1
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013-2015.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NADYA HUWAYDA
NIM 1112046100146
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
NADYA HUWAYDA, NIM: 1112046100146, Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi dan DPK terhadap NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2013-2015. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas yang diproksikan dengan FDR, BOPO dan tingkat profitabilitas yang diproksikan dengan NOM , ROA, serta tingkat inflasi dan DPK terhadap NPF yang memproksikan manajemen pembiayaan atas pembiayaan bermasalah pada bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah dan unit usaha syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Data penelitian merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari Laporan Keuangan gabungan bulanan periode 2013-2015 pada Statistik Perbankan Syariah OJK. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) serta menggunakan bantuan program Eviews 8.0. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel FDR, NOM, dan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pembiayaan, BOPO dan DPK berpengaruh positif sedangkan inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap NPF . Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.
Kata Kunci : Manajemen Pembiayaan, NPF, Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK.
v
Alhamdulillahirobbil‟alamin, Segala puji dan syukur penulis haturkan
kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan anugerah dan nikmat-Nya
pada diri ini sehingga dalam menjalankan aktivitas dapat berjalan sesuai dengan
apa yang diharapkan dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang mungkin
perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan tema yang sama.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima
kasih yang teramat sangat kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis.
1. Bapak Dr. Asep Saepuddin, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, MA.selaku Wakil Dekan bidang Akademik Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr. Abdurrouf, Lc. MA. selaku Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
membimbing penulis dengan sabar dan memberikan ilmunya hingga
penelitian ini selesai dengan baik.
6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikan dan ilmu yang telah diberikan mendapat
balasan di sisi Allah SWT.
7. Seluruh Staff TU, staff Perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, atas kemudahan dalam pembuatan surat dan juga peminjaman buku.
8. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Iman dan Mamah Sulistiawati yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tiada henti-hentinya
kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Tiada kata yang
dapat menggambarkan segala budi yang telah mereka lakukan demi keberhasilan penulis hanya do‟a yang tak akan pernah putus agar mereka
selalu berada dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.
9. Kepada Kakakku Lia Indriana, A.Md. yang telah memberikan semangat baik moril maupun materil kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan.
10. Kepada Keponakan-keponakanku Zaskia Adzra Alivia, Refan Sirojuddin Akram, Lakeisha Dhirnda Alfarisiy, dan Abyan Mirza Alfarisiy yang telah
menghibur dan membangkitkan semangat penulis dikala penulis merasa lelah
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
vii
memberikan semangat satu sama lain serta teman-teman tercinta Perbankan
Syariah angkatan 2012 khususnya teman-teman sekelasku PS-D atas
dukungan dan doanya.
12. Untuk teman-teman KKN PITAGORAS 2015 yang telah menjadi keluarga baru selama satu bulan mengabdi di Desa Kutruk Tangerang, terimakasih atas
dukungan dan doanya.
13. Untuk Narwin yang dengan sabar selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang dan pengertiannya kepada penulis dari awal perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sampai terselesaikannya skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
guna penyempurnaan penulisan lainnya di masa mendatang.
Tangerang Selatan, Oktober 2016
viii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Perumusan Masalah ... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah (BUS dan UUS) ... 13
B. Pembiayaan ... 15
1. Manajemen Pembiayaan ... 18
2. NPF ... 21
C. Rasio Likuiditas ... 23
D. Rasio Profitabilitas ... 26
E. Inflasi ... 29
F. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 30
G. Review Studi Terdahulu ... 31
H. Kerangka Pemikiran ... 37
ix
B. Metode Pengumpulan Data ... 45
C. Operasional Variabel Penelitian ... 46
D. Teknik Analisis Data ... 46
E. Metode Estimasi Model regresi Linier Berganda ... 48
F. Pengujian Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
B. Analisis Deskriptif ... 56
C. Estimasi Model Regresi Linier Berganda ... 60
1. Uji Asumsi Klasik ... 60
a. Uji Normalitas ... 60
b. Uji Multikolinearitas ... 61
c. Uji Heteroskedastisitas ... 63
d. Uji Autokorelasi ... 63
D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 64
a. Model Penelitian ... 64
b. Uji t... 66
c. Uji F ... 68
d. Uji Koefisien Determinasi ... 69
E. Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian ... 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Rasio NPF (Non Performing Financing) ... 22
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Rasio LDR atau FDR ... 24
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Rasio BOPO ... 25
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Rasio NOM ... 27
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Rasio ROA ... 28
Tabel 4.1 Daftar Nama BUS dan UUS di Indonesia ... 55
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 57
Tabel 4.3 Data Olahan Uji Multikolinearitas ... 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 64
Tabel 4.6 Hasil Hasil Regresi Metode OLS ... 64
Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji F ... 68
xi
Gambar 1.2 Persentase NPF pada Perbankan Syariah Periode 2013-2015 ... 7
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 40
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 43
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah BUS dan UUS di Indonesia ... 55
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia sangatlah
tergantung pada adanya pertumbuhan di berbagai sektor yang secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhinya. Perbankan Indonesia
merupakan salah satu sektor yang menunjang pelaksanaan perekonomian
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional1. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi antara
surplus unit dengan defisit unit.
