• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

No: 483/SKRIPSI/PSI/FIP-UPI.01.2015

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA

MUSLIM PSIKOLOGI UPI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

Fathimah Prajna Iswari 1006517

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

No: 483/SKRIPSI/PSI/FIP-UPI.01.2015

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN

RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA

MUSLIM PSIKOLOGI UPI

Oleh:

Fathimah Prajna Iswari

Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fathimah Prajna Iswari

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian……… 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kesiapan Menikah ... 7

B. Religiusitas ... 15

C. Persepsi Parental Attachment ... 19

D. Kerangka Berpikir ... 27

E. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31

B. Desain Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 34

F. Kategorisasi Skor ... 39

(6)

Halaman

H. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Kategori Skor Persepsi Parental Attachment ... 35

3.2 Kategori Dimensi-dimensi Persepsi Parental Attachment ... 35

3.3 Kategori Skor Religiusitas ... 36

3.4 Kategori Skor Dimensi Religiusitas ... 37

3.5 Kategori Skor Kesiapan Menikah ... 38

3.6 Kategori Skor Dimensi Kesiapan Menikah... 39

3.7 Koefisien Reliabilitas Guilford ... 42

3.8 Koefisien Korelasi Guilford ... 43

4.1 Gambaran Tingkat Persepsi Parental Attachment ... 44

4.2 Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi Persepsi Parental Attachment ... 46

4.3 Gambaran Tingkat Religiusitas ... 49

4.4 Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi Religiusitas ... 51

4.5 Gambaran Tingkat Kesiapan Menikah... 54

4.6 Gambaran Rata-rata Kesiapan Menikah Mahasiswa Psikologi UPI ... 54

4.7 Gambaran Tingkat Dimensi-Dimensi Kesiapan Menikah ... 56

4.8 Hubungan Antara Persepsi Parental Attachment dengan Kesiapan Menikah ... 58

4.9 Hubungan Antara Religiusitas dengan Kesiapan Menikah ... 60

4.10 Hubungan antara Persepsi Parental Attachment danReligiusitas dengan Kesiapan Menikah ... 61

(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ... 29

4.1 Gambaran Persepsi Parental Attachment... 48

4.2 Gambaran Dimensi Persepsi Parental Attachment ... 50

4.3 Gambaran Gambaran Religiusitas... 52

4.4 Gambaran Dimensi Religiusitas ... 55

4.5 Gambaran Kesiapan Menikah Mahasiswa Psikologi UPI ... 57

4.6 Gambaran Rata-rata Kesiapan Menikah Mahasiswa Psikologi UPI .... 58

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Gambaran Karakteristik Responden ... L-1

2. Lampiran Data Mentah Uji Coba ... L-2

3. Lampiran Hasil Analisis Uji Data ... L-3

4. Lampiran Pra-Peneltian ... L-4

5. Lampiran Surat-Surat ... L-5

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki

masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal

adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis dan

terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Dua kriteria yang

diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari masa

dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat

keputusan (Santrock, 2002). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Peterson

(1966), yang mengatakan bahwa masa dewasa awal memiliki karakteristik

pengembangan karir dan cinta. Dalam hal ini, salah satunya adalah

merencanakan pernikahan (Peterson, 1996). Selain itu membangun

pernikahan merupakan tugas perkembangan individu yang memasuki masa

dewasa awal (Hurlock, 1980).

Pernikahan menurut Negara Republik Indonesia sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-undang tentang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa (UU RI, 1974). Menurut Silalahi (2010), individu yang akan

menikah tentunya harus memikirkan mengenai kesiapannya dalam

mengarungi kehidupan rumah tangga, baik kesiapan pribadi, kematangan

emosi, visi dan misi keluarga, konsep keluarga yang akan dibangun, konsep

peran, konsep hubungan dengan keluarga besar, dan hal lainnya. Ketika

pasangan menikah, maka bukan saja individu yang bersatu, namun juga

(11)

2

Sebelum melakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan studi

pendahuluan, yakni membuat kuesioner terbuka dan menyebarkannya pada

mahasiswa Departemen Psikologi UPI. Dari hasil kuesioner yang diisi oleh 76

responden pada Bulan Agustus, 2014, didapati bahwa 61 orang menyatakan

dirinya belum siap untuk menikah, 11 orang menyatakan dirinya siap untuk

menikah, dan 4 orang menyatakan bahwa dirinya ragu untuk mengambil

keputusan menikah. Subjek yang menyatakan dirinya tidak siap memiliki

beberapa alasan diantaranya masalah finansial, kematangan mental,

ketersediaan pasangan, ingin mengejar karir dan pendidikan, agama, serta

keluarga, sedangkan subjek yang menyatakan dirinya siap menikah memiliki

alasan lebih baik menikah daripada pacaran yang akan berujung pada zina,

faktor agama, kesiapan mental, kesediaan pasangan, dan dorongan orang tua

(Iswari, 2014).

Dari hasil pra-penelitian tersebut, agama dan keluarga, dalam hal ini

orang tua memiliki peranan dalam menyebabkan mahasiswa siap menikah

atau tidak (Iswari, 2014). Hal ini sejalan dengan pendapat Li (2014), yakni

sikap terhadap pernikahan sangat bergantung pada lingkungan orang tua atau

keluarga. Pada individu dengan orang tua yang memiliki konflik, mengalami

perceraian, atau mengalami konflik pasca-perceraian akan mengekspresikan

sikap yang negatif terhadap pernikahan. Perkembangan karakteristik

individual dapat memprediksi tahap-tahap perkembangan. Dalam hal social

expectation, kesiapan untuk menikah adalah prediktor yang penting dalam

transisi.

