• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN "

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

BONDOWOSO 1 TAHUN PELAJARAN 2016-2017

S K R I P S I

Oleh:

Muhammad Syaifur Rizal Nur Hidayat NIM. 084 123 063

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2018

(5)

Muhammad Saifur Rizal NH. 2018. Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTsN Bondowowso 1 Tahun Pelajaran 2016- 2017.

Saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan mayarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah.

Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Maka untuk mencapai kebutuhan masyarakat diperlukan peningkatan Manajemen Pembelajaran sehingga mutu peserta didik, akan lebih.

Fokus penelitian yaitu: 1). bagaimana perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN BONDOWOSO 1 Tahun Pelajaran 2016-2017? 2), bagaimana Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017? 3). bagaimana Evaluasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017?. Tujuan penelitian ini yaitu: untuk mendeskripsikan Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTsN Bondowowso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017. Metode menggunakan kualitatif, subyek penelitian adalah kepala sekolah, waka kurikulum, guru, dan siwa. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif naratif, Untuk keabsahan data menggunakan tehnik triangulasi.

Dari temuan dan analisa dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa:

pertama, perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017, untuk perencanaan manajemen pembelajaran seperti yang di terapkan sekarang, banyak dibantu oleh para staf- stafnya. Seperti guru, TU yang terbagi dengan fungsi dan tugas-tugas tambahan yang telah ditentukan oleh kepala Madrasah.. Kedua, pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017. Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran yang ada di MTsN.

Bondowoso 1. Kurikulum dalam merumuskan aktivitas belajar mengajar sekarang ini, mengungkapkan konsep tentang prinsip-prinsip untuk menyusun organisasi pembelajaran. Ketiga, evaluasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017, evaluasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017.

(6)

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO .. ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Istilah ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Kajian Teori ... 17

1. Manajemen Pembelajaran ... 17

a. Pengertian Manajemen ... 17

b. Pengertian Pembelajaran ... 23

2. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan ... 36

a. Pengertian Mutu ... 36

b. Indikator Mutu ... 37

(7)

b. Memperkuat Kapasitas Manajemen Sekolah ... 42

c. Memperkuat SDM Tenaga Kependidikan ... 42

4. Mengoptimalkan Fungsi-Fungsi Tenaga Kependidikan ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 45

B. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 45

C. Lokasi Penelitian ... 45

D. Sumber Data ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. MetodeAnalisis Data ... 49

G. Validitas Data ... 51

H. Tahapan Penelitian ... 53

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objektif Penelitian ……… 56

B. Penyajian Data dan Analisis………... 71

C. Pembahasan Temuan ……….. ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. .. 90

B. Saran-Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan motor dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karenanya setiap lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan yang sudah ditentukan hendaknya memperbaiki dan mengimplementasikan secara optimal manajemennya. Mengingat unsur manajemen sangat penting dalam organisasi maka dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan perhatiannya kepada manajemen pembelajarannya, yaitu dalam hal perencanaan pembelajaran hingga evaluasi pembelajarannya.

Penerapan manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu untuk dioptimalisasikan oleh para manajer pendidikan agar lembaga tetap eksis dan survive ditengah-tengah persaingan global dan dapat mengeluarkan peserta didik yang berkualitas dan berdaya guna, yang mampu bersaing di tengah - tengah dunia yang serba kompetitif. Dalam Islam diajarkan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan duniawi (seperti pengelolaan lembaga pendidikan) maka orang-orang di dunia pendidikan itulah yang paling tahu/mengetahui kekurangan-kekurangan yang menyebabkan terhambatnya perkembangan lembaga. Dalam hal ini yang paling bertanggung jawab atas maju tidaknya suatu lembaga pendidikan adalah para manajer pendidikan, oleh karenanya para manajer pendidikan harus berupaya untuk memperbaiki keahliannya dalam hal pengelolaan lembaga (keahlian manajemen).

1

(9)

Dalam menerapkan proses pembelajaran maka, maka dalam suatu proses memerlukan perencanaan yang seksama dan sistematis agar dapat dilaksanakan secara realistis. Perencanaan tersebut dibuat oleh guru, yang mana dalam menerapkannya menggunakan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus, hal tersebut yang disebut dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).1

Demikianlah, dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan adanya langkah-langkah yang sistematis, sehingga mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Langkah yang sistematis dalam proses belajar mengajar merupakan bagian penting dari mengajar, yakni usaha guru dalam mengatur dan menggunakan variabel- variabel pengajaran, agar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sesuai dengan eksistensinnya, manusia selalu bernaluri untuk melakukan perubahan, yang pada akhirnya perubahan tersebut akan bermuara pada kemajuan dalam realitas kehidupannya, baik kemajuan pada ranah teknis maupun mekanisnya. Maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan.

Oleh sebab itu dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi ke generasi, selanjutnya dalam hal ini pendidikan berfungsi sebagai transfer of knowledgedan transfer of culture pada generasi berikutnya. Sejalan dengan

1 Zulaichah Ahmad, 2008. Perencanaan Pembelajaran PAI. (Jember: Madania Center Pres,2008), h. 72.

(10)

fenomena tersebut, pendidikan menjadi tumpuan bahkan tuntutan kemajuan masyarakat dalam lintasan zaman.2

Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan, dimana pendidikan merupakan sebuah tonggak kesuksesan bagi manusia. Namun berbicara pendidikan tidak lepas dengan yang namanya pembelajaran, sebab pembelajaran merupakan salah satu faktor kunci utama dalam mengefektifkan pendidikan.