Kondisi perekonomian yang masih belum sebaik kondisi pada tahun
sebelumnya menimbulkan adanya sedikit ketidakpastian/uncertainty dalam
berbisnis yang turut mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah, karena
industri perbankan syariah adalah real sector driven dimana penurunan kinerja sektor riil akan berdampak secara langsung kepada kinerja dan
pertumbuhan perbankan syariah, termasuk berpengaruh terhadap
pertumbuhan aset dan pembiayaan perbankan syariah.2
1 Septian Fika Widyaningrum, “
Analisis Efektifitas Pengelolaan Kredit dalam Upaya Peningkatan Tingkat Likuiditas Pada PT. BPR Grogol Joyo,” (Skripsi S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010)
2
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-
Pembiayaan atau financing merupakan bagian terbesar dari aktivas bank karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan.
Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli
yang merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan
sumber pendapatan yang dominan.3 Pengelolaan pembiayaan sangat penting
bagi lembaga keuangan terkait dengan pengelolaan dana yaitu mulai dari
kredit disalurkan sampai dengan kredit tersebut lunas sehingga apabila
pengelolaan dilakukan dengan maksimal maka resiko pembiayaan macet
dapat dihindarkan sehingga likuiditas dan profitabilitas bank meningkat.
Setiap bank yang ada dituntut untuk meningkatkan pengelolaan
banknya semaksimal mungkin. Salah satu sarana pengelolaan yang dapat
digunakan adalah analisis laporan keuangan. Untuk mengadakan interpretasi
dan analisis terhadap laporan keuangan, suatu bank memerlukan adanya
ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan untuk melakukan analisis
adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data
keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan
pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan
keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.4
3
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. 4, hal. 208.
4
Rasio juga merupakan salah satu pengukur tingkat pembiayaan dan
likuiditas suatu bank. Bank-bank termasuk bank syariah memberikan
pembiayaan-pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah
dihimpun. Rasio rentabilitas/profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba, untuk para pemegang
saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan
mereka dalam investasi.5
Likuiditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu
bank. Cadangan likuiditas suatu bank pada umumnya merupakan jaminan
atau tindakan berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya kewajiban
membayar akibat peningkatan penarikan dana maupun peningkatan giro
wajib minimum (GWM). Beberapa bank memilih melakukan strategi untuk
memiliki likuiditas yang berlebih sebagai sinyal kepada pasar bahwa bank
tersebut memiliki likuiditas yang kuat. Di lain sisi, kelebihan likuiditas dapat
juga di interpretasikan bahwa bank memiliki pengelolaan likuiditas yang
buruk sehingga tidak optimal dalam mengelola portofolio aset dan liabilitas.6
Persoalan likuiditas adalah persoalan yang penting bagi bank karena
tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi menunjukan tingkat efisiensi
dan tingkat kesehatan bank tersebut. Likuiditas adalah kemampuan bank
untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban
yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan.
5
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 51.
6
Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba.
Pengelolaan kredit yang baik diharapkan mampu mencapai likuiditas
perusahaan dan mampu meningkatkan profitabilitas bank karena
profitabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan dalam
menghasilkan laba.7
Non Performing Financing adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada
debitur. NPF menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola
pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.8 NPF sangat
berpengaruh terhadap pengendalian biaya dan sekaligus juga berpengaruh
terhadap kebijakan pembiayaan yang akan dilakukan bank itu sendiri.
Non Performing Finance (NPF) dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan terlebih lagi kalau NPF dalam jumlah besar.
Peningkatan jumlah NPF akan meningkatkan jumlah Penyisihan
Penghapusan Aset Produktif (PPAP) yang perlu dibentuk oleh pihak bank.
Jika hal itu berlangsung terus menerus maka akan mengurangi modal bank.9 Salah satu faktor yang “mengganggu‟ pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama ini adalah faktor inflasi. Dalam menghadapi tingkat inflasi,
perbankan syariah menghadapi masalah utama yaitu dari sisi penghimpunan
7
Rahmadewi Kesuma Anggraeni, dkk, Jurnal Analisis Pengelolaan Kredit Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas, (Malang: Universitas Brawijaya, 2014)
8 R. Ade Sasongko Pramudhito, “
Analisis Pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR, dan NCOM, terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia,” (Skripsi S1 Universitas Diponegoro Semarang, 2014)
9
Dana Pihak Ketiga (DPK). Kenaikan tingkat inflasi akan meningkatkan
suku bunga deposito. Sehingga suku bunga deposito di perbankan
konvensional lebih tinggi dan menarik daripada return dari perbankan syariah. Return yang lebih tinggi di perbankan konvensional akan meningkatkan displacement atau pengalihan dana yang besar dari perbankan syariah ke perbankan konvensional. Biasanya yang melakukan displacement ini adalah nasabah korporasi. Penurunan (pertumbuhan) DPK ini akan
mengurangi kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditasnya untuk
meningkatkan pendapatan.10
Pembiayaan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah lebih
fokus kepada pembiayaan pada sektor menengah dan skala besar sedangkan
pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) fokus terhadap
pembiayaan usaha kecil dan menengah. Pembiayaan tidak terlepas dari
Dana Pihak Ketiga karena besarnya dana pihak ketiga akan mencerminkan
seberapa besar pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank tersebut. Jika
dilihat pada Gambar 1.1 dari komposisi Dana Pihak Ketiga, persentase
komposisi DPK untuk BUS dan UUS meningkat dibanding dengan
komposisi DPK untuk BPRS yang cenderung stabil. Oleh karena itu, pada
penelitian ini saya memilih Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
sebagai objek penelitian yang akan diteliti.
