• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI KECAMATAN CIBEUNYING KALER KOTA BANDUNG TAHUN 1995-2008 KAJIAN SOSIAL-EKONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI KECAMATAN CIBEUNYING KALER KOTA BANDUNG TAHUN 1995-2008 KAJIAN SOSIAL-EKONOMI."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Metodologi dan Teknik Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

2.1 Ruang Lingkup Industri Kecil ... 18

2.2 Peranan Pemerintah Terhadap Industri Kecil di Indonesia ... 25

2.3 Kinerja Industri Kecil di Indonesia sekitar periode 1995-2008 ... 30

2.4 Kewirausahaan ... 33

2.5 Perubahan Sosial ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Persiapan Penelitian ... 47

3.1.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 47

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 48

3.1.3 Mengurus Perizinan ... 49

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 50

3.1.5 Proses Bimbingan ... 50

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 51

3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 51

3.2.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis ... 52

3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan ... 54

3.2.2 Kritik Sumber ... 58

3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 59

3.2.2.2 Kritik Internal... 60

3.2.3 Interpretasi ... 62

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 63

BAB IV PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI CIBEUNYING KALER ... 66

A. Deskripsi Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67

1. Kondisi Geografis dan Sosial Ekonomi di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67

a. Kondisi Geografis dan Administrasi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 67

b. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 68

(2)

b. Proses Pemasaran ... 77

B. Hasil Penelitian ... 81

1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon ... 81

2. Dinamika Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 82

3. Tenaga Kerja Industri Kaos Sablon ... 85

4. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah Dalam Mempertahankan Keberadaan Industri Kaos Sablon ... 86

5. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler ... 89

a. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 89

b. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 93

c. Kewiraswastaan Masyarakat Cibeunying Kaler Dengan Adanya Industri Kaos Sablon ... 98

C. Pembahasan ... 100

1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon... 100

2. Perkembangan Industri Kaos Sablon…………...………..102

3. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah……….103

a. Upaya Yang Dilakukan Pengusaha……….103

b. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah………...…103

4. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler Kota Bandung………106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

5.1 Kesimpulan ... 120

5.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 127

DAFTAR NARASUMBER ... 131

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional sebagai usaha peningkatan kesejahteraan

masyarakat dalam pelaksanaannya diharapkan berdampak positif untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tetapi, disisi lain tidak dapat dihindari munculnya berbagai kerawanan sosial

sebagai akibat pengaruh lingkungan, baik yang beraspek nasional maupun

regional serta berbagai masalah potensial mengandung kerawanan yang bila tidak

diwaspadai, pada gilirannya akan menjadi hambatan bagi pembangunan itu

sendiri. Kehidupan Kota besar seperti Bandung, yang serba sibuk dengan kegiatan

regional, nasional maupun internasional, menampakan adanya kemajuan yang

sangat pesat dan positif, namun disisi lain pengaruh dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, modernisasi, arus urbanisasi, dan industrialisasi

menyebabkan kehidupan masyarakat Bandung menjadi kompleks. Sehingga

memerlukan akselerasi-akselerasi yang dinamis.

Berdasarkan Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian,

bahwa tujuan dari pembangunan adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil

dan makmur yang merata materiil dan spriritual. Untuk mencapai sasaran

pembangunan nasional, industry memegang peranan yang menentukan dan oleh

karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan

(4)

menjadi pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas

kekuatannya sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengejar keuntungan komersial

yang cenderung individualitis disebabkan terjadinya persaingan yang sangat

kompetitif. Terkait dengan hal tersebut, munculnya berbagai skala industri

merupakan bagian yang penting dalam pembangunan ekonomi dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik (Saripudin,

2005:166). Pembinaan masyarakat dari non Industri menuju masyarakat Industri

dinilai sebagai usaha atau peranan baik dari pemerintah setempat untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Pada

kenyataannya, penduduk Kota Bandung memiliki kepadatan yang cukup tinggi, di

mana terdapat “slum” area yang banyak dijumpai di Kota Bandung karena taraf

kehidupannya relatif rendah. Jumlah penduduk Kota bandung yang sanngat besar.

