• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh Yuyus Suherman

0907675

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING

AKSELERASI-INKLUSI

Disetujui dan Disahkan Oleh Panitia Disertasi:

Promotor

Prof.Dr. Sunaryo Kartadinata,M.Pd

Kopromotor

Prof.Dr. Syamsu Yusuf,LN,M.Pd

Anggota

Dr. Zaenal Alimin,M.Ed .

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI

(3)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul “ Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam setting Akselerasi-Inklusi” ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara cara tida sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian keaslian karya saya ini

Bandung, Agustus 2015

(4)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi. Disertasi dibimbing oleh: Prof.Dr.Sunaryo Kartadinata,M.Pd (Promotor), Prof.Dr.Syamsu Yusuf,LN,M.Pd. (Ko promotor) dan Dr.Zaenal Alimin,M.Ed (Anggota promotor). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Pogram akselerasi diklaim sebagai wahana pendidikan anak berbakat, tetapi implementasinya sporadis dan eksklusif. Riset ini bertujuan mengembangkan bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat dalam setting akselerasi-inklusi. Masalah penelitiannya adalah: Bagaimana pengembangan bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang applicable dan efektif?. Riset ini menggunakan mixed method dengan research and development sebagai payungnya.Temuannya; (1) Bimbingan dan konseling komprehensif anak berbakat dalam setting akselerasi-inklusi yang applicable (Model), adalah model yang dikontruksi berbasis profil mildly gifted, moderately gifted, dan profoundly gifted dan konteks bimbingan dan konseling terintegrasi.(2) Analisis individu menyatakan Model berdampak nyata terhadap prestasi akademik dan pengembangan diri. Ditunjukan oleh perubahan mildly gifted ke moderately gifted, moderatetly gifted ke profoundly gifted, bahkan dari mildly gifted ke Provoundly gifted, serta show potential ke ecxcellent. Simpulannya; Aplikabilitas Model terkait dukungan pimpinan sekolah, peran konselor, guru, orang tua dan komunitas. Perubahan ini tergolong success, sebab meskipun dipuncak prestasi, potensinya masih bisa

dikembangkan, apalagi bagi “si kuda hitam”. Temuan ini menjadi evaluasi mendasar terhadap kebijakan program akselerasi-eksklusi dan menjadi basis pengembangan program bimbingan dan konseling anak berbakat. Model hendaknya dipandang sebagai inovasi dalam konteks towards inclusive education. Bagi penelitian lanjutan, ini menjadi roadmap untuk lebih mengontrol variabel.

(5)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Yuyus Suheman, 2015. Comprehensive Guidance and Councelling for Gifted Children through Milgram’s Structure of Giftedness Model in Acceleration-Inclusion Setting. A Dissertation Supervised by Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata (Promotor), Prof. Dr.Syamsu Yusuf, LN. (Co-promotor) and Dr.Zaenal Alimin, M.Ed (Member of promotor). Guidance and Councelling Study Program. Post-Graduate School. Indonesia University of Education.

Acceleration program is claimed to be designated for gifted children. However, the implementation of the program is still considered sporadic and exclusive. This study aims at developping a comprehensive guidance and councelling for gifted children in acceleration-inclusion setting. The research question is “ how does the development of a comprehensive guidance and counseling for gifted children through Milgram’s structure of giftedness models in acceleration-inclusion setting is applicable and affective?. This study applies a mixed method as its design which utilizes research and development as the umbrella. Finding shows that comprehensive guidance and councelling for gifted children in acceleration-inclusion setting (the model) be constructed based on ‘mildly gifted’, ‘moderately gifted’, and

‘profoundly gifted’ profile as well as on integrated guidance and councelling context. the individual analysis shows that this model has a tangible impact. The tangible impact is shown in the improvement of the categories i.e.from ‘mildly gifted’ to ‘moderately gifted’,

‘moderatetly gifted’ to ‘profoundly gifted’, even from ‘mildly gifted’ to ‘provoundly gifted’, also ‘show potential’ to ‘ecxcellent’. This result, the aplicability of this model is related to the support from the headmaster,councelor, teachers, parents, and community. This improvement is considered a success because although the children are in their best performance, their performance can still be improved, not to mention the children who are known to be normal

and ‘dark horse’.This finding is an essential evaluation of the policy to implement acceleration-exclusion program, and the basis development of guiding and councelling on gifted children program. A model is supposed to be considered as the inovation toward inclusive education. For further study, this study can be a roadmap to control the variable .

(6)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Abstrak ………. i A. Latar Belakang Penelitian………..…….. B. Rumusn Masalah Penelitian...…... 1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat ... 2. Model Struktur Keberbakatan Milgram... 3. Pendidikan Khusus dan Akelerasi-Inklusi dalam Perspektif Menuju Pendidikan Inklusif ...

D. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen... 101

(7)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Hlm

Gambar 2.1 Two Mayor Interrelated Education System Gysbess & Henderson 10

Gambar 2.2. Conceptual Framework of The IOWA Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide ... 11

Gambar 2.3. Comprehnsive Counseling/Guidance Progrm Overview ... 14

Gambar 2.4 The New Emphasis in Guidance Programing is Developmental vs Tradisional ... 15

Gambar 2.5 Multi Factors Models of Giftedness ... 24

Gambar 2.6 . Milgram: 4 x 4 Structure of Giftedness Models ... 28

Gambar 2.7 Gifted Pupils Potential for Superior Performance in Multiple Domain ... 30 Gambar 2.8 Talented Pupils Potential for Superior Performance in One Domain... 30

Gambar 2. 9 Talents as Developed Gifts Model ... 30

Gambar 2.10 A Sequental Strategy Models for The Identification of Exceptionally Gifted at School Level According to Heller... 34 Gambar 2.11 Kerangka konseptual Dinamika Keberbakatan dan Identifik Anak Berbakat ... 35 Gambar 2.12 Range of Traditional Classroom Instruction ... 40

Gambar 2.13 The Curriculum Design Proposed Here May be Seen as an Umbrella... Pedagogic Positions: General vs Unique Difference Positions .. 43

Gambar 2.16 Context for Designing Differentiated Curricula... 44

Gambar 2.17 The Cascade System of Special Education Service... 45

Gambar 2.18 The Original Special Education Cascade... 45

Gambar 2.19 Changes Occurring in The Cascade... 46

Gambar 2.20 The Intructional Cascade ... 47

Gambar 2.21 Continuun Model for Ability Grouping ... 48

Gambar 2.22 Acceleration Scope and Sequence... 53

Gambar 2.23 A Model of Acceleration for Law-Achieving Students ... 54

Gambar 2.24 Pyramid of Talent Development ... 57

Gambar 2.25 Steps From Exclussion to Inclussion ... 60

(8)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Gambar 2.27 Effective School Practices For Reinforcing Parents Efforts to

Enchange Their Children’s Learning ... 66 Gambar 2.28 Framework for Self-Assesment-Achievable with use of Gambar 2.31 Planning Inclusion, Adapted From Education for All... 81 Gambar 2.32 Student Characteristics and School Services and Setting ... 82 Gambar 2.33 Kerangka Pikir Efektivitas BK Komprehenship Anak Berbakat

Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi ... 90

Gambar 3.1 Embedded Design: Embedded Experimental Model ……….. 91 Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian dan Pengembangan BK Komprehensif

Anak Berbakat Melalui Milgram: 4 x 4 Structure of Giftedness Model dalam Seting Akselerasi-Inklusi ...

