KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR
MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN
JULUKECAMATAN PANYABUNGAN KOTA
MADINA (KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
MINDA SARI NASUTION NIM 209510005
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR
MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN JULU
KECAMATAN PANYABUNGAN
KOTA KABUPATEN MADINA (KAJIAN PRAGMATIK)
Skripsi ini diajukan oleh Minda Sari Nasution, NIM 20510005
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
Disetujui untuk diajukan dalam
Sidang Meja Hijau
Medan, Agustus 2014
Dosen Pembimbing Skripsi
i
ABSTRAK
Minda Sari Nasution. 209510005. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Antar Masyarakat Mandailing di Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madiana (Kajian Pragmatik). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini membahas tentang interaksi antar masyarakat Mandailing di desa panyabungan Julu Kabupaten Madina dari penggunaan bahasanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran Prinsip kesantunan, bentuk tindak tutur, Strategi kesantunan berbahasa antar masyarakat di Panyabungan Julu Kabupaten Madina dengan kajian pragmatik. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak dan metode cakap melalui teknik rekam dan catat. sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa tuturan penjual dan pembeli dan data sekunder diperoleh dari dokumen terkait buku-buku kesantunan berbahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan agar memperoleh data secara mendetail dan menyeluruh adalah metode simak dan metode cakap dibantu dengan teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik bebas libat cakap, teknik pancingan, teknik cakap semuka, dan teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat bentuk-bentuk tuturan yang merupakan prinsip kesantunan bahasa yaitu maksim kebijaksanan (tact maxim) 3, maksim kedermawanan (approbatin maksim) 3, maksim Penghargaan (generosity maxim) 2, maksim kesederhanaan (modesty maxim) 2, maksim pemufakatan (agreement maxim) 2, maksim simpati (sympath maxim) 3. Secara analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain: 1.Tindak lokusi (Lecutionary act) 4, 2.Tindak ilokusi (Illecitionary act) 5, 3. Tindak perlokusi (Perlocutionary act) 3. Strategi kesantunan, yaitu strategi 1 (kurang santun) 4, strategi 2 (agak santun) 1, strategi 3 (lebih santun), dan strategi 4 (paling santun), dan
iv
v
B. Tindak Tutur ………. 75
C. Strategi Kesantunan Berbahasa ……….. 79
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……….………. 85
B. Saran……….……… 86
DAFTAR PUSTAKA………... 87
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang
menuntut manusia untuk berhubungan dan bekerja sama dengan sesamanya.
Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan perasaan, gagasan ide, dan pikiran
kepada orang lain. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi
dan alat untuk menyampaikan identitas masyarakat pemakai bahasa. Selain itu,
Bahasa merupakan alat ucap yang dihasilkan oleh manusia yang berupa maksud
atau ujaran, yang nantinya akan disampaikan kepada seorang yang menjadi
pendengarnya. Dengan maksud lain seorang penutur berinteraksi dengan mitra
tuturnya dengan menggunakan bahasa yang santun maka yang jadi pendengan
akan menghormatinya.
Dalam komunikasi sehari-hari kita tidak dapat setiap saat menyampaikan
tuturan dengan cara yang santun, hal tersebut kemungkinan akan menyakiti
perasaan lawan tutur. Menurut Brown dan Levinson (1987: 60) strategi
kesantunan digunakan oleh penutur untuk menghindari tindak pengancaman
terhadap muka lawan tutur. Tindak pengancaman muka tersebut oleh Brown dan
Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule
(2006:82), tindak tutur adalah tindakan yang disampaikan lewat tuturan. Menurut
3
tutur lokusi (Locutionary act) adalah tindakan yang menyatakan sesuatu
dan makna sesuatu. kedua, tindak tutur ilokusi (illocutionary act) adalah
pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertayaan, dan sebagainya. Ketiga,
Tindak tutur perlokusi (Perlocutionary act) adalah hasil atau efek yang di
timbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan “situasi dan kondisi”
pengucapan kalimat itu.
Bahasa merupakan cerminan kepribadian setiap individu. Setiap manusia
ada yang memiliki kepribadian baik dan buruk. Bahasa yang benar adalah bahasa
yang dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku yaitu kesantunan. Tatacara
berbahasa orang Mandailing berbeda dengan tatacara berbahasa orang Batak
meskipun mereka sama-sama menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah daging pada diri
seseorang akan berpengaruh pada pola berbahasanya.
Dalam komunikasi kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan
untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur.
