PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO BOOK
VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
0412010226/FE/EM DENDY ARDHATA SAPUTRA
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
GO PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Diajukan Oleh :
0412010226/FE/EM DENDY ARDHATA SAPUTRA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
i
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH RETURN ON EQUITY
(ROE) DAN DEVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP PRICE TO
BOOK VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO
PUBLIK DI PT. BURSA EFEK INDONESIA”
Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Dwi Widajati, MM., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Untuk kedua orang tuaku.. Ayah dengan nasehat Ayah yang selalu aku
ingat,aku dapat bersemangat hingga seperti ini dan karena doa Ibu serta
support Ibu aku menjadi yakin aku bisa menyelesaikan semua hal yang aku
hadapi I Love u so...
5. For my spirit, Ndut ku 'Nila Anggun Permata'... tanpa Ndut mungkin aku tak
ii
menyemangatiku di saat aku lelah, mengingatkanku untuk tetap berdiri tegak
dan tidak putus asa.Thanks Friends.
7. Dan tidak lupa untuk seseorang yang selalu ada di hatiku selamanya ‘Ipox’,
terima kasih... I Love u for ever.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu,terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang
hati demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, Mei 2010
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. laporan Keuangan ... 11
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11
2.2.1.2. Sifat laporan Keuangan ... 13
2.2.1.3. Tujuan laporan Keuangan ... 14
2.2.1.4. Jenis laporan Keuangan ... 14
2.2.2. Pasar Modal ... 15
iv
2.2.2.4. Bentuk-Bentuk Pasar Modal ... 19
2.2.3. Analisis Rasio ... 20
2.2.3.1. Pengertian Rasio ... 20
2.2.3.2. Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar ... 20
2.2.3.3. Menentukan Rasio Standar ... 22
2.2.3.4. Keunggulan Rasio Keuangan ... 23
2.2.3.5. Keterbatasan Analisa Rasio ... 24
2.2.3.6. Jenis Rasio ... 25
2.2.4. Return On Equity (ROE) ... 27
2.2.5. Deviden Payout Ratio (DPR) ... 28
2.2.6. Price to Book Value (PBV) ... 30
2.2.7. Pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book Value ... 31
2.2.8. Pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To Book Value ... 32
2.3. Kerangka Pikir ... 33
2.4. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 34
v
3.3.2. Sumber Data ... 35
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36
3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel ... 36
3.4.1. Populasi ... 36
3.4.2. Sampel ... 36
3.5. Teknik Analisis Data ... 37
3.5.1. Uji Normalitas ... 37
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 38
3.5.3. Regresi Linier Berganda ... 40
3.5.4. Uji Hipotesis ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 43
4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Century ... 44
4.1.3. Gambaran Umum PT.CIMB Niaga ... 46
4.1.4. Gambaran Umum PT.Eksekutif ... 47
4.1.5. Gambaran Umum PT. Bank Negara Indonesia ... 48
4.1.6. Gambaran Umum PT.Bank Nusantara Parahyangan .... 49
4.1.7. Gambaran Umum PT. Bank Kesawan ... 50
4.2. Penyajian Data ... 51
4.2.1. Variabel Return On Equity (X1 4.2.2. Variabel Deviden Payout Ratio (X ) ... 51
vi
4.3.1. Hasil Analisis Data Keseluruhan ... 56
4.3.1.1. Uji Normalitas ... 56
4.3.1.2. Hasil Pengujian Regresi Asumsi Klasik ... 57
4.3.2. Hasil Perbaikan Data ... 59
4.3.2.1. Uji Normalitas Data ... 59
4.3.2.2. Hasil Pengujian Regresi Asumsi Klasik ... 60
4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 62
4.3.4. Uji Hipotesis ... 64
4.3.4.1. Uji Hipotesis dengan Uji F ... 64
4.3.4.2. Uji t ... 65
4.4. Pembahasan ... 66
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 68
4.4.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 68
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
vii
Tabel 1. 1. Nilai Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan 2004 –
2008 ... 5
Tabel 1. 2 Nilai Deviden Payout Ratio (DPR) Perusahaan Perbankan 2004 – 2008 ... 5
Tabel 1.3 Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) Perusahaan Perbankan 2004-2008 ... 6
Tabel 4.1. Data Return On Equity Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 51
Tabel 4.2. Data Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 53
Tabel 4.3. Data Price to Book Value Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008 ... 54
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas ... 56
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Multikolinier ... 58
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 58
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ... 59
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Multikolinier ... 61
Tabel 4.9. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 62
Tabel 4.10. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 62
Tabel 4.11. Hasil Uji F ... 64
ix
Lampiran 1 Data Return On Equity Pada Perusahaan Perbankan Yang Go
Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008
Lampiran 2 Data Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Go
Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008
Lampiran 3 Data Price to Book Value Pada Perusahaan Perbankan Yang Go
Publik di BEI Periode tahun 2004 s/d 2008
x
Dendy Ardhata Saputra
ABSTRAKSI
Return on equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sedangkan dividend payout ratio adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada investor. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Besarnya nilai rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, ukuran seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk setiap rupiah dari laba yang dilaporkan, serta ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh return on equity dan devidend payout ratio terhadap price to book value pada perusahaan Perbankanyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan uji hipotesis uji F dan uji t.
Variabel penelitian adala return on equity (X1), devidend payout ratio (X2), dan
price to book value (Y). Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah dengsn menggunakan skala rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia, dimana laporan keuangan tahun 2004-2008 perusahaan tersebut berjumlah 18 perusahaan sedangkan sampel penelitian ini 6 perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 s/d 2008.
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap Price To Book Value
dan Devidend Payout Ratio berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Price To Book Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,
yang ditandai dengan berkembangnya jumlah emiten dari 132 emiten pada
tahun 1990 menjadi 379 emiten pada tahun 2001. Meningkatnya emiten
yang menerbitkan saham di Bursa Efek Jakarta mengakibatkan semakin
banyaknya jumlah lembar saham yang beredar.
Para investor harus lebih berhati-hati dalam pembuatan keputusan
investasi sebelum memahami informasi yang berhubungan dengan
perusahaan yang menerbitkan saham. Investor perlu melakukan berbagai
analisis, baik analisis teknik maupun analisis fundamental. Analisis tersebut
berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk
mengetahui tingkat return ang diharapkan dalam menentukan strategi
investasi yang akan dilakukan.
Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli
atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai
intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Return on Equity adalah
salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk
menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal
sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.
Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah
price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan
hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham
(Jones, 2000: 274). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985)
menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah
akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi daripada
saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi.
Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal sepeti rasio harga
per nilai buku (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar,
terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu rendah (undervalued). Startegi ini
umumnya menghubungkan rasio price to book value (PBV) dengan nilai
intrinsik saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham.
Rosenberg et, al. (1985) dalam Wirawati (2008:93), menemukan
bahwa saham-saham yang memiliki rasio price to book value yang tinggi.
Chan, Hamao, dan Lakonishok (1991), menunjukkan bahwa dari empat
variabel yang digunakan, book to market ratio, dan cash flow yield
mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap expected return.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Capaul et al (1993) dan Fama dan
French (1992) juga menemukan bahwa rasio price to book value mempunyai
Pontiff fan Schall (1998) dalam Wirawati (2008:93), menemukan
bahwa price to book value merupakan prediktor return saham yang lebih
kuat dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield.
Prospek pertumbuhan perusahaan sangat mempengaruhi besarnya
dividen yang akan dibayarkan dimasa datang, semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan maka semakin besar jumlah dividen yang akan dibayarkan
perusahaan pada masa yang akan datang.
Lintner (1956) dalam Hartono (2000:252) memberikan alasan rasional
bahwa perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan
memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena
perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang
mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih
kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun.
Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba
yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif antara risiko dan dividend
payout, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah.
