• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN JULUKECAMATAN PANYABUNGAN KOTA MADINA (KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN JULUKECAMATAN PANYABUNGAN KOTA MADINA (KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR

MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN

JULUKECAMATAN PANYABUNGAN KOTA

MADINA (KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

MINDA SARI NASUTION NIM 209510005

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR ANTAR

MASYARAKAT MANDAILING DI PANYABUNGAN JULU

KECAMATAN PANYABUNGAN

KOTA KABUPATEN MADINA (KAJIAN PRAGMATIK)

Skripsi ini diajukan oleh Minda Sari Nasution, NIM 20510005

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Disetujui untuk diajukan dalam

Sidang Meja Hijau

Medan, Agustus 2014

Dosen Pembimbing Skripsi

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

ABSTRAK

Minda Sari Nasution. 209510005. Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Antar Masyarakat Mandailing di Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madiana (Kajian Pragmatik). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini membahas tentang interaksi antar masyarakat Mandailing di desa panyabungan Julu Kabupaten Madina dari penggunaan bahasanya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran Prinsip kesantunan, bentuk tindak tutur, Strategi kesantunan berbahasa antar masyarakat di Panyabungan Julu Kabupaten Madina dengan kajian pragmatik. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak dan metode cakap melalui teknik rekam dan catat. sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa tuturan penjual dan pembeli dan data sekunder diperoleh dari dokumen terkait buku-buku kesantunan berbahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan agar memperoleh data secara mendetail dan menyeluruh adalah metode simak dan metode cakap dibantu dengan teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik bebas libat cakap, teknik pancingan, teknik cakap semuka, dan teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat bentuk-bentuk tuturan yang merupakan prinsip kesantunan bahasa yaitu maksim kebijaksanan (tact maxim) 3, maksim kedermawanan (approbatin maksim) 3, maksim Penghargaan (generosity maxim) 2, maksim kesederhanaan (modesty maxim) 2, maksim pemufakatan (agreement maxim) 2, maksim simpati (sympath maxim) 3. Secara analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain: 1.Tindak lokusi (Lecutionary act) 4, 2.Tindak ilokusi (Illecitionary act) 5, 3. Tindak perlokusi (Perlocutionary act) 3. Strategi kesantunan, yaitu strategi 1 (kurang santun) 4, strategi 2 (agak santun) 1, strategi 3 (lebih santun), dan strategi 4 (paling santun), dan

(8)

iv

(9)

v

B. Tindak Tutur ………. 75

C. Strategi Kesantunan Berbahasa ……….. 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……….………. 85

B. Saran……….……… 86

DAFTAR PUSTAKA………... 87

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,

(12)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang

menuntut manusia untuk berhubungan dan bekerja sama dengan sesamanya.

Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan perasaan, gagasan ide, dan pikiran

kepada orang lain. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi

dan alat untuk menyampaikan identitas masyarakat pemakai bahasa. Selain itu,

Bahasa merupakan alat ucap yang dihasilkan oleh manusia yang berupa maksud

atau ujaran, yang nantinya akan disampaikan kepada seorang yang menjadi

pendengarnya. Dengan maksud lain seorang penutur berinteraksi dengan mitra

tuturnya dengan menggunakan bahasa yang santun maka yang jadi pendengan

akan menghormatinya.

Dalam komunikasi sehari-hari kita tidak dapat setiap saat menyampaikan

tuturan dengan cara yang santun, hal tersebut kemungkinan akan menyakiti

perasaan lawan tutur. Menurut Brown dan Levinson (1987: 60) strategi

kesantunan digunakan oleh penutur untuk menghindari tindak pengancaman

terhadap muka lawan tutur. Tindak pengancaman muka tersebut oleh Brown dan

Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

(2006:82), tindak tutur adalah tindakan yang disampaikan lewat tuturan. Menurut

(13)

3

tutur lokusi (Locutionary act) adalah tindakan yang menyatakan sesuatu

dan makna sesuatu. kedua, tindak tutur ilokusi (illocutionary act) adalah

pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertayaan, dan sebagainya. Ketiga,

Tindak tutur perlokusi (Perlocutionary act) adalah hasil atau efek yang di

timbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan “situasi dan kondisi”

pengucapan kalimat itu.

Bahasa merupakan cerminan kepribadian setiap individu. Setiap manusia

ada yang memiliki kepribadian baik dan buruk. Bahasa yang benar adalah bahasa

yang dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku yaitu kesantunan. Tatacara

berbahasa orang Mandailing berbeda dengan tatacara berbahasa orang Batak

meskipun mereka sama-sama menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah daging pada diri

seseorang akan berpengaruh pada pola berbahasanya.

Dalam komunikasi kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan

untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur.

Dalam masyarakat, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sangat beragam.

Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh

para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi sosial yang

mereka lakukan beragam. Menurut Moeliono (1980:17), menyatakan bahwa

“ditinjau dari sudut pandangan penutur, ragam dapat diperinci menurut patokan

(14)

4

Kesantunan adalah aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama

oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi persyaratan

yang sepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan biasanya disebut

dengan tatakrama (Sibarani, 2004:170).Secara lebih lengkap Brown dan Levinson

(dalam Gunarwan 1994:90), menyatakan bahwa teori kesantunan berbahasa itu

berlandaskan pada konsep muka (face). Teori tersebut menganggap bahwa setiap

orang (yang rasional) mempunyai dua muka, yaitu muka positif dan muka negatif.