96

Gambar 3.3 Komponen Analisis data: Model Interaktif ... 105 Gambar 4.1 Rangkuman dan Visualisasi Hasil Penelitian ………. 110 Gambar 4.2

Profil Anak Berbakat kelas V-1 Berdasarkan Nominasi Guru ... 111 Gambar 4.3

Profil Anak Berbakat kelas V-2 Berdasarkan Nominasi Guru ... 113 Gambar 4.4

Profil Anak Berbakat kelas V-3 Berdasarkan Nominasi Guru... 116 Gambar 4.5

Profil Anak Berbakat kelas V-1 Berdasarkan Nominasi Teman... 118 Gambar 4.6

Profil Anak Berbakat kelas V-2 Berdasarkan Nominasi Teman... 119 Gambar 4.7

Profil Anak Berbakat kelas V-3 Berdasarkan Nominasi Teman... 121 Gambar 4.8

Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-1 yang Dinominasikan

Sebagai Anak Berbakat ... 124 Gambar 4.9

Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-2 yang Dinominasikan

Sebagai Anak Berbakat ... 125 Gambar 4.10

Profil Prestasi Akademik kelas V/IV-3 yang Dinominasikan

Sebagai Anak Berbakat ... 126 Gambar 4.11

Prinsip dasar Organisasi Kurikukkum dan Kesetaraan program... 134 Gambar 4.12

(9)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Gambar 4.13

Ragam Aspek Perkembangan dalam Pembelajaran... 136

Gambar 4.14 (a. Model Hipotetik : BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi... b.Model Operasional: BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi... c. Model Applicable: BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Mekanisme Kerja BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi di SD Al-Mabrur... 162

Gambar 4.16 Rata-Rata Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur Sebelum dan Sesudah ( Pre-Post) ………. 181

Gambar 4.17 Rata-rata Perkembangan Prestasi Akademik pada Masing-masing Mata Pelajaran ……… 183

Gambar 4.18 Profil Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur pada Setiap Pelajaran ………... 187

Gambar 4.19 Profil prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V Setelah Mendapat Implementasi Model ( Post-Test) ……….. 189 Gambar 4.20 Profil Prestasi Akademik ANRH ……… 192

Gambar 4.21 Profil Prestasi Akademik MZB ………. 193

Gambar 4.22 Profil Prestasi Akademik MAGD ……….. 194

Gambar 4.23 Profil Prestasi Akademik MTFM ………... 195

Gambar 4.24 Profil Prestasi Akademik MP ……….... 196

Gambar 4.25 Profil Prestasi Akademik MNRF ……… 197

(10)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Gambar 4.36 Profil Prestasi Pengembangan Diri MZB .……… 212

Gambar 4.37 Profil Prestasi Pengembangan Diri MAGD ……….. 213

Gambar 4.38 Profil Prestasi Pengembangan Diri MTFM ………. 214

Gambar 4.39 Profil Prestasi Pengembangan Diri MP ……… 215

Gambar 4.40 Profil Prestasi Pengembangan Diri MNRF ……… 216

Gambar 4.41 Profil Prestasi Pengembangan Diri FZZ ………. 217

Gambar 4.42 Profil Prestasi Pengembangan Diri MHS ………. 218

Gambar 4.43 Profil Prestasi Pengembangan Diri WRW ..……….. 219

Gambar 4.44 Profil Prestasi Pengembangan Diri DAPA ……….. 222

Gambar 4.45 Profil Prestasi Pengembangan Diri AGM ………. 221

Gambar 4.46 Profil Prestasi Pengembangan Diri RAY ……….. 222

Gambar 4.47 Profil Prestasi Pengembangan Diri YVJM ……… 223

Gambar 4.48 Profil Prestasi Pengembangan Diri RA ……… 224

(11)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Tabel 3.1 Format Pedoman Wawancara ... 101

Tabel 3.2 Format Pedoman Observasi ... 102

Tabel 3.3 Format Pedoman Studi Dokumentasi ... 102

Tabel 3.4 Format Catatan Lapangan ... 103

Tabel 3.5 Format rangkuman Data Lapangan ... 103

Tabel 3.9 Kisi-kisi Data Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri…….. 104

Tabel 4.1 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-1... 128

Tabel 4.2 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-2... 130

Tabel 4.3 Profil Prestasi Pengembangan Diri Anak Berbakat Kelas V-3 ... 131

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Identifikasi Anak Berbakat Melalui Pendekatan Non-Tradisional ... 133

Tabel 4.5 Deskripsi Ragam Intervensi Berbasis Multi Kecerdasan ... 137

Tabel 4.6 Struktur Kurikulum dan Sebaran Jam Mata Pelajaran dalam Program 5 tahun ……….. 139

Tabel 4.7. Matrik Rekapitulasi Temuan,Masukan dan Implikasinya terhadap Formulasi Model ………. 142

Tabel 4.8 Rata-rata Prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ……….... 180

Tabel 4.9 Rata-rata Prestasi Akademik Pada Masing-Masing Pelajaran……. 183

Tabel 4.10. Uji dampak Rata-Rata per Mata Pelajaran………... 185

Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor rata-rata dan Perubahan Level Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ……….. 186

Tabel 4.12. Perubahan prestasi Akademik Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur Secara Individual dan Per-Mata Pelajaran ………. 190

Tabel 4.13 Profil Prestasi Pengembangan Diri Awal (Pre) dan Prestasi Pengembangan Diri Akhir (post) Anak Berbakat Kelas V SD Al-Mabrur ………. 207

Tabel 4.14. Rangkuman Output SPSS untuk Aspek Perilaku ……… 209

Tabel 4.15 Rangkuman Output SPSS untuk Aspek Potensi ………. 219

(12)

Yuyus Suherman, 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF ANAK BERBAKAT MELALUI MODEL STRUKTUR KEBERBAKATAN MILGRAM DALAM SETTING AKSELERASI-INKLUSI

Lampiran

Hlm

1 Layout Penelitian ... 278

2 Instrumen Audit program ... 279

3 Skala Nominasi Guru ... 280

4 Skala Nominasi Teman Sebaya ... 281

5 Dokumen kurikulum dan Stuan Layanan BK ………. 282

6 Contoh Dokumen Lesson Plan ……….. 264

7 Dokumen Prestasi Akademik Siswa ……… 265

8 Dokumen Prestasi Pegembangan Diri Siswa ……… 266

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bimbingan dan Konseling (BK) anak berbakat, merupakan keniscayaan

adanya. Hal ini sebagai konsekuensi dari konteks keutuhan dalam pendidikan.

Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya pendidikan khusus anak berbakat

yang berkembang saat ini, seyogyanya sejalan dengan kesadaran pentingnya BK

anak berbakat. Disadari, selama ini anak berbakat masih terabaikan. Van

Tassel-Baska (Millgram,1991) melaporkan hanya Sembilan persen anak berbakat yang

menerima program BK. Padahal, seperti anak lainnya, anak berbakat membutuhkan

BK untuk mengoptimalkan potensinya, ditambah kebutuhan yang berakar dari

kemampuan luar biasanya (Myers & Pace dalam Milgram,1991).

Seiring dinamika pendidikan dan jaminan aspek legal undang-undang,

fakta empiris, praktik pendidikan anak berbakat terbagi ke dalam setting eksklusi

dan setting inklusi. Sebagai bagian terintegrasi dari pendidikan, BK ditantang

hadir dalam kedua setting tersebut. Tetapi dengan dijadikannya pendidikan

inklusif sebagai komitmen nasional yang sejalan dengan komitmen internasional,

setting eksklusi menjadi tidak relevan.

Pendidikan anak berbakat dalam setting eksklusi baik yang segregatif maupun

yang integratif meskipun memiliki aspek legal, tetapi pilihan ini menunjukan

“keterbelakangan” paradigma pendidikan yang dianutnya. Adanya polemik berkepanjangan, menunjukkan belum ada konsensus tentang bagaimana anak

berbakat dididik. Fenomena kelas akselerasi (Direktorat Pendidikan Khusus-Layanan

Khusus), Brilliant Class (Surya Institute), Cugenang Gifted School (Yayasan Kinarya Didaktika), dan sejenisnya, di satu sisi merupakan bentuk tanggung jawab

pendidikan, tetapi disisi lain bertentangan dengan komitmen inklusi. Salamanca

statement, dalam kajian lima tahun aktivitas UNESCO (1999) memperingatkan

institusi khusus adalah eksklusi.

(14)

tentang sistem pendidikan nasional. Tetapi sejak awal, mengundang pro-kontra.