Hubungan antara tingkat pertumbuhan (growth) dan dividend payout
dijelaskan sebagai hubungan yang negatif, di mana perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend
payout ratio yang rendah, Sebaliknya, perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya rendah akan mempunyai dividend payout ratio yang tinggi
(Hanafi dan Halim, 2000: 86).
DPR adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen.
Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau
menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham bersangkutan. Salah satu pendekatan dalam
menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV
atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar
saham dengan nilai buku per lembar saham (Jones, 2000: 274). Penelitian
yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) menemukan bahwa
saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return
yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki
rasio PBV yang tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang
ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan
bahwa variabel Return OnEquity (ROE) dan Dividend Payout Ratio (DPR)
mempunyai hubungan yang signifikan price to book value (PBV).
Dengan adanya motivasi untuk mengetahui faktor-faktor fundamental
yang dapat mempengaruhi price to book value suatu perusahaan, diadakan
penelitian pada perusahaan yang go publik di Indonesia terutama yang
tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), lebih lanjut penelitian ini
difokuskan pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2004-2008. Rasio keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain : 1) Return On Equity yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk mengembalikan modal
investor yang diinvestasikan pada perusahaannya. 2) Devidend Payout Ratio
di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Untuk lebih jelasnya
mengenai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Nilai Return On Equity(ROE) Perusahaan Perbankan2004 – 2008
Sumber : Bursa Efek Indonesia,
Tabel 1. 2
Nilai Deviden Payout Ratio(DPR)Perusahaan Perbankan2004 – 2008
No Perusahaan Tahun DPR
Tabel 1.3
Harga Saham Per Nilai Buku (PBV)Perusahaan Perbankan 2004-2008
No Perusahaan Tahun PBV No Perusahaan Tahun PBV
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai ROE, PER dan
PBV pada beberapa perusahaan perbankan yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Indonesia (BEI). Besarnya nilai-nilai tersebut menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu,
ukuran seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk setiap
rupiah dari laba yang dilaporkan, serta ukuran apakah harga saham (harga
pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.
Apabila transaksi perdagangan saham yang terjadi di pasar modal
merupakan kegiatan investasi bagi investor, maka informasi yang diperlukan
adalah informasi mengenai laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan
keuangan perusahaan akan menggambarkan aspek-aspek fundamental
Penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Santosa (1998) dengan
menggunakan data dari BEJ (Bursa Efek Jakarta) menemukan bahwa dari
empat faktor fundamental yang dianalisis hanya profitabilitas (ROE) yang
mempunyai hubungan signifikan positif dengan rasio PBV. Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari
keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel
Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
price to book value (PBV). Penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al
(1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang
rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi
daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang ditemukan dari
keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel
Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang signifikan price
to book value (PBV).
Atas dasar hal tersebut di atas maka timbul minat penulis untuk
mengadakan penelitian di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) berkaitan dengan
fluktuasi price to book value yaitu “Pengaruh Return On Equity dan
Deviden Payout Ratio Terhadap Price To Book Value Perusahaan
PerbankanYang Go Publik di PT. Bursa Efek Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
a. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap Price To Book Value
pada perusahaan perbankanyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia?
b. Apakah Devidend Payout Ratio berpengaruh terhadap Price To Book
Value pada perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek
Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book
Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek
Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To
Book Value pada perusahaan Perbankan yang go publik di PT. Bursa
Efek Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Kepentingan Ilmiah
Dengan mengadakan penelitian secara langsung serta dihadapkan pada
kenyataan yang ada, maka didapatkan pengetahuan mengenai pemecahan
masalah yang sesungguhnya.
b. Kepentingan Terapan
Dapat menambah informasi dan referensi tentang pasar modal guna
mempermudah mengambil keputusan untuk investasi.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Universitas sebagai
darma bakti terhadap perguruan tinggi Universitas UPN ”Veteran”
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang melandasi pada penelitian sekarang adalah
penelitian yang dilakukan oleh:
A. Ni Gusti Putu Wirawati (2008)
1. Judul: Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price To
Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek Jakarta Dalam
Kondisi Krisis Moneter
2. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dan
mengidentifikasikan karakteristik hubungan antara Price to Book
Value (PBV) dengan faktor fundamental perusahaan seperti ROE
(Return On Equity), DPR (Dividend Payout Ratio), tingkat
pertumbuhan, dan DFL (Degree Financial Leverage) untuk menguji
besarnya pengaruh PBV terhadap return saham dan untuk
membuktikan apakah harga saham di BEJ telah sepenuhnya
mencerminkan nilai intrinsiknya.
