DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
1.5 Metodologi dan Teknik Penelitian ... 12
1.6 Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 17
2.1 Ruang Lingkup Industri Kecil ... 18
2.2 Peranan Pemerintah Terhadap Industri Kecil di Indonesia ... 25
2.3 Kinerja Industri Kecil di Indonesia sekitar periode 1995-2008 ... 30
2.4 Kewirausahaan ... 33
2.5 Perubahan Sosial ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1 Persiapan Penelitian ... 47
3.1.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 47
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 48
3.1.3 Mengurus Perizinan ... 49
3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 50
3.1.5 Proses Bimbingan ... 50
3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 51
3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 51
3.2.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis ... 52
3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan ... 54
3.2.2 Kritik Sumber ... 58
3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 59
3.2.2.2 Kritik Internal... 60
3.2.3 Interpretasi ... 62
3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 63
BAB IV PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI CIBEUNYING KALER ... 66
A. Deskripsi Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67
1. Kondisi Geografis dan Sosial Ekonomi di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67
a. Kondisi Geografis dan Administrasi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 67
b. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 68
b. Proses Pemasaran ... 77
B. Hasil Penelitian ... 81
1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon ... 81
2. Dinamika Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 82
3. Tenaga Kerja Industri Kaos Sablon ... 85
4. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah Dalam Mempertahankan Keberadaan Industri Kaos Sablon ... 86
5. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler ... 89
a. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 89
b. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 93
c. Kewiraswastaan Masyarakat Cibeunying Kaler Dengan Adanya Industri Kaos Sablon ... 98
C. Pembahasan ... 100
1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon... 100
2. Perkembangan Industri Kaos Sablon…………...………..102
3. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah……….103
a. Upaya Yang Dilakukan Pengusaha……….103
b. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah………...…103
4. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler Kota Bandung………106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
5.1 Kesimpulan ... 120
5.2 Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 127
DAFTAR NARASUMBER ... 131
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional sebagai usaha peningkatan kesejahteraan
masyarakat dalam pelaksanaannya diharapkan berdampak positif untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tetapi, disisi lain tidak dapat dihindari munculnya berbagai kerawanan sosial
sebagai akibat pengaruh lingkungan, baik yang beraspek nasional maupun
regional serta berbagai masalah potensial mengandung kerawanan yang bila tidak
diwaspadai, pada gilirannya akan menjadi hambatan bagi pembangunan itu
sendiri. Kehidupan Kota besar seperti Bandung, yang serba sibuk dengan kegiatan
regional, nasional maupun internasional, menampakan adanya kemajuan yang
sangat pesat dan positif, namun disisi lain pengaruh dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, modernisasi, arus urbanisasi, dan industrialisasi
menyebabkan kehidupan masyarakat Bandung menjadi kompleks. Sehingga
memerlukan akselerasi-akselerasi yang dinamis.
Berdasarkan Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian,
bahwa tujuan dari pembangunan adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata materiil dan spriritual. Untuk mencapai sasaran
pembangunan nasional, industry memegang peranan yang menentukan dan oleh
karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan
menjadi pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas
kekuatannya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengejar keuntungan komersial
yang cenderung individualitis disebabkan terjadinya persaingan yang sangat
kompetitif. Terkait dengan hal tersebut, munculnya berbagai skala industri
merupakan bagian yang penting dalam pembangunan ekonomi dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik (Saripudin,
2005:166). Pembinaan masyarakat dari non Industri menuju masyarakat Industri
dinilai sebagai usaha atau peranan baik dari pemerintah setempat untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Pada
kenyataannya, penduduk Kota Bandung memiliki kepadatan yang cukup tinggi, di
mana terdapat “slum” area yang banyak dijumpai di Kota Bandung karena taraf
kehidupannya relatif rendah. Jumlah penduduk Kota bandung yang sanngat besar.
Kondisi ini mengandung konsekuensi, beratnya beban bagi sebuah kota, yang
selaku menjadi tujuan urbanisasi dari berbagai pelosok tanah air. Dalam bukunya,
payaman j. simanjuntak menjelaskan bahwa :
jumlah penduduk yang besar mencerminkan dua hal. Yang pertama adalah
jumlah penduduk yang besar mengambarkan kebutuhan masyarakat yang
besar, seperti kebutuhan pangan, sandang, perumahan, energi, dan
kesempatan kerja. Keduaa, jumlah penduduk yang besar mencerminkan
potensi yang dapat dikerahkan untuk mengolah sumber-sumber alam yang
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang
direncanakan dan dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan pada umumnya
merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang
diambil oleh para pemimimpinnya, yang kemudian dituangkan dalam suatu
perencanaan untuk selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya
menyangkut satu bidang kehidupan saja, namun juga mungkin dilakukan secara
simultan terhadap pelbagai bidang kehidupan yang saling berkaitan ( Soerjono
Soekanto, 1990:488 ). Bukan suatu hal yang mustahil, dengan adanya
pembangunan yang telah dirancang, maka akan mengakibatkan terjadinya dampak
pada masyarakat tersebut, pembangunan untuk masyarakat mungkin merupakan
suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur-unsur
pembangunan tersebut, sampai warga masyarakat memutuskan untuk
menerimanya.
Diungkapkan oleh Nursid Sumaatmaja (1998) pada bukunya dengan judul
Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya Dan Lingkungan Hidup. Menjelaskan
bahwa:
perubahan sosial dapat diartikan sebagai variasi atau modifikasi dari sesuatu
kemajuan, pola atau bentuk sosial. Perubahan sosial mungkin merupakan suatu
kemajuan atau kemunduran, mungkin bersifat tetap atau sementara, mungkin
terencana atau tidak terencana, mungkin hanya satu arah atau arahnya majemuk,
mungkin menunjukan sesuatu yang menguntungkan atau merugikan dan demikian
seterusnya. Perubahan sosial itu sifatnya umum dan terbuka, spontan ataupun
mengarah ke arah pada hal-hal yang negatif, dapat terjadi secara spontan tanpa
rencana, serta dapat juga melalui perencanaan. Jika perubahan sosial itu
direncanakan ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka proses itu
dapat dikonsepkan sebagai “pembangunan”.
