• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANFORMASI ETNONASIONALISME SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN CINTA TANAH AIR : Studi Kasus di Masyarakat Suku Gayo Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANFORMASI ETNONASIONALISME SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN CINTA TANAH AIR : Studi Kasus di Masyarakat Suku Gayo Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PLAGIARISME ...

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 8

1.5 Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Transformasi ... 11

2.1.1 Pengertian Transformasi ... 11

2.1.2 Transformasi Etnonasionalisme ... 13

2.2Etnonasionalisme ... 18

2.2.1 Pengertian Etnis ... 18

2.2.2Ciri-Ciri Etnis/Etnik ... 21

2.2.3Bergabungnya Etnis Kedalam Bangsa/Negara ... 24

2.2.4Pengertian Nasionalisme ... 27

2.2.5Ciri-ciri dan Bentuk Nasionalisme ... 33

2.2.6 Nasionalisme Indonesia ... 35

2.2.7 Pengertian Etnonasionalisme ... 47

2.2.8 Sebab Munculnya Etnonasionalisme ... 49

2.3 PendidikanCinta Tanah Air ... 58

2.3.1Pengertian Pendidikan ... 58

2.3.2 Pengertian Dan Indikator Cinta Tanah Air ... 61

2.3.3 Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Landasan Cinta Tanah Air ... 65

2.4 Penelitian Terdahulu ... 69

2.4.1 Perbedaan Dan Keunggulan Penelitian Ini ... 71

BAB III METODE PENELITIAN... 74

3.1 Desain Penelitian ... 74

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 75

3.1.2 Metode Penelitian... 75

3.1.3 Instrumen Penelitian... 78

3.2 Partisipan Dan Tempat Penelitian ... 79

3.2.1 Partisipan Penelitian ... 79

(2)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 84

1. Wawancara ... 84

2. Observasi ... 85

3. Dokumentasi ... 86

3.4 Teknik Analisis Data ... 88

1. Reduksi Data ... 89

2. Display Data ... 90

3. Simpulan dan Verifikasi ... 90

4. Triangulasi... 90

3.5 Isu Etik ... 91

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 93

4.1 Temuan ... 93

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 93

A. Sejarah Singkat Kabupaten Bener Meriah ... 93

B. Gambaran Wilayah Kabupaten Bener Meriah ... 95

C. Visi dan Misi ... 96

D. Pertanian Perdagangan dan industri ... 97

E. Suku dan Bahasa Gayo ... 98

F. Kebudayaan Suku Gayo ... 100

G. Asal Usul Suku Gayo ... 100

H. Sistem Pemerintahan di Daerah Gayo ... 101

4.2 Hasil Temuan ... 103

4.2.1 Proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 103

4.2.2 Upaya apa yang dilakukan masyarakat suku Gayo untuk mengatasi permasalahan serta kendala yang dihadapi dalam proses trans- formasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 110

4.2.3 Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air pada masyarakat suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah ... 117

4.2.4 Model transformasi etnonasionalisme pada masyarakat Gayo di Kabupaten Bener Meriah ... 126

4.3 Pembahasan Hasil Temuan ... 136

4.3.1 Proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 136

1. Tahap pengenalan yang terjadi di lingkungan keluarga ... 158

2. Tahap penanaman yang terjadi di lingkungan masyarakat ... 160

3. Tahap pembinaan yang terjadi di lingkungan sekolah dan pesantren ... 161

4.3.2 Upaya yang dilakukan dalam proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 168

1. Sosialisasi/Edukasi ... 172

(3)

3. Mengikutsertakan Masyarakat Secara Aktif ... 179

4. Melibatkan TokohMasyarakat ... 181

4.3.3Hambatan proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 184

1. Pendidikan ... 185

2. Tingkat Kesejahteraan ... 189

3. Globalisasi ... 193

4.3.4Model transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ... 203

1. Ceramah ... 211

2. Sosialisasi dari tokoh masyarakat ... 211

3. Kegiatan yang bermanfaat... 212

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 214

5.1 Simpulan ... 214

5.1.1 Simpulan Umum ... 214

5.1.2 Simpulan Khusus ... 215

5.2 Implikasi ... 216

5.3 Rekomendasi ... 217

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Triangulasi ... 109

Tabel 4.2 Triangulasi ... 117

Tabel 4.3 Triangulasi ... 125

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Komponen-komponen analisis data ... 89

Bagan 4.1 Proses transformasi etnonasionalisme ... 167

Bagan 4.2 Upaya transformasi etnonasionalisme ... 184

Bagan 4.3 Hambatan proses transformasi etnonasionalisme ... 203

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan aspek metode penelitian sebagai bagian dari penelitian

yang banyak berperan dalam proses pengumpulan data dan analisis data yakni: (1)

Desain Penelitian; (2) Partisipan dan Tempat Penelitian; (3) Teknik Pengumpulan

Data; (4) Teknik Analisis data.

3.1Desain Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian transformasi etnonasionalisme

sebagai landasan pendidikan cinta tanah air ini adalah pendekatan penelitian

kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan upaya kuantifikasi atau

perhitungan-perhitungan statistik. Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 1), qualitative

research adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak

dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

kuantifikasi lainnya.

Miles dan Humberman dalam Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 1)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah conducted through an intense and or

prolonged contact with a “field” or life situation, these situations are typically

“banal” or normal ones, reflective of the everyday life induviduals, groups, societies,

and organizations. Sementara itu menurut Cresswell, (2008, hlm. 4-5),

mendefinisikan penelitian merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kuantitatif ini

melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,

menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema

(8)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan penelitian kualitatif adalah

proses penelitian untuk pemahaman tentang kenyataan melalaui proses berpikir

induktif dan dapat memahami tradisi metodologi penelitian, tertentu dengan cara

menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks

bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para

informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada

penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan

data, sejak mereduksi, menyajikan dan menverifikasi dan menyimpulkan data tidak

menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan

lebih menekankan pada kajian interpretatif.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode studi kasus

menurut Yin (2014, hlm. 1) studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu

sosial. Sedangkan menurut Smith dalam Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 300) kasus

adalah suatu sistem yang terbatas (a bounded system). Sedangkan lebih lanjut Denzin

dan Lincoln berpendapat bahwa studi kasus bisa berarti proses mengkaji kasus

sekaligus hasil dari proses pengkajian tersebut. Penggunaan model studi kasus dalam

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitiannya dilakukan pada

sebuah kelompok/etnis dimasyarakat.

Menurut Cohen & Manion dalam Alwasilah (2015, hlm. 75) …is to

probe deeply and analyse intensively the multivarious phenomena that constitute the

cycle of the unit with a view to establishing generalisations about the wider

population to which that unit belongs. Maka melalui metode studi kasus penelitian

secara mendalam dan intensif dapat menganalisis bermacam-macam gejala dalam ada

dalam kehidupan populasi yang lebih luas.

