• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDIDAYA DOMBA DI KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDIDAYA DOMBA DI KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 4818/UN.40.2.4/PL/2015

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDIDAYA DOMBA

DI KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh:

RAHMAT SULAEMAN 1103925

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDIDAYA DOMBA DI KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI

Oleh: Rahmat Sulaeman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Pendidikan Geografi

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

© Rahmat Sulaeman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

(3)

Rahmat Sulaeman, 2015

(4)

ABSTRAK

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDIDAYA DOMBA DI KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI

Rahmat Sulaeman (1103925)

Kecamatan Cimahi Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah populasi domba budidaya terbanyak diantara kecamatan lainnya yang ada di Kota Cimahi. Kondisi ini menjadi alasan Pemerintah Kota Cimahi melalui Balai Penyuluhan Pertanian memberikan bantuan kepada petani budidaya domba yang ada, baik itu berupa bantuan bibit domba maupun melaksanakan program pengembangan. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji faktor sumber daya manusia yang ada dalam pengembangan usaha budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk menganalisis Pengaruh kondisi sosial ekonomi petani terhadap pengembangan budidaya domba, mengidentifikasi partisipasi petani domba dalam program pengembangan budidaya domba dan mengukur hubungan antara partisipasi petani domba dengan tingkat pengembangan budidaya domba. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian yaitu seluruh petani budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan. Jumlah sampel penelitian dihitung menggunakan rumus Slovin dan teknik proporsional sampling. Wilayah penelitian ditentukan dengan parameter jumlah petani budidaya domba terbanyak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisisis presentase dan analisis Korelasi Gamma. Hasil penelitian menunjukkan dari kondisi sosial ekonomi petani, hanya pengalaman budidaya petani yang berpengaruh signifikan terhadap pengembangan budidaya domba yang ada. Partsisipasi petani domba dihitung dari keikutsertaan mereka dalam program pengembangan budidaya domba dapat dikategorikan rendah. Korelasi partisipasi petani domba dengan tingkat pengembangan budidaya domba memiliki keterkaitan cukup berarti atau sedang. Dengan kondisi demikian, pemerintah seharusnya bisa memberikan bantuan lebih, baik itu berupa bibit, obat ternak maupun program pengembangan budidaya domba agar terjadi pemerataan pengembangan budidaya domba yang ada di Kecamatan Cimahi Selatan.

(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SOCIO-ECONOMIC OF FARMERS TO DEVELOPMENT OF SHEEP CULTIVATION

IN THE DISTRICT OF SOUTH CIMAHI CIMAHI

Rahmat Sulaeman (1103925)

South Cimahi is a district with the most population of sheep cultivation among other districts in Cimahi. Through agricultural extention bureau, either by giving subsidy of sheep fledgling, or implementing development program the main problem of this research is investigating human resource factor in development initiative of sheep cultivation in South Cimahi subdistrict. the purpose of this research is analyzing the Influence of socio-economic conditions of farmers to the development of sheep cultivation, identifying the participation of sheep farmer in sheep cultivation development program, and measuring the relation between sheep farmer participation and sheep cultivation level. This research uses descriptive method. The research population is all farmers of sheep cultivation in South Cimahi subdistrict. The amount of research sample is measured using Slovin formula and sampling proportional technique. The research area is determined using the parameter of the most sheep cultivation farmers. Data collection technique uses interview and documentation study. Data analysis technique uses presentation and gamma correlation analysis. The results shows from the socio-economic conditions of farmers, only the experience cultivation of farmers that significantly influence the development of the sheep cultivation. The participation of sheep farmers which is measured from their participation in sheep cultivation development program has low category. The correlation between sheep farmer participation and sheep cultivation development level has quite significant connection. Based on that condition, the government should be able to give more subsidy, for fledgling. cattle potion, or sheep cultivation development program in order to create distribution of sheep cultivation in South Cimahi subdistrict.

Keywords : farmers human resources, farmers participation, sheep cultivation

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ....i

ABSTACT ... ...ii

KATA PENGANTAR ... ..iii

UCAPAN TERIMA KASIH... ..iv

DAFTAR ISI ... ..vi

DAFTAR TABEL... ..ix

DAFTAR GAMBAR ... ..xi

DAFTAR PETA ... .xii

BAB I PENDAHULUAN ... ... ....1

A.Latar Belakang ... ... ....1

B.Rumusan Masalah ... ... ....7

C.Tujuan Penelitian ... ... ....7

D.Manfaat Penelitian ... ... ....8

E.Struktur Organisasi Skripsi ... ... ....9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... ..11

A.Budidaya Domba ... ... ..11

1. Domba ... ... ..11

2. Tata Laksana Budidaya Domba ... . ... ..17

3. Manajemen Produksi dan Pemasaran Peternakan ... . ... ..28

4. Pengaruh Budidaya Domba bagi Pendapatan ... ... ..32

B.Geografi Budidaya Ternak ... . ... ..34

1. Faktor Fisik Geografi yang Mempengaruhi Ternak Budidaya Domba ... ..34

2. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Ternak Budidaya Domba ... ..39

C.Partisipasi Masyarakat ... . ... ..42

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... . ... ..42

2. Bentuk dan Tipe Partisipasi Masyarakat ... . ... ..43

3. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... . ... ..47

BAB III METODE PENELITIAN ... ... ..50

A.Lokasi Penelitian ... ... ..51

B.Jenis Penelitian ... ... ..51

(7)

D.Variabel Penelitian ... ... ..53

E.Populasi dan Sampel ... ... ..54

F. Teknik Pengumpulan Data ... ... ..58

G.Instrumen Penelitian ... ... ..59

H.Teknik Pengolahan Data ... ... ..60

I. Prosedur Penelitian ... ... ..61

J. Analisis Data ... ... ..61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... ..64

A.Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ... ... ..64

1. Letak dan Luas Lokasi Penelitian ... ... ..64

2. Iklim ... ... ..66

3. Geologi ... ... ..70

4. Topografi ... ... ..72

5. Tanah ... ... ..72

6. Penggunaan Lahan ... ..73

B.Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian ... ..75

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... ..75

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... ..77

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... ..79

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ..80

C.Pembahasan Penelitian ... ..82

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Responden ... ..82

2. Pegaruh Kondisi Sosial Ekonomi Petani Terhadap Pengembangan Budidaya Domba di Kecamatan Cimahi Selatan ... ..90

3. Partisipasi Responden Terhadap Program Pengembangan Budidaya Domba di Kecamatan Cimahi Selatan ... ... 103

4. Hubungan antara Partisipasi Petani Responden Terhadap Program Pengembangan Budidaya Domba dengan Pengembangan Budidaya Domba di Kecamatan Cimahi Selatan ... ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... . ... 115

