• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Body Image Pada Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Body Image Pada Model"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Body Image pada Model

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

Christine 041301044

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang

berjudul “Gambaran Body Image Pada Model” adalah hasil karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip

dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini,

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Mei 2008

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Fakults

Psikologi USU.

2. Ibu Dra. Rika Eliana, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

sudah dengan sabar membimbing peneliti dan memberikan masukan

yang banyak membangun dalam proses pengerjaan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Irmawaty, M.Si dan Pak Ari Widiyanta, S.Psi. Psi. M.Psi yang

menjadi dosen penguji seminar.

4. Ibu Hasnida, M.Si selaku dosen pembimbing akdemik.

5. Bang Bona dan Bang Boni dari Post Model, Bang Dodi dari

Kensington Model Agency serta Nuraini Panggaribuan, dan Bang Amri

dari Contoh Management Artist yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian ini di masing-masing agensi.

6. Para model yang bergabung dalam Post Model, Kensington Model

Agency serta Contoh Management Artist yang telah meluangkan waktu

berpartisipasi dalam penelitian ini.

(4)

8. Keluarga besar Psikologi USU termasuk kakak kelas dan adik kelas

semuanya.

9. Keluarga inti yang selalu memberi kritik dan saran serta selalu

menghargai keputusan penulis.

10.Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah

memberikan dukungan sosialnya kepada penulis, sehingga seminar ini

dapat terselesaikan.

Selain itu, penulis juga menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak

luput dari kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran

yang dapat membangun skripsi ini kedepannya. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi banyak orang.

Medan, Mei 2008

Penulis

(5)

Abstraksi

45 halaman; 13 tabel; dan lampiran

Bibliografi : 1997 – 2007

Isi  Kata kunci : body image, model

Penampilan fisik berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Masyarakat ingin memiliki tubuh yang ideal sesuai dengan standar kecantikan ideal yang sedang berlaku. Demi menyesuaikan dengan kecantikan ideal yang ada, orang rela melakukan berbagai macam usaha mulai dari yang wajar sampai yang ekstrim. Hal yang sama juga terjadi pada model. Walaupun para model dijadikan panutan body image ideal oleh masyarakat, ternyata mereka juga mengalami ketidakpuasan pada tubuh (body dissatisfaction) dan belum tentu memiliki body image yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana gambaran body image pada model.

Jumlah sampel penelitian yang diambil secara acak sebanyak 41 orang dari 53 model yang tergabung dalam Contoh Management Artist, Kensington Model Agency dan Post Model. Alat ukur body image berdasarkan aspek-aspek body image Davison & McCabe (2005). Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur dan diperoleh nilai reliabilitas yaitu sebesar 0.949.

Analisa data deskriptif penelitian ini menggunakan skor dari body image yang dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Kesimpulan utamanya idalah model umumnya berada pada kategori body image sedang. Kesimpulan tambahan dalam penelitian ini menunjukkan ada perbedaan body image berdasarkan usia, jenis kelamin dan lama menjalani model. Pria mempunyai body image lebih tinggi daripada wanita. Sementara itu, remaja memiliki body image lebih tinggi daripada dewasa. Lalu, model senior memiliki body image lebih tinggi daipada model junior dan intermediet.

(6)

Abstraksi

45 halaman; 13 tabel; dan lampiran

Bibliografi : 1997 – 2007

Isi  Kata kunci : body image, model

Penampilan fisik berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Masyarakat ingin memiliki tubuh yang ideal sesuai dengan standar kecantikan ideal yang sedang berlaku. Demi menyesuaikan dengan kecantikan ideal yang ada, orang rela melakukan berbagai macam usaha mulai dari yang wajar sampai yang ekstrim. Hal yang sama juga terjadi pada model. Walaupun para model dijadikan panutan body image ideal oleh masyarakat, ternyata mereka juga mengalami ketidakpuasan pada tubuh (body dissatisfaction) dan belum tentu memiliki body image yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana gambaran body image pada model.

Jumlah sampel penelitian yang diambil secara acak sebanyak 41 orang dari 53 model yang tergabung dalam Contoh Management Artist, Kensington Model Agency dan Post Model. Alat ukur body image berdasarkan aspek-aspek body image Davison & McCabe (2005). Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur dan diperoleh nilai reliabilitas yaitu sebesar 0.949.

Analisa data deskriptif penelitian ini menggunakan skor dari body image yang dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. Kesimpulan utamanya idalah model umumnya berada pada kategori body image sedang. Kesimpulan tambahan dalam penelitian ini menunjukkan ada perbedaan body image berdasarkan usia, jenis kelamin dan lama menjalani model. Pria mempunyai body image lebih tinggi daripada wanita. Sementara itu, remaja memiliki body image lebih tinggi daripada dewasa. Lalu, model senior memiliki body image lebih tinggi daipada model junior dan intermediet.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Psikologi sosial menunjukkan bahwa ada peranan penting dari penampilan fisik seseorang terhadap kehidupan sehari-harinya (Berscheid dkk dalam Davison & McCabe, 2005). Penampilan fisik seseorang berpengaruh terhadap bagaimana orang lain mempersepsikan dan berinteraksi dengan dirinya. Orang yang tidak cantik atau kurang menarik penampilan fisiknya akan menerima evaluasi negatif dari teman dan mengurangi kontak sosial.

Keyakinan yang sedang berlaku dimasyarakat seakan-akan menyatakan bahwa jika kamu cantik maka kamu berharga (Chase, 2001). Banyak keuntungan bagi orang yang cantik. Orang yang cantik ternyata lebih sedikit yang ditemukan bersalah dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain itu, pelamar kerja yang cantik mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam menerima pekerjaan dan mempunyai gaji yang lebih tinggi. Begitu juga dengan anak-anak yang cantik lebih populer di kalangan teman dan guru sekolah serta menerima evaluasi dan harapan lebih dari guru yang berpengaruh terhadap peningkatan performanya (Fox, 1997).

(8)

politik di Amerika dari abad ke abad. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar, kuat, dan sangat subur. Selanjutnya, pada abad ke-19, tubuh ideal wanita, yaitu tubuh yang lemah, lesu, dan pucat. Satu abad setelah itu, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa kali, yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta sangat kurus dengan payudara yang besar. Lalu sekarang, pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang kurus.

Pemikiran bahwa bentuk tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak dipengaruhi oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan (Barnard, 1992). Bagi pria yang kekar dan wanita yang kurus diasosiasikan dengan kerja keras, sukses, populer, cantik, kuat dan disiplin diri. Sebaliknya, pada pria maupun wanita yang gemuk diasosiasikan dengan malas, dibenci, jelek, lemah dan kurang keinginan. Silverstein, Perdue, Peterson, and Kelly (1986) juga menyatakan bahwa tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik tetapi tubuh yang gemuk dianggap memalukan (dalam Harrison, 2003).

