iv ABSTRAK
EFEK SALEP EKSTRAK METANOL dan SALEP SERBUK DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk)) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT Adi Kurnia Suprapto, 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr.,M.Kes.
Pembimbing II : Endang Evacuasiany, Dra, Apt., MS., AFK.
Luka merupakan hal yang dapat dialami semua orang di seluruh dunia. Penanganan luka dapat dilakukan dengan menggunakan obat tradisional dan obat modern. Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) merupakan salah satu tanaman obat yang mengandung berbagai kandungan kimia yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) dalam mempercepat waktu penyembuhan luka. Metodologi penelitian bersifat eksperimental sungguhan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. 6 kelompok mencit (n=30) dibuat luka sayat sepanjang 8 mm dan diberi perlakuan: salep ekstrak metanol daun sosor bebek 10% dan 20%, salep serbuk daun sosor bebek 10% dan 20%, vaselin album (ointment) sebagai kontrol negatif, dan povidone iodine ointment sebagai kontrol positif. Data yang diamati adalah rata-rata lama penyembuhan luka dalam hari hingga luka menutup sempurna, yang ditandai dengan bertautannya kedua tepi luka. Analisis data menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05.
Rerata waktu penyembuhan luka dalam hari: SEMDSB 10% (7,2), SEMDSB 20% (6,6), SSBSB 10% (8,8), SSDSB 20% (7,6), kontrol negatif (10,6), dan kontrol positif (7,8) menunjukkan hasil yang signifikan (SSDSB 10% nilai p=0,021) dan sangat signifikan (SEMDSB 10%, SEMDSB 20%, SSDSB 20%, nilai p=0,000). Hasil uji Tukey HSD salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek 10% memiliki efek yang paling baik dalam mempercepat waktu penyembuhan luka.
Simpulannya, salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) dapat mempercepat waktu penyembuhan luka.
Kata Kunci: salep, daun sosor bebek, Kalanchoe pinnata (Lamk), penyembuhan luka, mencit.
v ABSTRACT
EFFECT OF METHANOLIC EXTRACT IN OINTMENT and POWDER OF Kalanchoe pinnata Lamk. LEAF IN OINTMENT TOWARDS
WOUND HEALING INCISION IN THE MICE
Adi Kurnia Suprapto, 2012. 1st Tutor : Fen Tih, dr.,M.Kes.
2nd Tutor : Endang Evacuasiany, Dra, Apt., MS., AFK.
Wound is a very common thing that can be happened to all people around the world. Leaves of Kalanchoe pinnata Lamk. contain a variety of chemical content to accelerate wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of methanolic extract in ointment and powder of Kalanchoe pinnata Lamk leaves in ointment.
The methodology is comparative true experimental design, using a completely randomized design (CRD). Six groups of mice were made cut along 8 mm and were treated with: methanolic extract of Kalanchoe pinnata Lamk. leaves in ointment (SEMDSB) 10% and 20%, Kalanchoe pinnata leaves powder in ointment (SSDSB) 10% and 20%, vaseline album (ointment) as a negative control, and povidone iodine ointment as a positive control. Examination is carried out by measuring the width of wounds in mice every day until the wound interlocked. The mean wound healing time in days from SEMDSB 10% (7.2), SEMDSB 20% (6.6), SSDSB 10% (8.8), SSDSB 20% (7.6), negative control (10.6), positive control (7.8) showed a significant difference (SSDSB 10% with p=0,021) and highly significant difference (SEMDSB 10%, SEMDSB 20%, and SSDSB 20% with p = 0,000). Tukey HSD test showed that SEMDSB 10% and SSDSB 10% was the best concentration in accelerating wound healing time.