Menurut Zimberof dan Hartman (2002) salah satu yang berhubungan

dengan kesiapan menikah adalah Attachment. Attachment antara orang tua dan

anak merupakan hal yang esensial untuk kesehatan hidup manusia dan

pertumbuhannya. Attachment biasanya mengacu pada ikatan yang dialami

anak terhadap orang tua, dimana anak juga berpartisipasi dan berinisiatif yang

(12)

3

lingkungannya. Attachment dikonsepkan sebagai hubungan afektif antara dua

individu yang memberikan mereka pondasi emosional yang kuat untuk

berinteraksi dengan dunia. Karakteristik dari tipe hubungan yang lekat adalah

adanya dukungan, kepercayaan, kepedulian, dan penerimaan. Ikatan ini

dipercaya akan menjadi pondasi untuk hubungan di masa depan dan menjadi

pandangan paradigma individu mengenai diri mereka sendiri dan orang lain.

(Hollist dan Miller, 2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Mosko & Pistole (2010) menjelaskan

bahwa adanya pengaruh yang positif antara low avoidance attachment dan

low anxiety attachment pada kesiapan untuk menikah. Karakteristik

hubungan romantis salah satunya adalah adanya attachment bonding (ikatan

kelekatan). Penelitian mengindikasikan bahwa secure attachment memiliki

sifat kepercayaan, keramahan, dan hubungan yang lebih positif. Pendapat lain

dari Hazan dan Shaver (1987 dalam Bartholomew dan Horowitz 1991)

membandingkan orang yang masuk ke dalam secure group, dan dua insecure

group yaitu anxiety dan avoidance. Insecure group akan melaporkan lebih

banyak pengalaman negatif, kepercayaan mengenai cinta, memiliki cerita

yang lebih pendek mengenai hubungan romantis, dan menyajikan deskripsi

yang lebih sedikit tentang masa kanak-kanak dengan orang tuanya daripada

orang yang masuk ke dalam securegroup. Orang yang masuk ke dalam dua

insecure group melaporkan bahwa mereka lebih ragu mengambil keputusan

dan merasa tidak diterima oleh orang lain. Selain itu, orang dewasa yang

masuk katagori insecure group diidentifikasi sebagai orang yang menyangkal

stress negatif dirinya, memainkan lebih sedikit kebutuhan penting mengenai

attachment dan merasa tidak nyaman ketika mereka dekat dengan orang lain.

Selain attachment, di dalam studi yang dilakukan oleh Mosko dan

Pistole (2010), menyatakan bahwa nilai-nilai religius secara relevan

mempengaruhi keyakinan dalam pernikahan. Aspek religiusitas berhubungan

(13)

4

prediktor dari kesiapan menikah. Religiusitas dapat menjadi sumber motivasi

intrisik yang berpengaruh pada sikap dan perilaku. Agama adalah sesuatu

yang penting, unik, dan merupakan sistem pemberian makna dalam sudut

pandang individu. Hal tersebut mempengaruhi kesiapan menikah (Mosko dan

Pistole, 2010).

Hasil penelitian dari (Gunnels, 2013), faktor religiusitas secara

signifikan berkorelasi positif dengan kesiapan menikah pada mahasiswa.

Seperti yang diketahui salah satu faktor yang menghambat pernikahan saat

masa dewasa awal adalah religiusitas yang dirasa belum baik. Religiusitas

juga berhubungan dengan beberapa faktor dari kesejahteraan (well-being),

termasuk kesehatan fisik, penyesuaian diri, dan lower sexual risk-taking.

Lower sexual risk-taking adalah salah satu norma dalam kesiapan menikah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Pratiwi (2013), menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kesiapan

perkawinan pada mahasiswa. Menurut Waruwu (2003, dalam Fernandez

2009), seseorang dengan religiusitas yang baik juga mampu menyelaraskan

hubungan interpersonalnya dengan baik dan memiliki tanggung jawab atas

dirinya, serta memiliki tujuan hidup. Orang yang religius menjadikan agama

sebagai kontrol bagi perilakunya (Fernandez 2009).

Walaupun dari penelitian Mosko & Pistole (2010), serta Gunnels

(2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi parental

attachment dan religiusitas dengan kesiapan menikah, namun penelitian

tersebut memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya hasil penelitian tersebut

tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lain, sehingga untuk

digunakan pada populasi lain harus dilakukan pengujian ulang. Selain itu,

hasil penelitian Gunnels (2013) juga bukan merupakan penelitian yang

komprehensif dan dilakukan hanya di Mississippi, USA, dan hasil tersebut

bisa dipengaruhi dengan kepercayaan dan latar belakang responden. Sama

(14)

5

penelitiannya tersebut dipengaruhi oleh pandangan regional dan social

desirability yang mempengaruhi hasil penelitian.

Dari hal-hal yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik

untuk meneliti: “Hubungan Antara Persepsi Parental Attachment dan Religiusitas dengan Kesiapan Menikah pada Mahasiswa Psikologi UPI.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka masalah

penelitian dalam penelitian ini adalah individu yang akan menikah seharusnya

memiliki kesiapan untuk menikah, baik kesiapan pribadi maupun kesiapan

lainnya. Menurut Zimberof dan Hartman (2002) salah satu faktor yang

mempengaruhi kesiapan menikah adalah Attachment. Attachment yang

berkembang antara bayi dan pengasuhnya, khususnya ibu merupakan kunci

yang menentukan pertumbuhan bayi, yang berkembang menjadi kemampuan

individu untuk memiliki hubungan yang berkualitas baik pada saat dewasa

dengan pasangannya. Selain itu, menurut Mosko dan Pistole (2010),

menyatakan bahwa nilai-nilai religius secara relevan mempengaruhi

keyakinan dalam pernikahan. Aspek religiusitas berhubungan dengan

pengelolaan stress dalam suatu hubungan, dan merupakan salah satu prediktor

dari kesiapan menikah.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian yang telah

dipaparkan, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi parental attachment dengan

kesiapan menikah pada mahasiswa muslim Psikologi UPI?

2. Apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan kesiapan menikah

(15)

6

3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi parental attachment dan

religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa muslim psikologi

UPI?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara parental attachment

dengan kesiapan menikah.

2. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara religiusitas dengan

kesiapan menikah.

3. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara parental attachment

dan religiusitas dengan kesiapan menikah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi jurusan psikologi

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan sebagai sarana

pengembangan pengetahuan yang bersifat keilmuan psikologi, yang

berkaitan dengan persepsi parental attachment, religiusitas, dan kesiapan

menikah.

2. Bagi Masyarakat

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kepada

masyarakat mengenai kesiapan menikah. Selain itu, untuk mengetahui

hubungan antara religiusitas, attachment dengan kesiapan menikah yang

(16)

7

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi Masalah Penelitian

C. Rumusan Masalah Penelitian

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kesiapan Menikah

B. Parental Attachment

C. Religiusitas

D. Kerangka Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi Sampel

B. Desain Penelitian

C.Metode Penelitian

D.Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen

G.Teknik Pengumpulan Data

H.Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian,

desain penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, katagorisasi

skala, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, pengumpulan data, validitas

dan reliabilitas skala, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data.

A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan

Indonesia. Alasan dipilihnya lokasi ini dikarenakan peneliti yang memiliki

ketertarikan untuk meneliti kesiapan menikah pada populasi ini dan studi

pendahuluan yang dilakukan dengan mengumpulkan kuesioner terbuka kepada

mahasiswa Psikologi UPI.

2. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini merupakan mahasiswa Psikologi UPI dari angkatan

2010-2014 yang termasuk ke dalam masa perkembangan dewasa awal. Masa

perkembangan dewasa awal menurut Hurlock (1980) adalah individu yang berumur

18-40 tahun, sehingga subjek penelitian ini berumur 18-23 tahun. Selain itu, subjek

dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang beragama Islam dan belum menikah.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Riduwan dan Akdon (2008) adalah objek atau subjek yang

memiliki karakteristik tertentu dan berasal dari wilayah generalisasi yang ditetapkan

oleh peneliti untuk ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah wakil atau sebagian

dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah sumber data yang diambil dan

dapat mewakili dari sebagian populasi (Riduwan dan Akdon, 2008).

Berdasarkan data, jumlah seluruh mahasiswa Psikologi sebanyak 417 orang,

(18)

32

sebanyak 73 orang, 2013 sebanyak 75 orang, dan 2014 sebanyak 79 orang. Teknik

penentuan sampel pada penelitian ini adalah teknik probability sampling dengan

random sampling. Teknik ini dipilih karena jumlah populasi diketahui dan tidak ada

perbedaan karakteristik antara setiap angkatan. Untuk menentukan ukuran sampel,

peneliti memilih 50% dari jumlah populasi, sehingga sampel harus berjumlah

minimal 208 orang.

Pertimbangan memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) sampel penelitian

merupakan mahasiswa Psikologi UPI, (2) berjenis kelamin laki-laki atau perempuan,

(3) berusia 18-25 tahun, (4) belum menikah, dan (5) beragama Islam. Alasan

pertimbangan tersebut adalah sesuai dengan karakteristik sampel yang memasuki

tugas perkembangan dewasa awal, yaitu individu mulai mengembangkan tentang

cinta dan karir. Ketika berbicara tentang cinta, kita juga akan membicarakan tentang

hubungan orang tua, persahabatan, dan akhirnya cinta pada pasangan yang berujung

pernikahan (Peterson, 1996).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional kuantitatif yang

berusaha untuk menyelidiki hubungan antara persepsi parental attachment dan

religiusitas dengan kesiapan menikah. Alasan digunakannya desain penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel independen dan

dependen, derajat dari hubungan antar variabel, dan bagaimana hubungan antar

variabel tersebut (Heppner et all, 2008).

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional. Penelitian koresional adalah penelitian yang akan melihat hubungan

antara variable dengan variable lain (Zuriah, 2006). Metode korelasional dalam

(19)

33

attachment dan religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa muslim

Psikologi UPI.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai (Zuriah, 2006).

Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu persepsi parental

attachment dan religiusitas sebagai variabel independen atau variabel bebas, dan

kesiapan menikah sebagai variabel dependen atau terikat.

2. Definisi Operasional

a.Persepsi Parental Attachment

Secara konseptual parental attachment adalah ikatan emosional yang dialami

oleh seseorang yang dirasakan sebagai sumber keamanan yang menyediakan

keamanan dasar untuk mengekplorasi lingkungan (Bowlby, 1973).