(9)

yang baik hati selalu cantik atau tampan, sedangkan tokoh jahat selalu jelek (Fox, 1997).

Pada masa perkembangan di keluarga, seseorang sudah mendapatkan pesan bahwa kurus itu perlu demi diterima dan dicintai orang tua (SNAC, 1997). Hal ini terjadi jika ibu atau anggota keluarga lain juga sering memberikan komentar tentang berat badan sendiri atau anggota keluarga lain serta memaksakan larangan makanan untuk dirinya maupun anggota keluarga lain. Lalu, semasa sekolah menengah atau kuliah, seseorang akan merasakan tekanan besar untuk menjadi kurus atau kekar demi diterima oleh teman sebaya dan untuk mendapatkan pasangan. Tekanan semakin besar dirasakan para pelajar yang tinggal dalam satu asrama dimana pembicaraan mengenai tubuh ideal akan semakin sering terjadi. Hal seperti ini membuat seseorang semakin cemas akan berat badan walaupun tidak pernah dihiraukan sebelumnya (SNAC, 1997).

Gambaran tubuh ideal sangat mudah didapat dari media massa (Chase, 2001). Program televisi juga sering menampilkan figur tubuh ideal seperti dalam program “

Baywatch” dan artikel majalah yang juga memuat masalah kecantikan mempengaruhi

(10)

menonton televisi dan kepercayaan seseorang bahwa ia kelebihan berat badan walaupun sesungguhnya tidak.

Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard ideal tubuh yang terus menerus diapaparkan oleh media massa berdampak bagi para wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh media di saat ini, yaitu tubuh yang kurus, tinggi, berkulit putih bersih dan tidak berjerawat. Sesuai dengan pesan yang masyarakat terima dari media massa, masyarakat menjadi tidak puas akan tubuhnya sewaktu melakukan perbandingan. Maka dari itu, masyarakat melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan tubuhnya.

Banyak usaha yang umumnya dilakukan masyarakat untuk memperoleh tubuh ideal yang kekar bagi pria dan kurus bagi wanita (Dacey & Kenny, 2001). Masyarakat umumnya melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. Barley (2007) menyatakan di Indonesia sudah semakin banyak wanita di kota-kota besar yang melakukan operasi plastik. Usaha untuk tampil ideal diatas dilakukan karena masyarakat percaya bahwa mereka akan lebih bahagia jika dapat memiliki penampilan seperti model.

Penelitian psikologi sosial di City University, London menyatakan hal yang berbeda dari persepsi masyarakat bahwa pada model yang selalu tampil ideal dalam media massa ternyata tidak bahagia dan memiliki harga diri yang rendah (Meyer & Enstrom, 2007). Chase (2001) menyatakan bahwa harga diri dan body image

(11)

seseorang terhadap tubuh sendiri (Davison & McCabe, 2006). Jadi, dengan harga diri yang rendah menunjukkan para model tidak puas dengan tubuhnya.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa meskipun para model yang sering tampil dalam media massa sudah memiliki tubuh yang kurus atau kekar masih saja ada yang tidak puas dengan tubuhnya (Roberts, 2007). Seperti halnya dalam salah satu episode dalam The Oprah Winfrey Show juga pernah menampilkan seorang model remaja yang merasa dirinya tidak cantik dan tubuhnya tidak bagus walaupun kenyataannya gadis itu sangat cantik (Jeanne, 2007). Para model yang merasa tidak puas dengan tubuhnya rela melakukan tindakan ekstrim yang tidak sehat demi untuk tampil lebih cantik (Roberts, 2007). Berhubung para model tidak puas dengan tubuhnya, mereka akan sering melaparkan diri. Pada akhirnya, mereka merasa terlalu lapar dan makan dengan berlebihan. Setelah itu, muncul perasaan bersalah dan menyesal lalu mencoba untuk mengeluarkan kalori yang tidak diinginkan.

Sudah ada beberapa kasus model dunia yang melakukan diet ekstrim (Adato, 2007). Beberapa diantaranya berujung menjadi kecanduan gangguan makan (eating disorder) seperti bulimia dan anorexia. Ana Carolina Reston, seorang model di Brazil meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat gagal ginjal setelah diet ekstrim. Sebelumnya, dia diketahui sudah melakukan diet ketat lama dengan hanya makan buah apel dan tomat yang pada akhirnya membuat tubuhnya yang seksi menjadi seonggok tulang belulang.

(12)

berlangsung. Setelah memperoleh pertolongan medis ternyata nyawanya juga tidak tertolong karena diet ekstrim selama bermingu-minggu. Tidak lama kemudian, adik perempuan Luisel Ramos yang juga seorang model meninggal dengan sebab yang sama.

Hal diatas menunjukkan adanya ketidakpuasan tubuh pada para model internasional tersebut. Fenomena ketidakpuasan tubuh pada model juga terjadi pada beberapa model yang ada di kota Medan. Salah seorang model yang sering mengikuti lomba di Medan memberikan pernyataan bahwa kelebihan yang dimilikinya adalah bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang proporsional sebagai seorang model yang dapat dilihat dari pernyataan dibawah ini :

”Menurut saya kelebihan yang saya miliki dibandingkan dengan model lain dalam lomba ini adalah penampilan tubuh saya yang proporsional sebagai model....” (Komunikasi Personal, 28 Agustus 2007).

Dari pernyataan S dapat dilihat bahwa model ini mempunyai persepsi mengenai penampilan fisiknya yang positif. Adapun model lain yang berbeda persepsi mengenai penampilan fisiknya yang menyatakan sebagai berikut :

”...bisa dibilang secara fisik punya banyak kekurangan, wajah saya biasa saja, tidak cantik, tubuh saya pendek...karena itu saya jarang memakai celana dibawah pinggang, itu malah membuat saya kelihatan lebih pendek lagi...saya menyadari bahwa dengan tubuh yang lebih kurus seperti sekarang membuat saya lebih mudah mendapatkan pekerjaan, karena itu saya membatasi makanan saya untuk menjaga berat badan saya sekarang...” (Komunikasi Personal, 02 September 2007).

(13)

diatas dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan kepuasan terhadap penampilan fisik pada mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Benson dkk dalam Dacey & Kenny (2001) bahwa para model mempunyai body image yang berbeda-beda, ada yang merasa puas dengan body imagenya dan ada yang merasa tidak puas.

Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan body image yaitu jenis kelamin. Cash dkk (dalam Mills & Alfonso, 2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa wanita memiliki body image lebih negatif dibandingkan pria. Sedangkan dalam penelitian Alvell &Richards (1996), pria dewasa lebih tidak puas dengan berat badannya dibandingkan wanita (dalam Mills & Alfonso, 2007). Perbedaan kepuasan pria dan wanita terhadap tubuh juga dinyatakan Erikson (dalam Dacey & Kenny, 2001). Wanita dinyatakan memiliki kepuasan yang rendah terhadap berat badan, tipe tubuh dan merasa tidak menarik dibandingkan. Selain itu, ada peneliti lain yang berbeda pendapat yaitu Drewnowski & Yee (1987) menemukan bahwa tidak ada perbedaan ketidakpuasan tubuh pada pria dan wanita (dalam Mills & Alfonso, 2007). Berangkat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran body image pada model dikarenakan belum ada penelitian yang sama sebelumnya. Aspek-aspek body image yang digunakan dari Davison & McCabe (2005) untuk mengetahui tinggi atau rendahnya body image seseorang yaitu physical

attractiveness, body image importance, body improvement, social physique anxiety,

(14)

I.B. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengetahui lebih rinci, pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran body image pada model?

2. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari jenis kelamin? 3. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari usia?

4. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model?

5. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model ditinjau dari jenis kelamin?

6. Bagaimana gambaran aspek-aspek body image pada model ditinjau dari usia? 7. Bagaimana gambaran body image pada model ditinjau dari lama menjalani

model?

I.C. Tujuan dan Manfaat Penelitian I. C. 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran body image

pada model.

I. C. 2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

(15)

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai body image pada model, desainer, fotografer dan pemerhati industri modeling dan diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

I.D. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan disajikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Adapun teori-teori yang dimuat adalah teori-teori yang berhubungan dengan body image dan model Bab III : Metode Penelitian

(16)

digunakan yang berisi uji daya beda butir pernyataan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur dan hasil uji coba alat ukur. Serta yang terakhir adalah metode analisis data.

Bab IV :Analisa Data

Pada bab ini dijelaskan mengenai analisa data yang terdiri dari gambaran subjek penelitian (berdasarkan jenis kelamin dan usia), hasil penelitian gambaran body image pada model serta hasil tambahan penelitian gambaran body image

ditinjau dari jenis kelamin, gambaran body image ditinjau dari usia, gambaran aspek-aspek body image pada model, gambaran aspek–aspek body image pada model ditinjau dari jenis kelamin, gambaran aspek–aspek body image pada model ditinjau dari usia, gambaran aspek–aspek body image

pada model ditinjau dari lama menjalani model. Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian dan saran baik secara metodologis maupun secara praktis mengenai hasil penelitian

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Body Image

II.A.1. Definisi Body Image

Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai pengertian yaitu persepsi dan sikap seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Hal yang sama juga dinyatakan Papalia, Olds, dan Feldman (2001) yaitu body image sebagai suatu gambaran dan evaluasi mengenai penampilan dirinya sendiri. Schilder juga mendefinisikan body image sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikirannya, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri (Glesson & Frith, 2006).

Definisi yang lebih spesifik mengenai body image dikemukakan oleh Rudd dan Lennon (2000) yang menyatakan bahwa body image adalah gambaran mental yang seseorang miliki tentang tubuhnya yang meliputi dua komponen. Kedua komponen body image yang dimaksud adalah komponen perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). Berbeda dengan Rudd dan Lennon, Masheb (1997) membagi body

(18)

mempersepsikan ukuran tubuh baik keseluruhan atau bagian tubuh tertentu), komponen kognitif / afektif (bagaimana pikiran atau perasaan seseorang terhadap tubuhnya) dan komponen perilaku (aktivitas yang dilakukan atau dihindari tergantung apa yang dirasakan terhadap tubuhnya).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan.

II.A.2.Aspek-aspek Body Image

Davison & McCabe (2005) mengemukakan tujuh aspek dari body image yaitu :

1. Physical attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai tubuh dan

bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) apakah menarik atau tidak menarik.

2. Body image satisfaction adalah perasaan puas atau tidaknya seseorang

terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat badan.

3. Body image importance adalah penilaian seseorang mengenai penting atau

tidaknya body image dibandingkan hal lain dalam hidup seseorang.

4. Body concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi bagian tubuhnya

(19)

pandangan orang lain dan menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang menarik.

5. Body improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan atau

memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badannya yang sekarang.

6. Social physique anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan pandangan

orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik jika berada di tempat umum.

7. Appearance comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang

akan berat badan, ukuran badan dan bentuk badannya dengan berat badan, ukuran badan dan bentuk badan orang lain.

II.A.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Body Image

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image adalah : 1. Jenis Kelamin

Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image seseorang. Dacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi body image. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang body image

(20)

Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri didepan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar di media massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel yang mempromosikan penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).

2. Usia

Pada usia remaja seseorang, body image semakin penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri daripada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan yang normal pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan

body image negatif ini dapat menyebabkan gangguan makan (eating disorders).

Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot menjadi semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003). Pada usia dewasa adalah usia yang riskan untuk mengalami ketidakpuasan tubuh dan perilaku untuk mengontrol berat badan sering terjadi (Mills & Alfonso, 2000). Rozin & Fallon (1988) juga menyatakan bahwa generasi yang lebih tua cenderung utnuk tidak puas terhadap body

image daripada generasi yang lebih muda (dalam Hubley & Quinlan, 2005).

(21)

Media massa berperan di masyarakat (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). Orang dewasa biasa membaca koran harian dan majalah. Wanita cenderung membaca majalah fashion. Setiap rumah memiliki seperangkat televisi yang menyala rata-rata 7 jam setiap hari dan masing-masing individu rata-rata menonton 3 sampai 4 jam sehari. Sepanjang tahun, anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi daripada tidur. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan standar kecantikan wanita adalah tubuh yang kurus dan hal ini berarti dengan level kekurusannya kebanyakan wanita percaya bahwa mereka orang-orang yang sehat. Majalah wanita terutama majalah fashion, film dan televisi (termasuk tayangan khusus anak-anak) menyajikan gambar model-model yang kurus sebagai figur yang ideal sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya (body dissatisfaction) dan gangguan makan (eating disorder).

(22)

seperti para model di media, mereka rela melakukan diet atau cara lain yang dapat mengurangi berat tubuh.

4. Keluarga

Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi body image anak-anaknya melalui

modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Stark menyatakan bahwa body

image melibatkan pertimbangan figur orang tua terhadap jenis kelamin bayinya dan

bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orang tua menyambut bayi tersebut dengan persamaan antara bayi ideal yang mereka harapkan dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orang tua juga sama seperti harapan anggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh (dalam Cash & Pruzinsky, 2002).

5. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat seseorang cemas terhadap penampilan dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa feedback

(23)

II.B. Model

II.B.1. Definisi Model

Menurut Daryanto (2000) model adalah orang yang memperagakan pakaian dengan gerak-gerik yang menawan. Definisi yang lebih luas mengenai menurut Sanggarwaty (2003) yaitu model merupakan suatu profesi yang sama dengan profesi lainnya tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa bidang busana, foto model dan periklanan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Asokawati bahwa model adalah orang yang berprofesi dalam dunia fashion, pertunjukkan, foto model dan dunia periklanan (dalam Sanggarwaty, 2003). Jadi model yang dimaksud bukan hanya model yang memperagakan busana diatas panggung, tetapi termasuk model yang tampil di media cetak ataupun media televisi.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi model yang lebih mudah diterima adalah orang yang dalam pekerjaannya di dunia fashion baik peragaan busana di panggung, pemotretan di media cetak maupun periklanan di media televisi.

II.B. Penggolongan Model

(24)

1. Model Amatir. Pengalaman dibawah dua tahun. Jadi, meskipun sudah lebih dari satu tahun, model masih membutuhkan jam terbang lebih lama karena belum dapat dikatakan baik dalam mengenal dunianya.

2. Model Intermediet. Pengalaman sudah lebih dari dua tahun. Model sudah mengenal baik dunia modeling dan biasanya sudah mempunyai koneksi yang bagus dengan perancang busana dan matang dalam bergaya.

3. Model Senior. Pengalaman di dunia modeling sudah lebih dari 5 tahun. Biasanya perancang busana sudah tidak meragukan kemampuan model lagi.

II.C. Keuntungan Dan Kerugian Menjadi Seorang Model

Menurut Krem (1995) menjadi seorang model mempunyai banyak keuntungan yaitu :

1. Model dianggap sebagai tokoh ideal dalam hal kemenarikan dan kecantikan fisik.

Tubuh seorang model pada umumnya, dan khususnya peragawati dijadikan standar ideal yang dijadikan panutan oleh masyarakat.

2. Mendapat popularitas yang besar.

Dengan menjadi model, seseorang menjadi lebih dikenal karena lebih sering tampil di berbagai media massa baik koran, majalah maupun televisi.

3. Mempunyai lingkungan pergaulan yang lebih luas dan lebih banyak mempunyai kenalan.

(25)

Dengan berprofesi debagai model seseorang mendapatkan uang sebagai imbalan jasa.

5. Menjadi lebih percaya diri. Dengan seringnya tampil di depan orang banyak, para model menjadi lebih percaya diri dan tidak canggung lagi dalam pergaulan.

6. Merasa lebih puas dan bangga terhadap diri sendiri. 7. Mempunyai banyak pengalaman.

Walaupun demikian menjadi seorang model juga mempunyai kerugian yaitu : 1. Harus dapat menjaga citra (image) sebagai seorang model.

Seorang model yang dijadikan standar ideal harus selalu memperhatikan penampilannya dan yang terutama harus selalu menjaga bentuk tubuh dan berat badan.

2. Mengeluarkan banyak biaya.

Pada umumnya, untuk menjaga citra diri, seorang model memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perawatan tuuh, pembelian kosmetika dan busana. 3. Kehidupan pribadi menjadi terbatas.

Popularitas yang besar dan selalu menjadi pusat perhatian dapat membuat kehidupan pribadi menjadi terganggu.

(26)

Jika dibandingkan dengan profesi lain, karir seorang model hanya sekitar 6 tahun yaitu dari 18-25 tahun. Maka dari itu, untuk memulai karir sebagai model harus dari usia yang relatif mudah dan perlu untuk memanfaatkan waktu produktif dengan sebaik-baiknya.

5. Persaingan model yang ketat.

Seorang model harus dapat menjaga citra dan kualitas diri agar tidak kalah bersaing.

6. Mendapat citra dan gosip buruk.

Popularitas yang diperoleh tidak selalu berdampak positif karena sering kali berkembang menjadi gosip buruk.

II.D. Body Image Model

Seorang model dalam pekerjaannya dituntut untuk memiliki penampilan fisik yang menarik. Hal ini dikarenakan para model yang dipromosikan lewat dunia hiburan dan industri fashion dalam pekerjaannya berinteraksi dengan masyarakat sehingga penampilan mereka tidak terlepas dari tuntutan masyarakat (Sanggarwaty, 2003). Dacey & Kenny (2001) menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam kegiatan seperti modeling diharuskan mempunyai bentuk tubuh yang sangat kurus.

(27)

tangguh dan macho dengan perut yang rata dan berotot, serta berdada bidang dan memiliki otot biseps yang menonjol (McCabe & Ricciardelli, 2003).

Tingkat kekurusan tubuh model mengalami perubahan dari masa ke masa (Roberts, 2006). Di Amerika Serikat, dulu rata-rata para model menggunakan busana ukuran 4 dan sekarang mereka menggunakan ukuran 0-2. Jika dibandingkan dengan wanita pada umumnya hanya menggunakan ukuran 12 dan 16. kategori ukuran yang masih sehat adalah 6 sampai 8. Usaha sang model untuk mengubah ataupun mempertahankan bentuk tubuhnya menjadi kurus sesuai yang dituntut bervariasi mulai dari olahraga, diet ketat bahkan sampai mengalami gangguan makan (eating

disorders). Para model demi mendapatkan penampilan yang menarik rela

mengabaikan kesehatan tubuh mereka.

Sudah terjadi beberapa kasus model yang meninggal dunia karena gangguan makan dan diet sangat ketat yang dilakukan (Roberts, 2006). Dua kasus yang paling diangkat ke permukaan adalah model Brazil dan Uruguay. Ana Carolina Reston, seorang model di Brazil meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat gagal ginjal. Di Uruguay, Luisel Ramos, seorang model yang jatuh pingsan pada saat peragaan busana berlangsung dan nyawanya juga tidak tertolong setelah diet ketat selama berminggu-minggu (Roberts, 2006).

Selain itu, penelitian psikologi yang dilakukan terhadap model di City

University, London menyatakan bahwa para model memiliki harga diri yang lebih

(28)
(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

III. A. Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran body image pada model di kota Medan. Punch (1998) menyatakan bahwa ada 2 (dua) kegunaan dilakukannya penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang baru, dimana sebelum merencanakan/melakukan penelitian yang lebih mendalam (exploratory studies)

adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan perhatian pada deskripsi yang sistematis terhadap objek penelitian. Kedua, deskripsi yang tepat mengenai proses-proses sosial yang kompleks dapat membantu kita untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel dan faktor apa yang perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian berikutnya secara lebih mendalam.

