• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP N. 4 TANJUNGBALAI T.A 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP N. 4 TANJUNGBALAI T.A 2013."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE “5E” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP N.4 TANJUNGBALAI T.A 2013/2104

Oleh :

Sary Pratiwi NIM. 4103311044

Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Penerapan Model Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkakan Kemampuan Pemecahaan Masalah Matematika Siswa pada Materi Prisma dan Limas dikelas VIII SMP N 4 Tanjungbalai Tahun Ajaran 2013/2014.”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Syafari,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Bapak Dr. Edi syahputra, M.Pd, Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, dan ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr.Asrin Lubis, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edi Surya, M.S., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry M.Si.,Ph.D, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

(4)

v

memberikan dukungan moril maupun materil, serta abangku Priya Minanda dan Puji Setiawan beserta keluarga besar yang senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan semangat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah SMP N 4 Tanjungbalai dan Ibu Henny Kurnia S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMP N 4 Tanjungbalai yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Zulfadli S.T yang telah menemani dan memberikan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Sahabat-sahabat tersayang Dewi Irawaty,S.Pd, catur Ayu wulandari,S.Pdi, Dita Evika Ratih,S.Pdi, adik – adik kos yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini. Beserta teman – teman seperjuangan lainnya khususnya kelas Eks 2010 beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2014

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Pembelajaran Matematika 10

2.1.2 Pemecahan Masalah 14

2.1.2.1 Pengertian Pemecahan Masalah 14 2.1.2.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika 16 2.1.2.3 Tahap-Tahap Pemecahan Masalah 20

2.1.2.4 Contoh Pemecahan Masalah 23

2.1.3 Model Learning Cycle “5E” 27

(6)

vii

2.1.3.3 Karakteristik Learning Cycle 37

2.2 Penelitian yang Relevan 40

2.3 Prisma dan Limas 40

2.3.1 Prisma 40

2.3.2 Limas 44

2.3.3 Pembelajaran Prisma dan Limas di SMP 46

2.4 Kerangka Konseptual 47

2.5 Hipotesis Tindakan 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 49 3.2. Subjek dan Objek Penelitian 49

3.2.1. Subjek Penelitian 49

3.2.2. Objek Penelitian 49

3.3. Jenis Penelitian 49

3.4. Desain Penelitian 50

3.5. Alat Pengumpul Data 54

3.5.1 Tes 55

3.5.2 Observasi 56

3.5.3 Wawancara 57

3.6. Teknik Analisis Data 57

3.6.1. Reduksi Data 57

3.6.2. Paparan Data 58

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 62

3.7 Definisi Operasional 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Peneitian 65

4.1.1 Hasil Tes Kemampuan Awal 65

(7)

viii

4.1.3 Hasil Wawancara dengan Siswa 99

3.1.4 Pembahasan 100

3.1.5 Keterbatasan Penelitian 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 108

5.2 Saran 109

(8)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Learning Cycle 5E 36 Tabel 2.2 SK dan KD Kelas VIII Semester 2 47 Tabel 3.1. Teknik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 55 Tabel 3.2 Norma Absolut Skala Lima 59 Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 60 Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Tiap Indikator 66 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

Pada Tes Awal 67

Tabel 4.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian 69 Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Siklus I 79

Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Tiap Indikator pada Siklus I 82 Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

Pada Tes Siklus I 83

Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Siklus II 92

Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Tiap Indikator pada Siklus II 95 Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Sket Kemasan Coklat pada Contoh Soal 25

Gambar 2.2 Siklus Belajar 3E 33

Gambar 2.3 Diagram Learning Cycle 34

Gambar 2.4 Prisma 41

Gambar 2.5 Limas 44

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin 50 Gambar 3.2 Siklus PTK Model John Elliot 54 Gambar 4.1 Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Tiap Indikator 68 Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Tes Awal 68

Gambar 4.3 Sketsa kolam renang pada masalah 3 77 Gambar 4.4 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Tiap Indikator Pada Siklus I 84 Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I 84 Gambar 4.6 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Tiap Indikator Pada Siklus II 97 Gambar 4.7 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus II 97 Gambar 4.8 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

pada Setiap Indikator dari Siklus I ke Siklus II 99 Gambar 4.9 Nilai Rata – rata Kelas yang Tuntas pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan II 103 Gambar 4.10 Persentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan

(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A

Lampiran A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 114 Lampiran A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 122 Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 130 Lampiran A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II) 137 Lampiran A.5 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I (LAS 1) 145 Lampiran A.6 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I( LAS 2) 150 Lampiran A.7 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus II (LAS 3) 156 Lampiran A.8 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus II (LAS 4) 161 Lampiran A.9 Alternatif Jawaban LAS 1 167 Lampiran A.10 Alternatif Jawaban LAS 2 171 Lampiran A.11 Alternatif Jawaban LAS 3 175 Lampiran A.12 Alternatif Jawaban LAS 4 179

Lampiran B

(11)

xii

Lampiran B.14 Soal Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah II 209 Lampiran B.15 Alternatif Jawaban Tes Awal TKPM 212 Lampiran B.16 Alternatif Jawaban TKPM I 216 Lampiran B.17 Alternatif Jawaban TKPM II 221 Lampiran B.18 Pedoman Penskoran Tes Awal TKPM 226 Lampiran B.19 Pedoman Penskoran TKPM I 229 Lampiran B.20 Pedoman Penskoran TKPM II 232 Lampiran B.21 Hasil Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah 235

Lampiran B.22 Hasil TKPM Siklus I 239

Lampiran B.23 Hasil TKPM Siklus II 243

Lampiran C

Lampiran C.1 Hasil Observasi Kegiatan Siswa I Siklus I 248 Lampiran C.2 Hasil Observasi Kegiatan SiswaII Siklus I 250 Lampiran C.3 Hasil Observasi Kegiatan Siswa I Siklus II 252 Lampiran C.4 Hasil Observasi Kegiatan Siswa II Siklus II 254 Lampiran C.5 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran I Siklus I 256 Lampiran C.6 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran II Siklus I 259 Lampiran C.7 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran I Siklus II 262 Lampiran C.8 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran II Siklus II 265 Lampiran C.9 Hasil Wawancara dengan Siswa 268

Lampiran C.10 Daftar Nama Siswa 274

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha secara sadar untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan informal.

Matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan logika manusia dan dengan atau pun tanpa kita sadari matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”

Adam dan Hamm (dalam Wijaya,2012:5) menyebutkan bahwa:

“Empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika yaitu: (1) Matematika sebagai suatu cara untuk berfikir; (2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan; (3) Matematika sebagai suatu alat dan (4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi”.

(13)

2

pernasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Baik itu permasalahan yang masih memiliki hubungan erat dalam kaitannya dengan ilmu eksak ataupun permasalahan-permasalahan yang bersifat sosial.

Ada beberapa elemen penting dalam pembelajaran matematika. Ketiga elemen ini terangkum dalam kurikulum bidang studi matematika sebagaimana yang dikemukakan oleh Lerner (dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa “kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup 3 elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.”

Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar siswa. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikiasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat menganalisis suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Dengan pemahaman siswa terhadap konsep dan dengan keterampilan yang mereka miliki, siswa akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang diberikan kepada mereka.

Dua dari ketiga elemen tersebut dijadikan sebagai tujuan belajar matematika yang terangkum di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa:

“Pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika serta menjelaskan keterkaitan antar konsep; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.”

(14)

3

serta mampu menganalisis keterkaitan antara keduanya sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dalam matematika.

Pembelajaran matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.

Salah satu kesulitan siswa dalam memecahkan soal matematika adalah dalam memahami konsep matematika itu sendiri. Misalnya dalam memahami apa yang diminta dalam soal atau kurang mampu mencerna dan mengolah informasi dalam soal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Kaplan (dalam Hikmat) bahwa :

“Faktor-faktor penyebab kesalahan bila ditinjau dari kesulitan dan kemampuan belajar siswa duraikan sebagai berikut: (1) Kurangnya penguasaan bahasa; (2) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi prasyarat; (3) Siswa tidak mengembalikan jawaban model menjadi jawaban permasalahan; (4) Kurangnya minat terhadap pelajaran matematika; (5) Siswa tidak belajar walaupun ada tes atau ulangan; (6) Lupa rumus; (7) Salah memasukkan data; (8) Tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal; dan (9) Kurang teliti dalam menyelesaikan soal.”

(15)

4

“Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh. Disamping itu, anak juga tidak terlatih untuk menyelesaikan masalah matematika secara lebih sistematis. Oleh karena itu, pendekatan pemecahan masalah dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan belajar.”

Kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dari belajar matematika, sehingga latihan merupakan hal yang penting agar siswa semakin terampil. Semakin siswa berpengalaman dalam memecahkan masalah, maka semakin baik pula kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya. Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah antara lain (1) kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan menemukan informasi yang relevan guna memperoleh solusi, (2) kemampuan dalam memilih strategi yang akan digunakan dalam pemecahan masalah, (3) kemampuan berpikir yang fleksibel dan objektif, (4) keyakinan yang positif tentang belajar matematika, (5) perilaku siswa yang positif, mencakup kepercayaan diri, tekad, kesungguhan dan ketekunan siswa dalam mencari pemecahan masalah, serta (6) latihan-latihan soal pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemecahan masalah merupakan suatu tujuan dalam pembelajaran matematika, suatu pendekatan pembelajaran matematika serta merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Selanjutnya kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah daya berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada suatu kegiatan yang mementingkan prosedur yang ditempuh siswa guna memperoleh solusi permasalahan yang mereka hadapi

(16)

5

pada soal, siswa kesulitan dalm membuat rencana penyelesaian soal-soal matematika sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan masalah dan menerjemahkan soal-soal kehidupan sehari-hari kedalam model-model matematika, dan siswa begitu sering tidak teliti dalam perhitungan . Hal ini dapat dilihat dari tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada siswa pada saat melakukan observasi kesekolah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas VIII-6 SMP N. 4 Tanjungbalai peneliti memberikan 2 soal tes diagnostik berbentuk essay kepada 36 siswa. Soal yang peneliti berikan adalah soal yang berbentuk pemecahan masalah yaitu soal yang memerlukan pemikiran dan konsep dibangun sendiri oleh siswa. Salah satu soal yang peneliti berikan kepada siswa yaitu:

60 buah keramik lantai dikemas menggunakan kertas karton. Satu kotak karton memuat 10 keping keramik yang masing – masing berukuran 20cm x 20cm x 0,8cm, tentukan :

a. Ukuran kotak karton

b. Luas karton yang diperlukan

Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes diagnostik diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik adalah Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya dari soal yang diberikan, siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematikan (membuat model), siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui dengan apa yang ditanya dari soal, serta siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

(17)

6

tingkat kemampuan pemecahan masalah (TKPM ) sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 19,4%, dimana persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa sangat rendah .

Pada kesempatan ini juga peneliti mewawancarai seorang guru matematika yang mengampu di kelas VIII-6 SMP Negeri 4 Tanjungbalai yaitu ibu Henny Kurnia S.Pd yang mengatakan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari – hari. Sebagian besar siswa belum memahami lebih dalam langkah – langkah menyelesaikan soal cerita tersebut. Kemudian lagi ketika guru memberikan latihan soal yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, hanya beberapa siswa saja yang mampu menyelesaikan soal tersebut dengan benar, sedangkan siswa yang lain masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya. Beberapa siswa bahkan terlihat enggan menyelesaikan masalah yang mereka anggap sulit, sehingga mereka hanya mengandalkan jawaban teman lain atau menunggu penjelasan dari guru tanpa berusaha untuk menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang mereka hadapi, hal ini disebabkan karena pelajaran matematika yang tidak diminati sebagian siswa.

Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaiakn soal dikarenakan proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Guru matematika memiliki tugas yakni berusaha memampukan siswa memecahkan masalah, sebab salah satu fokus pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terefleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berfikir dan bertindak memecahkan masalah.

(18)

7

menerapkan model pembelajaran yang dinilai efektif sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih memecahkan masalah yang mereka hadapi. Salah satunya dengan model pembelajaran Learning Cycle “5E”. Di SMP N 4 Tanjungbalai sendiri belum pernah menerapkan model pembelajaran ini secara optimal.

Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada

siswa serta didasarkan pada pandangan konstruktivisme di mana pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri (Djumhuriyah, 2008: 12). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perincangan yang ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah. Pada mulanya model ini terdiri dari tiga tahap, yaitu exploration, concep interduction dan concep aplication. Tiga tahap terebut saat ini berkembang menjadi lima tahap yang terdiri atas engagement, exploration, explanation, elaboration serta evaluation. Learning Cycle dengan

lima tahap ini dikenal dengan Learning Cycle “5E”.