Kondisi ini mengandung konsekuensi, beratnya beban bagi sebuah kota, yang

selaku menjadi tujuan urbanisasi dari berbagai pelosok tanah air. Dalam bukunya,

payaman j. simanjuntak menjelaskan bahwa :

jumlah penduduk yang besar mencerminkan dua hal. Yang pertama adalah

jumlah penduduk yang besar mengambarkan kebutuhan masyarakat yang

besar, seperti kebutuhan pangan, sandang, perumahan, energi, dan

kesempatan kerja. Keduaa, jumlah penduduk yang besar mencerminkan

potensi yang dapat dikerahkan untuk mengolah sumber-sumber alam yang

(5)

Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang

direncanakan dan dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan pada umumnya

merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang

diambil oleh para pemimimpinnya, yang kemudian dituangkan dalam suatu

perencanaan untuk selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya

menyangkut satu bidang kehidupan saja, namun juga mungkin dilakukan secara

simultan terhadap pelbagai bidang kehidupan yang saling berkaitan ( Soerjono

Soekanto, 1990:488 ). Bukan suatu hal yang mustahil, dengan adanya

pembangunan yang telah dirancang, maka akan mengakibatkan terjadinya dampak

pada masyarakat tersebut, pembangunan untuk masyarakat mungkin merupakan

suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur-unsur

pembangunan tersebut, sampai warga masyarakat memutuskan untuk

menerimanya.

Diungkapkan oleh Nursid Sumaatmaja (1998) pada bukunya dengan judul

Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya Dan Lingkungan Hidup. Menjelaskan

bahwa:

perubahan sosial dapat diartikan sebagai variasi atau modifikasi dari sesuatu

kemajuan, pola atau bentuk sosial. Perubahan sosial mungkin merupakan suatu

kemajuan atau kemunduran, mungkin bersifat tetap atau sementara, mungkin

terencana atau tidak terencana, mungkin hanya satu arah atau arahnya majemuk,

mungkin menunjukan sesuatu yang menguntungkan atau merugikan dan demikian

seterusnya. Perubahan sosial itu sifatnya umum dan terbuka, spontan ataupun

(6)

mengarah ke arah pada hal-hal yang negatif, dapat terjadi secara spontan tanpa

rencana, serta dapat juga melalui perencanaan. Jika perubahan sosial itu

direncanakan ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka proses itu

dapat dikonsepkan sebagai “pembangunan”.

Kota Bandung, pada saat ini tentunya tidak sama dengan Kota Bandung 20

tahun kebelakang, di mana sudah banyak kemajuan yang sangat pesat. Industri

kecil menengah adalah suatu lahan baru dalam kemajuan yang terjadi di Kota

bandung, banyaknya industri kecil menengah di Kota Bandung yang bermula dari

tahun 1980-an, menyebabkan menjamurnya industri kecil menengah di Kota

Bandung, baik dari usaha makanan, pakaian, sepatu, bahkan alat-alat lainnya yang

mampu menjadi suatu barang yang bisa digunakan oleh para konsumen.

Memasuki dekade 90-an, Kota Bandung terkenal akan industri

konveksinya yang terletak di sepanjang jalan (khususnya) Surapati sampai

Cicaheum Kecamatan cibeunying kaler. Hampir di sisi kiri maupun kanan jalan

banyak industri rumah tangga yang menawarkan jasa pembuatan baju dengan

design yang tersendiri, bukan hanya penyediaan jasa pensablonan baju saja yang

ditawarkan, pihak tersebut pun menawarkan berbagai jasa yang berkaitan dengan

urusan sablon-menyablon ataupun kegiatan jasa yang berkaitan dengan industri

konveksi. Industri konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati adalah industri

konveksi yang pertama kali muncul diKota bandung.

Keberadaan industri ini mampu menyedot banyaknya tenaga kerja, sejak

berdirinya di era tahun 80-an hingga 2010 sekarang ini industri konveksi di jalan

(7)

mengalami pasang surutnya kegiatan ekonomi, letaknya yang strategis membuat

banyak orang yang mencoba menanamkan modalnya untuk mencoba peruntungan

dalam industri ini, Menurut Meredith 1984 dalam Partomo dan Soedjoeno (2004 :

70) wiraswastawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan

menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya

yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil

tindakan-tindakan yang tepat guna memastikan sukses selanjutnya. Baik masyarakat sekitar

maupun pendatang yang ingin mencoba mencari peruntungan di Kota Bandung.

