• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Mahasiswi Yang Melakukan Diet Menggunakan Herbal Pelangsing DR. "X" di Fakultas "Y" Universitas "Z" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Mahasiswi Yang Melakukan Diet Menggunakan Herbal Pelangsing DR. "X" di Fakultas "Y" Universitas "Z" Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan guna memperoleh gambaran body-image pada mahasiswi berusia 20-25 tahun di Fakultas “Y” Universitas “Z” Kota Bandung yang menggunakan produk herbal diet dr. “X”. Teori yang digunakan adalah teori body image yang dikemukakan oleh Cash (1990). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Terdapat jumlah populasi penelitian sebanyak 378 orang. Setelah menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan rumus Slovin, diperoleh jumlah sampel sebagai responden penelitian sebanyak 195 orang.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data body image adalah alat ukur Multidimensional Body Self Relation Questionnaire - Appearance Scales (MBSRQ - AS) yang dikembangkan oleh Cash (Cash, Winstead, & Janda, 1986; Brown, Cash, & Mikulka, 1990). Alat ukur ini memiliki 34 item untuk mengukur dimensi-dimensi body image dan diterjemahkan oleh peneliti ke dalam Bahasa Indonesia.

MBSRQ - AS memiliki internal consistency reliability dengan menggunakan uji statistik Alpha Cronbach pada setiap dimensi-dimensinya yang berkisar dari 0,73 hingga 0,89. Selain itu, menurut Cash (dalam Collings, 2005) reliabilitas test-retest alat ukur ini memiliki koefisien reliabilitas yang bergerak dari 0,74 hingga 0,91. Menurut norma Kaplan (2004), alat ukur dengan koefisien di atas 0,69 memiliki reliabilitas tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa MBSRQ – AS memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research was conducted in order to describe the body image within students with the age of 20-25 years old from “Y” Faculty at “Z” University who used dietary medicine product of dr. “X”. The theory in this research was based on Cash’ body image theory (1990). This research is a descriptive study utilizing survey method. The population found was 378 individuals. Based on Slovin’s sampling, it was found a total of 195 individuals who was taken as respondents.

The instrument used in obtaining respondents’ body-image was Multidimensional Body Self Relation Questionnaire - Appearance Scales (MBSRQ - AS) which was developed by Cash (Cash, Winstead, & Janda, 1986; Brown, Cash, & Mikulka, 1990). The instrument consisted of 34 items which measured body-image’s dimensions. In this research, MBSRQ – AS was translated to Indonesian Language.

MBSRQ - AS had the internal consistency reliability, calculated with Alpha Cronbach, ranged from 0,73 to 0,89. Furthermore, Cash (in Collings, 2005) stated the instrument test-retest reliability ranged from 0,74-0,91. According to Kaplan (2004) instruments with a higher coefficient than 0,69 had a high reliability. In short, MBSRQ –AS had a considerable reliability.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………. i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI……….……….… v

DAFTAR TABEL….………... ix

DAFTAR SKEMA……… x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah………. 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian………. 7

1.3.2. Tujuan Penelitian……….. 8

1.4 Kegunaan Penelitian……… 9

1.4.1. Kegunaan Ilmiah………. 8

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 8

1.5. Kerangka Pemikiran………..……… 9

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Body Image……… 18

2.2. Terbentuk dan Berkembangnya Body Image……… 20

2.3. Komponen Body Image………. 24

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image…………... 25

2.5. Tahap perkembangan Dewasa Awal………. 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian………... 32

3.2. Skema Rancangan Penelitian………... 33

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian……… 33

3.3.2. Definisi Konseptual……….. 33

3.3.3. Definisi Operasional………. 33

3.4. Alat Ukur………. 35

3.4.1. Kisi-Kisi Alat Ukur Body Image………... 35

3.4.2. Data Penunjang……….. 37

3.4.3. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur………... 37

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel……….. 38

3.5.1. Populasi Sasaran………... 38

3.5.2. Teknik Penarikan Sampel………. 38

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Responden Mahasiswi……… 41 4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Body Image

4.2.1.1. Gambaran Dimensi pada Kelompok Responden Mahasiswi Body Image Negatif……….. 44 4.2.1.2. Gambaran Dimensi pada Kelompok Responden Mahasiswi

