Tommy Kurniady 41210110028
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), Jawa Barat. Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Sedangkan hilir aliran sungai yang panjang ini adalah Kota Jakarta. Dari hilir, air Sungai Ciliwung bermuara di Teluk Jakarta yang menjadi tempat pertemuan 13 aliran-aliran sungai lainnya yang membelah Kota Jakarta. DAS Ciliwung dari mulai hulu sampai titik patusan di Teluk Jakarta meliputi areal seluas 347 km. Panjang sungai utamanya
adalah 117 km. (lihat lampiran 1)
Sungai Ciliwung tidak seperti sungai-sungai lainnya yang berada di Jakarta. Lokasinya yang strategis membelah Kota Jakarta menjadikan sungai ini memiliki peranan yang sangat besar terhadap/peradaban manusia sejak zaman prasejarah maupun perkembangan sejarah kota-kota yang dilaluinya, khususnya Kota Jakarta.
Gambar 1.1 Peta Aliran Sungai Ciliwung
Teluk Jakarta
Tommy Kurniady 41210110028
Hal tersebut diperkuat dengan penemuan bukti-bukti peninggalan artefak1 pada
situs-situs2 di sepanjang Sungai Ciliwung. Bukti-bukti peninggalan tersebut
dikelompokkan dalam beberapa masa/era, yaitu:
Masa Bercocok Tanam (Neolitikum Stage)
Masa Perundagian (Bronze-Iron Stage)
Masa Hindu-Budha
(lihat lampiran 2 sampai dengan lampiran 7)
Dahulu, di sepanjang Sungai Ciliwung banyak terdapat pemukiman masyarakat zaman prasejarah yang memanfaatkan sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari, mata pencaharian, serta kegiatan transportasi air. Kondisi air Sungai Ciliwung kala itu sangat jernih dan bersih. Puncaknya, pada abad ke-15 dan ke-16 pelabuhan Sunda Kelapa di muara Ciliwung, telah dikenal luas oleh pedagang-pedagang seantero Nusantara dan internasional. Orang-orang Belanda yang datang paling awal antara lain menulis, “Kota ini dibangun seperti kebanyakan kota-kota di Pulau Jawa. Sebuah sungai indah, berair jernih dan bersih, mengalir di tengah kota”. Menurut arsip sejarah lain, air Ciliwung waktu itu mengalir bebas, tidak berlumpur, dan tenang. Karena itu banyak kapten kapal masih singgah untuk mengambil air segar yang cukup baik, untuk diisikan ke dalam botol-botol dan guci-guci mereka. Dengan demikian, menurut Jean-Baptiste Tavernier sebagaimana dikutip van Gorkom, “Ciliwung memiliki air yang
paling bersih dan paling baik di dunia”. Tidak berlebihan kalau ketika itu Batavia3
mendapat julukan “Ratu dari Timur”. Banyak orang asing yang datang, tak segan-segan memberikan sanjungan yang tinggi kepada Batavia, bahkan menyamakannya
dengan Kota Venesia4 di Eropa pada zamannya. (lihat lampiran 8) Namun pada tahun
1 Artefak atau Benda Cagar Budaya, dalam lingkup pelestarian, adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia ( Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya: 3).
2
Situs atau Situs Cagar Budaya, dalam lingkup pelestarian, adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya: 3).
3
Batavia/Batauia adalah nama yang diberikan oleh orang Belanda pada koloni dagang yang sekarang tumbuh menjadi Jakarta, ibu kota Indonesia. Sumber diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia.
4 Venesia (bahasa Italia: Venezia) adalah ibu kota regione Veneto dan Provinsi Venesia di Italia. Kota ini memiliki luas wilayah 412 km² dan populasi 271.663 jiwa (2003). Republik Venesia berdiri di kota ini dari abad ke-9 hingga ke-18. Kota kanal ini terkenal dengan sarana transportasi air, di antaranya gondola. Sumber diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Venesia.
Tommy Kurniady 41210110028
1740 air sungai ini sudah dianggap tidak sehat karena segala sampah dan buangan air limbah rumah sakit dialirkan ke sungai. Banyak pasien menderita disentri dan kolera. Air minum yang kurang bersih ini menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi di antara warga Batavia pada waktu itu.