A.Kesimpulan ... . ... 115

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... . ... 118 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel:

1.1 Perkembangan Jumlah Populasi Domba di Kota Cimahi per Kecamatan Tahun

2012-2014 ... ....3

2.1 Contoh Pola Pemberian Pakan Pada Ternak Kambing ... ..21

2.2 Jumlah Hujauan Domba Berdasarkan Berat Hidup ... ..22

2.3 Tipe Partisipasi ... ..45

3.1 Tabel Jumlah Kelompok Budidaya Domba ... ..55

3.2 Tabel Jumlah Sampel per Kelurahan ... ..57

3.3 Tabel Perhitungan Analisis Presentase ... ..62

3.4 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... ..63

4.1 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson... ..67

4.2 Data Rata-rata Curah Hujan Bulanan Kecamatan Cimahi Selatan 2001-2010 .... ..68

4.3 Kodisi Geologi Kecamatan Cimahi Selatan ... ..70

4.4 Klasifikasi Kemiringan Lereng ... ..72

4.5 Kondisi Penggunaan Lahan Kecamatan Cimahi Selatan ... ..73

4.6 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kecamatan Cimahi Selatan ... ..76

4.7 Komoposisi Penduduk Berdasarkan Keompok Usia ... ..77

4.8 Jumlah Penduduk Nonproduktif dan Produktif... ..78

4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... ..79

4.10 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ..81

4.11 Tingkat Pendidikan Responden... ..82

4.12 Pengalaman Budidaya Domba Responden ... ..84

4.13 Jumlah Populasi Domba Responden ... ..85

4.14 Status Kepemilikan Domba Budidaya Responden ... ..86

4.15 Mata Pencaharian Responden Selain Usaha Budidaya Domba ... ..88

4.16 Pendapatan Responden... ..89

4.17 Jumlah Populasi Domba per Kelurahan ... ..90

4.18 Jumlah Populasi Domba per Kelurahan Rincian ... ..91

4.19 Tingkat Pendidikan Responden per Kelurahan... ... ..92

(10)

Lanjutan Tabel:

4.21 Pengalaman Budidaya Domba Responden per Kelurahan... ...96

4.22 Jumlah Petani Budidaya Domba per Kelurahan ... ...98

4.23 Hubungan antar Jumlah Petani dengan Jumlah Populasi Domba ... ...98

4.24 Jumlah Pemasaran Domba per Kelurahan ... ...99

4.25 Partisipasi Petani Responden dalam Program Penyuluhan ... .104

4.26 Intensitas Partisipasi Petani Responden Dalam Program Penyuluhan ... .104

4.27 Partisipasi Petani Responden Dalam Program Pelatihan ... .106

4.28 Intensitas Partisipasi Petani Responden dalam Program Pelatihan... .107

4.29 Peningkatan Jumlah Populasi Domba Petani Responden ... .108

4.30 Hubungan antara Partisipasi Petani Responden dalam Program Penyuluhan dengan Jumlah Populasi Domba ... .109

4.31 Tabel Perhitungan Gamma ... .109

4.32 Hubungan antara Partisipasi Petani Responden dalam Program Pelatihan dengan Jumlah Populasi Domba ... .110

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar :

1.1 Jumlah Kelompok Budidaya Domba ... ....4

4.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dengan Perempuan ... ..76

4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... ..80

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ..80

4.4 Grafik Tingkat Pendidikan Resonden ... ..83

4.5 Pengalaman Budidaya Domba Responden ... ..84

4.6 Jumlah Populasi Domba Responden ... ..85

4.7 Status Kepemilikan Domba Budidaya Responden ... ..87

4.8 Mata Pencaharian Responden ... ..88

4.9 Pendapatan Responden... ..89

4.10 Hubungan Usia Petani dengan Jumlah Populasi Domba ... ..93

4.11 Hubungan Usia Petani dengan Jumlah Populasi Domba ... ..95

4.12 Hubungan Pengalaman Budidaya dengan Jumlah Populasi Domba... ..97

4.13 Hubungan Mata Pencaharian Petani Responden dengan Jumlah Populasi Domba ... .101

4.14 Hubungan Status Kepemilikan dengan Jumlah Populasi Domba ... .102

4.15 Hubungan antara Pendapatan dengan Jumlah Populasi Domba ... .103

4.16 Partisipasi Petani Responden dalam Program Penyuluhan ... .105

(12)

DAFTAR PETA

Peta :

3.1 Peta Sampel Penelitian ... ..56

4.1 Peta Administratif Kecamatan Cimahi Selatan ... ..65

4.2 Peta Iklim Kecamatan Cimahi Selatan ... ..69

4.3 Peta Geologi Kecamatan Cimahi Selatan ... ..71

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa lalu, di Indonesia jarang sekali usaha peternakan (budidaya ternak) dilakukan dalam skala besar. Peternakan dilakukan sebagai bagian kegiatan usaha tani rumahan. Dua atau tiga ekor sapi sudah dianggap cukup memadai untuk dipelihara. Domba lima ekor di kandang belakang rumah sudah tergolong cukup banyak, lebih bagus lagi bila memiliki puluhan ekor ayam dalam kandang dipekarangan.

Pada saat ini dunia peternakan Indonesia sudah cukup berkembang pesat. Para pemiliki modal sudah tidak melirik dengan sebelah mata lagi terhadap sektor peternakan. Peternakan yang dijalankan dengan skala komersial dan dikelola

serius bertebaran disemua daerah. Pada kenyataannya, usaha peternakan memang menjanjikan keuntungan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan dasar

hidup.

Menurut Bambang Suharno (1994: 60) definisi ternak secara umum adalah hewan yang dibudidayakan mausia dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dari hewan tersebut. Keuntungan atau manfaat yang diperoleh dapat berupa daging, susu, telur maupun bahan lainnya yang berguna bagi kehiduan manusia. Ada bermacam-macam jenis hewan yang biasa diternakan. Akan tetapi, tidak semua memiliki nilai komesrsial. Komersial disini dapat diartikan bisa memberikan keuntungan bagi petaninya dan memiliki prospek yang cerah dalam pemasarannya.