Krisis yang sempat melanda di tahun 1997 ternyata tidak turut serta

membuat industri konveksi di surapati ini mengalami gulung tikar, walau tidak

dipungkiri banyak para pengusaha yang mengalami gulung tikar dikarenakan

melambungnya harga-harga bahan pokok yang berkaitan dengan industri konveksi

itu sendiri, baik dari bahan dasar kaos, tinta, benang jahit serta ongkos para

pekerja yang bekerja didalamnya. Sentra industri konveksi Surapati tidak

dipungkiri lagi memberi kontribusi yang besar tidak saja dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tersebut tetapi juga proses pembangunan kota Bandung

sebagai daerah otonom.

Industri konveksi surapati yang notabene didominasi oleh pengusaha kecil

terbukti mampu bertahan hidup dari badai krisis ekonomi.Krisis yang terjadi pada

tahun 1997 ini sebenarnya bisa saja menyebabkan pengusaha yang berada di

sekitar jalan Surapati mengalami gulung tikar. Selain naiknya harga bahan dasar

yang menjadi komponen terpenting industri tersebut, keengganan pelaku usaha

(8)

untuk bergerak dalam bisnis ini. Sehingga bisa saja dalam waktu singkat industri

konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati ini mengalami gulung tikar.

Industri konveksi di daerah Surapati ini di pelopori oleh C-59 ( Caladi 59)

yang berdiri pada tahun 1980-an. Perkembangan industri konveksi yang terjadi di

daerah Surapati secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan, baik untuk

masyarakat setempat ataupun orang-orang yang ingin mencoba peruntungannya di

Surapati itu sendiri. Perkembangan industri konveksi itu sendiri sebenarnya tidak

bisa dilepaskan dari yang namanya pihak ketiga, banyaknya peranan yang

“bermain” di industri konveksi ini akan membutuhkan banyaknya tenaga kerja

yang dibutuhkan. Industri ini mengalami perkembangan pada tahun 1980-an yang

ditandai dengan semakin banyaknya jumlah industri konveksi.

Pada umumnya kepemilikan industri konveksi yang berada disurapati ini

dimulai dari bawah, tidak ditemukan oleh saya secara khusus bahwa kepemilikan

industri ini yang bersifat turun temurun. Kemampuan para pemilik konveksi di

daerah suci untuk tetap mengembangkan usaha dan bersaing dalam

mempertahankan usahanya tidak terlepas dari jiwa kewirausahaan (entrepreneur)

yang mereka miliki. Oleh karena itu, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia

mereka cenderung lebih peka dan bertindak kreatif serta melakukan inovasi

sebagai reaksi dari krisis ekonomi yang terjadi untuk mempertahankan hidupnya,

dan tidak dipungkiri juga ada juga para pemilik konveksi yang gulung tikar

dikarenakan permodalan mereka yang kurang memadai untuk mempertahankan

(9)

Dengan karakter kewirausahaan para pengusaha konveksi di Surapati

tidak hanya mampu mempertahankan usahanya dalam persaingan yang ketat,

sehingga bukan hal yang mustahil bahwa banyak juga para pemilik konveksi yang

berani untuk membuat label dari industri yang bergerak dalam industri baju yang

telah mapan demi bertahannya industri konveksi yang mereka miliki. Disamping

hal tersebut, kemampuan bertahan industri konveksi ketika krisis ekonomi tidak

terlepas dari sikap adaptasi mereka yang sangat tinggi untuk melakukan suatu

proses penyesuaian-penyesuaian terhadap bisnis yang sedang mereka jalankan.