Secara operasional, persepsi parental attachment dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai persepsi mahasiswa muslim Psikologi UPI mengenai hubungan

afektif yang ia jalani dengan figur attachmentnya yang memberikannya pondasi

emosional yang kuat, dan perasaan aman untuk berinteraksi dengan dunia, hal

tersebut diukur dengan 3 aspek, yaitu affective quality of relationship, parents as

facilitators of independence, dan parents as source of support.

b. Religiusitas

Secara konseptual, religiusitas adalah rasa keagamaan, pengalaman

ketuhanan, keimanan, sikap, tingkah laku keagamaan yang terorganisir dalam sistem

mental dan kepribadian individu (Ahyadi, 1991 dalam Octarina dan Anshori, 2008).

Secara operasional, religiusitas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

sejauh mana mahasiswa muslim Psikologi UPI percaya, memandang hal -hal yang

terjadi sehari-hari berdasarkan sudut pandang agama dan menerapkan keyakinan

agamanya pada kehidupan sehari -hari. Hal ini diukur dari aspek Intelektualitas,

(20)

34

c. Kesiapan Menikah

Secara konseptual, kesiapan menikah adalah ukuran subjektif individu

mengenai bagaimana persiapannya dirasa baik atau tidak untuk mengisi peran dasar

dan tanggung jawab pernikahan (DeLap, 2000).

Secara operasional, kesiapan menikah dalam penelitian ini adalah persepsi

mahasiswa muslim Psikologi UPI yang memiliki keterampilan dan sumber daya

untuk mampu menyatukan dan mengorganisasikan banyak aspek dari kehidupan dan

mampu mengambil tanggung jawab dari kehidupan pernikahan. Hal tersebut dapat di

ukur dari kematangan pribadi untuk menikah (personal readiness for marriage) dan

kesiapan mendalam (circumstantial readiness). Kematangan pribadi untuk menikah

memiliki dimensi kematangan emosional, mengidentifikasi diri, cukup usia menikah,

kematangan sosial, kesehatan emosional, dan model pernikahan. Sedangkan kesiapan

mendalam dipengaruhi aspek sumber daya finansial, dan sumber daya waktu.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tiga instrumen yang digunakan, yaitu skala

kesiapan menikah, Parental Attachment Questionairre (PAQ), dan skala religiusitas.

1. Persepsi Parental Attachment

Persepsi Parental Attachment diukur dengan instrumen hasil adaptasi dari

Parental Attachment Questionairre (PAQ) yang dibuat oleh Kenny pada tahun 1994

(dalam Madigan, 2008). PAQ mengukur persepsi keadaan orang tua, pemahaman,

penerimaan, penghormatan terhadap otonomi, interaksi antara mahasiswa dan orang

tua, pencarian bantuan ketika mahasiswa berada dalam situasi stress, kepuasan

terhadap orang tua mereka, bagaimana orang tua membantu perkembangan mereka,

dan pemberian dukungan emosional oleh orang tua. Instrumen ini menggambarkan

dimensi: (a) Affective Quality of Attachment, (b) Parental Fostering of Autonomy,

dan (c) Parental Role in Providing Emotional Support yang tersebar dalam 45 item

pernyataan. Reliabilitas instrumen ini sebesar 0,958, yang berarti sangat reliabel.

(21)

35

pernah”, poin 2 yang berarti “jarang”, poin 3 yang berarti “seringkali”, dan poin 4 yang berarti “selalu”. Skor total subjek menunjukkan persepsi parental attachment

subjek. Berdasarkan skor total tersebut, kemudian subjek dikategorisasikan

menggunakan norma kelompok dengan kriteria kategorisasi seperti pada tabel 3.1 di

bawah ini:

Tabel 3.1

Kategori Skor Persepsi Parental Attachment

Kategori Sumber Perhitungan Norma Persepsi Parental Attachment

Sangat tinggi X > μ + 1.5σ X > 134

Tinggi μ + 0.5σ < X ≤ μ + 1.5σ 118 < X ≤ 134

Sedang μ - 0.5σ < X ≤ μ + 0.5σ 101 < X ≤ 118

Rendah μ - 1.5σ < X ≤μ - 0.5σ 84 < X ≤ 101

Sangat rendah X ≤μ - 1.5σ X ≤ 84

Selain itu, dibuat pula norma dari setiap dimensi persepsi parental attachment

berdasarkan norma kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

persepsi parental attachment pada masing-masing dimensi, yang dijelaskan pada

tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Kategori Dimensi-dimensi Persepsi Parental Attachment

Variabel Dimensi Norma Kategori

Persepsi Parental Attachment Affective Quality of Attachment

X > 84 Sangat tinggi

71 < X ≤ 84 Tinggi

59 < X ≤ 71 Sedang

46 < X ≤ 59 Rendah

X ≤ 46 Sangat rendah

Parental Fostering of

Autonomy

X > 30 Sangat tinggi

27 < X ≤ 30 Tinggi

24 < X ≤ 27 Sedang

20 < X ≤ 24 Rendah

X ≤ 20 Sangat rendah

Parental Role in Providing

Emotional Support

X > 19 Sangat tinggi

17 < X ≤ 19 Tinggi

15 < X ≤ 17 Sedang

13 < X ≤ 15 Rendah

(22)

36

2. Pengukuran Religiusitas

Variabel religiusitas dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan

instrumen CSR (Centrality of Religiousity Scale) yang disusun oleh Stefan Huber dan

Odilo W. Huber pada tahun 2012, yang telah dialih bahasakan ke dalam Bahasa

Indonesia oleh peneliti dan dinilai oleh ahli Bahasa Inggris, yaitu Dr. Doddy

Rusmono., M.List. Instrumen ini menggambarkan dimensi: (a) public practice, (b)

private practice, (c) religios experience, (d) ideology, dan (e) intelectual, yang

berfokus pada religiusitas pada agama Islam. Instrumen ini berisi 14 item. Setiap item

direpresentasikan dengan Skala Likert dimana poin 1 berarti “tidak pernah”, poin 2

berarti “jarang”, poin 3 berarti “seringkali”, dan poin 4 yang berarti “selalu”. Dari perhitungan reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha didapatkan hasil bahwa

koefisien reliabilitas sebesar 0.832 yang berarti bahwa instrumen tersebut reliabel.

