Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
DISERTASI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh Yuyus Suherman
0907675
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING
AKSELERASI-INKLUSI
Disetujui dan Disahkan Oleh Panitia Disertasi:
Promotor
Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata,M.Pd
Kopromotor
Prof.Dr. Syamsu Yusuf,LN,M.Pd
Anggota
Dr. Zaenal Alimin,M.Ed .
Mengetahui,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul “ Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam setting Akselerasi-Inklusi” ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara cara tida sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian keaslian karya saya ini
Bandung, Agustus 2015
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi. Disertasi dibimbing oleh: Prof.Dr.Sunaryo Kartadinata,M.Pd (Promotor), Prof.Dr.Syamsu Yusuf,LN,M.Pd. (Ko promotor) dan Dr.Zaenal Alimin,M.Ed (Anggota promotor). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Pogram akselerasi diklaim sebagai wahana pendidikan anak berbakat, tetapi implementasinya sporadis dan eksklusif. Riset ini bertujuan mengembangkan bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat dalam setting akselerasi-inklusi. Masalah penelitiannya adalah: Bagaimana pengembangan bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang applicable dan efektif?. Riset ini menggunakan mixed method dengan research and development sebagai payungnya.Temuannya; (1) Bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat dalam setting akselerasi-inklusi yang applicable (Model), adalah model yang dikontruksi berbasis profil mildly gifted, moderately gifted, dan profoundly gifted dan konteks bimbingan dan konseling terintegrasi.(2) Analisis individu menyatakan Model berdampak nyata terhadap prestasi akademik dan pengembangan diri. Ditunjukan oleh perubahan mildly gifted ke moderately gifted, moderatetly gifted ke profoundly gifted, bahkan dari mildly gifted ke Provoundly gifted, serta show potential ke ecxcellent. Simpulannya; Aplikabilitas Model terkait dukungan pimpinan sekolah, peran konselor, guru, orang tua dan komunitas. Perubahan ini tergolong success, sebab meskipun dipuncak prestasi, potensinya masih bisa
dikembangkan, apalagi bagi “si kuda hitam”. Temuan ini menjadi evaluasi mendasar terhadap kebijakan program akselerasi-eksklusi dan menjadi basis pengembangan program bimbingan dan konseling anak berbakat. Model hendaknya dipandang sebagai inovasi dalam konteks towards inclusive education. Bagi penelitian lanjutan, ini menjadi roadmap untuk lebih mengontrol variabel.
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Yuyus Suheman, 2015. Comprehensive Guidance and Councelling for Gifted Children through Milgram’s Structure of Giftedness Model in Acceleration-Inclusion Setting. A Dissertation Supervised by Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata (Promotor), Prof. Dr.Syamsu Yusuf, LN. (Co-promotor) and Dr.Zaenal Alimin, M.Ed (Member of promotor). Guidance and Councelling Study Program. Post-Graduate School. Indonesia University of Education.
Acceleration program is claimed to be designated for gifted children. However, the implementation of the program is still considered sporadic and exclusive. This study aims at developping a comprehensive guidance and councelling for gifted children in acceleration-inclusion setting. The research question is “ how does the development of a comprehensive guidance and counseling for gifted children through Milgram’s structure of giftedness models in acceleration-inclusion setting is applicable and affective?. This study applies a mixed method as its design which utilizes research and development as the umbrella. Finding shows that comprehensive guidance and councelling for gifted children in acceleration-inclusion setting (the model) be constructed based on ‘mildly gifted’, ‘moderately gifted’, and
‘profoundly gifted’ profile as well as on integrated guidance and councelling context. the individual analysis shows that this model has a tangible impact. The tangible impact is shown in the improvement of the categories i.e.from ‘mildly gifted’ to ‘moderately gifted’,
‘moderatetly gifted’ to ‘profoundly gifted’, even from ‘mildly gifted’ to ‘provoundly gifted’, also ‘show potential’ to ‘ecxcellent’. This result, the aplicability of this model is related to the support from the headmaster,councelor, teachers, parents, and community. This improvement is considered a success because although the children are in their best performance, their performance can still be improved, not to mention the children who are known to be normal
and ‘dark horse’.This finding is an essential evaluation of the policy to implement acceleration-exclusion program, and the basis development of guiding and councelling on gifted children program. A model is supposed to be considered as the inovation toward inclusive education. For further study, this study can be a roadmap to control the variable .
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Abstrak ………. i A. Latar Belakang Penelitian………..…….. B. Rumusn Masalah Penelitian...…... 1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat ... 2. Model Struktur Keberbakatan Milgram... 3. Pendidikan Khusus dan Akelerasi-Inklusi dalam Perspektif Menuju Pendidikan Inklusif ...
D. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen... 101
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Hlm
Gambar 2.1 Two Mayor Interrelated Education System Gysbess & Henderson 10
Gambar 2.2. Conceptual Framework of The IOWA Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide ... 11
Gambar 2.3. Comprehnsive Counseling/Guidance Progrm Overview ... 14
Gambar 2.4 The New Emphasis in Guidance Programing is Developmental vs Tradisional ... 15
Gambar 2.5 Multi Factors Models of Giftedness ... 24
Gambar 2.6 . Milgram: 4 x 4 Structure of Giftedness Models ... 28
Gambar 2.7 Gifted Pupils Potential for Superior Performance in Multiple Domain ... 30 Gambar 2.8 Talented Pupils Potential for Superior Performance in One Domain... 30
Gambar 2. 9 Talents as Developed Gifts Model ... 30
Gambar 2.10 A Sequental Strategy Models for The Identification of Exceptionally Gifted at School Level According to Heller... 34 Gambar 2.11 Kerangka konseptual Dinamika Keberbakatan dan Identifik Anak Berbakat ... 35 Gambar 2.12 Range of Traditional Classroom Instruction ... 40
Gambar 2.13 The Curriculum Design Proposed Here May be Seen as an Umbrella... Pedagogic Positions: General vs Unique Difference Positions .. 43
Gambar 2.16 Context for Designing Differentiated Curricula... 44
Gambar 2.17 The Cascade System of Special Education Service... 45
Gambar 2.18 The Original Special Education Cascade... 45
Gambar 2.19 Changes Occurring in The Cascade... 46
Gambar 2.20 The Intructional Cascade ... 47
Gambar 2.21 Continuun Model for Ability Grouping ... 48
Gambar 2.22 Acceleration Scope and Sequence... 53
Gambar 2.23 A Model of Acceleration for Law-Achieving Students ... 54
Gambar 2.24 Pyramid of Talent Development ... 57
Gambar 2.25 Steps From Exclussion to Inclussion ... 60
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Gambar 2.27 Effective School Practices For Reinforcing Parents Efforts to
Enchange Their Children’s Learning ... 66 Gambar 2.28 Framework for Self-Assesment-Achievable with use of Gambar 2.31 Planning Inclusion, Adapted From Education for All... 81 Gambar 2.32 Student Characteristics and School Services and Setting ... 82 Gambar 2.33 Kerangka Pikir Efektivitas BK Komprehenship Anak Berbakat
Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi ... 90
Gambar 3.1 Embedded Design: Embedded Experimental Model ……….. 91 Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian dan Pengembangan BK Komprehensif
Anak Berbakat Melalui Milgram: 4 x 4 Structure of Giftedness Model dalam Seting Akselerasi-Inklusi ...