Studi kasus mempunyai kelebihan dibanding studi lainnya yaitu peneliti dapat

mempelajari sasaran penelitian secara lebih mendalam dan menyeluruh. Menurut

Alwasilah (2015, hlm. 82-83) mengunggapkan ada sejumlah kelebihan dari studi

(9)

a. Peneliti bisa berfokus pada hal-hal yang subtil (subtle) dan rumit dari situasi sosial yang kompleks. peneliti bisa menjelaskan hubungan sosial antarpihak yang tidak mungkin bisa dijelaskan lewat survai. ini disebabkan studi kasus pendekatannya holistik sedangkan survei melihat persoalan secara terisolasi.

b. Peneliti bisa menggunakan berbagai cara (multiple methods) untuk mendapatkan realitas yang kompleks yang sedang diteliti.

c. Sejalan dengan kemungkinan digunakannya berbagai cara, studi kasus memungkinkan pengunaan berbagai sumber data (multiple source of data) yakni yang lazim disebut triangulation.

d. Studi kasus layak untuk meneliti fenomena yang diteliti terjadi secara alamai dan peneliti tidak memiliki kewajiban melakukan kontrol untuk merubah keadaan. Ini berbeda dengan kaji tindakan (action research). e. Studi kasus cocok untuk penelitian skala kecil tetapi memungkinkan

peneliti untuk berkosentrasi pada satu kasus topik penelitian sehingga pemahamannya mendalam. Studi kasus cocok untuk memahami proses yang terjadi, yang akan tetap tersembunyi bila hanya dilakukan lewat survei.

f. Dan menurut Densombe (1998), studi kasus bisa dipakai untuk mengetes teori (theory testing) dan membangun teori (teory building).

Berdasarkan kelebihan tersebut diharapakan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dapat mengungkap fakta-fakta, data atau informasi sebanyak mungkin

tentang tranformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air

pada masyarakat Gayo. Sesuai dengan hakikat pendekatan penelitian kualitatif,

peneliti ingin memperoleh pemahaman dengan masalah tersebut, maka aspek-aspek

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan

etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air (dalam hal ini tokoh

masyarakat, kebudayaan, agama) dan khususnya yang terkait dengan sikap, perilaku,

pemahaman, pengetahuan dan pandangan mereka tentang metode dan desain

etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air.

Ketika melakukan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa

mengetahui sejauh mana proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan

pendidikan cinta tanah air. Selain itu peneliti ingin dapat mengungkapkan perilaku

persons, pengetahuan, gagasan dan pikirannya, sebab penelitian kualitatif pada

hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada orang-orang tertentu dalam

(10)

serta menafsirkannya sesuai dengan untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam

diri orang yang unik tersebut menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai

instrumen dan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif pada umumnya

menggunakan peneliti sendiri sebagai instrumen atau manusia sebagai instrumen

utama.

Berkaitan dengan hal tersebut bahwa, hanya manusia sebagai instrumen dapat

memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami

perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.

Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran utama

sebagai alat penelitian. Menurut Lincoln dan Guba dalam Alwasilah (2015, hlm 143)

menyatakan bahwa: we believe that the human will tend, therefore, toward

interviewing, obrserving, mining availebel documents and records, taking account of

nonverbal cues, and interpreting inadvertent unobtrusive meansures. Maka manusia

sebagai seorang peneliti khususnya peneliti naturalistik memiliki keunggulan sebagai

instrumen penelitian dapat melihat, mendengar membaca merasa dan sebagainya.

Selanjutnya Alwasilah (2003, hlm. 18) menerangkan bahwa:

Penelitian kualitatif sesungguhnya merupakan istilah umum yang memayungi berbagai metode yang sangat beragam dengan menggunakan label yang beragam pula antara lain kualitatif (untuk menggambarkan sifat data), naturalistic (untuk seting penelitian), grounded research (sifat induktif penelitian), fenomenologis (pemaknaan realitas), etnografi (cara kerja dilapangan), hermeuntik (interprestasi), verstehen (cara menarik inferensi), iluminatif, participant observation.

Berdasarkan pengertian tersebut, pada rencana penelitian tesis yang hendak

peneliti lakukan ini menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus dipilih

sebagai metode dalam penelitian ini karena permasalahan yang dikaji terjadi pada

tempat dan situasi tertentu. Hal diatas sejalan dengan apa yang di kemukakan

Alwasilah, (2012, hlm. 225), yang menyatakan bahwa: Studi kasus pada umumnya

lebih menantang daripada penulis laporan ini, seperti artikel jurnal, buku ajar, artikel

koran, dan sejenisnya.

Metode studi kasus lebih menitik beratkan pada suatu kasus, adapun kasus

(11)

pendidikan cinta tanah air. Kasus tersebut dibatasi dalam suatu ruang lingkup

masyarakat suku Gayo yang berada di Kabupaten Bener Meriah. Penggunaan

pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu mengungkap

aspek-aspek yang diteliti terutama, mengetahui bagaimana metode tranformasi

etno-nasionalisme masyarakat suku Gayo sebagai landasan pendidikan cinta tanah air,

untuk mengetahui bagaimana metode atau strategi suku Gayo dalam melakukan

aktivitas mentransformasikan etnonasionalisme.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi kasus dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam

tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang

dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi di tempat tertentu (masyarakat Suku Gayo

di Kabupaten Bener Meriah). Dalam pelaksanaannya, penulis lebih banyak

menggunakan pendekatan antar personal didalam penelitian ini, artinya selama proses

penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan

orang-orang di lingkungan lokasi penelitian. Dengan demikian diharapkan peneliti

dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci

tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Selain juga

berusaha mendapatkan pandangan dari orang diluar sistem dari subjek penelitian, atau

dari pengamat, untuk menjaga obyektifitas hasil penelitian.

3.1.3Instrumen Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif pada umumnya menggunakan peneliti sendiri

sebagai instrumen atau manusia sebagai instrumen utama. Menurut Creswell (2012,

hlm. 261), mengungkapkan bahwa peneliti berperan sebagai instrumen kunci

(researcher as key istrument) atau yang utama para peneliti kualitatif mengumpulkan

sendiri data melalaui dokumentasi, observasi prilaku atau wawancara.

Peneliti memiliki kemampuan dalam meneliti dan mempersiapkan hal-hal

yang dianggap perlu dalam penelitiannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hlm.

305), mengemukakan, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kaulitas dari hasil

(12)

instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan

kualitas pengumpul data berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri.

3.2 Partisipan Dan Tempat Penelitian

3.2.1Partisipan Penelitian

Melaksanakan penelitian peneliti harus menentukan atau merumuskan subjek

dari penelitian, penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat

sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan

dengan transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air di

masyarakat suku Gayo tepatnya di Kabupaten Bener Meriah. Meskipun demikian,

pemilihan subjek penelitian tidak dimaksudkan untuk mencari persamaan yang

mengarah pada pengembangan generalisasi, melainkan untuk mencari

informasi-informasi secara rinci yang sifatnya spesifik yang memberikan data yang dibutuhkan

dalam proses penelitian.