The Conclusion, methanolic extract in ointment and Powder of Kalanchoe pinnata Lamk. leaves in ointment had potential influential in accelerating wound healing time.
viii DAFTAR ISI
JUDUL ... ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ...ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL...xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
1.7 Metodologi Penelitian ... 4
1.8 Tempat dan Waktu Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit ... 6
2.1.1 Anatomi kulit secara histopatologik ... 7
2.1.1.1 Epidermis ... 7
2.1.1.2 Dermis ... 9
ix
2.1.2 Adneksa Kulit ... 9
2.1.2.1 Kelenjar Kulit ... 10
2.1.2.1.1 Kelenjar Keringat ... 10
2.1.2.1.2 Kelenjar Minyak ... 11
2.1.2.2 Kuku ... 12
2.1.2.3 Rambut ... 12
2.2 Fisiologi Kulit ... 13
2.2.1 Fungsi Proteksi ... 13
2.2.2 Fungsi Absorpsi ... 14
2.2.3 Fungsi Ekskresi ... 14
2.2.4 Fungsi Persepsi ... 14
2.2.5 Fungsi Termoregulator ... 14
2.2.6 Fungsi Pembentukan Pigmen ... 15
2.2.7 Fungsi Keratinisasi ... 15
2.2.8 Fungsi Pembentukan vitamin D ... 15
2.3 Luka dan Penyembuhannya ... 16
2.3.1 Definisi Luka ... 16
2.3.2 Etiologi Luka ... 16
2.3.3 Klasifikasi Luka dan Penyembuhannya ... 16
2.3.3.1 Klasifikasi Luka ... 16
2.3.3.2 Klasifikasi Penyembuhan Luka ... 17
2.3.4 Fisiologi Penyembuhan Luka... 18
2.3.4.1 Fase Hemostasis dan Inflamasi ... 19
2.3.4.2 Fase Proliferasi ... 21
2.2.4.3 Angiogenesis ... 23
2.3.4.4 Epitelialisasi ... 23
2.3.4.5 Kontraksi Luka ... 25
2.3.4.6 Fase Maturasi dan Remodeling ... 25
2.3.5 Faktor yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka ... 26
2.3.5.1 Faktor manusia ... 26
x
2.3.6 Komplikasi Luka ... 30
2.3.6.1 Komplikasi dini ... 30
2.3.6.2 Komplikasi Lanjut... 30
2.4 Daun Sosor Bebek ... 31
2.4.1 Taksonomi tanaman sosor bebek ... 31
2.4.2 Nama lain tanaman sosor bebek ... 32
2.4.3 Distribusi dan Penyebaran Tanaman Sosor Bebek ... 32
2.4.4 Morfologi Tanaman Sosor Bebek ... 33
2.4.5 Khasiat Tanaman Sosor Bebek ... 34
2.4.6 Kandungan Kimia Daun Sosor Bebek ... 35
2.4.7 Efek Daun Sosor Bebek Terhadap Luka ... 36
2.4.7.1 Flavonoid ... 36
2.4.7.2 Steroidal glycoside ... 37
2.4.7.3 Tannin ... 38
2.4.7.4 Saponin ... 39
2.5 Povidone Iodine ... 40
2.6 Bentuk Sediaan Obat Semisolid ... 40
2.7 Vaselin album ... 41
BAB III BAHAN/SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat/Subjek Penelitian ... 42
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 42
3.1.1.1 Bahan Penelitian ... 42
3.1.1.2 Alat Penelitian ... 42
3.1.2 Subjek Penelitian ... 43
3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
3.2 Metode Penelitian ... 43
3.2.1 Desain Penelitian ... 43
3.2.2 Variabel Penelitian ... 44
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 44
xi
3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 45
3.2.4 Prosedur Kerja ... 45
3.2.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 45
3.2.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 46
3.2.4.3 Prosedur Penelitian ... 46
3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 47
3.2.6 Metode Analisis ... 47
3.2.7 Aspek Etik Penelitian ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49