Kota Bandung, pada saat ini tentunya tidak sama dengan Kota Bandung 20
tahun kebelakang, di mana sudah banyak kemajuan yang sangat pesat. Industri
kecil menengah adalah suatu lahan baru dalam kemajuan yang terjadi di Kota
bandung, banyaknya industri kecil menengah di Kota Bandung yang bermula dari
tahun 1980-an, menyebabkan menjamurnya industri kecil menengah di Kota
Bandung, baik dari usaha makanan, pakaian, sepatu, bahkan alat-alat lainnya yang
mampu menjadi suatu barang yang bisa digunakan oleh para konsumen.
Memasuki dekade 90-an, Kota Bandung terkenal akan industri
konveksinya yang terletak di sepanjang jalan (khususnya) Surapati sampai
Cicaheum Kecamatan cibeunying kaler. Hampir di sisi kiri maupun kanan jalan
banyak industri rumah tangga yang menawarkan jasa pembuatan baju dengan
design yang tersendiri, bukan hanya penyediaan jasa pensablonan baju saja yang
ditawarkan, pihak tersebut pun menawarkan berbagai jasa yang berkaitan dengan
urusan sablon-menyablon ataupun kegiatan jasa yang berkaitan dengan industri
konveksi. Industri konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati adalah industri
konveksi yang pertama kali muncul diKota bandung.
Keberadaan industri ini mampu menyedot banyaknya tenaga kerja, sejak
berdirinya di era tahun 80-an hingga 2010 sekarang ini industri konveksi di jalan
mengalami pasang surutnya kegiatan ekonomi, letaknya yang strategis membuat
banyak orang yang mencoba menanamkan modalnya untuk mencoba peruntungan
dalam industri ini, Menurut Meredith 1984 dalam Partomo dan Soedjoeno (2004 :
70) wiraswastawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya
yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil
tindakan-tindakan yang tepat guna memastikan sukses selanjutnya. Baik masyarakat sekitar
maupun pendatang yang ingin mencoba mencari peruntungan di Kota Bandung.
Krisis yang sempat melanda di tahun 1997 ternyata tidak turut serta
membuat industri konveksi di surapati ini mengalami gulung tikar, walau tidak
dipungkiri banyak para pengusaha yang mengalami gulung tikar dikarenakan
melambungnya harga-harga bahan pokok yang berkaitan dengan industri konveksi
itu sendiri, baik dari bahan dasar kaos, tinta, benang jahit serta ongkos para
pekerja yang bekerja didalamnya. Sentra industri konveksi Surapati tidak
dipungkiri lagi memberi kontribusi yang besar tidak saja dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tersebut tetapi juga proses pembangunan kota Bandung
sebagai daerah otonom.
Industri konveksi surapati yang notabene didominasi oleh pengusaha kecil
terbukti mampu bertahan hidup dari badai krisis ekonomi.Krisis yang terjadi pada
tahun 1997 ini sebenarnya bisa saja menyebabkan pengusaha yang berada di
sekitar jalan Surapati mengalami gulung tikar. Selain naiknya harga bahan dasar
yang menjadi komponen terpenting industri tersebut, keengganan pelaku usaha
untuk bergerak dalam bisnis ini. Sehingga bisa saja dalam waktu singkat industri
konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati ini mengalami gulung tikar.
Industri konveksi di daerah Surapati ini di pelopori oleh C-59 ( Caladi 59)
yang berdiri pada tahun 1980-an. Perkembangan industri konveksi yang terjadi di
daerah Surapati secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan, baik untuk
masyarakat setempat ataupun orang-orang yang ingin mencoba peruntungannya di
Surapati itu sendiri. Perkembangan industri konveksi itu sendiri sebenarnya tidak
bisa dilepaskan dari yang namanya pihak ketiga, banyaknya peranan yang
“bermain” di industri konveksi ini akan membutuhkan banyaknya tenaga kerja
yang dibutuhkan. Industri ini mengalami perkembangan pada tahun 1980-an yang
ditandai dengan semakin banyaknya jumlah industri konveksi.
Pada umumnya kepemilikan industri konveksi yang berada disurapati ini
dimulai dari bawah, tidak ditemukan oleh saya secara khusus bahwa kepemilikan
industri ini yang bersifat turun temurun. Kemampuan para pemilik konveksi di
daerah suci untuk tetap mengembangkan usaha dan bersaing dalam
mempertahankan usahanya tidak terlepas dari jiwa kewirausahaan (entrepreneur)
yang mereka miliki. Oleh karena itu, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia
mereka cenderung lebih peka dan bertindak kreatif serta melakukan inovasi
sebagai reaksi dari krisis ekonomi yang terjadi untuk mempertahankan hidupnya,
dan tidak dipungkiri juga ada juga para pemilik konveksi yang gulung tikar
dikarenakan permodalan mereka yang kurang memadai untuk mempertahankan
Dengan karakter kewirausahaan para pengusaha konveksi di Surapati
tidak hanya mampu mempertahankan usahanya dalam persaingan yang ketat,
sehingga bukan hal yang mustahil bahwa banyak juga para pemilik konveksi yang
berani untuk membuat label dari industri yang bergerak dalam industri baju yang
telah mapan demi bertahannya industri konveksi yang mereka miliki. Disamping
hal tersebut, kemampuan bertahan industri konveksi ketika krisis ekonomi tidak
terlepas dari sikap adaptasi mereka yang sangat tinggi untuk melakukan suatu
proses penyesuaian-penyesuaian terhadap bisnis yang sedang mereka jalankan.
Keberadaan industri konveksi di Surapati Kecamatan Cibeunying Kaler
tidak hanya mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, tetapi juga telah
mengubah keadaan sosial masyarakat setempat. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat Surapati didasarkan pada hubungan yang bersifat tradisional, antara
lain faktor kekerabatan dan gotong royong, dianggap sangat penting dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan berpengaruh terhadap
interaksi dan kelangsungan hidup masyarakat Surapati itu sendiri. Keberadaan
industri konveksi ini telah memberikan kontribusi bagi perubahan sosial ekonomi
masyarakat Surapati. Perubahan ekonomi dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu
tingkat kesejahteraan masyarakat Khususnya pendatang. meliputi keuntungan
yang didapatkan oleh para pengusaha dan pendapatan pekerja pada industri
konveksi ini. Perubahan dalam bidang sosial adalah bertambahnya golongan baru
di dalam masyarakat, tingkat pendidikan, dan adanya perubahan gaya hidup.