Keberadaan industri konveksi di Surapati Kecamatan Cibeunying Kaler

tidak hanya mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, tetapi juga telah

mengubah keadaan sosial masyarakat setempat. Dalam kehidupan sehari-hari,

masyarakat Surapati didasarkan pada hubungan yang bersifat tradisional, antara

lain faktor kekerabatan dan gotong royong, dianggap sangat penting dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan berpengaruh terhadap

interaksi dan kelangsungan hidup masyarakat Surapati itu sendiri. Keberadaan

industri konveksi ini telah memberikan kontribusi bagi perubahan sosial ekonomi

masyarakat Surapati. Perubahan ekonomi dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu

tingkat kesejahteraan masyarakat Khususnya pendatang. meliputi keuntungan

yang didapatkan oleh para pengusaha dan pendapatan pekerja pada industri

konveksi ini. Perubahan dalam bidang sosial adalah bertambahnya golongan baru

di dalam masyarakat, tingkat pendidikan, dan adanya perubahan gaya hidup.

Fokus kajian pada penyusunan skripsi ini adalah perkembangan industri

(10)

Kota Bandung pada tahun 1995-2010. Beberapa alasan yang membuat penulis

mengambil perkembangan industri konveksi di Suci ini. Pertama, belum ada

skripsi yang membahas mengenai perkembangan industri konveksi di kota

Bandung dalam kurun waktu 1995-2010 dan dampaknya terhadap masyarakat

industri konveksi Surapati Kota Bandung khususnya di Jurusan Pendidikan

Sejarah UPI. Kedua, industri konveksi surapati merupakan salah satu sentra

konveksi di Kota bandung yang mampu bertahan ketika krisis ekonomi melanda

Indonesia. Ketiga,kehadiran industri konveksi di Surapati merupakan salah satu

industri yang telah menyerap tenaga kerja, walaupun baru dalam skala pendidikan

formal rendah, dan belum mampu menyerap tenaga kerja dilingkungan daerah

Surapati itu sendiri, tapi bagaimanapun juga telah ikut mengurangi pengangguran.

Adapun batasan tahun kajian dalam penelitian ini adalah tahun 1995-2010.

Kurun waktu penelitian diawali pada tahun 1995, hal itu didasarkan pada tahun

tersebut diduga bahwa pada tahun inilah menjamurnya studio-studio konveksi

yang dirintis dari para pihak ketiga yang merasa memiliki modal dan pengalaman

yang cukup untuk membuka studio konveksi di sekitar jalan Surapati-Cicaheum

yang salah satunya menjadi cikal bakal menjamurnya Industri konveksi di

Surapati. Krisis ekonomi tersebut berdampak positif bagi sebagian besar industri

kecil salah satunya industri konveksi di surapati yang mengalami kemajuan pesat,

baik dari segi unit usaha maupun dari jumlah produksi yang dihasilkan. Tahun

kajian dibatasi sampai tahun 2010 karena sampai pada tahun ini industri konveksi

(11)

– Cicaheum tetap menjadi salah satu sentra industri konveksi terpusat di Kota

Bandung.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk

mengkaji lebih dalam mengenai industri konveksi di Surapati - Cicaheum Kota

Bandung. Permasalahan dan fokus kajian tersebut akan dikaji “Dinamika Industri

Konveksi di kecamatan Cibeunying Kaler kelurahan Sukaluyu dan Kelurahan

Cihaurgeulis Kota Bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan dikaji. Permasalahan utama yang menjadi pokok

kajiannya adalah “Keberadaan Industri konveksi di Surapati ternyata tidak

memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

di sekitar. Banyaknya tenaga kerja usia produktif yang berada di sekitaran jalan

Surapati dapat tersaingi oleh para pendatang yang berasal dari daerah luar

khususnya (Garut, Tasikmalaya, Banjar dan lain-lain.)”.

Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mengacu pada

permasalahan utama, maka penulis berusaha merumuskan permasalahan tersebut

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi awal industri konveksi di Surapati Kecamatan

Cibeunying kaler Kota Bandung ?

2. Bagaimanakah perkembanagan industri konveksi di Kecamatan Cibeunying

(12)

3. Bagaimanakah dampak dari perkembangan industri konveksi di Surapati

-Cicaheum

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, maka tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan awal industri konveksi di Surapati Kota

Bandung sejak didirikannya. Di sini penulis berusaha untuk menggali dan

memaparkan awal berdirinya industri konveksi ini, sehingga bisa dikenal

luas oleh masyarakat dan sampai saat ini masih menjadi mata pencaharian

sebagian besar masyarakat dan pendatang di kecamatan Cibeunying kaler.

