• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI

DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK

DI FITNESS CENTER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fika Yunny Wulandari

NIM : 029114083

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI

DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK

DI FITNESS CENTER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fika Yunny Wulandari

NIM : 029114083

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)

J

ika hidup ini bagai sebidang tembok,agar kokoh bangunlah dengan batu-batu besar nan kuat. Batu-batu besar itu adalah sesuatu yang berat dipikul, keras di jinjing; sesuatu yang kita perjuangkan; sesuatu yang padanya kita rela berkorban, berjerih payah, bahkan menukarnya dengan segenap jiwa dan raga. Sesuatu itu bisa berupa keluarga, persahabatan, pekerjaan, atau apapun yang begitu berharga sehingga kita harus membangunnya kuat-kuat;serta memolesnya indah-indah.

N

amun demikian, agar bebatuan besar itu saling merekat kuat, ia harus ditautkan dengan pasir kecil. Pasir-pasir lembut yang melindungi telapak kaki kita dari perihnya peristiwa. Pasir-pasir itu adalah kegembiraan dalam syukur,senyuman di balik peluh, serta kehangatan hubungan antar sesama. Jika demikian, maka kita akan dapati sebuah tembok yang menjadi monumen simbol kehadiran kita di dunia ini. Dan, itu tentu jauh lebih baik ketimbang hanya sekedar meninggalkan sepasang nisan di batas kubur.

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus, penyelamat dan pemberi kehidupan

Orang tuaku tercinta

Kakak dan adikku yang selalu mendukung

Pria dan semua sahabat yang selalu menyertai langkahku

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2007

Penulis

Fika Yunny Wulandari

(7)

ABSTRAK

Fika Yunny Wulandari (2002). Hubungan antara Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Yogyakarta : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik di fitness center. Body image pada pria dewasa dini adalah gambaran atau persepsi pria dewasa dini terhadap penampilan tubuhnya. Dengan memiliki body image yang rendah menunjukkan bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Ketidakpuasan terhadap tubuh ini mendorong pria dewasa dini untuk berusaha memperbaiki diri dan mendapatkan penampilan yang lebih menarik. Hal tersebut karena pada usia ini, pria dewasa dini memiliki minat khusus dalam penampilan fisiknya. Oleh karena itu untuk memperoleh penampilan yang menarik dan bentuk tubuh yang mesomorfik, pria dewasa dini secara sungguh-sungguh melakukan latihan fisik di fitness center.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang secara aktif melakukan latihan fisik di fitness center. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode skala. Body image subyek diukur dengan menggunakan skala body image yang disusun peneliti, begitu juga dengan kesungguhan latihan fisik yang diukur dengan skala yang juga peneliti susun.

Uji kesahihan butir menyatakan pada skala body image terdapat 22 item yang gugur dan 38 item dengan reliabilitas sebesar 0,932 yang digunakan, sedangkan pada skala kesungguhan latihan fisik ada 3 item yang gugur dan 19 item yang digunakan dengan reliabilitas sebesar 0,923. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,188 yang berarti bahwa sumbangan variabel body image terhadap intensitas latihan fisik sebesar 18,8%. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasilnya analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,434 pada taraf signifikasi 0,05 dan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik dapat diterima.

Kata kunci : body image, kesungguhan latihan fisik, ketidakpuasan terhadap tubuh

(8)

ABSTRACT

Fika Yunny Wulandari (2002). Correlation Between Young Men Adult’s Body Image and Seriousness of Physical Exercise at Fitness Center Yogyakarta : Faculty of Psychology, Majoring in Psychology, Sanata Dharma University

This research was aimed to determine the relation between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center. Young men adult’s body image is young men adult’s perception about their own appearance. By having low body image, they show dissatisfied with their condition. This dissatisfaction will force them to rebuild their mesomorfik body and appearance attractiveness. It occured because in this age, they getting more concern with their physical appearance. That was the reason why young men adult’s were doing physical exercise seriously at fitness center.

Subjects of this research were 70 young men adult’s who actively doing physical exercise at fitness center. Correlation method was used in this study as the research method. Data collecting method using two scales, body image scale and seriousness of physical exercise scale. Both scales were used to measure the level of body image and the seriousness of physical exercise, which compiled by the researcher.

Item validity on the young men adult’s body image scale showed that, 22 items failed and 38 items with coefficient reliability of 0,932 used, while on seriousness of physical exercise scale, 3 items failed and 19 items used, with coefficient reliability of 0,923. Determinant coefficient (R2) was 0,188. It means that the contribution of body image variable to the intensity of physical exercise was 18,8%. Product Moment correlation technique from Pearson was used to analyze research data. The result of this analysis showed that data distribution was normal and linear. The correlation coefficient was -0,434 on significance by 0,05 with probability 0,000 (p<0,01). It makes the research hypothesis suggested, that there was negative relationship between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center, is accepted.

Keywords : body image, seriousness of physical exercise, body dissatisfaction

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan bagian prasyarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan-bantuan yang telah diberikan beberapa pihak lain secara moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah sabar dalam membimbing penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. “Trima kasih ya bu.... untuk semangat dan bimbingan yang selalu diberikan...”

4. Bapak Agung Santoso, S.Psi., yang menjadi dosen pembimbing akademik selama tiga setengah tahun penulis mengikuti kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

5. Semua dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selamat mengajar dan terus berjuang untuk memajukan Psikologi Sanata Dharma...!!!

6. Semua karyawan Fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, mas Muji, pak Gie’, mas Doni yang selalu membantu selama penulis berada di Fakultas Psikologi. Terima kasih untuk keramahan dan senyum kalian... Tidak lupa petugas parkir kampus III Paingan....

7. Keluarga Daryoto, bapak yang sekarang bersama Yesus... “aku tahu bapak liat dan bangga sama aku”. Ibu yang selalu memberi nasehat dan dukungan, “aku sayang ibu”... Mba’ Heni yang selalu mendukung dan

(11)

segala bantuan yang diberikan selama aku kuliah, “makasih ya mbak”.... Mba’ Nana... “thanks ya sis’ buat support-nya, juga saran yang selalu diberikan”... Nggak lupa adekku Okta, “bro’ thanks buat dukungnnya...” 8. Nova Dwi Anditya.... trima kasih untuk semua yang kamu berikan, waktu;

dukungan; kesabaran (terutama saat kita berantem); doa; saran juga kepercayaan yang selalu ada buatku. “Perjalanan kita masih panjang yank...”

9. Seluruh subyek penelitian di tempat-tempat fitness, terutama untuk teman-temanku di Lembah Fitness Center. Hestu makasih banyak buat waktunya dan bantuan buat ngisi skala.... Juga tidak lupa pengelola dan karyawan Lembah Fitness Center, trima kasih karena diijinkan melakukan penelitian di Lembah Fitness Center.

10.Temen-temen basket adekku, makasih udah mau ngisi angket dan bantu penelitianku...

11.Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tea + Wedha; Nopex; Galih’03, Dewi, Echa, Didi’03, “selama kita bimbingan bareng banyak suka n duka yang kita rasain, akhirnya lulus jg ya!! Buat yang blum lulus, cepet nyusul yah!!! Cia Yo !!!!”

12.Sahabatku Mitha... “nduk, makasih ya buat waktu, saran dan curhatan selama ini. Tetep semangat buat skripsimu!!! Inget, semuanya indah pada waktunya...”

13.Semua sahabat-sahabatku kelas D angkatan 2002, terima kasih buat pengalaman yang menyenangkan selama kita bersama dan berbagi. Khususnya buat Mey, Ohaq, Cahya, Anggie, Eu, Tina, “Kapan kita reunian n curhat-curhatan lagi ???”

14.Sahabatku semasa SMA, Vivi dan Siska; “kita bertiga bakalan tetep kompak kan gal’s?”

15.My bro’: Ook n Husen.... tanpa kalian aku ga jadi seperti sekarang. “Masih inget kan 11-11-2011...??”

16.Mas Andre yang selalu memberi semangat dan dukungan biar aku cepet lulus. “Akhirnya mas, saat ini tiba juga, makasih”.

(12)

17.Temen-temen psikologi angkatan 2002, makasih semua. “Akhirnya 1-1 kita meninggalkan kampus tercinta kita....”