96
Gambar 3.3 Komponen Analisis data: Model Interaktif ... 105 Gambar 4.1 Rangkuman dan Visualisasi Hasil Penelitian ………. 110 Gambar 4.2
Profil Anak Berbakat kelas V-1 Berdasarkan Nominasi Guru ... 111 Gambar 4.3
Profil Anak Berbakat kelas V-2 Berdasarkan Nominasi Guru ... 113 Gambar 4.4
Profil Anak Berbakat kelas V-3 Berdasarkan Nominasi Guru... 116 Gambar 4.5
Profil Anak Berbakat kelas V-1 Berdasarkan Nominasi Teman... 118 Gambar 4.6
Profil Anak Berbakat kelas V-2 Berdasarkan Nominasi Teman... 119 Gambar 4.7
Profil Anak Berbakat kelas V-3 Berdasarkan Nominasi Teman... 121 Gambar 4.8
Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-1 yang Dinominasikan
Sebagai Anak Berbakat ... 124 Gambar 4.9
Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-2 yang Dinominasikan
Sebagai Anak Berbakat ... 125 Gambar 4.10
Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-3 yang Dinominasikan
Sebagai Anak Berbakat ... 126 Gambar 4.11
Prinsip dasar Organisasi Kurikukkum dan Kesetaraan program... 134 Gambar 4.12
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Gambar 4.13
Ragam Aspek Perkembangan dalam Pembelajaran... 136
Gambar 4.14 (a. Model Hipotetik : BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi... b.Model Operasional: BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi... c. Model Applicable: BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Mekanisme Kerja BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi di SD Al-Mabrur... 162
Gambar 4.16 Rata-Rata Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur Sebelum dan Sesudah ( Pre-Post) ………. 181
Gambar 4.17 Rata-rata Perkembangan Prestasi Akademik pada Masing-masing Mata Pelajaran ……… 183
Gambar 4.18 Profil Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur pada Setiap Pelajaran ………... 187
Gambar 4.19 Profil prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V Setelah Mendapat Implementasi Model ( Post-Test) ……….. 189 Gambar 4.20 Profil Prestasi Akademik ANRH ……… 192
Gambar 4.21 Profil Prestasi Akademik MZB ………. 193
Gambar 4.22 Profil Prestasi Akademik MAGD ……….. 194
Gambar 4.23 Profil Prestasi Akademik MTFM ………... 195
Gambar 4.24 Profil Prestasi Akademik MP ……….... 196
Gambar 4.25 Profil Prestasi Akademik MNRF ……… 197
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Gambar 4.36 Profil Prestasi Pengembangan Diri MZB .……… 212
Gambar 4.37 Profil Prestasi Pengembangan Diri MAGD ……….. 213
Gambar 4.38 Profil Prestasi Pengembangan Diri MTFM ………. 214
Gambar 4.39 Profil Prestasi Pengembangan Diri MP ……… 215
Gambar 4.40 Profil Prestasi Pengembangan Diri MNRF ……… 216
Gambar 4.41 Profil Prestasi Pengembangan Diri FZZ ………. 217
Gambar 4.42 Profil Prestasi Pengembangan Diri MHS ………. 218
Gambar 4.43 Profil Prestasi Pengembangan Diri WRW ..……….. 219
Gambar 4.44 Profil Prestasi Pengembangan Diri DAPA ……….. 222
Gambar 4.45 Profil Prestasi Pengembangan Diri AGM ………. 221
Gambar 4.46 Profil Prestasi Pengembangan Diri RAY ……….. 222
Gambar 4.47 Profil Prestasi Pengembangan Diri YVJM ……… 223
Gambar 4.48 Profil Prestasi Pengembangan Diri RA ……… 224
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Tabel 3.1 Format Pedoman Wawancara ... 101
Tabel 3.2 Format Pedoman Observasi ... 102
Tabel 3.3 Format Pedoman Studi Dokumentasi ... 102
Tabel 3.4 Format Catatan Lapangan ... 103
Tabel 3.5 Format rangkuman Data Lapangan ... 103
Tabel 3.9 Kisi-kisi Data Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri…….. 104
Tabel 4.1 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-1... 128
Tabel 4.2 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-2... 130
Tabel 4.3 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-3 ... 131
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Identifikasi Anak Berbakat Melalui Pendekatan Non-Tradisional ... 133
Tabel 4.5 Deskripsi Ragam Intervensi Berbasis Multi Kecerdasan ... 137
Tabel 4.6 Struktur Kurikulum dan Sebaran Jam Mata Pelajaran dalam Program 5 tahun ……….. 139
Tabel 4.7. Matrik Rekapitulasi Temuan,Masukan dan Implikasinya terhadap Formulasi Model ………. 142
Tabel 4.8 Rata-rata Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ……….... 180
Tabel 4.9 Rata-rata Prestasi Akademik Pada Masing-Masing Pelajaran……. 183
Tabel 4.10. Uji dampak Rata-Rata per Mata Pelajaran………... 185
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor rata-rata dan Perubahan Level Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ……….. 186
Tabel 4.12. Perubahan prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur Secara Individual dan Per-Mata Pelajaran ………. 190
Tabel 4.13 Profil Prestasi Pengembangan Diri Awal (Pre) dan Prestasi Pengembangan Diri Akhir (post) Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ………. 207
Tabel 4.14. Rangkuman Output SPSS untuk Aspek Perilaku ……… 209
Tabel 4.15 Rangkuman Output SPSS untuk Aspek Potensi ………. 219
Yuyus Suherman, 2015
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI
Lampiran
Hlm
1 Layout Penelitian ... 278
2 Instrumen Audit program ... 279
3 Skala Nominasi Guru ... 280
4 Skala Nominasi Teman Sebaya ... 281
5 Dokumen kurikulum dan Stuan Layanan BK ………. 282
6 Contoh Dokumen Lesson Plan ……….. 264
7 Dokumen Prestasi Akademik Siswa ……… 265
8 Dokumen Prestasi Pegembangan Diri Siswa ……… 266
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bimbingan dan Konseling (BK) anak berbakat, merupakan keniscayaan
adanya. Hal ini sebagai konsekuensi dari konteks keutuhan dalam pendidikan.
Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya pendidikan khusus anak berbakat
yang berkembang saat ini, seyogyanya sejalan dengan kesadaran pentingnya BK
anak berbakat. Disadari, selama ini anak berbakat masih terabaikan. Van
Tassel-Baska (Millgram,1991) melaporkan hanya Sembilan persen anak berbakat yang
menerima program BK. Padahal, seperti anak lainnya, anak berbakat membutuhkan
BK untuk mengoptimalkan potensinya, ditambah kebutuhan yang berakar dari
kemampuan luar biasanya (Myers & Pace dalam Milgram,1991).
Seiring dinamika pendidikan dan jaminan aspek legal undang-undang,
fakta empiris, praktik pendidikan anak berbakat terbagi ke dalam setting eksklusi
dan setting inklusi. Sebagai bagian terintegrasi dari pendidikan, BK ditantang
hadir dalam kedua setting tersebut. Tetapi dengan dijadikannya pendidikan
inklusif sebagai komitmen nasional yang sejalan dengan komitmen internasional,
setting eksklusi menjadi tidak relevan.
Pendidikan anak berbakat dalam setting eksklusi baik yang segregatif maupun
yang integratif meskipun memiliki aspek legal, tetapi pilihan ini menunjukan
“keterbelakangan” paradigma pendidikan yang dianutnya. Adanya polemik berkepanjangan, menunjukkan belum ada konsensus tentang bagaimana anak
berbakat dididik. Fenomena kelas akselerasi (Direktorat Pendidikan Khusus-Layanan
Khusus), Brilliant Class (Surya Institute), Cugenang Gifted School (Yayasan Kinarya Didaktika), dan sejenisnya, di satu sisi merupakan bentuk tanggung jawab
pendidikan, tetapi disisi lain bertentangan dengan komitmen inklusi. Salamanca
statement, dalam kajian lima tahun aktivitas UNESCO (1999) memperingatkan
institusi khusus adalah eksklusi.
tentang sistem pendidikan nasional. Tetapi sejak awal, mengundang pro-kontra.