Perbedaan mendasar antara model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) dengan pembelajaran langsung atau konvensional adalah dimana guru lebih

banyak bertanya dari pada memberitahu. Misalnya, pada waktu akan melakukan eksperimen terhadap suatu permasalahan, guru tidak memberi petunjuk atau langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun tentang apa yang dilakukan siswa, apa alasan siswa merencanakan dan merumuskan perlakuan yang demikian. Sehingga kemampuan analisis, evaluatif, dan argumentatif siswa akan berkembang dan meningkat secara signifikan. Dengan demikian, penerapan model ini dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

(19)

8

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak diminati sebagian siswa 2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi

3. Belum adanya penerapan model pembelajaran Learning Cycle “5E” untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

4. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas masih terpusat pada guru

5. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-6 SMP N 4 Tanjungbalai masih tergolong rendah.

6. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan sehari-hari kedalam model matematika.

7. Rendahnya aktifitas siswa selama proses pembelajaran

1.3Batasan Masalah

Karena keterbatasan peneliti, baik dari segi kemampuan, waktu dan dana serta melihat luasnya permasalahan yang diidentifikasi, maka penelitian ini ditekankan pada upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui model Learning Cycle “5E” pada pokok bahasan Prisma dan Limas di SMP Negeri 4 Tanjungbalai kelas VIII-6.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle “5E”pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Negeri 4 Tanjungbalai ?

1.5Tujuan Penelitian

(20)

9

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle “5E pada materi prisma dan limas dikelas VIII-6 SMP Negeri 4 Tanjungbalai

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran yang dilakukan efektif serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang dihadapi.

2. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran Learning Cycle “5E” diharapkan dapat membantu dan melatih siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, dengan diterapkannya model pembelajaran ini dapat menambah pengalaman belajar siswa sehingga lebih bervariasi.

3. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah menggunakan model pembelajaran yang tepat khususnya dalam mata pelajran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

(21)

108

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan pembelajaran model Learning Cycle “5E” . Kesimpulan tersebut sebagai berikut : 1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat dari 58,85% pada

akhir siklus 1, menjadi 86,49% pada akhir siklus 2. Persentase rata-rata tes siswa untuk tiap indikator kemampuan pemecahan masalah telah memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu:

a. Kemampuan mengidentifikasi masalah meningkat dari 67,59 % menjadi 91,67%

b. Kemampuan merencanakan penyelesaian masalah meningkat dari 47,92 % menjadi 80,67 %

c. Kemampuan menyelesaikan masalah meningkat dari 66,28% menjadi 74,76%

d. Kemampuan memeriksa hasil meningkat dari 45,14 % menjadi 72,91%

Dari data di atas dapat dikatakan bahwa terrjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model Learning Cycle “5e” . Selain itu Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal. Berdasarkan hasil evaluasi pada akhir siklus 1, ketuntasan belajar siswa sebesar dan meningkat menjadi di akhir siklus 2.

(22)

109

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran learning cycle “5e dengan nilai rata-rata pada pertemuan I siklus I 2,2 nilai rata-rata pada pertemuan 2 siklus I 2,3, sehingga diperoleh nilai rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran yaitu 2, 25 Dari nilai tersebut diperoleh informasi bahwa pengelolaan pembelajaran siklus I tergolong dalam katagori baik. Sedangkan pada siklus II, diperoleh pengelolaan pembelajaran dengan nilai rata-rata pada pertemuan I siklus II 3,2, nilai rata-rata pada pertemuan 2 siklus II 3,3 sehingga diperoleh nilai rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran yaitu 3,25 dalam kategori sangat baik. Sehingga diperoleh kesimpulan, kemampuan guru dalam menelola pembelajaran matematika di kelas dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle “5e” pada materi prisma dan limas di kelas VIII-6 SMP Negeri 4 Tanjungbalai T.A. 2013/2014 sangat baik.

5.2Saran

Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Kepada siswa SMP Negeri 4 tanjungbalai disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan berkompetisi dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar serta hendaknya siswa memperbanyak latihan soal, sehingga kemampuan pemecahan masalahnya dapat meningkat.

2. Bagi Guru

(23)

110

adanya kelompok-kelompok diskusi dalam belajar, memotivasi siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan.

b. Guru hendaknya lebih kreatif membuat dan menyajikan masalah dalam kegiatan belajar matematika, sehingga siswa terbiasa dalam memecahkan masalah matematika.

c. Guru hendaknya mampu menciptakan suasana koopertaif dan demokratif dalam belajar, sehingga siswa merasakan mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, akibatnya dalam belajar matematika siswa menjadi berani beragumentasi, lebih percaya diri dan kreatif

3. Bagi Kepala Sekolah

Agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa serta hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti Lain

(24)

111

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rinek Cipta, Jakarta.