Saat ini kondisi Ciliwung semakin memperihatinkan, baunya yang tidak sedap dan warnanya yang hitam pekat akibat pencemaran dari limbah rumah tangga dan pabrik, serta dihiasi dengan sampah-sampah yang mengapung sehingga menjadi sumber bencana banjir bagi Kota Jakarta. Bahkan, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto mengatakan tingkat pencemaran Sungai Ciliwung cukup parah mencapai 360 m3 sampah per hari dari limbah domestik sekitar 272.000 jiwa yang tinggal di
sepanjang aliran sungai yang menjadi salah satu ikon Kota Jakarta tersebut. (lihat
lampiran 9)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kota Jakarta untuk mengembalikan fungsi dan kondisi Sungai Ciliwung seperti sediakala, namun tetap saja belum membuahkan hasil yang maksimal karena beberapa faktor. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap Sungai Ciliwung, menjadi faktor utama yang menghambat program pemerintah dalam melestarikan Sungai Ciliwung. Mayoritas masyarakat di Jakarta, khususnya di sekitar bantaran Sungai Ciliwung umumnya para pendatang dari berbagai wilayah dan propinsi di Indonesia. Banyak dari mereka yang kurang memahami akan sejarah serta peranan Sungai Ciliwung di masa lalu sehingga mereka terkesan tidak peduli terhadap kondisi Sungai Ciliwung saat ini.
Karenanya, perlu mendirikan suatu wadah atau tempat yang berfungsi untuk menampung segala informasi sejarah maupun benda-benda peninggalan masa lalu yang berkaitan dengan Sungai Ciliwung, selain itu juga dapat menampung kegiatan-kegiatan bersifat edukatif, yang dapat membangkitkan memori masyarakat akan kondisi Sungai Ciliwung di masa lalu. Pemilihan lokasi untuk wadah atau tempat tersebut harus berhubungan langsung dengan Sungai Ciliwung.
Wadah atau tempat tersebut adalah Museum Ciliwung dengan tema “Memory
at Place”, yang merupakan salah satu upaya mendukung pelestarian5 terhadap Sungai Ciliwung dengan cara membangkitkan memori, nostalgia atau kerinduan masyarakat
5
Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya: 5).
Tommy Kurniady 41210110028
Jakarta akan kondisi, aktivitas atau kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik di
Sungai Ciliwung yang pernah ada pada masa lampau. (lihat lampiran 10)
1.2. Lingkup Permasalahan
Beberapa permasalahan utama dalam merancang dan mengembangkan Museum Ciliwung beserta elemen ruang luarnya, adalah:
Bagaimana mengolah alur sirkulasi pengunjung dalam museum dengan alur
sirkulasi pengunjung pada situs-situs purbakala di sepanjang Sungai Ciliwung
(koleksi in-situ6) menjadi satu alur cerita yang menarik?
Bagaimana menarik minat pengunjung untuk datang ke Museum Ciliwung?
Bagaimana cara membuat Museum Ciliwung berbeda dengan museum-museum di
Indonesia pada umumnya?
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Mewujudkan suatu fungsi arsitektur yang tidak hanya sekedar memberikan
informasi sejarah serta benda-benda peninggalan purbakala terkait Sungai Ciliwung, tetapi menyuguhkan suatu konsep wisata sejarah dan wisata edukatif dengan Sungai Ciliwung sebagai objeknya.
Menciptakan suatu Aktivitas Publik Terbuka/Open Public Activity bagi
pengunjung pada ruang luar museum yang akan membangkitkan memori masa lalu tentang aktivitas-aktivitas di sepanjang Sungai Ciliwung, namun disesuaikan dengan kondisi saat ini, baik bentuk maupun fungsinya.
Melakukan upaya awal terhadap pelestarian Sungai Ciliwung dengan
menyediakan wadah penelitian bagi para peneliti Sungai Ciliwung.
Melakukan upaya awal terhadap pelestarian situs-situs purbakala di sekitar
Sungai Ciliwung, yang berlokasi tidak jauh dari wilayah teritorial museum, dengan menyediakan wadah untuk perancangan dan pengembangan kawasan situs-situs purbakala bagi para pengembang (arsitek).
6
Dalam arkeologi, in-situ mengacu pada artefak yang belum/tidak pindah dari tempat asalnya ditemukan. Sumber diperoleh dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia. org/wiki/In_situ.
Tommy Kurniady 41210110028
1.3.2. Tujuan
Memberikan informasi sejarah mengenai Sungai Ciliwung.