2. Mengungkapkan kondisi industri konveksi di Surapati pada tahun 1995

sampai dengan tahun 2010, melalui berbagai faktor untuk melihat

peningkatan dan penurunan industri ini, dan memberikan gambaran secara

lebih jelas lagi baik itu faktor modal, tenaga kerja, maupun faktor produksi

lainnya sampai dengan pemasarannya.

3. Menjelaskan dampak industri konveksi terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat Kota Bandung pada tahun 1995-2010 sebagai suatu pola

interaksi pengembangan industri kecil di Surapati.Memaparkan kehidupan

masyarakat kecamatan Cibeunying kaler kelurahan Cihaur Geulis dan

Sukaluyu.

(13)

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Bagi

dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah

keilmuan sejarah. Sedangkan bagi mereka yang menaruh perhatian terhadap

perkembangan Industri Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan akan menjadi

salah satu bahan yang akan memperkaya khazanah pengetahuan tentang peranan

IKM dalam perekonomian Indonesia. Keunggulan yang dimiliki IKM khususnya

industri konveksi di Surapati dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan

bahan perbandingan dan inspirasi dalam pengembangan perusahaan kecil yang

lebih fleksibel menghadapi berbagai kondisi perekonomian perusahaan besar.

1.5. Metodologi dan Teknik Penelitian

Metode adalah suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam

penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan)

yang diteliti (Sjamsuddin, 2007 : 13). Metode ilmiah dikatakan sebagai suatu

pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan

logis. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode historis

yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Metode historis yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman

peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986 : 32).

Dalam Metodologi Penelitian Sejarah terdapat empat tahapan, di antaranya

yaitu heuristik, kritik baik berupa intern maupun ekstern, interpretasi dan tahapan

(14)

1. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan atau

mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini penulis mengumpulkan

beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun

sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan

dibahas. Sumber sejarah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis terdiri dari buku,

artikel, dan lain sebagainya. Selain menggunakan sumber tertulis, penulis

juga menggunakan sumber lisan dengan pendekatan sejarah lisan sebagai

sumber primer. Sumber lisan diperoleh dengan mewawancarai saksi atau

pelaku sejarah yang sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat

memberikan informasi atas permasalahan yang dikaji.

2. Kritik atau analisis, yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang

telah diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber

yang telah terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun

bentuknya. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal

sehingga di peroleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan

penelitian.

3. Interpretasi, yaitu untuk menafsirkan keterangan-keterangan sumber

secara logis dan rasional. Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari

pencarian pengertian yang lebih luas tentang sumber yang telah

ditemukan. Tahapan penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah

(15)

Setelah melalui beberapa proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut

dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini.

4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil

penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh

dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).

Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan interdisipliner yakni pendekatan yang menggunakan

satu disiplin ilmu sosial yang dominan, yang ditunjang dan dilengkapi oleh

ilmu-ilmu sosial lainnya, antara lain ekonomi dan sosiologi.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam upaya mengumpulkan

informasi tentang penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan teknik-teknik

penelitian sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan

sumber-sumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari

berbagai sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap

sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu

dengan sumber yang lain, sehingga diperoleh data-data yang penulis

anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam

bentuk karangan naratif yaitu skripsi.

2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan media

berupa foto-foto atau gambar dan dokumen-dokumen lainnya yang

(16)

3. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

interview langsung. Wawancara yang penulis lakukan dalam rangka

melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa responden diantaranya yaitu

pengusaha konveksi, pekerja konveksi, tokoh masyarakat, instansi desa,

dan lain-lain.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisa skripsi ini adalah :

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan

mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan

penelitian dan penulisan skripsi ini, rumusan masalah yang menjadi beberapa

permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan

masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama,

tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, metode penulisan serta

sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab kedua, berisi mengenai suatu pengerahan dan penjelasan

mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu

tinjauan pustaka melalui suatu metode kepustakaan, sehingga penulis

(17)

penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang penulis uraikan

berdasarkan data-data temuan di lapangan.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini, penulis memaparkan metode yang digunakan untuk

merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu

menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan

dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan

penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara

rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam

memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji.