4.2 Pembahasan …... ... 53
4.2 Uji Hipotesis …... ... 55
4.3.1 Hipotesis Penelitian... 55
4.3.3.1 Hipotesis 1... 55
4.3.3.2 Hipotesis 2... 56
4.3.2 Simpulan ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Utama ... 57
5.2 Simpulan Tambahan ... 57
5.3 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN ... 62
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lapisan Kulit dan Bagian-Bagian Kulit ... 6
Gambar 2.2 Histologi Lapisan Epidermis ... 8
Gambar 2.3 Histologi Kelenjar Ekrin ... 10
Gambar 2.4 Histologi Kelenjar Apokrin ... 11
Gambar 2.5 Histologi Glandula Sebacea ... 11
Gambar 2.6 Bagian-Bagian Kuku ... 12
Gambar 2.7 Histologi Folikel Rambut ... 13
Gambar 2.8 Klasifikasi Penyembuhan Luka ... 17
Gambar 2.9 Fisiologi Penyembuhan Luka ... 19
Gambar 2.10 Fase Hemostasis dan Inflamasi ... 21
Gambar 2.11 Fase Inflamasi Akhir ... 21
Gambar 2.12 Fase Proliferasi ... 23
Gambar 2.13 Proses Epitelialiasi ... 24
Gambar 2.14 Tanaman Sosor Bebek ... 31
Gambar 2.15 Tanaman Sosor Bebek ... 33
Gambar 2.16 Daun Sosor Bebek ... 34
Gambar 2.17 Struktur Kimia Flavonoid ... 37
Gambar 2.18 Struktur kimia Steroidal glycoside ... 38
Gambar 2.19 Struktur Kimia Tannin ... 39
Gambar 2.20 Struktur Kimia Saponin ... 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Pengukuran Lebar Luka Mencit Masing-masing
Kelompok Perlakuan ... 62
Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS Statistik 17.0 ... 64
Lampiran 3 Pembuatan Ekstrak Metanol dan Serbuk Daun Sosor Bebek ... 68
Lampiran 4 Cara Memegang Mencit ... 71
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Pengukuran Lebar Luka Mencit Masing-masing Kelompok Perlakuan EMDSB 1 (10%)
MENCIT HARI RERATA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 (mm)
I 8 4.6 3.6 2.1 1.5 0.7 0.3 0 2.6
II 8 4.2 3.4 2.2 1 0.3 0 0 2.3875
III 8 4.6 3.3 1.8 0.8 0 0 0 2.3125
IV 8 6.2 5.1 2.4 1.6 0.8 0.4 0 3.0625
V 8 4 3.2 1.8 1 0.6 0 0 2.325
EMDSB 2 (20%)
MENCIT HARI RERATA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 (mm)
I 8 4.8 3.6 1.8 1 0 0 0 2.4
II 8 4.9 3.5 2.4 1.2 0.5 0 0 2.5625
III 8 4.2 3.8 2.3 1.2 0.6 0 0 2.5125
IV 8 3.8 3.3 2 1.4 0.7 0 0 2.4
V 8 4.1 3.7 1.6 0.7 0 0 0 2.2625
SDSB 1 (10%) MENCI
T HARI
RERAT A
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (mm)
I 8 5.7 4.6 4 3.3 2.5 1.4 0.8 0.5 0 3.08 II 8 6.9 5.2 3.3 2.5 1.6 1 0.5 0 0 2.9 III 8 5.2 4.8 3.4 2.2 1.7 1 0.6 0 0 2.69 IV 8 5.1 4.3 2.8 1.6 1 0.6 0 0 0 2.34
V 8 6.8 5.1 3.1 2 0.8 0.4 0 0 0 2.62
63
SDSB 2 (20%)
MENCIT HARI RERATA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (mm)
I 8 5.2 3.8 2.1 1.2 0.8 0.4 0 0 2.38889
II 8 4.7 4 2.3 1 0.5 0 0 0 2.27778
III 8 5.5 3.7 2.4 1.3 0.8 0.3 0 0 2.44444
IV 8 4.8 3.4 2 1.2 0.7 0 0 0 2.23333
V 8 5.2 4.2 3.2 2.3 1.2 0.7 0.3 0 2.78889
Kontrol positif
MENCIT HARI RERATA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (mm)
I 8 4.4 3 1.8 1.3 0.7 0.4 0 0 2.17778
II 8 5 3.5 1.6 1.2 0.6 0 0 0 2.21111
III 8 5 3.7 1.8 1.4 0 0 0 0 2.21111
IV 8 4.8 2.7 2.4 1.6 1 0.5 0.2 0 2.35556
V 8 4 2.7 2.2 1.5 1 0.5 0.2 0 2.23333
Kontrol negatif
