Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Catherine (0430160), Studi Deskriptif mengenai dimensi body image pada anggota komunitas Xtra-L, Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai dimensi body image yang meliputi seberapa puas (body evaluation) dan seberapa penting (body investment) penampilan fisik (appearance), kebugaran (fitness), serta kesehatan (health/illness) pada anggota komunitas Xtra-L Jakarta. Variabel penelitian ini adalah dimensi Body Image yang dilandasi oleh teori Cash (2002).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif yang mengukur bagaimana gambaran dimensi body image pada anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang terdiri dari dimensi Body Evaluation dan Body Investment. Masing-masing dimensi tersebut terdiri dari tiga indikator yakni penampilan fisik, kebugaran dan kesehatan. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang merupakan modifikasi alat ukur yang dikembangkan oleh Kristiane Kusumawardhani (dalam penelitian mengenai “Studi Deskriptif mengenai body image pada wanita dewasa awal yang bekerja sebagai model catwalk di kota Bandung”, 2011). Alat ukur ini terdiri dari 36 item untuk masing-masing dimensi. Kuesioner ini dibuat berdasarkan teori body image dengan validitas yang berkisar antara 0,300 - 0,800 dan reliabilitasnya sebesar 0,918 untuk alat ukur body evaluation, dan 0,706 untuk alat ukur body investment. Sampel penelitian ini adalah anggota komunitas Xtra-L Jakarta.
Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anggota komunitas Xtra-L Jakarta memiliki body image profil IV (41,4%). Selain itu, faktor cultuural socialization, physical characteristic, dan personality attributes menunjang dimensi body image anggota komunitas Xtra-L Jakarta pada profil IV.
iv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Abstrak
Kata Pengantar……….... i
Daftar Isi………... iv
Daftar Tabel………... vii
Daftar Skema………... viii
Daftar Lampiran………... ix
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……….………….1
1.2 Identifikasi Masalah………....14 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………....14 1.3.1 Maksud Penelitian………...14 1.3.2 Tujuan Penelitian………...14
1.4 Kegunaan Penelitian………....14
1.4.1 Kegunaan Teoritis………... 14
1.4.2 Kegunaan Praktis………...15 1.5 Kerangka Pemikiran………... 15
1.6 Asumsi Penelitian………...…….…... 27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 28
v
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1 Definisi Body Image ... 28
2.1.2 Cognitive Behavioral Model mengenai Body Image...29
2.1.3 Proses pembentukan Body Image menurut Cognitive Behavioral Model...30
2.1.4 Komponen Body Image...35
2.1.5 Teori Body Image and Obesity...36
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image...49
2.2 Teori Obesitas...……….. 56
2.2.1 Definisi Obesitas...56
2.2.2 Penyebab Obesitas...58
2.2.3 Dampak Obesitas...61
2.2.4 Diagnosa...62
2.2.5 Pengobatan ...65
2.2.6 Pencegahan...68
2.3 Teori Tahap Perkembangan Dewasa………...……... 70
2.3.1 Tahap Perkembangan Dewasa Awal...70
2.3.2 Tahap Perkembangan Dewasa Tengah...73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………..………..………. 77
3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………. 77
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 78
3.2.1 Variabel Penelitian ... 78
3.2.2 Definisi Operasional ... 78
vi
Universitas Kristen Maranatha
3.4 Alat Ukur ………... 80
3.4.1 Alat Ukur Body Image……… 80
3.4.2 Sistem Penilaian Kuesioner Body Image……… 81
3.4.3 Data Penunjang……….. 83
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….. 83
3.4.4.1 Validitas Alat Ukur……….. 83
3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……….. 85
3.5 Teknik Analisis Data……….. 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………..………. 87
4.1 Gambaran Responden..………. 87
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin…..…….. 87
4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Pekerjaan……… 88
4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan BMI...…………... 88
4.1.5 Gambaran Responden berdasarkan Olahraga Teratur……… 89
4.2 Gambaran Profil Dimensi Body Image……...………... 89
4.2.1 Skor Dimensi Body Image……….………. 89
4.2.2 Tabulasi Silang antara Profile Dimensi Body Image dengan Faktor yang Mempengaruhi... 90
4.3 Pembahasan……….…... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………..……….…..…..……... 105
5.1 Kesimpulan ……… 105
5.2 Saran………..105
vii
Universitas Kristen Maranatha
5.2.2 Saran Guna Laksana………..106
Daftar Pustaka………...……….108
Daftar Rujukan………...………...109
viii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian item-item dalam kuesioner Body Investment... 80
Tabel 3.2 Kriteria Alternatif Jawaban Alat Ukur Body Evaluation……….. 81
Tabel 3.3 Bobot Penilaian Alat Ukur Body Investment dan Body Evaluation…. 81
Tabel 3.4 Kategori Skor Total Body Evaluation dan Body Investment………… 82
Tabel 3.5 Pengkategorian Profil Body Investment dan Body Evaluation……… 83
Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan Jenis Kelamin……… 87
Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan Pekerjaan...………. 88
Tabel 4.3 Gambaran responden berdasarkan BMI...……… 88
Tabel 4.4 Gambaran responden berdasarkan kebiasaan Olahraga Teratur....…... 89
Tabel 4.5 Tabel profil dimensi Body Image...………. 89
Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Profile dengan Cultural Socialization...……... 90
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Profile dengan Physical Characteristics...…... 92
Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Profile dengan Personality Attributes……….. 93
ix
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Skema Kerangka Pikir...……….…. 26
x
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Silang
Lampiran 2 Skor hasil pengolahan kuesioner Body Image
Lampiran 3 Validitas Alat Ukur
Lampiran 4 Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran 5 Data Penunjang
Lampiran 6 Kuesioner Body Evaluation & Body Invesment
Lampiran 1
A.Tabulasi Silang antara dimensi Body Image dan Jenis Kelamin
tipe_Body_Image
B. Tabulasi Silang antara dimensi Body Image dan BMI
C. Tabulasi Silang antara Body Image dan Kebiasaan Olahraga Teratur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
D. Tabulasi Silang antara Body Image dan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
E. Tabulasi Silang antara Body Investment dan Body Evaluation
F. Tabulasi Silang antara dimensi Body Image dan Cultural Socialization
Profil Gambaran Dimensi Body Image
Cultural
II Investment Rendah, Evaluation Tinggi
1 20%
22 33.84% III Investment Tinggi,
Evaluation Rendah
0 0.0%
3 4.61% IV Investment Rendah,
Evaluation Rendah
G. Tabulasi Silang antara dimensi Body Image dan Physical Characteristics
Profil Gambaran Dimensi Body Image
Physical II Investment Rendah,
Evaluation Tinggi
16 30.18%
7 41.17% III Investment Tinggi,
Evaluation Rendah
2 3.77%
1 5.88% IV Investment Rendah,
H. Tabulasi Silang antara dimensi Body Image dan Personality Attributes
Profil Gambaran Dimensi Body Image
Personality II Investment Rendah,
Evaluation Tinggi
16 34.78%
7 29.16% III Investment Tinggi,
Evaluation Rendah
3 6.52%
0 0.0%
IV Investment Rendah, Evaluation Rendah
I. Tabulasi Silang antara Body Image dan Interpersonal Experiences
Profil Gambaran Dimensi Body Image
Interpersonal II Investment Rendah,
Evaluation Tinggi
16 28.57%
7 50% III Investment Tinggi,
Evaluation Rendah
3 5.35%
0 0.0%
Lampiran 2
Skor Data Mentah Body Evaluation
56
2 4 1 2 3 4 2 2 2 4 3 2 1 4 3 1 4 2 2 2 3 2 1 3 3 1 2 2 67
57
3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 74
58
1 4 1 2 4 4 4 3 1 3 1 2 1 3 3 1 3 3 2 3 1 2 2 3 2 2 1 1 63
59
1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 4 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 42
60
2 4 1 1 3 4 2 2 2 3 3 2 2 2 4 1 3 4 3 1 1 2 1 4 4 3 1 1 66
61
1 4 1 1 2 4 2 1 3 1 4 1 1 1 2 1 2 3 4 2 1 2 2 1 4 1 2 1 55
62
2 4 1 3 3 4 4 2 1 2 3 2 1 4 3 3 4 3 4 3 2 3 1 3 3 1 4 1 74
63
4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3 102
64
4 3 1 3 2 4 3 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 1 3 1 3 4 2 2 2 71
65
3 4 1 1 4 4 1 3 1 4 2 1 1 4 4 4 1 4 4 1 4 1 1 3 1 3 2 1 68
66
2 3 3 1 3 2 2 3 1 1 4 1 1 4 4 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 1 2 1 63
67
2 4 3 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 73
68
1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 1 76
69
1 1 1 1 2 4 4 2 1 3 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 2 3 4 2 1 4 1 60
70
Lampiran 3
Hasil Uji Validitas Kuesioner Body Image
Lampiran 4
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Body Image
1. Reliabilitas Kuesioner Body Evaluation
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.918 36
2. Reliabilitas Kuesioner Body Investment
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
Lampiran 5
Identitas diri
Jenis Kelamin : P / L
Lama bergabung ke dalam komunitas Xtra-L ___ tahun Usia saudara saat ini: _____ tahun
Pekerjaan saudara saat ini (lingkari yang sesuai): a. Pelajar / Mahasiswa
b. Pegawai / karyawan, jabatan __________________________
c. Wiraswasta
d. Lain-lain, yaitu ____________________________ Berat Badan : ______ kg
Tinggi Badan : ______ cm
Apakah saudara melakukan olahraga secara teratur? Ya / Tidak Berapa kali saudara berolahraga dalam seminggu? _________ kali _ Olahraga apa yang saudara lakukan ?