Body Image Positif ……….……….. 45 4.2.2. Tabulasi Silang Body Image dengan Usia Responden

Mahasiswi……….. 47

4.2.3. Tabulasi Silang Body Image Responden Mahasiswi dengan Lama Pakai Produk dr. “X”………. 48 4.2.4. Tabulasi Silang Body Image dengan Cultural

Socialization……….. 49 4.2.5. Tabulasi Silang Body Image dengan Physical

Characteristics……….. 50 4.2.6. Tabulasi Silang Body Image dengan Personality

Attributes………... 51 4.2.7. Tabulasi Silang Body Image dengan Interpersonal

Experiences……… 52

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….. 61

5.2.Saran………. 62

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan……… 62

5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis……….... 62

DAFTAR PUSTAKA……… 64

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur……….. 35 Tabel 3.2 Bobot Jawaban Alat Ukur Body Image…………...……. 36 Tabel 3.3 Kategori Body Image………... 36 Tabel 4.1 Gambaran Responden Mahasiswi Berdasarkan Usia... 41 Tabel 4.2 Gambaran Responden Mahasiswi Berdasarkan Lama Pakai Produk dr.

“X”………….……… 42

Tabel 4.3 Body Image pada Responden Mahasiswi...……….. 43 Tabel 4.4 Gambaran Dimensi pada Body Image Negatif………… 44 Tabel 4.5 Gambaran Dimensi pada Kelompok Responden Mahasiswi Body

Image Positif………. 45

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Body Image dengan Usia Responden Mahasiswi

………... 47

(8)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

- LAMPIRAN 1 : PENGANTAR PENGAMBILAN DATA - LAMPIRAN 2 : KUESIONER MBSRQ-AS

- LAMPIRAN 3 : KUESIONER DATA PENUNJANG - LAMPIRAN 4 : DATA PRIMER

- LAMPIRAN 5 : DATA PENUNJANG

- LAMPIRAN 6 : DATA CROSSTABULATION - LAMPIRAN 7 : INFORMED CONSENT

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perempuan ingin terlihat cantik dan menarik. Hal ini wajar, karena perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh karena itu, baik perempuan usia muda, maupun yang sudah berumurpun akan senang jika mendapat pujian cantik. (http://jokosupriyanto.com, diakses tanggal 31 Maret 2008, pukul 11.47 WIB). Cantik (secara fisik) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2002), diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, wajah dan lainnya tampak serasi. Cantik itu sendiri sebenarnya relatif dan definisi kecantikan itu sendiri terus menerus berubah, hal ini dikarenakan berubahnya lingkungan sekitar manusia, perkembangan zaman yang mengubah persepsi manusia mengenai kecantikan itu sendiri.

Bentuk tubuh ideal adalah langsing dan proporsional yang identik dengan kecantikan seorang perempuan, tidak ada lemak berlebih pada bagian-bagian tubuh tertentu, perut datar, payudara kencang, pinggang berlekuk dan pantat yang sintal (Melliana, 2006). Perempuan berupaya mencapai bentuk tubuh ideal tersebut guna meningkatkan kepercayaan diri individu dalam menghadapi dan berinteraksi dengan orang lain.

(11)

2

bagaimana seseorang tersebut dipandang dan diperlakukan orang lain. Sebagian perempuan kemudian merasa amat terganggu dan tidak nyaman dengan penampilan fisiknya yang dianggap tidak ideal. Daya tarik dan penerimaan dari orang lain mengenai fisiknya, memengaruhi bagaimana seseorang berusaha sedapat mungkin untuk menjadikan keadaan fisiknya ideal sehingga dapat diterima oleh lingkungannya. Perempuan akan merasa lebih percaya diri dan merasa puas dengan keadaan fisiknya apabila lingkungan menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut juga dapat memengaruhi seorang perempuan dalam menilai kondisi fisiknya, sehingga dapat muncul penilaian yang positif atau negatif terhadap keadaan fisiknya.

Bagi perempuan, tubuh yang kurus tidak hanya menunjukkan perempuan yang aktif, tetapi juga menyimbolkan kesuksesan dan status ekonomi tinggi. Tubuh atau kondisi fisik yang fit dan menarik menunjukkan adanya usaha individu dalam merawat kondisi fisiknya dengan metode yang umumnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti menjaga pola makan sehat, fitness, penggunaan make-up dan produk perawatan tubuh lainnya (Rodin, Silberstein, & Striegel-Moore, 1984).