Abdullah Sani, R., (2013), Inovasi Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Agus, Nuniek Avianti,(2007). Mudah Belajar Matematika untuk Kelas VIII

SMP/MTS 2., Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Agung,Rama.(2009). “ImplementasiPpembelajaran Learning Cycle “5E”Berbantuan LKS Terstruktur untuk Meningkatkan

kemampuanPenalaran Siswa”. Tersedia

dihttp://one.indoskripsi.com/node/10412 diakses pada Senin, 20 Januari 2014

Aqib, Z.,(2013).Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Arifin, Z.,(2009), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Arikunto, S., (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Darmawijoyo, (2008). Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen Untuk Siswa Kelas V Di Sd Negeri 79 Palembang .

dihttp://one.indoskripsi.com/node/10412 diakses pada Senin, 20 Januari 2014

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Mengengah.

Jakarta: Depdiknas

(25)

112

di Kelas VIID SMP Negeri 8 Bogor”. Tersedia di

www.docstoc.comdiakses pada Senin, 20 Januari 2014

Eko, Y.Tatang, (2007). Contextual Teaching and Learning Matematika. Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. (2008). “Pembelajaran Dengan Model

Siklus Belajar(Learning Cycle). Tersedia di

http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan

modelsiklus-belajar learning-cycle/diakes pada Minggu, 19 Januari 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2012)., Buku Pedoman Penulisan dan Proposal Penelitian Mahasiswa Kependidikan, FMIPA Unimed , Medan.

Hikmat,E.2012.Faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2253247-faktor-pe nyebab-kesalahan-siswa-dalam/#ixzz2IJad2ZhF

Hudojo,H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit IKIP Malang, Malang.

Lisiani, Siti, (2013). “Pembelajaran Dengan Modu Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

dan Kreativitas Matematika Siswa SMP Terbuka N.5 Medan.,

Tesis, FMIPA, Unimed, Medan.

Purwanto, Ngalim, (2010),Psikologi Pendidikan, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rudtin,N.Afrianti ,(2013). Penerapan Langkah Polya Dalam Model Problem Based Instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan

Soal Cerita Persegi Panjang. Tersedia

(26)

113

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Suherman ,Erman. dkk, (2011). Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer. Bandung: JICA-UPI

Sumardyono, (2007),Pengertian Dasar Problem Solving. Tersedia di http://p4tkmatematika.org/file/problemsolving/PengertianDasarProblemS olving_smd.pdf. Diakses pada Rabu 22 Januari 2014

Syah, Muhibbin, (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Trianto, (2009)., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.

Turmudi,(2009), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika,Penerbit PT Leuser Citra Pustaka, Jakarta.

Wena. Made.,(2011),Strategi Pemebelajaran Inovatif Kontemporer. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Wijaya,A.2012.Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:Graha Ilmu.

(27)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

Sa ya merasa senang untuk memahami kembali soal atau materi yang sulit Saya tidak senang dengan pelajaran, jika materi pelajarannya sulit untuk dimengerti Saya mudah menyerah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan kepercayaan diri investor individual terhadap perilaku perdagangan saham di masyarakat

Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR adalah Kredit atau Pembiayaan kepada usaha mikro kecil menengah koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja

 Neraca perdagangan Kalimantan Timur pada bulan April 2017 surplus sebesar US$ 1,16 miliar, lebih kecil jika dibanding surplus bulan Maret 2017 sebesar US$ 1,39 miliar,

Dalam hal ini khususnya informasi mengenai arus kas merupakan salah satu informasi yang dapat dipakai sebagai pengambilan keputusan investasi.Bagi para investor untuk menanamkan

Perda Nomor 7 Tahun 2009 jo Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga

Penentuan titik akhir titrasi terhadap kurva titrasi (bila bentuk kurva titrasi simetri dan menaik tajam) dengan menggunakan metode. dua arah ( bisection ) melalui

Dari berbagai pola yang dikembangkan untuk membantu pengembangan Perkebunan Rakyat tersebut, Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang paling banyak dikembangkan, karena Pola PIR