MENCIT HARI RERATA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (mm)
I 8 7.2 6.4 5.6 3.6 3 2.3 1.1 0.6 0.3 0 3.463636 II 8 7.3 6.5 5.5 4.4 3.2 2.4 1.4 0.9 0.5 0 3.645455 III 8 7.1 6.3 5.5 4.2 3.3 2.5 1.3 0.8 0.4 0 3.581818 IV 8 7.1 6.4 5.4 4.3 3 2 1 0.5 0 0 3.427273
V 8 7.4 5.9 5.1 3.7 2.9 2 0.9 0.4 0 0 3.3
64
Lampiran 2
Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS Statistik 17.0 Descriptives
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound EMDSB 1
5 7.2000 .83666 .37417 6.1611 8.2389 6.00 8.00
EMDSB 2
5 6.6000 .54772 .24495 5.9199 7.2801 6.00 7.00
SDSB 1 5 8.8000 .83666 .37417 7.7611 9.8389 8.00 10.00
SDSB 2 5 7.6000 .54772 .24495 6.9199 8.2801 7.00 8.00
kontrol negative
5 10.6000 .54772 .24495 9.9199 11.2801 10.00 11.00 kontrol
positif
5 7.8000 1.30384 .58310 6.1811 9.4189 6.00 9.00
Total 30 8.1000 1.51658 .27689 7.5337 8.6663 6.00 11.00
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.861 5 24 .139
One Way ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups
50.700 5 10.140 15.210 .000
Within Groups
16.000 24 .667
65
POST HOC TEST
Multiple Comparisons Tukey HSD (I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
EMDSB 1 EMDSB 2 .60000 .51640 .850 -.9967 2.1967
SDSB 1 -1.60000* .51640 .049 -3.1967 -.0033 SDSB 2 -.40000 .51640 .969 -1.9967 1.1967
kontrol negatif
-3.40000* .51640 .000 -4.9967 -1.8033 kontrol
positif
-.60000 .51640 .850 -2.1967 .9967 EMDSB 2 EMDSB 1 -.60000 .51640 .850 -2.1967 .9967 SDSB 1 -2.20000* .51640 .003 -3.7967 -.6033 SDSB 2 -1.00000 .51640 .406 -2.5967 .5967
kontrol negatif
-4.00000* .51640 .000 -5.5967 -2.4033 kontrol
positif
-1.20000 .51640 .223 -2.7967 .3967
SDSB 1 EMDSB 1 1.60000* .51640 .049 .0033 3.1967
EMDSB 2 2.20000* .51640 .003 .6033 3.7967
SDSB 2 1.20000 .51640 .223 -.3967 2.7967
kontrol negatif
-1.80000* .51640 .021 -3.3967 -.2033 kontrol
positif
1.00000 .51640 .406 -.5967 2.5967
SDSB 2 EMDSB 1 .40000 .51640 .969 -1.1967 1.9967
EMDSB 2 1.00000 .51640 .406 -.5967 2.5967 SDSB 1 -1.20000 .51640 .223 -2.7967 .3967
kontrol negatif
-3.00000* .51640 .000 -4.5967 -1.4033 kontrol
positif
-.20000 .51640 .999 -1.7967 1.3967 kontrol
negatif
66
SDSB 1 1.80000* .51640 .021 .2033 3.3967
SDSB 2 3.00000* .51640 .000 1.4033 4.5967 kontrol
positif
2.80000* .51640 .000 1.2033 4.3967 kontrol
positif
EMDSB 1 .60000 .51640 .850 -.9967 2.1967
EMDSB 2 1.20000 .51640 .223 -.3967 2.7967 SDSB 1 -1.00000 .51640 .406 -2.5967 .5967
SDSB 2 .20000 .51640 .999 -1.3967 1.7967
kontrol negatif
67
Homogenous Subset Tukey HSD
kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
EMDSB 2 5 6.6000
EMDSB 1 5 7.2000
SDSB 2 5 7.6000
kontrol positif 5 7.8000
SDSB 1 5 8.8000
kontrol negatif 5 10.6000
68
Lampiran 3
Pembuatan Ekstrak Metanol dan Serbuk Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata)
Daun Sosor Bebek diperoleh dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB dan di ekstraksi di laboratorium Biologi ITB
1000 gram simplisia dimaserasi sebanyak 3x24 jam dengan metanol 95% - Hari 1 = 4 liter
- Hari 2 = 3 liter - Hari 3 = 3 liter
Filtrat disaring dan diuapkan dengan evaporator sampai ekstrak mengental Hasil rendaman ekstrak :