Menurut saudara apakah berat badan Anda sudah ideal? sudah / belum (lingkari yang sesuai)
Berikut ini, terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan diri Saudara.
Berilah tanda silang pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara.
1. Menurut saya, standar penampilan ideal bagi seorang adalah seperti model
yang sering ditampilkan di media massa
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Saya menyempatkan diri untuk membaca artikel-artikel kesehatan dan
kebugaran tubuh di media massa dan menerapkannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Saya selalu menyisihkan uang pendapatan saya untuk melakukan perawatan
tubuh dan kegiatan kebugaran seperti yang terdapat pada media massa
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Tidak sesuai
d. Sangat tidak sesuai
4. Trend mode yang ditampilkan di media massa harus selalu saya ikuti a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
5. Tidak dapat tampil sesuai dengan trend mode saat ini menjadi masalah yang
serius buat saya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Meskipun trend mode yang ada saat ini kurang cocok dengan bentuk tubuh
saya, tetapi saya akan tetap mengikutinya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Kondisi kulit wajah saya…
a. Normal
b. Kering
c. Berminyak
d. Lain-lain ………
8. Kondisi rambut saya…
a. Normal
b. Kering
c. Berminyak
d. Lain-lain ………...
9. Saya memiliki bekas luka dan jerawat di wajah saya
a. Ya, sebutkan Apabila ya, bagaimana penghayatan Saudara mengenai bekas
luka dan jerawat pada wajah
Saudara?...
10. Saya memiliki cacat fisik
a. Ya, (sebutkan)
Apabila ya, bagaimana penghayatan Saudara mengenai cacat fisik pada
tubuh Saudara?...
b. Tidak
11. Sebagian orang berpendapat keadaan fisik saya kurang menarik
a. Setuju. Menurut mereka, hal ini dikarenakan ...
...
b. Tidak setuju
12. Keinginan saya untuk berpenampilan menarik terkadang memaksa saya untuk
mengubah keadaan fisik saya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Saya merasa saat sedang bekerja atau bepergian ke luar rumah, orang lain
sering mencemooh penampilan saya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
14. Saya enggan pergi keluar rumah karena keadaan fisik saya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Saya tidak selalu mengikuti perkembangan trend karena menurut saya tanpa
mengikutinya pun penampilan saya sudah menarik
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
16.Apakah Saudara memiliki julukan khusus karena keadaan fisik Saudara?
a. Ya
b. Tidak
Apakah hal ini menimbulkan perasaan tidak percaya diri bagi Saudara?
a. Ya …………
b. Tidak
17. Lawan jenis saya senang bergaul dengan saya karena keadaan fisik saya
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah Saudara saat ini memiliki pasangan?
a. Ya
b. Tidak
Apakah pasangan Saudara sering memberikan komentar berupa kritik atau
pujian tentang penampilan Saudara?
a. Ya
b. Tidak
Jabarkan :
19. Orang lain sering memuji penampilan fisik saya, bahkan yang tidak saya
kenal sekalipun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
Lampiran 6
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang
sedang melakukan penelitian untuk keperluan mata kuliah Usulan Penelitian
mengenai studi deskriptif mengenai dimensi Body Image pada anggota Xtra-L
Jakarta. Dalam rangka keperluan kelengkapan data, maka saya melakukan metode
pengambilan data berupa pengisian kuesioner.
Dengan ini saya memohon kesediaan Saudara untuk mengisi lembar isian
yang terdiri dari:
1. Data Pribadi
2. Kuesioner mengenai Body Evaluation
3. Kuesioner mengenai Body Investment
Saudara diminta untuk menjawab sesuai dengan apa yang Saudara rasakan
dan lakukan dengan sejujurnya. Semua jawaban adalah benar dan jawaban yang
benar adalah yang menggambarkan keadaan Saudara yang sesungguhnya. Hasil
dari lembar isian ini hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian saya
sehingga akan terjaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan waktu yang Saudara
berikan, saya ucapkan terima kasih.
Bandung, 2012
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER BODY EVALUATION dan BODY
INVESTMENT
Petunjuk:
Berikut ini Saudara diminta untuk memberikan jawaban berdasarkan
penilaian Saudara. Berikanlah jawaban Saudara dengan memberikan tanda
checklist ( ) pada salah satu kolom yang paling mewakili keadaan Saudara.
Dalam mengisi kuesioner ini, tidak ada jawaban yang salah karena setiap
orang dapat memiliki jawaban yang berbeda. Pilihkan jawaban yang paling
sesuai dengan diri Saudara.
Adapun pilihan jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:
Sangat Sesuai : Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan
Saudara.
Sesuai : Jika pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan Saudara.
Kurang Sesuai : Jika pernyataan tersebut kurang sesuai dengan keadaan
Saudara.
Tidak Sesuai : Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan
KUESIONER BODY EVALUATION
No. Pernyataan Sangat
Sesuai
menurut saya kurang bugar.
3 Saya puas akan kesehatan saya.
4 Menurut saya, perut saya kurang
menarik..
5 Kebugaran tubuh saya menunjang saya
beraktivitas dengan baik.
6 Saya merasa malu ketika membaca
hasil test kesehatan saya.
7 Menurut saya, penampilan saya kurang
menarik.
8 Menurut saya, kebugaran tubuh saya
membanggakan.
9 Saya menilai bahwa kesehatan saya
masih belum memuaskan.
10 Saya puas dengan stamina tubuh saya.
11 Saya puas dengan ukuran tubuh saya.
12 Kesehatan saya merupakan hal yang
membanggakan.
13 Nafas saya yang tersenggal-senggal
menghambat aktivitas saya.
14 Saya bangga akan profil kesehatan
15 Saya berusaha untuk menutupi bagian
tubuh yang tidak saya banggakan.
16 Saya senang akan daya tahan tubuh
saya karena hal itu membantu saya
dalam beraktivitas.
17 Kesehatan saya bukanlah merupakan
hal yang membanggakan bagi saya.