Mereka yang pro berargumen dengan aspek legal dan kebutuhan anak berbakat akan

pendidikan yang sesuai. Anak berbakat dinilai beresiko berprestasi rendah, sehingga

kelas “khusus” akselerasi diasumsikan sebagai solusinya. Di sisi lain, sikap kontra

muncul atas pemikiran kelas “khusus”, mengarah pada pembentukan masyarakat elit.

Kalangan ini menyatakan pengelompokan anak secara homogen menjadi kelas super

baik dan kelas kurang baik tidak memiliki dasar filosofi, apalagi disertai degradasi.

Kelas akselerasi, dipandang negatif karena dijadikan prestise sekolah,

eksklusif dan bersyarat. Sekolah harus melakukan pelatihan kurikulum berdiferensiasi

dengan nara sumber dari asosiasi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CI+BI)

nasional. Setelah pelatihan, sekolah direkomendasikan mengajukan perizinan

(Asosiasi CI+BI Nasional,2011). Pengelola akselerasi dipersyaratkan memiliki manajer program dan secara administratif terpisah dalam berbagai aspek, termasuk

pembiayaannya (Direktorat PKLK,2009). Dari aspek ketenagaan, guru diseleksi

IQ-nya, sehingga wacananya ada anak akselerasi, kelas akselerasi, dan guru akselerasi.

Seiring gencarnya kritikan, semangat mempertahankan kelas akselerasi mulai

mengendur. Kelas akselerasi kehilangan konteks, meskipun seharusnya disadari sejak

lama. Tetapi dalam perspektif “projek”, CI+BI masih dipertahankan. Wacananya

bergeser pada enrichment yang menyelenggarakan pembelajaran dikelas berbeda,

dengan pengantar bahasa Inggris. Pelajaran lain diselenggarakan dikelas reguler.

Ditengah polemik berkepanjangan, akselerasi terus berkembang. Berdasarkan data

Bidang Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan, Jawa Barat (2006), terdapat 46

sekolah penyelenggara akselerasi, untuk jenjang SD tercatat 13 sekolah.

Implementasinya menggunakan kelas khusus. Jumlah anak kelas akselerasi

20-25 orang, dengan IQ 135-140. Akselerasi dimulai dari kelas 4 sampai kelas 6

yang ditempuh selama 2 tahun. Tetapi jika tidak mampu, anak bisa kembali ke

kelas regular.

Format berbeda, dikembangkan SD AL-Mabrur Kabupaten Bandung.

(15)

pembelajaran lima tahun, melalui asesmen kesetaran dan diversifikasi layanan.

Keunggulan anak didik diamati sepanjang proses perkembangan, hasilnya dituangkan

dalam bentuk portofolio dan laporan perkembangan (Kartadinata,2011).

Pentingnya pendidikan khusus anak berbakat, diterima banyak kalangan.

Esensi masalahnya terdapat pada implementasinya. Implementasi melalui kelas

akselerasi ini yang mengundang polemik. Argumentasi jika anak berbakat dijadikan

satu kelas dengan anak biasa, akan kehilangan semangat belajar karena jenuh, tidak

relevan dengan solusinya. Jika proses belajarnya tidak bermutu, semua anak

dipastikan mengalami kejenuhan. Karena itu, solusinya dengan memperbaiki mutu

pembelajaran, bukan dengan kelas akselerasi, apalagi dengan sekolah khusus.

Berkenaan dengan hal tersebut, progam akselerasi perlu dikembalikan pada

gagasan awal, sebagai upaya memberi layanan pendidikan yang sesuai, agar potensi anak berbakat berkembang optimal. Hal ini menuntut evaluasi terhadap implementasi

program akselerasi, sebab meskipun kelas akselerasi diklaim sebagai wahana

pembinaan anak berbakat, tetapi esensi akselerasi tidak terjadi. Selain itu, akselerasi

dalam bentuk kelas ”khusus’ hanya menyentuh anak berbakat berprestasi dan ber-IQ tinggi, tidak menyentuh anak berbakat berprestasi rendah dan tidak beruntung,

padahal aspek legal berbicara “warga negara” tanpa kecuali. Jika kembali pada aspek

legal, implementasi pendidikan khusus anak berbakat belum berada di jalan benar.

Hal mendasar untuk mengahiri polemik, adalah kembali pada filosofi

pendidikan, sehingga semua kalangan memahami hakikat pendidikan. Dengan

pemahaman terhadap hakikat pendidikan, diharapkan bangsa ini memiliki konsensus

mengenai bagaimana seharusnya anak berbakat dididik. Pendidikan sebagaimana

diungkapkan Kartadinata (2011) adalah upaya normatif yang membawa manusia dari

kondisi apa adanya kepada kondisi seharusnya. Dari pemikiran ini benang kusut

pendidikan seharusnya diurai.

Dalam konteks pendidikan khusus anak berbakat, permasalahannya adalah,

kondisi apa adanya dan seharusnya masih menjadi polemik. Kelas akselerasi dengan

pengayaan juga bukan jawaban terhadap dilematika pendidikan khusus anak berbakat,

(16)

kebijakan pendidikan masih sporadis. Esensi akselerasi terletak pada pemberian

layanan pendidikan yang relevan dengan potensi anak. Karena itu penting disadari,

konteks pendidikan khusus anak berbakat banyak modelnya. Untuk itu perlu

dikembangkan model akselerasi yang relevan dengan filosofi inklusi, termasuk

bagaimana mengembangkan BK dalam setting inklusi.

Pendidikan inklusif, hadir dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu

dapat belajar, tumbuh, dan bekerja bersama. Pendidian inklusif merupakan koreksi

terhadap praktik pendidikan khusus yang eksklusif dan koreksi terhadap praktik

pendidikan umum yang diskriminatif. Kesadaran internasional ini tidak serta merta,

tetapi muncul setelah pendidikan dipraktikan lebih dari satu abad. Perkembangannya

didorong oleh kenyataan pendidikan untuk semua belum benar benar ditargetkan

untuk semua, sehingga pendidikan inklusif hakikatnya adalah penegasan kembali komitmen terhadap pendidikan bagi semua (education for all).

Merujuk pada aspek legal, pendidikan inklusif telah menjadi komitmen

nasional. Tetapi, implementasinya jauh dari yang diidealkan. Hal ini dimungkinkan

karena adanya miskonsepsi, kehilangan konteks dan kesalahan strategi. Pendidikan

inklusif telah disederhanakan, hanya berkaitan dengan memasukan anak disabilitas ke

sekolah umum. Bukti miskonsepsi, kehilangan konteks dan kesalahan strategi adalah

dieklusifkannya anak berbakat, padahal secara alamiah mereka sudah berada di kelas

umum, dengan kelas “khusus“ akselerasi, anak berbakat ditarik ke wilayah eksklusif, bahkan ke wilayah eksklusif-segregatif seperti sekolah khusus.

Berkenaan dengan tantangan implementasi BK dalam setting inklusi,

pengembangannya tidak lepas dari Visi BK abad 21 yang diletakan pada BK

Komprehensif yang melayani semua anak dan orang tua, serta melibatkan konselor

secara aktif. Karakteristik BK Komprehensif yang melayani semua anak, relevan

dengan pemahaman latar kultural. Hal ini memberi makna keseimbangan layanan

dan berlangsung dalam lingkungan yang oleh Padersen (Kartadinata,2010)

(17)

dalam layanan yang mengakomodasi perkembangan anak. Hal tersebut menuntut

BK yang memfasilitasi semua anak didik tanpa kecuali, dengan diversifikasi layanan.

Konteks melayani, berkaitan dengan upaya menyiapkan pengalaman bagi

semua anak untuk berkembang dengan segala keunikannya dan tidak lepas dari

konteks pendidikan inklusif yang memberi perspektif baru tentang hakikat manusia

dan pendidikan. Berkaitan dengan penyiapan pengalaman bagi anak berbakat, model

struktur keberbakatan Milgram(1999), memberi perspektif relevan dengan filosofi BK

komprehensif. Model struktur keberbakatan Milgram merupakan kerangka

konseptual yang mengorganisasi keberbakatan agar bermanfaat bagi guru, konselor,

dan orang tua, sehingga masing masing dapat berperan.