10
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK. data diolah.
Gambar 1.1
Komposisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Persentase manajemen pembiayaan dalam hal pembiayaan bermasalah
pada perbankan syariah di Indonesia tiap periodenya fluktuatif cenderung
naik. Sedangkan bank dapat dikatakan baik dalam hal pembiyaaan apabila
tingkat NPF setiap tahunnya menurun sesuai dengan ketetapan Bank
Indonesia. Terjadinya fluktuasi angka pembiayaan bermasalah ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu dari faktor internal maupun
eksternal. 0 5 10 15 20 25
2013 2014 2015
BUS dan UUS
Sumber:Statistik Perbankan Syariah, OJK. data diolah.
Gambar 1.2
Persentase NPF pada Perbankan Syariah Periode 2013-2015
Berdasarkan Gambar 1.2, tingkat NPF dari data gabungan BUS dan
UUS dari tahun ke tahun mendekati angka 5%, sedangkan pada BPRS
tingkat NPF melebihi angka 5% hal ini menunjukkan bahwa bank belum
dapat semaksimal mungkin menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang
dihadapi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Firmansyah (2014) “Determinant
of Non Performing Loan : The Case of Islamic Bank in Indonesia (Studi
Pada BPRS di Indonesia Periode 2010-2012” hasil yang didapat dengan
menggunakan dua metode yakni pada analisis regresi linier berganda (OLS)
yaitu variabel GDP dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF,
sedangkan variabel likuiditas yang diproksikan dengan FDR berpengaruh
positif dan Variabel BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap NPF, 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2013 2014 2015
BUS dan UUS
sedangkan hasil pada analisis jalur variabel likuiditas (FDR) tidak
memediasi pengaruh ukuran bank, BOPO, GDP dan Inflasi terhadap NPF. Sedangkan oleh Wuryandani dkk. (2014), “Pengelolaan Dana dan
Likuiditas Bank” dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter dan pasar
keuangan seperti GWM, suku bunga PUAB dan FSI (Financial Stability Index) lebih berpengaruh pada likuiditas precautionary bank kecil sedangkan sistem keuangan dan kondisi makroekonomi seperti FSI dan
PDB mempengaruhi penetapan likuiditas involuntary bank kecil.
Selanjutnya penelitian oleh Saekhu (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Syariah,
Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia” menyimpulkan bahwa Inflasi
berpengaruh positif terhadap semua variabel X. Meskipun demikian,
pengaruhnya sangat kecil, tidak signifikan, dan hanya berlangsung dalam
jangka pendek saja.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan mendapatkan
hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti merasa tertarik untuk
melanjutkan penelitian sebelumnya dengan judul penelitian, ‘Pengaruh
Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK terhadap NPF Bank Umum
B. Identifikasi Masalah
Pengelolaan kredit yang baik dimulai dari perencanaan kredit,
organisasi dan manajemen kredit, proses persetujuan kredit, dokumen dan
administrasi kredit, pembinaan dan pengawasan kredit, dan penyelesaian
kredit bermasalah. Tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Profit/keuntungan yang
diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai
kegiatan di masa yang akan datang.
Inflasi akan menyebabkan tingginya risiko default. Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah. Selain itu, pertumbuhan DPK sangat berpengaruh terhadap kemampuan
bank syariah dalam meningkatkan pendapatan yakni dengan cara
memberikan pembiayaan kepada nasabah bank syariah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas, maka pokok masalah
akan dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas (FDR dan BOPO) terhadap
NPF ?
b. Bagaimana pengaruh tingkat profitabilitas (NOM dan ROA) terhadap
NPF ?
d. Bagaimana pengaruh DPK terhadap NPF ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat likuiditas (FDR dan BOPO)
terhadap NPF.
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat profitabilitas (NOM dan ROA)
terhadap NPF.
c. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap NPF.