III.B. Variabel Penelitian

(30)

III.C. Definisi Operasional

Body image adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang

mengenai tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan. Body image dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek body image menurut Davison & McCabe (2006) yaitu :

1. Physical attractiveness mengukur penilaian seseorang mengenai tubuh dan

bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) apakah menarik atau tidak menarik.

2. Body image satisfaction mengukur puas atau tidaknya seseorang terhadap

ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat badan.

3. Body image importance mengukur penting atau tidaknya body image

dibandingkan hal lain dalam hidup seseorang.

4. Body concealment mengukur derajat usaha seseorang untuk menutupi

bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik dari pandangan orang lain dan menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang menarik.

5. Body improvement mengukur tingi rendahnya usaha seseorang untuk

(31)

6. Social physique anxiety mengukur tinggi rendahnya perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik jika berada di tempat umum.

7. Appearance comparison mengukur hasil perbandingan yang dilakukan

seseorang akan berat badan, ukuran badan dan bentuk badannya dengan berat badan, ukuran badan dan bentuk badan orang lain apakah lebih baik atau kurang.

Skor yang tinggi pada body image ditunjukkan oleh skor yang tinggi pada aspek physical attractiveness dan body image satisfaction sedangkan skor yang rendah pada aspek body concealment,body improvement,social physique anxiety dan

appearance comparison.

III. D. Subjek Penelitian III. D. 1. Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah model yang bergabung dalam

agency di Contoh Management Artist, Kensington Model Agency dan Post Model.

Sampel dalam penelitian ini mengacu pada kriteria sampel sebagai berikut:

 Model yang masih aktif di agency modelnya

 Minimal bergabung dalam agency selama 6 bulan

(32)

Alasan pemilihan usia ini adalah karena usia produktif model berkisar antara usia 15-25 tahun (Sanggarwaty, 2003). Hal ini dapat dilihat juga dari berbagai kegiatan lomba model yang diadakan di Medan juga ditujukan untuk kategori usia tersebut (Kurniawi, 2007).

Dari Contoh Management Artist, Kensington Model Agency dan Post Model

jumlah populasi sebanyak 52 model dengan jumlah model pria sebanyak 18 orang dan model wanita sebanyak 34 orang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 41 model dengan jumlah model pria sebanyak 15 orang dan model wanita sebanyak 26 orang.

III. D. 2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang harus dilakukan agar memenuhi kriteria populasi (representatif). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah Teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau tidak pandang bulu dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Skala akan dibagikan kepada subjek setelah terlebih dahulu diketahui apakah subjek memenuhi karakteristik untuk dijadikan sampel atau tidak.

(33)

Adapun metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah skala psikologis atau disebut dengan metode skala yang penyusunannya didasari pada aspek-aspek body image. Skala body image butir-butir itemnya disusun berdasarkan aspek-aspek body image yang dikemukakan oleh Davison & McCabe (2006) yaitu : physical attractiveness, body image satisfaction, body image

importance, body concealment, body improvement, social physique anxiety dan

appearance comparison.

Skala ini menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan

favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan

bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sedangkan bobot untuk pernyataan unfavourable yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4. Hal ini berlaku hanya untuk aspek-aspek physical

attractiveness dan body image satisfaction saja karena skor aspek ini dan body image

berbanding lurus dimana semakin tinggi skor aspek ini maka semakin tinggi pula skor

body image. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala body image yang digunakan

untuk kedua aspek ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Namun untuk aspek body image importance, body concealment, body

improvement, social physique anxiety dan appearance comparison nilai setiap pilihan

(34)

TS = 2 dan STS = 1. Sedangkan bobot untuk pernyataan favourable yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4. Hal ini dikarenakan untuk kemudahan dalam skoring akhir agar skor pada aspek-aspek ini menjadi berbanding lurus terhadap skor body image

pula. Adapun distribusi item dalam skala body image adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi item sebelum uji coba

NO ASPEK FAVORABEL UNFAVORABEL

1 Physical Attractiveness 3,5,39,41,43,80,

87,94

2,6,40,45,85,90,10 3,110,112,113

2 Body image satisfaction 7,9,11,46,47,49,

81,91,98

8,10,12,44,48,50,7 2,73,95

3 Body image importance 13,15,18,51,53,

54,71,74,111

4,14,16,17,52,82,8 6,100

4 Body concealment 1,19,21,22,55,5

8,75,83,104,106

20,23,56,57,99,109

5 Body improvement 24,27,59,61,62,

76,93

25,26,28,60,84,89, 102

6 Social physique anxiety 29,31,33,63,64,

66

30,32,65,67,77,78

7 Appearance comparison 34,38,42,68,70,

92,97,105

35,36,37,69,79,88, 96,101,107,108

Total 57 item 56 item

III.F.Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data III.F.1. Validitas Alat Pengumpul Data

(35)

dengan bersungguh-sungguh. Motivasi ini merupakan aspek penting dalam setiap prosedur tes.

Pengujian daya beda butir pernyataan ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap butir peryataan dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien item total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan (Azwar, 2000). Uji daya beda butir pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala sikap. Setiap butir pernyataan pada skala ini akan dikorelasikan dengan skor total skala. Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5 % (p < 0, 05).

III.F.2. Reliabilitas Alat Pengumpul Data

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok inidividu sebagai subjek penelitian. Pendekataan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefesiensi tinggi (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach dari Cronbach. Pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala.

(36)

Sebelum proses pengambilan data yang sebenarnya dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan try out (uji coba) item-item yang terdapat pada skala yang telah dibuat dengan mengikutsertakan 85 orang sebagai sampel try out. Uji coba tersebut dilakukan pada 15 Februari 2008 dengan menyebarkan skala sebanyak 85 eksemplar. Dari hasil uji coba tersebut akan ditentukan item-item mana saja yang akan digunakan dan item-item mana saja yang akan dinyatakan gugur.

III.F.3.1. Persiapan Uji Coba Alat Ukur

Persiapan uji coba dilakukan dengan mempersiapkan alat uji coba alat ukur. Jumlah skala yang dipersiapkan untuk uji coba tersebut adalah sebanyak 85 eksemplar.

III.F.3.2. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2008 terhadap 85 orang model yang berdomisili di kota Medan. Alat ukur ini terdiri dari 113 butir pernyataan yang harus dijawab oleh subjek dengan sebenar-benarnya.