Fokus kajian pada penyusunan skripsi ini adalah perkembangan industri
Kota Bandung pada tahun 1995-2010. Beberapa alasan yang membuat penulis
mengambil perkembangan industri konveksi di Suci ini. Pertama, belum ada
skripsi yang membahas mengenai perkembangan industri konveksi di kota
Bandung dalam kurun waktu 1995-2010 dan dampaknya terhadap masyarakat
industri konveksi Surapati Kota Bandung khususnya di Jurusan Pendidikan
Sejarah UPI. Kedua, industri konveksi surapati merupakan salah satu sentra
konveksi di Kota bandung yang mampu bertahan ketika krisis ekonomi melanda
Indonesia. Ketiga,kehadiran industri konveksi di Surapati merupakan salah satu
industri yang telah menyerap tenaga kerja, walaupun baru dalam skala pendidikan
formal rendah, dan belum mampu menyerap tenaga kerja dilingkungan daerah
Surapati itu sendiri, tapi bagaimanapun juga telah ikut mengurangi pengangguran.
Adapun batasan tahun kajian dalam penelitian ini adalah tahun 1995-2010.
Kurun waktu penelitian diawali pada tahun 1995, hal itu didasarkan pada tahun
tersebut diduga bahwa pada tahun inilah menjamurnya studio-studio konveksi
yang dirintis dari para pihak ketiga yang merasa memiliki modal dan pengalaman
yang cukup untuk membuka studio konveksi di sekitar jalan Surapati-Cicaheum
yang salah satunya menjadi cikal bakal menjamurnya Industri konveksi di
Surapati. Krisis ekonomi tersebut berdampak positif bagi sebagian besar industri
kecil salah satunya industri konveksi di surapati yang mengalami kemajuan pesat,
baik dari segi unit usaha maupun dari jumlah produksi yang dihasilkan. Tahun
kajian dibatasi sampai tahun 2010 karena sampai pada tahun ini industri konveksi
– Cicaheum tetap menjadi salah satu sentra industri konveksi terpusat di Kota
Bandung.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk
mengkaji lebih dalam mengenai industri konveksi di Surapati - Cicaheum Kota
Bandung. Permasalahan dan fokus kajian tersebut akan dikaji “Dinamika Industri
Konveksi di kecamatan Cibeunying Kaler kelurahan Sukaluyu dan Kelurahan
Cihaurgeulis Kota Bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dikaji. Permasalahan utama yang menjadi pokok
kajiannya adalah “Keberadaan Industri konveksi di Surapati ternyata tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
di sekitar. Banyaknya tenaga kerja usia produktif yang berada di sekitaran jalan
Surapati dapat tersaingi oleh para pendatang yang berasal dari daerah luar
khususnya (Garut, Tasikmalaya, Banjar dan lain-lain.)”.
Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mengacu pada
permasalahan utama, maka penulis berusaha merumuskan permasalahan tersebut
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi awal industri konveksi di Surapati Kecamatan
Cibeunying kaler Kota Bandung ?
2. Bagaimanakah perkembanagan industri konveksi di Kecamatan Cibeunying
3. Bagaimanakah dampak dari perkembangan industri konveksi di Surapati
-Cicaheum
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, maka tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah, sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perkembangan awal industri konveksi di Surapati Kota
Bandung sejak didirikannya. Di sini penulis berusaha untuk menggali dan
memaparkan awal berdirinya industri konveksi ini, sehingga bisa dikenal
luas oleh masyarakat dan sampai saat ini masih menjadi mata pencaharian
sebagian besar masyarakat dan pendatang di kecamatan Cibeunying kaler.
2. Mengungkapkan kondisi industri konveksi di Surapati pada tahun 1995
sampai dengan tahun 2010, melalui berbagai faktor untuk melihat
peningkatan dan penurunan industri ini, dan memberikan gambaran secara
lebih jelas lagi baik itu faktor modal, tenaga kerja, maupun faktor produksi
lainnya sampai dengan pemasarannya.
3. Menjelaskan dampak industri konveksi terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat Kota Bandung pada tahun 1995-2010 sebagai suatu pola
interaksi pengembangan industri kecil di Surapati.Memaparkan kehidupan
masyarakat kecamatan Cibeunying kaler kelurahan Cihaur Geulis dan
Sukaluyu.
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Bagi
dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah
keilmuan sejarah. Sedangkan bagi mereka yang menaruh perhatian terhadap
perkembangan Industri Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan akan menjadi
salah satu bahan yang akan memperkaya khazanah pengetahuan tentang peranan
IKM dalam perekonomian Indonesia. Keunggulan yang dimiliki IKM khususnya
industri konveksi di Surapati dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan
bahan perbandingan dan inspirasi dalam pengembangan perusahaan kecil yang
lebih fleksibel menghadapi berbagai kondisi perekonomian perusahaan besar.
1.5. Metodologi dan Teknik Penelitian
Metode adalah suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam
penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan)
yang diteliti (Sjamsuddin, 2007 : 13). Metode ilmiah dikatakan sebagai suatu
pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode historis
yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Metode historis yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman
peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986 : 32).
Dalam Metodologi Penelitian Sejarah terdapat empat tahapan, di antaranya
yaitu heuristik, kritik baik berupa intern maupun ekstern, interpretasi dan tahapan
1. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan atau
mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini penulis mengumpulkan
beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun
sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan
dibahas. Sumber sejarah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis terdiri dari buku,
artikel, dan lain sebagainya. Selain menggunakan sumber tertulis, penulis
juga menggunakan sumber lisan dengan pendekatan sejarah lisan sebagai
sumber primer. Sumber lisan diperoleh dengan mewawancarai saksi atau
pelaku sejarah yang sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat
memberikan informasi atas permasalahan yang dikaji.
2. Kritik atau analisis, yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang
telah diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber
yang telah terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun
bentuknya. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal
sehingga di peroleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan
penelitian.
3. Interpretasi, yaitu untuk menafsirkan keterangan-keterangan sumber
secara logis dan rasional. Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari
pencarian pengertian yang lebih luas tentang sumber yang telah
ditemukan. Tahapan penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah
Setelah melalui beberapa proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut
dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini.
4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil
penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).
Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan interdisipliner yakni pendekatan yang menggunakan
satu disiplin ilmu sosial yang dominan, yang ditunjang dan dilengkapi oleh
ilmu-ilmu sosial lainnya, antara lain ekonomi dan sosiologi.
Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam upaya mengumpulkan
informasi tentang penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan teknik-teknik
penelitian sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan
sumber-sumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari
berbagai sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap
sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu
dengan sumber yang lain, sehingga diperoleh data-data yang penulis
anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam
bentuk karangan naratif yaitu skripsi.