18.Semua temen-temen psikologi yang pernah bekerja sama denganku dalam kegiatan kampus. “Trima kasih untuk pengalaman yang berharga...” 19.Komunitas Psychology Adventure Team (PAT), “kawan-kawan, walau

hanya sesaat bersama kalian aku merasakan kebersamaan dan persaudaraan.”

20.Temen-temen game on-line, Snen; Stanley; mas Teguh; om Wahyu dan semuanya yang memberiku pengalaman persahabatan dan kesenangan di dunia maya. “Guild Aurora kapan reunian lagi...???”

21.Sahabat-sahabat yang jauh dimata tapi tetap dekat dihati, doa dan dukungan kalian sangat berarti buatku. Trima kasih untuk dukungan, saran dan segala bantuan yang telah diberikan...

Yogyakarta, November 2007

Fika Yunny Wulandari

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center ... 12

1. Definisi Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center... 12

2. Jenis-jenis Latihan Fisik di Fitness Center... 13

3. Faktor-faktor Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center 16 4. Aspek-aspek Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center 17 B. Body Image pada Pria Dewasa Dini ... 18

1. Body Image ... 18

a. Definisi... 18

b. Aspek-aspek body image... 20

(14)

c. Pengaruh body image... 20

2. Pria Dewasa Dini ... 21

a. Definisi... 21

b. Ciri-ciri... 23

c. Tugas perkembangan ... 25

d. Minat pribadi pada penampilan... 26

3. Body Image pada Pria Dewasa Dini ... 28

C. Hubungan Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center... 31

D. Hipotesis Penelitian... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian... 37

B. Identifikasi Variabel... 37

C. Definisi Operasional ... 37

1. Definisi Operasional Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center... 37

2. Definisi Operasional Body Image... 38

D. Subyek Penelitian... 39

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 39

1. Skala kesungguhan latihan fisik... 39

2. Skala body image... 40

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 43

1. Uji validitas ... 43

2. Seleksi item ... 44

3. Uji reliabilitas... 45

G. Metode Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Penelitian ... 48

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Hasil uji asumsi ... 49

2. Deskripsi data penelitian ... 51

(15)

3. Hasil uji hipotesis... 52

4. Analisis tambahan ... 53

C. Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

C. Keterbatasan Penelitian ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN... 66

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Sebelum Uji Coba ... 40

Tabel 2. Distribusi Item Skala Body Image Sebelum Uji Coba ... 41

Tabel 3. Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Penelitian ... 44

Tabel 4. Distribusi Item Skala Body Image Penelitian ... 45

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian ... 51

Tabel 7. Deskripsi Tujuan Latihan ... 53

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Try Out ... 67

Lampiran B. Tabulasi Data Try Out ... 78

Lampiran C. Uji Reliabilitas ... 86

Lampiran D. Reliabilitas Skala Penelitian ... 92

Lampiran E. Skala Penelitian ... 97

Lampiran F. Tabulasi Data Penelitian ... 106

Lampiran G. Hasil Olah Data dan Analisis ... 118

Lampiran H. Surat Ijin Penelitian ... 121

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekarang ini perkembangan pusat-pusat kebugaran (fitness center) di

Yogyakarta mulai pesat seiring dengan kesadaran akan kesehatan tubuh pada

masyarakat. Jika dahulu fitness center hanya terdapat di hotel-hotel dan dengan

konsumen yang terbatas, sekarang banyak dijumpai fitness center di berbagai tempat.

Tidak hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menikmati fasilitas yang

ditawarkan di fitness center tetapi juga konsumennya saat ini mencakup semua

golongan masyarakat, yang tentu saja peduli dengan kesehatan dan kebugaran

tubuhnya (Setiawan, 2006 & Mardana, 2003).

Tubuh ideal merupakan idaman setiap orang, baik itu wanita ataupun pria, tua

maupun muda. Bentuk tubuh yang ramping, berotot, berisi menjadi tujuan utama

seseorang melakukan latihan. Untuk mendapatkan tubuh ideal dan penampilan yang

menarik, berbagai usaha dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan latihan di

fitness center atau sering disebut juga “fitnes”.

Fitness center adalah suatu tempat atau fasilitas yang difungsikan untuk

melatih kebugaran tubuh (Yudha, 2006). Fitness center menawarkan berbagai

fasilitas untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Berbagai peralatan untuk

menurunkan atau menaikkan berat badan serta membentuk badan tersedia disini.

(19)

berbagai macam variasi latihan sehingga tidak mudah bosan. Bentuk latihan yang

dapat dilakukan di fitness center diantaranya latihan untuk jantung (cardio exercise)

termasuk didalamnya aerobik. Latihan pembentukan tubuh seperti body language,

latihan beban (resistance exercise) seperti mengangkat beban, sit up, push up, bench

press, leg curl dan latihan fisik sejenis adalah jenis latihan yang berguna untuk

membentuk tubuh menjadi proporsional dan lebih berotot serta dapat meningkatkan

kekuatan yang dimiliki (L-Men, 2006). Saat melakukan latihanpun, tidak akan merasa

jenuh atau stres karena sambil melatih tubuh juga dapat menikmati musik yang

sengaja diputar untuk menambah semangat saat berlatih. Oleh karena itu tidaklah

mengherankan jika fitness center saat ini sangat digemari oleh masyarakat untuk

melakukan latihan fisik supaya dapat memiliki tubuh yang ideal dan penampilan yang

menarik (Soekirno, 2006).

Perhatian terhadap tubuh yang ideal dan penampilan fisik yang menarik saat

ini bukan hanya monopoli kaum wanita dewasa saja. Pria dewasapun memiliki

perhatian yang besar terhadap penampilan fisik yang dimiliki, khususnya pada pria

dewasa dini, yaitu pria yang sudah mencapai kesempurnaan dalam pertumbuhan dan

memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis dengan rentang usia 18-40

tahun. Seperti dijelaskan oleh Pembaruan (2006) bahwa saat ini banyak pria dewasa

dini yang mulai memperhatikan tubuh serta penampilan mereka, dan berbagai usaha

dilakukan pria dewasa ini untuk memiliki bentuk tubuh yang diinginkan. Perhatian

terhadap penampilan sangat penting pada pria dewasa dini karena memiliki peran

(20)

profesional. Menurut Hurlock (1980) penampilan yang menarik pada pria dewasa

merupakan potensi yang kuat untuk masuk dalam suatu pergaulan dan penampilan

yang tidak menarik akan menghambat pergaulan. Penampilan yang menarik juga

merupakan modal untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tidak dapat

dipungkiri bahwa daya tarik fisik merupakan hal yang diperhatikan saat bertemu

dengan seseorang. Terdapat anggapan bahwa seseorang yang menarik secara fisik

juga akan memiliki karakteristik lain yang lebih menyenangkan, misalnya

kepribadian yang menyenangkan (Sears & Freedman, 1985). Oleh karena itu penting

bagi seorang pria dewasa untuk lebih memperhatikan penampilannya.

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperoleh bentuk tubuh yang

ideal, misalnya diet, operasi plastik ataupun latihan fisik. Pria dewasa dini lebih

memilih untuk melakukan latihan fisik agar dapat memiliki tubuh yang ideal dan

proporsional. Hal ini diungkapkan oleh Fallon & Rozin, Donaldson’s, dan Baker

(dalam Grogan, 1999) dalam penelitiannya di Amerika bahwa pria lebih memilih

latihan fisik daripada diet. Aktivitas yang dilakukan para pria dalam latihan fisik,

salah satunya adalah melakukan latihan beban dan body building untuk membentuk

tubuh menjadi proporsional dan lebih berotot.

Kesadaran untuk memiliki penampilan yang terbaik pada pria dewasa dini

dipengaruhi oleh adanya dorongan untuk mengevaluasi dirinya sendiri agar menjadi

lebih baik dan juga dengan membandingkan apa yang dimilikinya dengan

orang-orang disekitarnya (Sears & Freedman, 1985). Suatu evaluasi diri yang dilakukan

(21)

citra tubuh atau body image. Body image merupakan pandangan, penilaian pada

penampilan fisik yang dimiliki dan didalamnya juga melibatkan emosi serta daya

imajinasi. Body image terkonsep secara subyektif dan sangat terbuka dengan

perubahan sosial di sekitarnya (Grogan, 1999). Dalam memahami body image, tidak

hanya melihat dari pengalaman pria dewasa yang berhubungan dengan tubuhnya,

tetapi juga budaya lingkungan pergaulan saat pria dewasa beraktivitas.