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha iklan kecantikan di layar televisi sebagai patokan baru untuk ukuran cantik tidaknya seseorang. (http://jokosupriyanto.com).

Melalui iklan-iklan yang ada di televisi seperti minuman pelangsing dan obat pelangsing, tampil model-model iklan yang memiliki badan yang ramping dan berbentuk seperti jam pasir (lekuk tubuh di bagian pinggul), dimana biasanya terdapat seorang perempuan yang dikagumi banyak pria atau semakin dicintai suaminya karena memiliki badan yang berubah menjadi langsing semenjak memakai produk tersebut. Iklan-iklan tersebut merupakan contoh fenomena upaya meningkatkan daya tarik pada diri perempuan. Produk-produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut umumnya berhubungan dengan diet. Diet dalam bahasa Indonesia adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan, biasanya atas petunjuk dokter (http://kamusbahasaindonesia.org/diet#ixzz21Sv6cUuM). Diet merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai berat badan ideal.

(13)

4

Produk dr. “X” sendiri dikenal sebagai produk pelangsing tubuh berupa herbal bubuk yang dikemas di dalam kapsul. Sasaran konsumen dr. “X” adalah perempuan usia 15 hingga 45 tahun. Program dan produk diet yang ditawarkan oleh Klinik Ion yang dikelola oleh dr. “X” berhasil membantu 946.355 orang sukses mendapatkan berat badan ideal yang mereka inginkan (data diperoleh di tahun 2011), dengan perbandingan kegagalan 41 orang (data didapatkan dari website resmi Klinik). Hal ini menunjukkan efektifitas program dan produk diet yang ditawarkan dr. “X”. Dalam website resminya, dr. “X”mengemukakan bahwa program dan produk yang ditawarkan unik dan tidak ada bandingannya di kota Bandung; dengan fasilitas dan teknologi mutakhir yang dapat membantu klien mencapai berat badan ideal tanpa harus menahan lapar atau menetapkan pantangan berlebih pada menu makanan mereka sehari-hari.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Penilaian mengenai keadaan fisik merupakan hal yang penting bagi perempuan dewasa awal terutama yang berusia 20–25 tahun, hal tersebut salah satunya dikarenakan mulai berhentinya perkembangan tubuh dan penumpukan lemak terjadi lebih banyak (http://www.solusisehat.net). Selain masalah bentuk tubuh, perempuan dewasa awal juga harus memerhatikan kesehatannya. Guna memastikan kesehatan terjaga, maka kecenderungan produk yang digunakan adalah produk herbal. Produk herbal berasal dari bahan-bahan alamiah sehingga tidak memberikan efek samping layaknya produk-produk sintetis kimiawi.

Peneliti melihat fenomena di kalangan mahasiswi berusia 20-25 tahun di universitas “Z” dengan berbagai cara menggunakan beberapa sarana untuk mencapai berat badan yang ideal seperti bergabung di fitness center, menggunakan obat pelangsing, atau mengikuti program diet dari klinik tertentu. Salah satu klinik yang diikuti program dietnya oleh mahasiswa Fakultas “Y” Universitas “Z” adalah klinik dr. “X”. Peneliti lalu melakukan wawancara kepada 10 orang mahasiswi Fakultas “Y” Universitas “Z” yang bertujuan untuk mengetahui penghayatan body image pada diri mahasiswi.

(15)

6

secara keseluruhan menarik dan cantik, mereka beranggapan selama mereka percaya diri terhadap penampilan mereka, orang lain yang melihat mereka pun akan menganggap mereka menarik secara fisik.Lima responden tersebut tidak menganggap perempuan yang cantik harus memiliki tubuh yang kurus, berkulit putih atau menggunakan make-up berlebih.