2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan media
berupa foto-foto atau gambar dan dokumen-dokumen lainnya yang
3. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
interview langsung. Wawancara yang penulis lakukan dalam rangka
melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa responden diantaranya yaitu
pengusaha konveksi, pekerja konveksi, tokoh masyarakat, instansi desa,
dan lain-lain.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisa skripsi ini adalah :
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan
mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan
penelitian dan penulisan skripsi ini, rumusan masalah yang menjadi beberapa
permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan
masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama,
tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, metode penulisan serta
sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab kedua, berisi mengenai suatu pengerahan dan penjelasan
mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu
tinjauan pustaka melalui suatu metode kepustakaan, sehingga penulis
penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang penulis uraikan
berdasarkan data-data temuan di lapangan.
3. Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini, penulis memaparkan metode yang digunakan untuk
merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu
menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan
dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan
penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara
rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam
memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji.
4. Bab IV Perkembangan Industri Konveksi kelurahan sukaluyu dan
kelurahan cihaurgeulis dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi Masyarakat
Pada bab ini, yaitu bab hasil penelitian dan pembahasan berisi mengenai
keterangan-keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan
tersebut penulis paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud yang
terkandung dalam data-data temuan tersebut, khususnya baik bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Penulis mencoba mengkritisi data-data temuan
dilapangan dan membandingkannya kepada bahan atau sumber yang mendukung
pada permasalahan yang penulis teliti. Selain itu, dalam bab ini dipaparkan pula
mengenai pandangan penulis terhadap permasalahan yang menjadi titik fokus
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab terakhir ini berisi jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang telah
diajukan dan dikemukakan dalam rumusan masalah, sekaligus menjadi suatu
kesimpulan terhadap permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto.
Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press.
Partomo, T.S dan Soedjoeno, A.R. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia
Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung : Masagi
Foundation.
Simanjuntak, Payaman J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Rajawali Press.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers.
Suryaatmadja, N. 1986. Perspektif Study Sosial. Bandung: PT Alumni.
Wawancara :
Bapa Yan Hotman ( pemilik hoki studio )
Ujang ( makelar panama studio )
Arif ( penjahit hoki studio )
Why boasteth thyself
Oh, evil men
Playing smart
And not being clever?
I said, you're working iniquity
To achieve vanity (if a-so a-so)
But the goodness of Jah, Jah
I-dureth for-I-ver
So if you are the big tree
We are the small axe
Ready to cut you down (well sharp)
To cut you down
These are the words
Shall p rosper
And whosoever diggeth a pit
Shall fall in it, fall in it
And whosoever diggeth a pit
Shall fall in it (... fall in it)
If you are the big tree, let me tell you that
We are the small axe, sharp and ready
Ready to cut you down (well sharp)
To cut you down
(To cut you down)
(To cut you down)
These are the words
Of my master, tellin' me that
No weak heart
Shall prosper
And whosoever diggeth a pit
Shall fall in it, uh, bury in it
And whosoever diggeth a pit
Shall bury in it, uh (... bury in it)
If you are the big, big tree
We are the small axe
Ready to cut you down (well sharp)
If you are the big, big tree, let me tell you that Woman hold her head and cry,
'Cause her son had been shot down in the street and died From a stray bullet.
Woman hold her head and cry; Explaining to her was a passerby Who saw the woman cry (cry) Wondering how can she work it out,
Now she knows that the wages of sin is death, yeah! Gift of Jah is life. (life)
She cried: Ah-um, I - I know!
"Johnny was a good man," I - I know! (never did a thing wrong) "Johnny was a good, good, good, good, good, good, good, good, good, good, good man", (Johnny was good man)
she cried - she crie-ie-ie-ie-ie-ie-ie-ied!
Wo-ooh! Woman hold her head and cry,
As her son had been shot down in the street and died Just because of the system. (system)
Woman hold her head and cry; Comforting her I was passing by. She complained, then she cry:
Oh-ooh-wo-ah, cry (ah-ah), yeah, I know now (ah-ah), no I know, I know now: (Johnny was a good man)
Ah! Ah! (Johnny was a good man)
Can a woman tender care, she cried, (Never did a thing wrong) Cease towards the child she bear? (Johnny was a good man) Wo-ho-ho-ooh! Woman cry, woman - (Never did a thing wrong) She cried, wo-oh! She cried, yeah! (Johnny was a good man) Can a woman tender care
Cease towards the child she bear? (Never did a thing wrong) Wo-now, cry! (Johnny was a good man)
Bob Marley
Lihat Profil
Beri Komentar
Kirim ke Teman
Cetak Lirik
Koreksi Lirik
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang
digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan
dengan skripsi yang berjudul “Perkembangan Industri Kaos sablon di
Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau metode
sejarah dengan menggunakan studi literatur dan wawancara sebagai teknik
penelitiannya.
Metode sejarah yakni suatu proses pengkajian, penjelasan dan
penganalisaan secara kristis terhadap rekaman serta peninggalan masa
lampau (Sjamsuddin, 2007:17-19). Selain itu menurut Gottschalk (1986:32)
metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap
rekaman serta peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya
berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebut historiografi. Dari kedua
pengertian tersebut, penulis beranggapan bahwa metode historis digunakan
berdasarkan pada pertimbangan bahwa data-data yang digunakan berasal dari
masa lampau sehingga perlu dianalisis terhadap tingkat kebenarannya agar
kondisi masa lampau dapat digambarkan dengan baik. Dengan demikian,
metode historis merupakan metode yang paling cocok dengan penelitian ini
karena data-data yang dibutuhkan berasal dari masa lampau khususnya
43
sosial ekonomi masyarakat tersebut pada tahun 1995-2008. Dalam mengkaji
permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut
pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Penggunaan pendekatan
interdisipliner maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau
fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu
sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya (Ismaun, 2005 :198).
Didalam metode historis terdapat langkah-langkah yang dilakukan
oleh penulis untuk melakukan penulisan mengenai permasalahan dalam
penelitian ini :
a. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan atau
mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini penulis
mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber
primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab
permasalahan yang akan dibahas. Sumber sejarah yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan.