(37)

lagi, sehingga jumlah item yang memiliki daya beda tinggi dan dapat digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya adalah sebanyak 53 item. Hal ini didasarkan pada perbandingan nilaixy yang diperoleh dari r tabel yaitu 0,30 semua

item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 1999). Distribusi item setelah uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Distribusi item setelah try out

NO ASPEK FAVORABEL UNFAVORABEL

1 Physical attractiveness 30,36,52,1,44,35,43 50,15,6,29,13,8,25,19

2 Body image satisfaction 49,2,7,20,26,42 37,51,31

3 Body image importance 18,5 47,24

4 Body concealment 21,3 32,45

5 Body improvement 41,27 14,33,11,9

6 Social physique anxiety 39,23 10,17

7 Appearance Comparison 4,34,53,46,38,28 40,12,48,22,16

Total 27 item 26 item

III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian III.G.1. Persiapan Penelitian

(38)

dikemukakan oleh Davison & McCabe (2005) yang terdiri atas: physical attractiveness, body image satisfaction, body image importance, body concealment,

body improvement, social physique anxiety, appearance comparison.

Setelah alat ukur terbentuk dengan menyertakan item-item yang mewakili aspek dari variabel yang hendak diukur dan berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah memperbanyak alat ukur tersebut sesuai dengan jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 41 eksemplar. Pada waktu yang bersamaan peneliti juga menghubungi pihak yang berkepentingan pada tiap agensi model untuk meminta izin mengambil data pada model yang sesuai karakteristik sampel. Selain itu, peneliti juga meminta data dari semua model yang sesuai dengan karakteristik sampel penelitian untuk kebutuhan random sampling.

III.G.2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhadap model yang sudah terpilih dari hasil

random dari masing-masing agensi model di Contoh Management Artist, Kensington

Model Agency dan Post Model. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada 28

Februari 2008 yaitu dengan menyebarkan skala yang telah dibuat sebanyak 41 eksemplar ketiga agensi model tersebut. Setelah itu skala yang telah dibagikan dikumpulkan kembali pada tanggal 4 Maret 2008 untuk kemudian diolah datanya.

(39)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisa statistik. Menurut Azwar (2001), uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka-angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan fakta yang ada secara sistematis sehingga dapat memudahkan untuk dipahami dan disimpulkan lebih lanjut. Untuk mendapatkan gambaran skor sikap digunakan statistik deskriptif. Data yang akan diolah yaitu skor minimun, skor maksimum, mean dan standar deviasi. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 15 for

(40)

BAB IV ANALISA DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum subjek penelitian dan keseluruhan hasil penelitian yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, diikuti dengan uraian gambaran body image pada model.

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 41 orang model. Melalui skala yang disebarkan ke subjek, didapatkan gambaran subjek penelitian menurut jenis kelamin, usia dan lama menjalani model.

IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek wanita, sebanyak 26 orang (63.4%) dan subjek pria sebanyak 15 orang (36.5%).

Jenis Kelamin N % of Total N

Pria 15 36.5 %

Wanita 26 63.4 %

(41)

IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek dewasa awal, sebanyak 27 orang (65.85%) dan subjek pria sebanyak 14 orang (34.1%).

IV.A.3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Menjalani Model

Berdasarkan lama menjalani model, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Gambaran subjek penelitian berdasarkan lama menjalani model

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah subjek model amatir, sebanyak 30orang (73.17%), subjek model intermediet sebanyak 6 orang (14.6%) dan subjek model senior paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (12.19%).

(42)

IV.B. Hasil Penelitian Utama

IV.B.1. Gambaran Body Image pada Model

Sesuai dengan tujuan utama dalam penelitian ini, maka data dianalisa secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah body image pada model.

Analisis deskriptif pada penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan software komputer SPSS versi 15.0 for windows. Berikut merupakan tabel penyajian analisis deskripsi pada penelitian ini.

Tabel 6

Hasil analisa deskriptif

N Valid 41

Missing 0

Mean 133.5122

Std. Deviation 8.368367

Minimum 110

Maximum 154

(43)

Se = Standar Error dalam pengukuran

Sx = Skor Standar Deviasi

rxx’ = koefisien reliabilitas

Pada tabel di atas, untuk gambaran body image pada model, diperoleh mean = 133.51 , standar deviasi =8.68367, dan rxx’ = 0.949, pada taraf kepercayaan 95% maka nilai

ztabel = 1.96 , sehingga diperoleh standar error pengukuran :

Se = 8.68367 x √1-0.949

= 8.68367 x 0.225 = 1.953

Standar error pengukuran dalam gambaran body image pada model adalah 4.002. Situasi skor menjadi 133.51 ± 3.829, sehingga diperoleh skor x ≤ 129.68, yang dibulatkan menjadi 130 untuk skor body image rendah, skor ≥ 137.33, yang dibulatkan menjadi 138 untuk skor body image tinggi, dan skor 130 < x < 138 untuk skor body image sedang.

(44)

Tabel 7

Kategorisasi body image pada model

Variabel Rentang Nilai Kategorisasi Frekuensi

Body Image X ≤ 130 Rendah 14 orang

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa model yang memiliki skor body image rendah sebanyak 14 orang (34.1%), skor body image sedang sebanyak 16 orang (39.02%), dan skor body image tinggi sebanyak 11 orang (26.8%).

Penelitian ini menggolongkan body image model ke dalam body image rendah, sedang, dan tinggi. Skor rendah dijadikan sebagai tanda body image rendah, yaitu model memiliki tingkat body image yang rendah. Skor tinggi dijadikan tanda body

image tinggi yaitu model memiliki tingkat body image yang tinggi. Skor body image

yang termasuk kategori sedang berarti model memiliki tingkat body image sedang.

IV.C. Hasil Tambahan Penelitian

(45)

IV.C.1 Gambaran Umum Skor Body Image Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek

Berdasarkan jenis kelamin subjek, gambaran umum skor body image subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Tabel 8

Gambaran umum skor body image pada model berdasarkan jenis kelamin subjek

Jenis Kelamin

Pria Wanita

Mean Stdev Mean Stdev

Body Image 135.06 7.896 132.61 9.134

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa dari hasil mean skor body image pada pria adalah 135.06 lebih besar daripada mean skor body image wanita yaitu 132.61.

IV.C.2. Gambaran Umum Skor Body Image Berdasarkan Usia Subjek

Berdasarkan usia subjek, gambaran umum skor body image subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Tabel 9

Gambaran umum skor body image pada model berdasarkan usia subjek

Usia

Remaja Dewasa awal

Mean Stdev Mean Stdev

Body Image 135.42 6.913 132.51 9.439

(46)

IV.C.3 Gambaran Skor Aspek-Aspek Body Image pada Subjek

Berdasarkan mean skor, gambaran aspek-aspek body image subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Tabel 10

Gambaran skor aspek-aspek body image pada subjek

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aspek-aspek body image pada model yang tergolong paling tinggi adalah mean skor physical attractiveness yaitu 34.8293, dan yang tergolong paling rendah adalah mean skor body image importance yaitu 8.6341.

