• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN PUZZLE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN PUZZLE."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN PUZZLE

(Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas 6 SDN Tunas Harapan Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tini Sumartini

1004966

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015

(2)

UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS

MELALUI PERMAINAN PUZZLE

(Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas 6

SDN Tunas Harapan Bandung)

Oleh : Tini Sumartini

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Pendidikan

@ Tini Sumartini 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tini Sumartini 1004966

UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN PUZZLE

(Penelitian Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas 6 SDN Tunas Harapan Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dra.Hj.Pudji Asri, M.Pd. NIP 195103261979032002

Pembimbing II

Dr. Juhanaini, M.Ed. NIP 196005051986032001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

(4)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

UPAYA MENGURANGI GERAKAN FLAPPING PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN PUZZLE

Tini Sumartini (1004966)

Penelitian ini berawal dari latar belakang anak autis yang duduk di bangku kelas 6 di SDN Tunas Harapan Bandung, yang sering melakukan perilaku flapping saat proses belajar berlangsung, sehingga proses belajar tidak maksimal.

Berdasarkan kondisi diatas, peneliti mencoba apakah permainan puzzle dapat mengurangi frekuensi perilaku flapping pada subjek.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Single Subjeck Research. Desain yang digunakan dalam SSR ini adalah A-B-A. A1(Baseline sebelum

intervensi), B(Intervensi), A2(Baseline setelah intervensi).

Penelitian kuantitatif dengan jenis SSR ini dilakukan sebanyak tiga fase dimana fase pertama atau baseline 1 (A1) sebanyak empat kali, fase kedua yakni intervensi (B) sebanyak delapan kali, dan fase ketiga yakni baseline2 (A2) sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukan terdapat penurunan frekuensi perilaku flapping setelah ada perlakuan intervensi dengan permainan puzzle logika gambar peta dunia, ini dibuktikan dengan perubahan rata-rata frekuensi perilaku

flapping subjek. Frekuensi rata-rata perilaku flapping subjek sebelum diberikan

intervensi ketika pembelajaran berlangsung adalah sebanyak 13 kali. Sedangkan frekuensi perilaku flapping selama diberikan intervensi mengalami penurunan menjadi 9 kali. Frekuensi perilaku flapping setelah intervensi menjadi 4 kali. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan puzzle logika berpengaruh efektif terhadap penurunan perilaku flapping pada subjek. Berdasarkan perolehan/hasil penelitian, maka permainan puzzle dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengurangi perilaku flapping

(5)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

This study begins with the background of autistic children attending 6th grade in SDN Tunas Harapan Bandung, which often do flapping behavior when learning takes place, so that the learning process is not optimal.

Based on the above conditions, the researchers tried to do a puzzle game can reduce the frequency of flapping behavior on the subject.

The method used in this study is a single Subjeck Research. The design used in this SSR is A-B-A. A1 (Baseline before intervention), B (Intervention), A2 (Baseline after intervention).

Quantitative research with this type of SSR were conducted three phases where the first phase or the baseline 1 (A1) four times, the second phase of the

intervention (B) eight times, and the third phase of the baseline2 (A2) as many as four times. The results showed there is a decrease in the frequency of flapping behavior after treatment with the intervention logic puzzle game world map image, is evidenced by the change in average frequency of flapping behavior of the subject. Average frequency of flapping behavior given the subject before the intervention when learning takes place is as much as 13 times. While the

frequency of flapping behavior during a given intervention has decreased to 9 times. The frequency of flapping behavior after intervention to 4 times. The conclusion of this study is the effect logic puzzle game effectively to decrease flapping behavior on the subject. Based on the acquisition / research, the puzzle game can be used as an alternative to reduce flapping behavior

(6)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... ..i

KATA PENGANTAR ... ..ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... .iii