Adapun lima responden lain merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya, mereka merasa berat badan mereka kurang ideal, merasa kulit mereka kurang putih dan cerah (body evaluation). Mereka berusaha melakukan program diet dengan membatasi makan dan berolahraga serta menjalani perawatan kecantikan khusus dan juga didukung dengan produk kecantikan lain seperti make up untuk membantu diri mereka merasa cantik dan percaya diri (body investments). Pernyataan-pernyataan mahasiswi dari hasil wawancara merupakan gambaran tentang body evaluation dan body investment. Kedua aspek tersebut menurut Cash (2004) merupakan gambaran body image.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha memahami bagaimana sebaiknya body image yang mereka bentuk. Dengan adanya pengaruh yang ada di keseharian kampus Universitas “Z”, semestinya body image mahasiswi Fakultas “Y” akan turut terpengaruh untuk mendapatkan gambaran tubuh ideal.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, peneliti memutuskan untuk mengetahui gambaran body image pada kalangan mahasiswi berusia 20-25 tahun yang menggunakan program diet dr. X di Fakultas “Y” Universitas “Z” Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran body image yang dimiliki oleh mahasiswi dewasa awal berusia 20-25 tahun yang menggunakan program diet dr. “X” di Fakultas “Y” Universitas “Z” Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(17)

8

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai body image yang meliputi seberapa puas dan seberapa penting penampilan fisik (appearance), kebugaran (fitness), serta kesehatan (health/illness) pada mahasiswi berusia 20-25 tahun yang menggunakan program diet dr. “X” di Fakultas “Y” Universitas “Z” Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

1. Kegunaan ilmiah dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi ilmu Psikologi khususnya bidang Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Klinis mengenai body image pada mahasiswi berusia 20-25 tahun yang menggunakan program diet.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai body image.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan sumbangan informasi kepada klinik dr. “X” mengenai body image

para pengguna produk sebagai bahan untuk mengembangkan program yang dapat menyejahterakan para pengguna produknya dari sisi psikologis.

1.5 Kerangka Pemikiran

Penampilan yang menarik pada mahasisiwi sebenarnya merupakan suatu penilaian yang sangat subjektif dari lingkungan terhadap mahasisiwi tersebut. Oleh karena itu, untuk lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungannya, banyak mahasisiwi khususnya yang berusaha untuk tampil semaksimal mungkin sesuai dengan tuntutan masyarakat terutama terhadap tuntutan dalam tempatnya menjalani pendidikan dan menjalin relasi sosial yang senantiasa mengharuskan untuk berpenampilan menarik. Perasaan mahasisiwi terhadap tubuhnya untuk berpenampilan menarik dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan.

(19)

10

Menurut Aaron Beck (dalam Cash, 2002), body image schema merupakan belief yang dimiliki mahasisiwi mengenai dirinya tentang pentingnya pengaruh penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan dalam hidup. Apabila seorang mahasisiwi menempatkan keadaan fisik sebagai suatu hal yang utama dalam menilai dirinya, maka stimulus-stimulus yang berhubungan dengan fisik akan memengaruhi body image. Body image schema terdiri atas dua hal yaitu body evaluation yang merujuk kepada penilaian puas atau tidaknya wanita terhadap tubuhnya dan body investment yang merujuk kepada seberapa penting penampilan fisik pada seorang wanita (Cash, 2002). Penentuan body image positif atau negatif melibatkan dua hal dalam body image schema.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Mahasiwi yang memiliki body investment rendah dan body evaluation tinggi akan menghayati perasaan puas terhadap penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan tubuhnya sehingga memiliki body image yang positif. Mahasiswi dengan body investment rendah akan tetap dapat memiliki body image yang positif jika memiliki body evaluation yang tinggi karena keadaan fisiknya tidak dipersepsi sebagai hal yang terlalu penting dalam kehidupannya.

Cash (2002) menyatakan bahwa body image memiliki peran yang vital dalam kualitas kehidupan sehari-hari, yaitu berpengaruh terhadap emosi, kognitif, dan perilaku, dalam menjalin relasi baik secara umum maupun terhadap orang-orang terdekat. Tiga komponen dari body image yang menuntut evaluasi dari perempuan adalah penampilan, kebugaran, dan kesehatan fisik. Penampilan fisik menyediakan banyak hal penting untuk ciri fisik yang dilihat dirinya ataupun orang lain, juga termasuk mengenai informasi mengenai usia dan penampilan fisiknya. Mahasisiwi pada umumnya harus menyelesaikan jenjang pendidikan dan memenuhi tuntutan untuk menjalin relasi sosial yang lebih mendalam. Pada bagian pemenuhan tuntutan menjalin relasi sosial, penampilan fisik yang menarik akan memberikan pengaruh yang mempermudah mahasisiwi dalam memenuhi tuntutan tersebut. Kebugaran dan kesehatan akan mendukung keberhasilan mahasiswi dalam menyelesaikan pendidikannya dan menjalin relasi sosial.