Pope, Phillips & Olivardia (dalam Wikipedia, 2007) dalam artikelnya

menyebutkan bahwa body image pada pria merupakan topik yang saat ini sangat

menarik di kalangan akademisi dan media. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa

banyak pria menginginkan tubuh yang lebih berotot daripada yang sudah dimilikinya.

Pandangan umum saat ini menyatakan bahwa body image pria yang ideal adalah yang

berotot dan memiliki perut yang rata serta dada yang bidang. Kirkpatrik & Sanders

(dalam Grogan, 1999) menjelaskan bahwa pria menginginkan bentuk tubuh yang

mesomorfik yaitu dengan ciri-ciri tubuh rata-rata disertai dada yang bidang dan

berotot juga pada lengan dan bahu, serta pinggang dan pantat yang langsing. Oleh

karena itu banyak pria menginginkan supaya dapat menyerupai bentuk tubuh

mesomorfik yang ideal dan akan merasa kecewa jika tubuhnya tidak seperti yang

diinginkan. Televisi saat ini juga menampilkan figur-figur pria dengan tubuh

bertelanjang dada yang memperlihatkan perut yang six-pack, lengan dan dada yang

berotot, misalnya pada iklan-iklan dan aktor-aktor film seperti Adrian Maulana,

Primus Yustisio, Marselino Lefrand, Van Damme atau aktor-aktor lain yang selalu

(22)

Body image merupakan bagian dari konsep diri, oleh karena body image yang

rendah akan tercermin pada konsep diri yang rendah pula karena individu kurang

dapat menerima kondisi tubuh yang dimiliki. Seorang pria dewasa dini yang memiliki

body image yang rendah akan melihat tubuhnya tidak menarik atau bahkan

membuatnya menghindari orang lain, sementara pria dewasa dini yang memiliki body

image yang tinggi akan melihat dirinya menarik bagi orang lain dan lebih dapat

menerima kondisi tubuh yang dimilikinya. Body image yang rendah menunjukkan

bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan penampilan yang dimilikinya.

Ditunjukkan dalam Psychology Today tahun 1997 (dalam Wikipedia, 2007) bahwa

40% pria dewasa dini tidak puas dengan penampilan yang dimiliki secara

keseluruhan. Body image yang rendah menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap

tubuh yang dimiliki sehingga mempengaruhi harga diri seorang pria menjadi rendah

(Olivardia dalam Wikipedia, 2007 & Mintz, Torso dalam Grogan, 1999).

Penelitian tentang body image pada pria dewasa dini dipilih karena pada fase

dewasa dini ini pria memiliki minat yang besar dalam penampilan fisik mereka secara

keseluruhan. Pria dewasa dini mulai belajar, menyadari dan mengevaluasi keadaan

tubuhnya dan berusaha untuk memperbaiki dan merawat tubuhnya sebaik mungkin.

Pria dewasa dini yang memiliki body image yang positif akan menunjang

kepercayaan dirinya sehingga dalam penyesuaian diri tidak mengalami permasalahan.

Tetapi jika pria dewasa dini memandang negatif pada tubuhnya sendiri tentunya akan

mempengaruhi kepercayaan dirinya dan menjadi masalah bagi perkembangan

(23)

penyesuaian dirinya. Jika pria dewasa dini tidak memiliki penampilan yang menarik

dan ideal maka timbul permasalahan, diantaranya pada usaha mencari pasangan

hidup, mencari pekerjaan yang sesuai serta lingkungan sosial dimana pria dewasa dini

beraktivitas.

Secara universal body image dan perilaku sehat atau latihan fisik menjadi

perhatian para peneliti di luar negeri. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya

jurnal penelitian dan artikel yang membahas tentang body image dan latihan fisik.

Beberapa dari jurnal penelitian tersebut hasilnya akan dipaparkan sebagai berikut.

Lowery & Kurpius; dkk (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara body image yang dimiliki oleh pria dengan latihan fisik

yang dilakukan. Maksudnya adalah bahwa pria yang melakukan latihan fisik dengan

tujuan untuk menambah berat badan dan membuat tubuh lebih berotot memiliki

hubungan yang positif dengan body image yang dimilikinya dan cenderung puas

dengan tubuhnya.

McDonald dan Thompson (dalam Lowery, Kurpius, dkk 2005) menjelaskan

bahwa tujuan pria melakukan latihan fisik untuk memperoleh berat badan yang ideal,

kesehatan dan penampilan fisik yang menarik secara positif berhubungan dengan

ketidakpuasan terhadap body image yang dimilikinya. Sementara tujuan latihan fisik

untuk kesenangan dan kebugaran tubuh memiliki hubungan yang negatif dengan

ketidakpuasan terhadap body image. Hal ini menjelaskan bahwa body image memiliki

pengaruh terhadap tujuan pria dalam melakukan latihan fisik. Senada dengan

(24)

menjelaskan hasil penelitiannya bahwa body image menjadi faktor seseorang

termotivasi untuk melakukan latihan fisik di fitness center.

Prichard & Tiggeman (2005) memaparkan hasil penelitiannya pada subyek

wanita yang melakukan latihan aerobik secara teratur, hasilnya menunjukkan bahwa

subyek penelitian memiliki harga diri rendah serta ketidakpuasan terhadap tubuhnya

dan hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya jumlah latihan aerobik yang

dilakukan. Penelitian lain dilakukan oleh Lorenzen, Grieve & Thomas (2004) tentang

tampilan model pria dengan tubuh berotot yang mempengaruhi penurunan kepuasan

tubuh pada pria. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kepuasan tubuh pada pria

menurun setelah melihat body image pria lain yang lebih berotot, tetapi kepuasan

tersebut tidak menurun saat body image yang ditampilkan tidak berotot atau bertubuh

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pada tubuh pria mungkin dipengaruhi

oleh tampilan body image dengan model pria yang memiliki tubuh berotot.

Di Indonesia sendiri peneliti menemukan penelitian tentang body image yang

dihubungkan dengan intensitas dalam melakukan body languange pada subyek

wanita dewasa oleh Wulandani (2000) mahasiswa Universitas Gajah Mada. Dari

beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian peneliti tertarik

untuk meneliti apakah ada hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan

kesungguhan dalam melakukan latihan fisik di fitness center.

Meskipun Lowery & Kurpius (2005), menyatakan hubungan yang positif

antara body image pria dewasa dini dengan latihan fisik yang dilakukan, tetapi dari

(25)

kebugaran, diperoleh bahwa rata-rata pria dewasa dini yang ingin melakukan latihan

fisik dengan sungguh-sungguh adalah pria yang cenderung tidak puas dengan kondisi

fisiknya. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh ini dirasakan tidak secara

keseluruhan, tetapi hanya sebagian tubuh saja misalnya pada lengan yang kurang

berotot, perut yang tidak six pack, dada yang kurang berotot, kaki yang kecil dan

beberapa bagian tubuh yang dirasa kurang sempurna. Dari hasil tersebut peneliti

mendapatkan suatu kesimpulan bahwa keinginan untuk melakukan latihan dengan

sungguh-sungguh dan teratur dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan terhadap

tubuh yang dimiliki.

Kesungguhan adalah suatu perasaan atau hal yang dilakukan dengan sepenuh

hati atau sungguh-sungguh dan tidak pura-pura (Hornby, 1989). Dalam setiap hal,

pemikiran atupun suatu perasaan, kesungguhan menjadi suatu hal yang sangat penting

untuk ditunjukkan. Misalnya saat seseorang ingin mengungkapkan suatu perasaan

kepada orang lain, maka kesungguhan diperlukan supaya perasaan yang diungkapkan

benar adanya dan tidak pura-pura. Melakukan pekerjaan sehari-hari dengan

sungguh-sungguh juga akan lebih ringan dan tidak menjadi beban karena seseorang

melakukannya dengan sepenuh hati.