18 Saya menggunakan pakaian yang
menonjolkan bagian dada saya.
19 Performa tubuh saya belum optimal.
20 Saya bangga akan kesehatan rambut
saya.
21 Saya merasa risih akan bentuk dan
ukuran paha saya.
22 Saya terganggu akan napas saya yang
mudah tersenggal-senggal ketika
berolahraga.
23 Kesehatan saya menghambat aktivitas
saya.
24 Saya puas akan bentuk dan ukuran
lengan saya.
25 Saya tidak puas akan penampilan betis
saya.
26 Saya cepat letih walaupun berolahraga
dalam jangka waktu yang sebentar..
27 Saya puas akan kesehatan mata saya
28 Menurut saya, bentuk dan ukuran
bokong saya memuaskan.
29 Performa tubuh saya membaik setelah
30 Saya merasa terganggu dengan
pendapat dokter yang menyatakan
bahwa saya harus rutin mengkonsumsi
obat-obatan tertentu.
31 Saya puas akan dada saya.
32 Sejak saya rutin berolahraga, saya
merasakan stamina saya meningkat dan
tidak mudah jatuh sakit.
33 Laporan kesehatan saya yang baik
menunjang saya dalam melamar kerja.
34 Saya merasa risih mengenakan pakaian
yang memperlihatkan bentuk perut
saya.
35 Saya seringkali tertinggal oleh
teman-teman saya ketika sedang berolahraga
bersama.
36 Saya memiliki penyakit-penyakit yang
KUESIONER BODY INVESTMENT
No. Pernyataan Sangat
Sesuai
Sesuai Kurang
Sesuai
Tidak
Sesuai
1 Menurut saya, penampilan menarik itu
kurang penting.
2 Apabila terdapat kesempatan untuk
memilih antara menaiki tangga atau
menggunakan elevator/escalator, maka
saya akan memilih untuk menaiki
tangga supaya saya lebih bugar.
3 Saya melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin.
4 Saya memeriksa penampilan saya
secara keseluruhan dan memastikan
kalau penampilan saya menarik
sebelum saya beraktivitas.
5 Saya rela mengenakan pakaian yang
kurang nyaman asalkan terlihat
menarik.
6 Menurut saya, orang-orang yang
memeriksakan kesehatan mereka
secara rutin hanya membuang-buang
uang saja.
7 Untuk menjaga stamina, saya
berolahraga secara rutin.
8 Saya menindaklanjuti hasil
pemeriksaan kesehatan saya sesuai
9 Walaupun menurut orang lain
penampilan saya kurang menarik, saya
tetap dapat bekerja dengan penampilan
saya apa adanya.
10 Aktivitas saya tidak terganggu walau
stamina saya menurun.
11 Saya jarang mengikuti saran-saran dan
pantangan-pantangan dari dokter.
12 Saya merawat diri agar penampilan
saya menarik.
13 Saya mendapatkan tubuh yang bugar
cukup dengan aktivitas sehari-hari.
14 Saya menyadari perubahan yang terjadi
dalam tubuh saya.
15 Masih banyak hal lain yang jauh lebih
penting dibandingkan dengan menjaga
kebugaran.
16 Saya mencuci rambut saya secara
berkala agar rambut saya tetap terlihat
indah dan menarik.
17 Saya tidak mengetahui profil kesehatan
tubuh saya saat ini.
18 Saya perlu menjaga stamina saya agar
performa kerja saya prima.
19 Menurut saya, kesehatan saya perlu
saya jaga setiap saat karena kesehatan
penting bagi kehidupan saya.
20 Berpenampilan menarik bukanlah
modal penting untuk bekerja dan
21 Di tengah kesibukan saya sehari-hari,
saya akan menyempatkan diri untuk
berolahraga.
22 Saya tetap merasa nyaman
mengenakan pakaian walaupun
pakaian tersebut belum dicuci.
23 Saya tidak menjaga asupan makanan
saya sehari-hari.
24 Saya membeli pakaian yang membuat
penampilan saya lebih menarik.
25 Saya menerapkan saran-saran dalam
meningkatkan kesehatan yang saya
dapat melalui artikel keseatan yang
saya baca.
26 Saya tidak suka berjalan cepat karena
hal tersebut membuat napas saya
terengah-engah.
27 Menurut saya, obat yang dianjurkan
dokter untuk saya hanyalah obat yang
menguntungkan dokter saja.
28 Penampilan saya yang menarik
membantu saya dalam bekerja.
29 Saya rutin mengkonsumsi bahan
makanan yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh saya..
30 Saya tidak keberatan mengenakan
pakaian yang terlihat kusut.
31 Jam tidur saya kurang dari 8 jam.
32 Saya akan menunda kesenangan saya
33 Melakukan suntik lemak untuk
mengecilkan bagian tubuh tertentu
merupakan hal yang sia-sia.
34 Saya bersikap acuh terhadap
memadupadankan pakaian.
35 Saya enggan meminum obat yg
dianjurkan oleh dokter karena belum
tentu bermanfaat bagi kesehatan tubuh
saya.
36 Kondisi tubuh yang bugar dapat
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan dengan berbagai bentuk tubuh yang berbeda. Perbedaan
bentuk tubuh tersebut secara umum terdapat pada perbedaan proporsi tubuh, serta
karakteristik masing-masing. Dalam masing-masing bentuk tubuh, terdapat
bentuk tubuh yang dipandang sebagai bentuk tubuh proporsional. Bentuk tubuh
yang proporsional merupakan perpaduan antara tinggi badan serta berat badan
yang sesuai, dan dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan BMI (Body
Mass Index). Angka BMI di antara 18,5-25 mengkategorikan individu sebagai individu yang memiliki bentuk tubuh proporsional. Selain bentuk tubuh
proporsional, terdapat berat badan yang kurang proporsional, yaitu berat badan
lebih ringan (underweight) dengan BMI dibawah 18,5, dan berat badan lebih berat
(overweight) dengan BMI 25 ke atas. Berat badan dengan BMI 30 ke atas
menempati kategori tubuh obesitas.
Jumlah individu obesitas mengalami peningkatan seiring waktu. Peningkatan
ini seiring dengan peningkatan prevalensinya. Berdasarkan studi yang dilakukan
oleh NHANES pada tahun 1980 prevalensi orang dewasa usia lebih dari 20 tahun
dengan obesitas adalah 15% dan pada tahun 2003 angka ini meningkat menjadi
32%. The World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar satu milyar
individu mengalami overweight dan sekitar 300 juta individu didefinisikan
2
Universitas Kristen Maranatha
Indonesia Family Life Survey 3 di tahun 2000 yang dilakukan terhadap 20.593 individu, disebutkan bahwa prevalensi obesitas (BMI > 30 kg/m2) di Indonesia
pada pria sebesar 1,3% dan pada wanita sebesar 4,5%. Hasil riset terbaru dari
Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI, 2007) yang melibatkan lebih dari
6000 individu membuktikan bahwa prevalensi obesitas semakin meningkat.
Dibandingkan dengan data tahun 1998, angka kejadian obesitas pada pria
melonjak hingga mencapai 9,16% (1998: 2,5%) dan wanita 11,02% (1998: 5,9%).
Hal ini menggambarkan, bahwa masalah obesitas merupakan keadaan yang
banyak ditemui dalam masyarakat sehari-hari.
Semakin meningkatnya prevalensi masyarakat obesitas Indonesia belum
diimbangi oleh penanganan kesehatan secara serius. Padahal, obesitas
mengandung berbagai risiko yang sangat berbahaya dalam kesehatan, seperti
semakin besarnya kemungkinan individu untuk mengalami berbagai gangguan
cardiovascular, tingginya kadar kolestrol, asam urat, dan kadar gula dalam darah, diabetes mellitus, dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada berbagai organ
tubuh sehingga individu mengalami penurunan kualitas kesehatan.