Disisi lain, manusia bahu-membahu dan saling berpacu untuk melakukan perubahan, sehingga pembelajaran menjadi semakin penting peranannya untuk mengantarkan mereka pada terciptanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, bahkan boleh dikatakan pembelajaran merupakan kunci dari segala bentuk pendidikan dalam kemajuan hidup manusia sepanjang sejarah.

Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.3

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah, pendidikan adalah tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya adalah, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka

2 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h.9.

3 Umaedi, Manajemen mutu berbasis Sekolah / Madrasah (MMBS/M), (CEQM, 2004), h.1

(11)

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.4

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak (peserta didik) dalam pertumbuhan secara jasmani maupun maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa, artinya pendidikan adalah sebuah “bantuan” dalam bentuk proses transfer nilai-nilai, transfer pengetahuan, dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal.

Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.5

Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu

4Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 4.

5 Ibid , hal. 245

(12)

menciptakan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sekolah kurang menjamin masa depan anak yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan di muka, perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak.6

Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yang otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang dikotomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya seperti kehutanan, pertanian, koperasi dan pariwisata.

Otonomisasi sektor pendidikan kemudian didorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana prasarana, ketenagaan, maupun berbagai program pembelajaran yang direncanakan sekolah.7

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pengganti undang-undang nomor 2 tahun 1989. Salah satu isu penting dalam undang- undang tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam pengembangan sektor

6 Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2002), h.1

7 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokatis, (Jakarta: Kencana, 2004), h.37

(13)

pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada Pasal 4 Ayat 1 bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan. Demokratisasi pendidikan merupakan implikasi dari dan sejalan dengan kebijakan mendorong pengelolaan sektor pendidikan pada daerah, yang implementasinya di tingkat sekolah, baik rencana pengembangan sarana, dan alat ketanagaan, kurikulum serta berbagai program pembinaan siswa, semua diserahkan pada sekolah untuk merancangnya serta mendiskusikannya dengan mitra horizontalnya dari komite sekolah.8

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan suatu wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (nation character building). Masyarakat yang cerdas akan memberi kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia yang global.

Salah satu cara yang dapat digunakan oleh pendidik, untuk lebih memberikan pemahaman siswa, terhadap materi yang telah disampaikan adalah dengan cara memberikan contoh, serta dengan cara mempraktikkan suatu teori yang telah diterima pada saat pembelajaran.

8 Ibid, h. 265

(14)

Dalam dunia pembelajaran, suatu praktik yang diterapkan setelah materi atau teori telah tersampaikan dikenal dengan istilah demonstrasi.

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah seorang guru atau siswa memperlihatkan hasil dari materi atau teori yang telah ia pelajari, misalnya menerapkan dari materi akhlak terpuji, maka siswa mempraktikkan salah satunya, adalah mengenai tata cara bertamu yang benar.9

Para manajer pendidikan dan guru dituntut untuk memperkaya wawasannya tentang manajemen terutama manajemen pembelajaran baik itu pada fungsi manajerial ataupun operasional, agar tercipta keteraturan penyelenggaraan kembali di lembaga tersebut. Untuk menambah wawasan manajemen ini di perlukan langkah-langkah yang harus di tempuh seperti mengikuti pelatihan-pelatihan manajemen pembelajaran, Lokakarya tentang manajemen pembelajaran, seminar-seminar manajemen pembelajaran, membaca bahan pustaka tentang manajemen pembelajaran.

MTsN Bondowowso 1 merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso. Di lembaga tersebut memiliki peminat terbanyak, oleh karena lembaga pendidikan tersebut menerapkan kedisiplinan dan kerapian sekolah yang baik. Output MTsN Bondowowso 1 dinilai baik dimata masyarakat karena standart kelulusan dan keterampilan yang dimiliki lulusannya berkualitas baik.

Dengan mengkaji menejemen pembelajaran tersebut diatas, diharapkan peneliti bisa mengungkapkan temuan- temuan penelitian yang ada pada MTsN

9 Hasibuan dkk, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Rosda Karya, 2010), h. 29.

(15)

Bondowowso 1, sebab secara strategis MTsN Bondowowso 1 tidak sama dengan MTs. Negeri yang lainnya yang berada pada pusat keramaian atau ditengah kota, sehingga inilah salah satu yang menjadi daya tarik peneliti dalam melukakan penelitian di MTsN Bondowowso 1 walaupun bukan faktor pendorong satu-satunya dalam penelitian, Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji ’’Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTsN Bondowowso 1 Tahun Pelajaran 2016-2017”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu istilah khas, dalam dunia ilmiah.

Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif melakukan aktifitasnya untuk memperoleh pengetahuan, sejumlah informasi, atau cerita yang rinci tentang subyek dan latar sosial penelitian.