(21)

12

memiliki harga diri yang rendah, depresi, dan menarik diri dari lingkungan sosial bahkan mengalami disfungsi seksual. Disfungsi seksual muncul dikarenakan fungsi seksual mahasisiwi memiliki kaitan yang erat dengan bagaimana mahasisiwi memandang kondisi fisiknya, secara keseluruhan, menarik atau tidak (physical attractiveness), yang nantinya juga dipengaruhi oleh pandangan pasangan mahasisiwi tersebut. Kondisi fisik yang menarik dapat mengindikasikan adanya sex appeal yang kuat pula. Oleh karena itu, mahasisiwi dengan negative body image dapat mengalami kesulitan untuk dapat mempertahankan hubungan seksual yang sehat karena merasa tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya (Cash dan Grant dalam Thompson, 1996).

Cash (dalam Seawell dan Danorf-Burg, 2005) kemudian menajamkan kedua dimensi body image menjadi lebih spesifik lagi ke dalam lima dimensi sebagaimana yang tercantum pada alat ukurnya yaitu Multidimensional Body Self Relation Questionnaire - Appearance Scales (MBSRQ – AS). Kelima dimensi ini merupakan pengkhususan dari dimensi body evaluation dan body investment. Ketiga komponen body image yaitu penampilan, kebugaran, dan kesehatan fisik juga terliput di dalam kelima dimensi MBSRQ – AS.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Appearance Orientation dan Overweight Preoccupation merupakan pengkhususan dari dimensi Body Investment. Appearance Orientation adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh mahasiswi guna memperbaiki penampilan fisiknya. Overweight Preoccupation adalah tingkat kecemasan mahasiswi mengenai kegemukan dan kecenderungan menjaga pola makan serta mengikuti program diet guna menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan yang dimiliki.

Perkembangan body image berjalan sepanjang masa kehidupan dan dipengaruhi oleh figur yang signifikan serta berperan penting dalam kehidupan. Terdapat empat faktor yang memengaruhi body image seorang mahasisiwi. Faktor yang pertama adalah physical characteristics yang meliputi keadaan fisik seperti tinggi badan, bentuk otot, kondisi-kondisi kulit seperti jerawat, cacat yang diperoleh, perubahan elastisitas kulit, dan ketebalan rambut. Jackson (dalam Cash, 2002) menyatakan bahwa daya tarik dan penerimaan sosial terhadap penampilan fisik seseorang akan berdampak pada bagaimana seseorang tersebut dipandang dan diperlakukan oleh orang lain.

(23)

14

Cash dan Fleming (2002) yaitu insecure attachment system saat individu mencari kasih sayang dan penerimaan namun menerima respon dari luar dirinya yang membuat diri merasa tidak berharga sehingga memengaruhi terhadap terbentuknya body image negatif.

Faktor ketiga adalah interpersonal experience, yaitu penilaian yang diberikan lingkungan kepada perempuan dewasa awal yang merupakan umpan balik yang ikut memengaruhi body image nya. Umpan balik tersebut dapat berupa harapan-harapan, opini, komunikasi baik verbal maupun non verbal yang disampaikan dalam interaksi dengan anggota keluarga, teman, orang-orang sebaya lain dan bahkan oleh orang asing; yang mengungkapkan sejauh mana penampilan fisik mahasisiwi dinilai dalam keluarga, membawa pengaruh kuat terhadap pandangan mahasisiwi mengenai dirinya sendiri. Jika mahasisiwi mendapatkan komentar positif mengenai bentuk dan kondisi tubuhnya, mahasisiwi dapat membangun rasa percaya diri dan body image positif mengenai tubuhnya. Sebaliknya jika mahasisiwi mendapatkan komentar yang negatif maka mahasisiwi dapat merasa rendah diri dan membentuk body image negatif.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha image akan besar peranannya dalam menentukan apakah perempuan merasa percaya diri dalam menempatkan dirinya di lingkungan.