Berat Botol : 12,4969 gram Berat botol + ekstrak : 29,3393 gram Berat ekstrak : 16,8424 gram
Pembuatan Serbuk Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata)
1. Dari lapangan daun sosor bebek disortir / dipilih daun yang baik (400 g) 2. Daun sosor bebek dicuci dengan air
3. Daun sosor bebek diangin-anginkan
4. Daun sosor bebek dikeringkan di dalam oven ( suhu 50o C) selama 2-3 hari 5. Daun sosor bebek setelah kering, digiling sampai halus (didapatkan 200 g)
Pembuatan Salep Ekstrak Metanol Daun Sosor Bebek dalam vaselin album (SEMDSB 20%) :
1. Menimbang 5 gram ekstrak metanol daun sosor bebek dengan menggunakan timbangan gram.
2. Menimbang 20 gram vaselin album dengan menggunaan timbangan gram 3. Mencampurkan 5 gram ekstrak metanol daun sosor bebek dan 20 gram
69
Perhitungan :
5 gram ekstrak 100% = 20 %
25 gram ( ekstrak + vaselin)
Pembuatan Salep Ekstrak Metanol Daun Sosor Bebek 10% dalam vaselin album (SEMDSB 10%)
1. Menimbang 10 gram salep ekstrak methanol daun sosor bebek 20% dengan menggunakan timbangan gram.
2. Menimbang 10 gram vaselin album dengan menggunakan timbangan gram.
3. Mencampurkan 10 gram salep ekstrak metanol daun sosor bebek 20% dan 10 gram vaselin album dengan menggunakan mortar.
Perhitungan :
10 gram Salep ekstrak 20% = 10%
20 gram ( Salep ekstrak + vaselin)
Pembuatan Salep Serbuk Daun Sosor Bebek dalam vaselin album (SSDSB 20%): 1. Menimbang 5 gram Serbuk daun sosor bebek dengan menggunakan
timbangan gram.
2. Menimbang 20 gram vaselin album dengan menggunaan timbangan gram 3. Mencampurkan 5 gram Serbuk daun sosor bebek dan 20 gram vaselin
album dengan menggunakan mortir.
Perhitungan :
5 gram serbuk 100% = 20 %
70
Pembuatan Salep Serbuk Daun Sosor Bebek dalam vaselin album (SSDSB 10%): 1. Menimbang 10 gram Salep Serbuk daun sosor bebek 20% dengan
menggunakan timbangan gram.
2. Menimbang 10 gram vaselin album dengan menggunaan timbangan gram 3. Mencampurkan 10 gram Salep Serbuk daun sosor bebek 20% dan 10 gram
vaselin album dengan menggunakan mortir.
Perhitungan :
10 gram Salep serbuk 20% = 10 %
71
Lampiran 4
Cara memegang mencit
72
Lampiran 5 (Dokumentasi)
Alat dan Bahan Penelitian :
73
Mencit dalam kandang dan serbuk daun sosor bebek
Proses Pencampuran Ekstrak dengan vaselin album
74
Proses pengukuran pembuatan luka dengan spidol dan jangka sorong dan pemberian antiseptik
Proses pembuatan luka sayat dan hasil luka sayat (8mm)
75
RIWAYAT HIDUP
Nama : Adi Kurnia Suprapto
NRP : 0910022
Agama : Katolik
Tempat/ Tanggal Lahir : Kudus, 6 November 1991
Alamat Asal : Jl. Papandayan no. 24A Semarang Riwayat Pendidikan :
- TK Cahyanur Kudus (1995-1997)
- SD Bernadus Semarang (1997-2003)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu. Zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Luka dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan jenisnya, luka dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu luka
akut, luka bakar, dan luka kronik (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2004;
Advanced Medical Technology, 2009).