Sumber tertulis terdiri dari buku, artikel, dan lain sebagainya. Selain
menggunakan sumber tertulis, penulis juga menggunakan sumber lisan
dengan pendekatan sejarah lisan sebagai sumber primer. Sumber lisan
diperoleh dengan mewawancarai saksi atau pelaku sejarah yang
sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat memberikan
44
b. Kritik, yakni menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah.
Tujuan yang hendak dicapai dalam tahapan ini adalah untuk dapat
menilai sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan dikaji
dan membandingkan dengan data-data yang diperoleh dari
sumber-sumber primer maupun sekunder dan disesuaikan dengan tema atau
judul penulisan skripsi ini. Penilaian terhadap sumber sumber sejarah
meliputi dua segi yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
c. Interpretasi, yakni penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang
dipunguti dari sumber sejarah. Fakta sejarah yang telah ditemukan
kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji. Setelah melalui beberapa proses yang
selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai
kerangka dasar penyusunan skripsi ini.
d. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil
penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang
utuh dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).
Menurut Kuntowijoyo (2003 : 62), dalam melaksanakan penelitian
sejarah terdapat 5 (lima) tahap yang harus dilakukan, yaitu :
1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber
3. Verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber) 4. Interpretasi
5. penulisan
Dalam upaya merekonstruksi peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian,
45
dan dokumen serta dilengkapi wawancara dengan narasumber yang relevan
dengan masalah yang dikaji. Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam
memperoleh data didasarkan atas pertimbangan bahwa periode kajian penelitian
ini masih memiliki kesempatan didapatkannya sumber lisan mengenai
perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 dan dampaknya
terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Pertimbangan lain adalah
pelaku mengalami, menyaksikan, melihat dan merasakan sendiri peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, khususnya peristiwa yang menjadi objek kajian dalam
penelitian ini.
Untuk mempertajam analisis dalam penulisan maka penulis menggunakan
pendekatan interdisipliner. Arti dari pendekatan interdisipliner disini adalah suatu
pendekatan yang meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi
dan antropologi. Konsep-konsep yang dipinjam dari ilmu sosiologi seperti status
sosial, peranan sosial, perubahan sosial, mobilitas sosial dan lainnya. Penggunaan
berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat
dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang akan
dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas (Sjamsuddin, 1996:
201).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba untuk memaparkan
beberapa langkah kegiatan yang harus ditempuh sehingga dapat menjadi
karya tulis ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah
yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan
46
3.1 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa hal yang penulis
lakukan dalam tahap ini. Langkah awal dari proses ini adalah penentuan
metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang
digunakan adalah studi literatur, dokumentasi dan wawancara.
Penulis mencari sumber tertulis yang relevan dan ada korelasinya
dengan permasalahan yang dikaji baik dari buku-buku maupun artikel.
Persiapan penelitian yang dilakukan terdiri dari langkah-langkah yang harus
ditempuh antara lain:
3.1.1. Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap penelitian dan pengajuan tema penelitian merupakan tahap awal
penelitian dengan mengajukan rancangan penelitian pada Tim Pertimbangan
Penulisan Skripsi (TPPS). Penulis mengajukan tema mengenai sejarah lokal
yang kemudian dijabarkan dalam judul ”Perkembangan Industri Kaos sablon
di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”
kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan
Sejarah, FPIPS UPI. Rancangan penelitian tersebut dipresentasikan dalam
seminar proposal pada hari Rabu tanggal 10 September 2010, setelah judul
dan rancangan penelitian disetujui maka dilakukan pengesahan penelitian
yang ditetapkan dengan surat keputusan oleh TPPS dan ketua Jurusan
Pendidikan Sejarah Nomor 074/TPPS/JPS/2010.
47
Pada tahap ini merupakan salah satu langkah awal sebelum melakukan
penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Rancangan ini merupakan
kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penulis
mulai mengumpulkan data dan fakta mengenai tema yang akan dikaji. Penulis
melakukan pencarian bahan pustaka dan wawancara sebagai sumber data.
Selanjutnya, setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan
dalam bentuk proposal skripsi. Pada dasarnya sistematika dari proposal
rencana penelitian ini memuat:
a. Judul Penelitian.
b. Latar belakang Masalah.
c. Rumusan dan Pembatasan Masalah Penelitian.
d. Tujuan Penelitian.
e. Tinjauan Pustaka
f. Metodologi Penelitian dan Teknik Penelitian
g. Sistematika Penulisan.
h. Daftar Pustaka
Proposal ini kemudian dipertimbangkan dan disetujui setelah
dilakukan perbaikan-perbaikan dengan judul “Perkembangan Industri Kaos
sablon di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial
Ekonomi)”.
48
Mengurus perizinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian.
Perizinan yang dimaksud berbentuk surat keterangan dan surat pengantar kepada
personal ataupun instansi-instansi terkait. Surat ini dibuat sebagai bukti yang
dapat menjelaskan dan memperkuat bahwa penulis merupakan salah satu
mahasiswa yang sedang melakukan penelitian skripsi di Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), legalitas surat ini telah ditandatangani oleh
Pembantu Rektor I atas nama Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, sebagai
bentuk rekomendasi dari Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Pembantu Dekan
I atas nama Dekan FPIPS UPI. Adapun surat izin penelitian tersebut ditujukan
kepada:
1. Badan Pusat Statistik Kota bandung,
2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota bandung,
3. Kecamatan Cibeunying kaler
4. Kelurahan Sukaluyu
5. Kelurahan Cihaurgeulis
6. Pemilik Industri Kaos sablon,
7. Tokoh Masyarakat di kawasan Surapati.
3.1.4. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting
49
maksimal, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik.
Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian diantaranya:
1. Surat izin dari Dekan FPIPS UPI,
2. Instrumen wawancara,
3. Alat perekam,
4. Alat Tulis,
5. Kamera foto.
3.1.5. Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan proses konsultasi penelitian laporan penelitian
yang dilakukan dengan pembimbing I dan II. Dalam proses penulisan skripsi ini
npenulis dibimbing oleh dosen pembimbing I yaitu Didin Saripudin Ph.D , dan
pembimbing II Lely Yulifar M.pd, sesuai dengan ketetapan dalam seminar
proposal. Bimbingan ini sangat diperlukan sebagai langkah yang tepat dalam
proses penyusunan laporan penelitian dan berdiskusi mengenai berbagai masalah
yang dihadapi sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan ketentuan. Proses
bimbingan dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu dengan
menentukan waktu pelaksanaan bimbingan yang dilakukan secara
berkesinambungan.