Dalam masyarakat, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sangat beragam.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh
para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi sosial yang
mereka lakukan beragam. Menurut Moeliono (1980:17), menyatakan bahwa
“ditinjau dari sudut pandangan penutur, ragam dapat diperinci menurut patokan
4
Kesantunan adalah aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama
oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi persyaratan
yang sepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan biasanya disebut
dengan tatakrama (Sibarani, 2004:170).Secara lebih lengkap Brown dan Levinson
(dalam Gunarwan 1994:90), menyatakan bahwa teori kesantunan berbahasa itu
berlandaskan pada konsep muka (face). Teori tersebut menganggap bahwa setiap
orang (yang rasional) mempunyai dua muka, yaitu muka positif dan muka negatif.
Muka negatif mengacu ke citra diri orang yang berkeinginan agar yang dilakukan,
yang dimiliki nilai-nilai, yang diyakininya itu diakui oleh orang lain sebagai suatu
hal yang berharga, yang bernilai baik, yang menyenangkan, dan yang terhormat.
Richards (1985) yang dikutip dalam Gunarwan (1994:42), mendefinisikan
“Pragmatik sebagai kajian tentang penggunaan bahasa di dalam berkomunikasi,
terutama hubungan dengan kalimat, konteks, dan situasi penggunaanya”.
Pragmatik merupakan kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk
mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai (Nababan 1987:3).
Menurut Tarigan (dalam Agustina, 1995:14), mengatakan bahwa pragmatik
adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang
tergramatisasikan atau disandikan
dalam struktur sesuatu bahasa.
Bahasa Mandailing merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh penutur
asllinya di daerah Panyabungan Julu khususnya. Bahasa Mandailing berfungsi
sebagai alat komunikasi antar Masyarakat, bahsa budaya, dan sebagai bahasa
5
selatan. Bahasa Mandailing Julu dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari
bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di
daerah Kabupaten Mandailing Natal, tetapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa
Minang), walaupun pengguna bahasa Natal berkerabat (seketurunan) dengan
orang-orang Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya.
Kesantunan Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan
pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa
Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal,
tapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa Minang), walau pun pengguna bahasa
Natal berkerabat (seketurunan) dengan orang-orang Kabupaten Mandailing Natal
pada umumnya.
Panyabungan Julu merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan
Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal, di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Dipilih sebagai objek penelitian karena daerah tersebut merupakan
masyarakat tutur, yaitu masyarakat yang menghormati interaksi antara penutur
dengan mitra tutur yang dilandasi norma-norma adat-istiadat masyarakat,
khususnya antarmasyarakat.
Penelitian ini memuat tantang Kesantunan Berbahasa dalam tindak tutur
antarmasyarakat Mandailing di Mandailing Natal. Penelitian in dilakukan penulis
berada di desa Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota. Untuk itu
penulis ingin mengetahui bagaimana kesantunan pada masyarakat Mandailing.
6
melakukan penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti analisispenggunaan
strategi kesantunan berbahasa mandailing dalam tindak tutur antarmasyarakat di
Panyabungan Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madina.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Wujud kesantunan berbahasa tuturan antar masyarakat dalam bahasa
Mandailing di Panyabungan Julu Mandailing Natal.
2. Wujud tindak tutur sebagai sarana terciptanya interaksi di masyarakat
Mandailing di Panyabungan Julu Mandailing Natal.
3. Strategi dan sub-strategi kesantunan apa yang digunakan olehpenutur
dalam melakukan tindak tutur dalam Bahasa Mandailing di Panyabungan
Julu Mandailing Natal.
4. Penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam Bahasa Masyarakat
Mandailing.
5. Prinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat dalam bahasa
Mandailing.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini ada 3 yang akan penulis batasi yang
pertama Prinsip kesantunan berbahasa apa yang muncul dalam tuturan
antarmasyarakt dalam bahasaMandailig, dan strategi kesantunan berbahasa dan
7
Mandailigdi Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten
Madina, berdasarkan strategi kesantunan Brown dan Levinson sebanyak 10
percakapan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
dapat ditulis sebagai berikut:
1. BagaimanaPrinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat
dalam bahasa Mandailing di Panyabungan Julu Kabupaten Madina?
2. Bagaimana bentuk tindak tutur yang digunakan masyarakat Mandailing di
Panyabungan Julu Kabupaten Madina?
