rumit, dan kurangnya pelatihan bersama di sekolah (in house training). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 41 -50 51 -60 61 -70 71 -80 81 -90 10091 -Pr es en ta se Skor Perolehan Grafik 4.1

Skor Awal Kompetensi Guru

Skor Kompetensi Guru

(6)

Peneliti mencoba meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP kurikulum 2013 adalah melalui In House Training (IHT) dengan model partisipatif. Kegiatan IHT ini diikuti oleh semua guru dan dilakukan di sekolah sendiri. Kegiatan IHT ini dilakukan dengan 2 siklus terdiri atas siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Fabruari 2016 dan Siklus 2 pada hari Sabtu, 5 Maret 2016. Kegiatan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.(Sugiyono, 2014:708).

4.3.2 Siklus 1

4.3.2.1 Perencanaan

Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak Bapak Supriyanto menjelaskan mengenai perencanaan kegiatan IHT dengan model partisipatif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagai berikut

“Yang saya amati dalam merencanakan kegiatan IHT sudah baik yaitu 1) menyusunan perencanaan program dan sosialisasi, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir, 5) menyiapkan instrumen IHT, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) meniapkan dokumentasi. Saya merencanakan pelaksanaan IHT melalui dua sikus“

Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa perencanaan yang dilakukan oleh

(7)

peneliti di SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak adalah 1) menyusun perencanaan program dan sosialisasi, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir dan undangan, 5) menyiapkan instrumen IHT, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) menyiapkan dokumentasi. Pelaksanaan IHT akan dilaksanakan melalui dua sikus.

4.3.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan IHT Model Partisipatif siklus 1 pada hari Sabtu, 27 Februari 2016. Kegiatan penelitian ini dilakukan di ruang guru dikuti oleh peserta yang terdiri atas: 8 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran. Peneliti dan kepala sekolah berkolaborasi untuk mengadakan penelitian ini. Pada Siklus 1 dilakukan kegiatan penyampaian sebanyak 3 kali materi, pada pertemuan pertama membahas materi tentang hakikat dan prinsip menyusun RPP, kedua membahas komponen dan langkah menyusun RPP, dan terakhir pengembangan penilaian otentik.

Adapun langkah-langkah pelatihan yang dilakukan adalah sebagai berikut:1) Panitia memberikan pre test; 2) Narasumber menyampaikan tujuan yang akan dicapai; 3) Narasumber menyiapkan media dan alat yang dibutuhkan, 4) Narasumber menyamaikan teknik pelatihan IHT

(8)

model partisipatif yang akan dilakukan bersama dengan teman saling sharing; 5) Curah pendapat antara narasumber dan peserta 6) Peserta memberikan respon sesuai pengalamannya; 7) Narasumber mempertegas dengan menunjukan petunjuk teknis penyusunan RPP terbaru; 8) Narasumber mulai masuk ke materi yang sudah dipersiapkan; 9) Narasumber memberi tugas sesuai dengan materi yang dipersiapkan; 10) Narasumber bersama peserta membuat kesimpulan; 11) Panitia memberikan post test 12) Panitia mengoreksi hasil pre dan post test; 13) Panitia mengadakan perekapan hasil pre dan post test.

Sebelum dan setelah kegiatan IHT diadakan penilaian Pre dan Post Tes dimaksudkan untuk mengukur daya serap guru dalam menerima materi. Hasil tersebut juga untuk mengukur kompetensi pengetahuan dalam menguasai teori tentang penyusunan RPP Kurikulum 2013. Soal sebanyak 20 butir soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda mempunyai kelebihan bisa menggali lebih dalam penguasaan materi IHT.

Nilai hasil pre dan post tes diperoleh dengan cara membagi 2 dari skor perolehan. Adapun data perolehan hasil pre test dan post test IHT dari panitia kegiatan dapat dilhat dalam tabel berikut:

(9)

Tabel 4.2

Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 1

NO NILAI Pre Test Post Test

1 55 1 -2 60 1 -3 65 2 1 3 70 3 2 5 85 1 5 6 90 1 1 7 100 1 1 Jumlah 730 820 Rata-rata 73 82 Nilai Tertinggi 100 100 Nilai Terendah 55 65 Ketuntasan 30% 70%

Sumber: Pengolahan dari Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 1

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 70%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak 3 guru (30%).