Skor total subjek menunjukkan religiusitas subjek. Berdasarkan skor total tersebut,

kemudian subjek dikategorisasikan menggunakan norma kelompok dengan kriteria

kategorisasi seperti pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Kategori Skor Religiusitas

Kategori Sumber Perhitungan Norma Religiusitas

Sangat tinggi X > μ + 1.5σ X > 49

Tinggi μ + 0.5σ < X ≤ μ + 1.5σ 45 < X ≤ 49

Sedang μ - 0.5σ < X ≤μ + 0.5σ 40 < X ≤ 45

Rendah μ - 1.5σ < X ≤μ - 0.5σ 36 < X ≤ 40

Sangat rendah X ≤μ - 1.5σ X ≤ 36

Selain itu, dibuat pula norma dari setiap dimensi religiusitas, berdasarkan

norma kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat religiusitas pada

(23)

37

Tabel 3.4

Kategori Skor Dimensi Religiusitas

Variabel Dimensi Norma Kategori

Religiusitas Intelectual

X > 8 Sangat tinggi

7 < X ≤ 8 Tinggi

6 < X ≤ 7 Sedang

4 < X ≤ 6 Rendah

X ≤ 4 Sangat rendah

Ideology

X > 13 Sangat tinggi

11 < X ≤ 13 Tinggi

8 < X ≤ 11 Sedang

6 < X ≤ 8 Rendah

X ≤ 6 Sangat rendah

Public Practice

X > 12 Sangat tinggi

10 < X ≤ 12 Tinggi

7 < X ≤ 10 Sedang

5 < X ≤ 7 Rendah

X ≤ 5 Sangat rendah

Private practice

X > 10 Sangat tinggi

9 < X ≤ 10 Tinggi

7 < X ≤ 9 Sedang

6 < X ≤ 7 Rendah

X ≤ 6 Sangat rendah

Experience

X > 13 Sangat tinggi

11 < X ≤ 13 Tinggi

9 < X ≤ 11 Sedang

7 < X ≤ 9 Rendah

(24)

38

3. Pengukuran Kesiapan Menikah

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesiapan menikah dibuat sendiri

oleh peneliti yang berasal dari teori Bob & Blood (1976), yang kemudian dibuat

kuesioner untuk ditujukan kepada mahasiswa Psikologi UPI. Skala ini terdiri dari dua

dimensi, yaitu dimensi personal readiness for marriage dan circumstantial readiness

yang tersebar dalam 28 item. Reliabilitas instrumen ini sebesar 0,875, yang berarti

reliabel. Setiap item direpresentasikan dengan Skala Likert dimana poin 1 berarti

“sangat tidak sesuai”, poin 2 yang berarti “tidak sesuai”, poin 3 yang berarti “sesuai”,

dan poin 4 yang berarti “sangat sesuai”. Skor total subjek menunjukkan kesiapan

menikah subjek. Berdasarkan skor total tersebut, kemudian subjek dikategorisasikan

menggunakan norma kelompok dengan kriteria kategorisasi seperti pada tabel 3.5 di

bawah ini:

Tabel 3.5

Kategori Skor Kesiapan Menikah

Kategori Sumber Perhitungan Norma Kesiapan Menikah

Sangat tinggi X > μ + 1.5σ X > 89

Tinggi μ + 0.5σ < X ≤ μ + 1.5σ 81 < X ≤ 89

Sedang μ - 0.5σ < X ≤μ + 0.5σ 73 < X ≤ 81

Rendah μ - 1.5σ < X ≤μ - 0.5σ 65 < X ≤ 73

Sangat rendah X ≤μ - 1.5σ X ≤ 65

Selain itu, dibuat pula norma dari setiap dimensi kesiapan menikah,

berdasarkan norma kelompoknya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kesiapan menikah pada masing-masing dimensi, yang dijelaskan pada tabel berikut

(25)

39

Tabel 3.6

Kategori Skor Kesiapan Menikah

Variabel Dimensi Norma Kategori

Kesiapan

Menikah Personal

Readiness for Marriage

X > 79 Sangat tinggi

71 < X ≤ 79 Tinggi 64 < X ≤ 71 Sedang 57 < X ≤ 64 Rendah

X ≤ 57 Sangat rendah

Circumstantial Readiness

X > 12 Sangat tinggi

10 < X ≤ 12 Tinggi

8 < X ≤ 10 Sedang

6 < X ≤ 8 Rendah

X ≤ 6 Sangat rendah

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Validitas

Menurut Setyosari (2012), validitas menunjukkan adanya tingkat kevalidan

atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengungkap apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data

dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid atau shahih memiliki

validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah (Setyosari, 2012).

1). Uji Validitas Konstruk Isi

Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut menggambarkan

atau mencerminkan isi yang dikehendaki. Untuk menetapkan validitas isi, diperlukan

ahli bidang studi, ahli pengukuran, dan para pakar yang memiliki keahlian relevan

dengan bidang kajiannya. Kajian para pakar itulah yang menjadi landasan untuk

(26)

40

Sebelum melakukan penilaian instrumen, peneliti melakukan penilaian alih

bahasa ke pada Bapak Doddy Rusmono, M.List. Penilaian instrumen dalam

penelitian ini melibatkan judgement experts yaitu Ibu Herlina, M.Pd., Psi; dan Bapak

MIF Baihaqi, M.Si. Setelah melakukan proses judgment, terdapat beberapa item yang

direvisi, diubah susunan redaksionalnya, dan dibuang.