Hal ini penulis lakukan agar terjalin komunikasi yang baik antara penulis
dengan pihak pembimbing berkenaan dengan berbagai permasalahan dalam
penyusunan skripsi. Proses bimbingan diperlukan dalam proses penelitian sebagai
50
memecahkan permasalahan yang dihadapi penulis. Setiap hasil bimbingan dicatat
dalam sebuah buku bimbingan yang memuat secara rinci hasil bimbingan pada
setiap pertemuan dan lembar bimbingan yang formatnya telah ditentukan oleh
Jurusan Pendidikan Sejarah berisi hasil bimbingan secara garis besar. Oleh sebab
itu, bimbingan sangat diperlukan sebagai upaya yang sangat bermanfaat dalam
penyempurnaan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi yang sedang
dilaksanakan oleh penulis.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor yang penting dalam
rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini penulis menempuh beberapa
tahapan seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Untuk lebih
jelasnya mengenai tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat dari uraian di
bawah ini.
3.2.1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Tahap ini merupakan langkah awal bagi penulis dalam proses mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang diperlukan dan berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini. Sumber sejarah
merupakan segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung menceritakan
atau memberikan gambaran kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan
manusia pada masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 73). Untuk mempermudah dalam
pengumpulan sumber sejarah yang berkaitan dengan “Perkembangan Industri
51
Ekonomi)”, maka pengumpulan sumber tersebut dilakukan melalui dua tahapan
yaitu mencari dan mengumpulkan sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber
tertulis diperlukan dalam penelitian ini sebagai rujukan, sedangkan sumber
lisan digunakan apabila sumber tertulis mengenai permasalahan yang dikaji
dirasa masih kurang, oleh karenanya penulis menjadikan sumber lisan
sebagai rujukan. Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih banyak
menggunakan sumber lisan. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber tertulis
yang mengkaji tentang masalah perkembangan industri kaos sablon, selain itu
karena waktu kajian dalam penelitian ini adalah pada tahun 1995-2008
memungkinkan masih terdapat narasumber yang bisa memberikan keterangan
tentang perkembangan industri kaos sablon dan dan dampaknya terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Cibeunying Kaler.
3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis
Pada tahap ini dilakukan pencarian terhadap berbagai macam sumber yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber tertulis berupa buku-buku, artikel, dokumen serta
beberapa skripsi yang dapat membantu memecahkan persoalan yang dikaji.
Sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan kemudian dibaca dan dikaji sehingga
diperoleh data yang relevan dengan perkembangan industri kaos sablon Surapati
Kota bandung tahun 1995-2008.
Proses pencarian sumber tertulis dilakukan dengan melalui kunjungan ke
beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan UPI, Perpustakaan Daerah Kota
52
Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor pemerintahan Surapati. Di
tempat-tempat tersebut penulis memperoleh informasi yang berkaitan perkembangan
industri kecil menengah. Lebih jelasnya, buku-buku yang diperoleh dari beberapa
perpustakaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Perpustakaan UPI, ditempat ini penulis menemukan sumber-sumber yang
mengkaji tentang perkembangan industri kecil menengah di Indonesia dan
kajian mengenai sosiologi. Buku-buku tersebut membantu penulis dalam
memahami karakteristik industri kecil Indonesia. Buku yang dianggap
sangat berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya adalah
buku yang berjudul Manajemen industri, Usaha Kecil Menengah di
Indonesia Beberapa Isu Penting dan Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi.
2. Perpustakaan Daerah Kota bandung, penulis memperoleh buku
mengenai Usaha kecil menengah dan kewiraswastaan. Buku yang
penulis anggap penting adalah buku Sukses di Ekonomi Liberal bagi
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota bandung, penulis memperoleh data
kondisi geografis dan peta Kota bandung, data jumlah penduduk serta
jumlah industri di Kecamatan Cibeunying Kaler.
4. Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota bandung, penulis
memperoleh data mengenai kondisi Industri Kecil Menengah di Kota
53
5. Kantor Kecamatan Cibeunying kaler, penulis memperoleh data mengenai
letak dan kondisi geografis Surapati serta kehidupan sosial dan tingkat
pendidikan, jumlah industri, jumlah tenaga kerja serta jumlah penduduk
Surapati tahun 1995-2010.
3.2.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan
Pengumpulan sumber lisan dilakukan dengan mencari narasumber
yang dianggap relevan dan dapat memberikan informasi yang penulis
butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Proses mencari narasumber tersebut
dilakukan dengan cara mendatangi instansi terkait seperti Departemen
Perindustrian dan Perdagangan yang dapat memberikan informasi secara
umum mengenai perkembangan industri di Kecamatan Cibeunying Kaler.
Kemudian penulis juga mendatangi kantor Kelurahan yang memberikan
informasi mengenai perkembangan industri kaos sablon. Langkah selanjutnya
penulis mendatangi industri kaos sablon di Surapati untuk memperoleh
narasumber baik dari pemilik maupun pekerja industri kaos sablon serta
tokoh masyarakat setempat.
Pada tahap ini penulis menggunakan sumber lisan untuk mendapatkan
informasi dengan menggunakan teknik wawancara. Adapun proses wawancara
yang dilakukan penulis adalah wawancara langsung yaitu dengan mendatangi ke
tempat tinggal para narasumber setelah adanya kesepakatan terlebih dahulu
mengenai waktu dan tempat dilakukannya wawancara. Teknik wawancara
54
lainnya, sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakannya wawancara
secara simultan. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1. Wawancara terstruktur atau berencana yaitu wawancara yang berdasarkan pada pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara supaya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam.
2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1994: 138).
Dalam teknis pelaksanaannya, penulis menggabungkan kedua cara
tersebut yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak
terstruktur yaitu penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan
pertanyaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar wawancara lebih terfokus,
data lebih mudah diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan
segala sesuatu yang diketahuinya.
Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data
didasarkan pada pertimbangan bahwa sumber tertulis mengenai
perkembangan industri kaos sablon masih sangat kurang. Selain itu,
penggunaan teknik wawancara juga dilakukan atas pertimbangan bahwa
pelaku benar-benar mengalami peristiwa pada masa lampau, terutama yang
menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu mereka yang terlibat
55
bercerita tentang berbagai peristiwa yang dialaminya, disaksikannya,
dilihatnya bahkan dirasakannya.