Kegiatan selanjutnya Kepala Sekolah menilai produk RPP Kurikulum 2013 yang disusun guru. Kepala Sekolah melihat kesesuaian RPP dengan pembelajaran yang dilakukan guru, pada instrumen

(10)

yang sudah dipersiapkan. Setelah menilai Kepala Sekolah menghitung skor akhir dengan cara membagi skor perolehan dengan jumlah skor total dikalikan 100%. Hasil skor akhir dibandingkan dengan standar skor ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan.

Hasil penilaian kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 setelah mengamati dokumen produk RPP yang disusun guru dalam siklus 1 dapat dilihat pada tabelberikut:

Tabel 4.3

Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 1

NO RENTANG NILAI JUMLAH PERSENTASE (%) 1 61-70 2 20 2 71-80 2 20 3 81-90 5 50 4 91-100 1 10 JUMLAH 10 100

Sumber Data: Hasil Pengolahan Penilaian RPP Kurikulum 2013

(11)

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut:

Sumber: Pengolahan Skor Kompetensi Guru Siklus 1

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 40%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak (60%), hal demikian disebabkan RPP yang disusun para guru masih banyak yang kurang sesuai dengan pembelajaran, selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Eko Purwadi, S.Pd.SD setelah diadakan wawancara sebagai berikut:

“ Saya masih merasa kurang tentang materi cara menyusun RPP. Pada IHT berikutnya mohon ditambah waktu praktik menyusun RPP dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 41 -50 51 -60 61 -70 71 -80 81 -90 91 -100 Pr es en ta se Skor Perolehan Grafik 4.2

Skor Kompetensi Guru Siklus 1

(12)

pembelajaran. Bukan hanya sekedar teori tetapi saya juga ingin tahu secara praktis RPP yang seharusnya ideal. Saya ingin mengetahui banyak cara mengembangkan indikator pencapaian, cara mengembangkan bahan ajar, cara menyusun skenario (Wawancara, 27 Februari 2016)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian guru masih perlu bimbingan dalam menyusun RPP terutama cara mengembangkan indikator, bahan ajar, skenario pembelajaran saintifik, dan rubrik pembelajaran. Pada siklus 1 kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 perlu ditingkatkan dengan memperhatikan kekurangan yang ada dari hasil observasi. Tindakan yang realistis untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 pada kegiatan IHT menambah materi praktik baik praktik menyusun RPP dan pembelajaran (peertaching) dengan metode pelatihan yang lebih variatif didukung media LCD pada siklus berikutnya.

4.3.2.3 Observasi

Pada kegiatan observasi dilakukan oleh Bapak Supriyanto, S.Pd Kepala Sekolah SDN Kedungori 1 Dempet Demak. Kegiatan observasi ini untuk mengetahui keberhhasilan pelaksanaan kegiatan IHT Model Partisipatif merupakan kegiatan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Observas mulai dari kegiatan perencanaan hingga akhir.

(13)

Hasil observasi Kepala Sekolah terhadap kegiatan IHT Model Partisipatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.4 Hasil Observasi IHT Siklus 1

No Langkah Kegiatan Hasil Observasi

1 2 3 4

A Kegiatan Awal

1. Penyusunan jadwal pelatihan √

2. Sosialisasi kegiatan √

3. Penyetening tempat duduk √

4. Penyusunan program kegiatan √

5. Penyusunan undangan √

6. Ketersediaan soal pre dan post tes √ 7. Kesiapan materi dan narasumber √

B. Pelaksanaan IHT

1. Kesesuaian materi dengan tujuan √ 2. Kesesuaian materi dengan kebutuhan √ 3. Kualitas materi yang diberikan √

4. Metode yang dipakai √

5. Pengelolaan waktu √

6. Keaktifan peserta √

7. Penguasaan materi fasilitator √ 8. Cara menyampaikan materi √ 9. Hubungan fasilitator dengan peserta √

10. Pelayanan panitia √

C. Kegiatan Akhir

1. Hasil post tes peserta pelatihan √

2. Produk yang dihasilkan √

3. Pelaporan kegiatan √

Jumlah skor 12 24 24

Sumber: Pengolahan data Hasil Observasi IHT Siklus 1 Tahun 2016

Berdasarkan data di atas dapat diketahui hasil observasi ditemukan metode pelatihan kurang efektif, materi masih bersifat teori, kurang didukung media, narasumber kurang memberikan bimbingan, masih banyak guru belum optimal dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 di SDN Kedungori 1 Dempet Demak

(14)

seperti 1) Pengembangan indikator kompetensi spiritual dan sosial, 2) Pengembangan tujuan yang masih kurang lengkap, 3) Pengembangan bahan ajar yang masih copypaste 4) Pengembangan sintak yang kurang sesuai pendekatan saintifik, 5) Pengembangan rubrik penilaian kurang sesuai dengan kriteria.