Faktor cultural socialization dimulai dengan pendapat tentang tubuh ideal dan standar fisik yang ada di masyarakat, kemudian diinternalisasi oleh mahasisiwi yang terlibat di dalamnya (Handy dalam Thompson. et al, 1999:106). Mahasiswi akan membandingkan tubuhnya sendiri dengan tubuh ideal dan dengan standar fisik di masyarakat berupa tubuh yang ramping dan penampilan menarik yang kemudian akan membentuk persepsi tentang tubuhnya.

Heinberg dan Thompson (dalam Han, 2003) telah meneliti pengaruh dari exposure media terhadap kepuasan body image. Mereka mendapatkan hasil bahwa orang-orang yang sering terekspos pada gambar-gambar yang menampilkan penampilan fisik yang ideal mengalami body image yang rendah bila dibandingkan dengan orang-orang yang kurang terekspos pada gambar-gambar yang sama. Image model yang kurus, tidak berlemak, dan berkulit mulus merupakan suatu hal yang disorot dalam berbagai majalah fashion dan advertising. Oleh karena itu, banyak mahasiswi yang kemudian terpengaruh pada image yang ditampilkan oleh media massa tersebut dan menginginkan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal, seperti tubuh yang lebih tinggi, perut rata, dan pinggul yang kecil.

(25)

16

tuntutan masyarakat mengenai standar penampilan ideal disebabkan oleh peran media massa yang menyebarkan informasi dan standar yang merupakan harapan masyarakat (Jasper, Lakoff, Scherr, dan Thompson, dalam Thompson et. al, 1996). Hal tersebut merupakan hasil dari body image positif.

Penjelasan mengenai body image dan kaitannya pada mahasisiwi dapat dirangkum dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Skema 1.1 Kerangka Pemikiran

Body Image Positif Body Image Negatif 1. Cultural Socialization

2. Physical Characteristics 3. Personality Attributes 4. Interpersonal Experience

Body Image Schema Body Evaluation:

1. Appearance Evaluation 2. Body Area Satisfaction 3. Self-Classified Weight Body Investment:

1. Appearance Orientation 2. Overweight Preoccupation Mahasiswi Berusia

20-25 tahun yang menggunakan produk dr. “X”di Fakultas “Y”

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

Setelah menelaah uraian di atas, maka didapatkan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang memengaruhi dan melatarbelakangi pembentukan body image pada mahasiswi adalah cultural socialization, physical characteristics, personality attributes dan interpersonal experience.

2. Body image mahasiswi yang menggunakan produk diet dr. “X” dapat diukur melalui dua dimensi utama yaitu body evaluation dan body investment.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian body image pada responden mahasiswi berusia 20-25 tahun yang menggunakan produk obat diet dr. “X”, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

• Responden mahasiswi berusia 20-25 tahun yang menggunakan produk obat

diet dr. “X”sebagian besar yaitu 80% memiliki body image negatif. Sisanya sebesar 20% memiliki body image positif.

• Pada kelompok responden mahasiswi dengan body image negatif sebagian

besar sebanyak 83,33% memiliki overweight preoccupation yang tergolong negatif. Hal ini menunjukkan bahwa body image yang negatif pada responden mahasiswi dalam penelitian ini diwarnai dengan kecemasan mengalami kegemukan.

• Pada kelompok responden mahasiswi dengan body image positif sebagian

besar sebanyak 76,92% memiliki appearance evalution yang tergolong positif. Hal ini menunjukkan bahwa body image yang positif pada responden mahasiswi dalam penilitian ini menilai bahwa penampilan mereka sudah memuaskan.

• Penyebaran persentase usia dengan body image yang ada pada responden

(28)

Universitas Kristen Maranatha 62

• Berdasarkan lama pakai, persentase terbesar, yaitu 47,4% pada kelompok

responden mahasiswi dengan body image negatif dan 46,2% pada kelompok responden mahasiswi dengan body image positif, terdapat pada kelompok lama pakai 1-2 tahun. Hal ini dapat menggambarkan adanya suatu keterkaitan terhadap pembentukan body image pada responden mahasiswi yang menggunakan produk obat diet dr. “X”.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang ada, peneliti menyarankan beberapa hal:

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan

• Penelitian ini mendeskripsikan gambaran body image dan pemetaan

dimensi-dimensi pembentuknya. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam mengenai kontribusi atau korelasi dimensi-dimensi pembentuknya terhadap body image yang ada guna mengetahui dimensi mana yang dapat memengaruhi pembentukan body image pada individu dewasa awal.