Peningkatan individu obesitas Indonesia disertai dengan peningkatan reaksi
masyarakat terhadap individu obesitas. Masyarakat memiliki pandangan terhadap
individu dengan kelebihan berat badan yang mengandung stigma tersendiri,
seperti pandangan masyarakat, bahwa individu yang kegemukan dekat dengan
penyakit, rakus, atau tidak dapat mengendalikan nafsu makannya. Pandangan
masyarakat ini tercermin melalui sikap masyarakat terhadap individu obesitas,
3
Universitas Kristen Maranatha
dengan alasan mudah terserang penyakit dan memiliki tubuh yang tidak bugar.
Selain pandangan tersebut, masyarakat memiliki asumsi bahwa individu obesitas
memiliki permasalahan dalam kontrol diri, dan memandang bahwa semua
individu obesitas memiliki penyakit yang serius.
Pandangan masyarakat ini berada pada berbagai lapisan masyarakat dan
diperkuat dengan menerapkan citra ideal melalui media sosial. Melalui
wawancara terhadap 12 individu obesitas, peneliti mendapatkan gambaran
mengenai keluhan-keluhan para individu obesitas mengenai tuntutan masyarakat
untuk segera mencapai citra tubuh ideal. Keluhan-keluhan ini mendorong
beberapa individu obesitas untuk mengurangi berat badan sesegera mungkin.
Mereka berusaha untuk menurunkan berat badan dengan berbagai cara, mulai dari
dengan cara diet sehat dan olahraga teratur, sampai dengan mengonsumsi
suplemen pelangsing, teh herbal, suntik peluruh lemak, dan sedot lemak. Namun,
tidak semua cara ini dapat berjalan dengan baik, bahkan kadang-kadang
memunculkan komplikasi kesehatan yang lebih parah bagi individu tersebut.
Dengan anggapan tubuh obesitas memiliki resiko yang lebih besar akan
kesehatan yang tidak prima, individu obesitas dihadapkan pada harapan
masyarakat untuk menurunkan berat badannya hingga mencapai kategori tubuh
proporsional. Berdasarkan wawancara terhadap 12 responden, semua responden
mengatakan bahwa mereka seringkali mendapatkan nasehat untuk menurunkan
berat badan dengan alasan kesehatan, hanya dengan berdasarkan pada tampilan
fisik mereka yang tergolong overweight, tanpa meninjau terlebih dahulu mengenai
4
Universitas Kristen Maranatha
mereka, empat diantara 12 responden (33,3%) mengatakan bahwa mereka berhasil
menurunkan berat badan mereka, dua responden yang lain (16,6%) mengatakan
bahwa berat badan mereka tidak berkurang, lima responden (41,66%) mengatakan
bahwa mereka mengalami keadaan berat badan turun lalu naik kembali melebihi
berat badan sebelum diet dan satu responden (8,33%) mengatakan bahwa ia tidak
memantau apakah berat badannya mengalami perubahan.
Usaha anggota komunitas Xtra-L Jakarta dalam menurunkan berat badannya
mendapatkan reaksi dari masyarakat. Reaksi tersebut berupa pujian apabila
mereka berhasil menurunkan berat badan mereka, dan mereka akan semakin
sering dinasehati untuk segera menurunkan berat badan mereka ketika berat badan
mereka bertambah. Terdapat delapan dari 12 responden yang berpendapat bahwa
keadaan ini merupakan keadaan yang tidak menyenangkan, karena mereka ingin
usaha mereka dihargai, bukan hanya berdasarkan hasil yang dicapai.
Penghargaan yang minim akan usaha mereka untuk menurunkan berat badan
berupa pujian, mereka pandang sebagai hal yang penting dimiliki oleh setiap
individu yang berusaha untuk menurunkan berat badan mereka. Namun pujian ini
jarang mereka temukan di sekitar mereka. Seluruh responden juga mengatakan
bahwa mereka kesulitan menemukan komunitas yang menampung
pengalaman-pengalaman individu lain ketika menghadapi permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan keadaan obesitas, baik permasalahan kesehatan maupun
permasalahan yang lain. Berdasarkan kondisi ini, individu obesitas tergerak untuk
mencari komunitas yang sesuai dengan karakteristik tubuh mereka, serta
pengalaman-5
Universitas Kristen Maranatha
pengalaman yang berkaitan dengan keadaan obesitas. Maka tergeraklah individu
obesitas untuk bergabung dalam komunitas Xtra-L Indonesia.
Komunitas Xtra-L beranggotakan 3903 individu obesitas, dengan 3703
anggota aktif dalam dunia maya dan 200 anggota yang aktif menghadiri
pertemuan. Xtra-L merupakan komunitas non profit yang berdiri sejak tanggal 14
Februari 2007, beranggotakan individu-individu dengan karakteristik tubuh
dengan berat badan yang tergolong overweight. Berat badan anggota komunitas
Xtra-L adalah di atas 70 kg. Individu yang memiliki berat badan di bawah 70 kg
dapat bergabung dengan komunitas Xtra-L dengan syarat individu tersebut
diharapkan memiliki visi misi yang sama dengan visi misi komunitas Xtra-L.
Berdasarkan wawancara informal dengan moderator Komunitas Xtra-L,
peneliti menyimpulkan bahwa komunitas ini terbentuk dengan tujuan untuk
mengubah pola pikir anggotanya mengenai makna individu obesitas, mengubah
perilaku anggotanya untuk menerima keadaan tubuhnya yang obesitas, merasa
bangga akan karakteristik tubuhnya, serta memfasilitasi
permasalahan-permasalahan yang dijumpai individu obesitas di Indonesia. Komunitas ini
memiliki Motto “We are BIG, but not only in Size but also in our hearts”. Komunitas ini belum membedakan antara Visi dengan Misi. Visi dan Misi
komunitas Xtra-L adalah komunitas yang berfungsi sebagai salah satu sarana bagi
orang Indonesia yang berukuran Extra-Large atau lebih, yang menjembatani
kebutuhan anggotanya akan hal-hal yang berkaitan dengan ukuran tubuh besar.
Komunitas Xtra-L berpusat di Jakarta dan memiliki beberapa cabang di
6
Universitas Kristen Maranatha
Setiap cabang memiliki koordinator wilayah yang mengkoordinasi anggota serta
kegiatan Xtra-L masing-masing wilayahnya. Di antara seluruh daerah penyebaran
komunitas Xtra-L, Jakarta memiliki aktivitas dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan kota pusat aktivitas Xtra-L, baik
berdasarkan fasilitasnya, distribusi pengurus, serta tersedianya fasilitas-fasilitas
yang menunjang diadakannya pertemuan maupun kerjasama dengan instansi
tertentu. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya berupa pertemuan, namun dapat
juga berupa bertukar informasi mengenai berbagai topik melalui Facebook dan
email yang dilakukan setiap hari. Topik yang dibahas mayoritas berisi mengenai bagaimana cara menerima karakteristik tubuh obesitas para anggotanya. Topik
lain yang di bahas diantaranya adalah sharing mengenai pengalaman pribadi, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Xtra-L banyak bergerak
melalui dunia maya, dan dalam jangka waktu tertentu komunitas per daerah
mengadakan pertemuan, baik secara rutin maupun secara insidental. Pertemuan
rutin yang diadakan oleh komunitas Xtra-L Jakarta antara lain Gathering
(pertemuan) per daerah, pemilihan Miss BIG Indonesia, Xtra-L Bellydance
Troupe, fashion show untuk model bertubuh besar, sesi foto, serta kampanye dengan judul “Campaign Stop Bully Indonesia...SO WHAT IF I AM BIG.”