Usaha peternakan di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat yang berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu hal yang jarang dilaksanakan, hanya saja skala pengelolaannya masih merupakan usaha sampingan yang tidakdiimbangi dengan pemodalan dan pengelolaan yang memadai. Hampir semua rumah tangga khususnya di daerah pedesaan menggunakan ternak sebagai bagian kegiatan sehari-hari.

(14)

2

tetapi, ternak yang berukuran lebih kecil seperti kambing, domba dan ayam buras dapat dibilang merata penyebarannya di hampir seua daerah. Ternak yang berukuran lebih kecil memang lebih mudah diusahakan sebagai kegiatan rumah tangga sehingga memungkinkan untuk dipelihara oleh anggota keluarga. Jumlah ternak rumah tangga yang besar memberikan andil pada pertumbuhan jumlah ternak secara umum di Indonesia.

Menurut Bambang Suharno (1994: 60) peternakan domba adalah peternakan yang secara spesifik berhubungan dengan usaha budidaya domba untuk dimanfaatkan dagingnya, wool dan susunya. Domba dipelihara dalam kawanannya di ladang maupun di kandang (kandang terbuka atau dalam gudang pertanian). Domba paling nyaman berada pada temperatur iklim sedang, sehingga pengaturan kondisi udara diperlukan didalam kandang ketika cuaca panas. Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya

diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia

Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.Untuk domba yang dikembangkan dan dibudidayakan di wilayah Indonesia diantaranya adalah domba ekor gemuk di Jawa Timur dan Madura, Domba Priangan di sebagian besar Jawa Barat dan domba donggala di Kabupaten Donggala.

Di Indonesia sentra peternakan dan budidaya domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh sejak tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yangdigunakan sekitar 7 juta hektar.

(15)

3

ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.

Kota Cimahi memiliki potensi peternakan yang cukup bagus, tetapi hanya meliputi beberapa komoditas saja diantaranya ayam potong dan domba. Tetapi dilihat dari karakteristik lahan dan luas lahan yang ada jika dibandingkan dengan syarat lokasi pengembangan peternakan, khususnya peternakan domba menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia di atas Kota Cimahi tidak memiliki potensi untuk dikembangkannya peternakan domba, padahal untuk domba sendiri merupakan komoditas unggulan peternakan Kota Cimahi. Dilihat dari data populasi domba di Kota Cimahi, populasi domba terpusat di Kecamatan Cimahi Selatan yaitu dengan jumlah populasi pada tahun 2014 semester I jumlah domba 8.767 ekor dengan rincian domba jantan 6.658 ekor dan jumlah domba betina

2.109 ekor. Jumlah ini merupakan jumlah yang paling banyak diantara Kecamatan yang ada di Kota Cimahi lainnya. Lebih jelasnya disajikan tabel 1.1

perkembangan populasi domba Kota Cimahi per Kecamatan data seri tahunan 2012-1014 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Populasi Domba di Kota Cimahi per Kecamatan Tahun 2012-2014

NO Kecamatan Jumlah Populasi Domba Jumlah 2012 2013 2014

1 Cimahi Utara 3.460 4.600 4.972 13.032

2 Cimahi Tengah 1.763 2.798 2.173 6.734

3 Cimahi Selatan 8.598 10.569 8.767 27.934 Jumlah 13.821 17.967 15.912 47.700

Sumber: DISKOPINDAGDAN Kota Cimahi 2014 dan Sensus Pertanian

2013

Dari tabel di atas terlihat jelas kecamatan yang paling berpotensi untuk

dikembangkannya budidaya domba sebagai salah satu upaya peningkatan produksi daging di Kota Cimahi atau lebih jauhnya Propinsi Jawa Barat. Selain data mengenai jumlah populasi domba di Kota Cimahi di atas, terdapat juga data

(16)

4

dengan tujuan untuk lebih mengembangkan produksi domba yang akan menjadi pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap daging.

Untuk kelompok budidaya domba sendiri khusus di Kecamatan Cimahi Selatan yang menjadi lokasi penelitian, hanya tersebar di tiga Kelurahan dari lima Kelurahan yang ada, hal ini karena pengaruh dari ketersediaan lahan dan ketersediaan pakan ternak. Kelompok budidaya domba yang ada juga bisa menunjukan tingkat potensi daerah tersebut, karena bisa menjadi parameter pengembangan budidaya domba yang ada. Data mengenai jumlah kelompok budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Jumlah Kelompok Budidaya Domba

Sumber: DISKOPINDAGTAN Kota Ciamhi 2014

Gambar 1.1 di atas menunjukkan walaupun dengan keterbatasan lahan yang ada Kecamatan Cimahi Selatan masih memiliki jumlah kelompok budidaya domba yang cukup banyak. Khususnya untuk hal lahan sebagai penghasil pakan ternak, di Kecamatan Cimahi Selatan sendiri hanya tersedia lahan amat sempit yang berpotensi dijadikan lahan garapan penghasil pakan ternak. Tentu saja dengan sempitnya luasan lahan yang berpotensi sebagai lahan garapan penghasil pakan, maka sangat tidak memungkinkan untuk dapat menyediakan pakan sebanyak 8.767 ekor domba budidaya yang ada. Sementara permintaan pasar terhadap daging terus meningkat, terlebih lagi lokasi kecamatan ini dekat dengan Kota besar seperti Bandung, yang notabene memiliki permintaan yang amat besar

0 1 2 3 4 5 6 7 8

(17)

5

terhadap daging termasuk daging domba, karena jumlah populasi penduduknya yang tinggi. Dengan kedekatan lokasi tersebut seharusnya bisa mempermudah pemasaran domba dengan aksesibilitas jalan yang amat bagus, dan jika dilihat dari pengeluaran biaya transportasi, maka bisa ditekan dibandingkan memasok daging domba dari wilayah yang lebih jauh seperti Garut, Tasikmalaya dan sekitarnya.