Model struktur keberbakatan Milgram menarik, karena merefleksikan

multidimensi yang menekankan keberbakatan pada tingkatan berbeda dan tiga setting yang mempengaruhinya. Berdasarkan model struktur keberbakatan Milgram, anak

berbakat dengan tingkat berbeda diharapkan menghasilkan prestasi yang berbeda

pula. Hal ini mengarah pada perlunya strategi BK anak berbakat sesuai profil

uniknya. Dengan demikian, model struktur keberbakatan Milgram dapat membantu

konselor, guru, dan orang tua memahami kebutuhan anak berbakat.

Riset-riset berbasis BK Komprehensif telah memberi penguatan bahwa

model ini sebagai model BK sekolah. Hasil studi Kartadinata (1996 -1999)

merekomendasikan model BK komprehensif (perkembangan) efektif dan mampu

memperbaiki mutu BK di sekolah. Model ini memiliki kelayakan diterapkan di

semua jenjang pendidikan. Sejak tahun 1998 model diperkenalkan melalui

seminar, lokakarya, dan pelatihan. Diakui Kartadinata (2011) model ini belum

tersosialisasikan kepada seluruh sekolah dan belum menjadi kebijakan nasional ,

sehingga substansi BK komprehensif masih memerlukan pengembangan.

Meskipun ekspektasinya berbeda dengan sekolah menengah, tetapi BK

komprehensif di SD tetap penting, karena berkaitan dengan konteks keutuhan

pendidikan. BK di SD Al-Mabrur, dikenal dalam terminologi BK terintegrasi,

(18)

layanan tersendiri oleh guru BK/konselor. Idealnya, guru BK berperan sebagai

pemimpin dalam konteks mempromosikan kesuksesan bagi semua anak didik

dengan mensinergikan potensi sekolah, rumah dan komunitas (State of IOWA

Departement of Education,2001).

Berdasakan uraian tersebut, dan dalam konteks menuju pendidikan iklusif

(towards inclusive education), serta sebagai suatu inovasi, pembelajaran

akselerasi dalam setting inklusi di SD Al-Mabrur dan praktik BK didalamnya

membuka banyak konsekuensi yang menantang dikaji dari banyak sisi, termasuk

dari sisi model BK yang relevan. Karena itu kajian terhadap BK Komprehensif

anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting

akselerasi-inklusi dan dampaknya terhadp peningkatan prestasi akademik dan

pengembangan diri menjadi menarik dilakukan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Sebagai sebuah inovasi, pembelajaran akselerasi-inklusi menarik

dicermati karena implikasinya luas, termasuk implikasinya terhadap BK yang

relevan. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian difokuskan pada konteks BK

komprehensif anak berbakat yang relevan dalam setting akselerasi-inklusi. Adapun

rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah BK komprehensif anak

berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting

akslerasi-inklusi yang applicable dan efektif terhadap optimalisasi prestasi akademik dan

pengembangan diri ?

Untuk kepentingan eksplorasi data, diajukan pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana profil anak berbakat dan pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi

di SD Al-Mabrur?

2. Bagaimana formulasi BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur

(19)

3. Apakah BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan

Milgram dalam setting akselerasi-inklusi efektif dalam optimalisasi prestasi

akademik dan pengembangan diri ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan BK komprehensif

anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting

akselerasi-inklusi yang applicable dan menguji efektivitasnya terhadap optimalisasi prestasi

akademik dan pengembangan diri anak berbakat di SD Al-Mabrur kabupaten

Bandung.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan;

a. Mendapat profil anak berbakat dan pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi

SD Al- Mabrur sebagai dasar pengembangan model BK komprehensif.

b. Mendapat formulasi BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur

keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang teruji

aplikabilitasnya di SD Al-Mabrur.

c. Menguji efektivitas BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur

keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi terhadap optimalisasi

prestasi akademik dan pengembangan diri. D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis penelitian ini adalah diperolehnya formulasi BK

komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam

setting akselerasi-inklusi yang applicable pada jenjang sekolah dasar. Sebagai sebuah

inovasi hasil penelitian ini juga memberi wawasan keilmuan untuk menjadi landasan

pemecahan masalah pemenuhan kebutuhan pembelajaran yang mendidik dan BK

(20)

Manfaat praktis penelitian ini adalah bertambahnya alternatif model BK anak

berbakat yang relevan dengan setting akselerasi-inklusi. Dari aspek guna laksana hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan pengelola program

akselerasi serta pendidikan inklusif pada jenjang sekolah dasar, sehingga apa yang

menjadi polemik dan kehawatiran berkaitan dampak negatif program akselerasi bagi

perkembangan anak berbakat dapat dieliminir, dan program akselerasi ini dapat

berhasil guna sesuai harapan ideal, yaitu dikembangkan dalam setting inklusi.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Sistematika penulisan disertasi ini dirinci dalam urutan penulisan yang di

organisasi menjadi lima bab: Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang penelitian,

fokus dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian dan struktur

organisasi disertasi; Bab II Kajian pustaka, mencakup konsep-konsep teoretis BK komprehensif anak berbakat dalam perspektif Milgram, model struktur keberbakatan

Milgram, identifikasi anak berbakat, pendidikan khusus, akselerasi-inklusi dalam

perspektif menuju pendidikan inklusif dan kerangka pemikiran; Bab III, Metodologi

penelitian mencakup pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian,

definisi konseptual, prosedur dan instrument penelitian serta analisis data penelitian;

Bab IV. Temuan penelitian dan pembahasan, dan Bab V. Simpulan, implikasi dan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan “mixed method” dengan pendekatan Research and Development (R&D) sebagai payungnya (Rundolph, 2008 dalam Putra, 2011).

Mixed method research design dipilih karena melibatkan pendekatan KUAL dan

KUAN. Strategi yang digunakannya dalah mixed embedded experimental model

(Creswell & Clarck, 2007), yakni penelitian yang menggabungkan dua pendekatan

(kualitatif dan kuantitatif) secara bertahap. Mixed method research design

sebagaimana dikemukakan Tashakkori (Natawidjaja,2009), didasarkan atas

pertimbangan pertanyaan penelitian tentang manusia berkembang menjadi lebih

kompleks dan sering tidak dapat dijawab dengan satu metode atau pendekatan.

Peneliti dituntut menggunakan semua metode yang dapat menjawab pertanyaan

penelitian secara efisien dan dapat dipercaya. Dari sisi pemahaman akhir, juga lebih

kaya. Adapun dijadikannya penelitian KUAL sebagai titik awal, ini relevan dengan

konteks formulasi model yang memebutuhkan kaidah penelitian KUAL, sebagaimana

dikemukakan Mannen (Tarsidi,2002) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan berbagai macam teknik interpersonal untuk mendiskripsikan,

mengungkap, menerjemahkan, atau menafsirkan fenomena sosial tertentu yang terjadi

secara alami, dari segi maknanya, bukan dari frekuensinya. Creswell & Clark

(2007:68) menggambarkan mixed embedded experimental model sebagai berikut:

Gambar 3.1. Embedded Design: Embedded Experimental Model (Cresswell & Clark, 2007:68)

(22)

Pendekatan R & D ini diadaptasi menjadi tiga tahap, mengacu pada Borg dan

Gall, setelah diadaptasi Innovation Unit & Paul Hamlyn Foundation melalui

Learning Future the Engaging Schools; Principle and Practices (Putra,2011;137).

Tahapan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Tahap I.Penelitian Pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan kajian konseptual (literature) dan kajian kontekstual

(lapangan) berkaitan dengan BK anak berbakat. Data konseptual dieksplorasi melalui

kajian: Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide

(State of IOWA Departement of Education,2001), Counseling Gifted and Talented

Children, A Guide for Teacher,Counselors, and Parents (Milgram,1991), Handbook

of Giftedness in Children:Psycho-Educational Theory, Research & Best Practices

(Pfeiffer,2008), Accererating the Learning of All Students, Cultivating Culture,

Change in Schools, Classrooms, and Individuals (Finnan & Swanson,2000),

Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators, and Planners (Ouri

& Abraham,2004) dan Pembelajaran Akselerasi dalam Seting Inklusi, Model

Pembelajaran Akselerasi SD Al-Mabrur (Kartadinata,2011).