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subjek penelitian,

yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses

(process) (Miles dan Huberman, 1992, hlm. 56-57; Alwasilah, 2003, hlm. 145-146).

Kriteria pertama: adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat

berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni di masyarakat suku Gayo,

wawancara dirumah, wawancara dikantor, wawancara formal dan informal. Kriteria

kedua: pelaku yang di maksud adalah yang berlatar pengetahuan terkait dengan

transformasi etnonasionalisme, serta banyak berpartisipasi dan melibatkan diri dalam

permasalahan tersebut. Kriteria ketiga: adalah peristiwa yang dimaksud adalah

pandangan, pendapat dan penilaian tentang etnonasionalisme dan nasionalisme di

masyarakat Suku Gayo Kabupaten Bener Meriah yang disampaikan secara individual

baik dalam pengetahuan dan evaluasi maupun dalam proses tranformasi tersebut.

Kriteria keempat: adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti dengan subjek

penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah

(13)

Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelitian kualitatif

berturut-turut menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan

mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan

dengan fokus penelitian (transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan

cinta tanah air di masyarakat Suku Gayo): sedangkan data sekunder adalah data

mengenai jumlah person dan kualifikasinya serta berkas kertas kerja yang dapat

mengungkapkan informasi, tentang transformasi etnonasionalisme sebagai landasan

pendidikan cinta tanah air.

Sesuai dengan bentuk-bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini, maka sumber-sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda, dan peristiwa.

Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data, berstatus sebagai

informan mengenai fenomena atau masalah sesuai fokus penelitian. Maka untuk

menentukan Teknik mendapatkan informan yang jelas dan berkualitas dalam

menjawab masalah-masalah penelitian ini. Menurut Alwasilah (2003, hlm. 146)

mengemukakan penelitian kualitatif menempuh probability sampling, yakni

pemilihan sampel dengan asumsi bahwa sampel itu mewakili populasinhya. maka

peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.

Purposive sampling merupakan salah satu bentuk pengambilan atau

menentukan subjek atau objek penelitian sesuai dengan tujuan dari pada penelitian itu

sendiri, dengan menggunakan pertimbangan pribadi dari peneliti sendiri sesuai

dengan topik setiap pemasalahan yang ingin dijawab. Sehingga nantinya informan

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak bias atau mengerti permasalahan yang

akan diajukan oleh peneliti. Peneliti memilih subjek atau objek sebagai unit analisis

berdasarkan kebutuhan dan mengganggap bahwa unit analisi tersebut representatif.

Sedangkan snowball sampling merupakan salah satu bentuk pengambilan

sampel yang dilakukan secara berantai, teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Maka kedua teknik inilah yang akan

digunakan oleh peneliti dalam menentukan dan mendapatkan informan yang cocok

dijadikan sebagai sumber utama dari penelitian ini. Sedangkan sumber data utama

(14)

daerah, Ketua dan anggota DPRD, tokoh agama, budaya dan masyarakat, dan ketua

atau anggota organisasi yang memiliki visi misi menguatkan semangat nasionalisme.

Adapun Pertimbangan pemilihan sumber data atau informan dilakukan

peneliti berdasarkan penjelasan sebagai berikut:

1. Tokoh Adat

Tokoh adat dipilih sebagai responden dalam penelitian ini karena peneliti

membutuhkan informasi mendalamterkait dengan kondisi masyarakat yang berada di

Kabupaten Bener Meriah. Terutama yang berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan adat istiadat dan budaya masyarakat suku Gayo itu sendiri. Tokoh adat

di daerah suku Gayo memiliki peran yang cukup banyak dan memiliki pengaruh yang

cukup besar dikalangan masyarakat sekitar, karena tokoh adat merupakan sesepuh

dan panutan di dalam masyarakat suku Gayo. adapun tokoh masyarakat yang

diwawancarai sebanyak 1 orang, masing-masing berasal dari Majelis adat Aceh atau

disingkat dengan MAA.

2. Anggota Masyarakat

Anggota masyarakat dipilih sebagai responden karena penelitian ini sangat

membutuhkan informasi atau keterangan yang mendalam mengenai keadaan rill di

masyarakat dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat

diKabupaten Bener Meriah dalam upaya mereka mentransformasikan dan

menumbuhkan semangat nasionalisme. Adapun anggota masyarakat yang akan

diwawancarai sebanyak 1 orang, pertimbangan ini di ambil karena mengingat saat

melaksanakan penelitian data yang terkumpul telah mencukupi.

3. Tokoh Agama

Tokoh agama dipilih sebagai resonden karena peneliti membutuhkan

informasi yang mendalam tentang peran dari pada agama dan tokoh agama itu

sendiri, dalam menumbuhkan nasionalisme masyarakat suku Gayo di Kabupaten

Bener Meriah. Tokoh agama sama halnya dengan tokoh adat yang mana tokoh agama

memiliki pengaruh yang cukup besar dikalangan masyarakat Gayo terlebih

masyarakat Gayo dikenal sangat religius atau taat dalam beragama. Adapun tokoh

(15)

permusyawaratan ulama yang ada di Kabupaten Bener Meriah atau disingkat dengan

MPU.

4. Tokoh Pemuda atau Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS)

Tokoh pemuda dipilih sebagai resonden karena peneliti membutuhkan

informasi yang mendalam tentang peran serta dari tokoh pemuda dan organisasi

kemasyarakatandalam proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan

pendidikan cinta tanah air dan upaya pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama

dalammenjalankan proses transformasi etnonasionalisme. Adapun tokoh pemuda

atau organisasi kemasyarakat yang akan di wawancarai berjumlah 2 orang yang akan

berasal dari organisasi kemasyarakat yang memiliki visi dan misi menguatkan serta

menumbuhkan nasionalisme masyarakat suku Gayo.

5. Tokoh Pendidikan

Tokoh pendidikan yang dipilih sebagai responden dikarenakan peneliti

membutuhkan informasi yang mendalam tentang proses penumbuhan atau

penyemaian nasionalisme pada masyarakat suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah

dan kualitas pendidikan pada masyarakat di Kabupaten Bener Meriah. Adapun tokoh

pendidikan yang akan di wawancarai berjumlah 2 orang yaitu kepala Dinas

Pendidikan dan Ketua PGRI atau Pemerhati pendidikan di Kabupaten Bener Meriah.

6. Pemerintah

Pemerintah dipilih sebagai responde dikarenakan peneliti membutuhkan

informasi yang mendalam dari pemerintah daerah Kabupaten Bener Meriah mengenai

proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air dan

sebagai penanggung jawab dalam menumbuhkan atau pembinaan nasionalisme

masyarakat Suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah dan lebih memahami kondisi rill

kondisi masyarakat. Adapun jumlah responden yang akan di wawancarai berjumlah 1

orang yaitu Wakil Bupati Kabupaten Bener Meriah.