Menurut tim IAIN, penelitian merupakan pusat dalam pelaksanaan penelitian, untuk peneliti sengaja merumuskan permasalahan secara jelas dan operasional.10 Di dalam setiap penelitian selalu bertitik tolak dari masalah yang harus di hadapi dan perlu di pecahkan. Hal ini untuk mencegah polarisasi penafsiran yang ada dalam penelitian. Masalah merupakan bagian dari kebutuhan seseorang yang harus dipecahkan. Seseorang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.11 Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1?

10 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN, 2016), h. 9.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 25.

(16)

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1?

3. Bagaiman evaluasi pembelajaran dalam peningkatan mutu di MTsN Bondowoso 1?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi bahwa penelitian itu bertujuan untuk menemukan, mengembangkan maupun menguji kebenaran suatu pengetahuan.12 Sedangkan menurut buku pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Jember disebut “ tujuan pokok penelitian adalah memecahkan masalah - masalah sebagaimana dirumuskan sebelumnya. Untuk itu perumusan masalah hendaknya tidak menyimpang dari usaha memecahkan masalah dalam penelitian tersebut”.13

Berdasarkan rumusan masalah di atas dan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengaetahui proses pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Bondowoso 1.

3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran dalam peningkatan mutu di MTsN Bondowoso 1.

12 Sutrisno Hadi, Metodelogi Reseach, jilid 1,(Yogyakarta: Andi Offset, 1993), h. 3.

13 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN, 2016), h. 10.

(17)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian, unsur manfaat merupakan suatu hal yang urgen, sebab meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan tenaga, waktu dan biaya, untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.14

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian harus mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Maka dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak objek yang dijadikan penelitian serta pihak lain yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Lembaga di MTsN Bondowoso 1, agar dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut. dan juga sebagai dasar untuk mengambil kebijakan di masa yang akan datang.

2. Siswa, untuk menumbuhkan motivasi bagi siswa agar semakin meningkatkan prestasi.

3. Peneliti sendiri, sebagai penambah pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan pembelajaran.

14 Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, h. 28.

(18)

E. Definisi Istilah

1. Manajemen Pembelajaran

Manajemen adalah merupakan serangkaian proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan organisasi agar tujuan organisasi dapat mencapai secara efektif dan efisien.15

Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu asal kata dari manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabungkan menjadi satu yaitu Managere yang mempunyai arti menangani. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris manajemen yang mempunyai arti dalam bahasa Indonesia manajemen atau pengelolaan16.

Manajemen mempunyai banyak perkembangan dan pengertian dalam konteks manajemen dengan melihat objek pokok permasalah yang kemudian akan dilakukan. Dalam Ensyclopedia of the Social Science terdapat tentang definisi manajemen yaitu the proses, by which the exsytion of a given purpose is put into operastion and supporvited dalam bahasa kita manajemen adalah proses dengan melaksanakan dari pada suatu tujuan tertentu di selenggarakan dan diawasi17.

15Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1988). Hal: 189

16. Husaini Usman, Manaejemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan. (Jakarta Timr: PT. Bumi Aksara, 2008), 4.

17. J. Panglaykim dan Hazil Tanzil.”Manajemen Suatu Pengantar”, (Jakarta Timur : Ghalia Indonesia), 1991.

(19)

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.18

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontek pendidikan, guru mengajar supaya siswa dapat belajar dan menguasai isi materi hingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek efektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang siswa. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru.

Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dan siswa.

Pembelajaran asal katanya adalah belajar, belajar adalah sebagai perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap di anggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan19. Yang dimaksudkan pembelajaran di sini adalah suatu kegiatan untuk merubah tingkah laku yang diusahakan oleh 2 belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik, sehingga terjadi komunikasi 2 arah.

Jadi Manajemen pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yaitu kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi siswa pada proses pembelajar meliputi: “merencanakan

18Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57.

19 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : Ictiar Baru – Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, t.t), hlm. 435

(20)

program belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, menilai proses dan hasil, serta mengembangkan manajemen kelas.

Disisi lain, Pada bidang pembelajaran diharapkan guru dapat memanajemen pembelajaran dengan menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik minat siswa terhadap materi belajar.

Model pembelajaran pada salah satu pembelajaran keagamaan misalnya, diharapkan mampu memberikan makna materi keagamaan kepada siswa.

2. Mutu Pendidikan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).20

Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik.

Berdasarkan keriteria intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal.21

Dalam arti kata yang luas pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses sepanjang hayat yang mementingkan seseorang memungkinkan untuk mengembangkan kapasitas dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan.22

Pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk anak didik untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani

20 Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, depdikbud, kamus besar bahasa Indonesia, (jakarta Balai Pustaka,1999) cet.10, h.677

21 Oemar hamalik, Evaluasi kurikulum,( Bandung: Remaja Rosda Karya,1990) cet.ke 1 h.33.

22 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000) h. 2

(21)

maupun rohani, dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.

Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.23

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab Satu: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan definisi operasional.

Bab Dua: Kajian Pustaka, meliputi: manajemen pembelajaran (pengertian manajemen dan mutu pendidikan, aspek- aspek manajemen pembelajaran, prinsip- prinsip manajemen pembelajaran, manfaat manajemen pembelajaran, hubungan manajemen dan sekolah, peran masyarakat bagi sekolah peran sekolah bagi masyarakat,

23 Umaedi, Manajemen mutu berbasis Sekolah/ Madrasah (MMBS/M), CEQM,2004 h.1

(22)

manfaat dan hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat.