Begitu pula dalam melakukan latihan fisik, kesungguhan perlu diperhatikan

dan dicermati oleh para pria dewasa dini. Kesungguhan diperlukan untuk mendukung

latihan yang dilakukan agar lebih efektif dan optimal. Kesungguhan dalam

melakukan latihan fisik akan menghasilkan tubuh ideal yang sesuai dengan yang

(26)

latihan fisik sungguh-sungguh dilakukan untuk melatih otot dengan baik dan benar,

maka akan lebih cepat membakar kalori.

Kesungguhan dari latihan fisik yang dilakukan dapat terlihat dari keinginan

untuk memperoleh bentuk tubuh yang diinginkan. Kesungguhan yang serius

dilakukan dengan sepenuh hati akan terlihat dari konsentrasi dan keinginan untuk

teratur dalam melakukan latihan fisik di fitness center. Latihan fisik yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh inilah yang nantinya akan mempengaruhi hasil dari latihan.

Kesungguhan dalam latihan ini tidaklah dilihat dari lama atau berapa kali seseorang

melakukan latihan fisik, tetapi dari keseriusan (fokus dan konsentrasi) serta keinginan

untuk teratur berlatih, yang dilakukan dengan sepenuh hati untuk mendapatkan tujuan

latihan yang diinginkan.

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa body image yang

dimiliki dapat mempengaruhi bagaimana seorang pria dewasa dini melakukan latihan

fisik untuk memperoleh kriteria tubuh yang ideal. Oleh karena itu penting dilakukan

penelitian tentang body image dalam hubungannya dengan kesungguhan dalam

melakukan latihan fisik pada pria dewasa dini. Karena body image yang dimiliki akan

mempengaruhi bagaimana pria dewasa dini dalam kesungguhannya memperoleh

bentuk tubuh yang diinginkan. Secara khusus pria dewasa dini yang memiliki body

image yang rendah akan lebih memperhatikan tubuhnya dan ingin berusaha keras

mendapatkan bentuk tubuh ideal, sementara pada masa ini pria dewasa dini juga

diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam hal pekerjaan, rumah tangga maupun

(27)

dini yang memiliki body image yang tinggi akan lebih mudah dalam proses

penyesuaian dirinya karena tidak hanya terfokus pada keinginan untuk memperoleh

bentuk tubuh yang ideal tetapi juga dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan

lebih maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan

antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan

fisik di fitness center?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara body image pada pria

dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik di fitness center.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam

bidang psikologi secara umum dan secara khusus dalam bidang psikologi

kepribadian, perkembangan, sosial dan psikologi olah raga. Serta dapat digunakan

(28)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan dapat memberi gambaran mengenai body image pada

pria dewasa dini dilihat dari hubungannya dalam kesungguhan melakukan latihan

fisik.

b. Bagi Pria Dewasa Dini

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pria dewasa, khususnya pada pria dewasa dini yang berusaha untuk mendapatkan

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER

1. Definisi Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center

Kesungguhan didefinisikan sebagai suatu perbuatan (hal) yang dilakukan

dengan segenap hati (sungguh-sungguh) (kamus besar bahasa Indonesia, 1989).

Sedangkan Hornby (dalam kamus Oxford, 1989) menjelaskan kesungguhan sebagai

suatu perasaan atau perilaku yang tidak pura-pura (sincerity) atau suatu keadaan agar

menjadi sungguh-sungguh/ serius (seriousness) serta hal yang menentukan sesuatu

dan dapat disebut juga suatu energi (earnestly).

Dalam besar kamus bahasa Indonesia (1989) dijelaskan bahwa latihan fisik

merupakan hasil pelatihan atau aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh.

Fitness center didefinisikan oleh Yudha (2006) sebagai tempat yang

difungsikan untuk melatih kebugaran tubuh. Sedangkan definisi lain dari fitness

center adalah fasilitas yang melayani dengan tujuan untuk melatih tubuh, mengontrol

berat tubuh dan pembentukan tubuh (Legis, 2007).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesungguhan dalam melakukan latihan fisik di

fitness center merupakan suatu perasaan atau hal serius, tidak pura-pura dan

dilakukan dengan sepenuh hati yang diwujudkan dalam melatih tubuh dan dilakukan

(30)

2. Jenis-jenis Latihan Fisik di Fitness Center

Jenis-jenis latihan yang dilakukan di fitness center sangat tergantung dari

tujuan yang ingin dicapai dari latihan yang dilakukan. Jadi, kebutuhan untuk

melakukan latihan fisik berbeda tergantung dari hasil akhir yang ingin dicapai. Rai

(dalam korantempo, 2001) menjelaskan bahwa latihan yang efektif bukan hanya

karena lamanya atau pengulangan yang banyak dari sebuah latihan tetapi juga

kesungguhan dan tujuan melakukan latihan yang baik.

Yudha (2006) menjelaskan bahwa latihan fisik di fitness center umumnya

memiliki tujuan untuk membentuk tubuh supaya lebih ideal dan proporsional. Jenis

latihan fisiknya dapat dibagi menjadi :

a. Menjaga Kebugaran Tubuh

Latihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kebugaran

tubuh. Umumnya dilakukan karena adanya kesadaran yang tinggi akan

pentingnya hidup sehat. Peningkatan kondisi tubuh tidak diutamakan, tetapi

juga dijaga agar tetap stabil. Frekuensi latihan dilakukan cukup 3 kali dalam

seminggu dengan durasi tidak lebih dari 40 menit (Rai dalam

korantempo.com)

b. Menurunkan Berat Tubuh

Tujuan utama dari latihan adalah untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal

dan umumnya memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan latihan fisik

secara intens. Semakin ingin memperoleh tubuh yang ramping dan ideal maka

(31)

1) Menaikkan Berat Tubuh

Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal juga membuat

beberapa orang yang terlalu kurus melakukan latihan fisik supaya

tubuhnya lebih “berisi” dan berotot. Latihan fisik di fitness center dipilih

karena jenis latihan beban – yang berkaitan dengan otot – memiliki

kecenderungan meningkatkan nafsu makan.

2) Memulihkan Kondisi Tubuh

Latihan dilakukan tidak hanya untuk kebugaran tubuh tetapi juga untuk

memulihkan kondisi tubuh setelah sembuh dari penyakit tertentu.

3) Sebagai Variasi

Tujuan utama latihan karena untuk menghilangkan kejenuhan pada latihan

lain yang rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan banyaknya variasi gerakan

yang terdapat dalam latihan di fitness center.

4) Atlet profesional

Rai (dalam koran tempo, 2001) menambahkan satu jenis latihan yang

tujuan utamanya untuk pembentukan badan bagi atlet profesional.

Umumnya latihan dilakukan oleh atlet profesional atau yang ingin menjadi

atlet. Disebut juga jenis latihan pembentukan tubuh (body building).

Dijelaskan diatas bahwa terdapat enam jenis latihan yang umumnya terdapat

di fitness center. Sedangkan metode latihan yang optimal menurut Rai (dalam koran

(32)

a. Peregangan (strecth)

Latihan ringan yang dilakukan untuk melenturkan badan supaya tidak kaku.

Umumnya dilakukan selama 5-10 menit.

b. Pemanasan (warm up)

Disebut juga latihan untuk melatih jantung (cardio exercise). Pemanasan dapat

dilakukan dengan treadmill, jogging, atau menggunakan sepeda statis. Lama

pemanasan berkisar 5-25 menit.

c. Latihan inti

Dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Aerobik

Latihan aerobik merupakan latihan cardio yang dilakukan tanpa henti dengan

bantuan oksigen selama kurang lebih 30-60 menit. Umumnya latihan aerobik

dilakukan secara intens untuk membakar lemak dan menurunkan berat badan.

Dalam perkembangannya banyak variasi aerobik dengan menggunakan

berbagai jenis musik sampai gerakan bela diri.

2) Latihan Beban

Latihan beban lebih ditujukan untuk membentuk tubuh, mengencangkan dan

menonjolkan otot-otot tubuh. Latihan dimulai dengan menggunakan beban

yang ringan terlebih dahulu. Jika dirasa beban terlalu ringan dapat

ditambahkan supaya lebih berat. Latihan yang dilakukan untuk melatihan

bagian atas pinggang (upper body) atau pinggang bagian bawah (lower body)

(33)

d. Pendinginan (cooling down)

Setelah melakukan berbagai latihan yang memacu denyut jantung dan

menegangkan otot, tubuh membutuhkan waktu untuk kembali pada posisi semula

dalam keadaan yang lebih nyaman dan segar. Latihan berupa stretching dan jalan

santai selama 5-10 menit atau sesuai kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan latihan fisik berbeda-beda untuk setiap

orang, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jenis latihan fisik di fitness center

dibagi menjadi enam jenis latihan.. Metodenya dimulai dari peregangan, pemanasan,

latihan inti dan terakhir pendinginan.