d. Untuk mengetahui pengaruh DPK terhadap NPF.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai
berikut:
a. Bagi Penulis
Sebagai mahasiswa yang tengah melakukan studi muamalat, penulis
berharap mendapatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman lebih
dalam lagi mengenai segala informasi yang menyangkut manajemen
pembiayaan khususnya pada pembiayaan bermasalah pada BUS dan
UUS di Indonesia.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai sumber informasi mengenai faktor yang mempengaruhi
masukan untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan dan
pelaksanaan pembiayaan.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan
tentang pengelolaan pembiayaan perbankan dan dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapa
dikembangkan lebih lanjut.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan teori terkait Bank Syariah (BUS
dan UUS), Pembiayaan, Manajemen Pembiayaan, Rasio
Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Inflasi, DPK, Review Studi
Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Hipotesis serta Paradigma
Penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Mengenai Ruang Ligkup Penelitian, Metode Pengumpulan
Data, Operasional Variabel Penelitian, Teknik Analisis Data,
Hipotesis.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengenai Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian tentang
Perbankan Syariah (BUS) di Indonesia , Analisis deskriptif,
Estimasi model penelitian, Hasil Pengujian Hipotesis, Analisis
dan Interpretasi Penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari
13
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam
tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS). BUS memiliki
kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memiliki
bentuk kelembagaan seperti bank konvensional. Badan Hukum BUS dan
BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau
Koperasi. Sementara itu, UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri,
tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu bank umum konvensional11
1. Bank Umum Syariah
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya
kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.12
Bank Umum Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara
dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan
11
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 753
12
Terbatas, Perusahaan Daerah atau koperasi. Seperti halnya bank
konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non
devisa.13
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah diantaranya sebagai berikut:14
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna' atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau kad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sebagainya.
13
Darsono, dkk , Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia „Kelembagaan dan Kebijakan, serta Tantangan ke Depan (Jakarta: Bank Indonesia,2016), hal. 267
14
2. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah.15
Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas untuk: 16
a. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah
b. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah
c. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang
syariah
d. Melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang
syariah.
B. Pembiayaan
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva
produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank
syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan,
15
Ibid.
16
piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening
administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.17
Jenis aktiva produktif yang dibentuk bank syariah adalah aktiva yang
ditujukan untuk mencetak keuntungan, adapun bentuk aktiva bank syariah
dapat dijalankan dalam bentuk:18
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan berdasarkan
akad mudhorobah dan/atau musyarakah dan/atau pembiayaan lainnya
berdasarkan prinsip bagi hasil.
a. Mudhorobah
Pembiayaan mudhorobah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
b. Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik
dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Piutang
Piutang adalah tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan/atau
17
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003.
18
berdasarkan akad murabahah, salam, ishtisna dan ijaroh. 3. Surat berharga syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan
prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan/atau
pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah
dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
4. Qardh
Qardh adalah penyediaan dana dan/atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan
pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
5. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah pada bank syariah
lainnya atau Bank Prekreditan Syariah antara lain dalam bentuk giro,
tabungan wadi‟ah, deposito berjangka, tabungan mudhorobah, pembiayaan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudhorobah Antar Bank (SIMA) dan bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip
syariah.
6. Penyertaan Modal dan Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.
Sedangkan penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal
bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiyaan
7. Transaksi Rekening Administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmne dan kontinjensi
(Off Balance Sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, Letter of Credit (L/C) dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.
8. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti
penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadi‟ah.
1. Manajemen Pembiayaan
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.19 Manajemen Pembiayaan
Bank Syariah adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya yang dilakukan oleh
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan kepada pihak lain
berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung kelancaran
usaha maupun untuk investasi yang telah direncanakan. Dalam prinsip
pemberian pembiayaan, pemberian kredit kepada nasabah harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C‟s Analysis,
19
yaitu sebagai berikut:20
a. Character
Character adalah keadaan watak/sifat debitur, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan
dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui
sampai sejauh mana iktikad/kemauan debitur untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
b. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh
calon debitur. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan,
tentu semakin tinggi kesungguhan calon debitur menjalankan
usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan kredit.
c. Capacity
Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Penilaian ini
berfungsi untuk mengetahui/mengukur kemampuan calon ebitur
dalam mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat
waktu dari usaha yang diperolehnya.
d. Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap
agunan ini meliputi jenis jaminan, lokasi, bukti kepemilikan, dan
20
status hukumnya.
e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi usaha calon debitur
dikemudian hari.
f. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat
tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pom bensin yang
disekitarnya terdapat banyak bengkel las atau pembakaran batu
bara.
Selain menerapkan prinsip 5C, bank juga menerapakan prinsip 5P
yang terdiri dari: 21
a. Party (para pihak) yaitu ada kreditur dan calon debitur.
b. Purpose (tujuan) yaitu untuk apa kredit tersebut digunakan dan apabila perlu juga diadakan pengawasan supaya kredit tersebut
digunakan untuk tujuan yang telah ada.
c. Payment (pembayaran) yaitu diperhatikan sumber pembayaran kredit dari debitur berapakah mampu mengembalikan kredit atau tidak.
d. Profitability (perolehan laba) yaitu kreditur melihat apakah laba yang akan diperoleh perusahaan lebih besar dari bunga pinjaman dan
21 Septian Fika Widyaningrum, “
apakah pendapatan perusahan dapat menutupi pembayaran kembali
kredit, cash flow.
e. Protection (perlindungan) yaitu perlindungan terhadap kredit dari perusahaan debitur.
Prinsip pemberian kredit selanjutnya yang diterapkan oleh bank
disebut 3 R, yang terdiri dari :
a. Returns (Hasil yang Diperoleh)
Hasil yang diperoleh dari kredit yang telah dimanfaatkan dan dapat
diantisipasi oleh calon debitur apakah mampu mengembalikan kredit
beserta bunga atau tidak.
b. Repayment (Pembayaran Kembali)
Apakah kemampuan bayar dari pihak debitur macth dengan schedule pembayaran kembali.
c. Risk Bearing Ability (Kemampuan Menanggung Resiko)
Kemampuan debitur dalam menanggung apabila terjadi resiko, misal
apabila terjadi kredit macet.
2. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah selalu digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank.
NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini semakin
dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank.22
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 Pasal
3 kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi menjadi 4 (empat)
golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
Sedangkan Kualitas Piutang dan Qardh ditetapkan menjadi 5 (lima)
golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet.
Berikut adalah Rumus dari rasio Net Performing Financing:
NPF : Net Performing Financing
Pembiayaan : KL (Kurang Lancar), D (Diragukan), M (Macet)
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Rasio NPF
Peringkat Kriteria Keterangan
1
NPF < 2%
Sangat Baik
2
2% ≤ NPF < 5%
Baik
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
22 Dwi Nur‟aini Ihsan,
4
8% ≤ NPF < 12%
Buruk
5 NPF ≥ 12% Sangat Buruk
Sumber: Bank Indonesia.
C. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.23 Suatu
bank dinyatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban
hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam
memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko
likuiditas yang akan muncul.24
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur rasio likuiditas ialah
FDR (Financing to Deposit Ratio). a) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Oleh karena
itu, manajemen bank perlu memelihara FDR yang dapat
23
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta:Rajawali Pers, 2014), hal. 129
24 Dwi Nur‟aini Ihsan,
meningkatkan kesehatan bank.25
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Rasio LDR atau FDR
Peringkat Kriteria Keterangan
1 50<Rasio < 75% Rendah
2 75% <Rasio< 85% Cukup
3 85% <Rasio< 100% Sedang
4 100% <Rasio<
120%
Tinggi
5 Rasio > 120% Sangat Tinggi
Sumber: Bank Indonesia.
b) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional., semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien
25
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 344
FDR = Total Pembiayaan x 100%
dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.26
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
dalam melakukan kegiatan operasinya. 27
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Rasio BOPO
Peringkat Kriteria Keterangan
1 BOPO ≤ 83% Sangat Rendah
2 83% < BOPO ≤ 85% Cukup Rendah
3 85% < BOPO ≤ 87% Rendah
4 87% < BOPO ≤ 89% Cukup Tinggi
5 BOPO > 89% Tinggi
Sumber: Bank Indonesia.
26
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006), hal.159
27
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 24
D. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan.28
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan
laba bersih sebelum pajak (earning berfore tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan.
Semakin tinggi NPF maka semakin buruk kualitas aktiva produktif
bank tersebut yang akan mempengaruhi biaya dan permodalan bank tersebut
karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban
dan harus mengeluarkan biaya untuk memenuhi PPAP (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produk) yang terbentuk. Bila ini terus menerus terjadi
maka modal bank akan tersedot untuk PPAP sehingga menurunkan nilai
profitabilitas bank.29
a. Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba
melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional
28
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal. 196
29 Ahmad Azmy, “
dengan rata-rata aktiva produktif. 30
NOM = (PO-DBH) – BO x 100%
Rata-rata Aktiva Produktif
Keterangan :
PO : Pendapatan operasional adalah pendapatan
operasional setelah distribusi bagi hasil dalam dua
belas bulan terakhir.
DBH : Distribusi Bagi Hasil adalah hak pihak ketiga atas
bagi hasil dana syirkah temporer.
BO : Biaya operasional adalah beban operasional
termasuk kekurangan PPAP (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif) yang wajib
dibentuk sesuai dengan ketentuan dalam dua belas
bulan terakhir.
Tabel 2.4
Kriteria Penilaian NOM
Peringkat Kriteria Keterangan
1 NOM > 3% Tinggi
2 2% < NOM ≤ 3% Cukup
3 1,5% < NOM ≤ 2% Rendah
30 Dwi Nur‟aini Ihsan,
4 1% < NOM ≤ 1,5% Cukup
5 NOM ≤ 1% Sangat
Sumber: Bank Indonesia.
b. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank
menghasilkan keuntungan secara relative dibandingkan dengan total
assetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset perusahaan.31
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan
semakin baik pula posisi dari segi penggunaan aset. 32
Tabel 2.5
Kriteria Penilaian Rasio ROA
Peringkat Kriteria Keterangan
1 ROA > 1,5% Sangat Tinggi
2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Tinggi
31 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “
Pengaruh Internal Capital Adequency Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia,” (Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 14 No 1 Universitas Airlangga Surabaya, 2016)
32
Veithzal rivai dan Andria Permata Veithzal Rivai, Islamic Financial Management (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hal. 243
ROA = Laba Bersih x 100%
3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Tinggi
4 0% < ROA ≤ 0,5% Rendah
5 ROA ≤ 0% Sangat Rendah
Sumber : Bank Indonesia.
E. Inflasi
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat
perubahan dari harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut:33
Tingkat hargat– tingkat hargat-1 x 100 = Rate of Inflation
Tingkat hargat-1
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena:
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan
fungsi dari unit perhitungan.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat.