3. Hasil penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengidentifikasikan
karakteristik hubungan antara Price to Book Value (PBV) dengan
empat faktor fundamental, seperti Return On Equity (ROE),
dan tingkat pertumbuhan (GRW). Penelitian ini juga ingin
mengetahui seberapa besar pengaruh PBV yang ditentukan oleh
empat faktor fundamental terhadap return saham.
Hasil yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang
dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE),
Dividend Payout Ratio (DPR), dan tingkat pertumbuhan (GRW)
mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan Degree of
Financial Leverage (DFL) tidak.
Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa rata-rata return
saham undervalued lebih tinggi daripada rata-rata return saham
overvalued. Berdasarkan hasil uji t test perbedaannya tidak nyata
secara statistik Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Bursa Efek Jakarta sebelum terjadi krisis moneter, yang
menemukan bahwa perbedaan rata-rata return saham yang
undervalued dan overvalued adalah nyata
Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang terletak pada
variable yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan variable ROE,
DPR, tingkat pertumbuhan, FDL dan PBV, dan penelitian sekarang hanya
menggunakan tiga variable yaitu ROE, DPR dan PBV, serta hasil penelitian
ini berbeda dengan penelitian sebelumya yang memakai data sebelum krisis
moneter. Sedangkan persamaannya terletak pada obyek dalam penelitian
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan
media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis
suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu
melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun
dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi
perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adald media
laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana
informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan,
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas)
perusahaan dalam periode tertentu.
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan
data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan
untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan
keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai
atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan posisi keuangan atau
laporan sumber dan penggunaan dana. (Jumingan, 2008: 4)
2.2.1.2.Sifat Laporan Keuangan
Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku,
terstandar dan bertujuan umum (general purpose). Format informasinya
sudah memiliki pola yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak
menyusun standart pelaporan akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar
Akutansi Indonesia) dikeluarkan IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini
dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karena ia menyangkut kepentingan
umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi keuangan dimanfaatkan
masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karena itulah
maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya sebelum
ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh
akuntan publik erdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di
Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap,
2001:127)
Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai
informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang
sama juga mengandung kelemahan. Kelemahannya terletak pada informasi
yang dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak
2.2.1.3.Tujuan Laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat dilihat
penjelasan di bawah ini (Harahap, 2001:132):
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan inforamasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto(aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dala rangka memperoleh
laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam
menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivasi pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengukapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuagan yang relevan untuk kebutuhan pemakai
laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut
perusahaan.
2.2.1.4.Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan
a. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu.
b. Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan
Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
c. Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode.
d. Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas
dalam satu periode.
e. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur
apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
f. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak
dibagikan kepada pemilik saham.
g. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik
saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.
h. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. LAporan ini
menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang
mampengaruhi kas atau ekuivalen kas.
2.2.2. Pasar Modal
Jogiyanto (2003:15) menyatakan bahwa perusahaan yang
membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat
berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer
(primary market). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar kedua (second
Pasar kedua merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar
pertama tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan
pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat
merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas
besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya
menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam
jumlah blok yang besar.
2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif
untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke
sektor-sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan
multiplier efek yang sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang
terkait.
Menurut Gitosudarmo dan Bisri (2002:239) pasar modal juga dapat
dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah
perusahaan tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian
pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga
menjadi milik publik.
Pengertian pasar modal menurut Sunariyah (2003:4) secara umum
adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti
disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek.
Pengertian lain dari pasar modal yang diungkapkan oleh Anoraga
(2000:5) dalam Sugiharto dan Haryanto (2003:142) adalah pelengkapan di
sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga
pembiayaan, dimana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan
penghubung antara pemilik modal dengan peminjaman dana.