Muka negatif mengacu ke citra diri orang yang berkeinginan agar yang dilakukan,

yang dimiliki nilai-nilai, yang diyakininya itu diakui oleh orang lain sebagai suatu

hal yang berharga, yang bernilai baik, yang menyenangkan, dan yang terhormat.

Richards (1985) yang dikutip dalam Gunarwan (1994:42), mendefinisikan

“Pragmatik sebagai kajian tentang penggunaan bahasa di dalam berkomunikasi,

terutama hubungan dengan kalimat, konteks, dan situasi penggunaanya”.

Pragmatik merupakan kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk

mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai (Nababan 1987:3).

Menurut Tarigan (dalam Agustina, 1995:14), mengatakan bahwa pragmatik

adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang

tergramatisasikan atau disandikan

dalam struktur sesuatu bahasa.

Bahasa Mandailing merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh penutur

asllinya di daerah Panyabungan Julu khususnya. Bahasa Mandailing berfungsi

sebagai alat komunikasi antar Masyarakat, bahsa budaya, dan sebagai bahasa

(15)

5

selatan. Bahasa Mandailing Julu dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari

bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di

daerah Kabupaten Mandailing Natal, tetapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa

Minang), walaupun pengguna bahasa Natal berkerabat (seketurunan) dengan

orang-orang Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya.

Kesantunan Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan

pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa

Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal,

tapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa Minang), walau pun pengguna bahasa

Natal berkerabat (seketurunan) dengan orang-orang Kabupaten Mandailing Natal

pada umumnya.

Panyabungan Julu merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan

Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal, di provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Dipilih sebagai objek penelitian karena daerah tersebut merupakan

masyarakat tutur, yaitu masyarakat yang menghormati interaksi antara penutur

dengan mitra tutur yang dilandasi norma-norma adat-istiadat masyarakat,

khususnya antarmasyarakat.

Penelitian ini memuat tantang Kesantunan Berbahasa dalam tindak tutur

antarmasyarakat Mandailing di Mandailing Natal. Penelitian in dilakukan penulis

berada di desa Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota. Untuk itu

penulis ingin mengetahui bagaimana kesantunan pada masyarakat Mandailing.

(16)

6

melakukan penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti analisispenggunaan

strategi kesantunan berbahasa mandailing dalam tindak tutur antarmasyarakat di

Panyabungan Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madina.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Wujud kesantunan berbahasa tuturan antar masyarakat dalam bahasa

Mandailing di Panyabungan Julu Mandailing Natal.

2. Wujud tindak tutur sebagai sarana terciptanya interaksi di masyarakat

Mandailing di Panyabungan Julu Mandailing Natal.

3. Strategi dan sub-strategi kesantunan apa yang digunakan olehpenutur

dalam melakukan tindak tutur dalam Bahasa Mandailing di Panyabungan

Julu Mandailing Natal.

4. Penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam Bahasa Masyarakat

Mandailing.

5. Prinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat dalam bahasa

Mandailing.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini ada 3 yang akan penulis batasi yang

pertama Prinsip kesantunan berbahasa apa yang muncul dalam tuturan

antarmasyarakt dalam bahasaMandailig, dan strategi kesantunan berbahasa dan

(17)

7

Mandailigdi Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Madina, berdasarkan strategi kesantunan Brown dan Levinson sebanyak 10

percakapan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian

dapat ditulis sebagai berikut:

1. BagaimanaPrinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat

dalam bahasa Mandailing di Panyabungan Julu Kabupaten Madina?

2. Bagaimana bentuk tindak tutur yang digunakan masyarakat Mandailing di

Panyabungan Julu Kabupaten Madina?

3. Strategi kesantuna apa yang muncul dalam tuturan antarmasyarakat di

Panyabungan Julu Kabupaten Madina.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Prinsip kesantunan, serta konteks tuturan antarmasyarakat dalam

bahasa Mandailing di Panyabungan Julu Kabupaten Madina

2. Mengetahuibentuk tindak tutur yang digunakan masyarakat Mandailing di

Panyabungan Julu Kabupaten Madina.

3. Mendeskripsikan strategi kesantunayang terdapat dalam tuturan

antarmasyarakat di Panyabungan Julu Kabupaten Madina.

(18)

8

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil

baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis

a. Menambah kepustakaan yaitu bacaan dalam bidang linguistik.

b. Dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi kepada

masyarakat tentang bagaimana wujud kesantunan berbahasa

antarmasyarakat.

2. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infoormasi

khususnya antarmasyarakat yaitu: orang tua, instansi pendidikan dalam hal

(19)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan sehubungan dengan temuan penelitian ini adalah

1. Prinsip kesantunan serta kontek tuturan bahasa antar masyarakat dalam

bahasa Mandailing terdapat 6 maksim yaitu maksim kebijaksanan (tact maxim)

terdapat 3 tuturan, maksim kedermawanan (approbatin maksim terdapat 3 tuturan,

maksim Penghargaan (generosity maxim) terdapat 2 tuturan, maksim

kesederhanaan (modesty maxim) terdapat 2 tuturan, maksim pemufakatan

(agreement maxim) terdapat 2 tuturan, maksim simpati (sympath maxim) terdapat

3 tuturan.

2. Tindak Tutur yang Muncul dalam Tuturan Antar Masyarakat di

Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Madina Secara

analitis tindak tutur dapat dipisahkan menjadi 3 macam bentuk, antara lain:

1.Tindak lokusi (Lecutionary act).2. Tindak ilokusi (Illecitionary act), Searle

(dalam Rahardi, 2003:72) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas

bertutur itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masingmasing memiliki

fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam bentuk tuturan yang

menunjukkan fungsi-fungsi komunikatif tersendiri tersebut dapat dirangkum dan

disebutkan satu demi satu sebagai berikut. a. Representatif; b. Direktif; c.

Ekspresif; d. Komisif; e. Deklarasi. Terdapat 12 tuturan 3. Tindak perlokusi

(20)

86

3. Strategi Kesantunan Berbahasa Yang Muncul dalam Tuturan Antar

Masyarakat di Panyabungan Julu Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Madina yaitu a. Strategi 1 : Kurang santun ada 4 tuturan, b. Strategi 2 : Agak

santun ada 1 tuturan, c. Strategi 3 : Lebih santun, d. Strategi 4 : Paling santun

B. Saran

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu serta dana dalam

penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat berharap kepada peneliti lain

agar dapat mengkaji penelitian mengenai kesantunan berbahasa. Berdasarkan

hasil serta kesimpulan, Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk

penelitian-penelitian selanjutnya, diantaranya kesantunan berbahasa antar

masyarakat dilihat dari daerah asal atau etnis masyarakatnya. Selain itu, bisa juga

dilakukan penelitian mengenai interaksi yang asimetris antara masyarakat dengan

masyarakat yang lebih tinggi, seperti pengurus Dusun, Desa atau Kecamatan

.Sedangkan, untuk penelitian lebih luas perlu dilakukan studi komparasi

kesantunan berbahasa antara Dusun dengan Desa, mengingat setiap Dusun atau

(21)

87

DAFTAR PUSTAKA

Asrori. Imam. 2005. Tindak Tutur dan Operasi Prinsip Sopan Santun dalam

Wacana Rubrik Konsultasi Jawa Pos (WARKONJAPOS). Volume 1,

Nomor 33, Februari 2005

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: UNIKA ATMAJAYA

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Etikasari. Dian. 2012. Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Kelas (Kajian

Mikroetnografi Terhadap Guru Bahasa). Universitas Negeri Malang.

Gunarwan, Asim. 2007. Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta.

Penerbit Universitas Atmajaya.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1992. Kajian Tindak Tutur. Surabaya. Penerbit Usaha Nasional.

Indri. Febriana. Siska. 2005. Tuturan Responsif Siswa Terhadap Tuturan Direktif

Guru dalam Wacana Interaksi Kelas di SMA Negeri 1 Batu. Uniersitas

Negeri Malang.

Leech, Geoffey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nadar. F. X. 2008. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong. J.L. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Sumatera

(22)

88

Rahardi R, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Septian. Albitar. Analisis Tuturan Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada Kelas V SDN Sumber Sari 1. Universitas Negeri Malang.

Sibarani, Robert. 2004. Kesantunan Bahasa. Antropololinguistik. Medan: Poda

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa : Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta

Wacana Uniersity Press.

Gambar

Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,
Tabel 4.1 Bentuk tuturan Bentuk tuturan Prinsip Kesantunan Berbahasa,

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kesenjangan digital yang terjadi masyarakat di kota pekalongan dilihat dari aspek perilaku penggunaan internet berada dalam kategori rendah dengan persentase 60,2 %..

Dalam pembinaan hubungan industrial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Indragiri Hilir kurang melakukan sosialisasi yang intens dengan pihak perusahaan

Penurunan kondisi lengas tanah dari 80% KL menjadi 40% KL cenderung menurunkan bobot kering akar, bobot kering tajuk, laju asimilasi bersih, jumlah bintil akar efektif,

Keaktifan peserta didik pada siklus I masih kurang, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pelaksanaan strategi Index Card Match

langsung menggunakan perspektif agama lain, tetapi lebih kepada perspektif bidang kajian tertentu mengenai studi agama-agama, dimana konsep tersebut merupakan

Teknologi ini mampu meneruskan garis kelongsoran ke tanah yang lebih baik kuat gesernya, akan tetapi kelemahan teknologi ini tidak memiliki kekakuan yang baik sehingga

Pada gambar 4.21 hasil jawaban siswa kode 78 soal nomor 7, pada lembar jawaban siswa menuliskan himpunan yang diketahui sehingga diberi skor 2 untuk

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya pesan pidato Khutbatul ‘Arsy Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 2017, 2018 dan 2019 karena berisi