Bab Tiga: Metode penelitian: Jenis penelitian, Sumber data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.

Bab Empat: Laporan Hasil Penelitian, meliputi: (A) Latar Belakang Objek: Sejarah singkat MTsN Bondowoso 1 dan Misi MTsN Bondowoso 1 Organisasi MTsN Bondowoso 1, Struktur Kurikulum (B) Penyajian dan Analisis Data:

Implementasi Program Akselerasi (Percepatan), Faktor pendukung dan penghambat dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTsN Bondowoso 1.

Bab Lima: Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Saran.

(23)

KRANGKA TEORITIS

A. Kajian Kepustakaan a. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkenaan dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan ada Madrasah Tsanawiyah, menurut pendapat penulis sejauh ini belum pernah dilakukan. Namun, untuk memperoleh gambaran tentang posisi masalah yang diteliti dengan masalah yang telah diteliti sebelumnya, dilakukan analisis terhadap hasil-hasil kajian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu; penelitian Yusuf Bachtiar dengan judul: ”kesiapan implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) di kota dan kabupaten Bandung,”24. Penelitian Ahmad Kosasi dalam disertasi yang berjudul:

manajemen peningkatan mutu pendidikan (strategi peningkatan kinerja kepala sekolah dan guru melalui MKKS dan MGMP dalam pembelajaran pada SMP Negeri Kabupaten Garut.25 Penelitian Ahmad Santoso dengan judul: ”pengawas internal dengan Model ‘Patok Dunga’ di SMU Puragahaya Bandung”.26

Dalam penelitian tersebut banyak memaparkan focus penelitian terkait dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan, disisi lain

24 Tesis Yusuf Bachtiar, 2001, Kesiapan Implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS), Program Pasca sarjana UPI Bandung.

25 Desertasi Ahmad Kosasi, 2010, Manajemen peningkatan mutu pendidikan (starategi peningkatan kinerja kepala sekolah dan guru melalui MKKS dan MGMP dalam pembelajaran pada SMP Negeri Kabupaten Garut, Program Pasca Sarjana.

26 Penelitian Ahmad Santoso Tahun 2002, pengawas internal dengan Model ‘Patok Dunga’ di SMU Puragahaya Bandung.

(24)

dari penelitian sebelumnya lebih mengarah pada implementasi manajemen pendidikan berbasis sekolah dalam meningkatkan pembelajaran secara umum. Namun penelitian ini kurang mengungkapkan sisi operasionalisasi yang berkonsentrasi pada manajemen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran secara khusus. Sehingga peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih mendalam dari teori-teori tersebut.

Berawal dari hal tersebut diatas, peneliti merasa tertarik ingin mengkaji ulang tentang manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran di MTsN Bondowoso 1, peneliti merasa terpanggil karena sebagai mahasiswa yang konsentarsinya pada bidang Menejemen Pendidikan Islam.

b. Kajian teori

1. Manajemen Pembelajaran a. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu asal kata dari Manus yang berarti tangan dan Agere yang berarti melakukan.

Kata-kata itu digabungkan menjadi satu yaitu Managere yang mempunyai arti menangani. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris manajement yang mempunyai arti dalam bahasa Indonesia manajemen atau pengelolaan27.

Manajemen mempunyai banyak perkembangan dan pengertian dalam konteks manajemen dengan melihat objek pokok

27. Husaini Usman, Manaejemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan. (Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara, 2008), 4.

(25)

permasalah yang kemudian akan dilakukan. Dalam Encyclopaedia of the Social Science terdapat tentang definisi manajemen yaitu the proses, by which the exsytion of a given purpose is put into operastion and suporvited dalam bahasa kita manajemen adalah proses dengan melaksanakan dari pada suatu tujuan tertentu di selenggarakan dan diawasi28.

Oleh karena itu, dari istilah manajemen yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum adanya keseragaman. Akhirnya dari sebuah teori yang muncul dalam istilah manajemen, disini manajemen menurut George R.

Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.

Bila kita perhatikan dari definisi diatas, maka akan segera tampak bahwa ada tiga pokok penting dalam definisi tersebut.

Pertama, adanya tujuan yang ingin dicapai. Kedua, tujuan ingin dicapai dengan mempergunakan orang lain. Ketiga, kegiatan- kegiatan orang lain itu harus di bimbing dan diawasi29.

Dalam hal ini, aspek manajemen sebagaimana diungkapkan Everard dan Morris adalah menyusun arah, tujuan dan sasaran.

Orientasi cita-cita yang jelas merupakan pusat bagi pendekatan- pendekatan teoritis dalam manajemen pendidikan yang bertujuan

28. J. Panglaykim dan Hazil Tanzil.”Manajemen Suatu Pengantar”, (Jakarta Timur : Ghalia Indonesia), 1991.

29. M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2008), 3- 4.

(26)

untuk memfasilitasi pembelajaran sebagai sebuah proses pembelajaran30.

Dari berbagai banyak kalangan yang mendifinisikan dan fungsi manajemen, disini fungsi manajemen dalam teorinya George R. Terry adalah Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling31.