2.2.2.2.Peranan Pasar Modal
Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga
menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di
masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor
meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga
surat berharga yang turun.
Menurut Jogiyanto (2003:12) pasar modal dapat digunakan sebagai
sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang
saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam
pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat
dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil
atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka
dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen.
Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang
Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai
kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih
produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan
pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal
tidak ada.
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut
Jogiyanto (2003:11) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan
penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek
umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti
pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak
yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman
ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah
disepakati.
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar
modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid
jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat
berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari
surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.
2.2.2.3.Pengertian Investasi
Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan
datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh
individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi
dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk
aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.
Investasi menurut Jogiyanto (2003: 5) merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama
periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas
membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu
unit konsumsi mendatang.
2.2.2.4.Bentuk-Bentuk Pasar Modal
Pasar modal di Indonesia terdiri dari beberapa macam menurut
Gitosudarmo (2002:245) terdiri dari:
1. Pasar Perdana (Pasar Primer)
Pasar perdana penawaran efek dari emiten kepada para investor selama
masa tertentu sebelum efek tersebut di catatan Bursa. Harga efek tidak
dapat ditawar dan jumlah pembelian dibatasi sejumlah lot tertentu.
2. Bursa Efek (Pasar Sekunder)
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara
3. Pasar Tertier
Pada bursa ini memperdagangkan efek untuk efek permasalahan
tertentu dan memperdagangkan efek yang diperjual belikan.
4. Pasar Kuarter
Pasar kuarter merupakan perdagangan efek diantara sesama
perdagangan efek dan pada umumnya dalam jumlah yang besar.
2.2.3. Analisis Rasio 2.2.3.1.Pengertian Rasio
Jumingan (2008:118) mendefinisikan rasio dalam analisis laporan
keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
lainnya dalam laporan keuangan.
Selain itu menurut Harahap (2001:297) berpendapat rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan (berarti).
Arifin (2007:32) memberikan definisi Rasio keuangan merupakan
alat analisis yang dinyatakan dalam arti relative maupun absolute untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yag satu dengan elemen
yang lain dalam suatu laporan keuangan.
2.2.3.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar
Menurut Jumingan (2008:19) Penentuan rasio standar sebagai
rasio standar untuk industri otomotif merupakan hasil rata-rata dari
beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan dan
hasil usaha yang berbeda-beda.
Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1) Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat
harga dan biaya usaha.
2) Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri
pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam
harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan
operasi regular.
3) Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva
tidak lancar.
4) Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru
ada yang lama.
5) Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi.
6) Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik.
7) Perbedaan dalam penilaian persediaan.
8) Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar.
9) Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan.
11) Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk
kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang
kecil, atau langsung kepada konsumen.
12) Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga
dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari
pinjaman atau modal sendiri.
13) Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden.
14) Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk
penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan
metode penyusunan.
2.2.3.3.Menentukan Rasio Standar
Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri.
Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan
(dalam industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut
hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan
prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan
rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode
akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan
amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen.
b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan
c. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang
terendah.
d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
e. Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya (ini merupakan
rasio standar yang dicari).
2.2.3.4.Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa
lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2001:298) adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time
series”.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
2.2.3.5.Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya. (Harahap,
2001:298)
Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias atau
subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio
adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada
angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan
2.2.3.6.Jenis Rasio
Jenis–jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis menurut
(Harahap, 2001:301-311).
Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
lancar dan hutang lancar.
2. Rasio Solvabilitas.
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos
yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka
panjang.
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.
Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut
juga operating rasio.
4. Rasio Leverage.
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang
baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang.
Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.
5. Rasio Aktivitas.
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegitan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan.
Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan
dari tahun ke tahun.
7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan
dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi
8. Rasio Produktivitas.
Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka
bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat
produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai
2.2.4. Return On Equity (ROE)
Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk
menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal
sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan
modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini
akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada
akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila
ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan
efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor
terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga
perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan
kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.