7. Anggota DPRD

Anggota DPRD dipilih sebagai responde dikarenakan peneliti membutuhkan

informasi dari anggota DPRD tentang program dari pemerintah serta program dari

(16)

Suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah, sehingga data yang telah di dapat dari

pemerintah bisa di cross cek apakah sesuai dengan program yang diajukan ke DPRD.

adapun jumlah anggota DPRD yang akan di wawancarai berjumlah 1 orang, yaitu

ketua DPRD Kabupaten Bener Meriah.

Maka dari beberapa subjek penelitian telah dikemukakan di atas berdasarkan

kreteria yang peneliti tentukan dan sesuai dengan kondisikan keadaan masyarakat

suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah maka subjek yang akan di ambil oleh peneliti

sebagai responden penelitian ini secara keseluruhan berjumlah sebanyak 10 orang

responden, terdiri dari Tokoh pendidikan, masyarakat, Tokoh agama, Tokoh pemuda

dan organisasi masyarakat (ORMAS), Pemerintah Daerah, dan anggota DPRD. Serta

dokumen-dokumen yang dibutuhkan yang relevan dengan fokus penelitian.

3.2.2Tempat Penelitian

Sedangkan untuk Tempat pelaksanaan penelitian ini di Kabupaten Bener

Meriah Provinsi Aceh Pemilihan lokasi penelitian ini merujuk kepada pendapat

Nasution dalam Fitrayadi, (2014, hlm. 74), beliau mengemukakan bahwa “lokasi

penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dirincikan oleh adanya 3 unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi”.

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Bener Meriah. Kabupaten Bener

Meriah sendiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang didiami oleh

mayoritas suku Gayo. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Aceh Tengah Berdasarkan undang- undang No. 41 tahun 2003 tanggal 18 Desember

2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Diresmikan

oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 7 Januari 2004. Kabupaten Bener Meriah yang

beribu kota di Simpang Tiga Redelong, yang memiliki luas 1.919,69 km² terdiri dari

10 Kecamatan. Mayoritas penduduk yang mendiami wilayah ini adalah suku Gayo

dan ikuti suku Jawa, dan suku Aceh. Bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari di daerah ini adalah bahasa Gayo, bahasa Jawa dan Aceh. Selain bahasa

Indonesia.

Lokasi penelitian dalam penelitian ini, peneliti melihat klasifikasi yang

(17)

Provinsi Aceh. Dimana hampir seluruh masyarakat diwilayah ini bermata pencarian

sebagai petani, tingkat pendidikan di dalam masyarakat Gayo ini juga bervariasi,

tetapi sebagaian besar pendidikan masyarakat hanya tamatan Sekolah Menangah Atas

(SMA), agama yang di anut oleh mayoritas penduduk di daerah ini adalah agama

Islam, sosial budaya masyarakat di daerah Bener Meriah juga berbeda dengan daerah

lain yang ada di pesisir (pantai barat selatan dan timur Aceh), dan bidang

kesejahteraan sendiri daerah Bener Meriah ini belum dapat dikatagorikan sejahtera.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Tahapan-tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tahap

orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member-chek. Kegiatan yang dilakukan dalam

tahap pertama adalah pra-survei atau survei pendahuluan ke lokasi penelitian untuk

mendapatkan gambaran tentang masalah yang akan diteliti. Dalam tahap yang kedua

dilakukan pengumpulan data sesuai dengan fokus penelitian. Pengumpulan data dan

informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara dan teknik yang

berasal dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.

Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka

peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur kepada

informan penelitian ini (Bupati atau yang wakil daerah, Ketua DPRD, anggota

DPRD, tokoh agama, budaya dan masyarakat, dan ketua atau anggota organisasi yang

memiliki visi misi menguatkan semangat nasionalisme). Karena peranannya sebagai

instrumen utama dalam pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data

penelitian yang terkumpul tersebut diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk

makna interaksi antar manusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami

perasaan dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan informan penelitian.

1. Wawancara

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

(18)

menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam keidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2011, hlm. 111).

Bersandar pada klasifikasi Moleong (2013, hlm. 187), bahwa

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, wawancara pembicaraan informal. Pada wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada wawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.

Kedua, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis

wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Ketiga. Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden.

Maksud dilakukannya wawancara tersebut antara lain untuk membuat suatu

konstruksi sekarang dan di sini mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motifasi,

perasaan dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini:

Bupati atau yang wakil daerah, Ketua dan anggota DPRD, tokoh agama, budaya dan

masyarakat, dan ketua atau anggota organisasi yang memiliki visi misi menguatkan

semangat nasionalisme sebagian informan yang dipilih dikarenakan peneliti melihat

keterkaitan mereka dalam fokus penelitian ini.

Wawancara sebagai dikemukakan Moleong, (2013, hlm. 186) adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara

dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek

penelitian, antara lain tokoh adat, tokoh masyarakat, dan yang dianggap perlu dalam

penelitian ini, dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal

yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya

(19)

sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner (Sugiyono, 2013, hlm. 203).

Menurut Alwasilah (2012, hlm. 110) teknik ini memungkinkan menarik inferensi

(kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau

proses yang diamati. Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman

yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana yang digunakan langsung

(theory-in user), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat

wawancara atau survei.

Peneliti yang murni menjadi pengamat sangat memungkinkan membuat

catatan di lapangan, karena saat mengamati ia bebas membuat catatan. Namun yang

berperan lain, harus segera dicatat setelah melakukan pengamatan. Catatan berupa

laporan langkah-langkah peristiwa yang dibuat dalam bentuk kategori sewaktu

dicatat, atau dapat pula berupa catatan tentang gambaran umum yang singkat tentang

transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air. Kegiatan

observasi ini dilakukan berulang kali sampai diperoleh semua data yang diperlukan.

Pelaksanaan yang berulang ini memiliki keuntungan dimana informan yang diamati

akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga informan berperilaku apa adanya

(tidak dibuat-buat).

3. Dokumentasi

Dokumen dan catatan (dokumen dan record) merupakan sumber informasi

yang sangat berguna. Menurut Lincoln dan Guba dalam Alwasilah (2015, hlm. 140),

membedakan keduanya dengan batasan sebagai berikut:

Thus we shall use the termn “record” to mean any written or recorded

statement prepared by or for an individual or organization for the purpose of attesting to an event or providing an accunting. Examples of records would thus include airline schedules, audit reports, tax forms, government directories, brith certificates, school grade files pupils, and minutes of

meetings. The term “document” is used to denote any written or recorded material other than a record that was not prepared spcifically in response to a request from the inquirer (such as a test ar a set of interview notes). examples of documents include letters, diaries, speeches, newspaper editorials, case studies, television scripts, photographs. medical histories, epitaphs and suicide notes.