Sementara itu dilihat dari lingkungan fisik di Kecamatan Cimahi Selatan sangat cocok untuk dikembangkannya usaha budidaya domba, karena jenis domba yang dikembangkan adalah jenis domba priangan. Menurut Iman Satyawibawa (1993: 36) domba priangan berasal dari daerah Priangan, Jawa Barat dan berpust di Kabupaten Garut. Domba ini sangat digemari peternak karena yang jantan bertanduk besar dan kuat serta melingkar sehingga sering dipakai sebagai domba aduan. Akan tetapi, domba betina tidak bertanduk. Domba ini sangat sesuai dengan lingkungan dengan suhu udara sejuk dan bisa kuat pada lingkungan

dengan curah hujan dan kelembapan yang besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari indikator lingkungan fisik Kecamatan Cimahi Selatan memiliki

kritera yang cocok dengan syarat hidup domba priangan.

Pemerintah sendiri mendukung untuk terjadinya pengembangan budidaya ternak yang ada, mengingat kebutuhan masyarakat terhadap daging terus meningkat. Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat, Koesmayadi Tatang, menjelaskan, mayoritas kebutuhan daging di Jawa Barat terutama bagi kota besar seperti Bandung, Tasikmalaya dan Cimahi, ditutupi dari Jawa Tengah, Jawa Timur, serta impor dari Australia. Sambil meningkatkan minat konsumsi daging, produksi dagingnya pun harus ditingkatkan, tahun 2010 lalu terdapat 103 sarjana membangun desa (SMD) yang disebar ke 17 Kota dan Kabupaten di Jawa Barat untuk mengembangkan wirausaha di bidang peternakan.

(18)

6

Pemerintah Kota Cimahi juga terus mengusahakan agar sektor peternakan khususnya peternakan domba bisa lebih berkembang, karena melihat potensi sumber daya manusia yang ada yaitu dengan melaksanakan program pengembangan budidaya domba melalui BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) melaluiprogram penyuluhan dan pelatihan. Partisipasi masyarakat khususnya petani budidaya domba sangat berpengaruh terhadap program pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan. Dengan adanya petani mengikuti program penyuluhan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPP Kota Cimahi , program SMD dan dari pihak swasta maka akan berdampak positif terhadap pengembangan budidaya domba yang ada, khususnya dalam peningkatan produktifitas domba. Semakin tinggi tingkat partisipasi petani dalam program pengembangan budidaya domba, maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya. Karena kelak petani akan memiliki ilmu yang memadai dalam

hal proses budidaya domba mulai dari pembibitan hingga panen dan pemasaran. Selain faktor lingkungan fisik, lahan dan dukungan pemerintah, terdapat juga

faktor lainnya yang sangat mempengaruhi pengembangan budidaya domba, yaitu faktor sosial ekonomi petani domba. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi terhadap pengembangan budidaya domba, diantaranya tingkat pendidikan, pengalaman budidaya, jumlah populasi domba yang dimiliki, mata pencaharian, status kepemilikan domba, pendapatan dan jumlah pemasaran.

Fakta di atas menjadi sebuah masalah yang cukup menarik untuk dijadikan penelitian, dimana pemerintah khususnya Dinas Pertanian berusaha meningkatkan jumlah produksi daging melalui program SMD (Sarjana membangun Desa) dan program yang diselenggarakan oleh BPP Kota Cimahi yang memiliki tugas untuk membantu petani membudidayakan ternaknya dan menyediakan pembibitan ternak di sejumlah daerah, tetapi di sisi lain khususnya di Kota Cimahi khususnya lokasi penelitian ketersediaan lahan untuk garapan penyedia pakan ternak terbatas. Padahal syarat utama budidaya ternak sesuai dengan UU No.18 Tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan yaitu harus memiliki lahan garapan penghasil pakan ternak, sehingga kelangsungan hidup hewan ternak dapat terjaga.

(19)

7

dengan pengembangan budidaya domba yang ada di Kota Cimahi khususnya di Kecamatan Cimahi Selatan, sehingga peneliti akan melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Petani Terhadap Pengembangan Budidaya Domba di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi’’. Dengan harapan bisa menjadi rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait mengenai pola pengembangan budidaya domba yang sesuai diterapkan di Kecamatan Cimahi Selatan dengan segala kondisi penghambat yang ada sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat akan daging dapat terpenuhi tanpa harus memasok dari daerah lain bahkan dari negara lain.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini akan memaparkan permasalahan mengenai faktor-faktor yang dapat mendukung terhadap pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi

Selatan Kota Cimahi.

Dari pernyataan di atas maka diambil beberapa pertanyaan yang akan menjadi

batasan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi?

2. Bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan?

3. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi?

4. Bagaimana pengaruh partisipasi petani dengan pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi petani budidaya domba di

Kecamatan Cimahi Selatan.

(20)

8

3. Mengidentifikasi tingkat partisipasi petani dalam program pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan.

4. Mengukur pengaruh partisipasi petani terhadap pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu bagi khalayak umum ataupun bagi dunia pendidikan, diantaranya yaitu :

1. Sebagai masukan bagi pihak terkait untuk pengambilan keputusan atau kebijakan yang terkait dengan sektor pertanian di Kota Cimahi.

2. Sebagai masukan kepada peneliti lain untuk lebih mendalami lagi penelitian di sektor pertanian mengingat sangat pentingnya sektor pertanian bagi pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak.

3. Sebagai masukan untuk pengembangan ilmu geografi khususnya pada sektor pertanian.

4. Memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya bagi pembaca mengenai pengembangan pertanian salahsatunya budidaya domba di Kota Cimahi.

5. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran di SMA kelas X

semester 2 dengan kompetensi dasar “3.4 Menganalisis kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam kegiatan pertanian, pertambangan,

industri, dan jasa”. Dengan kompetensi inti “Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

(21)

9

E. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bab I Pendahuluan

Pada Bab ini berisi mengenai latar belakang yang menjadi acuan, mengapa penelitian ini dilakukan. Latar belakang pada penelitian ini berisikan kondisi secara umum hingga lebih spesifik yang terjadi mengenai kajian utama penelitian dalah hal ini budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan. Selain itu juga terdapat rumusan masalah yang berisi masalah mengenai pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan, yang akan diungkapkan kondisi dan solusinya pada penelitian ini. Terdapat juga tujuan dan manfaat penelitian bagi pihak yang terkait baik itu bagi pemangku kebijakan maupun pada bidang pendidikan.