DAFTAR ISI ... ..v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... ..1

B.Identifikasi Masalah ... ..3

C.Batasan Masalah .. ... ..3

D.Rumusan Masalah ... ..4

E. Tujuan Penelitian ... ..4

F. Manfaat Penelitian...4

BAB II KAJIAN TEORI ... ..6

A.Deskripsi Teori ... ..5

1. Pengertian Autis ... ..6

2. Kriteria Diagnosa Autis...7

3. Gerakan Flapping... ...10

4. Permainan Puzzle ...11

B.Penelitian Yang Relevan...16

C.Kerangka Berfikir ...16

BAB III METODE PENELITIAN...18

A.MetodePenelitian ... 18

B.Desain Penelitian ... 18

C.Subjek dan Tempat Penelitian ... 19

(7)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Penelitian... 23

G.Tekhnik Pengumpulan Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .. 30

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 30

1. Data Baseline 1 (A1) ... 31

2. Data Intervensi (B) ... 32

3. Data Baseline 2 (A2) ... 33

B. Analisis Data ... 36

1. Analisis Dalam Kondisi ... 36

a. Panjang Kondisi ... 37

b. Kecenderungan Arah ... 37

c. Kecenderungan Stabilitas ... 39

d. Kecenderungan Jejak Data ... 42

e. Level Stabilitas dan Rentang ... 43

f. Level Perubahan ... 43

g. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi ... 44

2. Analisis Antar Kondisi ... 45

a. Variabel yang Diubah ... 45

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 45

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya ... 46

d. Perubahan Level Data ... 47

e. Data yang Tumpang Tindih (Overlap) ... 47

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ...54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 58

(8)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kondisi Baseline 1 (A1) ... 30

Tabel 4.2 Kondisi Intervensi (B) ... 32

Tabel 4.3 Kondisi Baseline 2 (A2) ... 33

Tabel 4.4 Rekapitulasi Kondisi A1, B, A2 ... 35

Tabel 4.5 Panjang Kondisi ... 37

Tabel 4.6 Estimasi Kecenderungan Arah ... 38

Tabel 4.7 Rentang Stabilitas ... 42

Tabel 4.8 Jejak Data ... 42

Tabel 4.9 Level Stabilitas dan Rentang ... 43

Tabel 4.10 Perubahan Level ... 43

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi ...44

Tabel 4.12 Jumlah Variabel yang diubah ... 45

Tabel 4.13 Perubahan Kecenderungan Arah dan efeknya... 45

Tabel 4.14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 46

Tabel 4.15 Perubahan Level ... 47

Tabel 4.16 Persentase Overlap ... 49

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi ... 50

DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Desain A – B – A ... 19

Grafik 4.1 Kondisi Baseline 1 (A1) ... 31

Grafik 4.2 Interevensi (B) ... 32

Grafik 4.3 Kondisi Baseline 2 (A2) ... 34

(9)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik 4.5 Kecenderungan Arah ... 37

Grafik 4.6 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline-1 ... 39

Grafik 4.7 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Intervensi ...40

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline 2...41

Grafik 4.9 Data Overlap Kondisi Baseline 1 dengan Intervensi ...48

(10)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Bab IV pasal 5 ayat 2 berbunyi “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus” Dengan dasar itulah anak berkebutuhan khusus tidak terkecuali anak autis berhak mendapatkan pendidikan atau layanan khusus, sehingga anak berkebutuhan khusus dapat mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.

Dewasa ini anak autis merupakan isu paling menakutkan bagi orangtua, karena anak autisme dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat. Baik itu kelompok masyarakat kaya, miskin, di desa, di kota, berpendidikan maupun tidak, serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Kasus anak autis termasuk kasus yang jarang, biasanya diidentifikasi melalui pemeriksaan yang teliti oleh dokter atau guru di sekolah khusus.

(11)

2

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, disamping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi saraf. Perilaku lain yang muncul dari anak autis sangatlah unik karena pada setiap anak autis memiliki suatu karakteristik yang khas, akan tetapi pada hal-hal tertentu mereka mempunyai ciri perilaku yang sama. Pada dasarnya anak autis mengalami hambatan dalam mengintegrasikan setiap stimulus yang diterima sehingga mereka sulit untuk menginterpretasikan stimulus. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah saya temukan pada studi pendahuluan dimana hambatan-hambatan tersebut termanifestasikan dalam bentuk-bentuk perilaku yang non adaptif seperti, sulit merangkai informasi dari luar baik verbal maupun nonverbal untuk dijadikan sesuatu yang bermakna.