1) Planning

Perencanaan pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif32 mengenai sasaran dan cara- cara yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang guna untuk mencapai yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Proses adalah hubungan tiga kegiatan yang berurutan yaitu menilai situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan datang), dan menentukan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan33.

Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai pada rumusan yang lebih rumit. Ada yang merumuskan dengan sangat sederhana, misalnya perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil

30. Toniy Bush dan Marianne Coleman. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.(Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), 20.

31. M. Manullang. Dasar-Dasar Manajemen ( Yogyakarta : Gadjah Muda University Press, 2006), 8.

32. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer. (Yogyakarta : Arkola Surabaya, 1994), 23. Alternatif adalah Kemungkinan, pilihan dan cadangan

33. Husaini Usman, Manejemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta Timur : Sinar Grafika Offset, 2008), 61.

(27)

yang diinginkan. Pembatasan yang agak kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai.

Sesungguhnya fungsi perencanaan sudah termasuk di dalamnya penetapan Budget. Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan, Policy, Prosedur, Budget, dan program dari suatu organisasi. Jadi, dengan fungsi planning termasuk Budgetting yang di maksudkan fungsi manajemen dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, menetapkan peraturan- perturan dan pedoman-pedoman pelaksanaan yang harus dituruti34.

Planning yang mempunyai arti memilih dan menghubung- hubungi kenyataan dalam kita membayangkan dan merumuskan tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dari perumusan diatas dapat kita tarik kesimpulan. 35 a. Perencanaan harus didasarkan pada kenyataan, pada data dan

keterangan yang konkrit tidak pada “bagaimana maunya kita”

keinginan dan sebagainya.

b. Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imaginasi dan kesanggupan melihat ke depan.

c. Perencanaan mengenai zaman datang dan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan jika ada rintangan-rintangan tiba-tiba muncul atau kesulitan yang mengganggu kelancaran usaha.

34. M. Manullang. Dasar-Dasar Manajemen ( Yogyakarta : Gadjah Muda University Press, 2006), 9-10

35. J. Panglaykim dan Hazil Tazil. Manajemen Suatu Pengantar. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), 78-79

(28)

2) Organizing

Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia dilahirkan kedua, ia menjadi anggota organisasi genetis yang disebut dengan anggota organisasi keluarga. Bahkan organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan karena kelahiran kita juga dari hasil perkawinan.

Organisasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia berhubungan dengan organisasinya. Walaupun pengelaman organisasi ada yang menyenangkan dan juga ada yang menjengkelkan, ada yang positif dan juga ada yang negatif. Tetapi manusia tetap memerlukan organisasi. Adanya pertentangan ini sebagai konsekuensi bahwa manusia pada hakekatnya tidak sama atau penuh dengan perbedaan.

Organisasi berasal dari bahasa latin Organum yang berarti alat, bagian, anggota badan. Menurut Stoner dan Freeman adalah Struktur Birokrasi36.

Dengan organizing yang dimaksud mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing- masing unit tersebut.

36. Husaini Usman, Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta Timur : Sinar Grafika Offset, 2008), 141.

(29)

Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang- orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan mencapai terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu37.

3) Actuating

Dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan, tentunya manajemen haruslah dirumuskan secara serius. Dari perencanaan yang kemudian terorganisir terhadap rekrutmen atau pembagian bidang masing-masing. Maka pelaksanaan yang menjadi peran utama.

Actuating merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pelaksanaan tentang apa yang telah menjadi konsep atau rencana yang ditetapkan sebelumnya. Untuk mencapai tujuan dan hasil dari manajemen pelaksanaan menjadi peran utama dalam hal ini, karena keberhasilan dalam suatu organisasi ditentukan dengan pelaksanaan yang baik yang sesuai dengan tujuan utamanya.

Oleh karena itu, fungsi manajemen dalam actuating atau pelaksanaan suatu hal yang harus dipahami dengan baik oleh setiap individu organisasi atau lembaga pendidikan dalam menjalankan tugas untuk mencapai visi dan misinya.

37. M. Manullang. Dasar- Dasar Manajemen ( Yogyakarta : Gadjah Muda University Press, 2006),10.

(30)

4) Controlling

Pengendalian (Pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan. Pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian sehingga terjadilah sebagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembangan kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas.

Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Jadi, pengendalian lebih luas dari pada pengawasan38.

b. Pengertian pembalajaran

Belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dari hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku,

38. Husaini Usman, Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta Timur: Sinar Grafika Offset, 2008), 469.

(31)

keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.39

Dimyati dan Mudjiono yang dikutip Sagala menjelaskan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.40 sedangkan dalam UU sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.41

Proses pembelajaran semakin meminta perhatian dikalangan peminat dan ahli pendidikan dan keguruan, hal ini merupakan kebutuhan bahan keharusan bagi tenaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan mutu peserta didiknya.

Sehingga seorang pendidik dituntut menguasai potensi di bidang proses mengajar atau dalam istilah lain disebut sebagai proses pembelajaran.