Berdasarkan hasil observasi terjadi korelasi antara hasil pre dan post tes serta nilai produk RPP Kurikulum 2013 yang disusun guru SDN Kedungori 1 pada saat kegiatan IHT Model Partisipatif. Secara umum skor perolehan yang mencapai ketuntasan banyak disebabkan oleh kegiatan IHT Model Partisipatif yang dilaksanankan kurang efektif sebagaimana yang tertuang dalam lembar observasi.

4.3.2.4 Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, peneliti melalukan evaluasi terhadap proses tindakan dari hasil IHT. Data-data yang terkumpul baik dari hasil post test, hasil penilaian produk RPP, lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi foto kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga diketahui seberapa jauh peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Analisis ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan digunakan dalam kegiatan IHT dan rencana tindakan berikutnya.

(15)

Hasil analisis diketahui bahwa tindakan siklus 1 melalui IHT model partisipatif mulai disukai para guru dalam kegiatan menyusun RPP Kurikulum 2013. Hal ini tampak pada kegiatan IHT para guru tampak antusias mengikuti kegiatan hingga akhir. Namun ada 4 guru yang nilainya masih berada dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan narasumber kurang memberi motivasi kepada peserta untuk berani curah pendapat, narasumber belum memberikan bimbingan secara menyeluruh ketika kegiatan kelompok, narasumber kurang memberi penguatan kepada peserta yang telah berhasil menjawab pertanyaan. Diketahui pula bahwa peserta kurang berani dalam tanya jawab, peserta kurang memahami materi dan kurang perhatian terhadap kegiatan pelatihan. masih ada beberapa guru yang belum memahami cara menyusun RPP sesuai standar Permendikbud 103 tahun 2014, seperti: 1) Pengembangan indikator kompetensi spiritual dan sosial, 2) Pengembangan tujuan yang masih kurang lengkap, 3) Pengembangan bahan ajar yang masih copypaste 4) Pengembangan sintak yang kurang sesuai pendekatan saintifik, 5) Pengembangan rubrik penilaian kurang sesuai dengan kriteria.

Maka perlu tindakan pada siklus 2 dengan memperbaiki materi IHT seperti menambah praktik menyusun RPP dan peerteaching. Metode pembelajaran perlu dibantu media LCD agar lebih

(16)

menarik. Narasumber dalam membimbing para peserta agar lebih intensif dan fokus pada Permendikbud No 104 tahun 2014.

4.3.3 Siklus 2

4.3.3.1 Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak Bapak Supriyanto menjelaskan mengenai perencanaan kegiatan IHT dengan model partisipatif pada siklus 2 untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagai berikut:

“Saya mengamati bahwa perencanaan kegiatan IHT siklus 2 untuk memberikan tindakan siklus 1 yang hasilnya masih banyak guru yang belum menguasai penyusunan RPP dengan baik. Adapun perencanaan IHT semakin baik yaitu 1) menyusunan perencanaan program siklus 2, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir, 5) menyiapkan instrumen IHT dan pengembangan materi, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan tambahan LCD Proyektor, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) menyiapkan dokumentasi. Saya merencanakan pelaksanaan IHT siklus 2 harus berhasil “ (Wawancara, 5 Maret 2016).

Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa perencanaan yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak adalah 1) menyusun perencanaan program, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru

(17)

yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir dan undangan, 5) menyiapkan instrumen IHT dan pengembangan materi, 6) menyiapkan ruangan dan LCD Proyektor, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) menyiapkan dokumentasi. Pelaksanaan IHT siklus 2 dipersiapkan lebih matang agar berhasil.

4.3.2.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan IHT Model Partsipatif siklus 2 pada hari Sabtu, 5 Maret 2016. Kegiatan penelitian ini dilakukan di ruang guru diikuti oleh peserta yang terdiri atas: 8 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran. Peneliti dan kepala sekolah berkolaborasi untuk mengadakan penelitian ini. Pada Siklus 2 dilakukan kegiatan penyampaian materi sebanyak 3 kali pertemuan, pada pertemuan pertama membahas materi tentang hasil Refleksi Siklus 1, kedua melakukan praktik menyusun RPP, dan terakhir melakukan peerteaching.