Beberapa anak autis sering memunculkan perilaku yang tidak wajar, mereka akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang dilakukan pada situasi lingkungan atau tempat ia berada. Mereka sangat tergantung pada sesuatu yang khas bagi dirinya, misalnya selalu membawa-bawa barang yang disenanginya, seperti sedotan minuman, karet gelang. Anak autis juga sering menunjukan perilaku yang diulang-ulang, seperti menepuk-nepukan tangan secara berlebihan tanpa tujuan atau flapping, terkadang teriak dan tertawa tanpa sebab yang jelas. Bahkan sering melakukan tindakan yang menyakiti dirinya sendiri, misalnya membentur-benturkan kepalanya, atau mengorek mata. Pada anak autis tertentu dapat terlihat perilaku yang hiperaktif misalnya bila masuk dalam ruangan yang baru pertama kali anak datangi anak akan membuka semua pintu, berjalan kesana-kemari, berlari-lari tak tentu arah.

Pada kasus tertentu anak autis dapat menjadi sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong, marah tanpa alasan yang masuk akal. Perasaan dan emosi anak autis tidak stabil hal ini dapat dilihat dari tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab, sering mengamuk tidak terkendali bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Flapping merupakan salah satu penyimpangan perilaku pada anak autis, anak

(12)

3

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentu saja menghambat mereka untuk melakukan kegiatan belajarnya, dan kemampuan untuk mengembangkan keterampilannya juga terhambat.

Berdasarkan masalah yang dihadapi anak autis diatas dibutuhkan suatu upaya untuk mereduksi atau menghilangkan gerakan flapping, dengan permainan yang mengarahkan anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan, melatih koordinasi tangan kanan dan tangan kiri, sehingga anak mampu untuk melakukan gerakan-gerakan yang lebih terarah, yaitu mencoba dengan melalui permainan puzzle.

Puzzle merupakan salah satu permainan edukatif yang sering digunakan untuk

melatih keterampilan anak, bermain puzzle banyak menggunakan tangan, dengan bermain puzzle anak dilatih untuk berfikir untuk menyelesaikan suatu masalah, permainan puzzle bisa dilakukan sendiri atau berkelompok, dengan permainan

puzzle anak juga dapat melatih koordinasi tangan kanan dan tangan kirinya.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti melakukan pendalaman melalui penelitian, dengan memanfaatkan fungsi dari permainan puzzle sebagai media untuk mereduksi atau mengurangi gerakan flapping yang tidak mempunyai tujuan menjadi gerakan yang lebih berarti.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi anak autis antara lain:

1. Adanya perilaku flapping, sehingga menghambat belajar pada anak autis, 2. Kontrol emosi yang kurang baik

3. Strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat.

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini berupa permainan puzzle untuk mengurangi perilaku flapping.

D. RUMUSAN MASALAH

(13)

4

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Apakah permainan puzzle dapat mengurangi perilaku gerakan flapping pada anak autis ?”

E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengurangi gerakan flapping

melalui permainan puzzle pada anak autis.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengontrol perilaku gerakan flapping 2. Meningkatkan konsentrasi

F. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan :

a). Dijadikan bahan masukan untuk pengembangan peningkatan layanan pendidikan bagi anak autis.

b). Menjadi rujukan bagi orangtua, guru dan semua pihak yang berada di tengah-tengah anak autis, bahwa dengan pendekatan bermain puzzle dapat mengurangi gerakan flapping pada anak autis.

(14)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian digunakan untuk memperoleh pemecahan suatu masalah yang diteliti. Ada dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan pendekatan kualitatif dimana peneliti akan bekerja dengan informasi-informasi data dan di dalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yaitu : “penelitian yang diinginkan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali” Sugiyono (2008:107). Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh permainan puzzle dalam upaya mengurangi gerakan flapping pada anak autisme dengan mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil sebelum diberi intervensi dan ketika diberikan intervensi.

B. DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode single subjeck research (SSR), yaitu suatu metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dari perlakuan /intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah. Adapun menurut Sunanto dkk (2006:11) “single subject designs (disain subjek tunggal) adalah suatu disain eksperimen dengan

setiap individu menjadi kontrol atas dirinya sendiri”.

(15)

19

19 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur dasar disain A-B-A digambarkan sebagai berikut:

Grafik 3.1

Struktur Dasar Disain A-B-A

Baseline (A) Intervensi (B) Baseline (A)

Sesi (Waktu)

C. SUBJEK DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah subjek tunggal sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu subjek tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki 12 tahun, adapun data anak sebagai berikut:

Nama : M. R.