Menurut WHO, luka terbuka yang tidak diobati memiliki potensi untuk
mengalami infeksi seperti gangren dan tetanus. Jika infeksi dibiarkan, akan
menyebabkan kelumpuhan, infeksi kronik, infeksi tulang, bahkan kematian. Oleh
karena itu, penanganan yang tepat diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi
pada suatu luka. Luka infeksi merupakan penyakit yang paling sering ditemukan
pada negara berkembang karena kebersihan yang buruk. Ketersediaan obat yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka masih terbatas meskipun perkembangan industri obat sudah sangat maju (Meenakshi et al., 2006; Senthil Kumar et al., 2006).
Penelitian mengenai zat yang dapat mempercepat penyembuhan luka
merupakan salah satu hal yang sedang berkembang dan banyak dilakukan oleh
para peneliti dan praktisi tradisional di seluruh dunia khususnya di India dan Cina. Menurut WHO, 80 % populasi di negara Asia dan Afrika menggunakan cara pengobatan tradisional yaitu obat herbal karena lebih murah, lebih mudah didapat, dan efek samping yang rendah (Kumar et al., 2007).
Di Indonesia kepercayaan masyarakat pada obat herbal terus meningkat.
2
tropis. Tanaman ini sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Masyarakat Nigeria menggunakan tanaman ini untuk membantu pelepasan tali pusat pada bayi yang baru lahir, infeksi jamur pada kulit, bronkitis kronik, pneumonia, asma, penyembuhan luka, batu ginjal, dan lain-lain (Dalimartha, 2008; Kompas, 10 Desember 2011; Okwu dan Nnamdi, 2011).
Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sosor Bebek secara topikal pada luka hewan percobaan (tikus) meningkatkan aktivitas penyembuhan luka. Peningkatan aktivitas penyembuhan luka ini disebabkan ekstrak etanol dari Kalanchoe pinnata (Lamk) mengandung senyawa bufadienolide yang merupakan suatu steroidal glycoside, senyawa saponin, tannin, dan flavonoid (Nayak et al., 2009; Anjoo Kamboj, Saluja, 2009).
Pada Karya Tulis ilmiah ini, digunakan ekstrak metanol dan serbuk daun sosor bebek karena metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam dan dapat melarutkan golongan metabolit sekunder. Metanol dapat melarutkan hampir semua senyawa organik, baik polar maupun non polar. Selain itu, metanol memiliki struktur molekul kecil yang mampu menembus semua jaringan tanaman untuk menarik senyawa aktif keluar, dan metanol memiliki harga yang lebih murah dari etanol. Selain itu, penggunaan daun sosor bebek untuk penyembuhan luka secara tradisional dilakukan dengan cara diparut atau ditumbuk dalam bentuk serbuk, kemudian ditambah dengan sedikit air, lalu dioleskan pada bagian tubuh yang luka. (Gupta dan Demirbas, 2008; Putri, 2011). Pada penelitian ini digunakan sediaan salep karena sediaan ini mudah menyebar dan berfungsi untuk proteksi, hidrasi, dan lubrikasi (Loyd, Nicholas, dan Howard, 2005).
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , identifikasi masalah penelitian ini adalah 1. Apakah salep ekstrak metanol daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata
(Lamk)) mempercepat waktu penyembuhan luka.
2. Apakah salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) mempercepat waktu penyembuhan luka.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) dapat dijadikan obat alternatif untuk menyembuhkan luka.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) dalam mempercepat waktu penyembuhan luka.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang akademis yaitu menambah wawasan terhadap bidang farmakologi, khususnya tanaman obat tradisional, dalam hal ini mengenai penggunaan daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) untuk mempercepat waktu penyembuhan luka.