Return on Equity =
Equity
Income Net
Jumingan. (2008:245)
Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri.
Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih
bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
Harahap.(2001:305)
2.2.5. Deviden Payout Ratio (DPR)
Deviden Payout Ratio adalah perbandingan antara deviden yang
dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan
dalam bentuk persentase. Semakin tinggi Deviden Payout Ratio akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan
memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetpi
sebaliknya Deviden Payout Ratio semakin kecil akan merugikan para
pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin
kuat.
Menurut Gitosidarmo dan Basri (2002:232) besar kecilnya Deviden
1. Faktor likuidits
Semakin tinggi likuditas akan emningkatkan Deviden Payout Ratio
dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan Deviden
Payout Ratio.
2. Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Semakin besar untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek
dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat
menurunkan Deviden Payout Ratio dan sebaliknya.
3. Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan
berakibat mengurangi Deviden Payout Ratio karena laba yang
diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.
4. Faktor pengawasan
Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas
cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan
kenaikan deviden Deviden Payout Ratio, dan sebaliknya semakin
tertutup perusahaan akan menurunkan Deviden Payout Ratio.
5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan
6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham
Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas
pajak maka Deviden Payout lebih tinggi dibanding apabila pemegang
saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
2.2.6. Price to Book Value (PBV)
Rasio harga saham per nilai buku (PBV) digunakan untuk mengukur
apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah
nilai buku saham tersebut. Menurut Sugiono dan Untung (2008:74) price to
book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar semakin
percaya akan prospek perusahaan tersebut di masa depan. Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio harga saham per nilai buku adalah
sebagai berikut :
Jika angka PBV di bawah satu, maka dapat dipastikan bahwa harga
pasar saham tersebut lebih rendah daripada nilai bukunya. “Sebagai suatu
perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka diharapkan PBV
perusahaan tersebut setidaknya adalah satu atau dengan kata lain diatas dari
nilai bukunya”. (Sugiono, 2004:74)
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah saham dengan nilai
PBV rendah tidak akan diminati oleh investor ? Jawabannya tergantung dari
sebuah perusahaan dengan manajemen yang baik tidak serta merta menjadi
tolok ukur yang pasti. Motivasi investor dalam melakukan investasi juga
menjadi pertimbangan tersendiri. Tidak sedikit investor yang membeli
saham dengan nilai PBV yang rendah untuk menjadikan pemegang
mayoritas, sehingga dapat memutuskan kemana arah tujuan perusahaan.
2.2.7. Pengaruh Return On Equity terhadap Price To Book Value
Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila dukur
dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. (Harahap, 2001:305)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang
ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan
bahwa variabel Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang
signifikan positif terhadap price to book value (PBV).
Dari uraian-uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai hubungan yang signifikan
positif terhadap price to book value (PBV). Hal ini didukung oleh hasil
penelitian terdahulu dalam jurnal Wirawati, dimana dalam jurnal tersebut
profitabilitas (ROE) yang mempunyai hubungan signifikan positif dengan
rasio PBV.
2.2.8. Pengaruh Devidend Payout Ratio terhadap Price To Book Value
DPR adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai
dividen. Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada
investor. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan
membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan.
Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah
price to book value (PBV).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008:100) yang
ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan
bahwa variabel Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang
signifikan positif terhadap price to book value (PBV).
Dari uraian-uraian dan teori yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai hubungan yang
signifikan positif terhadap price to book value (PBV). Hal ini didukung
oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) dalam
jurnal Wirawati yang menemukan bahwa saham-saham yang memiliki
rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan
2.3. Model Konseptual
2.4. Hipotesis
Diduga Return On Equity dan Devidend Payout Ratio berpengaruh
signifikan positif terhadap Price To Book Value pada perusahaan Perbankan
yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.