2. Bab II Kajian Pustaka

Bab II ini berisi teori, konsep dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

judul penelitian. Adapun teori dan konsep yang diambil diantaraya konsep budidaya domba, definisi domba beserta jenis dan manfaatnya, partisipasi

masyarakat, faktor yang mempengaruhibdidaya domba dan kontribusi budidaya domba terhadap pendapatan petani. Sementara untuk penelitian terdahulu yang mengambil kajian yang hampir sama diambil dari sebuah tesis yang berjudul

“Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Petani Peternak dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Usaha Ternak Domba di Kota Semarang” yang disusun

oleh Kustopo Budiharjo.

3. Bab III Metode Penelitian

(22)

10

4. Bab IV Pembahasan

Bab IV ini berisi hasildan pembahasan dari penelitian, di dalamnya mencangkup jawaban dari rumusan masalah dan disesuaikan dengan isi kajian pustaka pada bab II. Isi dari bab ini menjelaskan kondisi fidik sosial lokasi penelitian, kondisi sosial ekonomi petani responden, potensi pengembangan budidaya domba yang ada dan hubungan partisipasi petani responden dengan pengembangan budidaya domba yang ada. Selain dalam bentuk deskripsi, hasil dan pembahasan juga disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta agar lebih memudahkan pembaca dalam memahai isi penelitian ini.

5. Bab V Kesimpulan

Bab V ini berisi kesimpulan mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan yang ada merupakan hasil dari jawabab pada bab IV yang berdasar kepada rumusan masalah yang ada pada bab I. Selain kesimpulan

disajikan juga rekomendasi kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini, seperti Dinas Pertanian Kota Cimahi, petani budidaya domba dan tentu saja bagi

(23)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

Surakhmad dalam Rena (2011: 36) menjelaskan bahwa metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis atau penelitian dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Selanjutnya Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menurut Kontur (2004: 105) metode deskriptif merupakan jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang sedang diteliti. Metode ini

bertujuan untuk mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti

melalui pendeskripsian, pengembangan secara sistematis dan faktual.

Salah satu metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode ini dipilih karena memiliki banyak keuntungan dalam penelitian, menurut Tika (2005: 9) keuntungan dari metode survey adalah sebagai berikut:

 Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan

yang dapat dipertanggungjawabkan.

 Dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data.

 Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui.

 Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu.

 Biaya lebih rendah karena waktunya lebih singkat.

(24)

51

A. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah berada di Kecamatan Cimahi Selatan, dimana kecamatan ini merupakan salahsatu kecamatan yang ada di Kota Cimahi. Dengan luas wilayah 1.694 Ha kecamatan ini memiliki lima kelurahan, sementara untuk jumlah penduduknya berjumlah 281.310 jiwa, dengan luas wilayah dan jumlah penduduk tertera di atas maka kepadatan penduduk di kecamatan ini 166,06 penduduk/Ha.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Cimahi Selatan, meliputi:

 Sebelah utara : Kecamatan Cimahi Tengah

 Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung

 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung

 Sebelah Timur : Kota Bandung

Kecamatan Cimahi Selatan termasuk ke dalam wilayah Kota Cimahi yang

terdiri dari lima kelurahan, yaitu Kelurahan Melong, Kelurahan Cibeureum, Kelurahan Leuwigajah, Kelurahan Utama dan Kelurahan Cibeber. Jarak Ibukota kecamatan ke Ibukota Propinsi Jawa Barat 14 km, Pemerintah Kota Cimahi 2 km, Kelurahan Melong 4 km, Kelurahan Cibeureum 2 km, Kelurahan Leuwigajah 0,5 km, Kelurahan Utama 0,5 km dan Kelurahan Cibeber 1,5 km.Kecamatan Cimahi Selatan memiliki empat wilayah pengembangan, diantaranya yaitu:

 Wilayah pengembangan pemukiman

Meliputi Kelurahan Melong, Kelurahan Leuwigajah dan Kelurahan Cibeber.

 Wilayah pengembangan industri

Meliputi sebagian besar wilayah Kelurahan Utama, sebagian kecil Kelurahan Cibeureum dan Kelurahan Melong.

 Wilayah pengembangan jasa dan perdagangan

Meliputi wilayah sepanjang jalan raya Cibeureum, Cimindi dan Baros.

 Wiayah pengembangan kawasan konservasi

Meliputi sebagian Kelurahan Cibeureum dan Kelurahan Leuwigajah.

B. Jenis Penelitian

(25)

52

Tetapi apabila ditinjau dari sudut pemakaiannya, penelitian ini dapat dikategorisasikan sebagai penelitian terapan. Sebab hasil dari penelitian ini dapat digunakan langsung secara praktis. Contohnya, apabila kita sudah mengetahui sejauh mana pengembangan budidaya domba, maka secara langsung kita bisa melakukan tindakan melalui dinas atau intansi terkait dengan menetapkan kebijakan yang mendorong terhadap perkembangan budidaya domba.

Penelitian terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik, efektif dan efisien. Misalnya, penelitian mengenai biaya hidup, hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan gaji, penelitian mengenai efisiensi kerja dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas, dsb. (Silaen dan Widyono, 2013: 17).

Tujuan akhir dari penelitian ini, peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan ataupun memberikan gambaran baik dengan gambar, peta,

grafik, tabel atau pun yang lainnya mengenai fakta-fakta, serta hubungan antara fenomena yang diteliti, contohnya memberikan deskripsi hubungan antara kondisi

pendidikan petani budidaya domba terhadap pengembangan budidaya domba, dan sebagainya. Sehingga berdasarkan tujuannya, penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif eksploratif.

(26)

53

C. Definisi Operasional 1. Pengembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pengebangan adalah proses, cara, perbuatan untuk mengembangkan sesuatu agar lebih optimal sesuai dengan kemungkinan yang bisa terjadi. Contohnya, pemerintah selalu berusaha dalam pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki.

2. Budidaya

Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi daya adalah "usaha yang bermanfaat dan memberi hasil".

3. Domba

Domba (Ovis) adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal orang

banyak karena dipelihara untuk dimanfaatkan rambut (disebut wol), daging, dan susunya. Yang paling dikenal orang adalah domba peliharaan (Ovis aries), yang diduga keturunan dari mouflon liar dari Asia Tengah selatan dan barat-daya. (Sumber: wikipedia.co.id/domba)

D. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono 2013: 38). Sedangkan menurut Nazir (2005: 123) menyatakan bahwa “variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai”. Adapun variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat yang memiliki hubungan dengan kajian penelitian ini.