2). Memilih Item yang layak

Untuk mengetahui sejauhmana tingkat validitas instrumen dalam penelitian

ini, maka dilakukan proses uji validitas dengan analisis item. Proses ini bisa

dilakukan setelah pengambilan data uji coba instrumen. Korelasi item-total adalah

korelasi sekor item dengan sekor total. Tujuannya adalah untuk mencari tahu apakah

item tersebut mengukur yang sama dengan sekor skala secara keseluruhan (Ihsan,

2013).

Korelasi item-total ini memiliki bias karena skor total skala di dalamnya

termasuk skor item yang dikorelasikan itu sehingga akan cenderung menghasilkan

korelasi agak lebih tinggi karena item berkorelasi dengan dirinya sendiri (Ihsan,

2013). Untuk menghilangkan bias ini dibuatlah koreksi terhadap korelasi item-total

atau corrected item-total correlation (Ihsan, 2013).

Corrected item-total correlation adalah korelasi antara skor item dengan skor

total dari sisa item yang lainnya, oleh karena itu skor item yang dikorelasikan tidak

termasuk di dalam skor total. Item yang dipilih menjadi item final adalah item yang

memiliki korelasi item-total sama dengan atau lebih besar dari 0,30 (Ihsan, 2013).

Analisis item ini didapatkan melalui hasil uji coba instrumen persepsi

parental attachment, religiustas, dan kesiapan menikah. Uji coba instrumen dilakukan

pada Bulan Desember 2014 kepada mahasiswa strata satu dari berbagai Universitas di

Bandung.

Pengujian instrumen dilakukan dua kali, yang pertama dilakukan pengujian

terhadap alat ukur persepsi parental attachment dan kesiapan menikah yang diisi oleh

126 responden, sedangkan yang kedua dilakukan pengujian terhadap alat ukur

(27)

41

Attachment, sebelumnya terdiri atas 55 item, dan setelah item tak layak dibuang

berkurang menjadi 45 item. Pada instrumen Religiusitas, sebelum item tak layak

dibuang terdiri atas 15 item, dan setelah item tak layak dibuang terdiri atas 14 item.

Pada instrumen kesiapan menikah, jumlah item sebanyak 34 item, dan setelah item

tak layak dibuang menjadi 28 item.

2. Uji Reliabilitas

Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukkan berapa kalipun data itu

diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga menunjukkan adanya tingkat keandalan

suatu tes (Setyosari, 2012). Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini

dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20 dengan teknik koefisien Alpha

Cronbach yaitu dengan membelah item sebanyak jumlah itemnya. Semakin besar

koefisien reliabilitas berarti semakin kecil kesalahan pengukuran maka semakin

reliabel alat ukur tersebut. Sebaliknya, semakin kecil koefisien reliabilitas berarti

semakin besar kesalahan pengukuran maka semakin tidak reliabel alat ukur tersebut

(Sugiyono, 2013). Rumus koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut.

α =

(Sugiyono, 2013)

Keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha

k = banyaknya belahan tes varians belahan tes

= varians skor total tes

Koefisien reliabilitas dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat oleh

(28)

42

Tabel 3.7

Koefisien Reliabilitas Guilford

Derajat Realibilitas Kategori

0,90 α 1,00 Sangat Reliabel

0,70 α 0,90 Reliabel

0,40 α 0,70 Cukup Reliabel

0,20 α 0,40 Kurang Reliabel

α 0,20 Tidak Reliabel

Hasil uji reliabilitas instrumen persepsi parental attachment sebelum uji

validitas item adalah sebesar 0.942. Hasil ini berada dalam kategori sangat reliabel.

Kemudian pada uji reliabilitas yang kedua, yaitu setelah uji validitas item yang mana

item-item yang tidak layak dibuang, hasilnya sebesar 0,958, yang juga berada pada

kategori sangat reliabel. Mengenai instrumen Religiusitas, sebelum uji validitas item

adalah sebesar 0.823. Hasil ini berada dalam kategori reliabel. Kemudian pada uji

reliabilitas yang kedua, yaitu setelah uji validitas item yang mana item-item yang

tidak layak dibuang, hasilnya sebesar 0,832, yang juga berada pada kategori sangat

reliabel. Pada instrumen Kesiapan Menikah, dari perhitungan reliabilitas

menggunakan Cronbach’s Alpha, didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas

sebesar 0.875 yang menandakan bahwa instrumen masuk dalam kategori reliabel.

Kemudian pada uji reliabilitas yang kedua, yaitu setelah uji validitas yang mana

item-item yang tidak layak dibuang, hasilnya sebesar 0.871, yang juga masuk ke dalam

kategori reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan satu mekanisme

data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang diisyaratkan dan

(29)

43

set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasi supaya responden mencatat

jawabannya (Silalahi, 2012).

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi parental

attachment dengan kesiapan menikah, serta hubungan antara religiusitas dengan

kesiapan menikah. Maka teknik analisis data yang dipakai adalah teknik statististik

korelasi. Analisis korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan

antara variabel-variabel, sedangkan koefisien korelasi adalah ukuran yang dipakai

untuk mengetahui derajat hubungan terutama untuk data kuantitatif (Sudjana, 2005).

Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara variabel-variabel tersebut

digunakan uji korelasi spearman rank. Teknik uji ini digunakan karena seluruh data

yang digunakan dalam variabel ini merupakan data ordinal, sehingga menggunakan

teknik korelasi non-parametrik. Hasil dari koefisien korelasi yang didapat dapat

dinterpretasikan melalui tabel berikut.

Tabel 3.8

Koefisien Korelasi Guilford

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.000 – 0.199 Sangat Rendah

0.200 – 0.399 Rendah

0.400 – 0.599 Sedang

0.600 – 0.799 Kuat

0.800 – 1.000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013)

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara persepsi parental

attachment dan religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa Psikologi

UPI Bandung dengan metode penelitian korelasional pada 210 sampel mahasiswa

dari angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut.

1. Tidak terdapat hubungan antara persepsi parental attachment dengan

kesiapan menikah pada mahasiswa muslim Psikologi UPI Bandung.

2. Tidak terdapat hubungan antara religiusitas dengan kesiapan menikah pada

mahasiswa muslim Psikologi UPI Bandung.

3. Tidak terdapat hubungan antara persepsi parental attachment dan

religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa muslim Psikologi

UPI Bandung.

B. Saran

Untuk Peneliti Selanjutnya:

1. Peneliti selanjutnya bisa memperluas wilayah populasi sehingga bisa

didapatkan sampel yang memiliki karakteristik bervariasi.

2. Peneliti dapat menggali lebih dalam informasi yang berkaitan dengan

topik penelitian dengan melakukan wawancara mendalam pada beberapa

subjek.

3. Mencari variabel lain selain persepsi parental attachment dan religiusitas

untuk dihubungkan dengan kesiapan menikah, seperti self esteem, tipe

(31)

65

Fathimah Prajna Iswari , 2015

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN Untuk Mahasiswa Psikologi:

1. Meningkatkan kemampuan diri mahasiswa dalam hal kesiapan pribadi

dan circumstantial readiness-nya yang akan menentukan kesiapan

menikahnya, karena berdasarkan hasil penelitian, kesiapan menikah

mahasiswa muslim Psikologi UPI berada dalam taraf sedang.

2. Meningkatkan aspek parents as source of support dalam persepsi

parental attachment agar dapat mengembangakan pondasi emosional

yang kuat untuk berinteraksi dengan dunia, karena hasil dari penelitian

menggambarkan sebagian besar mahasiswa Psikologi berada pada

katagori rendah.

3. Meningkatkan religiusitasnya karena pada masa dewasa awal, individu

seharusnya sudah memiliki kemantapan agama yang didasarkan atas

dasar pemikiran mendalam dan hati nurani, hal ini didasarkan pada

hasil penelitian yang menggambarkan bahwa religiusitas mahasiswa

(32)

Daftar Pustaka

Atkinson et all. (1983). Pengantar Psikologi Ed 11. Batam: Interaksara.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bartholomew, Kim & Horowitz, Leonard M. (1991). Attachment Style Among

Young Adults: A Test of a four-Category Model. Journal of Personality and

Social Psychology.1. (02). 226-244.

Bob, dan Margaret Blood. (1978). Marriage. London: Collier Macmilan Publishers.

Bowlby, John. (1973). Attachment Across the Life. New York: Basic Book.

Caroll, et all. (2009). Ready or Not?: Criteria for Marriage Readiness Among

Emerging Adults. Journal of Adolescent Research. (23). 4.

Chaplin, J.P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Crittenden, Patricia Mckinsey & Dallos, Rudi. (2009). “All in the Family: Integrating

Attachment and Family Systems Theories”. Clinical Child Psychology and

Psychiatry. 14.(93). 389-409

Crowell, Judith A & Treboux Dominique. (1995). “A Review of Adult Attachment

Measures: Implications for Theory and Research”.Journal 4. 294-327.

DeLap, Hilary. (2000). Personal Readiness for Marriage in Adult Children of

Alchoholics and Adult Children of Non-Alchoholics. A Reasearch Paper

University of Winconsin-Stout. (4). 04.

Duvall, E.M & Miller, B.C. (1985). Marriage and Family Development. NY Herper

& Row Publisher.

Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psikologi: Understanding Psychology.

Jakarta: Salemba Humanika.

Fernandez, Trifena. (2009). Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Seksual

Remaja yang Sedang Berpacaran. Skripsi Universitas Katolik

(33)

Ghalili, Zohreh et all. (2012). Marriage Readiness Criteria Among Young Adult of

Isfahan. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Bussiness.

(4). 04.

Gunnels, Molly J. (2013). The Impact of Self Esteem and Religiuosity on the Marital

Readiness Criteria of College Students. A Thesis of The University of

Southern Mississippi.

Havighurst, Robert. J. (1953). Human Development and Education. Surabaya: Sinar

Wijaya.

Heppner et all. (2008). Research Design in Counseling. USA: Thompson

Corporation.

Holdcroft, Barbara. (2006). “What is Religiosity?”. A Journal of Inquiry and Practice. 10. (1). 89-103.

Hollist, Cody S dan Miller, Richard B. (2005). Perception og Attachment Style and

Marital Quality in Midlife Marriage. University of Nebraska-Lincoln

Holman, Thomas B, dan Li, Bing Dao.(1997). “Premarital Factors Influencing

Perceived Readiness For Marriage”. Journal of Family Issues. (18). 124.

Huber, Stefan & Huber, Odilo W. (2012). “The Centrality of Religiosity Scale (CSR)”. MDPI Journal Religions. 3. 710-724.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan; Suatu Perkembangan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ihsan, Helli. (2013). Metode Skala Psikologi. UPI Bandung.