Sedangkan data kontekstual diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara

dan observasi pada SD penyelenggara pendidikan inklusif, SD penyelenggara

akselerasi–eklusi-integrasi (kelas akselerasi), SD penyelenggara akselerasi-inklusi

(SD Al-Mabrur, Bandung), dan SD penyelenggara akselerasi-eklusi-segregasi

(Cugenang Gifted School, Cianjur), serta SK Dato Demang Hussin dan Sekolah Pusat

Permata Pintar Negara (Malaysia). Pada tahap studi pendahuluan ini dilakukan juga

audit program BK komprehensif dan identifikasi anak berbakat di SD Al-Mabrur.

Identifikasi dilakukan melalui pendekatan non-tradisional yaitu melalui nominasi

guru, nominasi teman sebaya, nominasi diri (Clark,.1983). Seluruh hasil kajian

dianalisis dan menjadi titik tolak formulasi model awal BK komprehensif anak

berbakat melalui model struktur keberbakatan dalam setting akselerasi inklusi,

(23)

Tahap II. Validasi dan Pengembangan Model

Untuk memenuhi kelayakan operasional (model operasional), selanjutnya

model hipotetik divalidasi secara konseptual teoretis (validasi konten) dan secara

kontekstual-praktis (validasi empiris), dengan melibatkan pakar dan praktisi.

Kelayakan konten sebuah model diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa

model tersebut tepat untuk mencapai tujuan tertentu. Karena itu validasi konten

dilakukan oleh pakar BK Komprehensif dan pakar pendidikan khusus yang telah

mengabdikan diri di perguruan tinggi sebagai akademisi. Validasi konten dilakukan

melalui teknik Delphi, yaitu teknik penilaian untuk mengambil keputusan dengan

mengirim naskah model dan panduannya kepada validator.

Konten model hipotetik juga mendapat masukan dan komentar dari pakar BK

dan pendidikan anak berbakat melalui kesempatan seminar maupun dalam pertemuan khusus seperti: P.M.Dr.Rusnani Abdul Kadir (Universiti Putra Malaysia), Prof.Dr.

Mohd.Hanafi Mohd Yasin (Universiti Kebangsaan Malaysia), Amalia Madihie

RC.PP.M.Sc.PhD (Universiti Malaysia Sarawak), Linda E.Brody,Ed.D (Johns

Hopkins University,USA), Prof.Dr.Joyce Van Tassel-Baska (College of William and

Mary,Viginia), Prof.Dr.Francoys Gane (Universite du Quebec a Montreal, Canada).

Secara umum para pakar berpendapat dari aspek konten model ini telah

memenuhi kelayakan sebagai sebuah model. Dua dimensi yang dipertimbangkan

yaitu struktur dan konten model. Para ahli juga merekomendasikan BK Komprehensif

anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting

akselerasi-inklusi layak dilanjutkan pengembangannya dan untuk diimplementasikan.

Komponen konten dinilai cukup memadai dan operasional. Hal tersebut

didasarkan pada adanya panduan yang dinilai memudahkankan dalam memahaminya

dan memiliki petunjuk operasional sebagai bagian tidak terpisahkan dengan model.

Dimensi model mencakup: kerangka acuan, landasan pengembangan, tampilan/daya

tarik, rasional, tujuan, ruang lingkup layanan, populasi sasaran, asumsi/prinsip kerja,

pendukung sistem layanan, peran konselor, prosedur pelaksanaan, evaluasi, dan

(24)

Para akademisi memberi catatan untuk penyempurnaan model,sebagai berikut:

a) Uraian model terlalu padat/akademis, perlu di sederhanakan.

b) Panduan BK Komprehensif untuk konselor/guru BK, Guru Kelas, orang tua dan

komunitas hendaknya dibuat tersendiri,

c) Struktur dan konten model hendaknya memberi gambaran umum tentang

pelaksanaan model yang dijabarkan secara ringkas dan jelas .

d) Evaluasi dan indikator keberhasilan pelaksanaan model hendaknya dijabarkan

pada kerangka yang jelas sehingga mudah dipahami dan dilakukan,

e) Model perlu dilatihkan secara khusus sebelum diimplementasikan agar ada

kesamaan pemahaman konsep.

f) Perlunya penajaman rumusan kondisi ideal melalui kupasan teoretis dan hasil

asesmen kebutuhan empiris BK Komprehensif

Sedangkan validasi kontekstual-praktis (empiris) dilakukan oleh praktisi yaitu

guru BK/konselor dan guru kelas V SD Al-Mabrur. Validasi empiris dilakukan

melalui diskusi terfokus. Diawali dengan penjelasan model hipotetik, dilanjutkan

dengan diskusi. Setelah itu, peserta melakukan analisis model hipotetik, berkaitan

dengan operasionalisasi model. Di akhir diskusi peserta mengisi kuesioner kelayakan

operasional model.

Berdasarkan validasi kontekstual-praktis-empiris yang dilakukan praktisi

penimbang di SD Al-Mabrur, diperoleh catatan penting untuk memberikan keyakinan

bahwa BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram

dalam setting akselerasi–inklusi memenuhi syarat kelayakan operasional di SD

Al-Mabrur. Secara umum praktisi menilai BK komprehensif anak berbakat melalui

model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi–inklusi menarik dan

potensial sebagai solusi pemecahan masalah serta menggairahkan pelaksanaan BK

terintegrasi di SD Al-Mabrur.

Meskipun demikian, sebelum dilakukan uji keterlaksanaan dan uji

efektivitasnya, praktisi memberi catatan penyempurnaan model, panduan praktik dan

(25)

a) Perlu dicantumkan alokasi waktu untuk pelaksanaan model baik dilingkungan

sekolah, rumah maupun di lingkungan komunitasnya.

b) Perlu kegiatan untuk meningkatkan pemahaman tentang impelementasi model

melalui pelatihan khusus, sehingga semua yang terlibat bisa membantu dan

mendukung pelaksanaannya

c) Sarana pendukung, alat evaluasi, dan durasi kegiatan perlu dinyatakan dengan

tegas sebagai kelengkapan komponen model.

d) Perlun dipertegas posisi BK Komprehensif anak berbakat dalam setting

akselerasi-inklusi dan komteks pengembangan diri serta BK komprehensif anak lainnya.

e) Aspek pengembangan staf, dan kaitan aktivitas luar perlu lebih dieksplisitkan

Pada tahap ini dilakukan revisi dan pengembangan model. Revisi dan

pengembangan model hipotetik didasarkan pada masukan pakar dan praktisi, sehingga diperoleh formulasi BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur

keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi yang secara empiris

memenuhi kelayakan untuk diimplementasikan dikenal sebagai model operasional.

Tahap III. Uji Model

Pada tahap ini model operasional, diimplementasikan dan diuji KUAL dan

KUAN. Uji KUAL dilakukan melalui analisis aplikabilitas BK komprehensif anak

berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi

inklusi secara terbatas pada kelas V dan secara luas melalui uji konsensus bersama

guru SD Al-MAbrur semua jenjang kelas. Analisis difokuskan pada tahapan model:

assessing, planning, implementation, dan evaluation. Sedangkan uji KUAN

dilakukan melalui analisis efektivitas BK komprehensif anak berbakat melalui model

struktur keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi–inklusi terhadap prestasi

akademik dan pengembangan diri melalui “pre-experimental design (one-group

pretest-posttest design). Pada tahap ini dilakukan revisi lanjutan, sehingga dihasilkan

BK komprehensif anak berbakat melalui model struktur keberbakatan Milgram dalam

setting akselerasiinklusi yang teruji efektivitasnya. Secara keseluruhan alur

(26)

Tahap satu Tahap tiga

Tahap dua

Gambar 3.2. Bagan Alur R & D BK Komprehensif Anak Berbakat Melalui Model Struktur

Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi–Inklusi ( Adaptasi Borg & Gall, Putra, N.2011)