3. Faktor-faktor Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Dalam melakukan latihan fisik terdapat faktor-faktor yang akan

mempengaruhi kesungguhannya, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Body satisfaction

Kepuasan terhadap tubuh mempengaruhi individu untuk sungguh-sungguh

melakukan suatu latihan fisik untuk mendapatkan tubuh yang diinginkan.

Semakin tidak puas individu terhadap tubuhnya maka individu akan semakin

ingin sungguh-sungguh melatih tubuhnya (Grogan, 1999)

b. Self-control

Individu yang memiliki kontrol diri yang baik dapat melakukan latihan dengan

(34)

menjelaskan bahwa individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan terlihat

dari harga diri yang tinggi dan perilaku sehat (latihan) yang lebih positif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa latihan fisik yang dilakukan dipengaruhi oleh

adanya body satisfaction, dan self control yang memberi motivasi bagi pria untuk

lebih sungguh-sungguh melakukan latihan.

4. Aspek-aspek Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Kesungguhan dalam melakukan latihan fisik memiliki aspek-aspek seperti

yang dijelaskan oleh Games & Shepard (dalam Wulandani, 2000), diantaranya

adalah:

a. Serius

Yang mengarah pada keoptimalan individu dalam melakukan latihan fisik,

dengan melihat apakah individu ingin fokus dan konsentrasi selama latihan.

b. Kontinuitas

Adanya kesinambungan atau keinginan untuk teratur pada individu yang ingin

melakukan latihan fisik dengan sungguh-sungguh.

Jadi, dalam kesungguhan terdapat dua aspek yaitu serius dan kontinuitas

(35)

B. BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI

1. Body Image

a. Definisi

Body image dapat didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap

penampilan fisiknya (wikipedia, 2007). Seperti diungkapkan juga oleh Lightstone

(2007) bahwa body image meliputi persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik

tentang tubuh kita.

Fisher (dalam Grogan, 1999) menyatakan bahwa sejak tahun 1950 banyak

peneliti menjelaskan body image dalam banyak perbedaan, termasuk persepsi

tentang daya tarik terhadap tubuh sendiri; penyimpangan ukuran tubuh; persepsi

terhadap batas tubuh; dan keakuratan dari persepsi terhadap perasaan pada tubuh.

Schilder (dalam Grogan, 1999) mencoba menggabungkan definisi dari

semua elemen dalam body image yaitu : penilaian terhadap ukuran tubuh

(persepsi), evaluasi terhadap daya tarik tubuh (pikiran), dan emosi yang dikaitkan

dengan bentuk dan ukuran tubuh (perasaan).

Body image juga dapat didefinisikan sebagai gambaran seseorang tentang

tingkat kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara

keseluruhan, seperti diungkapkan oleh Jersild (1965). Sama seperti yang

dijelaskan oleh Schilder (dalam Grogan, 1999) bahwa body image adalah

gambaran dari tubuh kita yang diperoleh dari pikiran, atau dapat dikatakan

(36)

Karakter dari body image selalu berubah, peka terhadap perubahan, mood,

lingkungan serta pengalaman fisik yang dialami seseorang. Body image tidak

diturunkan tetapi dipelajari dalam lingkungan kelarga atau teman sebaya, dan

diperkuat dengan harapan lingkungannya. Schilder (dalam Grogan, 1999)

menambahkan bahwa dalam body image tidak hanya melibatkan konstruk

kognitif saja, tetapi juga merupakan pencerminan dari perilaku dan interaksi

dengan orang lain.

Body image terkonsep secara subyektif dan terbuka pada perubahan dari

pengaruh sosial. Karena konsepnya yang subyektif maka penampilan fisik yang

akan dinilai juga akan relatif bagi setiap orang. Sikap terhadap penampilan

merupakan fenomena psikologis yang sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya

dimana seseorang tinggal. Oleh karena itu jika penampilan yang dimiliki tidak

sesuai dengan norma sosial yang ada maka akan mengalami body dissatisfaction

yaitu adanya pikiran dan perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri, Pruzinsky &

Cash (dalam Grogan, 1999).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa body image

adalah gambaran atau evaluasi seseorang tentang tingkat kepuasan terhadap

penampilan tubuhnya baik itu secara keseluruhan atau per bagian. Body image

memiliki sifat yang subyektif, oleh karena itu sangatlah relatif untuk melihat

(37)

b. Aspek-aspek body image

Banfield dan McCabe (2002) menjelaskan bahwa body image memiliki

tiga aspek, yaitu :

1) Kognitif

Yaitu evaluasi terhadap daya tarik tubuh yang dimiliki dan juga berhubungan

dengan pikiran dan keyakinan tentang bentuk tubuh serta penampilan secara

keseluruhan.

2) Afektif

Adanya emosi atau perasaan individu terhadap tubuhnya. Misalnya kepuasan

terhadap tubuh dan penampilan secara keseluruhan atau kemampuan dan

ketahanan tubuh yang dimiliki.

3) Perilaku

Merupakan suatu bentuk usaha atau perilaku yang dilakukan individu

terhadap tubuhnya, sebagai perwujudan kedua aspek sebelumnya.

Dari keterangan diatas terdapat tiga aspek dalam body image, yaitu kognitif

yang merupakan pikiran dan keyakinan terhadap bentuk tubuh serta penampilan,

afektif atau perasaan individu terhadap tubuhnya dan perilaku yang dilakukan

individu terhadap tubuhnya.

c. Pengaruh Body Image

Body image memiliki pengaruh terhadap psikis yang dimiliki seseorang,

(38)

1) Kepuasan terhadap tubuh

Olivardia (dalam Wikipedia, 2007) menjelaskan bahwa body image memiliki

pengaruh terhadap kepuasan tubuh seseorang. Tingginya body image seseorang

akan terlihat dari penerimaan diri atas kondisi tubuhnya sehingga ia akan merasa

puas terhadap tubuhnya. Sebaliknya body image yang rendah akan menyebabkan

seseorang merasa tidak puas terhadap tubuh yang dimilikinya.

2) Harga diri

Semakin tinggi body image yang dimiliki, maka akan membuat harga diri yang

dimilikinya menjadi positif dan sebaliknya jika body image yang dimiliki rendah

maka harga diri yang dimiliki menjadi negatif Mintz & Betz (dalam Grogan,

1999).

3) Konsep diri

Karena mempengaruhi pemikiran tentang tubuh yang ideal dan reaksi orang lain

terhadap tubuhnya, maka body image yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi konsep dirinya (Hardy & Heyes, 1988). Bagaimana ia akan

menerima atau menolak dirinya tergantung dari proses pembentukan body image.

2. Pria Dewasa Dini

a. Definisi

Definisi dewasa berasal dari istilah “adult” dari bahasa Latin yang berarti

tumbuh menjadi kedewasaan. Dikenal juga istilah “adultus” yang memiliki arti

(39)

Masa dewasa merupakan satu fase dimana seseorang dianggap “telah

menjadi dewasa” atau telah menyelesaikan pertumbuhannya dan menyiapkan diri

untuk dapat diterima dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa yang lain

(Hurlock, 1980 & Mappiare, 1983). Kenniston (dalam Santrock, 1995)

mendefinisikan masa dewasa dini sebagai periode transisi antara masa remaja dan

masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi

yang sementara. Dalam masa ini terdapat usaha untuk membangun pribadi yang

mandiri dan menjadi terlibat secara sosial.