(20)

bukti-bukti tertulis yang dapat dijadikan sebagai bukti untuk kepentingan audit dan

akutansi. Seperti laporan pajak, catatan rapat dan lainnya. Sedangkan dokumen

merujuk kepada catatan selain, seperti surat, teks pidato, koran dan lain sebagainya,

yang diminta dan dipersiapkan karena permintaan dari peneliti atau penyidik.

Lebih lanjut Menurut Lincoln dan Guba dalam Basrowi dan Suwandi (2008,

hlm. 159) dokumen dan record digunakan karena beberapa alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan seperti berikut:

1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

2) Berguna sebagai bukti untuk pengujian.

3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang ilmiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. 4) Record relatif mursah dan tidak sukar untuk diperoleh, tetapi dokumen

harus dicari dan ditemukan.

5) Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari

kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggung jawaban. Untuk keperluan

penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokumen yang dipandang perlu

untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku

teks, makalah, jurnal, dokumen kurikulum, hasil penelitian, dokumen negara. Kajian

dokumen difokuskan pada aspek materi atau substansi yang ada kaitannya dengan

bagaimana proses tranformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta

tanah air di masyarakat Suku Gayo Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

Selain menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk pengumpulan

data atau informasi sesuai fokus penelitian, peneliti juga menggunakan studi

dokumentasi. Dokumen-dokumen yang dikaji peneliti adalah yang berhubungan

dengan tranformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air

dan rasa nasionalisme pada masyarakat Gayo. Ketiga teknik diatas yakni wawancara,

observasi dan studi dokumentasi adalah cara kerja yang digunakan oleh peneliti

(21)

Hal ini sejalan dengan tuntutan penelitian naturalistik-kualitatif, dimana salah

satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai instrumen. Peneliti yang berperan

sebagai intrumen terjun langsung ke lapangan, menjaring data melalui tehnik

wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan melakukan judgment selama

tahap pengumpulan data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

3.4Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono, (2013, hlm. 334)

menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and

arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you

accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present

what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain.

Penelitian ini, analisis data meliputi “bagaimana proses tranformasi

etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air pada masyarakat suku

Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh”. Kegiatannya antara lain adalah

menyusundata, memasukkannya kedalam unit-unit secara teratur, mensintesiskannya,

mencari pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang harus dipelajari, dan

memutuskan apa yang akan dikemukakan kepada orang lain. Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

Proses analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Untuk

mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa berdasarkan data atau informasi yang

terkumpul, maka harus dilakukan kegiatan-kegiatan yang identik dan sekaligus

sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang lazim dilakukan dalam

(22)

Penelitian ini pada tahap analisis data mengacu pada langkah-langkah yang

dipakai oleh Miles dan Huberman (1992, hlm. 16-20 ) bahwa analisis terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/vervikasi. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang

berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul

menyusul.

Bagan Komponen-komponen Analisis Data

(Miles dan Huberman, 1992:20)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan

data (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi) merupakan

proses siklus interaktif. Penulis harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan

itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan

reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi Data (data reduction) diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan

jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci.

Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting. Reduksi data Pengumpulan

data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

(23)

ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek

permasalahan penelitian. Dengan cara melakukan pengelompokan tersebut maka

peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit analisis data penelitiannya.

2. Display Data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan atau ditampilkan (display)

dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian.Penyajian data ini di

maksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan.

Sesuai dengan aspek-aspek penelitian ini, maka data atau informasi yang diperoleh

dari lapangan disajikan secara berturut-turut mengenai keadaan aktual lokasi

penelitian, dan tranformasi etno-nasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta

tanah air pada masyarakat suku Gayo di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman

terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif,

penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan

sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus

dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada.

Kemudian, verifikasi data juga dilakukan dengan cara memintapertimbangan dari

pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta

pertimbangan dari sumber-sumber lain, atau dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti

menarik kesimpulan akhir untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.

4. Triangulasi

Menurut Wiliam Wiersma dalam Sogiyono, (2013, hlm. 372) Triangulation is

qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the

convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Sedangkan menurut

(24)

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu.

3.5Isu Etik

Saat proses penelitian berlangsung, di Kabupaten Bener Meriah sedang

mengalami musim kemarau, sehingga memudahkan peneliti untuk berkunjung

kepusat Ibukota Kabupaten Bener Meriah, untuk mengurus surat izin penelitian ke

Kesbangpol Kabupaten Bener Meriah, setelah semua surat-surat penelitian telah

selesai maka peneliti berangkat kekantor DPRD Kabupaten. Kantor Bupati, MPU,

MAA dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah untuk mengantar surat izin

untuk melakukan penelitian.

Setelah surat izin untuk melaksanakan penelitian diproses oleh masing-masing

instansi yang terkait dengan data-data penelitian transformasi etnonasionalisme

sebagai landasan pendidikan cinta tanah air, maka pihak bagian umum

mengagendakan pertemuan peneliti dengan informan yang ingin diwawancarai oleh

peneliti. Peneliti sendiri sebelum melakukan penelitian telah mempersiapkan alat

pendukung penelitian seperti pedoman wawancara, kamera digital, dan tesis

transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air.

Peneliti saat melakukan penelitian dengan cara mewawancarai informan

mendapatkan kendala-kendala seperti susahnya bertemu dengan sebahagian informan

dikarenakan waktu yang dimiliki oleh informan sangat padat dan ada sebahagian dari

informan yang sedang berada di luar kota karena sedang berobat sehingga peneliti

harus mengganti informan untuk mendapatkan data-data yang benar-benar diperlukan

dan dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya. Setelah informan pengganti sudah

menyediakan waktu maka peneliti dapat melaksanakan wawancara, barulah peneliti

datang kembali ke kantor ataupun kerumah informan pada waktu yang sudah

ditentukan oleh informan.

hfProses wawancara berlangsung berapa lama tergantung dari waktu yang

ditentukan oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi pertanyaan dari setiap rumusan masalah

yang ingin didapatkan oleh peneliti dan kesediaan informan dalam memberikan

(25)

terbuka saat melakukan wawancara di rumah (kediaman) dan memberikan waktu

sebanyak-banyaknya kepada peneliti untuk mendapatkan data melalui wawancara.

proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan dipastikan tidak

mengganggu aktivitas informan, tidak ada tindak paksaan, dan tidak ada unsur

kekerasaan, semua sudah kesepakatan bersama. Untuk mengambil dokumentasi atau

foto lokasi dan sebagainya peneliti juga harus meminta izin, kalau tidak

diperbolehkan mengambil foto peneliti tidak akan mengambil foto, agar tidak

memberatkan salah satu pihak.

Kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat melaksanakan penelitian dapat

dianggap sangat minim, karena peneliti sendiri berasal dari masyarakat suku Gayo

sehingga dalam melaksanakan penelitian mengerti etika serta adat istiadat yang

berlaku didalam masyarakat suku Gayo dan proses wawancara kebanyakan

menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan Gayo, karena jika

menggunakan bahasa Gayo lebih terdengar sopan dan informan lebih bisa mengerti

apa sebenarnya yang ingin ditanyakan oleh peneliti.