Penelitian ini memberikan manfaat praktis khususnya kepada masyarakat mengenai kegunaan daun sosor bebek sebagai alternatif untuk menyembuhkan luka.
1.5 Kerangka Pemikiran
4
dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan remodeling jaringan (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2004).
Pada fase inflamasi dihasilkan ROS yang akan menyebabkan terbentuknya oxidative stress yang memicu terjadinya kematian sel (Nayak et al., 2009; Kamboj, Saluja, 2009). Daun Kalanchoe pinnata (Lamk) mengandung senyawa tannin, flavonoid, steroidal glycoside, dan saponin yang dapat mempercepat waktu penyembuhan luka (Biology/Microbiology Department Owerri, 2010). Senyawa saponin berfungsi untuk menghentikan pendarahan pada luka dengan meningkatkan koagulasi sel darah merah dan aktivitas hemolitik dan menurunkan fragilitas kapiler pada tempat luka. Efek tannin terhadap penyembuhan luka adalah sebagai astringen (Anjoo Kamboj, Saluja, 2009). Flavonoid memiliki efek antioksidan yang menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menghambat terjadinya inflamasi dan kematian jaringan (Nayak et al., 2009). Steroid glikosida juga menghambat aktivitas ROS sehingga dapat menghambat
proses inflamasi dan nekrosis jaringan. (Mills dan Bone, 2000; Nayak et al., 2009).
1.6 Hipotesis
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 3. Salep ekstrak metanol daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk))
mempercepat waktu penyembuhan luka.
4. Salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) mempercepat waktu penyembuhan luka.
1.7 Metodologi Penelitian
5
Analisis data menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05 dengan perangkat lunak komputer, dengan nilai kemaknaan berdasarkan nilai p< 0,05
1.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
57 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Utama
Salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) mempercepat waktu penyembuhan luka.
5.2 Simpulan Tambahan
Salep ekstrak metanol dan salep serbuk daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata (Lamk)) dengan konsentrasi 10 % memiliki potensi yang paling baik dalam mempercepat waktu penyembuhan luka.
5.3 Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan (uji fitokimia) untuk mengetahui kandungan daun sosor bebek dan mekanisme dalam mempercepat waktu penyembuhan luka.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan hewan coba lain.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai uji toksisitas dan efek samping terhadap manusia.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan kadar konsentrasi yang bervariasi.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan pembanding lain yaitu antibiotik.
Penelitian histopatologis perlu dilakukan untuk melihat lebih jelas daerah luka.
58
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Medical Technology Association. 2006. Advanced Wound
Management: Healing and Restoring Lives.
http://nokep.tripod.com/advamed.pdf, November 7th, 2011.
Anjoo Kamboj and Ajay Kumar Saluja. 2009. Bryophyllum pinnatum (lamk) Kurz : Phytochemical and Pharmacological Profile: A Review.Phcog Rev. Vol 3. P.364-374.
Bambang Pardjianto, Bukarman, Radhi, Herman, Yosef, M.Hidayat. 2007. Penggunaan madu sebagai primary dressing pada luka insisi steril dalam upaya pencegahan parut hipertrofik dan keloid. Jurnal Ilmu Bedah Indonesia (Indonesian Journal of Surgery) 2(34): 31.
Barbul, A. and Efron D.T. 2010. Wound Healing. In: F. Charles Brunicardi, Dana K. Andersen, Timothy R., Billiar, David L., et al., eds. Schwartz’s Primciples of Surgery. 9th ed. New York: Mc Graw-Hill Book Comnpanies. P.378-410, P.423.
Biology/ Microbiology Department Owerri. 2010. Antimicrobial Potency and Phytochemicals Analysis of Kalanchoe pinnata Leaves Extract. http:// http://fedpolynek.edu.ng/nacoste/ANTIMICROBIAL POTENCY AND PHYTOCHEMICAL ANALYSIS OF.pdf. 23 November 2011.
Cruse, Peter J.E. 1995. Penyembuhan dan Penatalaksanaan Luka. Dalam: David C. Sabiston. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery). 2nd ed. Jakarta: EGC.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal 140-142.
De Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara, dan Lemmens. 1999. Plant Resources of South East Asia. Leiden: Backhuys Publishers.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Vaselin album. Edisi 3. Jakarta: Depkes RI. Hal 33.
59
Evaria dan Rince Suciati. 2007. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 9 2009/2010. Jakarta: PT. InfoMaster atas Lisensi dari CMP Media. P.275, p.354, p.371, p.372.
Gupta, B., Ayhan Dermibas. 2010. Methanol and Ethanol Extract from Grass and Plants. USA: University of Cambridge. P. 78-80.
Joanne D. 1994. Wound Healing. In; Virginia D. Cardona, Patricia D. Huin, Paula J, Ann M. Scarlon, Susan W.V. Trauma Nursing From Resuscitation Through Rehabilitation. 2nd ed. United States of America: W.B. Saunders Company. P. 266-275.
Junqueira, L.C.2007. Histologi Dasar: Text dan Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC. P.355-358, P.360.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanaman, Peternakan, Perikanan, Industri, dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. P. 10-2.
Kompas. 2011. Kepercayaan Masyarakat Pada Obat Herbal Makin Tinggi. http://health.kompas.com/read/2011/12/10/11055041/Kepercayaan.Masyara kat.pada.Obat.Herbal.Makin.Tinggi. 23 November 2011.
Kumar dan Abbas. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th Ed. Philadelphia: Elsevier. P. 87-100
Kumar B., Vijayakumar M., Govindarajan R., Pushpangadan P. 2007. Etnopharmacological Approaches to Wound Healing-Exploring Medicinal Plants of India. J Etnopharmacol 114: 103-113.
Loyd, V.A, Nicholas G.P., Howard C. 2005. A.Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. 8th ed. Baltimore: Md Lippincott.
Meenakshi S., Raghavan G., Nath V., Ajay Kumar S.R., Shanta M. 2006.
Antimicrobial, Wound healing and Antioxidant a Activity of Plagiochasma appendiculatum Lehm. et Lind. J Ethnopharmacol 107: 67–72.
60
Nayak, B.S., Marshall J.R., Isitor G. 2010. Wound Healing Potential of Ethanolic Extract of Kalanchoe pinnata (Lamk) Leaf - A Preliminary Study. Indian J. Experim. Biol., 48: 572-576.
Okwu, D.E and Nnamdi F.U. 2011. Two Novel Flavonoids from Bryophyllum pinnatum and Their Antimicrobial Activity. J.chem. Pharm. Res. 3(2): 1-10. Putri, M. 2010. Tanaman Hias di Pekarangan Rumah yang Dapat Berkhasiat
sebagai Obat. Jakarta: Balai Pustaka. P. 30-35.
Selvaggi, G., S. Monstrey, K. Vanlanduyt, M. Hamdi, Ph. Blondeel. 2003. The Role of Iodine in Antisepsis and Wound Management: A reappraisal. Vol. 103. P.241-247.
Senthil Kumar M., Sripriya R., Vijaya Raghavan H., Sehgal P. 2006. Wound Healing Potential of Cassia fistula on Infected Albino Rat Model. J Surg Res 131: 283–289.
Shu Xin Zhang. 1999. An Atlas of Histology. New York: University of Kentucky. P.363-369.
Sjamsuhidajat, R. dan Wim de jong. 2004. Luka dan Penyembuhan Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 67-69.
Sulistia Gan Gunawan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI. Hal 536-538.
Syarif M Wasiaatmadja. 2011. Anatomi Kulit. Dalam : Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI. Hal 3-5.
_______. 2011. Faal Kulit. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: FKUI. Hal 7-8.
Thomas Leeson, Roland C., dan Anthony A. Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC. Hal 306-324.
United States Department of Agriculture. 2005. Plants Profile for Kalanchoe
pinnata (Lamk) Pers. Catedhar Bells.
61
World Health Organization. 2004. Prevention and Management of Wound Infection. http://www.who.int/hac/techguidance/tools/Prevention and management of wound infection.pdf. 23 November 2011.