Masa dewasa, menurut Hurlock (1980) dibagi menjadi tiga yaitu masa

dewasa dini dimana dimulai dari umur 18 tahun sampai 40 tahun. Pada periode ini

terjadi perubahan fisik dan psikologis disertai dengan menurunnya kemampuan

reproduktif. Kedua, dewasa madya dimulai usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan

terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikis yang sangat tampak. Ketiga, fase

dewasa lanjut atau biasa disingkat lansia, yang dimulai usia 60 tahun sampai

kematian.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa dini adalah

masa dimana pertumbuhan sudah mencapai kesempurnaan dan tumbuh dewasa

serta memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis, dengan rentang usia

(40)

b. Ciri-ciri

Hurlock (1980) menjelaskan ciri-ciri yang melekat pada masa dewasa dini

sebagai berikut :

1) Masa Pengaturan

Masa pengaturan disebut juga settle down. Pada masa ini seorang dewasa dini

mulai mencari pola-pola kehidupan yang lebih teratur, misalnya dalam mencari

pasangan hidup dan pekerjaan yang sesuai. Setelah menemukan pola hidup yang

diyakini dapat memenuhi kebutuhan, maka seorang dewasa dini akan

mengembangkan pola-pola perilaku dan nilai-nilai yang cenderung menjadi ciri

khas selama sisa hidup.

2) Usia reproduktif

Disebut usia reproduktif karena pada masa ini, seorang dewasa dini diharapkan

sudah mulai memikirkan untuk berkeluarga atau bahkan sudah menikah.

3) Masa Bermasalah

Adanya kebebasan pada masa ini mengakibatkan berbagai masalah yang harus

dialami seorang dewasa dini. Masalah yang umum dialami adalah penyesuaian

diri, baik dalam pernikahan, memilih pekerjaan atau mencoba mengembangkan

kemampuan yang baru.

4) Masa Ketegangan Emosional

Ketegangan emosi yang dirasakan bersumber dari usahanya untuk memahami

(41)

tanggung jawab yang harus dilakukannya membuatnya bingung dan mengalami

keresahan emosional.

5) Masa Keterasingan Sosial

Erikson menyebut fase ini sebagai “krisis keterasingan”. Hal ini terjadi karena

kesibukan dewasa dini dalam pekerjaan, perkawinan sehingga hubungan dengan

teman-teman sebayanya menjadi berkurang. Masa ini semakin intensif dengan

adanya semangat bersaing antar orang dewasa dini yang mencurahkan waktu dan

tenaganya sehingga waktu untuk menjalin hubungan yang akrab berkurang.

6) Masa Komitmen

Munculnya tanggung jawab pada masa ini dikarenakan orang dewasa diharapkan

menjadi mandiri. Oleh karena itu mulai ditentukanlah pola-pola hidup baru dan

komitmen-komitmen baru.

7) Masa Ketergantungan

Walaupun pada usia ini diharapkan untuk dapat mandiri, tetapi ketergantungan

pada orang tua masih cukup tinggi dalam hal finasial.

8) Masa Perubahan Nilai

Perubahan nilai pada masa ini disebabkan karena sosialisasi yang lebih luas

dengan orang-orang yang usianya berbeda dan karena nilai-nilai tersebut dilihat

dengan kaca mata orang dewasa. Seorang dewasa dini mulai menyadari bahwa

jika ingin diterima dalam kelompok sosial harus menerima nilai-nilai yang ada

(42)

9) Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru

Pada masa dewasa ini gaya hidup baru yang paling menonjol adalah dalam

pernikahan dan peran sebagai orang tua.

10)Masa Kreatif

Bentuk kreatifitas pada masa ini akan terlihat pada minat dan kemampuan yang

dimiliki, kesempatan untuk mewujudkan dan kegiatan yang memberikan

kepuasan bagi orang dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa dini, seorang pria memiliki

ciri-ciri antara lain mulai mengatur hidupnya, masuk dalam usia reproduktif dan mulai

berkomitmen, menghadapi banyak masalah, ketegangan emosional serta keterasingan

sosial, mengalami perubahan nilai dan penyesuaian terhadap cara hidup yang baru

walaupun sebenarnya masih ada ketergantungan dari orang tua, serta memiliki daya

kreatifitas yang tinggi.

c. Tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini lebih dipusatkan pada

harapan-harapan masyarakat dan keinginan pribadi, antara lain dijelaskan oleh

Havighurst (dalam Mappiare, 1983) :

1) Memilih teman bergaul, khususnya untuk mencari pasangan hidup

2) Belajar hidup bersama sebagai suami atau istri

3) Mulai hidup berkeluarga

(43)

5) Mengelola rumah tangga

6) Mulai bekerja

7) Mulai bertanggungjawab sebagai warga negara

8) Memahami kelompok sosial yang sejalan dengan nilai dan prinsip

Penguasaan tugas-tugas tersebut pada masa dewasa dini akan mempengaruhi

keberhasilan ketika mencapai puncaknya pada masa dewasa madya. Tingkat

penguasaan tugas juga akan menentukan kebahagiaan pada masa dewasa dini dan

masa selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada masa dewasa dini adalah

mulai memikirkan dan mulai belajar untuk hidup berkeluarga, memilih pekerjaan

yang sesuai dan memahami kelompok sosial yang sejalan dengan nilai hidupnya.

Penguasaan tugas-tugas tersebut akan menentukan kebahagiaan, baik pada masa

dewasa dini maupun masa selanjutnya.

d. Minat Pribadi pada Penampilan

Masa dewasa dini mengalami perubahan pada minat yang dimilikinya.

Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan pola kehidupan, tugas

dan tanggung jawab serta status yang berbeda. Pada dewasa dini minat pada

penampilan merupakan minat yang menjadi fokus perhatian.

Saat tumbuh menjadi dewasa, ia telah mempelajari untuk menerima

perubahan fisik dan tahu bagaimana memanfaatkannya. Seorang dewasa dini mulai

(44)

penampilannya jika terdapat kekurangan. Penampilan fisik yang menarik merupakan

potensi yang kuat dalam pergaulan dan yang tidak memiliki penampilan menarik

akan menghambat pergaulan (Hurlock, 1980).

Mathes & Kahn (dalam Hurlock, 1980) menjelaskan bahwa penampilan fisik

yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dalam relasi sosial. Seorang

yang menarik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif

dibandingkan dengan seorang yang tidak menarik. Penampilan yang menarik selalu

dikaitkan dengan hal-hal positif yang menyertainya, maka ketika seorang memiliki

penampilan yang menarik ia mungkin akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan

diri. Dengan banyaknya orang yang menyukainya maka ia juga akan memiliki harga

diri yang tinggi.

Minat untuk memperbaiki penampilan akan mengalami penurunan pada usia

tigapuluhan, ketika masalah pekerjaan dan rumah tangga menjadi prioritas utama.

Umumnya seorang dewasa dini menyadari bahwa penampilan memegang

peranan penting dalam dunia usaha, relasi sosial khususnya mencari pasangan hidup

dan kehidupan berkeluarga (Hurlock, 1980). Maka ketika penampilan fisiknya dirasa

tidak menarik maka seorang dewasa dini seringkali mengatasi masalah tersebut

dengan melakukan diet, operasi plastik, menutupi dengan kosmetik dan juga

melakukan olahraga.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa dini minat

yang menjadi fokus perhatian adalah minat pada penampilan fisik. Penampilan fisik

(45)

mencari pasangan hidup (mulai berkeluarga). Ketika seorang dewasa dini memiliki

penampilan yang menarik maka ia juga akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan

diri tetapi sebaliknya dewasa dini yang tidak memiliki penampilan menarik

mengalami kesulitan dalam menyesuiakan diri.

3. Body Image pada Pria Dewasa Dini

Penampilan fisik yang menarik merupakan fokus perhatian bagi pria dewasa.

Pada umumnya pria menginginkan penampilan yang ideal dan proporsional.

Umumnya bentuk tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk tidak diinginkan pria.

Hal ini disebabkan karena tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk dilihat sebagai

fisik yang tidak menarik dan juga dihubungkan dengan karakter pribadi yang negatif.

Umumnya pria menginginkan tubuh ideal yaitu bentuk tubuh yang ramping dan

cukup berotot.

Grogan (1999) menjelaskan bahwa ada tiga jenis bentuk tubuh yang dikenal

pada pria :

a. Ektomorfik

Bentuk tubuh dengan ciri-ciri badan yang kurus, tinggi, kurang berotot dan

biasanya terlihat sangat kurus.

b. Mesomorfik

Ciri-ciri yang ditampilkan adalah tubuh yang rata-rata, memiliki dada yang

bidang dan otot-otot yang cukup menonjol, kuat serta tegap. Ciri-ciri ini yang

(46)

c. Endomorfik

Tampilan tubuh yang terlihat adalah gemuk, pendek dengan tulang dan otot yang

kurang berkembang.

Keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih berotot berhubungan dengan

banyak konsep tentang maskulinitas atau kejantanan. Pria dewasa yang memiliki

tubuh berotot, tegap, kuat dan kokoh adalah pria yang “jantan”. Hal ini didukung oleh

penelitian oleh McCreary, Saucier & Cortenay (dalam wikipedia.com) yang

menjelaskan adanya hubungan antara anggapan masyarakat tentang maskulinitas dan

karakteristiknya dengan keinginan para pria dewasa untuk memiliki tubuh yang lebih

berotot.

Perhatian terhadap penampilan fisik yang menarik merupakan minat pribadi

yang dimiliki pria dewasa dini. Pada fase ini pria dewasa dini mulai menyadari dan

mengevaluasi tubuhnya dengan melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Pria

dewasa dini memahami bahwa penampilan yang menarik merupakan daya tarik fisik

yang menjadi potensi bagi relasi dalam pekerjaan, sosial dan khususnya mencari

pasangan hidup.

Tingginya minat pribadi pada penampilan fisik disebabkan karena kesadaran

pria dewasa dini untuk dapat menguasai tugas perkembangan pada masa ini yaitu

mencari pekerjaan, berkeluarga dan masuk dalam kelompok sosial yang memiliki

kesamaan nilai. Penampilan yang menarik diidentikkan dengan banyaknya hal-hal

(47)

pergaulan sosial. Jadi, jika seorang pria dewasa dini memiliki penampilan yang

menarik maka ia akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan dirinya.

Keinginan untuk memiliki penampilan yang menarik tidak terlepas dari

ciri-ciri pada masa dewasa dini, dimana pria dewasa dini mulai mengatur pola-pola hidup

yang baru dan nilai-nilai yang akan diyakininya. Artinya, jika penampilan yang

menarik merupakan nilai yang diyakininya maka ia akan melakukan usaha untuk

mendapatkan penampilan yang diinginkannya dan perilaku ini akan terpola dalam

masa dewasa selanjutnya.

Penampilan fisik pada pria dewasa dini dapat mempengaruhi body image yang

dimilikinya. Seorang pria dewasa dini yang memiliki penampilan fisik yang menarik

akan memiliki body image yang tinggi dan begitu juga sebaliknya, pria dewasa dini

yang tidak memiliki penampilan yang menarik akan memiliki body image yang

rendah.

Pria dewasa dini yang memiliki body image yang tinggi akan melihat dirinya

menarik dan lebih dapat menerima kondisi tubuhnya sendiri, sehingga ia akan merasa

puas terhadap tubuhnya. Kepuasan terhadap tubuh akan menyebabkan seorang pria

dewasa dini bahagia dan mudah menyesuaikan diri serta memiliki harga diri yang

tinggi.

Body image yang rendah pada pria dewasa dini akan menyebabkannya

memandang tubuhnya tidak menarik bahkan akan menjauhkannya dari relasi sosial di

sekitarnya. Ia akan merasakan ketidakpuasan terhadap tubuhnya dan akan menjadi

(48)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pria dewasa dini

menginginkan untuk mendapatkan penampilan yang menarik. Pemahaman tentang

body image juga merupakan bagian dari pria yang memiliki kesadaran untuk

memiliki penampilan yang lebih baik. Penampilan yang menarik pada pria dicirikan

dengan tubuh yang mesomorfik dengan tampilan berotot, perut datar, bahu dan dada

bidang dan tegap, serta adanya kepuasan terhadap kemampuan dan ketahanan

fisiknya diikuti adanya usaha untuk memenuhi kriteria ideal yang sedang berlaku

dalam masyarakat. Body image yang dimiliki pria dewasa dini akan menunjang tugas

perkembangan pada fase ini dan mempengaruhi harga diri, konsep diri dan kepuasan

terhadap tubuh yang dimiliki.

C. HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI DENGAN

KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fitness center merupakan tempat untuk

melatih fisik bagi pria dewasa. Melatih fisik merupakan pilihan para pria dewasa

untuk membentuk tubuhnya daripada melakukan diet. Aktivitas yang biasanya

dilakukan dalam melatih tubuh adalah latihan beban (weight training) dan

body-building. Latihan tersebut berguna untuk menambah dan membentuk otot dengan

tujuan untuk mendapatkan tubuh ideal yang mesomorfik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang pria dewasa melakukan

latihan fisik adalah kepuasan terhadap tubuhnya (body satisfaction). Semakin seorang

(49)

semakin ingin sungguh-sungguh dalam melatih tubuhnya. Begitu juga sebaliknya jika

pria dewasa merasa puas dengan kondisi tubuhnya maka kesungguhan dalam latihan

yang dilakukan tidak akan mengalami perubahan atau stabil. Adanya kepuasan

terhadap tubuh menunjukkan bahwa pria dewasa sangat memperhatikan penampilan

yang dimilikinya.

Seperti dijelaskan sebelumnya, pria dewasa khususnya pria dewasa dini

memiliki minat tersendiri dalam hal penampilan fisik. Perhatian yang khusus pada

penampilan fisiknya karena pria dewasa dini mulai menyadari bahwa fisik yang

menarik merupakan potensi yang kuat untuk dapat menguasai tugas perkembangan

pada masa ini, yaitu menyesuaikan diri, baik itu pada dunia kerja, relasi sosial bahkan

untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Seorang pria dewasa dini mulai menyadari dan mengevaluasi penampilan

fisiknya dan berusaha untuk memperbaiki penampilannya jika terdapat kekurangan.

Penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang kuat dalam pergaulan dan

yang tidak memiliki penampilan menarik akan menghambat pergaulan. Penampilan

yang menarik pada pria dewasa dini dinilai lebih positif dan lebih dapat diterima

dalam lingkungan sosial. Seorang pria dewasa dini yang memiliki penampilan

menarik akan lebih merasa bahagia dan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Hal

tersebut didukung dengan harga diri yang tinggi karena penampilannya disukai oleh

banyak orang.

Lingkungan pergaulan yang berbeda dan lebih luas membuat pria dewasa dini

(50)

menerima nilai-nilai yang ada pada kelompok tersebut. Misalnya pada lingkungan

kerja yang menuntut penampilan yang menarik. Nilai-nilai baru yang dianut ini

merupakan salah satu ciri dari fase dewasa dini.

Tubuh ideal yang diinginkan pria dewasa dini umumnya adalah tubuh yang

ramping dan berotot. Keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih berotot

berhubungan dengan banyak konsep tentang maskulinitas atau kejantanan. Terdapat

anggapan dalam masyarakat bahwa pria dianggap “jantan” dan maskulin jika

tubuhnya berotot dan kekar. Oleh karena itu keinginan para pria dewasa dini untuk

memiliki tubuh yang lebih berotot semakin termotivasi dengan adanya anggapan

tersebut.

Adanya kesadaran bahwa penampilan merupakan hal yang penting, karena

pria dewasa dini mulai mengevaluasi tubuhnya untuk mencari kekurangan dan

kelebihan yang dimilikinya. Kekurangan yang ada pada tubuh pria dewasa dini

membuatnya mengalami ketidakpuasan pada tubuh yang dimilikinya, sehingga juga

mempengaruhi penilaian terhadap body image yang dimiliki.

Penilaian body image yang rendah pada tubuh pria dewasa dini membuatnya

berusaha melakukan berbagai cara untuk memperbaikinya. Banyak cara dapat

dilakukan, dari mulai melakukan diet, operasi plastik atau juga melatih fisik yang

dimilikinya. Untuk mendapatkan tubuh ideal yang diinginkan, banyak pria dewasa

lebih memilih melatih fisiknya di fitness center.

Body image yang dimiliki pria dewasa dini akan mempengaruhi kesungguhan

(51)

dewasa maka keinginan untuk sungguh-sungguh melakukan latihan fisik juga akan

semakin besar. Begitu juga sebaliknya jika pria dewasa dini memiliki body image

yang tinggi maka kesungguhan dalam latihan tidak akan mengalami perubahan atau

stabil. Keinginan untuk melakukan latihan fisik secara sungguh-sungguh juga tidak

terlepas dari motivasi yang dimiliki seorang pria dewasa dini. Adanya motivasi ini,

baik dari dalam maupun dari luar juga ikut mendukung apakah keinginan untuk

melatih tubuh akan dilakukan atau tidak.