Sesudah selesai melakukan wawancara peneliti memberikan ucapan terima

kasih kepada masing-masing informan yang telah meluangkan waktu dan telah

memberikan data-data kepada peneliti. Peneliti memberikan cendramata dan makan

siang bersama dengan informan. Dengan demikian penelitian ini dapat berlangsung

(26)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

Bab ini menguraikan tentang simpulan penelitian, implikasi penelitian, dan

rekomendasi penelitian.

5.1Simpulan

5.1.1Simpulan Khusus

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan berkaitan

dengan transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air

pada masyarakat Suku Gayo, bahwa trasformasi etnonasionalisme adalah perubahan

yang direncanakan oleh masyarakat (tokoh masyarakat) dan pemerintah daerah untuk

merubah mainset masyarakat suku gayo yang semula memiliki sifat primodialisme

dan etnosentrisme yang mengarah kepada etnonasionalisme menjadi nasionalisme

kepada Negara kesatuan republic Indonesia. Transformasi etnonasionalisme tersebut

merupakan keinginan dari segenap masyarakat suku gayo dan dalam melakukan

proses tersebut masyarakat dibantu oleh pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama

dan organisasi kemasyarakatan.

Masyarakat Indonesia yang pluralis (majemuk) harus dapat menempatkan

nasionalisme Indonesia diatas nasionalisme kesukuan. etnonasionalisme harus

diarahkan kepada prinsip kesamaan, yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD

1945. Transformasi etnonasionalisme sebagai sebuah cara atau strategi dalam

masyarakat untuk membina dan menumbuhkan nasionalisme Indonesia yang

berlandaskan cinta tanah air. Transformasi etnonasionalisme belum merupakan

strategi yang dapat dikatakan ideal, karenanya perlu dikembangkan sebagai sebuah

model. Transformasi etnonasionalisme yang ada pada masyarakat suku gayo

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta mengedepankan asas

kekeluargaan dan memperhatikan kearifan lokal masyarakat suku gayo, karena

(27)

5.1.2 Simpulan Khusus

Secara khusus, dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah

air pada masyarakat suku Gayo merupakan sebuah perubahan bentuk

primodialisme, dan etnosentrisme yang mengarah kepada etnonasionalisme.

Perasaan etnonasionalisme yang berkembang dalam masyarakat Suku Gayo

tersebut sengaja diarahkan menjadi nasionalisme melalui transformasi

etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air. Secara khusus

transformasi etnonasionalisme dilandasi oleh keinginan survive, merasa

senasib, merasa sebagai etnis, dan ingin mewujudkan tujuan yang lebih besar.

Tetapi secara umum transformasi etnonasionalisme tersebut dilandasi

kesadaran masyarakat Suku Gayo akan pentingnya keberadaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Transformasi etnonasionalisme dijalankan oleh

pemerintah, tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, proses tersebut

berlangsung dalam tiga tahapan, tahapan pertama dilingkungan keluarga,

tahapan kedua dilingkungan masyarakat dan tahapa yang terakhir

dilingkungan sekolah. Ketiga tahapan ini memiliki peran masing-masing

tetapi peran yang paling dominan terletak di lingkungan masyarakat dan

dilakukan oleh tokoh masyarakat.

2. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pada proses transformasi

etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta tanah air di masyarakat

Gayo pemerintah telah berupaya bekerjasama dengan aparat keamanan, tokoh

masyarakat yang tergabung dalam lembaga majelis permusyawaratan ulama

dan majelis adat aceh, dan organisasi kemasyarakatan dalam menghadapi

hambatan tersebut. Melalui pendidikan, pelatihan, sosialisasi, himbauan

kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki rasa cinta tanah air dan

(28)

3. Hambatan yang dihadapi dalam proses transformasi etnonasionalisme sebagai

landasan pendidikan cinta tanah air pada masyarakat Gayo adalah masih

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga berpengaruh terhadap

pemahaman masyarakat terhadap pentingnya nasionalisme, tingkat

kesejahteraan masyarakat yang masih rendah sehingga masyarakat mudah

terprovokasi dan globalisasi yang berdampak buruk terhadap nasionalisme

masyarakat gayo, khususnya nasionalisme generasi muda Gayo. Selain faktor

pendukung proses transformasi etnonasionalisme pada masyarakat suku Gayo

adalah faktor keadaan alam yang subur, faktor kepercayaan/agama dan

karakter masyarakat Gayo yang cinta damai.

4. Transformasi etnonasionalisme yang berkembang dimasyarakat Gayo

merupakan sebuah strategi yang dilakukan untuk mendorong masyarakat suku

gayo agar memiliki rasa nasionalisme. Strategi tersebut mengedepankan

pendekatan kekeluargaan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan organisasi

kemasyarakat, cara yang digunakan adalah ceramah, sosialisasi, himbauan dan

kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan karena dianggap lebih efektif dan

efesien dalam mewujudkan masyarakat suku gayo yang memiliki jiwa

nasionalisme.

5.2 Implikasi

Penelitian transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta

tanah air memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan Pendidikan

Kewarganegaraan, karena saat ini etnonasionalisme mulai mengancam kesatuan dan

persatuan bangsa Indonesia. Ditengah menguatnya arus otonomi daerah dan

globalisasi serta konteks Indonesia majemuk. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

ujung tombak pemerintah untuk membentuk warga negara yang pintar dan baik

(smart and good citizen) harus mampu mencari solusi yang tepat dalam membina

semangat nasionalisme agar etnonasionalisme yang selama ini berkembang dapat

(29)

Etnonasionalisme yang berkembang dalam masyarakat Suku Gayo di

Kabupaten Bener Meriah ternyata dapat di transformasikan menjadi landasan

pendidikan cinta tanah air, maka pengalaman, metode dan strategi yang digunakan

dalam proses transformasi tersebut dapat digunakan memperkaya kajian teori

Pendidikan Kewarganegaraan khususnya di masyarakat sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan etnonasionalisme di daerah

lain di Indonesia dan dapat diadopsi sebagai metode penanaman kembali nilai-nilai

kebangsaan, budaya dan kemanusiaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan di

sekolah. Sehingga diharapkan terwujudlah nasionalisme didalam hati sanubari setiap

warganegara Indonesia.

Nasionalisme menjadi fokus kajian penting Pendidikan Kewarganegaraan

karena warganegara yang smart and good citizen hanya akan dapat dibentuk jika

warganegara telah memiliki rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negaranya. Saat

ini metode-metode transformasi dianggap sebagai formulasi yang tepat untuk

merubah mindset warga negara yang masih memiliki bersifat primodial, etnosentris,

dan etnonasionalisme yang tinggi kearah nasionalisme pancasila dan uud yang

semula dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia.