Return On Equity
(X1)
Price To Book Value
(Y)
Deviden Payout Ratio
33
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini semua variabel yang digunakan diukur dengan
menggunakan skala rasio. Untuk memperjelas variabel-variabel yang
digunakan, maka variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
Variabel bebas:
1. Return On Equity (X1
Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang merupakan hasil
pengembalian atas equitas. Rasio ini mengukur pengembalian nilai
buku kepada pemilik. Perhitungan ROE didapat dengan membagi
keuntungan bersih dengan nilai buku ekuitas. )
2. Deviden Payout Ratio (X2
Adalah persentase dari laba yang didistribusikan sebagai dividen.
Rasio ini merupakan kebijakan dividen yang dibayarkan kepada
investor. Dividend payout ratio didapat dengan membagi dividen per
Variabel terikat:
Variabel terikat (Y) adalah Price to Book Value yaitu merupakan rasio
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur nilai
yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai
perusahaan yang terus tumbuh. Rasio PBV merupakan perbandingan
antara harga saham dengan nilai buku ekuitas.
saham
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan 18
perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2004 sampai tahun 2008.
3.2.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh
tidak secara langsung dari obyek penelitian. Data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan telah diolah oleh pihak
lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, meliputi harga saham dan
di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu mulai tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat,
mempelajari, dan mengutip catatan-catatan dari dokumen yang ada pada
laporan keuangan perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek
Indonesia, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dari tahun
2004-2008.
3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subyek yang mempunyai kuantiats dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono,2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari
perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia, dimana
laporan keuangan tahun 2004-2008 perusahaan tersebut berjumlah 18
perusahaan.
3.4.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non
probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun
dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota
populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Perusahaan perbankan yang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.
b. Memiliki data laporan keuangan tahun 2004-2008.
Berdasarka kriteria diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 6 perusahaan perbankan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana
distribusi sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual
(e), apabila residual (e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1
Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran normal
dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ juga berdistribusi normal. (Gujarati, 1995:66)
2
. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov
Smirnov. Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantara
tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, Apabila
ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan
regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) (Algifari, 2000:83),sehingga pengambilan keputusan melalu uji
F dan uji t menjadi bias, yaitu :
1. Autokolerasi.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier dada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji ada
tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji
durbin watson dengan hipotesis yang akan diuji adalah (Ghozali,
2001:61):
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0 )
a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan
(4-du), maka keofisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak
ada autokorelasi
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
(dl), maka keofisien autokorelasi lebih besar daripada nil, berarti
ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka keofisien
autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
d. Bila nilai DW terletak di anatara batas (du) dan batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
Gambar 3.1 Kurva Durbin Watson
Sumber : Gujarati, 1999, 216, Ekonometrika Dasar.
2. Multikolinieritas.
Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya
regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai
Variance Inflation Factor (VIF), atau dengan melihat nilai dari
Tolerance. Nilai Tolerance yang umum dipakai adalah nilai tolerance
0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir (Ghozali,
2001:57).
3. Heteroskedastisitas
Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel (X). Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi
Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana
nilai probabilitas yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05.
3.5.3. Regresi Linier Berganda
Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam
penelitian ini yaitu mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, maka teknik analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier
berganda sesuai dengan tujuan yang akan diteliti sebagai berikut :
Y= βo + β1 X1 + β2 X2
Dimana :
Y : Price to Book Value
+ e
X1
X
: Return On Equity
0
β : Konstanta
β1, β2
a. Uji F
: Koefisien regresi variabel
e : Standar Error
3.7.4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel (X1, X2
dan X3
1. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai F
) terhadap Y digunakan uji F. Uji F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol
(H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama
dengan nol, atau (Ghozali, 2001:44):
H0 : b1 = b2 = .... = bk = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)
tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ b2 ≠ .... bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk kriteria kedua hipotesis ini digunakan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut (Santoso, 2001:168):
hitung > 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh
2. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai Fhitung
b. Uji t
< 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial (X1, X2 dan X3
a. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai t
)
terhadap Y digunakan uji t student. uji t untuk menguji signifikansi
konstanta dan setiap variabel independent. Dengan hipotesis (Santoso,
2002:168):
H0 : b1 = b2 = .... = bk = 0
Artinya, tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan
variabel terikat secara parsial. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ b2 ≠ .... bk ≠ 0
Artinya, ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan variabel
terikat secara parsial.