IV.C.4. Gambaran Skor Aspek-Aspek Body Image pada Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek, gambaran skor aspek-aspek body image

subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Aspek-aspek Body Image Mean Std Deviation

Physical attractiveness 34.8293 3.0158

Body image satisfaction 23.243 2.4777

Body image importance 8.6341 1.5125

Body concealment 9.8293 1.6867

Body improvement 16.3171 2.2409

Social physique anxiety 10.1951 1.6312

(47)

Tabel 11

Gambaran skor aspek-aspek body image pada subjek berdasarkan jenis kelamin

Aspek-aspek Body Image Jenis Kelamin

Pria Wanita

Mean Stdev Mean Stdev

Physical attractiveness 35 3.184 34.65 3.019

Body image satisfaction 23 2.72 23.38 2.36

Body image importance 8.46 1.35 8.73 1.61

Body concealment 10.1 1.5 9.65 1.78

Body improvement 16.73 2.57 16.07 2.03

Social physique anxiety 10.26 1.43 10.15 1.7

Appearance comparison 28.6 2.29 26.8 3.71

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa aspek physical attractiveness dengan mean

skor tertinggi dimiliki oleh pria yaitu 35 dan mean skor terendah dimiliki oleh wanita yaitu 34.65. Pada aspek body image satisfaction dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh wanita yaitu 23.38 dan mean skor terendah dimiliki oleh pria yaitu 23. Pada aspek body image importance dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh wanita yaitu 8.73 dan mean skor terendah dimiliki oleh pria yaitu 8.46. Pada aspek body

concealment dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh pria yaitu 10.1 dan mean skor

terendah dimiliki oleh wanita yaitu 9.65. Pada aspek body improvement dengan mean

(48)

IV.C.5. Gambaran Skor Aspek-Aspek Body Image pada Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek, gambaran skor aspek-aspek body image subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Tabel 12

Gambaran skor aspek-aspek body image pada subjek berdasarkan usia Aspek-aspek Body

Image

Usia

Remaja Dewasa

Mean Stdev Mean Stdev

Physical attractiveness 34.78 3.238 34.85 2.95

Body image satisfaction 23.14 2.476 23.29 2.523

Body image importance 8.14 1.61 8.88 1.42

Body concealment 10.24 1.88 9.59 1.525

Body improvement 17.14 1.657 15.88 2.407

Social physique anxiety 10.57 1.157 10 1.818

Appearance comparison 28.28 2.554 27.11 3.66

Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa aspek physical attractiveness dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh dewasa yaitu 34.85 dan mean skor terendah dimiliki oleh remaja yaitu 34.78. Pada aspek body image satisfaction dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh dewasa yaitu 23.29 dan mean skor terendah dimiliki oleh remaja yaitu 23.14. Pada aspek body image importance dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh dewasa yaitu 8.88 dan mean skor terendah dimiliki oleh remaja yaitu 8.14. Pada aspek body concealment dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh remaja yaitu 10.24 dan mean skor terendah dimiliki oleh dewasa yaitu 9.59. Pada aspek body

improvement dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh remaja yaitu 17.14 dan mean

skor terendah dimiliki oleh dewasa yaitu 15.88. Pada aspek social physique anxiety

(49)

dimiliki oleh dewasa yaitu 10. Pada aspek appearance comparison dengan mean skor tertinggi dimiliki oleh remaja yaitu 28.28 dan mean skor terendah dimiliki oleh dewasa yaitu 27.11.

IV.C.6. Gambaran Umum Skor Body Image Berdasarkan Lama Menjalani Model

Berdasarkan lama menjalani model, gambaran skor body image subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:

Tabel 13

Gambaran skor body image pada model berdasarkan lama menjalani model Lama menjalani

Model

Mean Std. deviation

Amatir 133.4 8.822

Intermediet 131.5 10.483

Senior 136.6 5.856

(50)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

V.A. Kesimpulan

Dari hasil analisa data yang diperoleh dari data penelitian, dapat diketahui bahwa

body image pada model cenderung pada kategori sedang, yaitu tidak rendah dan tidak

tinggi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 41 orang subjek yang merupakan model, sebanyak 14 orang memiliki body image yang rendah, sebanyak 16 orang memiliki body image sedang, dan sebanyak 11 orang memiliki body image tinggi.

Selain itu,dari analisa yang dilakukan terhadap data penelitian juga diperoleh dari bahwa :

(51)

b. Model usia remaja memiliki body image lebih menonjol daripada model usia dewasa.

c. Dari keseluruhan aspek body image, aspek yang paling menonjol adalah aspek physical atttractiveness.

d. Jika ditinjau dari lama menjalani model, model senior memiliki body

image yang lebih menonjol daripada model junior dan model junior

memiliki body image yang lebih menonjol daripada model intermediet.

V.B.Diskusi

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa body image para model yang selalu dijadikan panutan lebih menonjol pada kategori sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanggarwaty (2003) bahwa model memiliki body image yang berbeda-beda. Adapun perbedaan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya pada model

di City University, London menunjukkan bahwa model memiliki harga diri rendah

(52)

Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Simalungun, Angkola, Pakpak, Nias dan Mandailing. Jadi, tiap etnis mempunyai standar kecantikan yang diterima oleh etnis masing-masing yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi body image pada model dalam penelitian ini yang dilakukan di kota Medan.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa body image pada model pria lebih menonjol daripada body image wanita. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita memandang rendah terhadap body image mereka dan sebagai akibatnya banyak wanita yang mengalami krisis kepercayaan diri (Dacey & Kenny, 2001). Hasil penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang body image daripada pria (Cash & Brown, 1989; Davison & McCabe, 2005; Demarest & Allen, 2000; Furnham & Greaves,1994; Janelli,1993; Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005).

Erikson dalam Dacey & Kenny (2001) juga menyatakan wanita memandang tubuh mereka sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain sedangkan pria lebih mengutamakan kompetensi dan kemampuan. Cash (1999) dalam hasil penelitian juga menemukan perbedaan body image pada pria dan wanita yang dikarenakan persepsi terhadap body image yang berbeda. Pria dapat menerima tubuh apa adanya walaupun masih kurang ideal, tetapi wanita sangat terobsesi dalam mengurangi berat badan sehingga timbul perasaan tidak puas.