Tempat tanggal lahir : Cimahi, 1 Oktober 2002

Umur : 12 tahun

Alamat : Jalan Sukagalih Rt 01 Rw 03 no 34 Melong, Cimahi Selatan

2. Karakteristik Subjek

(16)

20

20 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanpa sebab yang tidak jelas, ketika belajar perhatiannya mudah beralih, sering mengulang-ngulang bahasa iklan, sering menjawab pertanyaan yang sama sesuai apa yang kita katakan, kontak mata kurang, suka melakukan gerakan yang diulang-ulang seperti flapping. Subjek sudah bisa mengikuti perintah akan tetapi perintahnya yang sering subjek dengar dan harus berulang-ulang, subjek sudah bisa menulis namun tulisan masih belum rapi, sudah bisa membedakan warna, bentuk dan ukuran.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di SDN Tunas Harapan Bandung, yang mana sekolah ini merupakan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi, sekolah ini menerima anak-anak berkebutuhan khusus. Di sekolah ini disediakan ruangan-ruangan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ruangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang dukungan berukuran 3x3 m.

D. DEFINISI OPERASIONAL 1. Definisi Konsep

Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian. Variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati dan diukur, istilah konseptual, variabel merupakan suatu konsep yang memiliki variasi nilai.

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat” (Sunanto.J, 2005:12-13).

a. Variabel Bebas (X)

(17)

21

21 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia, sedangkan menurut Elizabeth Hurlock (1194) Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Puzzel Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki,

bongkar-pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Puzzle sebagai salah satu media permainan yang bentuk dan cara memainkannya bersifat menantang kreatifitas, daya ingat, kesabaran dan ketekunan. Puzzle sebagai salah satu permainan diungkap oleh Nur Jatmika(2012:25)”Puzzle adalah

permainan yang menarik bagi anak, sebab pada dasarnya, ia menyukai gambar dan warna yang menarik”.

b. Variabel Terikat (Y)

Gerakan flapping pada anak autis yaitu penyimpangan perilaku. Ada beberapa penyimpangan perilaku yang sering muncul pada anak autis, diantaranya: adanya aktivitas yang berlebihan, adanya sikap menentang aturan, tidak patuh terhadap aturan, suka memukul kepala, menepuk-nepukan tangannya, bahkan melukai kepala dengan membentur-benturkannya ke tembok. Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu upaya mengurangi gerakan flapping pada anak autis dengan permainan puzzle.

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Mustafa (2011) dalam makalah ppt & blog pribadinya mendefinisikan sebagai berikut:

“operasional variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel. Sedangkan pengertian variabel adalah setiap hal dalam suatu

penelitian yang datanya ingin diperoleh.

(18)

22

22 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terkait masalah ini peneliti lebih memilih variabel bebas

(independent variabel) yaitu variabel yang dalam penelitian tersebut nilainya tidak tergantung pada nilai variabel lain. Peneliti memilih variabel bebas karena lebih mudah dalam mengambil suatu metode penelitian yang akan dilakukan di lapangan.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah “suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. (Sugiyono,2006:148). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi/pengamatan yang dirancang untuk mengukur target behavior berupa pencatatan kejadian, pencatatan interval, dan pencatatan sampel waktu. Dalam pelaksanaan kegiatannya alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah

puzzle, selain itu digunakan juga stopwatch untuk menghitung waktu.

Anak akan diobservasi selama pembelajara selama satu jam pelajaran (35 menit) 10 menit pertama peneliti mengajak subjek MR untuk memulai pembelajaran, setelah itu subjek diberi intruksi membongkar pasang puzzle logika gambar peta dunia selama 15 menit, pada saat subjek bermain puzzle logika gambar peta dunia sampai dengan selesai, peneliti mengamati dan mencatat berapa frekuensi flapping perilaku yang muncul, setelah permainan selesai subjek MR kembali dialihkan lagi ke kegiatan lain (pembelajaran), kegiatan baseline 1 (A1) terus dilakukan selama empat sesi. Selanjutnya sebagai konsekuensi atau tindakan intervensi untuk menangani perilaku

flapping anak, yang yang dilakukan selama delapan sesi, Setelah mendapat

data dari hasil intervensi, peneliti melanjutkan observasi untuk mendapatkan data baseline 2(A2) yang dilakukan sama halnya dengan baseline 1(A1) selama empat sesi.

(19)

23

23 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Observasi Pendahuluan

Langkah awal dimana dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui kondisi subjek dan memperoleh informasi tentang permasalahan yang dimiliki oleh subjek dari guru kelas, para guru yang mengajar di SDN Tunas Harapan Bandung, dan dari orangtua siswa SDN Tunas Harapan Bandung.