5.3Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan beberapa hal

berkaitan dengan transformasi etnonasionalisme sebagai landasan pendidikan cinta

tanah air.Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki

kontribusi kuat terhadap pembinaan semangat nasionalisme kebangsaan

Indonesia.khususnya bagi Pemerintah daerah.

1. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Bener Meriah diharapkan dapat

melakukan evaluasi dan pengembangan model transformasi etnonasionalisme

sebagai landasan pendidikan cinta tanah air pada masyarakat suku Gayo. Hal

yang perlu untuk dievaluasi ialah metode dan teknik yang digunakan dalam

proses penyampaian sosialisasi, himbauan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang

(30)

2. Kepada organisasi kemasyarakatan sebagai mitra dari pemerintah yang

memiliki komitmen dalam meningkatkan dan pembinaan semangat

nasionalisme Indonesia agar terus melakukan pengembangan dan inovasi

terhadap model transformasi etnonasionalisme yang telah berjalan sehingga

model tersebut dapat mendekati kesempurnaan/ideal, dan terus mendukung

program-program yang dilakukan oleh pemerintah dalam pembinaan

semangat nasionalisme Indonesia.

3. Kepada masyarakat khususnya masyarakat Gayo direkomendasikan agar terus

meningkatkan kesadarannya sebagai warganegara Indonesia, memiliki

semangat nasionalisme yang tinggi dan senantiasa mendukung program

pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.

Transformasi etnonasionalisme hanya merupakan sebuah model untuk

membina semangat nasionalisme diharapkan tanpa menggunakan sebuah

model, nasionalisme masyarakat Gayo tetap tinggi dan terus menjunjung

tinggi kepentingan bangsa dan negara tanpa membeda-bedakan suku, agama

dan ras.

4. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat terus meningkatkan upaya pembinaan

semangat nasionalisme Indonesia kepada siswa melalui program-programnya.

Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan pengarahan tentang pentingnya

nasionalisme dan cinta tanah air kepada masyarakat khususnya masyarakat

pedalaman Kabupaten Bener Meriah.

5. Kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Aceh

direkomondasikan untuk lebih memperdayakan lagi program-program yang

telah ada, memberikan perhatian khusus masyarakat Gayo yang tinggal

dipedalaman Kabupaten Bener Meriah dan kepada seluruh pihak yang

memiliki komitmen meningkatkan dan membina semangat nasionalisme

Indonesia.

6. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan tersebut

direkomendasikan untuk secara spesifik mengkaji dan menelaah

(31)

daerah-daerah rawan konflik, mengembangkan strategi transformasi etnonasionalisme

pada masyarakat atau suku lainnya, mengkaji dan menelaah kelemahan

strategi transformasi etnonasionalisme serta diuji lebih jauh lagi sehingga

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alwasilah, A. Chaedar. (2012). Pokoknya kualitatif. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Alwasilah, A. Chaedar. (2003). Pokoknya kualitatif. Bandung: PT. Dunia Pustaka

Jaya.

Alwasilah, A. Chaedar. (2015). Pokoknya Studi kasus kualitatif. Bandung: PT. Kiblat

Buku Utama.

Barrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Bungin, Burhan.(2007). Penelitian kualitatif. Jakarta: PT Kencana Prenada Media

Grup.

Crerwell, W. Jhon. (2012). Research Design Pendekatan Kualitaif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cogan, (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education. Bandung: CICED.

Denzin Norman K. dan Lincoln Yvonna S. (2009). Handbook Of Qualitative

Research, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Grosby Steven. (2011). Sejarah Nasionalisme Asal Usul Bangsa dan Tanah Air,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hans, Kohn terjemahan Sumantri Mertodipuro. (1984). Nasionalisme arti dan

sejarahnya. P.T. Pembangunan dan Penerbit ERLANGGA Jakarta Anggota

IKAPI.

Harrison E. Lawrence dan Huntington P. Samuel. (2006). Kebangkitan Peran

Budaya. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Harsojo.(1988). Pengantar Antropologi. Bandung: PenerbitBinacipta

Hidayah Zulyani, (1996). Ensklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka

(33)

Ihsan, Negara Nasionalisme Dan Politik Identitas, Diskusi Buku Anthony Reid

Review. Diskusi edisi 007, Agustus 2012, Democracy Project Yayasan Abad

Demokrasi.

Ju Land, Thung dan Manan M. Azzam. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya

di Indonesia sebuah tantangan. LIPI

Kaelan, (2013).Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama Dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung: CV. Bintang Warliartika.

Kalidjernih Freddy K, (2011).Puspa Ragam, Konsep dan Isu Kewarganegaraan.

Bandung: WidyaAksara Press.

Kahin, George Mc Turnan. (2013). Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Depok:

Komunitas Bambu.

Kukathas Chandran dan Gaus F. Gerald (2013). Handbook Teori Politik. Bandung:

Nusa Media.

Latif Yudi, (2012). Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila. Jakarta: PT. Gramedia.

Latif Yudi, (2014). Mata Air keteladanan Pancasila dalam Perbuatan. Jakarta:

Mizan.

Miles B. Matthew dan Humberman A. Michael. (1992). Analisis data kualitatif.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Melalatoa, M. Yunus. (1982). Kebudayaan Gayo. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Meteray, Bernarda. (2012).Nasionalisme Ganda Orang Papua, Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara.

Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mukhlis, Paenin, (2003). Riak Di Danau Laut Tawar Kelanjutan Tradisi Dalam

Perubahan Sosial Di Gayo-Aceh Tengah: Gajah Mada University Press.

Nur’aeni, Nani dkk. (2014). Model Pembelajaran Kreatif Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Pustaka Aura Semesta.

Oommen, TK. (2009). Kewarganegaraan, Kebangsaan, dan Etnisitas. PT: Kreasi

(34)

Pandie B. W. David. (2009), Transformasi Birokrasi Menjangkau Indonesia Sehat.

Bandung. UNPAD Press.

Poespowardojo Soerjanto dan Parera M. Frans. (1994). Pendidikan Wawasan

Kebangsaan Tantangan dan Dinamika Perjuangan Kaum Cendikiawan

Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.

Ritzer Geoger dan Smart Barry (2012).Handbook Teori Sosial. Bandung: Penerbit

Nusa Media.

Sapriya, dkk. (2011).Konsep dasar PKn. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press.

Sanjayawina,(2010).Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jakarta: Prenada Media Group.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. (2012). Otonomi Daerah, Etnonasionalisme dan

Masa Depan Indonesia.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Simanjuntak Bungaran Antonius. (2014). Korelasi kebudayaan dan pendidikan.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Simatupang, Maurits (2002). Budaya Indonesia yang Supraetnis, Jakarta: Penerbit

Papas Sinar Sinanti.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan RND. Bandung:

Alfabeta.

Somantri N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah Sirikit dan Martadi. (2012), Rekontruksi Pendidikan; Kumpulan Pemikiran

Tentang Perlunya Merekontruksi Pendidikan di Indonesia. Surabaya: UNESA

University Press.