(27)

54

1) KondisI Potensi Pengembangan Budidaya Domba: a. Tingkat pendidikan petani responden

b. Usia Petani Responden

c. Pengalaman budidaya domba petani d. Jumlah Petani Budidaya Domba e. Mata Pencaharian Petani Responden f. Status kepemilikan domba budidaya g. Tingkat pendapatan petani responden 2) Partisipasi Petani Responden:

a. Keikutsertaan dalam program Penyuluhan b. Keikutsertaan dalam program Pelatihan

2. Variabel terikat adalah variabel yang merupakan hasil yang terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

pengembangan budidaya domba dengan parameter peningkatan jumlah populasi domba budidaya yang ada.

Variabel Bebas

1) Kondisi Sosial Ekonomi Petani Domba: a. Tingkat pendidikan petani responden b. Usia petani responden

c. Pengalaman budidaya domba petani d. Jumlah petani responden

e. Mata pencaharian petani responden f. Status kepemilikan domba budidaya

g. Tingkat pendapatan petani responden 2) Partisipasi Petani Responden

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2013: 80) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

(28)

55

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sumaatmadja 1988:28) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah “semua kasus, individu dan gejala yang ada di daerah penelitian”. Berdasarkan dua definisi tersebut, maka peneliti menetapkan populasi pada penelitian ini mencangkup semua penduduk yang ada di Kecamatatan Cimahi Selatan yang membudidayakan domba. Jika dilihat dari kelompuk budidaya di Kecamatan Cimahi Selatan memiliki 13 kelompok budidaya dan tersebar di tiga kelurahan yaitu kelurahan Cibeber, Kelurahan Leuwigajah, dan Kelurahan Utama.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013: 62) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sehingga untuk menentukan pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan, maka dibutuhkan sampel penelitian. Jika dilihat berdasarkan data

Dinas Pertanian Kota Cimahi khususnya di Kecamatan Cimahi Selatan yang berpotensi dijadkan sampel adalah masyarakat yang membudidayakan domba di

tiga Kelurahan yang memiliki kelompok budidaya terbanyak yaitu Kelurahan Utama, Kelurahan Leuwigajah dan Kelurahan Cibeber.

Tabel 3.1 Tabel Jumlah Kelompok Budidaya Domba No Kelurahan Jumlah Kelompok Budidaya

Domba

1. Cibeber 3

2. Leuwigajah 7

3. Utama 3

Sumber: DISKOPINDAGTAN Kota Cimahi 2014

(29)
(30)

57

(31)

Untuk menentukan jumlah sampel dari 196 KK populasi petani domba yang ada menggunakan rumus Slovin. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= Batas toleransi kesalahan (error tolerance) (10%)

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional sampling dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n = banyaknya sampel dari tiap kelompok tani Ni = Jumlah KK petani tiap kelompok tani

Ni = Jumlah KK petani dari gabungan kelompok tani

no = Banyaknya sampel yang diambil dari keseluruhan populasi

Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, jumlah proporsional sampling yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Tabel Jumlah Sampel per Kelurahan

NO Kelurahan Jumlah Penduduk KK Budidaya domba Responden

1. Leuwigajah 28.461 145 49

2. Utama 50.337 26 9

3. Cibeber 45.713 24 8

Jumlah 281.310 195 66

Sumber: Hasil Pengolahan 2015 (bersumber dari DISKOPINDAGTAN, BPS dan

(32)

58

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data tersebut, yaitu :

1. Observasi Lapangan

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap gejala-gejala yang ada di lapangan. “Observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang terutama dalam penelitian geografi” (Sumaatmadja, 1981: 105). Setiap penelitian geografi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari teknik pengumpulan data ini, begitu pula dengan penelitian mengenai poensi pengembangan budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

Data-data yang akan diperoleh dengan menggunakan teknik observasi lapangan, yaitu :

1) Faktor yang mempengaruhi potensi budidaya domba 2) Kondisi sosial ekonomi petani

3) Partisipasi petani

4) Pendapatan petani budidaya domba 2. Studi Kepustakaan

Penelitian geografi yang memenuhi syarat tidak dapat dilakukan tanpa memahami konsep, teori, prinsip dan hukum-hukum yang berlaku pada ilmu geografi dan penelitian. Maka dari itu, seorang peneliti sangat memerlukan studi kepustakaan dalam rangka untuk menunjang teori dan konsep yang sesuai dengan tema penelitian yang sedang dikajinya. Maka dari itu, dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti menggunakan studi kepustakaan dalam teknik pengumpulan data.

Studi kepustakaan yang dijadikan sumber/rujukan teori dan prinsip yaitu berupa buku, internet, jurnal penelitian, laporan pemerintah atau LSM, artikel, Undang-undang, Perda, atau pun peraturan lainnya yang terkait dengan airtanah yang sesuai standar konsumsi.

3. Studi Dokumentasi

(33)

data-59

data sekunder. Dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam penelitian airtanah dangkal ini dapat berupa buku laporan kecamatan, kabupaten, instansi khusus seperti lembaga UPTD Pertanian Kecamatan Cimahi Selatan dan Dinas Pertanian Kota Cimahi.

Data-data yang dapat diperoleh dengan cara dokumentasi dari sumber kelembagaan antara lain :

1) Peta Rupa Bumi Indonesia

2) Data mengenai perkembangan budidaya domba

3) Data mengenai perkembangan pasar terhadap domba hasil budidaya 4. Wawancara

Wawancara akan dilakukan oleh peneliti sebagai teknik pengumpulan data pelengkap. Apabila data yang diperlukan untuk penelitian dari ke empat teknik sebelumnya kurang lengkap, maka peneliti akan melakukan teknik ini.

Sebagaimana diungkapkan oleh Sumaatmadja (1981:106) yang menyatakan bahwa :

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkapkan oleh teknik observasi. Pada penelitian geografi, teknik ini bukan merupakan teknik pengumpulan data yang terutama, melainkan hanya sebagai pelengkap.

Salah satu data yang diperkirakan akan dilengkapi dengan teknik wawancara, antara lain seperti kondisi sosial ekonomi dan partisipasi petani responden dalam mengikuti program pelatihan dan penyuluhan yang diselenggarakan oleh BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kota Cimahi.