2. Pengurusan surat izin

Langkah kedua penelitian diperlukan persiapan untuk mendukung kelancaran penelitian. Tahapan-tahapan persiapan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Permohonan surat pengantar dari jurusan untuk pengangkatan dosen pembimbing.

b. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada dekan FIP UPI Bandung.

c. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk membuat surat pengantar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi Jawa Barat.

d. Setelah mendapatkan surat izin dari Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Barat kemudian diteruskan kepada pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

(20)

24

24 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian pendekatan permainan puzzle untuk mengurangi gerakan flapping memiliki tahapan sebagai berikut : a. Tahapan Persiapan

1) . Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu puzzle

2) .Menyiapkan stopwatch sebagai alat untuk menghitung waktunya. 3) Mengkondisikan siswa di ruangan yang sudah dipersiapkan.

b. Tahapan Pelaksanaan

Selama pembelajaran berlangsung apabila anak melakukan perilaku

flapping maka anak diberikan istirahat sekitar sepuluh menit, kemudian

anak diberikan puzzle untuk membongkar kemudian memasangkannya kepingan puzzle kembali sampai selesai dengan benar, apabila anak berhasil anak diberikan reward. Setelah limabelas menit maka anak diintruksikan kembali untuk memulai kembali pembelajaran. Hal ini terus dilakukan sampai data yang dibutuhkan mengenai pengaruh permainan

puzzle ini bagi perilaku flapping anak sudah diperoleh oleh peneliti.

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada disain A-B-A adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior, dalam hal ini yaitu berhubungan dengan perilaku subjek, ketika subjek melakukan perilaku

flapping.

2. Melaksanakan tahap baseline-1 (A1) untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam melakukan perilaku gerakan flapping yaitu diukur saat subjek sedang dalam proses belajar. Tiap sesi dilaksanakan 15 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat frekuensi gerakan flapping yang dilakukan oleh subjek. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam format pencatatan data baseline-1 (A1)

(21)

25

25 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Melaksanakan tahap baseline2 (A2), yaitu pengukuran kembali kemampuan mengurangi perilaku gerakan flapping untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Pada tahap ini sama dengan tahap baseline-1 (A1).

G. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis dalam statistik deskriptif dan penyajian data diolah dengan menggunakan grafik. Sugiyono (2007: 147) menyatakan bahwa :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”

Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Ada beberapa komponen penting yang akan dianalisis dalam penelitian ini, antara lain :

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi Komponen-komponen (a) panjang kondisi, (b) estimasi kecenderungan arah, (c) kecenderungan stabilitas, (d) jejak data, (e) level stabilitas dan rentang, dan (f) perubahan level.

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukan arah yang jelas.

(22)

26

26 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintas semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis, dapat dilakukan dengan 1) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsungpada suatu kondisi, sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. 2) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas yaitu menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang berada di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point, dikalikan 100 . Jika presentase sebesar 85-90 maka data tersebut dikatakan stabil, sedangkan diluar itu dikatakan tidak stabil.

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan.

f. Perubahan Level

Perubahan level menunjukan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

(23)

27

27 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data antar kondisi terkait dengan komponen utama yang meliputi (a) Jumlah variabel yang diubah, (b) perubahan kecenderungan dan efeknya, (c) perubahan stabilitas dan efeknya, (d) perubahan level data, (e) data yang tumpang tindih(overlap)

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna perubahan perilaku sasaran (target

behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan

grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan

intervensi.

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menaik, menurun) secara konsisten.

d. Perubahan Level

(24)

28

28 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Persentase Overlap

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data sama pada kedua kondisi tersebut (baseline dengan intervensi). Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.

Dalam penelitian ini, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.

Sunanto. J. Et al (2006 : 30) menyatakan komponen-komponen penting dalam grafik, antara lain:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan tanggal). 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen. misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul Grafik adalah judul yang mengarahkan pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

(25)

29

29 Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menskor hasil pengukuran pada intervensi dari subjek pada setiap sesinya. 3. Menskor hasil pengukuran pada baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya. 4. Membuat tabel perhitungan skor-skor pada fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

5. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil skor-skor pada baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dari subjek.

