• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selanjutnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Selanjutnya "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 46 TAHUN 2009

TENTANG

PENGESAHAN AMENDMENT TO THE CONVENTION ON THE PHYSICAL

PROTECTION OF NUCLEAR MATERIAL (PERUBAHAN KONVENSI

PROTEKSI FISIK BAHAN NUKLIR)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa di Wina, Austria, pada tanggal 8 Juli 2005 Pemerintah Republik

Indonesia telah menandatangani Amendment to the Convention on the

Physical Protection of Nuclear Material (Perubahan Konvensi Proteksi

Fisik Bahan Nuklir), sebagai hasil Konferensi Badan Tenaga Atom

Internasional yang diselenggarakan pada tanggal 4 sampai dengan 8 Juli

2005;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

perlu mengesahkan Perubahan Konvensi tersebut dengan Peraturan

Presiden;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);

3. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1986 tentang Pengesahan

Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 64);

(2)

- 2 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AMENDMENT

TO THE CONVENTION ON THE PHYSICAL PROTECTION OF

NUCLEAR MATERIAL (PERUBAHAN KONVENSI PROTEKSI FISIK

BAHAN NUKLIR).

Pasal 1

Mengesahkan Amendment to the Convention on the Physical Protection of

Nuclear Material (Perubahan Konvensi Proteksi Fisik Bahan Nuklir) yang

telah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia di Wina, Austria, pada

tanggal 8 Juli 2005 yang naskah aslinya dalam Bahasa Inggris dan

terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 2

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Perubahan

Konvensi dalam Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa

Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, yang berlaku adalah naskah

aslinya dalam Bahasa Inggris.

Pasal 3

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(3)

- 3 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 29 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PATRIALIS AKBAR

Referensi

Dokumen terkait

MERUJUK PADA Memorandum Saling Pengertian anta ra Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Belanda tentang Kerja Sama Maritim yang.. ditandatangani pada

Berdasarkan Trade Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Rakyat China yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1990 di Jakarta,

Mengesahkan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, yang telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia di Washington

Karena ketentuan Konvensi pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka Pemerintah Republik Indonesia dalam Konperensi Sedunia

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Perancis , sesuai dengan jiwa Persetujuan Kerjasama Kebudaya- an dan Teknik yang ditandatangani pada tanggal 20

Perubahan Konstitusi dan Konvensi Perhimpunan Telekomunikasi Internasional, Minneapolis, 1998) yang telah ditandatangani delegasi Pemerintah Republik Indonesia

Dalam INFCIR /225 rev.5, performance testing dari tindakan proteksi fisik dari sistem proteksi fisik direkomendasikan untuk fasilitas nuklir dengan Kategori I

Dalam kegiatan inspeksi bahan nuklir, yang menjadi parameter yang diverifikasi adalah jumlah inventori bahan nuklir, bentuk fisik, lokasi letak bahan nuklir dalam fasilitas, dan