Body image akan mempengaruhi kepuasan terhadap tubuh yang dimiliki oleh

pria dewasa dini, yang selanjutnya juga akan mempengaruhi terhadap kesungguhan

dalam latihan fisik yang dilakukan. Pria dewasa dini yang memiliki body image yang

tinggi akan merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, sehingga tidak sungguh-sungguh

dalam latihan fisik yang sudah dilakukan atau bahkan menghentikan latihan yang

sudah dilakukan. Sebaliknya, jika body image yang dimiliki pria dewasa dini rendah,

maka ia akan merasa tidak puas terhadap tubuhnya, sehingga akan menunjukkan

kesungguhan dalam latihan yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari

latihan yaitu tubuh yang ideal ingin cepat dimiliki.

Secara lebih jelas hubungan body image dengan keinginan untuk melakukan

(52)

Skema Hubungan Body Image dengan Kesungguhan Latihan Fisik

Body image yang rendah pada pria dewasa dini menyebabkan seorang pria

melakukan usaha untuk memperoleh kriteria tubuh yang ideal dan proporsional.

Bentuk tubuh yang berotot, tegap, perut datar, dan kokoh merupakan ciri-ciri bentuk

tubuh yang diinginkan pria dewasa dini. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang Body Image pria

dewasa dini

Kesungguhan Latihan Fisik

Rendah Tinggi

Tinggi Rendah

Kepuasan terhadap Tubuh

Kriteria tubuh ideal : • Tubuh yang ramping

dan berotot Ciri Pria Dewasa Dini :

• Mengatur pola hidup baru dalam pekerjaan, keluarga dan relasi sosial

• Perubahan nilai supaya dapat menyesuaikan diri

Minat Pribadi Pria Dewasa Dini : • Penampilan fisik yang menarik

merupakan potensi dalam relasi sosial, pekerjaan dan berkeluarga

(53)

diidamkan tersebut para pria dewasa dini melakukan latihan fisik. Keinginan untuk

melakukan latihan fisik dilakukan dengan serius dan sepenuh hati karena mereka

merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Latihan fisik yang efektif

dan optimal adalah latihan fisik yang memperhatikan kesungguhannya. Oleh karena

itu dalam penelitian ini ingin diketahui apakah ada hubungan antara body image pada

pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada hubungan negatif antara body image pria dewasa dini dengan

kesungguhan melakukan latihan fisik. Semakin tinggi body image yang dimiliki pria

dewasa dini maka semakin rendah kesungguhan melakukan latihan fisik. Sebaliknya

semakin rendah body image pada pria dewasa dini maka semakin tinggi kesungguhan

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional yang memiliki

tujuan untuk menyelidiki hubungan variasi antara satu variabel dengan variabel yang

lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif (terukur). Dalam penelitian ini peneliti ingin menyelidiki

Hubungan antara Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Intensitas Melakukan

Latihan Fisik di Fitness Center.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

1. Variabel Tergantung : Kesungguhan latihan fisik di fitness center

2. Variabel Bebas : Body image

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Definisi Operasional Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Diukur dengan skala kesungguhan latihan fisik. Skor skala yang didapat dari

pengukuran kesungguhan latihan fisik menunjukkan keinginan yang

sungguh-sungguh pada pria dewasa dini untuk melakukan latihan fisik.

Skala kesungguhan latihan fisik dibuat berdasarkan aspek-aspek dari

(55)

a. Serius

b. Kontinuitas

Semakin tinggi skor skala kesungguhan yang diperoleh subyek maka, semakin

sungguh-sungguh (tinggi) latihan fisik yang dilakukan oleh subyek. Demikian

sebaliknya, semakin rendah skor skala kesungguhan yang diperoleh subyek maka,

latihan fisik yang dilakukan subyek tidak sungguh-sungguh (rendah).

2. Definisi Operasional Body Image

Untuk mengukur body image yang dimiliki digunakan skala body image. Skor

skala yang didapat dari pengukuran body image menunjukkan sikap pria dewasa

terhadap body image yang dimiliki.

Skala body image yang dibuat berdasarkan pada aspek-aspek yang ada pada

body image (Banfield dan McCabe, 2002), diantaranya :

a. Kognitif

b. Afektif

c. Perilaku

Semakin tinggi skor skala body image yang diperoleh subyek, maka semakin

positif (tinggi) pandangan subyek terhadap tubuh yang dimiliki. Demikian

sebaliknya, jika skor skala body image yang diperoleh subyek rendah maka, subyek

(56)

D. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu pemilihan

subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dianggap memiliki

kesamaan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi,

2004).

Subyek pada penelitian ini adalah pria dewasa dini yang melakukan latihan

fisik di fitness center, dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Pria dewasa dini dengan rentang usia antara 18 – 30 tahun. Usia 30 tahun menjadi

usia maksimal, karena minat pada penampilan terutama pada fisik akan

mengalami penurunan pada usia tersebut.

2. Mengenal, mengikuti program dan aktif dalam melakukan latihan fisik di fitness

center.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan pengisian skala. Alat pengumpulan data terdri dari 2 (dua) macam skala yang

disusun oleh peneliti, yaitu :

1. Skala Kesungguhan Latihan Fisik

Skala ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated

ratings) atau sering disebut skala Likert, yang merupakan metode pernyataan sikap

yang menggunakan respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

(57)

hendak diukur (Azwar, 1988). Mencakup 10 item favourable dan 12 item

unfavourable, dengan 4 kategori jawaban yang tersedia untuk masing-masing item,

yang bergerak dari Sangat Sesuai (SS), sampai Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penskoran alat ukur ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:

Kategori 1 :

Item Favourable

Sangat Sesuai (SS) : 4 Tidak Sesuai (TS) : 2

Sesuai (S) : 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1

Kategori 2 :

Item Unfavourable

Sangat Sesuai (SS) : 1 Tidak Sesuai (TS) : 3

Sesuai (S) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 4

Tabel 1

Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Fisik Sebelum Uji Coba Kisi-kisi sebaran item Jumlah

No Aspek Favourable Unfavourable n (%)

1 Serius 1,9,13,17,21 2,5,6,10,14,18,22 12 54,5

2 Kontinuitas 3,7,11,15,19, 4,8,12,16,20 10 45,5

Total 10 12 22 100

2. Skala Body Image

Skala ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated

(58)

yang menggunakan respon subyek sebagai dasar penetuan nilai skalanya. Ditentukan

oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari kelompok yang hendak diukur

(Azwar, 1988). Mencakup 31 item favourable dan 29 item unfavourable, dengan 4

kategori jawaban yang tersedia untuk masing-masing item, yang bergerak dari Sangat

Sesuai (SS), sampai Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penskoran alat ukur ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:

Kategori 1 :

Item Favourable

Sangat

Gambar

Tabel 1. Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Sebelum Uji Coba ......  40
Tabel 1 Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Fisik Sebelum Uji Coba
Distibusi Item Skala Tabel 2 Body Image Sebelum Uji Coba
Tabel 3 Distribusi Item Skala Kesungguhan Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jika ada pertanyaan tentang Panduan ini, kebijakan Starwood, atau tanggung jawab etis Anda, atau jika Anda tidak yakin apakah suatu perilaku melanggar Panduan ini atau kebijakan

Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan digunakan model kuantitatif dari FAO (1976) yang memadukan data lingkungan, iklim dan kondisi tanah (sifat fisika dan kimia

Guru pelatih yang memilih bidang pendidikan sebagai pilihan terakhir atau dipengaruhi oleh pihak lain (minat yang rendah) menunjukkan prestasi yang kurang baik semasa proses

“Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang menggunakan bahan berbahaya

Zachman Framework merupakan sebuah framework yang digunakan untuk memodelkan Enterprise Architecture, memodelkan secara detail dan menyeluruh hal – hal penting

Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI-IPA-4 SMAN 12 Bandung Melalui Teknik Bermain Peran.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sekedar pelengkap Aministrasi, Referensi apalagi Aksesoris, itulah fungsi yang tidak boleh terjadi pada KTSP ini, tetapi komitmen semua pihak yang terlibat dalam