33
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah.
d. Mengarahkan inflasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata
uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti:
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko
default. Risiko ini akan meningkatkan Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah. Jika pembiayaannya berdasarkan akad bagi hasil dimana
jika pihak debitor mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga
ditanggung oleh bank syariah (risk sharing). Jika jenis pembiayaannya adalah akad jual beli (murabahah) maka tingginya inflasi dapat membuat
produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal.34
F. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam
rangka membiayai kegiatan operasinya. Sumber dana yang ada dapat
diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat
luas atau lembaga keuangan lainnya.35 Pentingnya sumber dana dari
masyarakat luas disebabkan sumber dana yang paling utama bagi bank.
Sumber dana pihak ketiga ini disamping mudah untuk dicari, persyaratan
34 Saekhu, “
Pengaruh Inflasi terhadap Kinerja Pembiayaan Bank Syariah, Volume Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Posisi Outstanding Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia” (Jurnal Economica Vol. IV / Edisi 1 / Mei 2015), hal. 105
35
untuk mencarinya pun tidak sulit. Secara umum, kegiatan penghimpunan
dana ini dibagi kedalam tiga jenis, yaitu simpanan giro, tabungan, dan
deposit.
Pertumbuhan DPK sangat berpengaruh terhadap tingkat likuidasi
bank. Apabila terjadi penurunan, maka penurunan (pertumbuhan) DPK ini
akan mengurangi kemampuan bank syariah dalam mengelola likuiditasnya
untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang tinggi akan lebih
memudahkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila pembiayaan
yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih memungkinkan tingkat NPF
menjadi tinggi.
G. Review Studi Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan NPF, tingkat
likuiditas, tingkat profitabilitas, tingkat inflasi dan dana pihak ketiga pada
perbankan syariah menemukan hasil penelitian yang beragam. Adapun
beberapa penelitian yang berhasil penulis dapatkan dalam membahas
variabel-variabel penelitian tersebut ialah sebagai berikut :
No Nama Penulis /
Judul / Tahun Substansi
Perbedaan dengan analisis regresi linier berganda.
Bank Umum dan NPF tidak adanya pengaruh terhadap Quick Rasio. 2012 BPRS di Indonesia.
Hasil yang didapat pada ukuran bank, BOPO, GDP, dan Inflasi terhadap NPF.
Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan moneter dan pasar keuangan seperti GWM, suku bunga PUAB, dan FSI
Sedangkan sistem keuangan dari 4 Bank persero, 27 Bank swasta nasional devisa, dan 28 bank swasta nasional non devisa.
UUS dari periode Vector Autoregression (VAR).
Data yang digunakan ialah data bulanan perbankan syariah dari September 2006 hingga
September 2014. Variabel Y ialah Inflasi, sedangkan Variabel X diantaranya FDR, NPF, VPUAS, dan OSWBI.
Hasil yang didapat ialah Inflasi berpengaruh positif terhadap analisis regresi linier berganda.
Ratio (CAR), Ordinary Least Square (OLS) dengan program Eviews 6.0.
NOM, sedangkan FDR tidak
Kerangka pemikiran memuat hubungan antar variabel berdasarkan
teori dan hasil penelitian terdahulu.
1. Pengaruh FDR terhadap NPF.
Firmansyah (2014) menemukan bahwa FDR berpengaruh positif
terhadap NPF. Dalam dunia perbankan syariah likuiditas diukur
dengan Finance to Deposit Ratio sedangkan pada perbankan konvensional yaitu Loan to Deposit Ratio. FDR merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan bank syariah dalam menyalurkan
pembiayaan kepada nasabah yang mana dalam penyaluran
dihimpun oleh bank terutama dari dana pihak ketiga atau dana dari
masyarakat luas. FDR yang melampaui standar ketentuan BI akan
mengindikasikan bahwa bank tersebut belum bisa menghimpun dana
pihak ketiga yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan. Jika kondisi
bank syariah lebih likuid maka cenderung bank syariah lebih fleksibel
dalam menyalurkan pembiayaan meskipun tingkat kemacetan sedang
meningkat. Biasanya bank syariah lebih giat menangani pembiayaan
bermasalah jika kondisi likuiditas sedang kurang baik.
2. Pengaruh BOPO terhadap NPF.
BOPO merupakan rasio biaya operasional yang dikeluarkan
untuk menghasilkan pendapatan Operasional pada suatu bank. Apabila
rasio BOPO terlalu tinggi atau sama dengan pendapatan operasional
maka bank tersebut tidak akan mendapatkan keuntungan. Dalam
meminimalisir pembiayaan bermasalah hal yang perlu dilakukan oleh
bank ialah dengan meningkatkan pendapatan daripada biaya yang
dikeluarkan. Rasio BOPO yang rendah dan tingkat NPF yang rendah
pula maka akan mengindikasikan bahwa manajemen pembiayaan
bank syariah mampu bekerja secara optimal.
3. Pengaruh NOM terhadap NPF.
Lestari (2013) menemukan bahwa NPF tidak berpengaruh
terhadap NOM. NOM ditentukan oleh banyaknya pendapatan
operasional dari pembiayaan dikurangi dana bagi hasil. Jika
menyebabkan cicilan margin maupun bagi hasil yang diterima bank
akan berkurang sehingga menyebabkan pendapatan operasional
terhambat dan pada akhirnya memperkecil NOM.