Indrawati, Endang Sri & Fauziah, Nailul. (2012). “Attachment dan Penyesuaian Diri

dalam Perkawinan”. Jurnal Psikologi Undip. 11. (1). 40-49.

Iriani, Fransisca & Ninawati. (2005). “Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada

Dewasa Muda Ditinjau dari Pola Attachment”. Jurnal Psikologi. 3. 21

halaman.

Iswari, Fathimah Prajna. (2014). Pra Penelitian Kesiapan Menikah Mahasiswa

Psikologi UPI Bandung.

(34)

Kenny, Maureen E & Sirin, Selcuk R. (2006). “Parental Attachment, Self Worth, and

Depressive Symtoms Among Emerging Adults”. Journal of Counseling & Development. 84. 66-71.

Krauss, Eric Steven et all. (2005). “The Muslim Religiosity-Personality Measurement

Model; Toward Filling the Gaps in Religiosity Research on Muslims”. Journal Soc, Sci, & Hum. 13. (2).

Krisnatuti, Diah & Oktaviani, Vivi. (2010). “Persepsi dan Kesiapan Menikah pada Mahasiswa”. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4, (1), 30-36.

Kwon, O. (2003). Buddhist anda Protestant Korean Immigrants: Religious beliefs

and Socioeconomics aspect of Life. New York: LFB Scholarly Publishing

LLC.

Li, Xiaouhui. (2014). “What Influences the Attitudes of People in the United States

Toward Marriage? A Critical Review”. The Family Journal. (22). 292.

Madigan, Mary Ellen. (2008). A Correlational Study on Parental Attachment and

Spiritual development of College Student. Desertasi: University Nebraska

Lincoln.

Maentiningsih, Desiani. (2008). “Hubungan antara Secure Attachment dengan

Motivasi Berprestasi pada Remaja Ditinjau dari Pola Attachment”. Jurnal

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Mosko, Jonathan E & Pistole, Carole M. (2010). “Attachment and Religiousness:

Contribution to Young Adult Marital Attitudes and Readiness”. The Family

Journal. (18). 127

Nurpratiwi, Aulia. (2010). Pengaruh Kematangan Emosi dan Usia saat Menikah

terhadap Kepuasan Pernikahan. Skripsi Sarjana pada Fakultas Psikologi

UIN Jakarta.

Octarina, Frida Corry & Nashori, H. Fuad. (2008). Hubungan Religiusitas dengan

Berpikir Positif pada Remaja Putri. Naskah Publikasi Fakultas Psikologi dan

(35)

Peterson, Candida. (1996). Looking Forward through Lifespan: Developmental

Psychology third Edition. Australia: Prantice Hall.

Poulsen et all. (2012). “Physical Attraction, Attachment Styles, and Dating development. Journal of Social and Personal Relationship Year College

Students”. Journal of Youth and Adolescence, 16(1), 17-27.

Pratiwi, Asri. (2013). Hubungan antara Religiusitas dan Kesiapan Perkawinan pada

Mahasiswa. Skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

Riduwan & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:

Alfabeta.

Rohman, Hadi Nur. (2010). Implikasi Pernikahan pada Masa Studi Terhadap

Prestasi Belajar. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Salleh, Muhammad Syukri. (2012). “Religiosity in Development: A Theoretical

Construct of an Islamic-Based Development”. International Journal of

Humanities and Social Science. 2. , (14), 266-274.

Santrock, John W.(2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup edisi

ke 5. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

Setyosari, Punaji. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Shechory, Mally. (2012). “Attachment style, Coping Stategies, and Romantic Feeling

Among Battered Woman in Shelters. Sage International Journal of Offender

Therapy and Comparative Criminology”. Journal. 57 (4)

Silalahi, Karlinawati. (2010). “Mempersiapkan Diri Sebelum Memasuki Gerbang

Pernikahan”, dalam Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: Rajagrafindo.

Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.

(36)

Repstad & Furseth I. (2006). An Introduction to the sociology of Religion classical

and Contemporaru. Burlington: Ashgate Publishing Company.

Ulina et all. (2013). “Hubungan Religiusitas dengan Penerimaan Diri pada

masyarakat Miskin”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,

Arsitektur, & Teknik Sipil). (5)

Undang-undang Pernikahan Republik Indonesia.

Widiana, Nina. (2013). Hubungan antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan

Mental. Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Zimberoff, Diane dan Hartman, David. (2002). “Attachment, Detachment.

Nonattachment: Achieving Syntesis”. Journal of Heart-centered Therapist.

(5). 1. 3-94

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Kategori Skor Dimensi Religiusitas
Tabel 3.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan standar pelaksanaan (Perencanaan). Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil. Tujuan,

Konsep desain taman rumah tinggal tradisional Madura adalah adanya ruang publik ( taneyan ) berbentuk axis yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang semi publik ( langghar )

Mengisi dan menandatangani Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi Negara Ritel dari Departemen Keuangan, Formulir Pembelian Surat Berharga Negara, dan Formulir

Pasal 27 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggara Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

Adapun batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya dilakukan pada kegiatan uji kandungan Besi (Fe) pada air sumur, sebelum dan sesudah dikontakkan dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERAMPILAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA TUNARUNGU REMAJA DI SLB NEGERI B PEMBINA SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dilakukan oleh orang tua dan guru yaitu mengajarkan bicara pada anak, namun. hambatan yang sering terjadi pada saat mengajarkan bicara pada anak yaitu

[r]