Dalam konteks pengajaran pada dasarnya telah memuat konsep belajar dan mengajar serta interaksi belajar dan mengajar, sehubungan dengan maksud dan uraian diatas, maka ada beberapa dimensi yang cukup mendasar dalam keefektifan proses pembelajaran, diantaranya:

39 Nana Sudjana,CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989) hal.5

40 Syaiful Sagala, 2005. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta, h. 62.

41 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, h. 5.

(32)

1) Konsep pengajaran dedaktif, belajar dan teori belajar serta pengembangan kurikulum yang mendasari keberadaan interaksi dalam proses belajar.

2) Komponen-komponen pengajaran, bagian ini memuat pembahasan tentang tujuan pendidikan dan pengajaran peserta didik dan lain-lain.

3) Implementasi pengajaran yang titik beratnya pada dasar dan metode umum dari pengajaran.

4) Strategi pengajaran berpusat pada siswa, bagian ini memuat uraian tentang pusat pengalaman belajar.42

Dari keempat dimensi diatas, terbungkus rapi pada tiga poin yang akan mendukung dalam terlaksananya proses pembelajaran yang ada, diantaranya:

1) Perencanaan Pembelajaran 2) Pelaksanaan Pembelajaran 3) Evaluasi Pembelajaran43

a. Perencanaan Pembelajaran

Pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks, oleh sebab banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat didalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pengajaran adalah usaha untuk membentuk manusia yang baik. Dan kegagalan pengajaran merupakan

42 Syaiful Bahri Djamarah,2000. guru dan anak didik dalam interaksi edukatif .jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 25.

43 Abdul Majid, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h. 78

(33)

sebuah perusak bagi generasi masyarakat di masa yang akan datang.44

Perencanaan pembelajaran merupakan hakekat proyeksi tentang apa yang akan dilakukan, dengan demikian maka perencanaan pembelajaran adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.45

Adapun beberapa komponen dalam perencanaan pembelajaran meliputi:

1) Merumuskan Tujuan

Sebelum mengajar, haruslah dijelaskan di dalam perencanaan pengajaran adalah tentang tujuan-tujuan apakah yang akan dicapai bersama murid secara khusus dan riil, seorang pendidik atau pembimbing harus mampu mengungkapkan tujuan itu dari sudut kepentingan murid.

Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Hasil pencapaiannya berwujud anak didik secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berfikir dan keterampilan teknologinya.46

Menurut Gronlund, sebagaimana dikutip oleh Harjanto47 bahwa tujuan instruksional itu dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan intruksional

44 Harjanto,1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 135.

45 Abdul Majid, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h. 89.

46 Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, h. 26.

47 Harjanto,1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 86.

(34)

khusus. Tujuan intruksional umum adalah hasil belajar yang diharapkan, dan dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas.

Tujuan intruksional umum merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat umum. Sedangkan tujuan intruksional khusus adalah hasil belajar yang diharapkan dan dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.

Tujuan intruksional tersebut adalah berbentuk tingkah laku, rumusan perilaku dalam tujuan intruksional umum masih bersifat umum, sedangkan pada tujuan intruksional khusus merupakan rumusan khusus dan dapat diukur, sehingga menggambarkan tentang kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik setelah belajar mengajar.

2) Menetapkan Materi

Dalam perencanaan pengajaran, materi yang perlu ditetapkan dalam langkah ketiga (setelah perumusan tujuan dan penyusunan alat evaluasi).48

Menurut Harjanto materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran

48 Ibrahim,2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 101.

(35)

(kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan.49

3) Perencanaan Metode

Para tokoh pendidikan telah sepakat bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.50

Dalam menggunakan media pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya hubungannya dengan masalah proses belajar mengajar harus berdasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif. Sebab penggunaan media pendidikan tidak sekedar menampilkan program pembelajaran ke dalam kelas karena harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Untuk memenuhi tujuan tertentu pasti ada media yang baik. Misalnya jika anda ingin agar murid anda mempunyai pengalaman dramatis perihal suatu peristiwa sejarah tertentu, maka rekaman merupakan medium yang baik, jika anda ingin menunjukkan bentuk berenang yang baik, maka film adalah pilihan yang terbaik.51

49 Harjanto,1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 222.

50 Ibid, h. 243.

51 Tresna Sastrawijaya.1991. Pengembangan Program Pengajaran. PT. Rineka Cipta, h. 103.

(36)

4) Perencanaan Evaluasi

Evaluasi adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran . 52

Menurut Zaini evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.

Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar.

Feed Back atau umpan balik diberikan melalui tes- tes formatif, bahan pelajaran dibagi dalam satuan pelajaran, bahan pelajaran satu bab atau bahan yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Evaluasi hasil pencapaian siswa dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Tes formatif dapat diadakan setiap saat baik pada saat proses belajar-mengajar, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa mampu menerima apa yang disajikan guru, sehingga guru dapat mengetahui apakah materi tersebut sesuai dengan kemampuannya.53

52 Ibid, Harjanto, h. 277.

53 Syaiful Sagala. 2005. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta, h. 164.

(37)

b. Melaksanakan Pembelajaran

Pengajaran yang efektif berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan, terarah berdasarkan perencanaan yang matang. Pelaksanaan pengajaran merupakan hal terpenting dalam proses pembelajaran, sebab dalam pelaksanaan ini menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

a. Membuka Pelajaran

Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan interaksi edukatif untuk menciptakan pra-kondisi bagi anak didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada bahan yang akan dipelajarinya, sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.54

54 Syaiful Bahri Djamarah, 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, h. 139.

(38)

b. Menyampaikan Materi

Bahan atau materi pelajaran pada hakikatnya adalah isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan.55

Bahan yang akan diberikan kepada anak didik harus diseleksi terlebih dahulu dan disesuaikan dengan tingkat penguasaannya, bukan memberi bahan pelajaran yang sukar diterima dan dicerna oleh anak didik.

c. Penerapan Metode

Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada murid.56

d. Penggunaan Media

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, perangsang pikiran, perhatian, dan kemauan murid yang dapat mendorong proses belajar- mengajar. Sedangkan menurut Zaini media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong murid untuk belajar.

55 Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta, h. 42.

56 Muhibbin Syah,. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h. 201.

(39)

e. Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan murid, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.57

Dalam menutup pelajaran, upaya yang dilakukan guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan belajar-mengajar. Usaha dalam menutup pelajaran ini dimaksudkan agar seorang murid dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajarinya, serta mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

c. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pengajaran merupakan suatu komponen dam sistem pengajaran, sedangkan sistem pengajaran itu sendiri merupakan implementasi kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar dikelas. Dari beberapa peran evaluasi cukup relevan dalam rancangan kurikulum dan pengajaran karena evaluasi memiliki tinjauan penting dalam

57 Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta : Prenada Media, h. 173.

(40)

menyelaraskan serta menjadikan bagian integral dalam proses pembelajaran.58

Disisi lain evaluasi merupakan pengukuran tercapainya program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kualitas kemampuan pendidik, pengelolaan pendidikan serta reformasi secara keseluruhan.

Evaluasi juga bisa disebut sebagai penilaian, guna untuk mengetahui sejauh mana proses perencanaan yang selama ini sudah dirancangkan dalam dunia pendidikan. Sehingga penilaian dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat signifikan sebagai barometer pendidikan dan pengajaran yang ada di negara Indonesia.

Kegiatan penilaian, yaitu suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar).59

Menurut Sudjana lingkup sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok, yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan penilaian hasil-hasil belajar.60

58 Ibid, Hamalik, 2007, h. 145.

59 Nana Sudjana, 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h.

2

60 Ibid, h. 1.

(41)

1) Penilaian Hasil

Pada umumnya penilaian hasil pembelajaran, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif telah dilaksanakan oleh guru melalui pertanyaan lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes formatif).

Demikian juga tes sumatifnya dilakukan pada akhir program seperti akhir kuartal dan akhir semester penilaian diberikan terhadap peserta didik untuk menentukan kemajuan belajarnya.61

Penilaian yang dimaksudkan diatas, adalah penilaian yang memiliki dua pandangan, yakni pandangan yang bersifat objektif dan pandangan yang bersifat subjektif, sehingga dari penilaian ini benar-benar mampu mengukur sejauh mana serapan materi yang telah disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik.

Di sisi lain, dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian hasil adalah penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengetahui beberapa hambatan- hambatan yang terjadi pada peserta didik selama proses belajar-mengajar berlangsung.

61 Ahmad Rohani. 2004. Media instruksional edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h.178.

(42)

2) Penilaian Proses

Penilaian terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri.

Artinya, penilaian harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Penilaian proses bertujuan menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.62

Penilaian terhadap proses belajar-mengajar memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam menentukan penilaian hasil belajar. karena Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan pengajaran (instruktional) oleh para siswa, maka tujuan penilaian proses belajar mengajar akan lebih ditekankan kepada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi keefektifan produktivitasnya dalam proses pembelajaran.63

Oleh karena itu untuk penilaian proses dalam pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tes, tetapi digunakan bentuk-bentuk non tes seperti observasi, dokumenter, dan lain-lain. Pada saat ini penilaian yang

62 Ahmad Rohani. 2004. Media instruksional edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, h.168.

63 Nana Sudjana, 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, h.

57.

(43)

diberlakukan adalah penilaian dalam bentuk tertulis, penilaian kinerja, portofolio, dan lain sebagainya.

Dari konsep penilaian ini akan bermuara pada sebuah tujuan pendidikan yang ideal dan sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia, disisi lain akan menghasilkan out put peserta didik yang memiliki prestasi Marketable yakni mampu menerka situasi dan kondisi yang ada, sesuai dengan berputarnya zaman.

2. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan a. Pengertian Mutu

Pengertian mengenai mutu pendidikan mengandung makna yang berlainan. Namun, perlu ada suatu pengertian yang operasional sebagai suatu pedoman dalam pengelolaan pendidikan untuk sampai pada pengertian mutu pendidikan, kita lihat terlebih dahulu pengertian mutu pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajad (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).64

Menurut Oemar Hamalik, Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar.65

64 Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta Balai Pustaka,1999) cet.10, h.677

65 Oemar hamalik, Evaluasi kurikulum,( Bandung: Remaja Rosda Karya,1990) cet.ke 1 h.33.

(44)

Korelasi mutu dengan pendidikan, sebagaimana pengertian yang dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad, Mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien tehadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/ standar yang berlaku.66

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bicara pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman. Oleh karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan masyarakat.

b. Indikator Mutu

Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur mutu pendidikan yaitu:

a. Hasil akhir pendidikan

b. Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan. Misalnya tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap.

c. Proses pendidikan

d. Instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa)

66 Dzaujak Ahmad, Penunjuk Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah Dasar, (Jakarta:

Depdikbud 1996), h.8

(45)

e. Raw input dan lingkungan.67

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya). Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN, dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain misalnya dalam cabang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang seperti suasana disiplin. Keakraban, saling menghormati dan sebagainya.

Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input. Seperti: bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah dukungan administrasi dan sarana prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun

67 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor- faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, (Jakarta, PT. Sindo, 1994) h. 390

(46)

yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Adapun instrumental input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa) seperti guru yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah untuk maju, menguasai ajar dan metode mengajar yang tepat, kreatif, dengan ide dan gagasan baru tentang cara mengajar maupun materi ajar, membangun kinerja dan disiplin diri yang baik dan mempunyai sikap positif dan antusias terhadap siswa, bahwa mereka mau diajar dan mau belajar. Kemudian sarana dan prasarana belajar harus tersedia dalam kondisi layak pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga sesuai dengan kebutuhan, media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan sumber dana, budgeting, kontrol dengan pembukuan yang jelas. Kurikulum yang memuat pokok-pokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, realistik, sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi. Tidak kalah penting metode mengajar pun harus dipilih secara variatif, disesuaikan dengan keadaan, artinya guru harus menguasai berbagai metode.

Begitu pula dengan raw input dan lingkungan, yaitu siswa itu sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap penyelenggaraan pendidikan, selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar anak di rumah maupun di sekolah.

(47)

3. Langkah-langkah peningkatan Mutu Pendidikan

Upaya perbaikan pada lembaga pendidikan tidak sederhana yang dipikirkan karena butuh perbaikan yang berkelanjutan, berikut ini langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

a. Memperkuat Kurikulum

Kurikulum adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai, keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan- perubahan sosial yang terjadi. Saat ini, memang telah dilakukan upaya-upaya untuk semakin meningkatkan relevansi kurikulum dengan melakukan revisi dan uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum uji coba tersebut didasarkan pada pendekatan yaitu: (1) penguasaan aspek kognitif dalam bentuk kemampuan, (2) penguasaan aspek afektif yang lebih komprehensif, dan (3) penguasaan aspek keterampilan dalam bentuk kapasitas profesional.

Kompetensi itu hendaknya dapat membentuk suatu kapasitas yang utuh dan komprehensif sehingga tidak diredusir menjadi keterampilan siap pakai. Michael dan Charles Quengly mengemukakan kompetensi yang berada dalam suatu keutuhan dan komprehensif dengan kapasitas lainnya. Kompetensi

(48)

mensyaratkan tiga elemen dasar yaitu basic, knowledge, skill (intellectual skill, participation skill), and disposition. Melalui proses pembelajaran yang efektif, dari tiga elemen dasar ini dapat dibentuk kompetensi dan komitmen untuk setiap keputusan yang diambil. Kapasitas ini harus menjadi muatan utama kurikulum dan menjadi landasan bagi pengembangan proses pembelajaran dalam rangka pembentukan kompetensi.68 b. Memperkuat Kapasitas Manajemen Sekolah

Dewasa ini telah banyak digunakan model-model dan prinsip-prinsip manajemen modern terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan.

Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan.

Salah satu model yang diadopsi adalah School Based Management Dalam rangka desentralisasi di bidang pendidikan, model ini mulai dikembangkan untuk diterapkan.

Diproposisikan bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS):

(1) akan memperkuat rujukan referensi nilai yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, (2) memperkuat partisipasi masyarakat dalam keseluruhan Kegiatan pendidikan, (3) memperkuat preferensi nilai pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun kelembagaan, dan (4) memperkuat dan mempertinggi kebermaknaan fungsi kelembagaan sekolah.69

c. Memperkuat Sumber Daya Tenaga Kependidikan

1) Memperkuat Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan

68 Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M) CEQM, 2004, h.32.

69 Ibid, h. 35.

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

Keistimewaan Sistem Da Vinci adalah tangan robot yang dikendalikan sebuah remote control sehingga dapat membuat beberapa seri irisan- irisan kecil untuk menggantikan

Puji Tuhan P enulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Kekuatan Pembuktian Tindak Pidana E-commerce Berbasis Nilai Keadilan ” dengan lancar.. Skripsi ini

KETUJUH : Harga Ekspor untuk penghitungan Bea Keluar untuk produk campuran dari dua atau lebih jenis barang yang dikenakan Bea Keluar sebagaimana dimaksud dalam

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Koreksi Aritmatik Nomor : 05/PHP PTS/umpo/2013 tanggal 20 Juli 2013, maka ditetapkan urutan dari penawaran terendah untuk pekerjaan

DIMENSI RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN) PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLANNING) Waktu Pembentukkan organisasi baru (organisasi, produk, ataupun jasa) Pengembangan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan poliklinik adalah tingkat baik buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas rumah