Berbagai kegiatan ini, semuanya ditujukan untuk dapat menghilangkan stigma
negatif terhadap individu obesitas. Selain itu, kegiatan di atas juga bertujuan
untuk juga meningkatkan rasa percaya diri pada para anggota, sehingga meskipun
7
Universitas Kristen Maranatha
bangga akan tubuh mereka, dan agar mereka tetap dapat menjalankan berbagai
aktivitasnya dengan optimal.
Karena keragaman fasilitas serta acara yang ditawarkan oleh Xtra-L, maka
para anggota Xtra-L memiliki alasan yang berbeda yang melatarbelakangi mereka
bergabung dengan Xtra-L. Dari 12 responden yang peneliti wawancara, delapan
diantaranya (66.6%) mengatakan bahwa alasan mereka bergabung dengan
komunitas ini adalah untuk mencari motivasi atau dukungan moral dalam
menghadapi tantangan-tantangan hidup yang berkaitan dengan keadaan tubuh
yang obesitas, seperti menjadi objek ejekan orang lain (baik orang asing maupun
orang yang dikenal dekat), mencari motivasi untuk berani melamar kerja, serta
permasalahan-permasalahan pribadi lainnya.
Alasan lain yang disebutkan oleh empat responden lainnya (58.3%) yaitu
mereka bergabung dengan komunitas Xtra-L untuk mencari teman yang memiliki
karakteristik yang serupa sehingga diharapkan mereka mendapatkan teman yang
memiliki pengalaman yang serupa yang dapat saling menguatkan mereka sebagai
sesama individu obesitas. Selain untuk mencari teman, mereka juga mengatakan
bahwa terdapat keinginan untuk mencari pacar melalui komunitas Xtra-L.
Peneliti tertarik mengenai penghayatan individu obesitas akan keadaannya
serta bagaimana individu obesitas mengatasinya. Dari wawancara terhadap 12
responden, delapan (66%) diantaranya menjawab bahwa mereka berusaha
menurunkan berat badannya mendekati normal, dengan cara diet, mengubah pola
hidup, olahraga, mengkonsumsi suplemen pelangsing, menggunakan alat-alat
8
Universitas Kristen Maranatha
untuk mengecilkan bagian tubuh tertentu, empat responden lainnya (34%)
menjawab bahwa mereka tidak berusaha untuk menurunkan berat badan mereka,
namun hanya menjaga agar tubuh tetap sehat dan merawat penampilan mereka
sehingga mereka terlihat menarik. Terdapat tujuh responden (58%) yang berusaha
untuk tampil menarik namun tetap mengeluhkan mengenai tubuh mereka dan
berkeinginan untuk mengubah bentuk serta menurunkan berat badan mereka.
Keluhan mereka berpusat pada ukuran tubuh mereka, dan lima responden (41.6%)
mengatakan bahwa mereka merasa bahwa mereka tidak menarik.
Dalam mengevaluasi penampilannya, kebugaran serta kesehatannya, anggota
Xtra-L menghayati perasaan puas atau tidak puas. Perasaan puas atau tidak puas
tersebut dapat mempengaruhi sikapnya dan perilakunya terhadap tubuhnya,
tergantung dari seberapa penting penghayatan anggota Xtra-L akan tercapainya
gambaran tubuh yang mereka anggap ideal. Seberapa jauh individu melakukan
tindak lanjutnya akan hasil dari evaluasi dirinya, bergantung pada seberapa
penting penghayatan anggota Xtra-L akan tercapainya gambaran tubuh yang
ideal. Apabila individu menghayati pentingnya pencapaian gambaran tubuh
seideal mungkin, maka hal tersebut akan tercermin melalui perilakunya yang
melakukan investasi demi tercapainya gambaran tubuh ideal tersebut.
Berdasarkan wawancara di atas, terdapat empat responden (33,3%) anggota
Xtra-L yang menilai bahwa penampilannya menarik, merasa puas akan tubuhnya,
serta menghayati bahwa penampilan menarik merupakan hal yang penting untuk
dicapai demi aktualisasi manusia secara optimal. Mereka tidak keberatan ketika
9
Universitas Kristen Maranatha
ini, berusaha untuk menjaga diri agar senantiasa bugar, serta berusaha untuk
mencari penanganan akan keluhan kesehatannya agar mendapatkan tubuh yang
sehat. Mereka berusaha untuk menjaga penampilan mereka agar tetap menarik
dengan memperhatikan baju yang mereka gunakan, menjaga bentuk tubuh dengan
cara berolahraga secara rutin, memperhatikan kesehatannya dengan menjaga
stamina tubuh, serta peduli akan kebersihan dan asupan makanan yang mereka
makan sehingga mereka tetap bugar.
Terdapat dua responden (16.66%) anggota Xtra-L yang merasa puas akan
penampilannya dan menghayati bahwa penampilannya menarik, namun tidak
melakukan investasi pada perawatan bentuk dan kualitas tubuh yang sekarang.
Mereka berpendapat bahwa apapun kondisinya saat ini perlu disyukuri dan tidak
perlu diubah. Mereka mengatakan bahwa sebagai individu obesitas, mereka
memiliki profil kesehatan yang wajar. Satu dari dua responden mengatakan bahwa
Ia memiliki Fatty Liver dan hipertensi, namun hal itu wajar sebagai individu
obesitas. Ia berpendapat bahwa selama Ia bergerak setiap hari dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, Ia yakin bahwa kondisinya ini tidak akan bertambah parah. Ia
mengatakan bahwa apabila Ia merasakan darah tingginya sedang naik, maka Ia
mengatasinya dengan mengambil waktu sejenak untuk beristirahat.
Responden lainnya mengatakan bahwa Ia memiliki profil kesehatan diabetes
dan asam urat yang melebihi kadar normal. Ia mengatakan bahwa hal ini wajar
karena Ia memiliki riwayat kesehatan keluarga yang serupa, dan Ia melakukan
penanganan yang serupa dengan orangtuanya, yaitu dengan rutin mengkonsumsi
10
Universitas Kristen Maranatha
dan obat asam urat adalah karena Ia ingin menghindari nasihat-nasihat dari
orangtuanya yang hanya akan diberikan ketika Ia tidak mengkonsumsi obat-obat
tersebut. Ia mengatakan bahwa Ia tidak menghindari bahan-bahan makanan
tertentu yang dapat memicu gula darahnya dan asam uratnya. Selama Ia rutin
mengkonsumsi obat, Ia berpendapat bahwa Ia akan baik-baik saja.
Terdapat lima responden (41.6%) anggota Xtra-L yang menilai tidak puas
akan penampilannya dan menilai bahwa penampilannya kurang menarik,
kebugarannya belum optimal, serta menghayati bahwa kondisi kesehatannya saat
ini tergolong kurang sehat. Ia berusaha untuk memperbaiki penampilannya,
menutupi kekurangannya dalam hal penampilan, dan terkadang menghindari
tereksposnya bagian tubuh yang kurang Ia sukai. Mereka melakukan investasi
akan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kebugarannya serta mencari
tindakan pengobatan terhadap kondisi kesehatan mereka yang bermasalah.
Mereka menghayati bahwa keadaan-keadaan negatif yang terjadi di hidup mereka
besar peluangnya disebabkan oleh penampilan mereka yang tidak menarik,
kondisi kebugaran tubuhnya yang tidak optimal, serta keadaan tubuhnya yang
tidak sehat.
Responden berpendapat bahwa memiliki penampilan yang menarik, disertai
dengan kesehatan dan kebugaran yang prima dapat mempengaruhi kinerja mereka
dalam bekerja serta dalam menjalankan kegiatan rutin. Mereka merasa terganggu
dengan napas yang cepat tersenggal-senggal apabila mereka berlari, cepat lelah
apabila mereka berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Mereka merasa bahwa
11
Universitas Kristen Maranatha
aktivitas-aktivitas tertentu karena berat tubuh yang melampaui berat badan
maksimum. Aktivitas yang dimaksud antara lain bungee jumping, paraceiling,
menaiki wahana tertentu di taman hiburan, termasuk dengan mendaftar di gym
tertentu dengan alat-alat yang terbatas.