Adapun langkah-langkah pelatihan yang dilakukan adalah sebagai berikut:1) Panitia memberikan pre test; 2) Narasumber menyampaikan tujuan yang akan dicapai; 3) Narasumber menyiapkan LCD Proyektor dan slide, 4) Narasumber dan peserta menyampaikan Refleksi kegiatan siklus 1; 5) Curah pendapat antara narasumber dan peserta 6)Peserta memberikan respon sesuai pengalamannya; 7) Narasumber menunjukkan contoh RPP yang ideal;

(18)

8) Peserta melakukan praktik menyusun RPP; 9) Sharing dan presentasi produk RPP; 10) Peserta melakukan Peerteaching; 11) Narasumber dan peserta melakukan refleksi; 12) Panitia memberiakan post test 13) Panitia mengoreksi hasil pre dan post test; 14) Kepala sekolah/panitia mengadakan perekapan hasil pre dan post test.

Sama dengan siklus 1 sebelum dan setelah kegiatan IHT diadakan penilaian Pre dan Post Tes dimaksudkan untuk mengukur daya serap guru dalam menerima materi. Hasil tersebut juga untuk mengukur kompetensi pengetahuan dalam menguasai teori tentang penyusunan RPP Kurikulum 2013. Jumlah soal pilihan ganda sebanyak 20 soal.

Adapun data perolehan hasil pre test dan post test IHT dari panitia kegiatan dapat dilhat dalam tabel berikut:

(19)

Tabel 4.5

Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 2

NO NILAI TestPre Post Test

1 65 2 -2 70 4 -3 85 2 2 4 90 1 3 5 100 1 5 Jumlah 770 940 Rata-rata 77 94 Nilai Tertinggi 100 100 Nilai Terendah 65 85 Ketuntasan 60% 100%

Sumber: Pengolahan Hasil Pre dan Post Tes Siklus 2

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 0%.

Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak semua guru (100%). Dengan demikian semua guru telah menguasai teori penyusunan RPP sangat baik.

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan pada siklus 2 berikutnya menilai kesesuaian RPP Kurikulum 2013 dengan pembelajaran (peerteaching) yang dilakukan guru, pada instrumen yang sudah dipersiapkan. Setelah menilai Kepala Sekolah menghitung skor akhir dengan cara membagi skor perolehan dengan jumlah skor total dikalikan 100%.

(20)

Hasil skor akhir dibandingkan dengan standar skor ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan.

Hasil penilaian kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 setelah menilai dokumen produk RPP yang disusun guru dalam siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 2

NO RENTANG NILAI JUMLAH PERSENTASE (%)

1 81-90 4 40

2 91-100 6 60

JUMLAH 10 100

Sumber Data: Hasil Pengolahan Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 2

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut:

Sumber: Pengolahan Skor Kompetensi Guru Siklus 2 0 20 40 60 80 100 41 -50 51 -60 61 -70 71 -80 81 -90 91 -100 Pr es en ta se Grafik 4.3

Skor Kompetensi Guru Siklus 2

(21)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru tidak ada yang mencapai skor di bawah 85 atau (0%). Sedangkan semua guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal atau (100%). Guru berhasil menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan sangat baik karena komponen RPP sudah sesuai Permendikbud 103 tahun 2014 dan isi RPP sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan guru, selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Hal ini sesuai dengan penjelasan Ibu Indah Sukowati, S.Pd.SD setelah diadakan observasi sebagai berikut:

“Saya baru tmengetahui tentang cara menyusun RPP Kurikulum 2013 meskipun saya banyak mengikuti pelatihan di luar. Pada IHT ini saya bisa sharing dengan teman-teman lebih leluasa dan tidak malu-malu. Materi praktik menyusun RPP dan pembelajaran sangat memperjelas saya dalam menyusun dan mengembangkan RPP Kurikulum 2013. Kini saya sudah mampu mengembangkan indikator, materi, skenario pembelajaran, dan rubrik penilaian.(Wawancara, 5 Maret 2016)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa semua guru sudah menguasai dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan sangat baik terutama cara mengembangkan indikator, bahan ajar, skenario pembelajaran saintifik, dan rubrik pembelajaran. Pada siklus 2 kompetensi guru dalam menyusun RPP sudah meningkat dan skor peolehan rata-rata lebih 85.