3. Strategi kesantuna apa yang muncul dalam tuturan antarmasyarakat di
Panyabungan Julu Kabupaten Madina.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Prinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat dalam
bahasa Mandailing di Panyabungan Julu Kabupaten Madina
2. Mengetahuibentuk tindak tutur yang digunakan masyarakat Mandailing di
Panyabungan Julu Kabupaten Madina.
3. Mendeskripsikan strategi kesantunayang terdapat dalam tuturan
antarmasyarakat di Panyabungan Julu Kabupaten Madina.
8
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil
baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoretis
a. Menambah kepustakaan yaitu bacaan dalam bidang linguistik.
b. Dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi kepada
masyarakat tentang bagaimana wujud kesantunan berbahasa
antarmasyarakat.
2. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infoormasi
khususnya antarmasyarakat yaitu: orang tua, instansi pendidikan dalam hal
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanAdapun kesimpulan sehubungan dengan temuan penelitian ini adalah
1. Prinsip kesantunan serta kontek tuturan bahasa antar masyarakat dalam
bahasa Mandailing terdapat 6 maksim yaitu maksim kebijaksanan (tact maxim)
terdapat 3 tuturan, maksim kedermawanan (approbatin maksim terdapat 3 tuturan,
maksim Penghargaan (generosity maxim) terdapat 2 tuturan, maksim
kesederhanaan (modesty maxim) terdapat 2 tuturan, maksim pemufakatan
(agreement maxim) terdapat 2 tuturan, maksim simpati (sympath maxim) terdapat
3 tuturan.
2. Tindak Tutur yang Muncul dalam Tuturan Antar Masyarakat di
Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madina Secara
analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain:
1.Tindak lokusi (Lecutionary act).2. Tindak ilokusi (Illecitionary act), Searle
(dalam Rahardi, 2003:72) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas
bertutur itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masingmasing memiliki
fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam bentuk tuturan yang
menunjukkan fungsi-fungsi komunikatif tersendiri tersebut dapat dirangkum dan
disebutkan satu demi satu sebagai berikut. a. Representatif; b. Direktif; c.
Ekspresif; d. Komisif; e. Deklarasi. Terdapat 12 tuturan 3. Tindak perlokusi
86
3. Strategi Kesantunan Berbahasa Yang Muncul dalam Tuturan Antar
Masyarakat di Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten
Madina yaitu a. Strategi 1 : Kurang santun ada 4 tuturan, b. Strategi 2 : Agak
santun ada 1 tuturan, c. Strategi 3 : Lebih santun, d. Strategi 4 : Paling santun
B. Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu serta dana dalam
penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat berharap kepada peneliti lain
agar dapat mengkaji penelitian mengenai kesantunan berbahasa. Berdasarkan
hasil serta kesimpulan, Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk
penelitian-penelitian selanjutnya, diantaranya kesantunan berbahasa antar
masyarakat dilihat dari daerah asal atau etnis masyarakatnya. Selain itu, bisa juga
dilakukan penelitian mengenai interaksi yang asimetris antara masyarakat dengan
masyarakat yang lebih tinggi, seperti pengurus Dusun, Desa atau Kecamatan
.Sedangkan, untuk penelitian lebih luas perlu dilakukan studi komparasi
kesantunan berbahasa antara Dusun dengan Desa, mengingat setiap Dusun atau
87
DAFTAR PUSTAKA
Asrori. Imam. 2005. Tindak Tutur dan Operasi Prinsip Sopan Santun dalam
Wacana Rubrik Konsultasi Jawa Pos (WARKONJAPOS). Volume 1,
Nomor 33, Februari 2005
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: UNIKA ATMAJAYA
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Etikasari. Dian. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kelas (Kajian
Mikroetnografi Terhadap Guru Bahasa). Universitas Negeri Malang.
Gunarwan, Asim. 2007. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta.
Penerbit Universitas Atmajaya.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1992. Kajian Tindak Tutur. Surabaya. Penerbit Usaha Nasional.
Indri. Febriana. Siska. 2005. Tuturan Responsif Siswa Terhadap Tuturan Direktif
Guru dalam Wacana Interaksi Kelas di SMA Negeri 1 Batu. Uniersitas
Negeri Malang.
Leech, Geoffey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nadar. F. X. 2008. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong. J.L. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Sumatera
88
Rahardi R, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Septian. Albitar. Analisis Tuturan Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada Kelas V SDN Sumber Sari 1. Universitas Negeri Malang.
Sibarani, Robert. 2004. Kesantunan Bahasa. Antropololinguistik. Medan: Poda
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa : Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta
Wacana Uniersity Press.