Mereka yang pro berargumen dengan aspek legal dan kebutuhan anak berbakat akan
pendidikan yang sesuai. Anak berbakat dinilai beresiko berprestasi rendah, sehingga
kelas “khusus” akselerasi diasumsikan sebagai solusinya. Di sisi lain, sikap kontra
muncul atas pemikiran kelas “khusus”, mengarah pada pembentukan masyarakat elit.
Kalangan ini menyatakan pengelompokan anak secara homogen menjadi kelas super
baik dan kelas kurang baik tidak memiliki dasar filosofi, apalagi disertai degradasi.
Kelas akselerasi, dipandang negatif karena dijadikan prestise sekolah,
eksklusif dan bersyarat. Sekolah harus melakukan pelatihan kurikulum berdiferensiasi
dengan nara sumber dari asosiasi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CI+BI)
nasional. Setelah pelatihan, sekolah direkomendasikan mengajukan perizinan
(Asosiasi CI+BI Nasional,2011). Pengelola akselerasi dipersyaratkan memiliki manajer program dan secara administratif terpisah dalam berbagai aspek, termasuk
pembiayaannya (Direktorat PKLK,2009). Dari aspek ketenagaan, guru diseleksi
IQ-nya, sehingga wacananya ada anak akselerasi, kelas akselerasi, dan guru akselerasi.
Seiring gencarnya kritikan, semangat mempertahankan kelas akselerasi mulai
mengendur. Kelas akselerasi kehilangan konteks, meskipun seharusnya disadari sejak
lama. Tetapi dalam perspektif “projek”, CI+BI masih dipertahankan. Wacananya
bergeser pada enrichment yang menyelenggarakan pembelajaran dikelas berbeda,
dengan pengantar bahasa Inggris. Pelajaran lain diselenggarakan dikelas reguler.
Ditengah polemik berkepanjangan, akselerasi terus berkembang. Berdasarkan data
Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan, Jawa Barat (2006), terdapat 46
sekolah penyelenggara akselerasi, untuk jenjang SD tercatat 13 sekolah.
Implementasinya menggunakan kelas khusus. Jumlah anak kelas akselerasi
20-25 orang, dengan IQ 135-140. Akselerasi dimulai dari kelas 4 sampai kelas 6
yang ditempuh selama 2 tahun. Tetapi jika tidak mampu, anak bisa kembali ke
kelas regular.
Format berbeda, dikembangkan SD AL-Mabrur Kabupaten Bandung.
pembelajaran lima tahun, melalui asesmen kesetaran dan diversifikasi layanan.
Keunggulan anak didik diamati sepanjang proses perkembangan, hasilnya dituangkan
dalam bentuk portofolio dan laporan perkembangan (Kartadinata,2011).
Pentingnya pendidikan khusus anak berbakat, diterima banyak kalangan.
Esensi masalahnya terdapat pada implementasinya. Implementasi melalui kelas
akselerasi ini yang mengundang polemik. Argumentasi jika anak berbakat dijadikan
satu kelas dengan anak biasa, akan kehilangan semangat belajar karena jenuh, tidak
relevan dengan solusinya. Jika proses belajarnya tidak bermutu, semua anak
dipastikan mengalami kejenuhan. Karena itu, solusinya dengan memperbaiki mutu
pembelajaran, bukan dengan kelas akselerasi, apalagi dengan sekolah khusus.
Berkenaan dengan hal tersebut, progam akselerasi perlu dikembalikan pada
gagasan awal, sebagai upaya memberi layanan pendidikan yang sesuai, agar potensi anak berbakat berkembang optimal. Hal ini menuntut evaluasi terhadap implementasi
program akselerasi, sebab meskipun kelas akselerasi diklaim sebagai wahana
pembinaan anak berbakat, tetapi esensi akselerasi tidak terjadi. Selain itu, akselerasi
dalam bentuk kelas ”khusus’ hanya menyentuh anak berbakat berprestasi dan ber-IQ tinggi, tidak menyentuh anak berbakat berprestasi rendah dan tidak beruntung,
padahal aspek legal berbicara “warga negara” tanpa kecuali. Jika kembali pada aspek
legal, implementasi pendidikan khusus anak berbakat belum berada di jalan benar.
Hal mendasar untuk mengahiri polemik, adalah kembali pada filosofi
pendidikan, sehingga semua kalangan memahami hakikat pendidikan. Dengan
pemahaman terhadap hakikat pendidikan, diharapkan bangsa ini memiliki konsensus
mengenai bagaimana seharusnya anak berbakat dididik. Pendidikan sebagaimana
diungkapkan Kartadinata (2011) adalah upaya normatif yang membawa manusia dari
kondisi apa adanya kepada kondisi seharusnya. Dari pemikiran ini benang kusut
pendidikan seharusnya diurai.
Dalam konteks pendidikan khusus anak berbakat, permasalahannya adalah,
kondisi apa adanya dan seharusnya masih menjadi polemik. Kelas akselerasi dengan
pengayaan juga bukan jawaban terhadap dilematika pendidikan khusus anak berbakat,
kebijakan pendidikan masih sporadis. Esensi akselerasi terletak pada pemberian
layanan pendidikan yang relevan dengan potensi anak. Karena itu penting disadari,
konteks pendidikan khusus anak berbakat banyak modelnya. Untuk itu perlu
dikembangkan model akselerasi yang relevan dengan filosofi inklusi, termasuk
bagaimana mengembangkan BK dalam setting inklusi.
Pendidikan inklusif, hadir dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu
dapat belajar, tumbuh, dan bekerja bersama. Pendidian inklusif merupakan koreksi
terhadap praktik pendidikan khusus yang eksklusif dan koreksi terhadap praktik
pendidikan umum yang diskriminatif. Kesadaran internasional ini tidak serta merta,
tetapi muncul setelah pendidikan dipraktikan lebih dari satu abad. Perkembangannya
didorong oleh kenyataan pendidikan untuk semua belum benar benar ditargetkan
untuk semua, sehingga pendidikan inklusif hakikatnya adalah penegasan kembali komitmen terhadap pendidikan bagi semua (education for all).
Merujuk pada aspek legal, pendidikan inklusif telah menjadi komitmen
nasional. Tetapi, implementasinya jauh dari yang diidealkan. Hal ini dimungkinkan
karena adanya miskonsepsi, kehilangan konteks dan kesalahan strategi. Pendidikan
inklusif telah disederhanakan, hanya berkaitan dengan memasukan anak disabilitas ke
sekolah umum. Bukti miskonsepsi, kehilangan konteks dan kesalahan strategi adalah
dieklusifkannya anak berbakat, padahal secara alamiah mereka sudah berada di kelas
umum, dengan kelas “khusus“ akselerasi, anak berbakat ditarik ke wilayah eksklusif, bahkan ke wilayah eksklusif-segregatif seperti sekolah khusus.
Berkenaan dengan tantangan implementasi BK dalam setting inklusi,
pengembangannya tidak lepas dari Visi BK abad 21 yang diletakan pada BK
Komprehensif yang melayani semua anak dan orang tua, serta melibatkan konselor
secara aktif. Karakteristik BK Komprehensif yang melayani semua anak, relevan
dengan pemahaman latar kultural. Hal ini memberi makna keseimbangan layanan
dan berlangsung dalam lingkungan yang oleh Padersen (Kartadinata,2010)
dalam layanan yang mengakomodasi perkembangan anak. Hal tersebut menuntut
BK yang memfasilitasi semua anak didik tanpa kecuali, dengan diversifikasi layanan.
