• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dimensi-dimensi kepuasan pelayanan dengan loyalitas merek dari konsumen mahasiswa di kedai mie ayam Palembang Afui.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara dimensi-dimensi kepuasan pelayanan dengan loyalitas merek dari konsumen mahasiswa di kedai mie ayam Palembang Afui."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI-DIMENSI KEPUASAN PELAYANAN DENGAN LOYALITAS MEREK DARI KONSUMEN MAHASISWA DI

KEDAI MIE AYAM PALEMBANG AFUI

MT. Ghea Kuncahyani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dimensi-dimensi Kepuasan Pelayanan dan Loyalitas Merek dari konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang Afui. Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen mahasiswa dari Kedai Mie Ayam Palembang Afui yang sudah pernah membeli minimal lima kali dan berusia 18-25 tahun dengan jumlah subjek 222 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara masing-masing dimensi Kepuasan Pelayanan dan Loyalitas Merek. Data diambil dengan menggunakan Skala Kepuasan Pelayanan yang terdiri dari 5 dimensi dan Skala Loyalitas Merek menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari Skala Kepuasan Pelayanan yang terdiri dari dimensi Tangibles α = 0,831, dimensi

Reliability α = 0,773, dimensi Responsiveness α = 0,840, dimensi Assurance α = 0,850, dan dimensi Empathy α = 0,740 dan Reliabilitas Skala Loyalitas Merek adalah α = 0,930. Analisis data dengan menggunakan teknik Spearman Rho Correlation menunjukkan: 1)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Tangibles dan Loyalitas Merek (r = 0,331, p=0,000). 2)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Reliability dan Loyalitas Merek (r = 0,386, p=0,000). 3)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Responsiveness dan Loyalitas Merek (r = 0,420, p=0,000). 4)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Assurance dan Loyalitas Merek (r = 0,431, p=0,000). 5)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Empathy dan Loyalitas Merek (r = 0,280, p=0,000).

(2)

THE CORRELATION BETWEEN DIMENSIONS OF SERVICE SATISFACTION AND THE BRAND LOYALTY OF STUDENT

CONSUMER AT KEDAI MIE AYAM PALEMBANG AFUI

MT. Ghea Kuncahyani

ABSTRACT

The aim of this research was to examine the correlation between the five dimensions of service satisfaction and the brand loyalty of consumer at Kedai Mie Ayam Palembang Afui. 222 college students were asked to fill Service Satisfaction Questionnaire and Brand Loyalty Questionnaire. The criterion of the subject is college students (18-25 years old) that had bought the product at least five times. The hypothesis was there are positive correlation between all the dimensions of service satisfaction and the brand loyalty of consumer at Kedai Mie Ayam Palembang Afui. The reliability of Service Satisfaction Questionnaire were (1)Tangible dimension was 0.831; (2)Reliability dimension was 0.733; (3)Responsiveness dimension was 0.840; (4)Assurance dimension was 0.850; (5)Empathy dimension was 0.740. Meanwhile, the reliability of Brand Loyalty Questionnaire was 0.930. Using correlation Spearman Rho showed that (1)there was significant positive correlation with sufficient category between tangibles dimension and brand loyalty (r = 0.331, p=0,000); (2)there was significant positive correlation with sufficient category between reliability dimension and brand loyalty (r = 0.386, p=0,000); (3)there was significant positive correlation with sufficient category between responsiveness dimension and brand loyalty (r = 0.420. p=0,000); (4)there was significant positive correlation with sufficient category between assurance dimension and brand loyalty (r = 0.431, p=0,000); (5)there was significant positive correlation with sufficient category between Empathy and brand loyalty (r = 0.280, p=0,000).

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI-DIMENSI KEPUASAN PELAYANAN DENGAN LOYALITAS MEREK DARI KONSUMEN MAHASISWA

DI KEDAI MIE AYAM PALEMBANG AFUI SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Di susun Oleh:

MT. Ghea Kuncahyani

119114039

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang sebelumnya pernah terjadi. -unknown-

Tidak bertindak karena menunggu hilangnya rasa malas, adalah bentuk kemalasan yang lebih parah lagi.

-unknown-

Ini hidupku. Aku penentu kebesaran hidupku. It is my decision and my action, or nothing at all!

(7)

v Skripsi ini saya persembahkan untuk

Sang pemberi segalanya, Tuhan Yesus Kristus

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI-DIMENSI KEPUASAN PELAYANAN DAN LOYALITAS MEREK DARI KONSUMEN MAHASISWA

DI KEDAI MIE AYAM PALEMBANG AFUI

MT. Ghea Kuncahyani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dimensi-dimensi Kepuasan Pelayanan dan Loyalitas Merek dari konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang Afui. Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen mahasiswa dari Kedai Mie Ayam Palembang Afui yang sudah pernah membeli minimal lima kali dan berusia 18-25 tahun dengan jumlah subjek 222 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara masing-masing dimensi Kepuasan Pelayanan dan Loyalitas Merek. Data diambil dengan menggunakan Skala Kepuasan Pelayanan yang terdiri dari 5 dimensi dan Skala Loyalitas Merek menggunakan teknik Likert. Reliabilitas dari Skala Kepuasan Pelayanan yang terdiri dari dimensi Tangibles α = 0,831, dimensi

Reliability α = 0,773, dimensi Responsiveness α = 0,840, dimensi Assurance α = 0,850, dan dimensi Empathy α = 0,740 dan Reliabilitas Skala Loyalitas Merek adalah α = 0,930. Analisis data dengan menggunakan teknik Spearman Rho Correlation menunjukkan: 1)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Tangibles dan Loyalitas Merek (r = 0,331, p=0,000). 2)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Reliability dan Loyalitas Merek (r = 0,386, p=0,000). 3)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Responsiveness dan Loyalitas Merek (r = 0,420, p=0,000). 4)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Assurance dan Loyalitas Merek (r = 0,431, p=0,000). 5)Terdapat hubungan positif signifikan dengan kategori cukup antara dimensi Empathy dan Loyalitas Merek (r = 0,280, p=0,000).

(10)

viii

THE CORRELATION BETWEEN DIMENSIONS OF SERVICE SATISFACTION AND THE BRAND LOYALTY OF STUDENT

CONSUMER AT KEDAI MIE AYAM PALEMBANG AFUI

MT. Ghea Kuncahyani

ABSTRACT

The aimed of this research was to examine the correlation between the five dimensions of service satisfaction and the brand loyalty of consumer at Kedai Mie Ayam Palembang Afui. 222 college students were asked to fill Service Satisfaction Questionnaire and Brand Loyalty Questionnaire. The criterion of the subject was college students (18-25 years old) that had bought the product at least five times. The hypothesis was there are positive correlation between all the dimensions of service satisfaction and the brand loyalty of consumer at Kedai Mie Ayam Palembang Afui. The reliability of Service Satisfaction Questionnaire were (1)Tangible dimension was 0.831; (2)Reliability dimension was 0.733; (3)Responsiveness dimension was 0.840; (4)Assurance dimension was 0.850; (5)Empathy dimension was 0.740. Meanwhile, the reliability of Brand Loyalty Questionnaire was 0.930. Using correlation Spearman Rho showed that (1)there was significant positive correlation with sufficient category between tangibles dimension and brand loyalty (r = 0.331, p=0,000); (2)there was significant positive correlation with sufficient category between reliability dimension and brand loyalty (r = 0.386, p=0,000); (3)there was significant positive correlation with sufficient category between responsiveness dimension and brand loyalty (r = 0.420. p=0,000); (4)there was significant positive correlation with sufficient category between assurance dimension and brand loyalty (r = 0.431, p=0,000); (5)there was significant positive correlation with sufficient category between Empathy and brand loyalty (r = 0.280, p=0,000).

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan

membimbing setiap proses pembuatan skripsi, sehingga sejak awal dapat berjalan

dengan lancar dan pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun tidak

dipungkiri bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami oleh penulis

selama proses pembuatan skripsi. Salah satu tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terlibat.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dosen Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si, selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Prof. A. Supratiknya., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberi masukan dan wejangan yang membangun ketika

pertemuan bimbingan KRS setiap awal semester.