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penentuan subjek penelitiannya disesuaikan dengan jenis data yang

dibutuhkan dan tahapan R & D. Pada tahap studi pendahuluan subjek penelitiannya

adalah pelaksanaan program pembelajaran akselerasi-eksklusi dan pembelajaran

akselerasi-inklusi, lokasinya mencakup kabupaten dan kota Bandung, kabupaten

Cianjur hingga Malaysia. Pada tahap validasi dan pengembangan model, subjek

penelitiannya adalah validasi pakar BK dan pakar pendidikan khusus dari UPI dan

non-UPI, serta praktisi di SD Al-Mabrur. Adapun tahap uji model, subjek penelitian

(KUAL) adalah aplikabilitas model di SD Al-Mabrur yang berlokasi di kabupaten

Bandung, dan subjek penelitian (KUAN) adalah efektivitas model terhadap prestasi

akademik dan pengembangan diri anak berbakat kelas V SD Al-Mabrur. Jumlah anak

berbakat yang dijadikan sampel penelitian (KUAN) sesuai kaidah purporsive

sampling adalah 15 anak kelas V SD AL Mabrur. Pertimbangan yang diambil; (1)

(27)

pendekatan non-tradisional yaitu melalui nominasi guru, nominasi teman sebaya,

nominasi diri (Clark,.1983), termasuk informasi orang tua dan prestasi akademik serta

tinjauan dari pespektif model struktur keberbakatan Milgram, dengan prediksi 20-25

persen Munandar (1992) dari populasi kelas V dan lolos nominasi. (2) diambilnya

kelas V karena kelas 5 di SD Al-Mabrur merupakan kelas tertinggi setara dengan

kelas 6 di SD lain. Kelas tinggi ini sesuai dengan kebutuhan data penelitian berkaitan

dengan indikator sukses.

C. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif Anak Berbakat melalui Model

Struktur Keberbakatan Milgram dalam Setting Akselerasi-Inklusi

Secara konseptual BK Komprehensif anak berbakat melalui model struktur

keberbakatan Milgram dalam setting akselerasi-inklusi adalah BK yang memposisikan konselor sebagai leader, didisain untuk mempromosikan kesuksesan

anak secara akademik dan pengembangan diri, melalui diversifikasi program berbasis

profil unik anak berbakat dan optimalisasi peran orang tua, guru dan komunitas

termasuk teman sebaya, dengan mempromosikan pembelajaran efektif dalam kultur

inklusif. Diimplementasikan melalui dimensi: assessing succes4 all conceptual

model, planning, implementation dan evaluation.

Selanjutya konsep-konsep yang membangunnya dijelaskan sebagai berikut:

a) BK Komprehensif

BK Komprehensif didisain untuk menghargai individu dan memfosisikan

konselor sebagai leader, untuk mempromosikan keberhasilan anak dalam aspek

pribadi/sosial, akademik, dan pengembangan karir, melalui empat layananan utama:

guidance curriculum, individual planning, responsive services, and system support

services, diwujudkan dengan mendorong praktik pembelajaran berpusat pada anak

dan pembelajaran efektif, melalui kemitraan sekolah, keluarga, dan komunitas yang

berlangsung dalam kultur inklusif. Kultur ini diwujudkan dalam layanan yang

memfasilitasi semua anak dengan diversifikasi program. Konteks melayani

berkaitan dengan menyiapkan pengalaman bagi semua anak agar berkembang

(28)

b)Anak Berbakat

Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi melalui pendekatan tradisional

atau non-tradisional, sebagai anak yang memiliki kemampuan unggul, baik secara

potensial maupun aktual, meliputi: kemampuan intelektual umum, akademik khusus,

berfikir kreatif dan produktif, kemampuan dalam satu bidang seni, dan psikomotor

sehingga membutuhkan diversifikasi program sehubungan dengan kemampuannya

tersebut

c) Model Struktur Keberbakatan

Model struktur keberbakatan Milgram ini dimaknai sebagai kerangka

konseptual didesain untuk mengorganisir struktur keberbakatan agar bermanfaat

bagi guru, konselor, dan orang tua. Model struktur keberbakatan Milgram,

menggambarkan keberbakatan sebagai fenomena multidimensi. Didesain untuk membandingkan beragam keberbakatan dan menekankan pemahaman

keberbakatan terjadi pada tingkat berbeda-beda. Adapun 4 x 4 berkaitan dengan

penggambaran Milgram terhadap keberbakatan yang terbagi kedalam empat types

(tipe), empat levels (level). Empat tipe keberbakatan: Tipe pertama, general

intellectual ability atau overall general intelligence, mengacu pada kemampuan

berpikir abstrak dan memecahkan masalah secara logis dan sistematis.

Kemampuan ini diukur melalui tes psikometrik dan dilaporkan sebagai nilai IQ.

Tipe kedua, specific intellectual ability, mengacu pada kemampuan

intelektual nyata dalam bidang tertentu, seperti matematika, bahasa asing, musik,

atau sains. Individu berbakat di bidang matematika, misalnya mendemonstrasikan

kemampuan berhitung luar biasa, pengetahuan akan prinsip matematika, dan

pemahaman mendalam mengenai konsep matematika. Keberbakatan di bidang

seni direfleksikan dalam kemampuan teknik dan apresiasi estetis. Kemampuan

tersebut direfleksikan dalam performasi kompeten, tetapi tidak begitu orisinil.

Tipe ketiga, general original/creative thinking, merupakan proses

pemecahan masalah yang menghasilkan solusi tidak biasa dan berkualitas tinggi.

(29)

mengejutkan. Tipe keempat, specific creative talent, mengacu pada kemampuan

kreatif bidang khusus yang nyata. Kemampuan berpikir orisinil diterapkan pada

lingkup spesifik dan dimanifestasikan dalam produk orisinil yang dihargai

masyarakat, seperti sains, matematika, seni, kepemimpinan sosial, bisnis, ataupun

politik.

Sementara itu empat level kemampuan itu adalah non-gifted, mildly gifted,

moderately gifted dan profoundly gifted. Dengan demikian prilaku keberbakatan

bisa ditemukan pada tingkat mild, moderate, dan profound. Ketiga tingkat

tersebut disusun hierarkis. Sebagian peneliti membedakan antara sangat berbakat

dan tingkat keberbakatan lainnya, tetapi jarang membedakan level mildly gifted

dan level moderately gifted. Berikutnya dua aspek lain dalam model struktur

keberbakatan Milgram ini berkaitan dengan learning environment dan individual differences. Pertama, dimensi learning environment berkaitan dengan lingkungan

belajar yang saling berhubungan yaitu rumah, sekolah dan komunitas.

c) Akselerasi-Inklusi

Pembelajaran akselerasi dalam setting inklusi didisain dengan reorganisasi

kurikulum, menganut pola kesetaraan melalui asesmen kesetaraan, dalam waktu yang

ditetapkan, sebagai kendali mutu proses dan produk. Perbaikan mutu dilakukan

dengan peningkatan standar secara bertahap. Reorganisasi kurikulum 6 tahun ke

kurikulum 5 tahun, dilakukan dengan pertimbangan: (a) Keberlanjutan kemampuan

yang dikembangkan setiap pelajaran dari tingkatan kelas yang satu ke tingkat kelas

lain. (b) Prinsip akselerasi berimplikasi pada isi pelajaran dan beban belajar, dengan

ketentuan: (1) Kelas 1:100% program kelas satu, (2) Kelas 2: 100 % program kelas

dua, (3) Kelas 3:100% program kelas tiga (maret), ditambah 33% program kelas

empat (juni); (4) Kelas 4:67% program kelas 4 ditambah 67% program kelas lima; (5)

Kelas 5: 33% program kelas lima ditambah 100% program kelas enam. Untuk

mengimplementasikan beban belajar yang terkandung dalam struktur kurikulum 5

tahun, kegiatan pembelajaran dituangkan dalam rancangan waktu belajar rata-rata

9-10 jam pelajaran setiap hari. Porsi waktu setiap jam pelajaran dirancang selama 35

(30)

pembelajaran dirancang hari Senin s/d Jum’at selama 10 jam pelajaran/hari, dan hari

Sabtu selama 6 jam pelajaran digunakan untuk ekstra kurikuler. Dengan demikian

dalam seminggu dirancang antara 42-58 jam pelajaran. Pembelajaran berlangsung

dalam sistem fullday school. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui iklim

belajar religius, edukatif, berwawasan lingkungan dan kultural. Esensi pembelajaran

diletakkan pada memfasilitasi anak didik agar memiliki kemampuan belajar,

berprestasi, hidup bermasyarakat, dan menjadi warga negara yang baik.

2. Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri

Secara konseptual prestasi akademik dan pengembangan diri didefinisikan

sebagai keberhasilan anak berbakat dalam mengembangkan potensi keunggulannya

dalam aspek akademik dan aspek pengembangan diri yang dicapai dalam periode

program yang didesain sesuai dengan kebutuhannya dan dilaksanakan dalam periode yang ditetapkan (satu semester). Secara operasional prestasi akademik dan

pengembangan diri mencakup dimensi keberhasiln anak berbakat dalam setiap mata

pelajaran dan spek perilaku serta potensial. Indikator pretasi akademik ini ditunjukan

dengan skor hasil belajar pada pelajaran: pendidikan agama, pendidikan

kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, seni budaya dan keterampilan dan pendidikan jasmani, olah raga

dan kesehatan. Termasuk muatan lokal bahasa Sunda, bahasa Inggris, teknologi

informasi/komputer, bahasa Arab dan baca tulis alquran dengan skala 100. Adapun

indikator prestasi pengembangan diri ditunjukan oleh nilai; a) Prestasi Behavior

yang mencakup capaian kinerja dalam aspek; kepemimpinan, disiplin diri, tanggung

jawab, kepercayaan diri, keterlibatan dalam kegiatan, interaksi sosial, kerjasama,

sikap menghargai, kepatuhan, dan kebersihan; b) Potential yang mencakup capaian

kinerja dalam aspek: verbal/linguistic intelligence, Logical/ Mathematical

intelligence, Arts-visual/Spatial intelligence, Bodily/Kinesthetic Intelligence,

Socio-Personal Intelligence, Naturalist Intelligence, Spiritual-Ethical Intelligence, dengan

(31)

D. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian Kualitatif

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan sumber dan jenis data yang

diperlukan. Berdasarkan pertimbangan teknik pengumpulan data, instrument penelitian dikembangkan. Instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti

sendiri, dengan demikian, instrument penelitian kualitatif merupakan pelengkap dan

bersifat pedoman. Proses pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara

mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Teknik dan format pedoman eksplorasi

data dijelaskan sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Taylor & Bagdan (Minichiello,et.al.,1995) mengemukakan in-depth interview

merupakan pertemuan berulang antara peneliti dengan informan yang bertujuan

memahami perspektif informan mengenai kehidupannya, pengalamannya, atau situasi

yang terekspresikan dalam kata-kata mereka. Dalam konteks penelitian ini, in-depth

interview digunakan untuk mengeksplorasi informasi dari pikiran, perasaan, pendapat,

pengetahuan individu yang terlibat dalam pendidikan di SD Al-Mabrur, seperti

kepala sekolah, guru, orang tua dan guru BK. Pedoman wawancara dikembangkan

berdasarkan pertanyaan kunci yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan

dan BK anak berbakat dalam seting akselerasi-inklusi. Adapun contoh format

pedoman wawancaranya, adalah sebagai berikut:

Tabel.3.1 Format Pedoman Wawancara

Waktu: _______________ Tempat: ____________

(32)

b) Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data lapangan, dilakukan melalui

observasi naturalistik dan partisipatori. Observasi naturalistik bertujuan

mendeskripsikan tingkah laku sebagaimana dimunculkan subjek secara natural tanpa

intervensi atau memanipulasi. Observasi partisipatoris dilakukan melalui keterlibatan

langsung dalam aktivitas responden. Berikut contoh format pedoman observasi :

Tabel.3.2. Format Pedoman Observasi

Waktu: _______________ Tempat: ____________

No Aspek yang diobservasi Deskripsi data Penafsiran

c) Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data lapangan berkenaan dengan perencanaan BK. Data diperoleh dari dokumen administratif, media dan

dokumen program kegiatan pelaksanaan pembelajaran dan BK di SD Al-Mabrur.

Studi dokumentasi berkaitan data siapa yang membuat, terlibat dan mengapa

dokumen dibuat, serta bagaimana peran dokumen dalam pembelajaran dan BK anak

berbakat dalam seting akselerasi-inklusi. Berikut contoh format studi dokumentasi:

Tabel 3.3. Format Pedoman Studi Dokumentasi

Waktu: _______________ Tempat: ____________

No Dokumen yang diperlukan

(33)

Selain ketiga format instrument/pedoman tersebut, dalam penelitian ini juga

dikembangkan format catatan lapangan dan lembar rangkuman data sebagai mana

ditampilkan tabel 3.4 dan tabel 3.5 berikut:

Tabel 3 4.

Format Catatan Lapangan Nomor : ___________ Tema Pokok: _______________

Sumber data: _______________

No Deskripsi Analisa

Tabel 3.5.

Format Rangkuman Data Lapangan Nomor : ___________

a Masalah

b Rangkuman Informasi

c Analisa

d Hal yang menarik

e Informasi yang perlu dicari lagi

2. Proses Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrument Penelitian Kuantitatif (KUAN)

Pengumpulan data difokuskan pada data prestasi akademik dan pengembangan diri dari sumber-sumber yang relevan. Data awal (pretest)

dikumpulkan mencakup data prestasi akademik dan prestasi pengembangan diri yang

dicapai saat di kelas IV (akhir semester) dan akhir (posttest) diperoleh diakhir

semester ganjil kela V, termasuk data portofolionnya. Proses pengumpulan data

dilakukan sesuai dengan sumber dan jenis data yang diperlukan. Selanjutnya

berdasarkan pertimbangan teknik pengumpulan data, maka instrument penelitian

(34)

Tabel 3.9. Kisi-Kisi Data Prestasi Akademik dan Pengembangan Diri

N0 Variabel Sub Variabel Indikator 1 Prestasi Akademik 1.2. Portofolio Karya-karya kinerja anak

2. Prestasi

2.1.1. Bicara terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain, tetapi mengutarakannya dengan sopan. 2.1.2. Menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan

2.1.3. Memahami kekuatan dan kelemahan diri dan bersedia membantu orang lain.

2.1.4. Mampu bekerja sendiri dan mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain

2.1.5. Terlibat dan mampu merespon berkreasi dalam kegiatan proses belajar mengajar.

2.1.6. Senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

2.1.7. Berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 2.1.8. Mengakui, dan menghormati keberhasilan orang

lain.

2.1.9. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ketentuan

2.2.1. Mampu membaca, menulis dan berbicara 2.2.2. Terampil dalam melakukan operasi bilangan dan

berhitung

2.2.3. Terampil dalam melakukan gerak ritmik, musik, mencipta, memainkan musik serta memiliki persepsi visual, imajinasi,orienasi badaniah dalam keruangan.

2.2.4. Koordinasi fisik dan lengan, ketrampilan motorik halus dan kasar, ekspresi diri dan belajar melalui gerakan fisik.

2.2.6. Memahami komunikasi dengan orang lain, memahami orang lain, bagaimana kerjasama dengan orang lain.

(35)

E. Analisis dan Keabsahan Data Penelitian

1. Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif (KUAL)

a. Analisis Data Kualitatif

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan teknik berpikir kritis

induktif, mengacu prosedur analisis data model interaktif dari Miles & Huberman

(1992), mencakup reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi

data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan

transformasi data dari catatan lapangan. Prosesnya berlangsung selama penelitian.