Konteks melayani, berkaitan dengan upaya menyiapkan pengalaman bagi
semua anak untuk berkembang dengan segala keunikannya dan tidak lepas dari
konteks pendidikan inklusif yang memberi perspektif baru tentang hakikat manusia
dan pendidikan. Berkaitan dengan penyiapan pengalaman bagi anak berbakat, model
struktur keberbakatan Milgram(1999), memberi perspektif relevan dengan filosofi BK
komprehensif. Model struktur keberbakatan Milgram merupakan kerangka
konseptual yang mengorganisasi keberbakatan agar bermanfaat bagi guru, konselor,
dan orang tua, sehingga masing masing dapat berperan.
Model struktur keberbakatan Milgram menarik, karena merefleksikan
multidimensi yang menekankan keberbakatan pada tingkatan berbeda dan tiga setting yang mempengaruhinya. Berdasarkan model struktur keberbakatan Milgram, anak
berbakat dengan tingkat berbeda diharapkan menghasilkan prestasi yang berbeda
pula. Hal ini mengarah pada perlunya strategi BK anak berbakat sesuai profil
uniknya. Dengan demikian, model struktur keberbakatan Milgram dapat membantu
konselor, guru, dan orang tua memahami kebutuhan anak berbakat.
Riset-riset berbasis BK Komprehensif telah memberi penguatan bahwa
model ini sebagai model BK sekolah. Hasil studi Kartadinata (1996 -1999)
merekomendasikan model BK komprehensif (perkembangan) efektif dan mampu
memperbaiki mutu BK di sekolah. Model ini memiliki kelayakan diterapkan di
semua jenjang pendidikan. Sejak tahun 1998 model diperkenalkan melalui
seminar, lokakarya, dan pelatihan. Diakui Kartadinata (2011) model ini belum
tersosialisasikan kepada seluruh sekolah dan belum menjadi kebijakan nasional ,
sehingga substansi BK komprehensif masih memerlukan pengembangan.
Meskipun ekspektasinya berbeda dengan sekolah menengah, tetapi BK
komprehensif di SD tetap penting, karena berkaitan dengan konteks keutuhan
pendidikan. BK di SD Al-Mabrur, dikenal dalam terminologi BK terintegrasi,
layanan tersendiri oleh guru BK/konselor. Idealnya, guru BK berperan sebagai
pemimpin dalam konteks mempromosikan kesuksesan bagi semua anak didik
dengan mensinergikan potensi sekolah, rumah dan komunitas (State of IOWA
Departement of Education,2001).
Berdasakan uraian tersebut, dan dalam konteks menuju pendidikan iklusif
(towards inclusive education), serta sebagai suatu inovasi, pembelajaran
akselerasi dalam setting inklusi di SD Al-Mabrur dan praktik BK didalamnya
membuka banyak konsekuensi yang menantang dikaji dari banyak sisi, termasuk
dari sisi model BK yang relevan. Karena itu kajian terhadap BK Komprehensif
anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting
akselerasi-inklusi dan dampaknya terhadp peningkatan prestasi akademik dan
pengembangan diri menjadi menarik dilakukan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Sebagai sebuah inovasi, pembelajaran akselerasi-inklusi menarik
dicermati karena implikasinya luas, termasuk implikasinya terhadap BK yang
relevan. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian difokuskan pada konteks BK
komprehensif anak berbakat yang relevan dalam setting akselerasi-inklusi. Adapun
rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah BK komprehensif anak
berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting
akslerasi-inklusi yang applicable dan efektif terhadap optimalisasi prestasi akademik dan
pengembangan diri ?
Untuk kepentingan eksplorasi data, diajukan pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana profil anak berbakat dan pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi
di SD Al-Mabrur?
2. Bagaimana formulasi BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur
3. Apakah BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan
Milgram dalam setting akselerasi-inklusi efektif dalam optimalisasi prestasi
akademik dan pengembangan diri ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan BK komprehensif
anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting
akselerasi-inklusi yang applicable dan menguji efektivitasnya terhadap optimalisasi prestasi
akademik dan pengembangan diri anak berbakat di SD Al-Mabrur kabupaten
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan;
a. Mendapat profil anak berbakat dan pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi
SD Al- Mabrur sebagai dasar pengembangan model BK komprehensif.
b. Mendapat formulasi BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur
keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang teruji
aplikabilitasnya di SD Al-Mabrur.
c. Menguji efektivitas BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur
keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi terhadap optimalisasi
prestasi akademik dan pengembangan diri. D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoretis penelitian ini adalah diperolehnya formulasi BK
komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam
setting akselerasi-inklusi yang applicable pada jenjang sekolah dasar. Sebagai sebuah
inovasi hasil penelitian ini juga memberi wawasan keilmuan untuk menjadi landasan
pemecahan masalah pemenuhan kebutuhan pembelajaran yang mendidik dan BK
Manfaat praktis penelitian ini adalah bertambahnya alternatif model BK anak
berbakat yang relevan dengan setting akselerasi-inklusi. Dari aspek guna laksana hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan pengelola program
akselerasi serta pendidikan inklusif pada jenjang sekolah dasar, sehingga apa yang
menjadi polemik dan kehawatiran berkaitan dampak negatif program akselerasi bagi
perkembangan anak berbakat dapat dieliminir, dan program akselerasi ini dapat
berhasil guna sesuai harapan ideal, yaitu dikembangkan dalam setting inklusi.
E. Struktur Organisasi Disertasi
Sistematika penulisan disertasi ini dirinci dalam urutan penulisan yang di
organisasi menjadi lima bab: Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang penelitian,
fokus dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian dan struktur
organisasi disertasi; Bab II Kajian pustaka, mencakup konsep-konsep teoretis BK komprehensif anak berbakat dalam perspektif Milgram, model struktur keberbakatan
Milgram, identifikasi anak berbakat, pendidikan khusus, akselerasi-inklusi dalam
perspektif menuju pendidikan inklusif dan kerangka pemikiran; Bab III, Metodologi
penelitian mencakup pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian,
definisi konseptual, prosedur dan instrument penelitian serta analisis data penelitian;
Bab IV. Temuan penelitian dan pembahasan, dan Bab V. Simpulan, implikasi dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan “mixed method” dengan pendekatan Research and Development (R&D) sebagai payungnya (Rundolph, 2008 dalam Putra, 2011).
Mixed method research design dipilih karena melibatkan pendekatan KUAL dan
KUAN. Strategi yang digunakannya dalah mixed embedded experimental model
(Creswell & Clarck, 2007), yakni penelitian yang menggabungkan dua pendekatan
(kualitatif dan kuantitatif) secara bertahap. Mixed method research design
sebagaimana dikemukakan Tashakkori (Natawidjaja,2009), didasarkan atas
pertimbangan pertanyaan penelitian tentang manusia berkembang menjadi lebih
kompleks dan sering tidak dapat dijawab dengan satu metode atau pendekatan.
Peneliti dituntut menggunakan semua metode yang dapat menjawab pertanyaan
penelitian secara efisien dan dapat dipercaya. Dari sisi pemahaman akhir, juga lebih
kaya. Adapun dijadikannya penelitian KUAL sebagai titik awal, ini relevan dengan
konteks formulasi model yang memebutuhkan kaidah penelitian KUAL, sebagaimana
dikemukakan Mannen (Tarsidi,2002) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan berbagai macam teknik interpersonal untuk mendiskripsikan,
mengungkap, menerjemahkan, atau menafsirkan fenomena sosial tertentu yang terjadi
secara alami, dari segi maknanya, bukan dari frekuensinya. Creswell & Clark
(2007:68) menggambarkan mixed embedded experimental model sebagai berikut:
Gambar 3.1. Embedded Design: Embedded Experimental Model (Cresswell & Clark, 2007:68)
Pendekatan R & D ini diadaptasi menjadi tiga tahap, mengacu pada Borg dan
Gall, setelah diadaptasi Innovation Unit & Paul Hamlyn Foundation melalui
Learning Future the Engaging Schools; Principle and Practices (Putra,2011;137).
Tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
Tahap I.Penelitian Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan kajian konseptual (literature) dan kajian kontekstual
(lapangan) berkaitan dengan BK anak berbakat. Data konseptual dieksplorasi melalui
kajian: Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide
(State of IOWA Departement of Education,2001), Counseling Gifted and Talented
Children, A Guide for Teacher,Counselors, and Parents (Milgram,1991), Handbook
of Giftedness in Children:Psycho-Educational Theory, Research & Best Practices
(Pfeiffer,2008), Accererating the Learning of All Students, Cultivating Culture,
Change in Schools, Classrooms, and Individuals (Finnan & Swanson,2000),
Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators, and Planners (Ouri
& Abraham,2004) dan Pembelajaran Akselerasi dalam Seting Inklusi, Model
Pembelajaran Akselerasi SD Al-Mabrur (Kartadinata,2011).
Sedangkan data kontekstual diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara
dan observasi pada SD penyelenggara pendidikan inklusif, SD penyelenggara
akselerasi–eklusi-integrasi (kelas akselerasi), SD penyelenggara akselerasi-inklusi
(SD Al-Mabrur, Bandung), dan SD penyelenggara akselerasi-eklusi-segregasi
(Cugenang Gifted School, Cianjur), serta SK Dato Demang Hussin dan Sekolah Pusat
Permata Pintar Negara (Malaysia). Pada tahap studi pendahuluan ini dilakukan juga
audit program BK komprehensif dan identifikasi anak berbakat di SD Al-Mabrur.
Identifikasi dilakukan melalui pendekatan non-tradisional yaitu melalui nominasi
guru, nominasi teman sebaya, nominasi diri (Clark,.1983). Seluruh hasil kajian
dianalisis dan menjadi titik tolak formulasi model awal BK komprehensif anak
berbakat melalui model struktur keberbakatan dalam setting akselerasi inklusi,
Tahap II. Validasi dan Pengembangan Model
Untuk memenuhi kelayakan operasional (model operasional), selanjutnya
model hipotetik divalidasi secara konseptual teoretis (validasi konten) dan secara
kontekstual-praktis (validasi empiris), dengan melibatkan pakar dan praktisi.
Kelayakan konten sebuah model diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa
model tersebut tepat untuk mencapai tujuan tertentu. Karena itu validasi konten
dilakukan oleh pakar BK Komprehensif dan pakar pendidikan khusus yang telah
mengabdikan diri di perguruan tinggi sebagai akademisi. Validasi konten dilakukan
melalui teknik Delphi, yaitu teknik penilaian untuk mengambil keputusan dengan
mengirim naskah model dan panduannya kepada validator.
Konten model hipotetik juga mendapat masukan dan komentar dari pakar BK
dan pendidikan anak berbakat melalui kesempatan seminar maupun dalam pertemuan khusus seperti: P.M.Dr.Rusnani Abdul Kadir (Universiti Putra Malaysia), Prof.Dr.
Mohd.Hanafi Mohd Yasin (Universiti Kebangsaan Malaysia), Amalia Madihie
RC.PP.M.Sc.PhD (Universiti Malaysia Sarawak), Linda E.Brody,Ed.D (Johns
Hopkins University,USA), Prof.Dr.Joyce Van Tassel-Baska (College of William and
Mary,Viginia), Prof.Dr.Francoys Gane (Universite du Quebec a Montreal, Canada).
Secara umum para pakar berpendapat dari aspek konten model ini telah
memenuhi kelayakan sebagai sebuah model. Dua dimensi yang dipertimbangkan
yaitu struktur dan konten model. Para ahli juga merekomendasikan BK Komprehensif
anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting
akselerasi-inklusi layak dilanjutkan pengembangannya dan untuk diimplementasikan.
Komponen konten dinilai cukup memadai dan operasional. Hal tersebut
didasarkan pada adanya panduan yang dinilai memudahkankan dalam memahaminya
dan memiliki petunjuk operasional sebagai bagian tidak terpisahkan dengan model.
Dimensi model mencakup: kerangka acuan, landasan pengembangan, tampilan/daya
tarik, rasional, tujuan, ruang lingkup layanan, populasi sasaran, asumsi/prinsip kerja,
pendukung sistem layanan, peran konselor, prosedur pelaksanaan, evaluasi, dan
Para akademisi memberi catatan untuk penyempurnaan model,sebagai berikut:
a) Uraian model terlalu padat/akademis, perlu di sederhanakan.
b) Panduan BK Komprehensif untuk konselor/guru BK, Guru Kelas, orang tua dan
komunitas hendaknya dibuat tersendiri,
c) Struktur dan konten model hendaknya memberi gambaran umum tentang
pelaksanaan model yang dijabarkan secara ringkas dan jelas .
d) Evaluasi dan indikator keberhasilan pelaksanaan model hendaknya dijabarkan
pada kerangka yang jelas sehingga mudah dipahami dan dilakukan,
e) Model perlu dilatihkan secara khusus sebelum diimplementasikan agar ada
kesamaan pemahaman konsep.
f) Perlunya penajaman rumusan kondisi ideal melalui kupasan teoretis dan hasil
asesmen kebutuhan empiris BK Komprehensif
Sedangkan validasi kontekstual-praktis (empiris) dilakukan oleh praktisi yaitu
guru BK/konselor dan guru kelas V SD Al-Mabrur. Validasi empiris dilakukan
melalui diskusi terfokus. Diawali dengan penjelasan model hipotetik, dilanjutkan
dengan diskusi. Setelah itu, peserta melakukan analisis model hipotetik, berkaitan
dengan operasionalisasi model. Di akhir diskusi peserta mengisi kuesioner kelayakan
operasional model.
Berdasarkan validasi kontekstual-praktis-empiris yang dilakukan praktisi
penimbang di SD Al-Mabrur, diperoleh catatan penting untuk memberikan keyakinan
bahwa BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram
dalam setting akselerasi–inklusi memenuhi syarat kelayakan operasional di SD
Al-Mabrur. Secara umum praktisi menilai BK komprehensif anak berbakat melalui
model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi–inklusi menarik dan
potensial sebagai solusi pemecahan masalah serta menggairahkan pelaksanaan BK
terintegrasi di SD Al-Mabrur.
Meskipun demikian, sebelum dilakukan uji keterlaksanaan dan uji
efektivitasnya, praktisi memberi catatan penyempurnaan model, panduan praktik dan
a) Perlu dicantumkan alokasi waktu untuk pelaksanaan model baik dilingkungan
sekolah, rumah maupun di lingkungan komunitasnya.
b) Perlu kegiatan untuk meningkatkan pemahaman tentang impelementasi model
melalui pelatihan khusus, sehingga semua yang terlibat bisa membantu dan
mendukung pelaksanaannya
c) Sarana pendukung, alat evaluasi, dan durasi kegiatan perlu dinyatakan dengan
tegas sebagai kelengkapan komponen model.
d) Perlun dipertegas posisi BK Komprehensif anak berbakat dalam setting
akselerasi-inklusi dan komteks pengembangan diri serta BK komprehensif anak lainnya.
e) Aspek pengembangan staf, dan kaitan aktivitas luar perlu lebih dieksplisitkan
Pada tahap ini dilakukan revisi dan pengembangan model. Revisi dan
pengembangan model hipotetik didasarkan pada masukan pakar dan praktisi, sehingga diperoleh formulasi BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur
keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang secara empiris
memenuhi kelayakan untuk diimplementasikan dikenal sebagai model operasional.