(22)

4.3.2.3 Observasi

Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak Bapak Supriyanto menjelaskan mengenai observasi pada kegiatan IHT siklus 2. Observasi kegiatan IHT Model Partisipatif merupakan kegiatan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP diharapkan berhasil.

Observasi kegiatan IHT Model Partisipatif siklus 2 menggunakan lembar observasi yang terlampir pada penelitian ini. Kepela Sekolah mengisi lembar observasi dengan memberi tanda centang pada kolom yang tersedia sesuai dengan hasil observasi dari kegiatan perencanaan hingga akhir kegiatan.

Observasi dilaksanakan dengan menciptaan suasana awal yang akrab dengan guru, mengamati kegiatan IHT dan komponen RPP yang meliputi penulisan identitas, pengembangan indikator, tujuan, bahan ajar, metode, media, skenario pembelajaran, dan penilaian otentik. Observasi menggunakan instrumen yang dipersiapkan dengan memeberikan tanda centang pada setiap indikator, kemudian dihitung total skor perolehan.

Hasil observasi Kepala Sekolah terhadap kegiatan IHT Model Partisipatif dapat dilihat pada tabel berikut:

(23)

Tabel 4.7 Hasil Observasi IHT

No Langkah Kegiatan Hasil Observasi

1 2 3 4

A Kegiatan Awal

1. Penyusunan jadwal pelatihan √

2. Sosialisasi kegiatan √

3. Penyetening tempat duduk √

4. Penyusunan program kegiatan √

5. Penyusunan undangan √

6. Ketersediaan soal pre dan post tes √

7. Kesiapan materi dan narasumber √

B. Pelaksanaan IHT

1. Kesesuaian materi dengan tujuan √

2. Kesesuaian materi dengan kebutuhan √

3. Kualitas materi yang diberikan √

4. Metode yang dipakai √

5. Pengelolaan waktu √

6. Keaktifan peserta √

7. Penguasaan materi fasilitator √

8. Cara menyampaikan materi √

9. Hubungan fasilitator dengan peserta √

10. Pelayanan panitia √

C. Kegiatan Akhir

1. Hasil post tes peserta pelatihan √

2. Produk yang dihasilkan √

3. Pelaporan kegiatan √

Jumlah skor 15 60

(24)

Hasil obsrvasi kepala sekolah setelah mengkaji lembar observasi diperoleh data bahwa siklus 2 kegiatan IHT Model Partisipatif telah berjalan sesuai rencana, narasumber bersama peserta melakukan curah pendapat pada substansi materi, partisipasi peserta sangat bagus terutama saat peerteaching, dan semua guru dapat menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan sangat baik seperti 1) Pengembangan indikator kompetensi spiritual dan sosial sangat baik, 2) Pengembangan tujuan yang masih sangat lengkap, 3) Pengembangan bahan ajar sangat baik 4) Pengembangan sintak yang sudah sesuai pendekatan saintifik, 5) Pengembangan rubrik penilaian sudah sesuai dengan kriteria.

4.3.2.4 Refleksi

Kegiatan IHT model partisipatif yang dilakukan guru pada siklus II sudah dapat diikuti dengan baik oleh guru SDN Kedungori 1. Hal ini dikarenakan media LCD sangat membantu para guru dalam memahi penyusunan RPP, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan para guru, dan metode pelatihan yang digunakan narasumber lebih bervariasi. Segingga hasil post test dan penilaian produk RPP Kurikulum 2013 di akhir siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I. Pada siklus II ini sudah tidak ada guru yang nilainya dalam kategori kurang. Nilai rata-rata kelas hasil tes pada siklus II 94. Meningkat 22 poin dari siklus I dengan rata-rata 77.

(25)

Demikian pula ketuntasan meningkat dari 60% menjadi 100% meningkat 40% dari siklus I.