Memberikan pesan edukatif kepada pengunjung akan pentingnya
melestarikan Sungai Ciliwung.
Sebagai langkah awal terhadap upaya pelestarian Sungai Ciliwung dan
situs-situs purbakala terkait Sungai Ciliwung.
Mengubah predikat dari “ikon banjir” menjadi salah satu “ikon wisata
sejarah” Jakarta.
1.4. Metoda Penulisan Skripsi
Dalam penulisan tugas skripsi ini, data-data tersebut diperoleh dengan beberapa metoda, antara lain:
Metoda Pengumpulan Data:
Mengumpulkan Data Literatur, berupa buku, artikel di koran, internet dan
majalah, contoh skripsi terkait, dan standar peraturan terkait judul skripsi yang akan disusun.
Mengumpulkan Data Primer, berupa survey lokasi ke tapak, museum, dan
instansi pemerintah terkait judul skripsi yang akan disusun.
Pengumpulan Data Sekunder, berupa pengumpulan data dan fakta dari
masyarakat terkait judul skripsi yang akan disusun. Metoda Pengolahan Data
Data-data berupa data literatur, data primer, dan data sekunder diolah dan dicari permasalahan terkait judul skripsi yang akan disusun sehingga dari hasil permasalahan tersebut, penulis dapat menentukan tema yang sesuai dengan judul skripsi yang akan disusun.
Metoda Interpretasi
Kemudian baik data maupun tema yang sudah ditentukan, dianalisis sehingga menghasilkan suatu konsep perancangan yang terkait dengan judul skripsi yang akan disusun.
Tommy Kurniady 41210110028
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Lingkup Permasalahan, Maksud dan Tujuan, Metoda Penulisan Skripsi, Sistematika Penulisan Skripsi, serta Kerangka Proses Berpikir.
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
Bab ini menguraikan tentang Alasan Pemilihan Lokasi, Tinjauan Umum Proyek, Tinjauan Judul Proyek, Studi Banding Mengenai Museum Geologi Bandung, serta Kesimpulan Studi Banding.
BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA
Bab ini menguraikan tentang Alasan Pemilihan Tema, Deskripsi Tema, Studi Banding mengenai Sungai Cheonggyecheon di Seoul - Korea Selatan, serta Kesimpulan Studi Banding.
BAB IV ANALISA
Bab ini menguraikan tentang Analisa Ruang, Analisa Tapak, dan Organisasi Ruang.
BAB V KONSEP
Tommy Kurniady 41210110028
1.6. Kerangka Proses Berpikir
LATAR BELAKANG PROYEK :
Permasalahan: kondisi Sungai Ciliwung saat ini yang tercemar, berbau, berwarna hitam pekat, sampah yang berserakan di sepanjang aliran sungai, serta diperburuk dengan rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap kelestarian Sungai Ciliwung.
Potensi: lokasi strategis, dekat dengan situs-situs purbakala, termasuk dalam Kawasan Cagar Budaya dan Konservasi, kawasan padat, berdampingan dengan Sungai Ciliwung (koleksi in-situ).
Judul Proyek : “PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN MUSEUM CILIWUNG JAKARTA”
Tema : “Memory at Place”
PERMASALAHAN
Bagaimana mengolah alur sirkulasi pengunjung dalam museum dengan alur sirkulasi pengunjung pada situs-situs purbakala di sepanjang Sungai Ciliwung (koleksi in-situ) menjadi satu alur cerita yang menarik?
SASARAN
Masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan peneliti. MAKSUD
Mewujudkan suatu fungsi arsitektur yang tidak hanya sekedar memberikan informasi sejarah serta benda-benda peninggalan purbakala terkait Sungai Ciliwung, tetapi menyuguhkan suatu konsep wisata sejarah dan wisata edukatif dengan Sungai Ciliwung sebagai objeknya.
TINJAUAN
Tinjauan Umum : Penentuan lokasi proyek
Tinjauan Khusus: Penentuan tema BATASAN
Peraturan Pemerintah
Luas tapak mikro & makro
Tipologi museum
Tipologi ruang luar
DATA Literatur Studi banding Survey lapangan Wawancara ANALISA Sirkulasi pengguna
Tapak mikro & makro
Bangunan
KONSEP PERANCANGAN
Konsep dasar
Konsep lingkungan/tapak
Konsep bangunan