G. Instrumen Penelitian

1. Bahan yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, meliputi:

1) Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Lembar Cimahi 2) Peta Geologoi Lembar Bandung

3) Profil Kecamatan Cimahi Selatan 2013

(34)

60

6) Kota Cimahi Dalam Angka 2014

2. Alat yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini, meliputi: 1) Kamera

2) Laptop Axioo

3) Program MapInfo 9.5

4) Pedoman Observasi Lapangan 5) Pedoman Wawancara

H. Teknik Pengolahan Data

Data hasil dari lapangan yang telah diperoleh, selanjutnya akan dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap instrumen baik

kelengkapan pengisian, kejelasan informasi dan ketepatan mengisi, data yang diperoleh tersebut apakah sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak.

2. Pengkodean

Pengkodean merupakan tahap penyusunan dan pengelompokan data sejenis untuk mengetahui memenuhi atau tidak nya data tersebut dengan pertanyaan dan kebutuhan penelitian. Kemudian data tersebut dikelompokan menurut macamnya. Dalam pengkodean, data akan dibagi dua. Pertama adalah dataketersediaan pakan ternak, kondisi iklim, kondisi pasar tehadap domba hasil budidaya dan kedua adalah data yang diperoleh dari para responden mengenai pengembangan budidaya dmba termasuk didalamnya mengenai kondisi sosial ekonomi dan pendidikan petani untuk selanjutnya diberikan pengkodean dengan mencantumkan angka tertentu pada masing-masing jawaban responden.

3. Tabulasi Data

(35)

61

I. Prosedur Penelitian 1. Pra Lapangan

Pada tahapan ini peneliti mulai dengan mengumpulkan referensi yang terkait dengan judul penelitian, seperti data monografi Kecamatan Cimahi Selatan, Peta daerah penelitian yang meliputi Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Cimahi dengan skala 1:25.000, Peta Geologi dan Peta Penggunaan lahan. Selain itu juga diperlukan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Lapangan

Pada tahapan ini peneliti mendesain konsep penelitian hingga akhirnya mencari data baik itu data primer hyang di dapat langsung di lapangan dengan cara wawancara dan observasi, maupun data sekunder dengan mendatangi lembaga atau instansi yang terkait dengan judul penelitian, seperti DISKOPINDAGTAN, BPP, BPS, UPTD, dan BAPPEDA.

3. Pasca Lapangan

Pada tahapan ini peneliti mulai meganalisis data yang telah didapatkan hasil

dari lapangan baik itu data primer maupun data sekunder, dengan menggunakan teknik editing. Pengkodean, tabulasi, interpretasi, dan skoring. Adapun analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis presentase dan analisis gamma.

J. Analisis Data 1. Analisis Presentase

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan analisis presentase dimana untuk memberikan nilai pada masing-masing karakteristik parameter dari sub variabel agar dapat dihitung nilainya. Variabel yang dinilai yaitu kondisi faktor yang mempengaruhi pengembangan budidaya domba yang menitik beratkan kepada pola pengembangan budidaya, respon dan partisipasi masyarakat terhadap budidaya domba.

(36)

62

persentase dengan menggunakan formula”. Formula untuk menghitung tingkat persentase adalah sebagai berikut:

Keterangan:

F = Frekuensi tiap kategori jawaban responden.

N = Jumlah keseluruhan responden dan P = Besarnya persentase

Apabila perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan berupa persentas tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penafsiran dan pengumpulan data dan peneliti memilih parameter yang digunakan oleh Effendi dan manning (1991:263). Kriteria persentase yang digunakan adalah sebagai berikut.

[image:36.595.184.469.357.526.2]

Tabel 3.3

Tabel Perhitungan Analisis Presentase

Sumber:Effendi dan Manning dalam Rena, 2011

2. Analisis Korelasi Gamma (γ)

Rumus korelasi Gamma (γ), digunakan pada analisis korelasi sederhana untuk variabel ordinal. Menurut Hasan (2004: 54) rumus yang digunakan untk mencari korelasi Gamma (γ), yaitu sebagai berikut :

Rumus :

Keterangan :

fa = frekuensi kesepakatan (agreementsi) = a (e+f+h+i) + b (h+i) + (e) (i)

NO Persentase (%) Kriteria

1. 100 Seluruhnya

2. 75-99 Sebagian besar

3. 51-74 >Setengahnya

4. 50 Setengahnya

5. 25-49 < Setengahnya

6. 1-24 Sebagian Kecil

(37)

63

fi = frekuensi inversi (inversion) = c (d+e+g+h) + b (d+g) + (e) (g)

[image:37.595.131.491.226.401.2]

Adapun untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel diberikan nilai-nilai dari KK sebagai patokan dapat dilihat pada tael 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.4

Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

Interval Nilai Kekuatan Hubungan

KK = 0.00 Tidak ada

0.00<KK≤0.20 Sangat rendah atau lemah sekali

0.20<KK≤0.40 Rendah atau lemah tapi pasti

0.40<KK≤0.70 Cukup berarti atau sedang

0.70<KK≤0.90 Tinggi atau kuat

0.90<KK≤1.00 Sangat tinggi atau kuat sekali

KK = 1.00 Sempurna

(38)

115

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapat dari penelitian yang telah dianalisis menggunakan analisis presentase dan analisis gamma yang dijabarkan pada bab terdahulu, maka penelitian yang berjudul “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Petani Terhadap Pengembangan Budidaya Domba di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi” dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi sosial ekonomi lokasi penelitian yaitu Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi yang diukur meliputi tingkat pendidikan petani responden, pengalaman budidaya petani responden, jumlah populasi domba petani responden, status kepemilikan petani responden, mata pencaharian petani

responden dan pendapatan petani responden. Tingkat pendidikan petani responden dapat dikatakan rendah karena sebagaian besar atau lebih dari

setengahnya hanya lulusan SD bahkan tidak tamat SD. Pengalaman budidaya domba petani responden sebagian besar >15 tahun. Jumlah populasi domba petani responden rata-rata 11 ekor, dengan rentan populasi terbanyak 5-10 ekor yaitu 25 petani respoden. Status kepemilikan domba budidaya hampir seluruhnya merupakan milik pribadi/mandiri. Mata pencaharian petani responden sebagian besar adalah sebagai petani di ladang terbuka.sementara untuk pendapatan petani responden Paling banyak memiliki penghasilan Rp.5.000.000-Rp.10.000.000 dalam satu tahun.