Sebelum melakukan wawancara, penulis dan narasumber menentukan
waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Selain itu penulis
menyiapkan berbagai perlengkapan untuk merekam dan mencatat semua
informasi yang dipaparkan oleh narasumber. Narasumber pertama yang penulis
kunjungi ialah Bapa wiwid salah seorang pelopor berdirinya industri kaos sablon
di Surapati. Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap narasumber adalah sejarah
berdirinya industri kaos sablon di Surapati, seputar perkembangan industri kaos
sablon di Surapati, dan bagaimana upaya beliau mempertahankan industri kaos
sablon yang cenderung sangat labil karena kondisi perekonomian seperti krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997.
Narasumber yang kedua adalah beberapa pemilik industri kaos sablon
yang mengalami perkembangan antara tahun 1995-2008 diantaranya adalah
Bapa Hotman yang Pada awal berdirinya industri kaos sablon beliau
merupakan Penghubung antara produsen dan konsumen dan pada tahun 1996
beliau telah mampu mendirikan industri kaos sablon sendiri yang cukup
berkembang. Sehingga dapat pula diajukan pertanyaan-pertanyaan mulai dari
sejarah berdirinya dan perkembangan industri kaos sablon di Surapati. Di
samping itu, penulis juga mengajukan pertanyaan mengenai kondisi industri kaos
sablon pada saat krisis ekonomi (permodalan, tenaga kerja, peralatan, proses
produksi dan pemasaran) dan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
56
Narasumber ketiga adalah beberapa orang yang bekerja pada industri kaos
sablon dari beberapa generasi, diantaranya ibu entik (penjahit) dan slamet ( tukang
sablon ), rahmat dan gino (pekerja tahun 2000an). Pertanyaan yang penulis
ajukan terhadap narasumber banyak berkaitan dengan bagaimana gambaran
kehidupan para buruh industri kaos sablon dilihat dari tingkat kesejahteraan.
Disamping itu pertanyaan yang penulis ajukan diantaranya adalah hubungan
buruh dan majikan serta dampak yang dirasakan dengan keberadaan industri kaos
sablon.
Narasumber keempat adalah tokoh mayarakat diantaranya yaitu Bapak
alfonius merupakan sesepuh warga surapati dan ibu Amin, sehingga dapat
diajukan pertanyaan mengenai kondisi dan kebiasaan masyarakat di kawasn
Surapati, khususnya karena peranan dari keberadaan industri kaos sablon. Selain
tokoh masyarakat penulis juga menjadikan masyarakat Surapati yang berada di
sekitar industri kaos sablon sebagai narasumber. Pertanyaan yang diajukan
terhadap narasumber adalah mengenai keberadaan industri kaos sablon di Surapati
dari tahun 1995 sampai 2008 terhadap masyarakat sekitar.
Beberapa narasumber tersebut merupakan tokoh-tokoh yang terkait
dengan industri kaos sablon di Surapati. Oleh karena itu, sangat cocok jika
penulis mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana latar belakang
berdirinya industri kaos sablon, bagaimana upaya yang dilakukan
menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang mengakibatkan
sebagian besar perusahaan dan industri mengalami gulung tikar, bagaimana
57
tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dilihat dari aspek permodalan, tenaga
kerja, peralatan, proses produksi dan pemasaran, serta bagaimana peranan
dari keberadaan industri kaos sablon terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitar.
3.2.2. Kritik Sumber
Setelah melakukan langkah pertama, yaitu heuristik (pengumpulan
sumber) baik pengumpulan sumber tertulis maupun sumber lisan, penulis
kemudian melakukan tahapan selanjutnya yaitu kritik sumber. Dalam tahap ini
data-data yang telah diperoleh berupa sumber tertulis maupun sumber lisan
disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan
dan keobjektifannya.
Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang
harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut
yaitu :
1. Siapa yang mengatakan itu ?
2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah di ubah ?
3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ?
4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang
kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?
5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada
58
Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat semua data yang diperoleh dari sumber
tertulis atau lisan tidak mempunyai tingkat kebenaran yang sama.
Data dan informasi yang telah penulis peroleh diselidiki kesesuaian,
keterkaitan dan keobjektifannya secara eksternal maupun internal. Kritik sumber
sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian
tersebut mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan.
Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa
yang mungkin dan apa yang meragukan. Fungsi kritik bagi sejarawan erat
kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran
(Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik sumber terbagi dalam dua bagian yaitu kritik
eksternal dan internal.
3.2.2.1. Kritik Eksternal
Berikut adalah pengertian kritik eksternal menurut Sjamsuddin,
Kritik eksternal adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah secara terinci. Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 133-134).
Kritik ekstern mencoba untuk menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber,
agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau
palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan
makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli
59
Pada tahap ini diupayakan semaksimal mungkin untuk melakukan
penelitian sumber tertulis. Adapun sumber-sumber tertulis tersebut adalah
buku-buku, artikel, dan arsip-arsip atau dokumen-dokumen. Seluruh sumber sejarah
yang dipakai sebagai sumber tulisan memberikan informasi berupa data yang
diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, hingga pada akhirnya diperoleh
fakta yang kredibel tentang perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun
1995-2008.
Kritik eksternal juga dilakukan terhadap sumber lisan dilakukan oleh
penulis dengan melakukan pengidentifikasian terhadap narasumber, apakah betul
mengetahui dan mengalami peristiwa sejarah yang sedang dikaji oleh penulis.
Untuk itu diperhatikan faktor usia, kondisi fisik dan prilaku narasumber, apakah
mengatakan yang sebenarnya (jujur) dan yang terpenting adalah daya ingat
narasumber, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikannya.
Narasumber yang penulis kunjungi memiliki usia yang tidak terlalu tua, sehingga
daya ingatnya masih kuat. Di samping itu, narasumber juga mengetahui sejarah
dan perkembangan industri kaos sablon yang sedang penulis kaji.
3.2.2.2. Kritik Internal
Berikut adalah pengertian kritik internal menurut Sjamsuddin,
60
Kritik internal adalah cara pengujian dari isi sumber sejarah. Penulis melakukan
kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis untuk memperoleh fakta secara
objektif. Kritik internal terhadap sumber tertulis tersebut dilakukan dengan
membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dan menentukan
sumber yang relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji.