Di antara lima responden, terdapat empat responden yang mengeluhkan
mengenai ukuran anggota tubuhnya yang terlalu besar sehingga mempengaruhi
penampilan mereka secara keseluruhan. Mereka berusaha untuk mengecilkan
bagian tubuh yang menurut mereka terlalu besar, dan mereka juga berusaha untuk
memilih busana yang menutupi bagian tubuh tersebut. Cara yang mereka ambil
adalah dengan melakukan gerakan-gerakan senam tertentu yang bertujuan
mengecilkan tubuh dan merampingkan anggota tubuh tertentu.
Terdapat satu responden (8.3%) anggota Xtra-L yang menilai bahwa
penampilannya kurang menarik, namun hal tersebut tidak membatasi kepercayaan
dirinya dalam menampilkan diri di hadapan orang lain. Ia merasa bahwa keadaan
tubuhnya yang sekarang belum mencapai keadaan tubuh yang bugar dan sehat
sepenuhnya, namun hal tersebut masih bisa ditolerir sehingga ia tidak perlu
mengambil tindakan untuk mengatasi keluhan kesehatan dan kebugaran mereka.
Ia memiliki keluhan kesehatan napasnya cepat habis apabila ia menaiki tangga. Ia
juga sering merasakan nyeri pada lututnya, namun ia merasa bahwa keadaan ini
mendesak sehingga ia memutuskan untuk membiarkan saja keadaan ini dan tidak
berusaha untuk mencari tahu penyebabnya. Ia juga merasa bahwa tengkuknya
sering terasa tegang. Ia tidak memantau kapan kondisi ini terjadi, dan apakah
12
Universitas Kristen Maranatha
bahan makanan tertentu. Ia merasa bahwa dokter hanya akan mengambil
keuntungan darinya hanya dengan melihat bahwa Ia obesitas.
Penilaian anggota Xtra-L akan kepuasan tubuhnya disebut oleh Cash sebagai
body evaluation. Body evaluation mengarah pada penilaian, positif atau negatif, dan keyakinan mengenai penampilan, yang menghasilkan penilaian puas atau
tidak puas terhadap tubuhnya. Sedangkan penghayatan mengenai nilai
kepentingan yang anggota Xtra-L letakkan pada tubuhnya disebut oleh Cash
sebagai body investment. Body investment merupakan nilai kepentingan yang
ditekankan pada tubuh (baik dalam bentuk pikiran, perasaan atau tindakan) dalam
mengevaluasi diri. Penilaian terhadap body investment akan menghasilkan
penghayatan bahwa individu memandang penting penampilan, kebugaran, serta
kesehatannya, dan individu berusaha untuk berinvestasi pada penampilan,
kebugaran serta kesehatannya agar kualitas tubuhnya meningkat. Kedua dimensi
ini saling terkait dan mengarahkan individu untuk menghayati gambaran tubuh
yang negatif atau positif. Cara pandang atau gambaran anggota Xtra-L terhadap
tubuhnya disebut oleh Cash sebagai body image.
Cash mengatakan bahwa gambaran positif seseorang akan tubuhnya (Body
image positif) dapat membantu individu dalam mengatasi segala keadaan yang berhubungan dengan tubuhnya. Body image yang positif akan terbentuk apabila
individu menilai positif akan tubuhnya dan merasa bahwa dirinya berharga.
Apabila individu memiliki gambaran diri yang positif, maka individu tersebut
akan lebih mudah mengatasi tantangan yang mereka hadapi berkaitan dengan
13
Universitas Kristen Maranatha
akan penampilannya apa adanya, dan hal tersebut tercermin melalui perilakunya
yang menerima keadaan aktual penampilannya, kebugarannya serta kesehatannya,
dan berusaha untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas penampilan,
kebugaran serta kesehatannya. Dengan menghayati dimensi body image dengan
body investment yang tinggi serta body evaluation yang tinggi pula, individu akan menghayati penerimaan diri yang tinggi dan dapat mengaktualisasi diri tanpa
terhambat oleh permasalahan yang berpusat pada penampilan, kebugaran maupun
kesehatannya.
Body image yang negatif akan terbentuk apabila individu menilai negatif akan tubuhnya. Hal ini akan tercermin melalui perilakunya berusaha untuk
memodifikasi penampilannya secara tidak wajar seperti menutupi bagian tubuh
yang tidak mereka sukai, menggunakan make up berlebihan dengan tujuan
menutupi area tertentu, suntuk pelangsing, operasi plastik, dsb. Perilaku lainnya
yaitu menghindari keadaan-keadaan yang memungkinkan tereksposnya keadaan
aktual mengenai tubuhnya. Penghayatan body image yang negatif dapat
mengarahkan anggota Xtra-L untuk mengambil tindakan yang kurang tepat bagi
dirinya sendiri, dan tindakan tersebut tidak memberikan solusi atas permasalahan
mereka akan tubuh mereka.
Keadaan seperti ini menimbulkan minat peneliti untuk menggali lebih dalam
mengenai dimensi body image anggota komunitas Xtra-L, Jakarta dalam merasa
puas akan dirinya dan menghayati dirinya berharga serta berusaha untuk menjaga
14
Universitas Kristen Maranatha
1.2Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran dimensi body image pada anggota komunitas Xtra-L di
Jakarta.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dimensi
body image pada anggota komunitas Xtra-L di Jakarta.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
mengenai dimensi body image yang meliputi seberapa puas dan
seberapa penting penampilan fisik (appearance), kebugaran
(competence), serta kesehatan tubuh (physical health) pada anggota
komunitas Xtra-L di Jakarta.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Menambah informasi pada bidang Psikologi Klinis, mengenai dimensi
body image pada anggota komunitas Xtra-L di Jakarta.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
peneliti lain yang tertarik untuk meneliti atau melanjutkan penelitian
15
Universitas Kristen Maranatha
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Dapat menjadi informasi tambahan bagi pihak komunitas dan Ketua
komunitas mengenai profil dimensi body image dari anggota
komunitas di Jakarta sehingga pihak komunitas dapat merancang
kegiatan-kegiatan yang dapat bermanfaat bagi anggota komunitas agar
dapat tercipta dimensi body image yang bersifat positif.
2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi anggota komunitas Extra-L
mengenai dimensi body image agar dapat menganalisa dimensi body
image-nya dan membangun dimensi body image yang positif.
1.5 Kerangka Penelitian
Dalam interaksi sosial, penampilan merupakan hal pertama yang terlihat
oleh orang lain. Penampilan yang menarik pada individu merupakan suatu
penilaian yang bersifat subjektif dari lingkungan terhadap individu tersebut.
Lingkungan memiliki kriteria menarik secara subjektif dan seringkali lingkungan
mempersyaratkan kriteria menarik sebagai dasar interaksi selanjutnya, seperti
bekerja, berinteraksi secara sosial maupun interpersonal. Oleh karena itu, dalam
menampilkan diri di hadapan masyarakat, banyak individu berusaha untuk tampil
semenarik mungkin, sesuai dengan tuntutan masyarakat. Dalam usahanya untuk
memiliki penampilan yang menarik, individu melakukan evaluasi terlebih dahulu,
mengenai tubuhnya. Evaluasi tersebut tidak terbatas pada penampilannya saja,
16
Universitas Kristen Maranatha
Anggota komunitas Xtra-L melakukan penilaian akan tubuhnya
masing-masing dan penilaian tersebut menghasilkan gambaran secara menyeluruh
mengenai penampilan fisiknya, kebugarannya, serta kesehatannya Penilaian
anggota Xtra-L tersebut mengarahkan anggota Xtra-L untuk memiliki sikap
tertentu sesuai dengan penghayatannya akan penampilannya. Gambaran anggota
Xtra-L mengenai tubuhnya disebut oleh Cash sebagai body image.