7. Membuat analisis dalam bentu, grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

(26)

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap data hasil penelitian dengan subjek tunggal yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa permainan puzzle dapat mengurangi perilaku flapping, dimana subjek mampu mengurangi frekuensi perilaku flapping, hal ini dibuktikan dengan frekuensi rata-rata perilaku flapping subjek MR mengalami penurunan dari kondisi baseline 1(A1) ke intervensi (B), dan dari kondisi intervensi (B) ke baseline 2 (A2). Frekuensi rata-rata perilaku

flapping subjek MR sebelum diberikan intervensi berupa permainan puzzle dalam

kegiatan pembelajaran adalah sebanyak 13 kali. Sedangkan frekuensi perilaku

flapping subjek MR selama diberikan intervensi berupa pendekatan permainan puzzle dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari 13 kali menjadi 9

kali. Frekuensi perilaku flapping subjek MR setelah diberikan intervensi berupa permainan puzzle dalam kegiatan pembelajaran mengalami penurunan dari 9 kali menjadi 4 kali. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan permainan puzzle dapat mengurangi perilaku flapping. Hasil kesimpulan ini sekaligus menjawab penelitian dalam penelitian ini.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru

(27)

55

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan tema pelajaran yang akan diberikan, maka dengan permaianan puzzle sekaligus guru memberikan penjelasan atau menyisipkan materi yang akan diberikan kepada anak, secara tidak langsung dengan permainan puzzle pun terjadi proses belajar mengajar.

2. Bagi Orangtua

Peneliti menyarankan pada saat guru melakukan tahapan-tahapan intervensi kepada anak, sebaiknya orangtua melihat cara intervensi yang dilakukan oleh guru dan mengulangnya di rumah.

3. Bagi Pihak Sekolah

(28)

57

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :RinekaCipta

Chalidah. S & Ellah (2005). Terapi Permainan. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Danuatmaja, B .(2003).Terapi Anak Autis di rumah, Puspa Swara

Delphie, B (2006a). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung. PT Refika Aditama

Delphie, B (2009b). Pendidikan Anak Autistik. Klaten: PT Intan Sejati Hanjono (2006) . Karakteristik Anak Autism Autisme /wikipedia bahasa

indonesia ensiklopedia bebas. (diakses Maret 2014)

HR. Hasdianah (2013). Autis Pada Anak . Nuha Medika.

Judarwanto (2006). Pengertian Autism tersedia dalam http//autism blogsome.com (diakses Maret 2014)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online) tersedia dalam http//www kamusbesar.com (diakses Juni 2014)

Mustafa, H. Definisi Operasional Variabel Penelitian. tersedia dalam dalam http://.www.hasanmustofa.blogspot.com (diakses Mei 2014)

Psikologiforensik.com (2013) . Memahami Perilaku anak dengan autisme tersedia dalam http://.www.untukku.com (diakses Mei 2014)

Prasetyo. B & Jannah, LM (2005) . Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Somantri, S. (2006). Psikolog Anak Luar Biasa. Bandung: IKAPI. PT Refika Aditama.

(29)

57

Tini Sumartini, 2014

Upaya Mengurangi Gerakan Flapping Pada Anak Autis Melalui Permainan Puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal.Bandung : UPI Press

Sutadi, R. dkk (2003). Penatalaksanaan Holistik Autisme, Jakara : http/health.kompas.com Pengertian Autisme. (diakses Maret 2014)

Permainananakmuslim.com Pengertian,Fungsi dan manfaat puzzle. (diakses April 2014)

www medlinux blogspot.com Pengertian Autisme. (diakses Maret 2014)

Gambar

 Grafik 3.1    Struktur Dasar Disain A-B-A

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, penggunaan permainan puzzle dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di TK Trisula Perwari 2 Klaten tahun ajaran 2012/2013. Kata kunci : kreativitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca melalui permainan puzzle kata pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Gebang 2 Kecamatan Masaran

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa keinginan subyek untuk melakukan permainan puzzle meningkat terus menerus disetiap pengamatan, dengan adanya motivasi dan

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa permainan puzzle dapat meningkatkan adaptasi sosial anak dimana dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang pengenalan bahasa Inggris anak usia dini melalui permainan puzzle di kelompok B1 TK Nurul Ummah

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa permainan puzzle dapat meningkatkan adaptasi sosial anak dimana dengan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan permainan smart puzzle competition dalam kategori baik,

Permainan yang dapat mengembangkan aspek kognitif adalah puzzle, hal tersebut di dukung oleh penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Astuti dkk (2014:8) yang