Tahap III. Uji Model
Pada tahap ini model operasional, diimplementasikan dan diuji KUAL dan
KUAN. Uji KUAL dilakukan melalui analisis aplikabilitas BK komprehensif anak
berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi–
inklusi secara terbatas pada kelas V dan secara luas melalui uji konsensus bersama
guru SD Al-MAbrur semua jenjang kelas. Analisis difokuskan pada tahapan model:
assessing, planning, implementation, dan evaluation. Sedangkan uji KUAN
dilakukan melalui analisis efektivitas BK komprehensif anak berbakat melalui model
struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi–inklusi terhadap prestasi
akademik dan pengembangan diri melalui “pre-experimental design” (one-group
pretest-posttest design). Pada tahap ini dilakukan revisi lanjutan, sehingga dihasilkan
BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam
setting akselerasi–inklusi yang teruji efektivitasnya. Secara keseluruhan alur
Tahap satu Tahap tiga
Tahap dua
Gambar 3.2. Bagan Alur R & D BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur
Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi–Inklusi ( Adaptasi Borg & Gall, Putra, N.2011)
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penentuan subjek penelitiannya disesuaikan dengan jenis data yang
dibutuhkan dan tahapan R & D. Pada tahap studi pendahuluan subjek penelitiannya
adalah pelaksanaan program pembelajaran akselerasi-eksklusi dan pembelajaran
akselerasi-inklusi, lokasinya mencakup kabupaten dan kota Bandung, kabupaten
Cianjur hingga Malaysia. Pada tahap validasi dan pengembangan model, subjek
penelitiannya adalah validasi pakar BK dan pakar pendidikan khusus dari UPI dan
non-UPI, serta praktisi di SD Al-Mabrur. Adapun tahap uji model, subjek penelitian
(KUAL) adalah aplikabilitas model di SD Al-Mabrur yang berlokasi di kabupaten
Bandung, dan subjek penelitian (KUAN) adalah efektivitas model terhadap prestasi
akademik dan pengembangan diri anak berbakat kelas V SD Al-Mabrur. Jumlah anak
berbakat yang dijadikan sampel penelitian (KUAN) sesuai kaidah purporsive
sampling adalah 15 anak kelas V SD AL Mabrur. Pertimbangan yang diambil; (1)
pendekatan non-tradisional yaitu melalui nominasi guru, nominasi teman sebaya,
nominasi diri (Clark,.1983), termasuk informasi orang tua dan prestasi akademik serta
tinjauan dari pespektif model struktur keberbakatan Milgram, dengan prediksi 20-25
persen Munandar (1992) dari populasi kelas V dan lolos nominasi. (2) diambilnya
kelas V karena kelas 5 di SD Al-Mabrur merupakan kelas tertinggi setara dengan
kelas 6 di SD lain. Kelas tinggi ini sesuai dengan kebutuhan data penelitian berkaitan
dengan indikator sukses.
C. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat melalui Model
Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi
Secara konseptual BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur
keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi adalah BK yang memposisikan konselor sebagai leader, didisain untuk mempromosikan kesuksesan
anak secara akademik dan pengembangan diri, melalui diversifikasi program berbasis
profil unik anak berbakat dan optimalisasi peran orang tua, guru dan komunitas
termasuk teman sebaya, dengan mempromosikan pembelajaran efektif dalam kultur
inklusif. Diimplementasikan melalui dimensi: assessing succes4 all conceptual
model, planning, implementation dan evaluation.
Selanjutya konsep-konsep yang membangunnya dijelaskan sebagai berikut:
a) BK Komprehensif
BK Komprehensif didisain untuk menghargai individu dan memfosisikan
konselor sebagai leader, untuk mempromosikan keberhasilan anak dalam aspek
pribadi/sosial, akademik, dan pengembangan karir, melalui empat layananan utama:
guidance curriculum, individual planning, responsive services, and system support
services, diwujudkan dengan mendorong praktik pembelajaran berpusat pada anak
dan pembelajaran efektif, melalui kemitraan sekolah, keluarga, dan komunitas yang
berlangsung dalam kultur inklusif. Kultur ini diwujudkan dalam layanan yang
memfasilitasi semua anak dengan diversifikasi program. Konteks melayani
berkaitan dengan menyiapkan pengalaman bagi semua anak agar berkembang
b)Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi melalui pendekatan tradisional
atau non-tradisional, sebagai anak yang memiliki kemampuan unggul, baik secara
potensial maupun aktual, meliputi: kemampuan intelektual umum, akademik khusus,
berfikir kreatif dan produktif, kemampuan dalam satu bidang seni, dan psikomotor
sehingga membutuhkan diversifikasi program sehubungan dengan kemampuannya
tersebut
c) Model Struktur Keberbakatan
Model struktur keberbakatan Milgram ini dimaknai sebagai kerangka
konseptual didesain untuk mengorganisir struktur keberbakatan agar bermanfaat
bagi guru, konselor, dan orang tua. Model struktur keberbakatan Milgram,
menggambarkan keberbakatan sebagai fenomena multidimensi. Didesain untuk membandingkan beragam keberbakatan dan menekankan pemahaman
keberbakatan terjadi pada tingkat berbeda-beda. Adapun 4 x 4 berkaitan dengan
penggambaran Milgram terhadap keberbakatan yang terbagi kedalam empat types
(tipe), empat levels (level). Empat tipe keberbakatan: Tipe pertama, general
intellectual ability atau overall general intelligence, mengacu pada kemampuan
berpikir abstrak dan memecahkan masalah secara logis dan sistematis.
Kemampuan ini diukur melalui tes psikometrik dan dilaporkan sebagai nilai IQ.
Tipe kedua, specific intellectual ability, mengacu pada kemampuan
intelektual nyata dalam bidang tertentu, seperti matematika, bahasa asing, musik,
atau sains. Individu berbakat di bidang matematika, misalnya mendemonstrasikan
kemampuan berhitung luar biasa, pengetahuan akan prinsip matematika, dan
pemahaman mendalam mengenai konsep matematika. Keberbakatan di bidang
seni direfleksikan dalam kemampuan teknik dan apresiasi estetis. Kemampuan
tersebut direfleksikan dalam performasi kompeten, tetapi tidak begitu orisinil.
Tipe ketiga, general original/creative thinking, merupakan proses
pemecahan masalah yang menghasilkan solusi tidak biasa dan berkualitas tinggi.
mengejutkan. Tipe keempat, specific creative talent, mengacu pada kemampuan
kreatif bidang khusus yang nyata. Kemampuan berpikir orisinil diterapkan pada
lingkup spesifik dan dimanifestasikan dalam produk orisinil yang dihargai
masyarakat, seperti sains, matematika, seni, kepemimpinan sosial, bisnis, ataupun
politik.