(39)

116

faktor saja yang berpengaruh terhadap tingkat pengembangan budidaya domba yang ada, yaitu jumlah petani domba, pengalaman budidaya domba petani dan pemasaran domba budidaya petani responden, selain jumlah populasi domba yang menjadi parameter pengembangan budidaya domba. Jika dilihat dari lokasi yang paling memiliki potensi pengembangan budidaya domba yang ada, maka secara berurutan adalah Kelurahan Leuwigajah, Kelurahan Utama dan Kelurahan Cibeber.

3. Partisipasi petani responden dalam program pengembangan usaha budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan dapat dilihat dari keikutsertaan peetani responden dalam program penyuluhan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kota Cimahi. Dari program penyuluhan dari keseluruhan petani responden hanya 21% atau 13 petani responden yang ikut serta dalam program tersebut. Sementara untuk program

pelatihan terdapat 24% atau sebanyak 16 petani responden. Dengan kondisi ini, maka partisipasi petani responden dalam program pengembangan

budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan dapat dikategorikan rendah. 4. Hubungan partisipasi petani dalam program penyuluhan dan pelatihan dengan

(40)

117

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi dalam pengembangan usaha budidaya domba di Kecamatan Cimahi Selatan, yaitu:

1. Untuk DISKOPINDAGTAN khususnya dinas peternakan dan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kota Cimahi, diharapkan untuk menambah tenaga penyuluh pertanian dan peternakan di lingkungan dinas karena dengan semakin banyaknya tenaga penyuluh, maka akan semakin tinggi intensitas penyuluhan dan pelatihan yang ada sehingga petani budidaya domba lebih mengetahui bagaimana cara yang terbaik untuk menangani permasalahan dalam pemeliharaan domba budidaya. Selain itu juga dibutuhkan lebih banyak sosialisasi jika akan menyelenggarakan program penyuluhan dan pelatihan kepada petani budidaya, sehingga mereka mengetahui akan adanya

program tersebut.

2. Untuk petani budidaya domba, diperlukan kesadaran yang tinggi akan betapa

pentingnya mencari banyak informasi dalam pengembangan usaha budidaya domba yang ditekuni. Mengingat banyak hal penghambat dalam pelaksanaannya seperti kekurangan pakan, wabah penyakit, dan perkandangan yang minim. Dengan banyak mengetahui banyak informasi, maka petani budidaya akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam pelaksanaan usaha budidaya domba

(41)

118

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rena (2011). Potensi Pengembangan Budidaya Rosella(Hibiscus sabdariffa) di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPU: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astawan, Mita. (1988). Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Jakarta: Akademika Pressindo.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kota Cimahi dalam Angka 2013. Cimahi: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kecamatan Cimahi Selatan dalam Angka 2013.

Cimahi : BPS.

Badan Pusat Statistik. (2013). Sensus Pertanian Kota Cimahi Tahun 2013. Cimahi : BPS.

Budirahardjo, Kustopo. (2003). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Petani Peternak Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Usaha Ternak Kambing di Kota Semarang. (Tesis). Program Studi Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Diyah, Enok. (2012). Partisipasi Petani Jagun dalam Program Peningkatan Produktivitas Jagung Hibrida di Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI: Tidak diterbitkan.

D.M.S Rounny, Kontour. (2004). Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM.

Holil Soelaiman. (1980). Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung.

Iqbal, Hasan. ((2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara

Kecamatan Cimahi Selatan. (2012). Profil Kecamatan Cimahi Selatan. Cimahi: Pemerintah Kecamatan Cimahi Selatan

Mubyarto. (1984). Metodologi Pengabdian Pad Masyarakat. Lampung: Universitas Lampung

(42)

119

Nazir, Moh. (2005). Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Niwan Rina. (1993). Pengelolaan Budidaya Ternak. Jakarta: CV Yasaguna

Pasaribu, Simanjuntak. (1986).Sosiologi Pembangunan. Bandung: Alumni 1986.

Rahadi. (1993). Agribisnis Ternak Modern. Jakarta: Penebar Swadaya

RTRW Kota Cimahi. (2012). Gambaran Umun Kota Cimahi. Cimahi: BAPPEDA

Satyawibawa, Iman. (1993). Agribisnis Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sanggih, Santoso. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Silaen, Sofar dan Widyono. (2013). Metodelogi Penelitian Sosial untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : In media.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.

Sumaatmadja, Mursid. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.

Suryatna, Rafi’i. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa.

Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wirandi, Bagus. (2011). Produktivitas Budidaya Padi Organik di Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI: Tidak diterbitkan.

Amellias. (2010). Peranan Lingkungan dalam Peternakan. [online]. Tersedia di: http://ameliamesmerised.blogspot.com/2010/10/peranan-lingkungan-dalam-peternakan.htm?m=1. (15 Mei 2015).

(43)

120

Syaibah. (2013). Pengaruh Unsur-unsur Lingkungan Fisik Ternak. [online]. Tersedia di: http://bannysyaibah.blogspot.com/2013/02/pengaruh-unsur-fisik-lingkungan.html?m=1. (11 Mei 2015).

______.(2010). Manfaat Daging Domba dn Kambing. [online]. Tersedia di: http://manfaat.co.id/manfaat-daging-domba-dan-kambing. (20 Mei 2015).

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Populasi Domba di Kota Cimahi per
Gambar 1.1 Jumlah Kelompok Budidaya Domba
Tabel 3.1 Tabel Jumlah Kelompok Budidaya Domba
Tabel Perhitungan Analisis Presentase
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian deskriptif pada 39 pasien yang terdaftar di IKADAR(Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja) selama September – Oktober 2007 di Departemen

Aplikasi ini juga menyediakan riwayat penyakit pasien secara digital, sehingga meminimalisir penggunaan Aplikasi ini juga menyediakan riwayat penyakit pasien secara digital,

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu berhasil dibuat sistem manajemen request lagu pada radio internet yang dikombinasikan dengan radio broadcast (radio

Salah satu kota yang biasa dikunjungi untuk berwisata maupun backpacker ke Jepang adalah Osaka, kota yang terletak didaerah Kansai ini terkenal dengan beberapa tempat

Dari penelitian ini didapat bahwa penyerapan logam berat yang tertinggi oleh Chlorella sp berturut-turut adalah Cr yaitu sebesar 33% , Cu sebesar 29 %, Cd sebesar 15% dan

Berdasarkan analisis rasio keuangan, strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan penjualan

Minyak dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu: (1) minyak nabati, contohnya : Minyak dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu: (1) minyak nabati, contohnya :