Berdasarkan hasil observasi selama IHT pada siklus II, peran serta para guru terlihat serius dan antusias. Pada saat mengerjakan tugas dalam menyusun RPP semua terlibat aktif dan kreatif. Seluruh guru menggikuti instruksi narasumber dengan baik. Ketika melakukan peerteaching para guru tampak senang dan antusias. Keadaan seperti ini sebagai bukti adanya perubahan peningkatan kompetensi guru secara signifikan. Menyikapi dari hasil yang dicapai oleh para guru selama proses IHT, hasil post tes dan nilai produk RPP, menyimpulkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 pada akhir siklus II tersebut maka tidak perlu lagi dilakukan tindakan berikutnya.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian bahwa kegiatan in house training (IHT) model partisipatif dapat meningkatkan kompetensi guru SDN Kedungori 1 dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi guru yang meningkat yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun RPP.

Bukti terjadi peningkatan dapat dilihat dari hasil post tes untuk menguji pengetahuan secara

(26)

teori dan hasil penilaian produk untuk menguji keterampilan guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Perkembangan peningkatan pengetahuan guru dalam menyusun RPP secara teori pada siklus 1 semula 82% pada sklus 2 meningkat menjadi 94%, terjadi peningkatan 12%. Hal ini menunjukakan secara teori guru mampu menyusun RPP kurikulum 2013 berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan, komponen, kaidah penyusunan, dan dasar petunjuk penyusunan RPP Kurikulum 2013. Hal ini sesuai pemikiran Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Dengan demikian guru SDN Kedungori 1 semua mampu menyusun RPP dengan mengembanggkan yang ada pada komponen RPP. Hal ini sejalan dengan pendapat Paul Suparno bahwa kemampuan menyusun rencana pembelajaran meliputi: a) mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan, c) mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok, d) mengalokasikan waktu, e) menentukan metode pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur pembelajaran,g) menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang

(27)

akan digunakan, h) menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya), dan i) menentukan teknik penilaian yang sesuai. Penguasaan guru secara teori dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 tampak pada kemampuan menyusun skenario pembelajaran dengan memperhatikan pendekatan saintifik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Hajar yang mengatakan bahwa hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan sumber, merancang kegiatan saintifik dan projek serta menyusun skenario pembelajaran dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Langkah setelah pelaksanaan kegiatan IHT adalah observasi. Observasi dilakukan kepala sekolah untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan IHT. Fokus observasi adalah kegiatan dan produk guru yang mengikuti kegiatan IHT berupa RPP Kurikulum 2013 yang telah disusun untuk pembelajaran. Kepala Sekolah melihat RPP Kurikulum 2013 kemudian dicocokkan dengan instrumen yang telah dipersiapkan dengan memberikan skor tiap indikator. Dengan rubrik penilaian pada instrumen untuk setiap indikator yang tidak terpenuhi dan tidak lengkap mendapat skor (0), lengkap tetapi tidak terpenuhi skor (1), dan

(28)

skor lengkap dan terpenuhi skor (2). Kegiatan observasi dilakukan sampai akhir kegiatan IHT siklus 1 dan siklus 2.

Dari data hasil penelitian yang dilaksanakan dapat dianalisis dan dideskripsikan terjadi perkembangan skor perolehan kompetensi guru dan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan signifikan dari kompetensi guru sebelumnya yaitu terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 setelah diadakan IHT Model Partisipatif.

Pemanfaatan IHT Model Partisipatif yang dilakukan, terlihat bahwa para guru dengan antusias dan semangat yang tinggi berlatih menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagaimana yang diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat dari Mustofa Kamil (2003:1) yang menyatakan bahwa pelatihan (in house training) sebagai sebuah konsep program yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan. Juga sejalan dengan pendapat Sujoko (2012:40) bahwa dalam menjalankan kegiatan IHT perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Ternyata melalui model partispatif pada kegiatan IHT guru lebih berperan secara aktif pada pelatihan. Model partisipatif membuat suasana pelatihan di sekolah lebih nyaman dan terkesan tidak terlalu formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Danim (2012:94) yang menyatakan bahwa IHT merupakan suatu pelatihan yang