Cash dan Pruzinsky (dalam Thompson, et al, 1999) mengemukakan bahwa
body image adalah sikap yang dimiliki anggota Xtra-L terhadap tubuhnya, yang meliputi evaluasi serta orientasi terhadap penampilan fisik, kebugaran, serta
kesehatan. Body image dibentuk dalam pikiran dan menjadi landasan bagi
seseorang untuk berperilaku. Perspektif cognitive-behavioral (yang menjadi dasar
terbentuknya body image) merupakan integrasi dari informasi yang didapat dari
proses pembelajaran (social learning process) dan pengolahan koginitf yang
berisi perilaku dan emosi. Proses pembelajaran didapat dari
pengalaman-pengalaman individu yang diolah secara kognitif dan dipersepsikan. Ketika
individu mengalami pengalaman yang positif, maka hal tersebut akan
dipersepsikan secara positif dan menjadi dasar baginya untuk mempertahankan
body image-nya. Apabila individu mengalami pengalaman yang negatif, maka individu akan mempersepsikan hal tersebut secara negatif dan terdorong untuk
mengubah body image-nya.
Dalam perspektif cognitive-behavioral, Cash menyatakan bahwa body
17
Universitas Kristen Maranatha
yang dibentuk oleh body schema. Menurut Aaron Beck (dalam Cash, 2002), body
schema merupakan generalisasi secara kognitif mengenai diri (yang diperoleh dari pengalaman di masa lalu) yang mengatur dan menuntun jalannya pengolahan
informasi dalam kaitannya dengan diri yang terkandung dalam pengalaman sosial
individu. Apabila seorang anggota komunitas Xtra-L menempatkan keadaan fisik
sebagai suatu hal yang utama, maka stimulus-stimulus yang berhubungan dengan
fisik akan mempengaruhi body schema.
Cash (2002) menyatakan bahwa body image memiliki peran yang vital
dalam kualitas kehidupan sehari-hari, yaitu berpengaruh terhadap emosi, kognitif,
dan perilaku, dalam menjalin relasi baik secara umum maupun terhadap
orang-orang terdekat khususnya dalam lingkungan pekerjaan. Perkembangan body
image berjalan sepanjang masa kehidupan dan dipengaruhi oleh orang yang signifikan serta berperan penting dalam kehidupan. Terdapat empat faktor yang
mempengaruhi body schema seorang individu, yaitu physical characteristics,
personality attributes, interpersonal experience, dan cultural socialization. Faktor yang pertama adalah physical characteristics yang meliputi keadaan
fisik seperti tinggi badan, kondisi-kondisi kulit seperti jerawat, cacat yang
diperoleh, perubahan elastisitas kulit, dan ketebalan rambut. Karakteristik fisik
menyediakan informasi mengenai keadaan tubuh aktual, yang menjadi dasar bagi
anggota Xtra-L dalam menilai tubuhnya, juga menjadi dasar bagi orang-orang di
sekitar anggota Xtra-L dalam menilai penampilan anggota Xtra-L. Para anggota
Xtra-L Jakarta yang memiliki karakteristik fisik berupa ukuran tubuh serta bentuk
18
Universitas Kristen Maranatha
menilai tidak puas akan tubuhnya. Apabila karakteristik fisik yang mereka
keluhkan bersifat menetap (seperti warna kulit, tinggi badan, serta cacat fisik
tertentu), maka body image yang terbentuk akan terarah menjadi body image yang
negatif.
Kemudian faktor kedua adalah personality attributes. Personality attributes
menjelaskan mengenai unsur kepribadian masing-masing anggota Xtra-L dalam
kaitannya dengan cara mereka menghadapi keadaan saat ini. Faktor personality
attributes mencakup self esteem, public self conciousness, sistem attachment, serta sikap yang berbasis gender. Self esteem tinggi akan menyebabkan
penghayatan yang positif terhadap tubuh, sedangkan self esteem yang rendah
dapat meningkatkan kecemasan anggota komunitas Xtra-L Jakarta terhadap body
image mereka. Attachment system yang aman dapat meningkatkan kecenderungan body image yang positif. Nilai dan sikap anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang berjenis kelamin perempuan yang mendukung sikap gender tradisional dalam
hubungan mereka dengan laki-laki, lebih mementingkan penampilan,
menginternalisasi lebih banyak standar kecantikan, dan mempunyai asumsi yang
lebih maladaptif mengenai penampilan sendiri sehingga dapat mempengaruhi
terbentuknya penghayatan body image yang negatif.
Faktor selanjutnya adalah interpersonal experience, yaitu penilaian yang
diberikan lingkungan kepada anggota Xtra-L yang merupakan umpan balik yang
ikut mempengaruhi body image nya. Umpan balik tersebut dapat berupa
harapan-harapan, opini, komunikasi baik verbal maupun non verbal yang disampaikan
19
Universitas Kristen Maranatha
bahkan oleh orang asing. Umpan balik yang positif akan mempengaruhi anggota
komunitas Xtra-L Jakarta dalam mempertahankan penghayatan body image-nya.
Umpan balik yang negatif akan mempengaruhi anggota komunitas Xtra-L Jakarta
untuk mengubah penghayatan body image-nya.
Faktor yang terakhir adalah cultural socialization, yaitu pesan-pesan dari
lingkungan yang menyisipkan suatu standar atau harapan mengenai penampilan
dan karakter fisik, dan media massa memegang peranan penting dalam hal ini.
Faktor cultural socialization dimulai dengan pendapat tentang tubuh ideal dan
standar fisik yang ada di masyarakat yang kemudian diinternalisasi oleh individu
yang terlibat di dalamnya (Handy dalam Thompson. et al, 1999:106). Anggota
komunitas Xtra-L akan membandingkan tubuhnya sendiri dengan tubuh ideal dan
dengan standar fisik di masyarakat berupa tubuh yang ramping dan penampilan
menarik yang kemudian akan membentuk persepsi tentang tubuhnya. Hasil
pembandingan tersebut mereka tanggapi sesuai dengan internalisasi mereka.
Anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang menginternalisasi standar ideal yang
ditanamkan oleh masyarakat sebagai standar yang harus dicapai akan terpengaruh
untuk menghayati body image yang negatif apabila mereka menilai bahwa
kesenjangan tubuh mereka besar antara kriteria ideal dengan keadaan saat ini.
Anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang menilai bahwa kesenjangan mereka besar
antara keadaan tubuh yang sekarang dengan kriteria ideal, akan memiliki body
20
Universitas Kristen Maranatha
Body image memiliki dua dimensi yaitu body investment dan body evaluation. Body investment mengacu pada pentingnya fungsi kognitif, emosi serta perilaku anggota komunitas Xtra-L terhadap penampilan fisiknya, yang akan
mempengaruhi evaluasinya akan penampilannya. Body evaluation mengacu pada
penghayatan puas atau tidaknya anggota komunitas Xtra-L terhadap penampilan,
kebugaran serta kesehatan fisiknya. Penentuan body image positif atau negatif
melibatkan dua dimensi dari body image yang didasari oleh body schema tersebut.
Anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang menghayati body investment yang
merawat menandakan bahwa mereka merasakan bahwa penampilan, kebugaran
serta kesehatannya penting sehingga anggota Xtra-L melakukan usaha dalam
mempertahankan serta meningkatkan kualitas penampilan, kebugaran serta
kesehatan fisiknya. Anggota Xtra-L yang menilai penampilan tubuhnya,
kebugaran tubuhnya, serta kesehatan tubuhnya sebagai hal yang penting, akan
tercermin melalui perilakunya dan menjaga dan meningkatkan kualitas, kebugaran
serta kesehatan tubuhnya. Anggota Xtra-L Jakarta yang menghayati body
investment yang tidak merawat menandakan bahwa anggota Xtra-L mempersepsi penampilan fisik, kebugaran serta kesehatan fisiknya bukanlah sebagai hal yang
penting, sehingga anggota Xtra-L merasa bahwa tidaklah penting menghabiskan
waktu untuk merawatnya, dan tidak berusaha untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas penampian fisik, kebugaran serta kesehatan fisiknya.