4. Pengaruh ROA terhadap NPF.
Semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA,
yang menunjukan kinerja keuangan bank yang menurun. ROA yang
turun akan mengindikasikan bahwa manajemen pembiayaan bank
tersebut tidak secara optimal dalam mengelola pembiayaan yang
mengakibatkan pengembalian atas aset bank yang digunakan untuk
pembiayaan menurun.
5. Pengaruh Inflasi terhadap NPF.
Dampak inflasi menyebabkan tingginya risiko default. Saekhu (2015) menemukan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap kinerja
manajemen pembiayaan bank syariah dalam hal ini FDR dan NPF.
Jika pembiayaannya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak
debitur mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung
oleh bank syariah (risk sharing). Jika jenis pembiayaannya adalah akad jual beli (murabahah) maka tingginya inflasi dapat membuat
produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal.
b. Pengaruh DPK terhadap NPF.
Dana pihak ketiga merupakan salah satu sumber dana untuk
pembiayaan di bank. Dari dana pihak ketiga tersebut, bank dapat
lebih memudahkan bank dalam memberikan pembiayaan, namun bila
pembiayaan yang diberikan terlalu berlebihan maka lebih
memungkinkan tingkat NPF menjadi tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, hubungan antar variabel yang telah
dijelaskan dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran dibawah ini :
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
I. Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji,
untuk itu fungsi hipotesis sebagai cara untuk menguji kebenaran. Jika X1 : Financing to Deposit Ratio (FDR)
X1 : Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO Net Performing Financing
(NPF) Y
X3 : Net Operating Margin (NOM)
X4 : Return On Asset (ROA)
X5 : Inflasi
hipotesis sudah dilakukan pengujian dan terbukti kebenarannya, maka
hipotesis tersebut menjadi sebuah teori.36
Oleh karena hipotesis itu merupakan suatu anggapan sementara yang
masih harus diuji kebenarannya, maka penulis membuat hipotesisnya seperti
di bawah ini:
Hipotesis 1
H0 : FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 : FDR berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di
Indonesia.
Hipotesis 2
H0 : BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 : BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS
di Indonesia.
Hipotesis 3
H0 : NOM tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 :NOM berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS
36
di Indonesia.
Hipotesis 4
H0 : ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di
Indonesia.
Hipotesis 5
H0 : Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS
di Indonesia.
Hipotesis 6
H0 : DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan
UUS di Indonesia.
H1 : DPK berpengaruh signifikan terhadap NPF pada BUS dan UUS di
J.
Paradigma Penelitian
Gambar 2.2
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Inflasi, dan DPK
terhadap NPF
Variabel Y
NPF (Y)
Variabel X
Rasio Likuiditas { FDR (X1), BOPO (X2) }
Rasio Profitabilitas { NOM (X3), ROA (X4) }
Inflasi (X5)
DPK (X6)
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinearitas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi
Uji Signifikansi
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) b. Uji F
c. Uji t
Interpretasi Model dan Hipotesis
44
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jika ingin melakukan sebuah penelitian menggunakan ilmu. Ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari
mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang
umum. Data penelitian yang akan diolah menggunakan ilmu tersebut
membutuhkan cara-cara atau metode- metode yang disebut metode
penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan
pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data variabel NPF,
serta data variabel likuiditas, profitabilitas, inflasi dan DPK bank syariah
yang bersumber dari laporan keuangan bank umum syariah dan unit usaha
syariah pada Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menjadi data yang dapat disimpulkan. Sehingga
dengan adanya penelitian ini diharapkan data tersebut dapat menghasilkan
sebuah informasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
variabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistika dan permodalan matematis.37
Penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial parametrik,
artinya didasarkan pada asumsi bahwa data yang diambil mempunyai
distribusi normal dan jenis data yang digunakan interval atau rasio.38
B. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series. Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder untuk kelengkapan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data yang bersumber pada literatur seperti dari buku- buku, jurnal, dan
sumber informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang
dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat
menunjang materi agar relevan dengan penelitian ini.
2. Penelitian Internet (Internet Research) yaitu pengumpulan data yang bersumber dari Laporan Keuangan Bulanan Gabungan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dipublikasikan oleh OJK pada
Statistik Perbankan Syariah yang dapat diakses di www.ojk.go.id dan
data inflasi pada www.bi.go.id . Data penelitian yang digunakan
adalah data bulanan dengan rentang waktu yang dijadikan analisis
adalah Periode 2013-2015. Data tersebut ialah NPF, FDR, BOPO,
37
Efferin Sujoko, dkk, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Suatu Pendekatan Praktis (Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004), hal.34.
38
NOM, ROA, DPK, dan Inflasi.
C. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini yaitu
besarnya rasio pembiayaan bermasalah dengan menggunakan data
NPF (Non Performing Financing).
b. Variabel Independen
Variabel bebas atau variabel independen pada penelitian ini
adalah :
X1 (Rasio Likuiditas) : FDR
X2 (Rasio Likuiditas) : BOPO
X3 (Rasio Profitabilitas) : NOM
X4 (Rasio Profitabilitas) : ROA
X5 : Inflasi
X6 : DPK
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang
dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode
digunakan dalam penelitian ini yaitu pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis.