Untuk kriteria kedua hipotesis ini digunakan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut (Santoso, 2001:168):
hitung
b. Jika probabilitas/tingkat signifikansi dari nilai t
> 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
hitung < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh dari
42
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa
Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya
(BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan
akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal
Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang
Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel,
kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi
dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini
menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan
dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952.
program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956,
mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:
Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek
Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi
investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat
Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek
Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang
menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan
perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga
bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi
yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya
manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa
Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar,
dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan
bursa-bursa efek lain di dunia.
Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam
mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai
stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga
menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan
instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek
Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic
maupun asing.
4.1.2. Gambaran Umum PT. Bank Century
PT Bank Century Tbk (dahulu PT Bank CIC Internasional Tbk)
(atau selanjutnya disebut “Perusahaan”) didirikan pada tahun 1989,
berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat oleh Lina
Laksmiwardhani, S.H., notaris pengganti Lukman Kirana, S.H., notaris di
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
C.2-6169.HT.01.01.TH.89 tertanggal 12 Juli 1989 dan telah didaftarkan ke
Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 2 Mei 1991 dengan
No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan
Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No.
167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di Jakarta.
Pada tanggal 16 April 1990, Perusahaan memperoleh izin usaha
sebagai Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui
Surat Keputusan No. 462/KMK.013/1990. Pada tanggal 22 April 1993,
Perusahaan memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa dari
Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR.
Perusahaan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa pada tanggal 9 Maret 1999 untuk menyetujui pemecahan nilai
nominal saham (stock split) dari Rp 500 per saham menjadi Rp 100 per
saham dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250.000 juta menjadi Rp
500.000 juta. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ini telah
didokumentasikan dalam Akta No. 49 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris
di Jakarta, tertanggal 9 Maret 1999 dan telah mendapat persetujuan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.
C-3799.HT.01.04.TH.99 tertanggal 9 Maret 1999.
Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di
Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No.
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.
C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan
diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.
4.1.3. Gambaran Umum PT.CIMB Niaga
Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di
Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No.
16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.
C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan
diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.
Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di
Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No.
16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.
C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan
diubah menjadi PT Bank CIC Internasional Tbk.
Berdasarkan Akta No. 110 dari Rachmat Santoso, S.H., notaris di
Jakarta, tertanggal 16 April 1999, yang telah diperbaiki dengan Akta No.
16 dari notaris yang sama tertanggal 4 Juni 1999 dan telah disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya No.
C-10.641.HT.01.04.TH.99 tertanggal 4 Juni 1999, nama Perusahaan
4.1.4. Gambaran Umum PT.Eksekutif
PT Bank Eksekutif Internasional Tbk (“Bank”), didirikan di negara
Republik Indonesia dengan akta notaris Sugiri Kadarisman, S.H. No. 34
tanggal 11 September 1992 dengan nama “PT Executive International
Bank”. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No.
C2-9246-HT.01.01. Th.92 tanggal 10 Nopember 1992 dan diumumkan dalam
tambahan No. 6651 pada berita negara Republik Indonesia No.103 tanggal
26 Desember 1992.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan,
termasuk perubahan yang dilakukan sehubungan dengan Penawaran
Umum Perdana Saham Bank, yang antara lain, mengubah status Bank
menjadi Perusahaan Terbuka dan nama Bank menjadi PT Bank Eksekutif
Internasional Tbk, peningkatan modal dasar dan perubahan nilai nominal
saham. Perubahan ini dilakukan dengan akta Notaris Misahardi Wilamarta,
S.H. tanggal 12 Maret 2001, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No.
C-00012.HT.01.04.TH 2001 tanggal 29 Maret 2001.
Bank memulai aktivitas operasi di bidang Perbankan pada tanggal
9 Agustus 1993. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang
lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Bank