Sementara itu empat level kemampuan itu adalah non-gifted, mildly gifted,
moderately gifted dan profoundly gifted. Dengan demikian prilaku keberbakatan
bisa ditemukan pada tingkat mild, moderate, dan profound. Ketiga tingkat
tersebut disusun hierarkis. Sebagian peneliti membedakan antara sangat berbakat
dan tingkat keberbakatan lainnya, tetapi jarang membedakan level mildly gifted
dan level moderately gifted. Berikutnya dua aspek lain dalam model struktur
keberbakatan Milgram ini berkaitan dengan learning environment dan individual differences. Pertama, dimensi learning environment berkaitan dengan lingkungan
belajar yang saling berhubungan yaitu rumah, sekolah dan komunitas.
c) Akselerasi-Inklusi
Pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi didisain dengan reorganisasi
kurikulum, menganut pola kesetaraan melalui asesmen kesetaraan, dalam waktu yang
ditetapkan, sebagai kendali mutu proses dan produk. Perbaikan mutu dilakukan
dengan peningkatan standar secara bertahap. Reorganisasi kurikulum 6 tahun ke
kurikulum 5 tahun, dilakukan dengan pertimbangan: (a) Keberlanjutan kemampuan
yang dikembangkan setiap pelajaran dari tingkatan kelas yang satu ke tingkat kelas
lain. (b) Prinsip akselerasi berimplikasi pada isi pelajaran dan beban belajar, dengan
ketentuan: (1) Kelas 1:100% program kelas satu, (2) Kelas 2: 100 % program kelas
dua, (3) Kelas 3:100% program kelas tiga (maret), ditambah 33% program kelas
empat (juni); (4) Kelas 4:67% program kelas 4 ditambah 67% program kelas lima; (5)
Kelas 5: 33% program kelas lima ditambah 100% program kelas enam. Untuk
mengimplementasikan beban belajar yang terkandung dalam struktur kurikulum 5
tahun, kegiatan pembelajaran dituangkan dalam rancangan waktu belajar rata-rata
9-10 jam pelajaran setiap hari. Porsi waktu setiap jam pelajaran dirancang selama 35
pembelajaran dirancang hari Senin s/d Jum’at selama 10 jam pelajaran/hari, dan hari
Sabtu selama 6 jam pelajaran digunakan untuk ekstra kurikuler. Dengan demikian
dalam seminggu dirancang antara 42-58 jam pelajaran. Pembelajaran berlangsung
dalam sistem fullday school. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui iklim
belajar religius, edukatif, berwawasan lingkungan dan kultural. Esensi pembelajaran
diletakkan pada memfasilitasi anak didik agar memiliki kemampuan belajar,
berprestasi, hidup bermasyarakat, dan menjadi warga negara yang baik.
2. Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri
Secara konseptual prestasi akademik dan pengembangan diri didefinisikan
sebagai keberhasilan anak berbakat dalam mengembangkan potensi keunggulannya
dalam aspek akademik dan aspek pengembangan diri yang dicapai dalam periode
program yang didesain sesuai dengan kebutuhannya dan dilaksanakan dalam periode yang ditetapkan (satu semester). Secara operasional prestasi akademik dan
pengembangan diri mencakup dimensi keberhasiln anak berbakat dalam setiap mata
pelajaran dan spek perilaku serta potensial. Indikator pretasi akademik ini ditunjukan
dengan skor hasil belajar pada pelajaran: pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, seni budaya dan keterampilan dan pendidikan jasmani, olah raga
dan kesehatan. Termasuk muatan lokal bahasa Sunda, bahasa Inggris, teknologi
informasi/komputer, bahasa Arab dan baca tulis alquran dengan skala 100. Adapun
indikator prestasi pengembangan diri ditunjukan oleh nilai; a) Prestasi Behavior
yang mencakup capaian kinerja dalam aspek; kepemimpinan, disiplin diri, tanggung
jawab, kepercayaan diri, keterlibatan dalam kegiatan, interaksi sosial, kerjasama,
sikap menghargai, kepatuhan, dan kebersihan; b) Potential yang mencakup capaian
kinerja dalam aspek: verbal/linguistic intelligence, Logical/ Mathematical
intelligence, Arts-visual/Spatial intelligence, Bodily/Kinesthetic Intelligence,
Socio-Personal Intelligence, Naturalist Intelligence, Spiritual-Ethical Intelligence, dengan
D. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian Kualitatif
Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan sumber dan jenis data yang
diperlukan. Berdasarkan pertimbangan teknik pengumpulan data, instrument penelitian dikembangkan. Instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti
sendiri, dengan demikian, instrument penelitian kualitatif merupakan pelengkap dan
bersifat pedoman. Proses pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara
mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Teknik dan format pedoman eksplorasi
data dijelaskan sebagai berikut:
a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Taylor & Bagdan (Minichiello,et.al.,1995) mengemukakan in-depth interview
merupakan pertemuan berulang antara peneliti dengan informan yang bertujuan
memahami perspektif informan mengenai kehidupannya, pengalamannya, atau situasi
yang terekspresikan dalam kata-kata mereka. Dalam konteks penelitian ini, in-depth
interview digunakan untuk mengeksplorasi informasi dari pikiran, perasaan, pendapat,
pengetahuan individu yang terlibat dalam pendidikan di SD Al-Mabrur, seperti
kepala sekolah, guru, orang tua dan guru BK. Pedoman wawancara dikembangkan
berdasarkan pertanyaan kunci yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan
dan BK anak berbakat dalam seting akselerasi-inklusi. Adapun contoh format
pedoman wawancaranya, adalah sebagai berikut:
Tabel.3.1 Format Pedoman Wawancara
Waktu: _______________ Tempat: ____________
b) Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data lapangan, dilakukan melalui
observasi naturalistik dan partisipatori. Observasi naturalistik bertujuan
mendeskripsikan tingkah laku sebagaimana dimunculkan subjek secara natural tanpa
intervensi atau memanipulasi. Observasi partisipatoris dilakukan melalui keterlibatan
langsung dalam aktivitas responden. Berikut contoh format pedoman observasi :
Tabel.3.2. Format Pedoman Observasi
Waktu: _______________ Tempat: ____________
No Aspek yang diobservasi Deskripsi data Penafsiran
c) Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data lapangan berkenaan dengan perencanaan BK. Data diperoleh dari dokumen administratif, media dan
dokumen program kegiatan pelaksanaan pembelajaran dan BK di SD Al-Mabrur.
Studi dokumentasi berkaitan data siapa yang membuat, terlibat dan mengapa
dokumen dibuat, serta bagaimana peran dokumen dalam pembelajaran dan BK anak
berbakat dalam seting akselerasi-inklusi. Berikut contoh format studi dokumentasi:
Tabel 3.3. Format Pedoman Studi Dokumentasi
Waktu: _______________ Tempat: ____________
No Dokumen yang diperlukan
Selain ketiga format instrument/pedoman tersebut, dalam penelitian ini juga
dikembangkan format catatan lapangan dan lembar rangkuman data sebagai mana
ditampilkan tabel 3.4 dan tabel 3.5 berikut:
Tabel 3 4.
Format Catatan Lapangan Nomor : ___________ Tema Pokok: _______________
Sumber data: _______________
No Deskripsi Analisa
Tabel 3.5.
Format Rangkuman Data Lapangan Nomor : ___________
a Masalah
b Rangkuman Informasi
c Analisa
d Hal yang menarik
e Informasi yang perlu dicari lagi
2. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrument Penelitian Kuantitatif (KUAN)
Pengumpulan data difokuskan pada data prestasi akademik dan pengembangan diri dari sumber-sumber yang relevan. Data awal (pretest)
dikumpulkan mencakup data prestasi akademik dan prestasi pengembangan diri yang
dicapai saat di kelas IV (akhir semester) dan akhir (posttest) diperoleh diakhir
semester ganjil kela V, termasuk data portofolionnya. Proses pengumpulan data
dilakukan sesuai dengan sumber dan jenis data yang diperlukan. Selanjutnya
berdasarkan pertimbangan teknik pengumpulan data, maka instrument penelitian
Tabel 3.9. Kisi-Kisi Data Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri
N0 Variabel Sub Variabel Indikator 1 Prestasi Akademik 1.2. Portofolio Karya-karya kinerja anak
2. Prestasi
2.1.1. Bicara terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain, tetapi mengutarakannya dengan sopan. 2.1.2. Menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
2.1.3. Memahami kekuatan dan kelemahan diri dan bersedia membantu orang lain.
2.1.4. Mampu bekerja sendiri dan mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain
2.1.5. Terlibat dan mampu merespon berkreasi dalam kegiatan proses belajar mengajar.
2.1.6. Senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
2.1.7. Berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 2.1.8. Mengakui, dan menghormati keberhasilan orang
lain.
