xiii ABSTRAK
ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN
KUALITAS AUDIT
Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.
xiv ABSTRACT
ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP
WITH AUDIT QUALITY
A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi Student Number: 122114048
Sanata Dharma University Yogyakarta
2016
The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.
The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.
Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.
ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN
SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM
HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT
Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN
SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM
HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT
Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dunia ini adalah dunia yang aneh
Dunia yang hijau tapi lucu
Dunia yang kotor tapi indah
Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan
dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah
dan membius diri saya dalam segala-galanya
Semua dengan kesadaran
Setelah itu hati rasanya menjadi lega.
Dunia itu seluas langkah kaki
Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah
Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan
dan menyatu dengannya.
-Soe Hok Gie-
Ku persembahkan untuk:
Ayahku I Ketut Suartawan dan Ibuku Ni Nengah Sartini Adikku Cinsya dan Icha
Keluarga besar di Pulau Dewata
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL
AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Juli 2016 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 26 Juli 2016 Yang membuat penyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi
Nomor Mahasiswa : 122114048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS
AUDIT
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Agustus 2016
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. YFM. Gien Agustinawan, M.M., Akt selaku Pembimbing I yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang telah dibagikan penulis.
6. Bapak dan Ibu yang peduli pada pendidikan anaknya, dan banyak mendorong dan mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Adikku Cinsya dan Icha yang selalu mendoakan dan memberikanku semangat. 8. Keluarga Besar di Pulau Bali yang selalu memberikan dukungan.
9. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
viii
11.Sahabat-sahabat yang mendorong dan memberikan semangat penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12.Teman-teman kelas MPAT atas kerjasama dan masukannya kepada penulis dalam menyelesiakan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 26 Juli 2016
ix DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Permasalahan ...1
B. Rumusan Masalah ...5
A. Tinjauan Umum Audit ...8
B. Fee Audit ...18
C. Tenure Audit ...19
D. Skeptisme Profesinoal Auditor ...20
E. Kualitas Audit ...21
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...26
G. Kerangka Pemikiran ...31
x
A. Jenis Penelitian ...35
B. Subjek Dan Objek Penelitian ...35
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...35
D. Metode Penelitian ...36
E. Populasi Dan Sampel ...36
F. Data ...36
G. Teknik Pengumpulan Data ...37
H. Definisi Operasional Variabel ...37
I. Teknik Analisis Data ...72
BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI YOGYAKARTA...77
A. KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pramudji and Partners...77
B. KAP Drs. Bismar, Muntalib & Yunus ...78
C. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, Mm ...78
D. KAP Drs. Hadiono ...79
E. KAP Indarto Waluyo ...79
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...80
A. Paparan Data ...80
B. Deskripsi Responden ...81
C. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...84
1. Hasil Uji Validitas ...84
2. Hasil Uji Reabilitas ...87
D. Hasil Uji Hubungan Antar Variabel (Korelasi Spearman) ...88
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...90
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Diskripsi Penyebaran Kuesioner ...80
Tabel 5.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ...81
Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jabatan Responden ...81
Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja di Bidang Audit ...82
Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Keahlian Khusus ...82
Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Lama Menekuni Keahlian Khusus ...83
Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal...83
Tabel 5.8 Data Responden Berdasarkan Sertifikat/ Gelar Profesi ...84
Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...85
Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...86
Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor ...86
Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...87
Tabel 5.13 Hasil Uji Reabilitas...88
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ...101
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ...108
Lampiran 3 Hasil Tabulasi Data Isian Instrumen ...113
Lampiran 4a Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...118
Lampiran 4b Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...119
Lampiran 4c Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Audit ...120
Lampiran 4d Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...121
Lampiran 5a Hasil Uji Reabilitas Fee Audit ...124
Lampiran 5b Hasil Uji Reabilitas Tenure Audit ...125
Lampiran 5c Hasil Uji Reabilitas Skeptisme Audit ...126
Lampiran 5d Hasil Uji Reabilitas Kualitas Audit ...127
xiv ABSTRAK
ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN
KUALITAS AUDIT
Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.
Kata kunci: Fee Audit, Tenure Audit, Skeptisme Profesional Auditor dan Kualitas
xv ABSTRACT
ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP
WITH AUDIT QUALITY
A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta
Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi Student Number: 122114048
Sanata Dharma University Yogyakarta
2016
The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.
The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.
Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Profesi akuntan menjadi salah satu profesi yang berhubungan erat
dengan etika dan praktik bisnis. Profesi akuntan seharusnya dapat menjadi
suatu profesi yang terhormat yang berdiri tegak di atas landasan karakter
profesionalnya. Seorang akuntan yang profesional harus berani menolak suatu
yang bertentangan dengan profesionalisme akuntan dan melakukan hal yang
sejalan dengan moralitasnya sebagai seorang akuntan.
Banyaknya kasus-kasus skandal akuntansi yang terjadi sering dikaitkan
dengan kegagalan auditor dalam pengauditan laporan keuangan klien. Hal ini
akan mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Situasi ini juga dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas laporan keuangan dan
hasil auditnya. Kualitas laporan keuangan sangat penting bagi pengguna
laporan keuangan karena akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
sebuah keputusan bisnis. Para pengguna laporan keuangan mengharapkan
bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sudah bebas dari salah saji
material sehingga dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.
Seorang akuntan publik harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
standar pelaporan. Standar ini harus dilakukan oleh setiap auditor karena jika
standar tesebut dijalankan maka kualitas dari hasil audit akan dapat terlihat.
Standar umum mengharuskan seorang auditor untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup dalam menjalankan prosedur audit. Standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal
pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan
audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan
yang diauditnya secara keseluruhan.
Selain harus menjalankan ketiga standar tersebut seorang auditor pun
harus menaati kode etik profesi yang mengatur prilaku akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang auditor. Kode etik ini mengatur tentang
tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor
dalam menjalankan profesinya.
Salah satu yang diatur dalam standar umum adalah besaran fee audit
yang akan diterima oleh auditor tersebut dalam melakukan tugasnya. Fee audit
merupakan salah satu tanggung jawab auditor kepada kliennya. Besaran fee
inilah yang kadang membuat seorang auditor berada di dalam posisi dilematis,
di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberi opini mengenai
kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak
pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang
dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya diwaktu yang akan
datang. Posisi unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang
dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya.
Pada tahun 2015 muncul lagi skandal akuntansi yaitu pada perusahaan
Toshiba yang menggegerkan dunia profesi akuntansi. Perusahaan yang telah
berusia 140 tahun itu tiba-tiba kehabisan akal untuk mempertahankan kinerja
keuangannya. Penggelembungan laba sebesar 151,8 miliar yen atau 1,22
miliar dolar AS ini yang awalnya ingin menciptakan investor’s
confidence ternyata telah mencoreng nama besar Toshiba selama ini. Profesi
akuntan dan auditor lagi–lagi dipertanyakan. Ternyata tidak cukup setelah
kasus Enron tahun 2001 yang juga telah membohongi publik dengan menutupi
kerugian sebesar 2 miliar dolar Amerika Serikat dengan menyatakan laba
sebesar 600 juta dolar Amerika Serikat. Mungkin masih terngiang di telinga
para akuntan dan auditor tentang kasus Enron yang dianggap sebagai the
biggest audit failure in the century, yang malangnya melibatkan Arthur
Anderson salah satu the big five accounting firms saat itu. Akademisi dan
profesi berdebat tentang apakah auditor harus diganti setelah beberapa lama
memberikan jasa audit kepada satu klien karena kasus Enron diduga terjadi
karena lama hubungannya dengan klien. Setahun setelah itu dunia akuntansi
dan audit dipaksa patuh kepada Sarbanes-Oxley Act/Sarbox/SOX yang
memperketat lagi peraturan laporan keuangan bagi perusahaan publik maupun
Namun setelah muncul peraturan itu, mengapa masih ada lagi fraud di
mana–mana? Termasuk di perusahaan Toshiba yang terkenal dipandu oleh
prinsip-prinsip Komitmen Dasar Grup Toshiba "Berkomitmen untuk
orang-orang, Komitmen untuk Masa Depan", Toshiba mempromosikan operasi
global dengan mengamankan "Pertumbuhan Melalui Kreativitas dan Inovasi",
dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian dunia di mana orang-orang
hidup dalam masyarakat aman, tenang dan nyaman. Ternyata pada tahun 2015
masyarakat tidak aman, tenang, dan nyaman hanya karena Toshiba telah gagal
menjalankan prinsip kebenaran dan tanggung jawab (Mukhlisin, 2015).
Masa perikatan auditor (tenure audit) yang panjang dapat menyebabkan
auditor dapat mengembangkan hubungan yang lebih nyaman serta kesetiaan
yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat
mencapai tahap dimana independensi auditor terancam. Lamanya masa
perikatan juga bisa membuat seorang auditor lebih mementingkan kepentingan
kliennya dibandingkan dengan dengan kepentingan profesinya. Kartika juga
berpendapat bahwa masa perikatan auditor berpengaruh terhadap kualitas
audit. Apabila masa perikatan auditor bertambah lama maka kualitas audit
menjadi buruk.
Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada “Analisis Fee Audit, Tenure Audit dan Skeptisme Profesional
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
1. Apakah fee audit berhubungan dengan kualitas audit?
2. Apakah tenure audit berhubungan dengan kualitas audit?
3. Apakah skeptisme profesional auditor berhubungan dengan kualitas audit?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini terbatas pada persepsi auditor terhadap fee audit, tenure
audit, skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit.
Objek penelitian juga terbatas pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian
sehingga dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun
kesimpulan untuk variabel dan objek penelitian yang berbeda.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Hubungan antara fee audit dengan kualitas audit.
2. Hubungan antara tenure audit dengan kualitas audit.
E. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan
manfaat terhadap:
1. Bagi Auditor Independen
Membantu auditor independen atau auditor eksternal dalam membuat
laporan audit atas laporan keuangan klien dengan pemahaman skeptisme
profesional. Auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit yang
lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa
audit dan meningkatkan nilai profesi akuntan di dunia bisnis. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan pemikiran yang
dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam melakukan penelitian.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam
menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang telah diperoleh di
bangku kuliah dengan praktik di dunia nyata.
3. Bagi Akademisi
Membantu orang-orang yang ingin mengetahui dan memperdalam
tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan
4. Bagi Masyarakat
Adanya referensi bagi masyarakat atau pihak yang membutuhkan
agar penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang
berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Bagi Penulis Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guna pengembangan
penelitian lebih lanjut dengan model analisis yang berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri atas enam bab,
masing-masing urutan yang secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan
untuk membantu memecahkan masalah penelitian, yanng meliputi
teori dasar yang digunakan, pengertian audit, tujuan audit, tipe
audit, tipe auditor, pengertian akuntan publik, pengertian Kantor
audit, pengertian skeptisme profesional, pengertian kualitas audit,
tinjauan peneliti terdahulu, dan kerangka pemikiran.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, subjek dan
objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian
yang digunakan, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dan teknik
analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta
Pada bab ini menguraikan gambaran umum KAP di Yogyakarta
yang menjadi responden penelitian, seperti alamat, nomor
telepon/fax, emai/website, nomor register akuntan publik dan
daftar akuntan publik yang terdaftar.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini menguraikan hasil-hasil pengolahan data penelitian
sekaligus pembahasannya.
Bab V Penutup
Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik
berdasarkan hasil pengolahan data, keterbatasan dalam penelitian,
dan saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis dimasa
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Audit
1. Pengertian Audit
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept) dalam Halim
(2008: 1) mendefinisikan auditing sebagai:
Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi
bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Soekrisno (2012:4), “Auditing adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembuktian dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Jadi Auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara
sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah
keuangan yang telah disajikan secara wajar (bebas dari salah saji yang
material).
2. Tujuan Audit
Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) (2011, 110: 1),
tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk
menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor
menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia
harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar
auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia mengharuskan
auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan jika
ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
3. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (2002: 30-32), auditing umumnya digolongkan
menjadi tiga golongan: audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit
operasional.
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan (financial statement audit) adalah audit
yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan
yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil auditing terhadap laporan
keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit
dan dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti
pemengang saham, kreditor dan Kantor Pelayanan Pajak.
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan (compliance audit) adalah audit yang tujuannya
untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau
peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada
pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak
dijumpai dalam pemerintahan.
c. Audit Operasional
Audit operasional (operational audit) merupakan review secara
sistematik kegiatan organisasi, atau bagiandaripadanya, dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah
peningkatan, membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan
lebih lanjut. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang
meminta dilaksanakannya audit tersebut.
4. Tipe Auditor
Menurut Halim (2008: 11-12), pada umumnya auditor
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu Auditor Internal, Auditor
Pemerintah, dan Auditor Independen.
a. Auditor Internal
Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat
mereka melakukan audit. Tujuan audit internal adalah untuk membantu
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan
audit kepatuhan.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam
pemerintahan. Auditing ini dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang
bekerja di BPKP, BPK dan audior pemerintah yang bekerja di
Direktorat Jenderal Pajak.
c. Auditor Independen (Akuntan Publik)
Auditor independen (independen auditor) adalah para praktisi
auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan
bisnis yang beerorientasi jasa, organisasi nirlaba, badan-badan
pemerintah, maupun individu perseorangan.
5. Pengertian Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari
Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia.
Ketentuan mengenai akuntan publik ini diatur dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik.
Izin menjadi akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Untuk mengajukan
permohonan menjadi akuntan publik, akuntan mengajukan permohonan
tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala pusat dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki nomor register Negara untuk Akuntan.
b. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP) yang sah yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) atau perguruan tinggi yang terakreditasi IAPI untuk
menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.
c. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka
Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam
2 tahun terakhir.
d. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan
paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500
(lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi
perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan
KAP.
e. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan
peraturan undang-undang yang berlaku.
f. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
g. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
h. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
i. Menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia.
j. Tidak berada dalam pengampuan.
k. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin
Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang
6. Pengertian Kantor Akuntan Publik
Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada
kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah bada usaha
yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya.
Badan usaha KAP dapat berbentuk:
a. Perseorangan – hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang
akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan.
b. Persekutuan perdata atau persekutuan firma – hanya dapat didirikan
oleh paling sedikit 2 orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh
sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan
(Partner) dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.
c. Untuk mendirikan KAP, seseorang harus mendaftar pada Departemen
Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 5 Undang-undang No. 5
tahun 2011 tentang Perizinan Akuntan Publik. Izin usaha KAP
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk badan usaha
perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin
usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki izin akuntan publik.
2) Menjadi anggota IAPI.
3) Mempunyai paling sedikit 3 orang auditor tetap dengan tingkat
setara Diploma III dan paling sedikit 1 orang diantaranya memiliki
register negara untuk akuntan.
4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Memiliki rancangan
Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi SPAP dan
paling kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur
pengendalian mutu.
5) Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.
6) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor
yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
7) Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan
Izin Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang
disampaikan adalah benar.
Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain
persyaratan-persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki NPWP KAP.
b. Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.
c. Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan
yang akuntan publik.
d. Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin
Rekan dan Rekan yang akuntan publik.
e. Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai
f. Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang
KAP di seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.
KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan
publik yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha
persekutuan, menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah
akuntan publik pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan
publik yang namanya tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang
menggunakan singkatan atau penggalan nama. KAP dapat melakukan
kerjasama dengan KAP atau organisasi audit asing. KAP dapat
mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing tersebut pada
dokumennya setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan
huruf nama KAP atau organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf
nama KAP.
Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik Sumber: Halim (2008: 17)
Partner
Akuntan Senior Manajer
Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan
sebagai berikut:
a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas mereview
(menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui
masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas segala hal yang
berkaitan dengan pekerjaan audit.
b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,
mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci
terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.
c. Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review
pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.
d. Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung
jawab atas pekerjaan lapangan.
B. Fee Audit
Menurut Soekrisno (2012: 46) dan Halim (2008: 36), besarnya fee yang
diterima oleh akuntan publik setelah melaksanakan jasa auditnya tergantung
antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya
tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.
Menurut Soekrisno (2012: 47) dan Halim (2008: 37), komisi adalah
imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan
kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut
dapat mengurangi independensi.
Menurut SPAP Seksi 240.1 (2011), dalam hal melakukan negosiasi
mengenai jasa profesional yang diberikan. Praktisi dapat mengusulkan jumlah
imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah
imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih rendah
dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik
profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang
diusulkan. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika
besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan sedemikian rendahnya,
sehingga dapat mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan
baik berdasarkan standar teknis dan standar profesi yang berlaku.
Jadi fee audit adalah biaya yang dikeluarkan oleh klien atau imbalan jasa
C. Tenure Audit
Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan
pemeriksaan terhadap suatu unit-unit usaha/perusahaan atau instansi
(Wijiastuti,2012). Di Indonesia masa pemberian jasa audit diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nmor:17/PMK.01/2008
tentang jasa akuntan publik Pasal 3 Ayat 1 membatasi pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP
paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Menurut Kartika, masa perikatan audit (tenure audit) adalah jangka
waktu seorang auditor secara berturut turut dalam melaksanakan tugasnya
mengaudit laporan keuangan kliennya.
Jadi dapat disimpukan bahwa jangka waktu seorang auditor dalam
mengaudit laporan keuangan klien disebut tenure audit dan di Indonesia
ketentuannya telah dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan.
D. Skeptisme Profesional Auditor
1. Pengertian Skeptisme Profesional Auditor
Skeptisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu. Menurut Tuanakota
(2013:321) skeptisme profesional adalah kewajiban auditor untuk
periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya
kecurangan.
Menurut Tuanakota (2013:321) ada beberapa petunjuk ringkas
mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan
kecurangan yaitu:
a. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan
1) Manajemen berada dalam posisi meniadakan (override)
pengendalian intern yang baik.
2) Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinan/kepercayaan
mereka bahwa manajemen dan those charged with governance
(TCWG) jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam
audit yang lalu menunjukan mereka jujur dan punya integritas.
b. Sikap berfikir yang senantiasa mempertanyakan
Buat penilaian kritis (critical assesment) tentang sah atau
validnya bukti audit yang diperoleh.
c. Waspada
1) Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan
keandalan?
2) Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor?
3) Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen?
d. Terapkan kehati-hatian
Jangan:
2) Menggeneralisasi kesimpulan mengenai mengamatan audit.
3) Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelakanaan
dan luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil atau
temuannya.
4) Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan atau
kepercayaan manajemen jujur dan punya integritas.
5) Terima representasi dari manajemen sebagai substitusi/pengganti
dari bukti audi yang cukup dan tepat yang seharusnya diperoleh.
E. Kualitas Audit
Menurut Soekrisno (2008: 43), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Akuntan publik
atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang
prinsip-prinsip profesi. Ada 8 (delapan) prinsip etika profesi Ikatan Akuntan
Indonesia yang harus dipatuhi yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
3. Integritas
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dengan intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mrngungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan
publik juga harus berpedoman pada Standar Auditing dalam Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAPI. Menurut SPAP
Seksi 150.1 (2011). Standar auditing terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
unsur-unsur kualitas laporan adalah sebagai berikut:
a) Tepat waktu
b) Lengkap
c) Akurat
e) Meyakinkan
f) Jelas
g) Ringkas
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah
kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya
dalam mengaudit dan melaporkan laporan keuangan dengan sebaik
mungkin dan bertanggung jawab pada kepercayaan masyarakat.
Kualitas ini sangat penting dalam hasil audit karena hasil dari audit
akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Hamid (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Tenure KAP dan
Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian
studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI. Dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dengan masa perikatan 3 (tiga) tahun
tidak lebih berkualitas daripada KAP dengan masa perikatan kurang
dari 3 tahun. KAP Big Four atau Internasional lebih berkualitas
daripada KAP non Big Four atau non Internasional.
2. Indah (2014), dengan judul penelitian ”Pengaruh Integritas dan
Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit” yang
melakukan penelitian di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota
Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa masih ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan
yang tidak selalu bersikap jujur dan berani, agar auditor harus selalu
berani dan jujur, sebaiknya dilakukan pengawasan agar setiap auditor
yang melaksanakan audit bisa menjaga kejujuran, keberanian dan tetap
patuh pada aturan yang ada, sehingga menghasilkan kualitas audit
yang baik. Ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan Publik yang
berada di kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) yang belum
memiliki sikap skeptisme, auditor harus lebih kritis, teliti, dan lebih
peka terhadap kecurangan yang dilakukan manajemen agar dapat
menemukan bukti-bukti yang akurat dan menghasilkan kualitas audit
yang baik. Selain itu seorang auditor diharuskan sering mengikuti
pelatihan dan melakukan evaluasi agar dapat menumbuhkan sikap
skeptisme profesionalnya dalam mendeteksi kecurangan dan
pelanggaran dalam laporan keuangan klien. Kualitas Audit pada
Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di
BAPEPAM-LK berada dalam kategori baik karena masih adanya
beberapa auditor yang belum memiliki integritas dan skeptisme
profesional auditor yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan. Maka auditor perlu meningkatkan sikap
kritis,teliti, jujur, tidak memihak, selalu objektif dan berani dalam
bertindak agar disetiap pelaksanaan audit tidak terjadi kecurangan dan
3. Wijiastuti (2012), dengan judul penelitian “Analisis Persepsi Auditor
atas Pengalaman Auditor dan Tenure Terhadap Kualitas Audit” yang
melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengalaman auditor, tenure audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit, serta pengelaman auditor dan tenure
audit secara bersama-sama juga berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
4. Nugraheni dan Suzan (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh
Kompetensi, Independensi dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit”
yang melakukan penelitian studi kasus di Kantor Akuntan Publik di
Kota Bandung. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi
dan independensi berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas
audit akuntan publik di Kota Bandung, sedangkan Audit fee
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada kualitas audit akuntan
publik di Kota Bandung.
5. Purba (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan
Pengalaman Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit” yang
melakukan penelitian di KAP Wilayah Bandung. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa fee audit berpengaruh terhadap Kualitas audit
pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, dimana fee audit
yang diterima tinggi maka akan membuat kualitas audit yang
dihasilkan menjadi baik. KAP yang menerima fee yang tinggi akan
menghasilkan kualitas audit yang baik. Sementara dengan pengalaman
auditor eksternal yang banyak dalam melakukan audit maka akan
menghasilkan kualitas audit yang baik pula pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit dan Pengalaman Auditor
Eksternal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit
pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit yang
sesuai serta Pengalaman Auditor Eksternal yang banyak akan membuat
kualitas audit yang dihasilkan baik dan memuaskan. Namaun
kurangnya kesadaran atas resiko audit dan masih kurangnya
pengalaman bidang audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Bandung akan membuat kualitas audit yang dihasilkan kurang baik.
6. Anugerah dan Akbar (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh
Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap
Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di Inspektorat Se-Provinsi
Riau. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan
skeptisme professional auditor Inspektorat berpengaruh terhadap
kualitas auditnya, sementara kompleksitas tugas para auditor
Inspektorat tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit mereka.
7. Adnyani, Atmaja dan Herawati (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi, dan
Pengalaman Auditor Terhadap Tanggungjawab Auditor Dalam
Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan” yang
Wilayah Bali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skeptisme
professional, independensi dan pengalaman auditor berpengaruh
signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan.
8. Anwar (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan
Tekanan Anggaran Waktu Audit terhadap Kualitas Audit” yang
melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota
Bandung yang terdaftar di IAPI. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa fee audit memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kualitas audit sementara sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti kompleksitas tugas yang dihadapi dan motivasi
auditor. Terdapat hubungan kuat antara fee audit dengan kualitas audit.
Hal ini berarti apabila fee audit yang diterima oleh auditor meningkat,
maka kualitas auditnya pun akan meningkat. Fee audit pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di IAPI berada
dalam kategori yang cukup tinggi. Tekanan anggaran waktu audit
memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kualitas
audit sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
pengalaman auditor dan kompetensi auditor. Terdapat hubungan yang
sedang antara tekanan anggaran waktu audit dengan kualitas audit. Hal
ini berarti apabila tekanan anggaran waktu audit meningkat maka
dikategorikan tinggi pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung
yang terdaftar di IAPI.
9. Rusyanti (2010), dengan judul penelitian “Pengaruh Sikap Skeptisme
Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Wilayah
Jakarta Utara menyatakan bahwa skeptisme profesional seorang
auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu
berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditnya.
10.Saputri (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Skeptisme
Profesional, Pengalaman dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit” yang
melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara variabel skeptisme
profesional, pengalaman, fee audit terhadap kualitas audit, baik secara
parsial maupun simultan.
11.Taringan (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi,
Etika dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan
penelitian di KAP Wilayah Jakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh antara kompetensi dan kualitas audit, etika
profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit dan fee
audit juga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa
fee audit tidak selalu berpengaruh terhadap kualitas audit, namun
terhadap kualitas audit sehingga semakin lama tenure audit KAP maka
kualitas auditnya semakin buruk dan sikap skeptisme audior pun bisa
berkurang.
G. Kerangka Pemikiran
1. Hubungan Fee Audit dengan Kualitas Audit
Menurut Soekrisno (2012: 46) menyatakan bahwa besarnya fee
yang diterima oleh akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit
yang dinyatakan dalam kalimat berikut.
“Anggota Kantor Akuntan Publik tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi”.
Menurut Kartika (2013) yang melakukan penelitian Survey di
Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung menyatakan bahwa fee audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Hartadi
(2009) dalam penelitiannya dengan judul penelitian Pengaruh Fee
Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di
Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa bahwa Fee audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
2. Hubungan Tenure Audit dengan Kualitas Audit
Khususnya di Indonesia, masalah audit tenure atau lamanya
hubungan dengan klien telah diatur oleh Menteri Keuangan yang
Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan
Menteri Keuangan membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut
dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun
buku berturut-turut. Pembatasan ini dimaksudkan agar hubungan klien
dengan auditor tidak terlalu dekat sehingga dapat mencegah terjadinya
kasus kecurangan akuntansi.
Namun ada beberapa perbedaan penjelasan dalam hasil penelitian
terdahulu yang dinyatakan sebagai berikut. Menurut Kartika (2013)
yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik (KAP)
wilayah Bandung menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
3. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dengan Kualitas Audit
Menurut Tuanakota (2013:321) skeptisme profesional adalah
kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan
skeptisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama
kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.
Tuanakota (2011:94) menyatakan sikap skeptisme profesional
auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas audit.
Indah (2014) dengan judul ”Pengaruh Integritas dan Skeptisme
Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) menunjukkan
bahwa skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap kualitas
audit. Ketika seorang auditor kehilangan skeptisme profesionalnya
maka hasil dari auditnya dapat dipertanyakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Gambar II. Kerangka Pemikiran
Sumber: Halim (1995), Soekrisno (2012), Wijiastuti (2012), Noviyanti (2008), Rusyanti (2010), IAPI (2011), Tuanakotta (2013)
Fee Audit
(X1)
Tenure Audit
(X2)
Skeptisme Auditor (X3)
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu menggunakan
data yang diperoleh langsung dari auditor yang menjadi responden. Hasil dari
penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk mewakili seluruh auditor
yang ada di Indonesia karena penelitian ini menggunakan sampel auditor di
Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah mengenai fee audit, tenure (masa
perikatan) audit, skeptisme profesional auditor dan kualitas audit.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang berada di
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dimana
model analisisnya menggunakan analisis statistik.
E. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian
ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode convinience sampling (pengambilan sampel secara nyaman) yaitu
dengan cara memilih auditor–auditor secara bebas sekehendak peneliti
berdasarkan data yang diperoleh.
F. Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
jawaban atas instrumen yang penelitian. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui kuesioner yang akan disebarkan kepada responden yang
akan menjadi sampel penelitian. Data sekunder juga meliputi
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
angket (kuesioner) yaitu dengan menyebarkan kuesioner yang akan diisi oleh
auditor di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Kuesioner terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama terdiri dari sejumlah pertanyaan yang bersifat umum
atau yang berhubungan dengan identitas responden. Bagian kedua berisi
sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan fee audit, tenure audit,
skeptisme profesional auditor dan kualitas audit. Pengukuran variabel-variabel
menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan dan pernyataan.
H. Definisi Operasional Variabel
Operasional Variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan dan pernyataan
dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert. Jawaban yang didapat akan dibuat skor
tertinggi 5 (lima) dan terendah 1 (satu). Untuk jawabannya yaitu sangat tidak
setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, ragu-ragu (R) = skor 3,
setuju (S) = skor 4 dan sangat setuju (SS) = skor 5.
Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
variabel independen (bebas) dan variabel depeden (terikat). Definisi
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi
variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah fee audit
(X1), tenure audit (X2) dan skeptisme profesional auditor (X3).
a. Fee Audit (X1)
Biaya jasa audit menentukan kualitas audit yang dilakukan oleh
KAP (Rosnidah, 2010). Ada 4 (empat) faktor dominan yang
`menentukan fee audit yaitu keuangan, lingkungan, karakteristik
operasi dan kegiatan auditor eksternal (Halim, 1995).
Untuk mengetahui hubungan fee audit dengan kualitas audit
digunakan indikator berikut: (a) keuangan (struktur biaya KAP yang
bersangkutan), (b) lingkungan, (c) karakteristik operasi, (d) kegiatan
auditor eksternal, (e) risiko penugasan, (f) kompleksitas jasa yang
diberikan. (g) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa audit. Instrumen yang digunakan untuk mengukur terdiri dari 6
(enam) item pertanyaan. Masing-masing item tersebut diukur
menggunakan skala likert 5 poin (Halim, 1995 dan Soekrisno, 2012).
Adapun penjelasan dari masing-masing indikator dan instrumen
penelitian sebagai berikut.
1) Keuangan (struktur biaya KAP yang bersangkutan)
Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Struktur
mempengaruhi fee yang saya terima. Kriteria Gradasi dari
alternatif jawaban sebagai berikut.
a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih
jawaban STS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang
mengaudit sama sekali tidak mempengaruhi fee yang
responden diterima.
b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban
TS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang
mengaudit tidak mempengaruhi fee yang responden terima.
c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R
jika bagi responden terkadang struktur keuangan KAP yang
mengaudit mempengaruhi fee yang responden terima dan
terkadang tidak mempengaruhi fee yang responden terima.
d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika
bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit
mempengaruhi fee yang responden terima.
e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban
SS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit
sangat mempengaruhi fee yang responden terima.
2) Lingkungan
Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Klien selalu
menyanggupi pembayaran fee yang saya tawarkan. Kriteria gradasi