Apabila dinyatakan dalam persamaan matematika, model regresi
linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + ℮
Keterangan :
Y = Non Performing Financing (NPF)
X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X2 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
X3 = Net Operating Margin (NOM)
X4 = Return on Asset (ROA)
X5 = Inflasi
X6 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
℮ = error
Regresi linier berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang
E. Metode Estimasi Model Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil
regresi yang bisa dipertanggungjawabkan , mempunyai hasil yang
tidak bias atau disebut Best Linier Unbiassed Estimator (BLUE). a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model ,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
uji normalitas penulis menggunakan metode Jarque-Bera
menggunakan software Eviews 8.0. Model dianggap berdistribusi
normal bila probabilitas Jarque-Bera hitung lebih besar dari 0,05.39
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala
multikolinearitas ialah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan
tidak ada multikolonieritas antara variabel bebas dalam regresi.
39
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas ialah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas, uji statistik yang dapat digunakan ialah
Uji Glejser, Uji Park, atau Uji White. Pada penelitian ini, penulis
menguji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya), model regresi yang baik adalah yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi model
regresi linier berganda dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson
(DW). Nilai statistik DW akan bernilai 2 jika tidak terdapat
autokolerasi, bernilai 0 jika terdapat autokolerasi positif, dan
bernilai 4 jika terdapat autokolerasi negatif. Keputusan ada
tidaknya autokolerasi dilakukan dengan menetapkan nilai batas
bawah (dL) dan batas atas (dU), kemudian mengikuti ketentuan
sebagai berikut:40
a) Bila DW < dL, maka terdapat autokolerasi positif;
40 Raden David Febrimanato, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
b) Bila dL< DW < dU, maka tidak dapat disimpulkan apakah
terdapat autokolerasi atau tidak;
c) Bila dU< DW <(4-dU), maka tidak terdapat autokolerasi;
d) Bila (4-dU) < DW < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan
apakah terdapat autokolerasi atau tidak; dan
e) Bila DW > (4-dL), maka terdapat autokolerasi negatif.
Selain uji Durbin Watson, dapat dilakukan juga dengan uji
Breusch Godfrey LM. Pada uji ini, apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai α = 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi. Namun jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa model tersebut terkena gejala autokorelasi.41
Pada penelitian ini penulis menggunakan uji Breusch Godfrey LM
untuk mendeteksi gejala autokorelasi.
F. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (Uji Signifikansi Parameter Individual)
Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel tak bebas. Pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien
regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) sesuai dengan signifikan yang
digunakan.
41
a. t hitung < t table : variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadapa variabel dependen.
b. t hitung > t table : variabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
b. Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji F bertujuan untuk menguji semua variabel-variabel secara
bersama-sama terhadap variabel tak bebas (dependent variable). Uji keseluruhan koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut42:
1) Menentukan Hipotesis
H0 : β = 0, Variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
H1 : β ≠ 0, Variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Menentukan tingkat signifikan
Tingkat signifikan pada pengujian ini adalah 5% artinya resiko
kesalahan mengambil keputusan 5%.
42 Sherty Junita, “
3) Pengambilan keputusan
Uji F statistik ini menentukan model linier berganda dapat
digunakan atau tidak sebagai model analisis. Dengan menggunakan
kriteria ini, jika H0 ditolak maka model dapat digunakan karena, baik
besaran maupun tanda (+/-) koefisien regresi dapat digunakan untuk
memprediksi perubahan variabel terikat akibat perubahan variabel
bebas. Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan berikut.
a. F hitung < F table : variable independen secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variable dependen.
b. F hitung > F table : variable independen secara simultan
berpengaruh terhadap variable dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 merupakan koefisien yang menjelaskan seberapa besar
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
secara bersama-sama. Nilai R
2
terletak antara 0 dan 1, sehingga
semakin besar nilai R2 menunjukkan bahwa semakin baik model
dapat menjelaskan variabel dependen.43
43 Raden David Febrimanato, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Nilai R2 besarnya antara 0-1 (0 < R2< 1) koefisien determinasi
ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas
mempengaruhi variabel tidak bebas. Apabila R
2
mendekati 1
berarti variabel bebas semakin berpengaruh terhadap variabel
tidak bebas.
Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R2 atau
Adjusted R2. R2 digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja
(biasa disebut dengan Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted
54
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
Secara umum kondisi perekonomian yang masih belum
membaik telah mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah (BUS,
UUS dan BPRS) dengan pertumbuhan yang tidak setinggi
pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, saat ini bank
syariah besar melakukan proses konsolidasi internal yang telah turut
mempengaruhi perkembangan perbankan syariah, di samping kendala
dari faktor internal perbankan syariah lainnya seperti kapasitas SDM,
jaringan kantor dan infrastruktur lain. Dengan permasalahan diatas
berdampak kepada penurunan share aset perbankan syariah terhadap aset perbankan nasional sebesar 4,67% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 4,9%. Selanjutnya, sampai dengan saat ini
perbankan syariah masih didominasi (±97%) oleh BUS dan UUS.44
44