Anggota komunitas Xtra-L Jakarta yang menghayati body evaluation yang
puas menandakan bahwa anggota Xtra-L menilai puas akan penampilan fisiknya,
21
Universitas Kristen Maranatha
pikirnya, perasaannya serta tindakan-tindakannya. Anggota Xtra-L yang
menghayati bahwa Ia puas akan penampilan, kebugaran serta kesehatan tubuhnya,
maka Ia akan berpendapat bahwa penampilan tubuhnya cukup menarik, dan Ia
merasa bangga akan penampilan, kebugaran, serta kesehatan tubuhnya. Anggota
komunitas Xtra-L Jakarta yang menghayati body evaluation yang tidak puas
menunjukkan bahwa anggota Xtra-L menilai kurang puas akan penampilan
fisiknya, kebugarannya serta kesehatannya, kurang menyukai penampilan
fisiknya, serta berusaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang Ia hayati
sebagai bagian yang kurang memuaskan. Ia akan menampilkan perilaku seperti
memandang bahwa dirinya kurang menarik, merasa tidak puas dengan
penampilan, kesehatan, serta kebugaran tubuhnya, menghindari kegiatan yang
berpotensi tereksposnya bagian tubuhnya yang kurang Ia sukai.
Body image memiliki tiga komponen yaitu penampilan, kebugaran dan kesehatan fisik. Penampilan fisik menyediakan banyak hal penting untuk ciri fisik
yang dilihat dirinya ataupun orang lain, juga termasuk mengenai informasi
mengenai usia dan penampilan fisiknya. Anggota Xtra-L adalah individu-individu
yang tetap menjalankan fungsinya dalam masyarakat dengan berbagai profesi.
Kebutuhan mengenai evaluasi diri dari seorang anggota komunitas Xtra-L
merupakan hal yang penting, kondisi fisik dari anggota komunitas Xtra-L adalah
hal yang utama bagi mereka karena hal tersebut menunjang pekerjaan mereka.
Masing-masing dimensi body image mengandung tiga komponen tersebut.
Berdasarkan dinamika dari dua dimensi body image, maka terbentuklah
22
Universitas Kristen Maranatha
dimensi body evaluation yang puas dan diiringi dengan body investment yang
memandang penting serta merawat tubuhnya. Pada body image tipe pertama ini,
anggota Xtra-L menilai puas akan penampilan, kebugaran serta kesehatannya, dan
individu melakukan investasi yang bertujuan mempertahankan dan meningkatkan
kualitas penampilannya, kebugarannya, serta kesehatannya.
Penilaian puas akan tercermin dengan secara jujur mengungkapkan keadaan
kesehatannya, menampilkan fisiknya dengan apa adanya, serta menerima kondisi
kebugarannya. Anggota Xtra-L ini akan melakukan usaha untuk mempertahankan
serta meningkatkan kualitas penampilannya, membugarkan dirinya, berusaha
untuk mengatasi aspek kesehatannya yang masih kurang sehat, serta memberikan
perhatian ketika mendapat gejala bahwa kesehatannya sedang terganggu.
Terbentuknya body image profil I dilandasi oleh body schema yang bersifat
positif. Body schema yang anggota Xtra-L gunakan adalah body schema yang
memiliki atribut kepribadian penerimaan diri yang tinggi. Anggota Xtra-L
menerima atribut fisiknya secara positif dan mereka menghayati bahwa tubuhnya
merupakan aset yang berharga sehingga mereka merasa perlu untuk meningkatkan
serta mempertahankan kualitas tubuhnya. Mereka juga memiliki pengalaman
bahwa aspek kehidupan yang lain akan meningkat seiring dengan usaha mereka
dalam merawat tubuhnya, kebugarannya serta kesehatannya. Dengan pola pikir
demikian, mereka akan mempersepsi tuntutan masyarakat sebagai motivasi
mereka untuk memperbaiki kualitas penampilan, kebugaran, serta kesehatannya.
Dimensi body image profil II adalah body image dengan dimensi body
23
Universitas Kristen Maranatha
perawatan dan mempersepsikan perawatan tubuh merupakan hal yang kurang
penting. Anggota Xtra-L yang menghayati body image tipe kedua menilai puas
akan penampilannya, kebugarannya serta kesehatannya, namun tidak berusaha
untuk melakukan investasi demi mencapai gambaran tubuh yang diyakini ideal.
Anggota Xtra-L pada kategori ini menghayati bahwa penampilannya
menarik, menghayati diri bugar, serta merasa bahwa profil kesehatannya cukup
baik. Mereka tidak menaruh perhatian lebih dalam meningkatkan kualitas
penampilannya, tidak menaruh kewaspadaan terhadap gejala-gejala kesehatan
yang menurun, serta tidak berusaha untuk meningkatkan kebugarannya. Pada
body image profil ini, dimensi body image yang dihasilkan memiliki potensi membuat anggota Xtra-L merasa terlalu nyaman dengan keadaan yang sekarang
tanpa berusaha untuk meningkatkan kualitas penampilan, kebugaran serta
kesehatannya, bahkan ketika diperlukan usaha nyata untuk menangani
permasalahan penampilan, kebugaran serta kesehatannya.
Pada profil II, body image yang terbentuk dilandasi oleh body schema yang
kurang menekankan unsur kepentingan akan penampilan yang menarik,
kebugaran yang optimal, serta kesehatan sesuai dengan standar kesehatan
masyarakat. Anggota Xtra-L pada tipe ini memiliki penerimaan diri yang positif,
menilai bahwa penampilannya menarik, memiliki self-esteem yang tinggi, dan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi pula. Berlandaskan dari kepercayaan diri
ini, anggota Xtra-L menampilkan dirinya apa adanya. Pengalaman personal
mereka juga memberikan kesan bahwa tanpa berinvestasi dalam hal penampilan,
24
Universitas Kristen Maranatha
kesehariannya dengan baik. Oleh karena itu, anggota Xtra-L yang menghayati tipe
body image yang kedua ini menilai ajakan masyarakat untuk merawat diri serta memberikan perhatian pada kebugaran dan kesehatan sebagai ajakan yang sia-sia
dan tidak perlu dicermati.
Profil dimensi body image yang ke-III adalah body image dengan dimensi
body evaluation yang menilai tidak puas akan tubuhnya diiringi dengan body investment yang memandang bahwa tindakan perawatan tubuh merupakan hal yang penting dilakukan oleh karena itu tindakan tersebut dilaksanakan. Anggota
Xtra-L yang menghayati tipe body image yang ketiga merasa tidak puas dengan
penampilannya, merasa kebugarannya belum maksimal, serta merasa belum puas
akan kondisi kesehatannya saat ini. Mereka berusaha meningkatkan kualitas
penampilan mereka, berusaha untuk meningkatkan kebugaran mereka, serta
mencari tindak lanjut akan kondisi kesehatan mereka, sehingga mereka dapat
mencapai gambaran penampilan yang menurut mereka menarik, memiliki tubuh
yang sehat serta bugar.
Pada profil dimensi body image III, anggota Xtra-L menghayati bahwa
penampilan aktual memiliki kesenjangan yang signifikan dengan gambaran ideal
mereka, dan mereka juga menghayati bahwa memiliki penampilan menarik, tubuh
yang bugar dan sehat memegang peranan penting bagi aktualisasi diri mereka.
Penghayatan mereka akan penampilan mereka, kebugaran serta kesehatan mereka
yang negatif menghambat mereka mengaktualisasi diri seoptimal mungkin.