Selain melakukan kritik terhadap sumber tertulis, penulis pun melakukan
kritik terhadap sumber lisan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah identifikasi
terhadap narasumber yang diwawancarai. Identifikasi tersebut dilakukan dengan
cara memilih tokoh yang layak diwawancarai, mengamati usia dan daya ingat para
narasumber agar didapat informasi yang akurat, serta dengan membandingkan
hasil wawancara dari narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya
(cross checking) untuk meminimalisir subjektivitas dalam penulisan sejarah.
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah kredibilitas narasumber dalam
menyampaikan informasi. Seperti yang diungkapkan oleh Lucey bahwa
kredibilitas narasumber dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasinya seperti
usia, watak, pendidikan dan kedudukan (dikutip oleh Sjamsuddin, 2007:
115).
Narasumber utama yang penulis wawancarai merupakan salah seorang
pelopor industri kaos sablon. Tradisi kepemilikan industri kaos sablon tidaklah
berdasarkan keturunan, sehingga narasumber yang penulis wawancarai bisa
dipertanggung jawabkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa para narasumber
tersebut cukup kompeten untuk bisa memberikan informasi tentang
61
kajian yang penulis teliti yaitu tahun 1995-2008. Selain itu, penulis juga
mewawancarai tenaga kerja kaos sablon, tokoh masyarakat serta masyarakat
sekitar tentang tanggapannya untuk mengetahui seberapa jauh peranan industri
kaos sablon terhadap masyarakat Surapati.
3.2.3. Interpretasi
Setelah menyelesaikan tahapa kritik sumber, langkah selanjutnya yang
penulis lakukan adalah interpretasi. Interpretasi berarti menafsirkan atau
memberi makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences).
Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya bukti-bukti sejarah (evidences) dan
fakta-fakta sebagai saksi-saksi sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa
yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Interpretasi merupakan proses
pemberian penafsiran terhadap fakta atau data yang telah dikumpulkan. Pada
tahap ini, fakta-fakta yang telah dikumpulkan dipilih dan diklasifikasikan sesuai
dengan permasalahan yang dikaji sehingga dapat menjawab permasalahan yang
diajukan dalam Bab I.
Pada tahapan interprestasi berbagai data dan fakta yang lepas satu sama
lain dirangkai dan dihubungkan sehingga diperoleh satu kesatuan yang selaras,
dimana peristiwa yang satu dimasukan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa
atau kejadian yang lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 131). Sehingga
dapat diartikan bahwa interpretasi ialah menafsirkan keterangan dari
sumber-sumber sejarah berupa fakta yang terkumpul dengan cara dirangkai dan
dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan
62
kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 yang telah terkumpul disusun dan
kemudian ditafsirkan sehingga menjadi sebuah rekonstruksi imajinatif yang
diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap inti masalah penelitian.
Dalam melaksanakan tahapan ini, penulis menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu bentuk
pendekatan dalam sejarah yang menggunakan bantuan disiplin-disiplin lain
(ilmu-ilmu sosial). Untuk membantu mempertajam analisis dibantu oleh ilmu
sosial diantaranya Sosiologi dan ekonomi. Dari Sosiologi penulis
menggunakan beberapa konsep diantaranya perubahan sosial, mobilitas
sosial, gaya hidup, interaksi manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Sedangkan dalam Ekonomi penulis menggunakan konsep-konsep seperti,
tenaga kerja, biaya produksi, harga barang/harga bahan baku, pemasaran,
tingkat kesejahteraan dalam membantu untuk mengkaji perkembangan
industri kaos sablon dan dampaknya bagi kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat Surapati, Kota bandung. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat
memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas.
3.3. Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah membuat suatu
rangkaian atau penulisan laporan penelitian dari seluruh hasil penelitian yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Langkah ini merupakan langkah terakhir dari
keseluruhan prosedur penelitian yang dalam metodologi sejarah disebut
63
sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang
telah lalu yang disebut sejarah. Pada tahap ini, penulis melakukan penulisan
akhir sebagai hasil dari ketiga tahapan sebelumnya, yaitu heuristik, kritik,
dan interpretasi. Memasuki tahap ini sejarawan akan mengerahkan segala
daya pikirannya dengan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya sehingga pada
akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh penelitiannya atau
penemuannya ke dalam suatu penulisan yang utuh (Sjamsuddin, 2007 : 155
-156).
Hasan Usman dalam Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti
dalam melakukan pemaparan sejarah, yaitu:
1. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik,
agar data dapat dipaparkan seperti seperti apa adanya atau seperti yang
dipahami oleh peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.
2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari
sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa
dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu
ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.
3. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan
bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh
pemikiran pembaca.
4. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha
64
itu didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan
detail fakta yang akurat.
Pada tahap ini seluruh hasil penelitian yang berupa data-data dan fakta-fakta
yang telah mengalami proses heuristik, kritik dan interpretasi dituangkan oleh
penulis ke dalam bentuk tulisan. Dalam historiografi ini penulis mencoba untuk
mensintesakan dan menghubungkan keterkaitan antara fakta-fakta yang ada
sehingga menjadi suatu penulisan sejarah.
Penulisan laporan ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang
disebut skripsi. Laporan tersebut disusun dengan gaya bahasa sederhana, ilmiah
dan menggunakan cara-cara penulisan atau teknik penulisan yang sesuai dengan
pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Penulisan skripsi ini
ditujukan untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan
Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.
Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama adalah bab
pendahuluan; pada bab ini penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan
mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan
penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa
permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan
masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama,
tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian, metode
penulisan serta sisitematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab kedua
tinjauan pustaka; berisi tinjauan kepustakaan mengenai suatu pengarahan dan
65
suatu tinjauan pustaka dari buku-buku yang relevan dengan pokok permasalahan
yang diteliti, sehingga penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa menjadi
bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi
pembahasan yang penulis uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan. Bab
tiga metode penelitian; dalam bab ini penulis memaparkan metode yang
digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus
mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang
digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta
tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir diuraikan
secara rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam
memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji. Bab empat; bab
ini berisi mengenai keterangan-keterangan yang di dalamnya membahas
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Bab terakhir adalah
kesimpulan, berisi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab empat dan hasil
analisis yang penulis lakukan, merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang
menggambarkan perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008
yang merupakan suatu tinjauan sosial ekonomi. Selain itu ditambah pula berbagai
atribut baku lainnya dari mulai kata pengantar sampai riwayat hidup penulis.
Semua bagian tersebut termuat ke dalam bentuk laporan utuh, setelah dilakukan
koreksi dan perbaikan yang diperoleh dari hasil konsultasi dengan dosen