Penyajian data dilakukan melalui teks naratif, dan matrik, sehingga apa yang terjadi

dipahami dan memudahkan proses analisis lebih lanjut. Penarikan kesimpulan

merupakan kegiatan utuh dari permulaan pengumpulan data, proses mencari arti data

dan menangani kesimpulan sementara. Hal ini digambarka sebagai berikut:

Gambar 3.3. Komponen Analisis Data: Model Interaktif

( Miles & Huberman,1992:20)

Data penelitian terus diverifikasi selama penelitian melalui tinjauan ulang

catatan lapangan, tukar pikiran dengan teman sejawat. Dengan demikian makna yang

muncul teruji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya. Pengujian data

dilakukan dengan teknik triangulasi, yakni teknik pemeriksaan data memanfaatkan

data lain untuk perbandingan. Pengumpulan

data Penyajian

data

Reduksi

data Penarikan

(36)

b. Keabsahan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian akurat, dilakukan teknik keabsahan data

menggunakan empat kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, dan

confirmability (Moleong, 2006).

a. Credibility

Credibility (kredibilitas) adalah istilah penelitian KUAL untuk menggantikan

validitas pada penelitian KUAN. Validitas penelitian (research validity) mengacu

pada kebenaran (correctness) atau keadaan sebenarnya (truth fulness) dari kesimpulan

yang dibuat (Christensen et.al, 2011). Kredibilitas sebangun dengan internal validity

berkaitan dengan kualitas dan tingkat kepercayaan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kredibilitas terletak pada keberhasilannya dalam mengeksplorasi masalah atau

mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi kompleks. Karena itu, dijelaskan bagaimana penelitian dilakukan, sesuai langkah-langkah,

batasan penelitian, kemudian dijelaskan desain penelitian, subjek penelitian dipilih,

dan analisis dilakukan.

Menurut Maxwell (Christensen et.al,2011) Research validity diperoleh

melalui teknik berikut:

Extended fieldwork

Extended fieldwork, teknik validitas dengan mengumpulkan data lapangan

dalam jangka waktu tertentu untuk memahami permasalahan penelitian. Sebelum

pengambilan data, peneliti membangun rapport dengan subyek. Hal ini dilakukan

agar subyek terbuka. Peneliti melakukan pengambilan data dan mewawancarai

subjek secara informal selama satu periode pengamatan, dan memperpanjang

pengamatan untuk mengecek kembali apakah data yang diberikan benar atau tidak

hingga peneliti memperoleh gambaran lengkap.

Peer review

Peer review dilakukan untuk memperoleh theoretical validity. Hasil

interpretasi, kesimpulan dan penjelasan hasil penelitian didiskusikan dengan

expert, dan kolega. Dengan mengajak orang lain akan memberikan perspektif baru.

(37)

terhadap topik penelitian sama, membantu peneliti mendapatkan wawasan berguna

bagi perspektif pemikiran peneliti.

Participant feedback

Participant feedback adalah teknik interpretative validity, yaitu

mengungkapkan data sebagaimana sudut pandang subjek penelitian. Dengan

demikian data penelitian secara akurat merupakan interpretasi atau pemaknaan

subyek penelitian. Dilakukan dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik mengenai temuan peneliti. Setelah proses pengumpulan data selesai peneliti

bertemu kembali dengan subjek penelitian dan berdiskusi mengenai hasil data.

Ketika subjek penelitian setuju dengan apa yang peneliti ungkapkan, maka itulah

yang peneliti tuliskan, dan ketika berbeda, peneliti sesuaikan kembali.

Researcher-as-detective

Peneliti memahami data peneliti secara mendalam mengenai sebab dan

akibat potensial yang melahirkan fenomena yang dialami responden penelitian, dan

kemudian menarik kesimpulan. Peneliti memahami data yang diperoleh dari

penjelasan yang dialami dan dimaknakan oleh subjek.

Methods triangulation

Methods triangulation merupakan teknik untuk memperoleh internal

validity (KUAN). Methods triangulation metode pengumpulan data lebih dari satu,

seperti metode wawancara, kuesioner dan observasi dalam meneliti untuk

menentukan kesimpulan yang sama dari penggunaan berbagai metode .

Data triangulation (Triangulation of source)

Triangulasi data dilakukan dengan menggunakan variasi sumber data

berbeda. Tujuannya membandingkan dan meng-cross check konsistensi data pada

waktu berbeda, dengan cara: (1) Membandingkan data observasi dengan data

wawancara; (2) Membandingkan apa yang dikatakan di muka umum dengan yang

dikatakan secara pribadi; (3) Mengecek konsistensi yang dikatakan mengenai hal

(38)

b. Transferability

Transferability setara dengan external validity. Peneliti mendeskripsikan hasil

penelitian secara lengkap mencakup waktu, konteks atau setting, dan iklim penelitian

sejelas-jelasnya. Peneliti memaparkan setting, konteks dan waktu yang berkaitan

dengan subjek penelitian pada latar belakang responden pada bagian hasil penelitian.

Hal ini dilakukan agar peneliti memahami sejauh mana penelitian ini

digeneralisasikan pada konteks, iklim, dan subjek penelitian tertentu.

c. Dependability

Dependability setara dengan reliabilitas (KUAN). Dependabily dimaksudkan

sejauh mana temuan penelitian dipastikan menunjukkan konsistensi bila dilakukan

peneliti lain. Untuk memperoleh konsistensi, peneliti menunjukan proses penelitian,

beserta langkah pelaksanaannya.

d. Confirmability

Confirmability setara objektivitas pada penelitian kuantitatif. Pada penelitian

kualitatif data didapat melalui naturalistic inquiry dikonfirmasikan melalui proses

audit. Konfirmasi dilakukan dengan membuat penjelasan penelitian dan atau

menanyakan hasil penelitian pada subjek penelitian. Peneliti mencoba seterbuka dan

selengkap mungkin menuliskan proses penelitian dan temuan penelitian.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif dan Keabsahan Data (KUAN)

Model yang telah dikembangkan perlu diuji secara kuantitatif dengan

mengungkap dampaknya terhadap prestasi akademik dan pengembangan diri.

Targetnya, mengetahui dampak model terhadap prestasi akademik masing-masing

responden dengan membandingkan rata-rata skor prestasi akademik awal

(pra-perlakuan model) dengan akhir (pasca-(pra-perlakuan model). Sebelum itu, data kedua

variabel tersebut dideskripsikan profilnya menggunakan cara pandang Milgram

(1991) yang membagi kategori keberbakatan menjadi tiga tingkat (level), yaitu

profoundly gifted, moderately gifted dan mildly gifted. Tiga tingkat kaberbakatan

tersebut dikategorisasi dengan melihat komposisi skor rata-rata perolehan individu

dan kelompok. Termasuk skor perolehan individu permata pelajaran dengan kriteria

Gambar

Gambar 3.1.                                                                                                                    Embedded Design: Embedded Experimental Model (Cresswell & Clark, 2007:68)
Gambar 3.2.                                                                                                                   Bagan Alur R & D  BK  Komprehensif Anak Berbakat Melalui  Model Struktur
Tabel.3.1                                                                                                                   Format Pedoman Wawancara
Tabel.3.2.                                                                                                 Format Pedoman Observasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana layanan bimbingan kelompok teknik home room dapat mengurangi stres anak berbakat akademik pada siswa kelas XI IPA

Terkait dengan permasalahan anak sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga dan keberadaan bimbingan dan konseling Islam, Lembaga.. Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor menjadi salah

Kata Kunci : Bimbingan Konseling Islam, Sikap Fiksasi, Moral Development Ada tiga persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu : (1) Bagaimana bentuk sikap fiksasi anak (konseli)

Dalam penelitian ini, perlulah kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian yang berjudul “Bimbingan dan Konseling dan Islam

Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP Negeri 23 Banjarmasin.. Pembimbing Bidang Konten dan

1 UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK NELAYAN DI SMP NEGERI 1 PULAU LAUT TANJUNG SELAYAR Dina Aida Audria1, Sultani2, Didi Susanto3 1 Bimbingan Dan

PERAN GURU BK DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP NEGERI 10 BANJARMASIN Rismara, Rohimah1, Farial2, Aminah3 1 Bimbingan

HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa upaya guru bimbingan dan konseling dalam menangani masalah anak berkebutuhan khusus di SMKN 4 Kota Jambi yaitu