(53)

tubuh dan perilaku untuk mengontrol berat badan sering terjadi (Mills & Alfonso, 2000). Rozin & Fallon (1988) juga menyatakan bahwa generasi yang lebih tua cenderung untuk tidak puas terhadap body image daripada generasi yang lebih muda (dalam Hubley & Quinlan, 2005).

Jika ditinjau dari lama menjalani model, model senior dapat memiliki body

image yang menonjol daripada model itermediet dan junior dapat terjadi dikarenakan

pada model senior ini sudah mempunyai nama yang baik di mata desainer (Krem, 1995). Hal ini berarti para model sudah diakui dan tidak diragukan lagi kemampuannya termasuk dalam menjaga penampilan tubuh mereka agar tetap menarik. Sedangkan untuk model junior dan intermediet masih dalam tahap beradaptasi sehingga masih perlu banyak penyesuaian penampilan terhadap keinginan para pekerja dunia fashion.

V.C. Saran

V.C.1. Saran Metodologis

Hasil penelitian ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan yang disesuaikan dengan tujuan utama penelitian yang ingin melihat body image pada model, maka berikut ini diberikan beberapa saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya antara lain:

(54)

2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pendekatan kualitatif untuk melihat lebih jauh mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi body image pada model.

3. Pada penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap body image seperti media massa atau etnisitas.

V.C.2. Saran Praktis

Di samping saran-saran yang diberikan untuk pengembangan penelitian, berikut ini juga terdapat saran-saran praktis yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para model:

1. Menjaga penampilan tubuh memang merupakan tuntutan profesi seorang model. Untuk itu, diharapkan para pekerja di dunia fashion lebih mengerti tentang body image sehingga para model tidak selalu dituntut dan dikritik untuk lebih kurus tanpa mempertimbangkan kesehatan.

2. Untuk model yang memiliki body image rendah diharapkan untuk dapat mengikuti suatu seminar tentang body image karena body image yang rendah sangat rentan dengan gangguan makan. Selain itu, model sendiri juga masih mempunyai banyak hal lain yang dapat diandalkan selain fisik, seperti kecerdasan dan yang lebih penting lagi adalah kecantikan dari dalam.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adato, Allison.(2007).Fashion Models And Eating Disorders. New York. Available FTP :

http:/proquest.umi.com/pqdweb?did=1209999571&Fmt=3&clientld=63.Tang gal akses : 28 Januari 2008

Azwar, S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. (edisi ke-2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cash,T.F & Pruzinsky,T. (2002). Body Image : A Handbook of Theory, Research and

Clinical. New York: Guilford Publications.

Chase,M.E (2001). Identity Development And Body Image Dissatisfaction Action In

College Females.University Of Wisconsin.

Dacey & Kenny. (2001). Adolescent Development (2nd ed). New York: Mc Graw

Hill

Davison,T.E. & McCabe, M.P. (2005). Adolescent Body Image and Psychosocial

Functioniong. Deakin University : Australia

Fox, Kate. (1997). A summary of research findings on body image, Motives: why we

look in the mirror. Avilable FTP : http://www.sirc.org/publik/mirror.html.

Tanggal akses : 28 Januari 2008.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi research jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset

Harrison, Kristen. (2003). Televison Viewer’s Ideal Body Proportions: The Case Of

The Curvaceously Thin Woman.Sex Roles : A Journal Of Research. Plenum

Publishing Corporation : Illinois

Kurniawi, Yeni. (2006). Citra Model Award Ajang Bergengsi Di Medan. Available FTP:

http:/www.harian-global.com/comment.php?comment.news.3091. Tanggal akses 8 November 2007

McCabe, Marita P.; Ricciardelli. (2001) Parent, peer, and media influences on body

(56)

ant) girls. Available FTP : http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-79251794.html. Tanggal akses : 28 Januari 2008.

Meyer, Dr Bjorn. & Enstrom. (2007). Crisis On The Catwalk : Fashion Models

Report Feeling Less Happy And Fulfilled Than Others, According To New

Research. London. Available FTP :

http:/www.city.ac.uk/news/archive/2007/02_february/12022001_1.html. Tanggal akses : 02 Januari 2008

Mills, J.S. & Alfonso,S.R.D. (2007). Competition And Male Body Image Increased

Drive For Muscularity Following Failure To A Female. Journal of Social and

Clinical Psychology. New York

Papalia, Olds, & Feldman. (2001). Human Development (9th ed). New York: Mc

Graw Hill

Punch, K.F. (1998). Introduction to Social Research, Quantitative and Qualitative

Approaches. British: SAGE Publication.

Sanggarwaty, Ratih. (2003). Kiat menjadi model professional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

SNAC. (1997). Why are so many people unhappy with their bodies?. University of California Los Angeles. Available FTP :

http://www.snac.ucla.edu/pages/Body_Image/Body_Image.htm. Tanggal akses : 15 Januari 2008.

Pope, Philips dan Olivardia. (2000). Media influences on body image and disordered

eating among indigenous adolescent Australians. Available FTP :

http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-131363631.html. Tanggal akses : 30 September 2007

Rinderknecht, K.& Smith, C. (2002).Body Image Perceptions Among Urban Native

American Youth. Minnesota : The North American association for the study of

Obesity.

Roberts, Lisa . (2003). Hanging By A Slender Thread: The Catwalk Can Inspire

Women To become So Malnourished They Can Slide Under A Door. Knight

Riders Tribune Business. Washington . Available FTP:

Gambar

Tabel 1 Distribusi item sebelum uji coba
Tabel 3 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 6 Hasil analisa deskriptif
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kategorisasi hipotetik data penelitian variabel body image pada subjek penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang (11%) subjek memiliki tingkat body image yang

Di dalam penelitian sebelumnya ditemukan beberapa pelatihan yang bertujuan untuk mengubah body image negatif, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wood, KA

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif, namun hasil penelitian ini

Tabel 4.8 Gambaran Body Image Dan Self-Esteem Pada Remaja Penderita Skoliosis Berdasarkan Derajat Kemiringan Skoliosis

Pada penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah persepsi body image remaja sedangkan variabel bebas terdiri dari faktor keluarga (wilayah tempat

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah belum diketahuinya gambaran kebiasaan makan, aktivitas fisik, body image, dan status gizi

Sebuah penelitian mengenai perbandingan persepsi diri dan body image atlet junior yang dilakukan oleh Daley &amp; Hunter (2001), menyatakan bahwa atlet perempuan

Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa terdapat hubungan antara body image terhadap kebiasaan makan, hubungan tersebut dapat diketahui dari prevalensi skor nilai kebiasaan makan