2.1.9. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ketentuan
2.2.1. Mampu membaca, menulis dan berbicara 2.2.2. Terampil dalam melakukan operasi bilangan dan
berhitung
2.2.3. Terampil dalam melakukan gerak ritmik, musik, mencipta, memainkan musik serta memiliki persepsi visual, imajinasi,orienasi badaniah dalam keruangan.
2.2.4. Koordinasi fisik dan lengan, ketrampilan motorik halus dan kasar, ekspresi diri dan belajar melalui gerakan fisik.
2.2.6. Memahami komunikasi dengan orang lain, memahami orang lain, bagaimana kerjasama dengan orang lain.
E. Analisis dan Keabsahan Data Penelitian
1. Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif (KUAL)
a. Analisis Data Kualitatif
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan teknik berpikir kritis
induktif, mengacu prosedur analisis data model interaktif dari Miles & Huberman
(1992), mencakup reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi
data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan
transformasi data dari catatan lapangan. Prosesnya berlangsung selama penelitian.
Penyajian data dilakukan melalui teks naratif, dan matrik, sehingga apa yang terjadi
dipahami dan memudahkan proses analisis lebih lanjut. Penarikan kesimpulan
merupakan kegiatan utuh dari permulaan pengumpulan data, proses mencari arti data
dan menangani kesimpulan sementara. Hal ini digambarka sebagai berikut:
Gambar 3.3. Komponen Analisis Data: Model Interaktif
( Miles & Huberman,1992:20)
Data penelitian terus diverifikasi selama penelitian melalui tinjauan ulang
catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat. Dengan demikian makna yang
muncul teruji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya. Pengujian data
dilakukan dengan teknik triangulasi, yakni teknik pemeriksaan data memanfaatkan
data lain untuk perbandingan. Pengumpulan
data Penyajian
data
Reduksi
data Penarikan
b. Keabsahan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian akurat, dilakukan teknik keabsahan data
menggunakan empat kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, dan
confirmability (Moleong, 2006).
a. Credibility
Credibility (kredibilitas) adalah istilah penelitian KUAL untuk menggantikan
validitas pada penelitian KUAN. Validitas penelitian (research validity) mengacu
pada kebenaran (correctness) atau keadaan sebenarnya (truth fulness) dari kesimpulan
yang dibuat (Christensen et.al, 2011). Kredibilitas sebangun dengan internal validity
berkaitan dengan kualitas dan tingkat kepercayaan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Kredibilitas terletak pada keberhasilannya dalam mengeksplorasi masalah atau
mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi kompleks. Karena itu, dijelaskan bagaimana penelitian dilakukan, sesuai langkah-langkah,
batasan penelitian, kemudian dijelaskan desain penelitian, subjek penelitian dipilih,
dan analisis dilakukan.
Menurut Maxwell (Christensen et.al,2011) Research validity diperoleh
melalui teknik berikut:
Extended fieldwork
Extended fieldwork, teknik validitas dengan mengumpulkan data lapangan
dalam jangka waktu tertentu untuk memahami permasalahan penelitian. Sebelum
pengambilan data, peneliti membangun rapport dengan subyek. Hal ini dilakukan
agar subyek terbuka. Peneliti melakukan pengambilan data dan mewawancarai
subjek secara informal selama satu periode pengamatan, dan memperpanjang
pengamatan untuk mengecek kembali apakah data yang diberikan benar atau tidak
hingga peneliti memperoleh gambaran lengkap.
Peer review
Peer review dilakukan untuk memperoleh theoretical validity. Hasil
interpretasi, kesimpulan dan penjelasan hasil penelitian didiskusikan dengan
expert, dan kolega. Dengan mengajak orang lain akan memberikan perspektif baru.
terhadap topik penelitian sama, membantu peneliti mendapatkan wawasan berguna
bagi perspektif pemikiran peneliti.
Participant feedback
Participant feedback adalah teknik interpretative validity, yaitu
mengungkapkan data sebagaimana sudut pandang subjek penelitian. Dengan
demikian data penelitian secara akurat merupakan interpretasi atau pemaknaan
subyek penelitian. Dilakukan dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik mengenai temuan peneliti. Setelah proses pengumpulan data selesai peneliti
bertemu kembali dengan subjek penelitian dan berdiskusi mengenai hasil data.
Ketika subjek penelitian setuju dengan apa yang peneliti ungkapkan, maka itulah
yang peneliti tuliskan, dan ketika berbeda, peneliti sesuaikan kembali.
Researcher-as-detective
Peneliti memahami data peneliti secara mendalam mengenai sebab dan
akibat potensial yang melahirkan fenomena yang dialami responden penelitian, dan
kemudian menarik kesimpulan. Peneliti memahami data yang diperoleh dari
penjelasan yang dialami dan dimaknakan oleh subjek.
Methods triangulation
Methods triangulation merupakan teknik untuk memperoleh internal
validity (KUAN). Methods triangulation metode pengumpulan data lebih dari satu,
seperti metode wawancara, kuesioner dan observasi dalam meneliti untuk
menentukan kesimpulan yang sama dari penggunaan berbagai metode .
Data triangulation (Triangulation of source)
Triangulasi data dilakukan dengan menggunakan variasi sumber data
berbeda. Tujuannya membandingkan dan meng-cross check konsistensi data pada
waktu berbeda, dengan cara: (1) Membandingkan data observasi dengan data
wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan di muka umum dengan yang
dikatakan secara pribadi; (3) Mengecek konsistensi yang dikatakan mengenai hal
b. Transferability
Transferability setara dengan external validity. Peneliti mendeskripsikan hasil
penelitian secara lengkap mencakup waktu, konteks atau setting, dan iklim penelitian
sejelas-jelasnya. Peneliti memaparkan setting, konteks dan waktu yang berkaitan
dengan subjek penelitian pada latar belakang responden pada bagian hasil penelitian.
Hal ini dilakukan agar peneliti memahami sejauh mana penelitian ini
digeneralisasikan pada konteks, iklim, dan subjek penelitian tertentu.
c. Dependability
Dependability setara dengan reliabilitas (KUAN). Dependabily dimaksudkan
sejauh mana temuan penelitian dipastikan menunjukkan konsistensi bila dilakukan
peneliti lain. Untuk memperoleh konsistensi, peneliti menunjukan proses penelitian,
beserta langkah pelaksanaannya.
d. Confirmability
Confirmability setara objektivitas pada penelitian kuantitatif. Pada penelitian
kualitatif data didapat melalui naturalistic inquiry dikonfirmasikan melalui proses
audit. Konfirmasi dilakukan dengan membuat penjelasan penelitian dan atau
menanyakan hasil penelitian pada subjek penelitian. Peneliti mencoba seterbuka dan
selengkap mungkin menuliskan proses penelitian dan temuan penelitian.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif dan Keabsahan Data (KUAN)
Model yang telah dikembangkan perlu diuji secara kuantitatif dengan
mengungkap dampaknya terhadap prestasi akademik dan pengembangan diri.
Targetnya, mengetahui dampak model terhadap prestasi akademik masing-masing
responden dengan membandingkan rata-rata skor prestasi akademik awal
(pra-perlakuan model) dengan akhir (pasca-(pra-perlakuan model). Sebelum itu, data kedua
variabel tersebut dideskripsikan profilnya menggunakan cara pandang Milgram
(1991) yang membagi kategori keberbakatan menjadi tiga tingkat (level), yaitu
profoundly gifted, moderately gifted dan mildly gifted. Tiga tingkat kaberbakatan
tersebut dikategorisasi dengan melihat komposisi skor rata-rata perolehan individu
dan kelompok. Termasuk skor perolehan individu permata pelajaran dengan kriteria