(29)

diadakan di tempat pelatihan peserta sendiri, sehingga peserta lebih terasa nyaman dalam belajar dan mengikuti pelatihan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto, yang menunjukkan bahwa: (1) Pada siklus I, kompetensi pedagogik guru dinilai “baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 71 poin, sehingga pada Siklus I ada peningkatan sebesar 33 poin. (2) Pada siklus I, perencanaan proses pembelajaran dalam menyusun RPP Berkarakter dinilai “baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 78 poin, sehingga pada Siklus I ada peningkatan sebesar 38 poin. (3) Pada siklus II, kompetensi pedagogik guru dinilai “sangat baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 91 poin, sehingga ada sebesar 20 poin. (4) Pada siklus II, perencanaan proses pembelajaran dalam menyusun RPP Berkarakter dinilai “sangat baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 93, sehingga pada siklus II ada peningkatan sebesar 15 poin. Demikian halnya oleh Salimudin pada hasil penelitiannya adalah (1) untuk siklus I, nilai rata-rata masih rendah yakni 65,31 dan meningkat pada siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh peserta adalah 78,75. Namun perbedaan terletak pada cara yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam menyusun RPP kalau penelitian ini menggunakan pembinaan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah. Hasil penelitian lain yang sama adalah

(30)

Margo Wibowo dengan hasil dari penelitian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan silabus nilai rata-rata siklus I adalah 59,90, siklus II adalah 74,08 dan pada siklus III adalah 81,22, Kemampuan guru dalam mengembangkan RPP, nilai rata-rata siklus I adalah 67,38, siklus II adalah 76,07 dan pada siklus III adalah 83,10. Namun pada penelitian ini menggunakan cara melalui kegiatan supervisor dalam supervise akademik adalah memberi bimbingan kepada guru, sedangkan guru melaksanakan revisi penyusunan silabus dan RPP, dengan perangkat evaluasi supervisi akademik yang digunakan adalah IPKG Lain halnya dengan penelitian Dirgantara Wicaksono dalam Jurnal Internasionalnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan peserta workshop dalam memecahkan masalah penyusunan RPP kurikulum 2013. Namun keberhasilan penelitian ini terletak pada para peserta dalam memanfaatkan IT dalam penyusunan RPP Kurikulum 2013. Waktu yang digunakan juga frekwensinya lebih lama sampai 5 (lima) kali pertemuan dengan metode problem solving. Senada juga dengan penelitian Tiamsah (dalam E. Jurnal Universitas Negeri Medan 2014). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hal ini dapat dibuktikan dari

(31)

hasil observasi yang memperlihatkan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata rata komponen RPP 69 % dan pada siklus II 83 %, terjadi peningkatan 14 % dari siklus I. Indikator keberhasilan dari penelitian ini apabila komponen Rencana Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dapat terpenuhi dengan baik dan benar. Keberhasilan penelitian ini terletak pada kemampuan kepala sekolah dalam melakukan bimbingan berkelanjutan setelah diadakan pelatihan.

Hasil penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya bahwa tindakan kegiatan IHT model partsipatif di SDN Kedungori 1, lebih efektif dan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Melalui perbandingan nilai rata-rata, pada nilai sebelum tindakan, siklus 1 dan siklus ke 2, yaitu 66, 85 dan 96 serta perbandingan persentase pencapaian KKM kompetensi guru dari sebelum siklus ke siklus 1 yaitu 0% menjadi 60% dan siklus 2 naik menjadi 100%.

Dengan demikian hasil pennelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dan memperkaya teori-teori manajemen pendidikan utamanya dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan IHT Model Partisipatif.

(32)

Kegiatan IHT Model Partisipatif sangat tepat dilaksanakan untuk sekolah-sekolah yang gurunya mempunyai komptensi, banyak tugas tambahan dan lokasi domili ke sekolah relatif dekat namun belum diberdayakan secara optimal. Tentu saja kegiatan tersebut memperhatikan materi kegiatan sesuai kebutuhan peserta pelatihan, strategi pelatihan yang variatif, dan fasilitas sekolah yang refresentatif.

Gambar

Tabel 4.7 Hasil Observasi IHT

Referensi

Dokumen terkait

Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang Oscillatoria. Pada filamen yang

Untuk mengetahui pengaruh campuran pasir sungai Lumajang terhadap kualitas batu bata lumpur Lapindo dilakukan dengan cara memberikan penambahan pada bahan baku

Penilaian kinerja merupakan proses di mana organisasi berupaya memperoleh informasi yang akurat tentang kinerja para anggotanya.Penilaian kinerja karyawan yang

Fakultas/Universitas : Farmasi/Universitas Muhammadiyah Purwokerto Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.

Korelasi yang kuat antara ekspresi MCM-2 dan ekspresi Ki-67 serta adanya per- bedaan yang bermakna pada tiap derajat astrositoma menunjukkan bahwa MCM-2 dapat

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia