• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis fee audit, tenure audit dan skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit. Studi kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis fee audit, tenure audit dan skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit. Studi kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

xiii ABSTRAK

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN

KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.

(2)

xiv ABSTRACT

ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP

WITH AUDIT QUALITY

A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi Student Number: 122114048

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.

The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.

Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.

(3)

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM

HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM

HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM: 122114048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dunia ini adalah dunia yang aneh

Dunia yang hijau tapi lucu

Dunia yang kotor tapi indah

Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan

dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah

dan membius diri saya dalam segala-galanya

Semua dengan kesadaran

Setelah itu hati rasanya menjadi lega.

Dunia itu seluas langkah kaki

Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah

Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan

dan menyatu dengannya.

-Soe Hok Gie-

Ku persembahkan untuk:

Ayahku I Ketut Suartawan dan Ibuku Ni Nengah Sartini Adikku Cinsya dan Icha

Keluarga besar di Pulau Dewata

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL

AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS AUDIT Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Juli 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 26 Juli 2016 Yang membuat penyataan,

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi

Nomor Mahasiswa : 122114048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN KUALITAS

AUDIT

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Agustus 2016

Yang menyatakan

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. YFM. Gien Agustinawan, M.M., Akt selaku Pembimbing I yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang telah dibagikan penulis.

6. Bapak dan Ibu yang peduli pada pendidikan anaknya, dan banyak mendorong dan mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Adikku Cinsya dan Icha yang selalu mendoakan dan memberikanku semangat. 8. Keluarga Besar di Pulau Bali yang selalu memberikan dukungan.

9. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

(11)

viii

11.Sahabat-sahabat yang mendorong dan memberikan semangat penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12.Teman-teman kelas MPAT atas kerjasama dan masukannya kepada penulis dalam menyelesiakan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Juli 2016

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Permasalahan ...1

B. Rumusan Masalah ...5

A. Tinjauan Umum Audit ...8

B. Fee Audit ...18

C. Tenure Audit ...19

D. Skeptisme Profesinoal Auditor ...20

E. Kualitas Audit ...21

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...26

G. Kerangka Pemikiran ...31

(13)

x

A. Jenis Penelitian ...35

B. Subjek Dan Objek Penelitian ...35

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...35

D. Metode Penelitian ...36

E. Populasi Dan Sampel ...36

F. Data ...36

G. Teknik Pengumpulan Data ...37

H. Definisi Operasional Variabel ...37

I. Teknik Analisis Data ...72

BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI YOGYAKARTA...77

A. KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pramudji and Partners...77

B. KAP Drs. Bismar, Muntalib & Yunus ...78

C. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, Mm ...78

D. KAP Drs. Hadiono ...79

E. KAP Indarto Waluyo ...79

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...80

A. Paparan Data ...80

B. Deskripsi Responden ...81

C. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...84

1. Hasil Uji Validitas ...84

2. Hasil Uji Reabilitas ...87

D. Hasil Uji Hubungan Antar Variabel (Korelasi Spearman) ...88

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...90

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Diskripsi Penyebaran Kuesioner ...80

Tabel 5.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ...81

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jabatan Responden ...81

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja di Bidang Audit ...82

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Keahlian Khusus ...82

Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Lama Menekuni Keahlian Khusus ...83

Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal...83

Tabel 5.8 Data Responden Berdasarkan Sertifikat/ Gelar Profesi ...84

Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...85

Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...86

Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor ...86

Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...87

Tabel 5.13 Hasil Uji Reabilitas...88

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ...101

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ...108

Lampiran 3 Hasil Tabulasi Data Isian Instrumen ...113

Lampiran 4a Hasil Uji Validitas Variabel Fee Audit ...118

Lampiran 4b Hasil Uji Validitas Variabel Tenure Audit ...119

Lampiran 4c Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Audit ...120

Lampiran 4d Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ...121

Lampiran 5a Hasil Uji Reabilitas Fee Audit ...124

Lampiran 5b Hasil Uji Reabilitas Tenure Audit ...125

Lampiran 5c Hasil Uji Reabilitas Skeptisme Audit ...126

Lampiran 5d Hasil Uji Reabilitas Kualitas Audit ...127

(17)

xiv ABSTRAK

ANALISIS FEE AUDIT, TENURE AUDIT DAN SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR DALAM HUBUNGAN DENGAN

KUALITAS AUDIT

Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi NIM : 122114048 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan fee audit dengan kualitas audit, (2) hubungan tenure audit dengan kualitas audit, dan (3) hubungan skeptisme professional auditor dengan kualitas audit. Tempat penelitian ini di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Model analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara fee audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi 0,495>0,306 (rtabel) dan sig. (2-tailed) sebesar 0,005<0,025, adanya hubungan yang signifikan antara tenure audit dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,461>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,010<0,025, dan adanya hubungan yang signifikan antara skeptisme profesional auditor dan kualitas audit dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,697>0,306 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000<0,025.

Kata kunci: Fee Audit, Tenure Audit, Skeptisme Profesional Auditor dan Kualitas

(18)

xv ABSTRACT

ANALISYS OF AUDIT FEE, AUDIT TENURE AND AUDITOR PROFESSIONAL SKEPTICISM IN RELATIONSHIP

WITH AUDIT QUALITY

A Case Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta

Ni Putu Rusmitha Cintya Dewi Student Number: 122114048

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

The aim of this research was: (1) to determine relationship between auditor fee with audit quality, (2) to determine relationship between audit tenure with audit quality, (3) to determine relationship between auditor professional skepticism with audit quality. The location of this research was at Public Accountant Firm in Yogyakarta.

The reseach was case study. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman correlation test.

Based on the result, it shows that there is significant relationship between audit fee and audit quality with correlation coefficient 0,495 and sig. (2-tailed) 0,005. There is significant correlation between audit tenure and audit quality with value of correlation coefficient 0,461 and sig. (2-tailed) 0,010. There is significant correlation between auditor professional skepticism and audit quality with value of correlation coefficient 0,697 and sig. (2-tailed) 0,000.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Profesi akuntan menjadi salah satu profesi yang berhubungan erat

dengan etika dan praktik bisnis. Profesi akuntan seharusnya dapat menjadi

suatu profesi yang terhormat yang berdiri tegak di atas landasan karakter

profesionalnya. Seorang akuntan yang profesional harus berani menolak suatu

yang bertentangan dengan profesionalisme akuntan dan melakukan hal yang

sejalan dengan moralitasnya sebagai seorang akuntan.

Banyaknya kasus-kasus skandal akuntansi yang terjadi sering dikaitkan

dengan kegagalan auditor dalam pengauditan laporan keuangan klien. Hal ini

akan mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Situasi ini juga dapat

mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas laporan keuangan dan

hasil auditnya. Kualitas laporan keuangan sangat penting bagi pengguna

laporan keuangan karena akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

sebuah keputusan bisnis. Para pengguna laporan keuangan mengharapkan

bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sudah bebas dari salah saji

material sehingga dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan.

Seorang akuntan publik harus berpedoman pada standar audit yang

ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

(20)

standar pelaporan. Standar ini harus dilakukan oleh setiap auditor karena jika

standar tesebut dijalankan maka kualitas dari hasil audit akan dapat terlihat.

Standar umum mengharuskan seorang auditor untuk memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup dalam menjalankan prosedur audit. Standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal

pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan

audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan

yang diauditnya secara keseluruhan.

Selain harus menjalankan ketiga standar tersebut seorang auditor pun

harus menaati kode etik profesi yang mengatur prilaku akuntan publik dalam

menjalankan tugasnya sebagai seorang auditor. Kode etik ini mengatur tentang

tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional,

kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor

dalam menjalankan profesinya.

Salah satu yang diatur dalam standar umum adalah besaran fee audit

yang akan diterima oleh auditor tersebut dalam melakukan tugasnya. Fee audit

merupakan salah satu tanggung jawab auditor kepada kliennya. Besaran fee

inilah yang kadang membuat seorang auditor berada di dalam posisi dilematis,

di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberi opini mengenai

kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak

pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang

(21)

dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya diwaktu yang akan

datang. Posisi unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang

dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya.

Pada tahun 2015 muncul lagi skandal akuntansi yaitu pada perusahaan

Toshiba yang menggegerkan dunia profesi akuntansi. Perusahaan yang telah

berusia 140 tahun itu tiba-tiba kehabisan akal untuk mempertahankan kinerja

keuangannya. Penggelembungan laba sebesar 151,8 miliar yen atau 1,22

miliar dolar AS ini yang awalnya ingin menciptakan investor’s

confidence ternyata telah mencoreng nama besar Toshiba selama ini. Profesi

akuntan dan auditor lagi–lagi dipertanyakan. Ternyata tidak cukup setelah

kasus Enron tahun 2001 yang juga telah membohongi publik dengan menutupi

kerugian sebesar 2 miliar dolar Amerika Serikat dengan menyatakan laba

sebesar 600 juta dolar Amerika Serikat. Mungkin masih terngiang di telinga

para akuntan dan auditor tentang kasus Enron yang dianggap sebagai the

biggest audit failure in the century, yang malangnya melibatkan Arthur

Anderson salah satu the big five accounting firms saat itu. Akademisi dan

profesi berdebat tentang apakah auditor harus diganti setelah beberapa lama

memberikan jasa audit kepada satu klien karena kasus Enron diduga terjadi

karena lama hubungannya dengan klien. Setahun setelah itu dunia akuntansi

dan audit dipaksa patuh kepada Sarbanes-Oxley Act/Sarbox/SOX yang

memperketat lagi peraturan laporan keuangan bagi perusahaan publik maupun

(22)

Namun setelah muncul peraturan itu, mengapa masih ada lagi fraud di

mana–mana? Termasuk di perusahaan Toshiba yang terkenal dipandu oleh

prinsip-prinsip Komitmen Dasar Grup Toshiba "Berkomitmen untuk

orang-orang, Komitmen untuk Masa Depan", Toshiba mempromosikan operasi

global dengan mengamankan "Pertumbuhan Melalui Kreativitas dan Inovasi",

dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian dunia di mana orang-orang

hidup dalam masyarakat aman, tenang dan nyaman. Ternyata pada tahun 2015

masyarakat tidak aman, tenang, dan nyaman hanya karena Toshiba telah gagal

menjalankan prinsip kebenaran dan tanggung jawab (Mukhlisin, 2015).

Masa perikatan auditor (tenure audit) yang panjang dapat menyebabkan

auditor dapat mengembangkan hubungan yang lebih nyaman serta kesetiaan

yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat

mencapai tahap dimana independensi auditor terancam. Lamanya masa

perikatan juga bisa membuat seorang auditor lebih mementingkan kepentingan

kliennya dibandingkan dengan dengan kepentingan profesinya. Kartika juga

berpendapat bahwa masa perikatan auditor berpengaruh terhadap kualitas

audit. Apabila masa perikatan auditor bertambah lama maka kualitas audit

menjadi buruk.

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada “Analisis Fee Audit, Tenure Audit dan Skeptisme Profesional

(23)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

1. Apakah fee audit berhubungan dengan kualitas audit?

2. Apakah tenure audit berhubungan dengan kualitas audit?

3. Apakah skeptisme profesional auditor berhubungan dengan kualitas audit?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada persepsi auditor terhadap fee audit, tenure

audit, skeptisme profesional auditor dalam hubungan dengan kualitas audit.

Objek penelitian juga terbatas pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian

sehingga dimungkinkan adanya perbedaan hasil, pembahasan ataupun

kesimpulan untuk variabel dan objek penelitian yang berbeda.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. Hubungan antara fee audit dengan kualitas audit.

2. Hubungan antara tenure audit dengan kualitas audit.

(24)

E. Manfaat Penelitian

Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan

manfaat terhadap:

1. Bagi Auditor Independen

Membantu auditor independen atau auditor eksternal dalam membuat

laporan audit atas laporan keuangan klien dengan pemahaman skeptisme

profesional. Auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit yang

lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa

audit dan meningkatkan nilai profesi akuntan di dunia bisnis. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan pemikiran yang

dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam melakukan penelitian.

2. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam

menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang telah diperoleh di

bangku kuliah dengan praktik di dunia nyata.

3. Bagi Akademisi

Membantu orang-orang yang ingin mengetahui dan memperdalam

tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan

(25)

4. Bagi Masyarakat

Adanya referensi bagi masyarakat atau pihak yang membutuhkan

agar penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang

berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Bagi Penulis Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guna pengembangan

penelitian lebih lanjut dengan model analisis yang berbeda.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri atas enam bab,

masing-masing urutan yang secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan

untuk membantu memecahkan masalah penelitian, yanng meliputi

teori dasar yang digunakan, pengertian audit, tujuan audit, tipe

audit, tipe auditor, pengertian akuntan publik, pengertian Kantor

(26)

audit, pengertian skeptisme profesional, pengertian kualitas audit,

tinjauan peneliti terdahulu, dan kerangka pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, subjek dan

objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian

yang digunakan, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dan teknik

analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta

Pada bab ini menguraikan gambaran umum KAP di Yogyakarta

yang menjadi responden penelitian, seperti alamat, nomor

telepon/fax, emai/website, nomor register akuntan publik dan

daftar akuntan publik yang terdaftar.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini menguraikan hasil-hasil pengolahan data penelitian

sekaligus pembahasannya.

Bab V Penutup

Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik

berdasarkan hasil pengolahan data, keterbatasan dalam penelitian,

dan saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis dimasa

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Audit

1. Pengertian Audit

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept) dalam Halim

(2008: 1) mendefinisikan auditing sebagai:

Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi

bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan

kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara

asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan

hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Soekrisno (2012:4), “Auditing adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta

catatan-catatan pembuktian dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan

untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Jadi Auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara

sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah

(28)

keuangan yang telah disajikan secara wajar (bebas dari salah saji yang

material).

2. Tujuan Audit

Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) (2011, 110: 1),

tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada

umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,

dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk

menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk

menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor

menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia

harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar

auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia mengharuskan

auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan

disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan jika

ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi

dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan

(29)

3. Tipe Audit

Menurut Mulyadi (2002: 30-32), auditing umumnya digolongkan

menjadi tiga golongan: audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit

operasional.

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) adalah audit

yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan

yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil auditing terhadap laporan

keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit

dan dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti

pemengang saham, kreditor dan Kantor Pelayanan Pajak.

b. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) adalah audit yang tujuannya

untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau

peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada

pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak

dijumpai dalam pemerintahan.

c. Audit Operasional

Audit operasional (operational audit) merupakan review secara

sistematik kegiatan organisasi, atau bagiandaripadanya, dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah

(30)

peningkatan, membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan

lebih lanjut. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang

meminta dilaksanakannya audit tersebut.

4. Tipe Auditor

Menurut Halim (2008: 11-12), pada umumnya auditor

diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu Auditor Internal, Auditor

Pemerintah, dan Auditor Independen.

a. Auditor Internal

Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat

mereka melakukan audit. Tujuan audit internal adalah untuk membantu

manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan

audit kepatuhan.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam

pemerintahan. Auditing ini dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang

bekerja di BPKP, BPK dan audior pemerintah yang bekerja di

Direktorat Jenderal Pajak.

c. Auditor Independen (Akuntan Publik)

Auditor independen (independen auditor) adalah para praktisi

(31)

auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan

bisnis yang beerorientasi jasa, organisasi nirlaba, badan-badan

pemerintah, maupun individu perseorangan.

5. Pengertian Akuntan Publik

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari

Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia.

Ketentuan mengenai akuntan publik ini diatur dalam Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik

dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa

Akuntan Publik.

Izin menjadi akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan

berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Untuk mengajukan

permohonan menjadi akuntan publik, akuntan mengajukan permohonan

tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala pusat dengan memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki nomor register Negara untuk Akuntan.

b. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik

(USAP) yang sah yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI) atau perguruan tinggi yang terakreditasi IAPI untuk

menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.

c. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka

(32)

Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam

2 tahun terakhir.

d. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan

paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500

(lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi

perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan

KAP.

e. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan

peraturan undang-undang yang berlaku.

f. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

g. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.

h. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

i. Menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia.

j. Tidak berada dalam pengampuan.

k. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin

Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan

bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang

(33)

6. Pengertian Kantor Akuntan Publik

Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada

kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah bada usaha

yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi

akuntan publik dalam memberikan jasanya.

Badan usaha KAP dapat berbentuk:

a. Perseorangan – hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang

akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan.

b. Persekutuan perdata atau persekutuan firma – hanya dapat didirikan

oleh paling sedikit 2 orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh

sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan

(Partner) dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.

c. Untuk mendirikan KAP, seseorang harus mendaftar pada Departemen

Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 5 Undang-undang No. 5

tahun 2011 tentang Perizinan Akuntan Publik. Izin usaha KAP

dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk badan usaha

perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin

usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Memiliki izin akuntan publik.

2) Menjadi anggota IAPI.

3) Mempunyai paling sedikit 3 orang auditor tetap dengan tingkat

(34)

setara Diploma III dan paling sedikit 1 orang diantaranya memiliki

register negara untuk akuntan.

4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Memiliki rancangan

Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang memenuhi SPAP dan

paling kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur

pengendalian mutu.

5) Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.

6) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor

yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.

7) Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan

Izin Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan

bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang

disampaikan adalah benar.

Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain

persyaratan-persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki NPWP KAP.

b. Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.

c. Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan

yang akuntan publik.

d. Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin

Rekan dan Rekan yang akuntan publik.

e. Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai

(35)

f. Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.

KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang

KAP di seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.

KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan

publik yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha

persekutuan, menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah

akuntan publik pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan

publik yang namanya tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang

menggunakan singkatan atau penggalan nama. KAP dapat melakukan

kerjasama dengan KAP atau organisasi audit asing. KAP dapat

mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing tersebut pada

dokumennya setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan

huruf nama KAP atau organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf

nama KAP.

Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik Sumber: Halim (2008: 17)

Partner

Akuntan Senior Manajer

(36)

Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan

sebagai berikut:

a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas mereview

(menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui

masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas segala hal yang

berkaitan dengan pekerjaan audit.

b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,

mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci

terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.

c. Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung

terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review

pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.

d. Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung

jawab atas pekerjaan lapangan.

B. Fee Audit

Menurut Soekrisno (2012: 46) dan Halim (2008: 36), besarnya fee yang

diterima oleh akuntan publik setelah melaksanakan jasa auditnya tergantung

antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat

keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya

(37)

tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang

dapat merusak citra profesi.

Menurut Soekrisno (2012: 47) dan Halim (2008: 37), komisi adalah

imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan

kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari

klien/pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk

memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut

dapat mengurangi independensi.

Menurut SPAP Seksi 240.1 (2011), dalam hal melakukan negosiasi

mengenai jasa profesional yang diberikan. Praktisi dapat mengusulkan jumlah

imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah

imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh Praktisi yang satu lebih rendah

dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik

profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar

etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang

diusulkan. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap kompetensi

serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika

besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan sedemikian rendahnya,

sehingga dapat mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya perikatan dengan

baik berdasarkan standar teknis dan standar profesi yang berlaku.

Jadi fee audit adalah biaya yang dikeluarkan oleh klien atau imbalan jasa

(38)

C. Tenure Audit

Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan

pemeriksaan terhadap suatu unit-unit usaha/perusahaan atau instansi

(Wijiastuti,2012). Di Indonesia masa pemberian jasa audit diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nmor:17/PMK.01/2008

tentang jasa akuntan publik Pasal 3 Ayat 1 membatasi pemberian jasa audit

umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP

paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Menurut Kartika, masa perikatan audit (tenure audit) adalah jangka

waktu seorang auditor secara berturut turut dalam melaksanakan tugasnya

mengaudit laporan keuangan kliennya.

Jadi dapat disimpukan bahwa jangka waktu seorang auditor dalam

mengaudit laporan keuangan klien disebut tenure audit dan di Indonesia

ketentuannya telah dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan.

D. Skeptisme Profesional Auditor

1. Pengertian Skeptisme Profesional Auditor

Skeptisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu. Menurut Tuanakota

(2013:321) skeptisme profesional adalah kewajiban auditor untuk

(39)

periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya

kecurangan.

Menurut Tuanakota (2013:321) ada beberapa petunjuk ringkas

mengenai kewaspadaan profesional dalam menghadapi kemungkinan

kecurangan yaitu:

a. Sadari, manajemen selalu bisa membuat kecurangan

1) Manajemen berada dalam posisi meniadakan (override)

pengendalian intern yang baik.

2) Anggota tim audit harus mengesampingkan keyakinan/kepercayaan

mereka bahwa manajemen dan those charged with governance

(TCWG) jujur dan punya integritas, sekalipun pengalaman dalam

audit yang lalu menunjukan mereka jujur dan punya integritas.

b. Sikap berfikir yang senantiasa mempertanyakan

Buat penilaian kritis (critical assesment) tentang sah atau

validnya bukti audit yang diperoleh.

c. Waspada

1) Apakah bukti audit bertentangan dengan atau mempertanyakan

keandalan?

2) Dokumen dan tanggapan terhadap pertanyaan auditor?

3) Semua informasi lain yang diperoleh dari manajemen?

d. Terapkan kehati-hatian

Jangan:

(40)

2) Menggeneralisasi kesimpulan mengenai mengamatan audit.

3) Gunakan asumsi keliru dalam menentukan sifat, waktu pelakanaan

dan luasnya prosedur audit dan dalam mengevaluasi hasil atau

temuannya.

4) Terima bukti audit yang kurang persuasif, dengan harapan atau

kepercayaan manajemen jujur dan punya integritas.

5) Terima representasi dari manajemen sebagai substitusi/pengganti

dari bukti audi yang cukup dan tepat yang seharusnya diperoleh.

E. Kualitas Audit

Menurut Soekrisno (2008: 43), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika

memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Akuntan publik

atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang

prinsip-prinsip profesi. Ada 8 (delapan) prinsip etika profesi Ikatan Akuntan

Indonesia yang harus dipatuhi yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam

kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan

(41)

3. Integritas

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya

dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban

untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada

tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja

memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan

perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai

atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada

hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mrngungkapkannya.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi

profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan

(42)

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan

publik juga harus berpedoman pada Standar Auditing dalam Standar

Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAPI. Menurut SPAP

Seksi 150.1 (2011). Standar auditing terdiri dari standar umum, standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

(43)

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan

tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

unsur-unsur kualitas laporan adalah sebagai berikut:

a) Tepat waktu

b) Lengkap

c) Akurat

(44)

e) Meyakinkan

f) Jelas

g) Ringkas

Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah

kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya

dalam mengaudit dan melaporkan laporan keuangan dengan sebaik

mungkin dan bertanggung jawab pada kepercayaan masyarakat.

Kualitas ini sangat penting dalam hasil audit karena hasil dari audit

akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Hamid (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Tenure KAP dan

Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian

studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI. Dari penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dengan masa perikatan 3 (tiga) tahun

tidak lebih berkualitas daripada KAP dengan masa perikatan kurang

dari 3 tahun. KAP Big Four atau Internasional lebih berkualitas

daripada KAP non Big Four atau non Internasional.

2. Indah (2014), dengan judul penelitian ”Pengaruh Integritas dan

Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit” yang

melakukan penelitian di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota

Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa masih ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan

(45)

yang tidak selalu bersikap jujur dan berani, agar auditor harus selalu

berani dan jujur, sebaiknya dilakukan pengawasan agar setiap auditor

yang melaksanakan audit bisa menjaga kejujuran, keberanian dan tetap

patuh pada aturan yang ada, sehingga menghasilkan kualitas audit

yang baik. Ada beberapa auditor pada Kantor Akuntan Publik yang

berada di kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) yang belum

memiliki sikap skeptisme, auditor harus lebih kritis, teliti, dan lebih

peka terhadap kecurangan yang dilakukan manajemen agar dapat

menemukan bukti-bukti yang akurat dan menghasilkan kualitas audit

yang baik. Selain itu seorang auditor diharuskan sering mengikuti

pelatihan dan melakukan evaluasi agar dapat menumbuhkan sikap

skeptisme profesionalnya dalam mendeteksi kecurangan dan

pelanggaran dalam laporan keuangan klien. Kualitas Audit pada

Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di

BAPEPAM-LK berada dalam kategori baik karena masih adanya

beberapa auditor yang belum memiliki integritas dan skeptisme

profesional auditor yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap kualitas

audit yang dihasilkan. Maka auditor perlu meningkatkan sikap

kritis,teliti, jujur, tidak memihak, selalu objektif dan berani dalam

bertindak agar disetiap pelaksanaan audit tidak terjadi kecurangan dan

(46)

3. Wijiastuti (2012), dengan judul penelitian “Analisis Persepsi Auditor

atas Pengalaman Auditor dan Tenure Terhadap Kualitas Audit” yang

melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengalaman auditor, tenure audit berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit, serta pengelaman auditor dan tenure

audit secara bersama-sama juga berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit.

4. Nugraheni dan Suzan (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh

Kompetensi, Independensi dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit”

yang melakukan penelitian studi kasus di Kantor Akuntan Publik di

Kota Bandung. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi

dan independensi berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas

audit akuntan publik di Kota Bandung, sedangkan Audit fee

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada kualitas audit akuntan

publik di Kota Bandung.

5. Purba (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan

Pengalaman Auditor Eksternal terhadap Kualitas Audit” yang

melakukan penelitian di KAP Wilayah Bandung. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa fee audit berpengaruh terhadap Kualitas audit

pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, dimana fee audit

yang diterima tinggi maka akan membuat kualitas audit yang

dihasilkan menjadi baik. KAP yang menerima fee yang tinggi akan

(47)

menghasilkan kualitas audit yang baik. Sementara dengan pengalaman

auditor eksternal yang banyak dalam melakukan audit maka akan

menghasilkan kualitas audit yang baik pula pada Kantor Akuntan

Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit dan Pengalaman Auditor

Eksternal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit

pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Fee Audit yang

sesuai serta Pengalaman Auditor Eksternal yang banyak akan membuat

kualitas audit yang dihasilkan baik dan memuaskan. Namaun

kurangnya kesadaran atas resiko audit dan masih kurangnya

pengalaman bidang audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah

Bandung akan membuat kualitas audit yang dihasilkan kurang baik.

6. Anugerah dan Akbar (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh

Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap

Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di Inspektorat Se-Provinsi

Riau. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan

skeptisme professional auditor Inspektorat berpengaruh terhadap

kualitas auditnya, sementara kompleksitas tugas para auditor

Inspektorat tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit mereka.

7. Adnyani, Atmaja dan Herawati (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi, dan

Pengalaman Auditor Terhadap Tanggungjawab Auditor Dalam

Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan” yang

(48)

Wilayah Bali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skeptisme

professional, independensi dan pengalaman auditor berpengaruh

signifikan terhadap tanggungjawab auditor dalam mendeteksi

kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan.

8. Anwar (2014), dengan judul penelitian “Pengaruh Fee Audit dan

Tekanan Anggaran Waktu Audit terhadap Kualitas Audit” yang

melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota

Bandung yang terdaftar di IAPI. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa fee audit memberikan pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kualitas audit sementara sisanya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain seperti kompleksitas tugas yang dihadapi dan motivasi

auditor. Terdapat hubungan kuat antara fee audit dengan kualitas audit.

Hal ini berarti apabila fee audit yang diterima oleh auditor meningkat,

maka kualitas auditnya pun akan meningkat. Fee audit pada Kantor

Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di IAPI berada

dalam kategori yang cukup tinggi. Tekanan anggaran waktu audit

memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kualitas

audit sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti

pengalaman auditor dan kompetensi auditor. Terdapat hubungan yang

sedang antara tekanan anggaran waktu audit dengan kualitas audit. Hal

ini berarti apabila tekanan anggaran waktu audit meningkat maka

(49)

dikategorikan tinggi pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung

yang terdaftar di IAPI.

9. Rusyanti (2010), dengan judul penelitian “Pengaruh Sikap Skeptisme

Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit” yang melakukan penelitian di KAP Wilayah

Jakarta Utara menyatakan bahwa skeptisme profesional seorang

auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu

berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditnya.

10.Saputri (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Skeptisme

Profesional, Pengalaman dan Fee Audit terhadap Kualitas Audit” yang

melakukan penelitian di KAP Yogyakarta. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara variabel skeptisme

profesional, pengalaman, fee audit terhadap kualitas audit, baik secara

parsial maupun simultan.

11.Taringan (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi,

Etika dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit” yang melakukan

penelitian di KAP Wilayah Jakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada pengaruh antara kompetensi dan kualitas audit, etika

profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit dan fee

audit juga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa

fee audit tidak selalu berpengaruh terhadap kualitas audit, namun

(50)

terhadap kualitas audit sehingga semakin lama tenure audit KAP maka

kualitas auditnya semakin buruk dan sikap skeptisme audior pun bisa

berkurang.

G. Kerangka Pemikiran

1. Hubungan Fee Audit dengan Kualitas Audit

Menurut Soekrisno (2012: 46) menyatakan bahwa besarnya fee

yang diterima oleh akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit

yang dinyatakan dalam kalimat berikut.

“Anggota Kantor Akuntan Publik tidak diperkenankan

mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi”.

Menurut Kartika (2013) yang melakukan penelitian Survey di

Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung menyatakan bahwa fee audit

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Hartadi

(2009) dalam penelitiannya dengan judul penelitian Pengaruh Fee

Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di

Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa bahwa Fee audit

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2. Hubungan Tenure Audit dengan Kualitas Audit

Khususnya di Indonesia, masalah audit tenure atau lamanya

hubungan dengan klien telah diatur oleh Menteri Keuangan yang

(51)

Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan

Menteri Keuangan membatasi pemberian jasa audit umum atas laporan

keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut

dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun

buku berturut-turut. Pembatasan ini dimaksudkan agar hubungan klien

dengan auditor tidak terlalu dekat sehingga dapat mencegah terjadinya

kasus kecurangan akuntansi.

Namun ada beberapa perbedaan penjelasan dalam hasil penelitian

terdahulu yang dinyatakan sebagai berikut. Menurut Kartika (2013)

yang melakukan penelitian Survey di Kantor Akuntan Publik (KAP)

wilayah Bandung menyatakan bahwa tenure audit berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit.

3. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dengan Kualitas Audit

Menurut Tuanakota (2013:321) skeptisme profesional adalah

kewajiban auditor untuk menggunakan dan mempertahankan

skeptisme profesional, sepanjang periode penugasan. Terutama

kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.

Tuanakota (2011:94) menyatakan sikap skeptisme profesional

auditor akan mempengaruhi perilaku sikap skeptismenya dan pada

akhirnya akan meningkatkan kualitas audit.

Indah (2014) dengan judul ”Pengaruh Integritas dan Skeptisme

(52)

Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) menunjukkan

bahwa skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap kualitas

audit. Ketika seorang auditor kehilangan skeptisme profesionalnya

maka hasil dari auditnya dapat dipertanyakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam

penelitian ini sebagai berikut.

Gambar II. Kerangka Pemikiran

Sumber: Halim (1995), Soekrisno (2012), Wijiastuti (2012), Noviyanti (2008), Rusyanti (2010), IAPI (2011), Tuanakotta (2013)

Fee Audit

(X1)

Tenure Audit

(X2)

Skeptisme Auditor (X3)

(53)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu menggunakan

data yang diperoleh langsung dari auditor yang menjadi responden. Hasil dari

penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk mewakili seluruh auditor

yang ada di Indonesia karena penelitian ini menggunakan sampel auditor di

Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor

Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai fee audit, tenure (masa

perikatan) audit, skeptisme profesional auditor dan kualitas audit.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang berada di

(54)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dimana

model analisisnya menggunakan analisis statistik.

E. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di

Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian

ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode convinience sampling (pengambilan sampel secara nyaman) yaitu

dengan cara memilih auditor–auditor secara bebas sekehendak peneliti

berdasarkan data yang diperoleh.

F. Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari

jawaban atas instrumen yang penelitian. Data primer dalam penelitian ini

diperoleh melalui kuesioner yang akan disebarkan kepada responden yang

akan menjadi sampel penelitian. Data sekunder juga meliputi

(55)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

angket (kuesioner) yaitu dengan menyebarkan kuesioner yang akan diisi oleh

auditor di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Kuesioner terdiri dari dua

bagian. Bagian pertama terdiri dari sejumlah pertanyaan yang bersifat umum

atau yang berhubungan dengan identitas responden. Bagian kedua berisi

sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan fee audit, tenure audit,

skeptisme profesional auditor dan kualitas audit. Pengukuran variabel-variabel

menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan dan pernyataan.

H. Definisi Operasional Variabel

Operasional Variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur

variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan

jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan dan pernyataan

dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan skala likert. Jawaban yang didapat akan dibuat skor

tertinggi 5 (lima) dan terendah 1 (satu). Untuk jawabannya yaitu sangat tidak

setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, ragu-ragu (R) = skor 3,

setuju (S) = skor 4 dan sangat setuju (SS) = skor 5.

Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

variabel independen (bebas) dan variabel depeden (terikat). Definisi

(56)

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah fee audit

(X1), tenure audit (X2) dan skeptisme profesional auditor (X3).

a. Fee Audit (X1)

Biaya jasa audit menentukan kualitas audit yang dilakukan oleh

KAP (Rosnidah, 2010). Ada 4 (empat) faktor dominan yang

`menentukan fee audit yaitu keuangan, lingkungan, karakteristik

operasi dan kegiatan auditor eksternal (Halim, 1995).

Untuk mengetahui hubungan fee audit dengan kualitas audit

digunakan indikator berikut: (a) keuangan (struktur biaya KAP yang

bersangkutan), (b) lingkungan, (c) karakteristik operasi, (d) kegiatan

auditor eksternal, (e) risiko penugasan, (f) kompleksitas jasa yang

diberikan. (g) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan

jasa audit. Instrumen yang digunakan untuk mengukur terdiri dari 6

(enam) item pertanyaan. Masing-masing item tersebut diukur

menggunakan skala likert 5 poin (Halim, 1995 dan Soekrisno, 2012).

Adapun penjelasan dari masing-masing indikator dan instrumen

penelitian sebagai berikut.

1) Keuangan (struktur biaya KAP yang bersangkutan)

Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Struktur

(57)

mempengaruhi fee yang saya terima. Kriteria Gradasi dari

alternatif jawaban sebagai berikut.

a) Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan memilih

jawaban STS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang

mengaudit sama sekali tidak mempengaruhi fee yang

responden diterima.

b) Skor 2: Tidak Setuju (TS). Responden akan memilih jawaban

TS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang

mengaudit tidak mempengaruhi fee yang responden terima.

c) Skor 3: Ragu-ragu (R). Responden akan memilih jawaban R

jika bagi responden terkadang struktur keuangan KAP yang

mengaudit mempengaruhi fee yang responden terima dan

terkadang tidak mempengaruhi fee yang responden terima.

d) Skor 4: Setuju (S). Responden akan memilih jawaban S jika

bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit

mempengaruhi fee yang responden terima.

e) Skor 5: Sangat Setuju (SS). Responden akan memilih jawaban

SS jika bagi responden struktur keuangan KAP yang mengaudit

sangat mempengaruhi fee yang responden terima.

2) Lingkungan

Pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yaitu: Klien selalu

menyanggupi pembayaran fee yang saya tawarkan. Kriteria gradasi

Gambar

Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik .................................................17
Gambar I. Hirarki Kantor Akuntan Publik Sumber: Halim (2008: 17)
Gambar II. Kerangka Pemikiran  Sumber: Halim (1995), Soekrisno (2012), Wijiastuti (2012),
Tabel 5.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit: Pergantian KAP Kasus Kewajiban Rotasi Audit”, maka saya mohon Bapak/Ibu berkenan untuk membantu penelitian ini

dalam penelitian ini diambil judul “Pengaruh Fee Audit, Time Budget Pressure, dan Kompleksitas Tugas terhadap Kualitas Audit dengan Pengalaman Auditor sebagai

Bersamaan dengan itu, hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dalam kualitas audit dari perbedaan ukuran KAP, dengan KAP yang lebih besar memberikan kualitas audit

Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa pengaruh besaran fee audit adalah searah dengan kualitas proses audit atau dengan kata lain apabila auditor memiliki dasar-dasar

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, FEE AUDIT DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI

Melalui penelitian ini akan dilakukan pengukuran audit tenure, fee audit , ukuran kantor akuntan publik dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit pada perusahaan

ikatan kepentingan keuangan, pemberian jasa lain, audit tenure , persaingan kantor akuntan publik, dan audit fee terhadap independensi penampilan auditor.. Skala