Sztompka Piotr, (2011). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Prenada Media

Group.

Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Wahab, A.A. (2007). “Pendidikan Kewarganegaraan”. dalam Ali, Mohammad dan

(35)

Wahab Abdul Azis Dan Sapriya. (2011), Teori Dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan Bandung, CV. ALFABETA

Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.

Winataputra & Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan SPs UPI.

Yaqin, M. Ainul. (2005). Pendidikan multicultural. Yogyakarta: Nuansa Aksara

Yin Robert K. (2014). Studi kasus desain & metode, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Jurnal, Tesis, dan Disertasi

Abdullah, Irwan (2002). Tantangan Pembangunan Ekonomi Dan Transformasi

Sosial: Suatu Pendekatan Budaya. Humaniora VOLUME XIV No. 3/2002

Allen, J. (1960). “The Role of Ninth Grade Civics in Citizenship Education”. The High School Journal. 44,(3),106-111.

Caturiasari, Jennyta. (2013). Pembinaan karakter melalui seni tradisional untuk

menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa.

Converse, Daniele. (2000). Conseptualizing nationalsm an introduction to walker connor’s work.

Dewi, Ita Mutiar. (2008). Nasionalisme dan kebangkitan dalam teropong. Mozaik

Vol. 3 :juli 2008.

Djariyo, Bayu Iqbal Setiaji, (2014), Pendekatan Multikultural Terhadap Pendidikan

Cinta Tanah Air Pada Pembelajaran Siswa Sd Kelas Iv Di Kecamatan

Purwanegara Univeritas PGRI Semarang, Volume 4 No. 2 Desember 2014.

Erawan, Nindy Victoria.(2014). Penerapan model pembelajaran tandur berbasis

kearifan lokal pada mata pelajaran pkn untuk menumbuhkan karakter cinta

(36)

Erawati, Desi. (2011). Pengembangan model sosialisasi nilai kebersamaan sebagai

upaya menanggulangi konflik antarumat beragama dalam kehidupan

bermasyarakat.

Firmansyah, Syarif. (2013). Tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk

membangun karakter warganegara pada masyarakat perbatasan.

Fitrayadi, Dinar Sugianto. (2010). Peran pendidikan kewarganegaraan dalam

mengembangkan karakter tanggung jawab peserta didik di era globalisasi.

Herniwati, (2011). Menanamkan Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Jurnal Kependidikan Triadic, April 2011, Volume 14, No. 1.

Hendrawan, Jajang Hendar. (2013). Transformasi nilai-nilai kepemimpinan sunda

melalui pendidikan ilmu pengetahuan sosial.

Isiksal, Huseyin. (2002). Two perspectives on the relationship of ethnicity to

nationalism: comparing gellner and smith. Alternatives: turkish journal of

international relations, vol. 1, no. 1 spring 2002.

Kuntadi, Iwa. (2010). Pengembangan model pembelajaran praksis dengan aplikasi

jobsheet terpadu untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK

Mardawani. (2010). Pembinaan semangat nasionalisme Indonesia dalam

menghadapi tantangan kosmopolitanisme dan etnisitas melalaui

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Munawar, Anwar (2013). Warisan Politik Dan Dinamika Politik Indonesia Kekinian

Jurnal Online WESTPHALIA, VOL.12, NO.1 (Januari-Juni 2013)

Metumara, Moses Duruji. (2010). Democracy and the challenge of ethno-nationalisme in nigeria’s fourth republic: interrogating instutional machnics. Jurnal of peace, confilict and development.

Murod, Abdul Choliq, (2011). Nasionalisme Dalam Pespektif Islam. Jurnal Sejarah

CITRA LEKHA, Vol. XVI, No. 2 Agustus 2011: 45-58.

(37)

Rahmat, Pupu Saeful. (2013). Transformasi nilai-nilai budaya bisnis pada pengusaha

etniscina keturunan di kabupaten kuningan.

Rosita, M. Japar dan Dwi Afrimetty Timoera,(2013). Hubungan Pemahaman Bela

Negara Dengan Nasionalisme Siswa Di Smp Negeri 03 Tambun Selatan

Bekasi. Jurnal PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013.

Riyanto, Astim (2010) Law And Order Dalam Perspektif Hukum Konstitusi. Jurnal

Sekretariat Negara RI No. 16 Mei 2010.

Suhaida, Dada. (2010). Orientasi politik masyarakat etnis tionghoa kota Pontianak

dalam penguatan komitmen kebangsaan.

Tippe, Syarifudin.(2013) Implementasi Kebijakan Bela Negara Di Perbatasan: Studi

Kasus Di Provinsi Papua Jurnal Sosioteknologi Edisi 29 Tahun 12, Agustus

2013.

Uduma, Oji Uduma. (2013). The challenges of ethnonationalism for the nigerian

state, journal of african studies and development. Vol. 5 (3), pp. 33-40, July

2013.

Widodo Suwarno, Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme,

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011.

Yuliatin Lina, (2013). Upaya Penanaman Rasa Cinta Tanah Air Pada Para Santri Di

Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah, Kabupaten Jombang Universitas

Negeri Malang jurnal-online.um.ac. Fakultas Ilmu Sosial UM,

Yunus, Rasid. (2013). Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya

pembangunan karakter bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 14 No. 1

April 2013.

Zaeny A. (2005), Transformasi Sosial Dan Gerakan Islam Di Indonesia. Komunitas

Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Volume 1, Nomor 2, Juni 2005.

Internet

http:///E:/DanielDhakidaeIndonesiaDalamAncamanEtnonasionalismeANTARANews

.htm

(38)

http://koran.tempo.co/konten/2005/12/02/57067/Nasionalisme-Warga-Aceh-Menurun

Referensi

Dokumen terkait

Moreover, our adjusted tests are designed for locally misspeci " ed alternatives close to q " o " 0.0, and the main objective of our Monte Carlo study is to investigate

Pengaruh Metode Permainan Tebak Kata Terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab Universita Pendidikan Indonesia |repositori.upi.edu..

[r]

Akan tetapi kelebihan yang paling utama adalah permainan-permainan ini disediakan berdasarkan sub-subtopik dalam tajuk Geometri Pepejal (Solid geometry) Matematik tingkatan

Matlamat program berfokus kepada peningkatan prestasi guru dari aspek sahsiah, rohani dan emosi supaya dapat melaksanakan tugas sebagai guru dengan komitmen yang tinggi dan

Berdasarkan hasil informasi yang didapat dari guru matematika kelas VII di SMP Luhur Baladika pada 12 November 2019, Bahwa salah satu materi yang dirasa sulit untuk

Jalan Lamunti-Penda Ketapi merupakan jalan alternatif yang sering digunakan untuk bepergian menuju Kecamatan Mantang dari Kota Kuala Kapuas begitu juga sebaliknya dikarenakan

2) Alat perbaikan faktor daya beban rumah tangga dengan menggunakan switching kapasitor dan induktor yang dirancang dan dibuat pada penelitian ini, mampu