5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi diri dan sebagai

(29)

63

dr. “X” dalam memandang tubuhnya berkaitan dengan body image yang dianggap ideal.

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan klinik dr. “X” guna

mengembangkan program yang membantu meningkatkan kesejahteraan para pengguna produknya dari segi psikologis seperti intervensi atau terapi psikologis di dalam klinik dan follow-up program diet yang telah dijalani pengguna produk.

• Bagi responden mahasiswi dengan body image negatif, diharapkan dapat

merubah body image menjadi lebih positif dengan menjaga berat badannya sesuai ketentuan yang tercantum dalam body mass index dengan cara berolah raga atau membatasi asupan makanan sesuai kebutuhan atas saran dokter gizi. • Bagi responden mahasiswi dengan body image positif, diharapkan dapat tetap

(30)

64

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Cash, T. F; J.R. Ancis; and M.D. Strachan. 1997. Gender Attitudes, feminist identity, and body images among college women. Sex Roles: A journal of research. Available online at www.findarticles.com (diakses, Maret 2010) Cash, T. F & Pruzinsky, T. 2004. Body Image: A handbook of theory, research,

and clinical service. New York: Guilford

Cusumano, D.L., & Thompson, J.K. 1997. Body Image and body shape ideals in magazines : Exposure, awareness, and internalization. Sex Roles , 37, 701-721.

Garner, D. M. 1997. The Body Image Survey. Psychology Today, 23-84.

Hoyt, W.D., & Kogan, L. R. 2001, Agustus. Satisfaction with body image and peer relationships for males and females in a college environment. Sex Roles: A journal of research. Retrieved January 19, 2006

Kaplan, Robert M. & Dennis P. Saccuzzo. 2004. Psychological Testing Principles, Application, and Issues. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sevilla, Consuelo G. (2007). Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika, edisi ke 6. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :PT. Ikrarmandiriabadi.

Taylor, S.E .1999. Health Psychology (4th ed.). Singapore: McGraw-Hill.

Thompson, J.K. 1996. Body images, eating disorders, and obesity: An integrative guide for assesment and treatment. Washington, DC: American Psychological Association.

(31)
(32)

66

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Arief. 2008. Studi deskriptif mengenai body image pada pria dewasa awal yang berlangganan majalah men’s health di kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Andea, Raisa. 2010. Hubungan Body Image dengan Perilaku Diet pada Remaja. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Cash, T.F. 2002. Women’s body images. In G. Wingood & R. DiClemente (Eds.), Handbook of Women’s Sexual and Reproductive Health (pp. 175-194). New York: Plenum.

Collings, Amy. .2005. The Relationship between Body Image and Weight Maintenance in Community Women Enrolled in Weight-Loss Programs. Masters Theses and Doctoral Dissertations. Paper 124.

Crerand, Canice Ellen. 2003. Rate of Body Dysmorphic Disorder Among Patients Seeking Facial Cosmetic Procedures. Drexel University.

Ogilvy & Mather, diakses 22 September 2011,

http://www.campaignforrealbeauty.co.uk

Azwar, A., 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan, diakses 21 September 2011, http://www.gizi.net/gaya-hidup/Tubuh-ideal-sehat.PDF

Wijendaru, diakses 21 September 2011, http://wijendaru.wordpress.com

Harian Online Kabar Indonesia, diakses 10 Oktober 2011, http://www.kabarindonesia.com

Joko Supriyanto, diakses 21 September 2011, http://jokosupriyanto.com

Yohanes Aristianto, diakses 29 September 2011,

http://kamusbahasaindonesia.org/diet#ixzz21Sv6cUuM

http://www.solusisehat.net diakses 21 September 2011.

(33)

Indika, Kinanti. 2010. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data, diperoleh gambaran bahwa body image wanita yang mengikuti senam body language di kota Bandung memiliki body image negatif pada 54% dan 46 % tergolong

Oleh karena itu untuk memperoleh penampilan yang menarik dan bentuk tubuh yang mesomorfik , pria dewasa dini secara sungguh-sungguh melakukan latihan fisik di fitness

Dampak body image negatif pada aspek kehidupan dapat juga dijumpai dalam perilaku wanita yang frekuensi mengikuti senam menjadi lebih sering setelah memiliki anak karena