4. Bapak Robertus Landung Eko P. M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang selalu membimbing dan semangat dalam proses penulisan skripsi.

Dosen yang juga memberi saran serta solusi ketika penulis mengalami

hambatan dalam penulisan skripsi.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajarkan dan

(13)

xi

sehingga penulis dapat menerapkan ilmu-ilmu tersebut dalam penulisan

skripsi ini.

6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas

Muji, dan Pak Gi) yang telah melayani, memberi berbagai informasi dan

membantu proses administrasi dalam penyelesaian skripsi.

7. Bapak Sukatmi selaku perwakilan dari pemilik Kedai Mie Ayam

Palembang Afui yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

sejak studi kasus hingga pengambilan data melalui kuisioner.

8. Teman-teman yang menjadi responden wawancara pra penelitian.

9. Mama dan papa, kak Aldhi, mbak Anche, dan keluarga besar lainnya yang

selalu setia mendoakan dan memberikan dukungan bagi penulis dari jauh

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Sahabat yang selalu sabar menjadi guru bagi penulis untuk memberi

bimbingan, bantuan, solusi, sekaligus sebagai pendengar curhat dalam

penulisan skripsi ini, Adhimulya Nugraha Putra.

11.Sahabat dan teman hidup dalam satu kos, yaitu Mak Putri yang selalu setia

untuk menjadi teman berbagi dalam proses pembuatan skripsi, berbagi

suka duka, dan berbagi makanan sehingga penulis selalu mampu untuk

tangguh dan tegar dalam menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabat sesama pejuang S.Psi yang selalu mampu untuk

menguatkan satu sama lain dan menjadi reminder bagi penulis ketika

(14)

xii

13.Ciwik-ciwik cantik, tangguh dan luar biasa bagi kehidupan penulis yang

selalu ada untuk memberikan dukungan bagi penulis: Ela, Bene, Bella,

Rere, Agnes, Martha, Bincik, dan Bapak Angga.

14.Para sahabat barista dari No27coffee, Mas Wanchild, Kak Kuncunk, Dek

Toothpick, Dek Bagus, Kaka Jojo, dan Bang Boncel yang tak kenal lelah

selalu mendukung dengan candaan sarkasm-nya agar penulis segera

menyelesaikan skripsi.

15.Teman baru, Momo yang sudah menjadi salah satu teman cerita jarak jauh

dan mendukung penulis untuk tidak menyerah dalam menyelesaikan

skripsi.

16.Seluruh teman-teman angkatan 2011 yang telah berjuang bersama selama

hampir lima tahun ini sejak masa kuliah aktif hingga masa penyelesaian

skripsi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi

banyak pihak. Selain itu, semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

(16)

xiv

A. Konsumen ... 9

B. Loyalitas Merek ... 9

1. Definisi Merek ... 9

2. Definisi Loyalitas Merek... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Merek ... 15

4. Aspek-aspek dalam loyalitas merek ... 18

C. Kepuasan Pelayanan ... 23

1. Definisi Kepuasan Pelayanan ... 23

2. Dampak Kepuasan Konsumen ... 25

3. Dimensi-dimensi Kepuasan Pelayanan ... 27

D. Mahasiswa ... 29

1. Tahap Peralihan dari Remaja menuju Dewasa... 29

2. Tahap Perkembangan Kognitif ... 30

E. Dinamika Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Dengan Loyalitas Konsumen Mahasiswa Di Kedai Mie Ayam Afui ... 32

F. Kerangka Penelitian ... 37

G. HIPOTESIS ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional ... 39

1. Kepuasan Pelayanan... 39

(17)

xv

D. Subjek Penelitian ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 41

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

1. Validitas ... 45

2. Seleksi Item ... 45

2.1. Skala Kepuasan Pelayanan ... 47

2.2. Skala Loyalitas Merek ... 48

3. Uji Reliabilitas ... 49

G. Metode Analisis Data ... 50

1. Uji Asumsi ... 50

1.1. Uji Normalitas... 50

1.2. Uji Linearitas ... 50

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV ... 52

A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

B. Deskripsi Data Penelitian ... 53

C. Hasil Analisis Data ... 56

1. Uji Asumsi ... 56

a. Uji Normalitas ... 56

b. Uji Linearitas ... 57

a. Dimensi Tangibles dan Loyalitas Merek ... 58

b. Dimensi Reliability dan Loyalitas Merek ... 59

(18)

xvi

d. Dimensi Assurance dan Loyalitas Merek ... 61

e. Dimensi Empathy dan Loyalitas Merek ... 62

2. Uji Hipotesis ... 62

D. Analisis Tambahan ... 68

E. Pembahasan ... 69

BAB V ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C. Saran ... 88

1. Bagi Pihak Kedai Mie Ayam Palembang Afui ... 88

2. Bagi Subjek Penelitian ... 89

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 89

(19)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Hubungan antara Dimensi Tangibles dan Loyalitas Merek

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sebaran Item dan Rancangan Skala Dimensi-Dimensi Kepuasan

Pelayanan Sebelum Uji Coba ... 43

Tabel 2 Sebaran Item dan Rancangan Skala Loyalitas Merek Sebelum Uji Coba ... 44

Tabel 3 Distribusi item Kepuasan Pelayanan setelah Uji Coba ... 47

Tabel 4 Distribusi item Kepuasan Pelayanan setelah Uji Coba ... 48

Tabel 5 Koefisien Alpha Cronbach Dimensi Kepuasan Pelayanan ... 49

Tabel 6 Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel ... 53

Tabel 7 Hasil Uji Nornalitas ... 57

Tabel 8 Hasil Uji Linearitas antara dimensi Tangibles dan Variabel Loyalitas Merek ... 58

Tabel 9 Hasil Uji Linearitas antara dimensi Reliability dan Variabel Loyalitas Merek ... 59

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas antara dimensi Responsiveness dan Variabel Loyalitas Merek ... 60

Tabel 11 Hasil Uji Linearitas antara dimensi Assurance dan Variabel Loyalitas Merek ... 61

Tabel 12 Hasil Uji Linearitas antara dimensi Empathy dan Variabel Loyalitas Merek ... 62

Tabel 13 Kriteria Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 14 Korelasi dimensi Tangibles dan variabel Loyalitas Merek ... 63

(21)

xix

Tabel 16 Korelasi dimensi Responsiveness dan variabel Loyalitas Merek ... 65

Tabel 17 Korelasi dimensi Assurance dan variabel Loyalitas Merek ... 66

Tabel 18 Korelasi dimensi Empathy dan variabel Loyalitas Merek ... 67

Tabel 19 Korelasi dimensi variabel Kepuasan Pelayanan dan variabel

Loyalitas Merek ... 68

Tabel 20 Nilai R Squared dari Kepuasan Pelayanan terhadap Loyalitas

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 96

Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item ... 113

Lampiran 3 Skala Final ... 128

Lampiran 4 Hasil Uji Beda Mean (Uji-t) ... 143

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 146

Lampiran 6 Hasil Uji Linearitas... 148

Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis ... 151

Lampiran 8 Hasil Analisis Tambahan ... 155

Lampiran 9 Blueprint Rancangan Item Skala Kepuasan Pelayanan ... 157

Lampiran 10 Blueprint Rancangan Item Skala Loyalitas Merek ... 167

Lampiran 11 Gambar Uji Normalitas dan Scaterplot ... 175

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mie Ayam Palembang Afui merupakan merek dari sebuah kedai

mie di Yogyakarta yang setiap harinya selalu dipenuhi oleh banyak

konsumen mahasiswa (Achmad, ceritaperut.com, 2015; Jogja Rasa,

jogjarasa.com, 2014; Santap Jogja, santapjogja.com, tanpa tahun). Pada

dasarnya, pihak produsen sendiri memang menjadikan mahasiswa sebagai

target pasarnya (komunikasi pribadi, 5 Juni, 2015). Hal ini merupakan

salah satu strategi pemasaran yang dilakukan produsen agar dapat

memenangkan hati konsumen dan tidak kalah saing dengan produsen

sejenis lainnya (Peter & Olson, 2000). Peter dan Olson (2000) juga

menyatakan bahwa hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan utama dari

pemasaran yaitu agar mampu mendapatkan dan terus mempertahankan

loyalitas merek dari para konsumen.

Berdasarkan penuturan oleh pemilik (SK), paling tidak ada 800

konsumen yang datang untuk makan di Kedai Mie Ayam Palembang Afui

setiap harinya dan 90% didominasi oleh mahasiswa (komunikasi pribadi, 5

Juni, 2015). Kedai tersebut selalu ramai oleh konsumen, terutama

mahasiswa, akan tetapi pihak produsen belum mengetahui apakah para

konsumen mahasiswa tersebut benar-benar memiliki loyalitas terhadap

merek Mie Ayam Palembang Afui atau tidak (komunikasi pribadi, 5 Juni,

(24)

dan mempertahankan konsumen agar usahanya tetap bertahan hidup di

tengah persaingan dunia usaha yang semakin ketat saat ini (Peter & Olson,

2000). Menurut Sumarwan (2011: 391), loyalitas merek adalah sikap dan

perilaku positif yang melibatkan perasaan menyukai dan tindakan

pembelian ulang terhadap suatu merek yang sama, baik di masa sekarang

atau pun di masa mendatang. Loyalitas merek menjadi tujuan bagi para

produsen untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen agar

usahanya tetap bertahan hidup di tengah persaingan dunia usaha yang

semakin ketat saat ini (Peter & Olson, 2000).

Konsumen yang loyal terhadap suatu merek, tentu saja membawa

manfaat bagi produsennya. Soeling (2007; dalam Aryani & Febrina, 2010)

menunjukkan manfaat dari adanya loyalitas merek dalam pandangan

jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka pendek, loyalitas

merek akan menghasilkan keuntungan dari penjualan. Keuntungan

menjadi motif utama dari keberlangsungan sebuah bisnis, karena dengan

profit yang diperoleh maka roda perputaran bisnis akan terus bertahan,

variasi barang dan jasa akan semakin bertambah, serta produsen mampu

memperluas pasar yang dilayani. Pada jangka panjang, dengan

meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut maka

konsumen akan bersedia membayar dengan harga lebih tinggi, pelayanan

yang lebih murah, dan mereka juga bersedia untuk merekomendasikan ke

(25)

Penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Reichheld (1996; dalam Castaneda, 2010)

yang menunjukkan bahwa manfaat dari loyalitas merek diantaranya adalah

meningkatkan laba dari cross selling dan up selling, meningkatkan

konsumen baru yang disebabkan oleh komunikasi dari mulut ke mulut,

dan loyalitas juga mampu mengurangi biaya promosi untuk menarik

konsumen baru. Peter dan Olson (2000) juga menyatakan bahwa produsen

membutuhkan biaya enam kali lebih besar untuk menarik konsumen baru

dibandingkan dengan mempertahankan konsumen lama yang loyal.

Penelitian oleh Rosenberg dan Czepiel (1983; dalam Castaneda, 2010)

juga menunjukkan hal serupa, yaitu produsen merasa lebih mudah untuk

mendapatkan pemasukan dari konsumen lama dibandingkan pemasukan

dari konsumen baru.

Bedasarkan hasil wawancara terhadap keempat responden yang

merupakan kosumen mahasiswa dari Kedai Mie Ayam Palembang tersebut

(MS, MW, MAP, dan DA), mereka memiliki kecenderungan loyal

terhadap merek Mie Ayam Palembang Afui. Pernyatan keempat responden

ini sesuai dengan definisi dari loyalitas merek yang memiliki pendekatan

terhadap sikap dan perilaku konsumen. Berdasarkan pendekatan sikap,

mereka menyebutkan bahwa mereka merasa dekat dengan merek kedai

mie ini, menyukai menu yang ada dan menyukai untuk makan di tempat.

Selain itu, mereka juga memiliki keinginan untuk kembali lagi makan di

(26)

salah satunya dengan menggunakan pengukuran loyalitas merek paling

dasar yaitu berdasarkan jumlah kedatangan yang sudah lebih dari lima kali

(Brown dalam Assael, 1992).

Keempat responden sudah pernah datang untuk makan di kedai

mie ini lebih dari lima kali, namun frekuensi kedatangan per bulannya

berbeda-beda. MW dan MS mereka menyatakan bahwa frekuensi

kedatangan mereka mencapai tiga hingga empat kali dalam satu bulan.

Kedua subjek lainnya, yaitu MAP dan DA memiliki frekuensi kedatangan

yang tergolong lebih sedikit dibandingkan kedua responden sebelumnya,

yaitu paling tidak hanya satu kali dalam satu bulan. Berdasarkan penuturan

keempat responden tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

kelompok loyalitas merek, yaitu kecenderungan loyalitas merek yang

tinggi (MW dan MS) dan kecenderungan loyalitas merek yang rendah

(MAP dan DA) berdasarkan frekuensi kedatangan mereka setiap bulannya.

Sumarwan (2011) mengungkapkan bahwa loyalitas merek sangat

terkait dengan kepuasan atas pelayanan yang dirasakan oleh konsumen.

Kepuasan pelayanan merupakan salah satu faktor terbentuknya loyalitas

pada konsumen (Marconi, 1993). Parasuraman, Zeithaml, dan Berry

(1988) menyebutkan bahwa kepuasan pelayanan merupakan respon

emosional atas penilaian konsumen terhadap pelayanan yang diberikan

perusahaan. Pelayanan yang diberikan oleh pegawai dari sebuah

perusahaan akan memberikan kesan tersendiri terhadap kepuasan yang

(27)

Orias dan Marita (2014) yang menunjukkan bagaimana hubungan

kepuasan pelayanan karyawan pabrik dan pengecer terhadap loyalitas

merek dari konsumen yang merupakan pensiunan di Filipina. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsumen tersebut lebih merasa senang

dan puas bila mendapat pelayanan yang baik dari para karyawan.

Pelayanan baik ini diantaranya seperti sikap ramah, suka membantu,

peduli, dan melayani dengan kasih sayang kepada para konsumen,

kemudian para konsumen akan mengembangkan loyalitasnya terhadap

merek terkait.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Lupiyoadi dan

Hamdani (2006; dalam Aryanti & Rosita; 2010), yang menyatakan bahwa

kualitas pelayanan yang rendah akan menimbulkan ketidakpuasan pada

pelanggan, baik pelanggan yang makan di restoran tersebut dan juga

kepada oranglain. Hal ini dikarenakan, jika ada satu pelanggan yang

kecewa, kemudian pelanggan tersebut akan bercerita paling sedikit kepada

15 orang lainnya. Tentu saja hal ini akan berdampak kepada calon

pelanggan yang tidak akan memilih merek tersebut melainkan akan

menjatuhkan pilihannya kepada merek pesaing.

Para pegawai Kedai Mie Ayam Palembang Afui setiap harinya

selalu melayani minimal sebanyak 800 konsumen (komunikasi pribadi, 5

Juni, 2015). Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan bagaimana kepuasan

yang dirasakan oleh para konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh

(28)

pelayanan dapat dilihat melalui dimensi kualitas pelayanan menurut

Parasuraman dkk (1988) yang dirasakan oleh konsumen. Dimensi-dimensi

tersebut terdiri dari Tangiable (bukti langsung), Reliability (kehandalan),

Responsiveness (daya tanggap), Assurance (jaminan), dan Empathy

(empati). Hal ini merujuk kepada penelitian yang dilakukan oleh Danaher

dan Haddrell (1996; dalam Dean, 2001) dan Liljander dan Tore (1997)

menyebutkan bahwa pengukuran kepuasan pelayanan dapat dilakukan

secara langsung dengan melihat reaksi emosional atas kinerja aktual dari

dimensi pelayanan yang diterima oleh konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa Kedai Mie

Ayam Palembang Afui sebagai merek belum mengetahui bagaimana

loyalitas merek dari konsumen mahasiswa yang selalu memenuhi kedai

tersebut setiap harinya. Melalui hasil wawancara ditemukan bahwa adanya

kecenderungan loyalitas merek dari konsumen mahasiswa yang

ditunjukkan melalui sikap dan perilaku loyal mereka terhadap merek kedai

mie ayam ini. Loyalitas merek sangat terkait dengan kepuasan pelayanan

yang dirasakan oleh para konsumen, sedangkan keadaan di kedai mie ini

adalah para pegawai harus melayani banyaknya konsumen mahasiswa

bahkan mencapai 800 konsumen yang datang setiap harinya. Hal tersebut

yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk melihat apakah ada

hubungan antara dimensi-dimensi kepuasan pelayanan dengan loyalitas

(29)

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara dimensi-dimensi kepuasan pelayanan

dengan loyalitas merek dari konsumen mahasiswa di kedai Mie Ayam

Palembang Afui?

C. TUJUAN PENELITIAN

Peneliti hendak mengetahui apakah ada hubungan antara

dimensi-dimensi kepuasan pelayanan dengan loyalitas merek dari konsumen

mahasiswa di kedai Mie Ayam Palembang Afui.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan

tambahan dalam bidang Psikologi Konsumen mengenai aplikasi dari

teori loyalitas merek dan kepuasan pelayanan pada ranah produsen

rumah makan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Konsumen

Penelitian ini diharapkan dapat membantu konsumen dalam

memahami kualitas pelayanan seperti apa yang diharapkan agar

dapat merasakan kepuasan terhadap produsen tempat makan,

(30)

konsumen juga dapat mengukur kepuasan pelayanan dan loyalitas

merek yang mereka rasakan.

b. Bagi Produsen

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi

tambahan bagi para produsen khususnya produsen usaha tempat

makan dalam memahami kebutuhan konsumennya. Penelitian ini

dapat memberikan informasi kepada para produsen rumah makan

dan informasi ini dapat digunakan sebagai sebuah evaluasi atau

masukan dalam meningkatkan pelayanan kepada para konsumen

agar konsumen terpuaskan. Setelah memenuhi kepuasan

pelayanan bagi konsumen, maka produsen juga akan

mendapatkan loyalitas dari konsumennya, sehingga akan

(31)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsumen

Menurut Kotler (1998) konsumen merupakan semua orang dan rumah tangga yang membeli atau menerima barang dan jasa bagi konsumsi

pribadi. Swasta (1998) juga mengungkapkan bahwa konsumen adalah

seluruh individu yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk

keperluan pribadi.

Schiffman dan Wisenblit (2015) menyebutkan bahwa konsumen adalah orang yang melakukan pencarian, pembelian, menggunakan,

menghabiskan dan mengevaluasi produk dan atau jasa yang diharapkan

dapat memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa konsumen adalah seluruh individu yang melakukan pencarian,

pembelian, menggunakan dan kemudian melakukan evaluasi atas produk

dan jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.

B. Loyalitas Merek 1. Definisi Merek

Menurut The American Marketing Assosiation (Dharmmesta,

1984:135; dalam Widyasari, 2008) merek adalah nama, istilah, tanda,

(32)

untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari satu atau kelompok

penjual dan membedakannya dari produk atau jasa pesaing.

Nicolio (2004) menyebutkan merek adalah entitas yang mudah

dikenali dan menjadikan nilai-nilai tertentu. Dapat dikenali, memiliki

arti bahwa konsumen dapat dengan mudah memisahkan antara satu

produk yang termasuk dalam satu kategori dengan produk yang

lainnya melalui berbagai cara, biasanya berupa sepatah kata, warna,

atau simbol. Entitas, adalah sesuatu yang memiliki eksistensi yang

khas dan berbeda. Nilai-nilai tertentu adalah di mana sebuah produk

atau jasa membuat klaim mengenai apa yang dapat diberikan kepada

konsumen. Nilai, merupakan sesuatu yang didapatkan oleh konsumen

dan membuat konsumen peduli terhadap produk atau jasa yang

diproduksi hingga batas tertentu.

Kotler (2002: 460; dalam Widyasari, 2008) mendefinisikan

merek sebagai janji dari penjual untuk secara konsisten memberikan

feature, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli sehingga merek

yang baik akan memberikan jaminan kualitas dan bukan hanya simbol.

Rangkuti (2002:3; dalam Ribhan, 2006) juga mengemukakan

bahwa di dalam sebuah merek hendaknya tidak hanya memberikan

sebuah nama atau simbol, melainkan juga mengembangkan sebuah

makna yang mendalam bagi merek tersebut. Rangkuti mengemukakan

(33)

1.1. Atribut

Setiap merek memiliki atribut di dalamnya. Produsen

perlu untuk menciptakan dan mengelola atribut apa saja yang

ada di dalam merek tersebut, sehingga konsumen dapat

mengetahuinya dengan pasti.

1.2. Manfaat

Ketika pelanggan membeli produk dari sebuah merek,

mereka membeli manfaat, bukan membeli atribut dari merek

tersebut. Tugas dari produsen adalah menerjemahkan atribut

dari merek menjadi manfaat yang dapat dirasakan langsung

oleh pelanggan.

1.3. Nilai

Merek memiliki nilai di dalamnya bagi produsen. Hal ini

disajikan kepada pelanggan sehingga pelanggan dapat melihat

tinggi rendahnya nilai sebuah merek, apakah merek tersebut

berkelas atau tidak. Melalui merek, dapat mencerminkan siapa

yang menjadi pengguna dari merek tersebut.

1.4. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu.

1.5. Kepribadian

Merek mencerminkan bagaimana kepribadian dari

(34)

maka diharapkan kepribadian pengguna akan tercermin

bersamaan dengan merek yang digunakannya.

1.6. Pemakai

Melalui merek akan menunjukkan jenis dari

pelanggannya. Hal ini membuat produsen selalu menggunakan

analogi orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau

kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk

mengidentifiksikan barang atau jasa dari penjual di mana produk atau

jasa tersebut memiliki eksistensi yang khas dan berbeda dan dapat

membuat klaim mengenai apa yang dapat diberikan kepada konsumen,

sehingga produk atau jasa tersebut dapat dibedakan dari produk

pesaing dan akan memberikan jaminan kualitas dan bukan hanya

sekedar simbol.

2. Definisi Loyalitas Merek

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan loyalitas merek

sebagai sejauh mana seorang pelangggan menunjukkan sikap positif

terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan

berniat untuk terus membelinya di masa depan. Hal yang berbeda

diungkapkan oleh Dharmmesta dkk (2000) yang menyatakan bahwa

(35)

bias dan terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan

dengan memperhatikan satu atau lebih merek alternative dari sejumlah

merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Perlu

ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan perilaku beli ulang,

loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya.

Beberapa ahli lainnya menyatakan loyalitas merek melalui

dua pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Sumarwan (2011: 391)

menyatakan bahwa loyalitas merek merupakan sikap dan perilaku

positif yang melibatkan perasaan menyukai dan tindakan pembelian

ulang terhadap suatu merek yang sama, baik di masa sekarang atau pun

di masa mendatang. Berdasarkan dua pendekatan tersebut, Peter dan

Olson (2000) mendefinisikan loyalitas merek sebagai sebuah

keinginan untuk melakukan dan adanya perilaku pembelian ulang pada

suatu merek. Peter dan Olson meletakkan fokus utama loyalitas merek

sebagai sebuah perilaku, akan tetapi perilaku ini kemudian terus

terpelihara dan mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh

proses kognitif di dalamnya.

Selain itu, Hadipranata (1997) menyatakan loyalitas

konsumen merupakan kebiasaan berulang secara konsisten yang

muncul sebagai suatu kebiasaan yang disadari dengan

pertimbangan-pertimbangan, baik secara emosional maupun rasional sehingga sulit

untuk berubah. Loyalitas ini berdasarkan minat yang kuat, sikap yang

(36)

Menurut Solomon (1992), loyalitas konsumen adalah suatu

perilaku pembelian berulang terhadap suatu merek berdasarkan

keputusan yang benar-benar disadari. Konsep ini menunjukkan pada

pola-pola pembelian selama periode waktu tertentu yang dapat dicapai

berdasarkan sikap positif dalam hal ini terhadap suatu tempat.

Loyalitas dimulai dengan proses pemilihan yang didasarkan pada

alasan obyektif. Setelah beberapa waktu melakukan pilihan tersebut

kemudian akan menimbulkan ikatan emosional pada konsumen

terhadap merek bersangkutan.

Oliver (1997; dalam Gommans et. al, 2001) menjelaskan

bahwa kerangka konseptual dari loyalitas merek berdasarkan pada

pengaruh hirarki dari dimensi kognitif, afektif, konatif, dan perilaku.

Oliver menyebutkan integrasi dari hirarki dimensi-dimensi ini ke

dalam definisi mengenai loyalitas merek. Loyalitas merek

didefinisikan sebagai sebuah komitmen yang dipegang oleh konsumen

untuk melakukan pilihan dan pembelian ulang pada produk atau jasa

dari sebuah merek secara konsisten di masa mendatang, meskipun

akan ada situasi dan upaya pemasaran yang memungkinkan untuk

konsumen melakukan perilaku brand switching (pindah merek).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa loyalitas merek adalah sikap positif terhadap suatu

merek yang terdiri dari ikatan emosional yang tinggi, perasaan

(37)

terus melakukan pembelian yang kemudian mendorong munculnya

perilaku positif terhadap merek tersebut yang berupa pembelian

berulang secara konsisten baik di masa sekarang maupun di masa

mendatang dengan tetap memperhatikan satu atau lebih merek

alternative dari sejumlah merek sejenis.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Merek

Valeoutsu (2015) menyebutkan adanya tiga komponen yang

dinilai sebagai faktor yang mendorong munculnya loyalitas merek

pada konsumen. Faktor-faktor tersebut terdiri dari;

a. Evaluasi Merek

Konsumen menilai merek dengan mengevaluasi atribut

merek secara keseluruhan, baik terkait dengan produk berwujud

maupun tidak berwujud yaitu jasa. Evaluasi merek ini dapat

dilakukan dengan melihat citra merek dan reputasi merek. Citra

merek merupakan asosiasi-asosiasi yang terkait dengan merek

setelah proses interaksi konsumen dengan merek terutama ketika

proses pemasaran. Sedangkan reputasi merek merupakan persepsi

konsumen secara keseluruhan mengenai karakteristik-karakteristik

yang menonjol dari perusahaan atau merek.

b. Kepuasan Pelayanan

Kepuasan merupakan sebuah respon afektif atas penilaian

(38)

diperoleh setelah pembelian dan dibandingkan dengan standart atau

harapan yang telah ditetapkan sebelum pembelian.

c. Kepercayaan

Kepercayaan seorang konsumen merupakan hal yang bersifat

luwes, subjektif, dan didasarkan pada fakta yang yang tegas.

Konsumen akan memiliki kepercayaan terhadap merek berdasarkan

rasa aman dan keyakinan bahwa merek tersebut dapat memenuhi

kebutuhan mereka, serta paling banyak diminati oleh konsumen.

Selain Valeoutsu, peneliti lainnya yaitu Mardalis (2005) juga

merangkum faktor-faktor loyalitas merek yang terdiri dari:

a. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan kesinambungan antara

harapan pra pembelian dengan kinerja aktual atau hasil yang

diterima oleh konsumen pada saat pasca pembelian (Wilkie, 1994

& Engel, 1990). Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan terhadap

produk atau jasa yang diterima kemudian berakumulasi secara

terus-menerus sehingga mempengaruhi terbentuknya loyalitas

merek (Boulding, Staelin, dan Zeithaml, 1993), (Bloemer, Ruyter

dan Peeters, 1998).

b. Kualitas Jasa

Kualitas jasa yang disajikan oleh produsen dapat memberikan

(39)

yang mampu untuk memperhatikan kualitas jasanya akan lebih

mudah memperoleh loyalitas dari konsumennya dibandingkan

dengan produsen yang menyajikan jasa dengan kualitas rendah.

Pengaruh kualitas jasa terhadap loyalitas merek dapat dilihat

melalui hasil penelitian Sabihaini (2002) yang menyimpulkan

bahwa peningkatan kualitas jasa akan memberikan dampak yang

baik untuk meningkatkan loyalitas. Bloomer, Ruyter dan Peeters

(1998) juga membuktikan bahwa kualitas jasa memiliki pengaruh

langsung terhadap loyalitas dan mempengaruhi loyalitas melalui

kepuasan.

c. Citra

Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang

dimiliki seseorang terhadap suatu objek (Kotler, 2000;553). Objek

yang dimakasudkan di sini adalah produk atau jasa dari suatu

merek yang dipasarkan. Citra positif yang berhasil diciptakan oleh

konsumen terhadap suatu produk atau jasa dari suatu merek akan

meningkatkan jumlah penjualan. Hal ini menindikasikan bahwa

konsumen tersebut loyal terhadap produk atau jasa dari merek

terkait. Penelitian dari Andreassen (1999), serta Andreassen dan

Linestad (1998) memperkuat pengaruh citra terhadap loyalitas

merek. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa citra produk

(40)

pelanggan dan memiliki pengaruh tidak langsung yaitu melalui

variabel lain.

d. Rintangan untuk berpindah

Faktor lain yang juga mempengaruhi loyalitas yaitu adanya

rintangan berpindah (switching barrier) yang mungkin dilakukan

oleh konsumen (Fornell, 1992). Hal-hal yang menyebabkan

konsumen melakukan perilaku pindah produk/jasa atau merek

adalah; biaya keuangan (financial cost), biaya urus niaga

(transaction cost), diskon bagi pelanggan loyal (loyal customer

discounts), biaya sosial (social cost), dan biaya emosional

(emotional cost).

4. Aspek-aspek dalam loyalitas merek

Parasuraman dkk (1994; dalam Dean, 2001) menyebutkan

bahwa terdapat empat aspek dari loyalitas merek, diantaranya adalah:

a. Positive word of mouth

Positive word of mouth merupakan komunikasi berupa

pembicaraan maupun testimonial yang dilakukan orang yang

membicarakan mengenai hal positif dari suatu produk atau jasa

(Rosen, 2004; Kelly, 2007; Silverman, 2001; Prensky, 1996;

(41)

b. Perilaku komplain

Perilaku komplain merupakan sebuah niat untuk

menyampaikan komplain dengan membeli produk atau jasa yang

dipicu oleh ketidakpuasan pada saat melakukan pembelian

(Fishbein dan Ajzen, 1957 dalam Samuel, 2007). Ketika

konsumen loyal, maka mereka tidak mengajukan komplain,

c. Switching behavior (perilaku berpindah)

Perilaku ini merupakan pola pembelian yang

dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari satu

merek ke merek yang lain (Peter dan Olson, 2002). Ketika

konsumen loyal, mereka tidak akan melakukan perilaku

berpindah merek, namun sebaliknya mereka akan cenderung

untuk terus menggunakan merek tersebut.

d. Keinginan untuk membayar lebih

Hal ini terjadi ketika konsumen loyal pada sebuah merek,

mereka akan bersedia membayar lebih untuk merek tersebut. Hal

ini dapat terjadi karena mereka mempersepsikan adanya nilai atau

makna yang mereka dapatkan dari merek tersebut dan tidak akan

mereka dapatkan dari merek lain (Reichheld, dalam Tepeci,

(42)

Selain itu, Rangkuti (2009; dalam Bastian, 2014) juga

menjelaskan bahwa loyalitas merek dapat diukur melalui

beberapa aspek yang terdiri dari:

a. Behavior measures

Loyalitas merek dapat diukur secara langsung melalui

perilaku kebiasaan, yaitu memperhitungkan pola pembelian

aktual yang dilakukan oleh konsumen pada sebuah merek

b. Measuring switch cost

Pengukuran loyalitas merek dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasikan loyalitas konsumen ke dalam suatu merek

tertentu. Konsumen yang loyal akan tetap menjadi pelanggan dari

merek tersebut dan tidak berpindah kepada merek pesaing

meskipun terjadi kenaikan harga.

c. Measuring satisfaction

Loyalitas merek dapat diukur dengan melihat kepuasan atau

ketidakpuasan yang dialami oleh konsumen terhadap suatu merek.

Pada umumnya, ketidakpuasan yang dialami oleh konsumen

bukan merupakan alasan yang cukup kuat untuk konsumen

berpindah merek, kecuali adanya faktor penarik lain yang cukup

kuat.

d. Measuring liking brand

Konsumen akan merasakan kelekatan dan kehangatan

(43)

kepecayaan, perasaan hormat atau bersahabat dengan merek

tersebut. Merek pesaing akan mengalami kesulitan untuk menarik

konsumen yang telah berada dalam tahap ini. Rasa suka tersebut

diukur dengan adanya kemauan konsumen untuk membayar

dengan harga lebih mahal untuk mendapatkan produk dari merek

tersebut.

e. Measuring commitment

Loyalitas merek diukur dengan hasil interaksi konsumen

dengan merek melalui komitmen konsumen terhadap merek

tersebut. Komitmen yang tercipta tersebut akan mendorong

konsumen untuk menyampaikan hal positif mengenai merek

tersebut kepada orang lain hingga mencapai tahap

merekomendasikan.

Jacoby dan Chesnut (1978) mengemukakan aspek-aspek dari

loyalitas merek yang mampu merangkum dan mewakili definisi dari

loyalitas merek yang telah disebutkan sebelumnya. Aspek-aspek

tersebut diantaranya yaitu:

a. Bias

Konsumen memiliki kelekatan emosional terhadap sebuah

merek. Ketika konsumen memilih dan kemudian melakukan

(44)

dengan kesadaran penuh bukan karena hanya ada merek itu yang

tersedia di pasaran.

b. Respon Perilaku

Konsumen melakukan pemilihan terhadap suatu merek sesuai

dengan keyakinannya terhadap merek tersebut. Hal ini sesuai

dengan perilaku si konsumen yang melakukan pembelian dari

merek tersebut.

c. Ekspresi Jangka Panjang

Pola perilaku memilih dan membeli sebuah merek terjadi

secara berulang dan konsisten dalam jangka waktu yang relatif

lama.

d. Sebagai Suatu Unit Pengambilan Keputusan

Sebelum menentukan suatu pilihan untuk menggunakan

sebuah merek, konsumen melalui serangkaian suatu proses memilih

dan pada akhirnya melakukan pengambilan keputusan. Konsumen

memilih produk atau jasa dari ssuatu merek yang dapat memenuhi

keinginan dan kebutuhannya.

e. Memilih tanpa Mengabaikan Merek Lain

Konsumen melakukan pilihan dan pembelian terhadap suatu

merek tanpa mengambaikan keberadaan merek lain. Keberadaan

merek lain tetap dihargai dan dipertimbangkan oleh konsumen

(45)

f. Fungsi Proses Psikologis

Konsumen akan mempertimbangkan kembali pilihannya atas

sebuah merek apakah akan terus digunakan atau tidak.

Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan kepuasan yang

dirasakannya. Ketika merek itu mampu untuk memenuhi kebutuhan

dan harapan dari konsumen, maka akan memperkuat komitmen

konsumen untuk kembali membeli dan menggunakan produk atau

jasa dari merek tersebut.

C. Kepuasan Pelayanan

1. Definisi Kepuasan Pelayanan

Menurut Kotler (2002; dalam Prasetio, 2012),

mengemukakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk

dengan harapan-harapannya.

Engel et al. (1990; dalam Tjiptono, 2000) menyatakan bahwa

kepuasan konsumen merupakan evaluasi yang dilakukan setelah

pembelian atas pilihan yang telah diambil sekurang-kurangnya sama

atau bahkan mampu melampaui harapannya, sedangkan

ketidakpuasan akan timbul apabila hasil dari pilihan pembelian tidak

(46)

Mowen & Minor (2002) juga menyatakan bahwa kepuasan

konsumen merupakan keseluruhan sikap yang ditunjukkan oleh

konsumen setelah memperoleh atau menghabiskan nilai dari suatu

barang atau jasa yang diinginkan. Hal ini merupakan sebuah

penilaian evaluatif pascapembelian setelah melakukan seleksi atas

pilihan sebelum pembelian, pengalaman menggunakan atau

mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.

Definisi lainnya yaitu Band (1991; dalam Musanto, 2004)

menyebutkan kepuasan konsumen adalah suatu tingkatan dimana

kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi

sehingga memunculkan kesetiaan atau pembelian ulang atas produk

atau jasa yang digunakan.

Parasuraman, dkk (1988) menyebutkan bahwa kepuasan

pelayanan merupakan respon atas penilaian konsumen atas

pelayanan yang diberikan perusahaan. Berdasarkan tujuan dari

penelitian ini dan merujuk pada definisi dari Parasuraman dkk

(1988) serta didukung beberapa definisi lainnya, maka dapat

disimpukan bahwa kepuasan pelayanan adalah respon berupa reaksi

emosional positif yang ditunjukkan oleh konsumen setelah

mengevaluasi dengan menilai kinerja atau hasil pelayanan yang telah

(47)

2. Dampak Kepuasan Konsumen

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, Chan, Hui,

Lo, Tse, Tso dan Wu (2003) merumuskan beberapa dampak dari

kepuasan konsumen, antara lain:

a. Word-of-mouth

Kepuasan atau ketidakpuasan yang dialami oleh para

konsumen akan membuat mereka menyuarakan mengenai

pengalamannya mengonsumsinya, baik positif maupun negatif

kepada banyak pihak di antaranya pihak perusahaan sebagai

bentuk komplain, rekanan dari konsumen, dan bahkan khalayak

ramai. Sehingga hal ini akan mempengaruhi bagaimana reputasi

perusahaan atau merek tersebut di mata para konsumen.

b. Loyalitas Merek

Ketika konsumen mengalami kepuasan terhadap sebuah

merek, hal ini kemudian akan membuat konsumen tetap setia

menjadi pelanggan yang mengonsumsi produk atau jasa dari

merek tersebut. Konsumen akan cenderung mampu untuk

bertoleransi atas perubahan kualiatas atau harga yang ditawarkan

dari pihak perusahaan di kemudian hari. Sebaliknya, apabila

konsumen mengalami ketidakpuasan, maka mereka cenderung

akan melakukan perilaku brand swithing. Konsumen yang tidak

(48)

dari merek kompetitor yang dirasa dapat lebih memuaskan

mereka.

c. Meningkatnya Laba bagi Perusahaan

Ketika konsumen loyal terhadap merek, maka mereka

cenderung untuk melakukan pembelian ulang atas merek dari

perusahaan tersebut. Hal ini kemudian yang akan memberikan

dampak positif bagi perusahaan yaitu meningkatnya laba dari

pembelian yang terus menerus dari konsumen yang loyal

tersebut.

Isac, Milovan-Ciuta, dan Dobre (2015) juga menyebutkan

beberapa dampak dari kepuasan konsumen yang telah dirangkum

berdasarkan pendapat beberapa tokoh dan hasil penelitian

sebelumnya. Berikut adalah dampak-dampak kepuasan konsumen

yang terbagi menjadi intensi perilaku dan perilaku konsumen;

a. Intensi perilaku

Konsumen yang mengalami kepuasan setelah melakukan

pembelian akan menunjukkan intensi perilaku yang berupa

membangun komitmen terhadap merek, adanya keinginan untuk

melakukan pembelian ulang, dan kesediaan untuk membayar

(49)

b. Perilaku nyata dari konsumen

Intensi perilaku yang muncul atas kepuasan yang dialami,

kemudian mendorong konsumen untuk cenderung menjadi

konsumen yang loyal terhadap merek dan melakukan perilaku

pembelian ulang terhadap merek, kemudian memunculkan

perilaku word of mouth terhadap banyak pihak, dan konsumen

cenderung tidak terlalu memperhatikan mengenai pelayanan dari

produsen.

3. Dimensi-dimensi Kepuasan Pelayanan

Dutka (1994:41, dalam Samuel & Foedjiawati, 2005)

menjabarkan mengenai kepuasan konsumen terkait dengan

pelayanan memiliki berberapa dimensi di dalamnya, antara lain:

a. Guarantee atau waranty, merupakan tindakan nyata dari

produsen untuk memberikan jaminan kepada konsumen yaitu

dengan menerima produk yang dikembalikan apabila kinerjanya

tidak memuaskan.

b. Delivery, merupakan kecepatan dan ketepatan dari pihak

produsen dalam menyediakan produk atau jasa kepada para

konsumennya.

c. Complaint handling, kesediaan pihak produsen untuk menangani

(50)

d. Resolution of problem, kemampuan pihak produsen untuk serius

dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dialami oleh

konsumen terkait dengan proses konsumsi barang atau jasa dari

perushaan tersebut.

Dimensi-dimensi kepuasan pelayanan lainnya, yaitu menurut

Parasuraman dkk (1988) telah mencakup keempat dimensi kepuasan

pelayanan dari Dutka (1994), sehingga digunakan dalam penelitian

ini untuk melihat dan mengukur kepuasan pelayanan yang dirasakan

oleh konsumen mahasiswa dari Kedai Mie Ayam Palembang Afui.

Parasuraman dkk (1988) menyebutkan bahwa kepuasan pelayanan

merupakan respon atas penilaian konsumen atas pelayanan yang

diberikan perusahaan. Dimensi-dimensi kualitas pelayanan tersebut

disusun oleh Parasuraman dkk (1988) dari 10 dimensi kemudian

dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis faktor

hingga merumuskan lima dimensi yang termasuk ke dalam

multidimensional factors. Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari:

a. Tangibles (Bukti Langsung): dimensi pertama menunjuk pada

fasilitas fisik, penampilan personil, peralatan dan teknologi yang

dipergunakan dalam memberi pelayanan.

b. Reliability (Kehandalan): dimensi kedua menunjuk pada

kemampuan organisasi untuk memberi pelayanan secara benar

(akurat), dapat diandalkan, kemampuan menyediakan pelayanan

(51)

c. Responsiveness (Daya tanggap): dimensi ketiga dari kualitas

pelayanan menunjuk pada kemauan baik atau itikad baik untuk

memberikan pelayanan kepada pelanggan.

d. Assurance (Jaminan): dimensi keempat dari kualitas pelayanan

menunjuk pada pengetahuan, kemampuan, dan sopan santun

karyawan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.

e. Empathy (Empati): dimensi terakhir dari kualitas pelayanan

menunjuk pada perhatian atau kepedulian karyawan terhadap

pelanggan secara individual.

D. Mahasiswa

1. Tahap Peralihan dari Remaja menuju Dewasa

Berdasarkan sisi perkembangan manusia, mahasiswa

tergolong ke dalam manusia yang sedang mengalami masa transisi

dari masa remaja menjadi orang dewasa (Santrock, 2011). Masa

perkembangan ini biasa disebut sebagai beranjak dewasa (emerging

adulthood) yang terjadi pada rentang usia dari 18 tahun hingga 25

tahun (Arnett (2006, 2007) dalam Santrock (2011). Pada masa

peralihan ini, individu dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat

eksploratif dan tertarik dengan eksperimen. Individu akan berusaha

untuk mengenali pribadinya lebih mendalam terkait dengan

(52)

keinginan dan tujuan hidupnya, dan melakukan pemilihan gaya

hidup yang mereka inginkan.

Santrock (2011) menyebutkan bahwa orang yang menuju usia

dewasa ditandai dengan pencapaian atas kemandirian ekonomi, akan

tetapi butuh waktu dan proses yang cukup panjang untuk dapat

mandiri secara ekonomi. Hal ini disebabkan karena usia dewasa awal

merupakan usia di masa peralihan dari masa sekolah menuju

perguruan tinggi atau menuju kerja.

2. Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam Santrock (2010), orang dewasa awal

memiliki tahap perkembangan kognitif yang sama dengan remaja

yang berusia 11 tahun hingga 15 tahun, yaitu tahap formal

operasional. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk berpikir

lebih logis, abstrak, dan idealistik. Meskipun demikian, orang

dewasa awal memiliki pemikiran yang berbeda dengan remaja secara

kuantitatif yaitu pengetahuan yang dimiliki orang dewasa lebih

banyak daripada remaja. Orang dewasa awal juga memiliki

pengetahuan lebih dalam pada bidang-bidang khusus. Selain itu,

orang dewasa tidak hanya mampu menyusun rencana dan hipotesis

akan tetapi juga menjadi lebih sistematis dan terampil dalam

(53)

Cara berpikir orang dewasa awal mulai mengalami perubahan

yang disebabkan oleh peralihan dunia mereka yang mulai memasuki

dunia kerja (Schaie dan Sherry Willis, 2000; dalam Santrock, 2000).

Mereka harus mampu berpikir realistis karena menghadapi tantangan

realita dalam dunia kerja yang penuh dengan tekanan sehingga

mereka harus menurunkan idealisme mereka. Individu dewasa awal

juga memiliki cara berpikir yang pragmatis, yaitu mereka lebih

mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam

dunia kerja mereka sebagai langkah mereka mencapai kesuksesan

dan karier jangka panjang (Schaie dan Sherry Willis, 2000 dalam

Santrock, 2000).

Di samping itu, ahli perkembangan lainnya, William Perry

(2009; dalam Santrock, 2011) mendeskripsikan perubahan kognitif

pada individu dewasa awal. Individu pada usia ini memiliki

pemikiran yang lebih reflektif dan relativistik, dan pemikiran ini

berkembang dari pemikiran abosolut dan dualistik ketika remaja.

Gisela Labouvie-Vief (2006) dalam Santrock (2011)

mengembangkan pandangan dari Perry bahwa orang dewasa awal

memiliki cara berpikir yang lebih kompleks dan reflektif atas

pengetahuan dan tantangan dunia yang semakin berkembang dalam

budaya dunia yang semakin kompleks. Orang dewasa awal

menentukan cara pandang mereka terhadap dunia, mereka juga telah

(54)

subjektif, dan mengetahui berbagai perspektif mengenai dunia dari

berbagai sudut pandang adalah hal yang penting.

E. Dinamika Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Dengan Loyalitas Konsumen Mahasiswa Di Kedai Mie Ayam Afui

Mahasiswa yang menjadi konsumen dari Kedai Mie Ayam

Palembang Afui setelah datang dan melakukan pembelian di sana dapat

dikatakan merasakan kepuasan pelayanan apabila memiliki reaksi

emosional positif setelah mengevaluasi pelayanan yang telah dipilih untuk

digunakan yaitu dengan menilai kinerja atau hasil pelayanan yang

didapatkan pascapembelian. Kepuasan pelayanan dapat dilihat dan diukur

dengan menggunakan dimensi dari persepsi kualitas pelayanan dari

Parasuraman, dkk (1988) yang terdiri dari Tangibles (Bukti Langsung),

Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Daya tanggap), Assurance

(Jaminan), dan Empathy (Empati). Parasuraman dkk (1988) menyatakan

bahwa kepuasan pelayanan merupakan respon atas penilaian konsumen

atas pelayanan yang diberikan perusahaan.

Pada dimensi Tangibles (bukti fisik langsung), konsumen

mahasiswa akan memberikan respon berupa reaksi emosional yang positif

setelah mengevaluasi kinerja aktual pada fasilitas fisik, peralatan dan

teknologi serta penampilan personil yang mendukung dalam memberikan

pelayanan (Parasuraman dkk, 1988). Reaksi emosional positif atas evaluasi

(55)

mahasiswa untuk cenderung menyukai dan akan kembali menggunakan

atau membeli merek tersebut, serta memberitahukan kepada orang lain

terkait dengan pengalaman positifnya dalam memperoleh bukti langsung

dari pelayanan. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen tersebut loyal

terhadap merek terkait (Peter & Olson, 2000). Jika konsumen mahasiswa

memberikan respon berupa reaksi emosional yang negatif setelah

mengevaluasi kinerja aktual pada bukti fisik langsung, maka mereka akan

cenderung melakukan brand switching atau berpindah merek, serta

mengajukan komplain terhadap produsen terkait bahkan konsumen lainnya

(Peter & Olson, 2000). Hal ini menjadi indikasi bahwa konsumen

mahasiswa memiliki loyalitas merek yang rendah (Peter & Olson, 2000).

Kedua, pada dimensi Reliability (kehandalan), konsumen

mahasiswa akan memberikan respon berupa reaksi emosional yang positif

setelah mengevaluasi kinerja aktual yaitu kemampuan para pegawai untuk

memberi pelayanan secara benar (akurat), kinerja yang dapat diandalkan,

dan kemampuan menyediakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan

terpercaya (Parasuraman dkk, 1988). Reaksi emosional positif atas

evaluasi terhadap kinerja aktual tersebut kemudian akan mendorong

konsumen mahasiswa untuk cenderung menyukai dan akan kembali

menggunakan atau membeli merek tersebut, serta memberitahukan kepada

orang lain terkait dengan pengalaman positifnya dalam merasakan

kehandalan para pegawai. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen

(56)

konsumen mahasiswa memberikan respon berupa reaksi emosional yang

negatif setelah mengevaluasi kinerja aktual pada bukti fisik langsung,

maka mereka akan cenderung melakukan brand switching atau berpindah

merek, serta mengajukan komplain terhadap produsen terkait bahkan

konsumen lainnya (Peter & Olson, 2000). Hal ini menjadi indikasi bahwa

konsumen mahasiswa memiliki loyalitas merek yang rendah (Peter &

Olson, 2000).

Ketiga, dimensi Responsiveness (daya tanggap), konsumen

mahasiswa akan memberikan respon berupa reaksi emosional yang positif

setelah mengevaluasi kinerja aktual yaitu kemauan baik atau itikad baik

para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan

(Parasuraman dkk, 1988). Reaksi emosional positif atas evaluasi terhadap

kinerja aktual tersebut kemudian akan mendorong konsumen mahasiswa

untuk cenderung menyukai dan akan kembali menggunakan atau membeli

merek tersebut, serta memberitahukan kepada orang lain terkait dengan

pengalaman positifnya dalam merasakan daya tanggap para pegawai. Hal

ini mengindikasikan bahwa konsumen tersebut loyal terhadap merek

terkait (Peter & Olson, 2000). Jika konsumen mahasiswa memberikan

respon berupa reaksi emosional yang negatif setelah mengevaluasi kinerja

aktual pada bukti fisik langsung, maka mereka akan cenderung melakukan

brand switching atau berpindah merek, serta mengajukan komplain

(57)

2000). Hal ini menjadi indikasi bahwa konsumen mahasiswa memiliki

loyalitas merek yang rendah (Peter & Olson, 2000).

Keempat, dimensi Assurance (jaminan), konsumen mahasiswa

akan memberikan respon berupa reaksi emosional yang positif setelah

mengevaluasi kinerja aktual yaitu pengetahuan, kemampuan, dan sopan

santun para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada konsumen

(Parasuraman dkk, 1988). Reaksi emosional positif atas evaluasi terhadap

kinerja aktual tersebut kemudian akan mendorong konsumen mahasiswa

untuk cenderung menyukai dan akan kembali menggunakan atau membeli

merek tersebut, serta memberitahukan kepada orang lain terkait dengan

pengalaman positifnya dalam mendapatkan jaminan dari para pegawai.

Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen tersebut loyal terhadap merek

terkait (Peter & Olson, 2000). Jika konsumen mahasiswa memberikan

respon berupa reaksi emosional yang negatif setelah mengevaluasi kinerja

aktual pada bukti fisik langsung, maka mereka akan cenderung melakukan

brand switching atau berpindah merek, serta mengajukan komplain

terhadap produsen terkait bahkan konsumen lainnya (Peter & Olson,

2000). Hal ini menjadi indikasi bahwa konsumen mahasiswa memiliki

loyalitas merek yang rendah (Peter & Olson, 2000).

Keempat, dimensi Empathy (empati), konsumen mahasiswa akan

memberikan respon berupa reaksi emosional yang positif setelah

mengevaluasi kinerja aktual yaitu perhatian atau kepedulian para pegawai

(58)

emosional positif atas evaluasi terhadap kinerja aktual tersebut kemudian

akan mendorong konsumen mahasiswa untuk cenderung menyukai dan

akan kembali menggunakan atau membeli merek tersebut, serta

memberitahukan kepada orang lain terkait dengan pengalaman positifnya

dalam mendapatkan empati dari para pegawai. Hal ini mengindikasikan

bahwa konsumen tersebut loyal terhadap merek terkait (Peter & Olson,

2000). Jika konsumen mahasiswa memberikan respon berupa reaksi

emosional yang negatif setelah mengevaluasi kinerja aktual pada bukti

fisik langsung, maka mereka akan cenderung melakukan brand switching

atau berpindah merek, serta mengajukan komplain terhadap produsen

terkait bahkan konsumen lainnya (Peter & Olson, 2000). Hal ini menjadi

indikasi bahwa konsumen mahasiswa memiliki loyalitas merek yang

(59)

F. Kerangka Penelitian Skema 1

Konsumen mahasiswa kedai Mie AyamPalembang Afui

Respon positif atas kinerja aktual

masing-masing dimensi

Loyalitas merek tinggi Dimensi

Tangibles

Dimensi Reliability

Dimensi Responsiveness

Dimensi Assurance

(60)

G. HIPOTESIS

Berdasarkan kesuluruhan uraian yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis:

a. Ada hubungan positif antara dimensi Tangibles dengan Loyalitas

Merek pada konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang

Afui.

b. Ada hubungan positif antara dimensi Reliability dengan Loyalitas

Merek pada konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang

Afui.

c. Ada hubungan positif antara dimensi Responsiveness dengan Loyalitas

Merek pada konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang

Afui.

d. Ada hubungan positif antara dimensi Assurance dengan Loyalitas

Merek pada konsumen mahasiswa di Kedai Mie Ayam Palembang

Afui.

e. Ada hubungan positif antara dimensi Empathy dengan Loyalitas Merek

(61)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang

menggunakan metode korelasional (correlational research). Jenis

penelitian ini memiliki karakteristik masalah hubungan korelasional antara

dua variabel atau lebih (Sangadji dan Sopiah, 2010). Tujuan penelitian ini

adalah melihat ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kepuasan Pelayanan

2. Variabel Tergantung : Loyalitas Merek

C. Definisi Operasional 1. Kepuasan Pelayanan

Kepuasan pelayanan adalah respon berupa reaksi emosional

positif yang ditunjukkan oleh konsumen setelah mengevaluasi kinerja

atau hasil pelayanan yang didapatkan pascapembelian.

Dimensi-dimensi dalam kepuasan pelayanan terdiri dari Tangibles, Reliability,

Gambar

Tabel 20 Nilai R Squared dari Kepuasan Pelayanan terhadap Loyalitas
Tabel 1 Sebaran Item dan Rancangan Skala Dimensi-Dimensi Kepuasan Pelayanan Sebelum Uji Coba
Tabel 2 Sebaran Item dan Rancangan Skala Loyalitas Merek Sebelum Uji Coba
Tabel 3 Distribusi item Kepuasan Pelayanan setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. • Ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan.. mengutamakan pemenuhan

Meski di satu sisi penggunaan staf yang berlatar belakang pengguna narkoba suntik menjadi hal penting dalam proses intervensi, namun di sisi lain lembaga mengemban tanggung jawab

Pada Gambar 12 terlihat bahwa hewan percobaan yang diberi perlakuan minuman sinbiotik dengan starter 5% memiliki jumlah limfosit yang paling rendah, jumlah neutrofil

Sekiranya diteliti melalui peruntukan-peruntukan dan kes-kes yang diputuskan di mahkamah Sivil, ianya menunjukkan undang-undang sivil mempunyai peruntukan yang jelas

1 Pendaftaran PPDB dilakukan secara langsung ke sekolah tujuan. 2 Calon peserta didik baru menyerahkan berkas persyaratan PPDB sesuai dengan ketentuan kepada panitia

Dengan fitur ini setiap pilihan jawaban bisa diprogram untuk memunculkan notifikasi tentang penejelasan dari soal yang di-klik, sehingga siswa termotivasi

Sore hari sepulangnya menyabit rumput, ia segera menemui petani untuk mengambil kerbau yang dititipkannya.. Ternyata, kerbaunya mati tertimpa buah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Nurul Suhartini 2016 Universitas