4. Bab IV Perkembangan Industri Konveksi kelurahan sukaluyu dan

kelurahan cihaurgeulis dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial

Ekonomi Masyarakat

Pada bab ini, yaitu bab hasil penelitian dan pembahasan berisi mengenai

keterangan-keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan

tersebut penulis paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud yang

terkandung dalam data-data temuan tersebut, khususnya baik bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Penulis mencoba mengkritisi data-data temuan

dilapangan dan membandingkannya kepada bahan atau sumber yang mendukung

pada permasalahan yang penulis teliti. Selain itu, dalam bab ini dipaparkan pula

mengenai pandangan penulis terhadap permasalahan yang menjadi titik fokus

(18)

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab terakhir ini berisi jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang telah

diajukan dan dikemukakan dalam rumusan masalah, sekaligus menjadi suatu

kesimpulan terhadap permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam proses

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto.

Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press.

Partomo, T.S dan Soedjoeno, A.R. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan

Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung : Masagi

Foundation.

Simanjuntak, Payaman J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Rajawali Press.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers.

Suryaatmadja, N. 1986. Perspektif Study Sosial. Bandung: PT Alumni.

Wawancara :

Bapa Yan Hotman ( pemilik hoki studio )

Ujang ( makelar panama studio )

(20)

Arif ( penjahit hoki studio )

Why boasteth thyself

Oh, evil men

Playing smart

And not being clever?

I said, you're working iniquity

To achieve vanity (if a-so a-so)

But the goodness of Jah, Jah

I-dureth for-I-ver

So if you are the big tree

We are the small axe

Ready to cut you down (well sharp)

To cut you down

These are the words

(21)

Shall p rosper

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it, fall in it

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it (... fall in it)

If you are the big tree, let me tell you that

We are the small axe, sharp and ready

Ready to cut you down (well sharp)

To cut you down

(To cut you down)

(To cut you down)

These are the words

Of my master, tellin' me that

No weak heart

Shall prosper

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it, uh, bury in it

And whosoever diggeth a pit

Shall bury in it, uh (... bury in it)

If you are the big, big tree

We are the small axe

Ready to cut you down (well sharp)

(22)

If you are the big, big tree, let me tell you that Woman hold her head and cry,

'Cause her son had been shot down in the street and died From a stray bullet.

Woman hold her head and cry; Explaining to her was a passerby Who saw the woman cry (cry) Wondering how can she work it out,

Now she knows that the wages of sin is death, yeah! Gift of Jah is life. (life)

She cried: Ah-um, I - I know!

"Johnny was a good man," I - I know! (never did a thing wrong) "Johnny was a good, good, good, good, good, good, good, good, good, good, good man", (Johnny was good man)

she cried - she crie-ie-ie-ie-ie-ie-ie-ied!

Wo-ooh! Woman hold her head and cry,

As her son had been shot down in the street and died Just because of the system. (system)

Woman hold her head and cry; Comforting her I was passing by. She complained, then she cry:

Oh-ooh-wo-ah, cry (ah-ah), yeah, I know now (ah-ah), no I know, I know now: (Johnny was a good man)

(23)

Ah! Ah! (Johnny was a good man)

Can a woman tender care, she cried, (Never did a thing wrong) Cease towards the child she bear? (Johnny was a good man) Wo-ho-ho-ooh! Woman cry, woman - (Never did a thing wrong) She cried, wo-oh! She cried, yeah! (Johnny was a good man) Can a woman tender care

Cease towards the child she bear? (Never did a thing wrong) Wo-now, cry! (Johnny was a good man)

Bob Marley

Lihat Profil

Beri Komentar

Kirim ke Teman

Cetak Lirik

Koreksi Lirik

(24)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang

digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan

dengan skripsi yang berjudul “Perkembangan Industri Kaos sablon di

Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau metode

sejarah dengan menggunakan studi literatur dan wawancara sebagai teknik

penelitiannya.

Metode sejarah yakni suatu proses pengkajian, penjelasan dan

penganalisaan secara kristis terhadap rekaman serta peninggalan masa

lampau (Sjamsuddin, 2007:17-19). Selain itu menurut Gottschalk (1986:32)

metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap

rekaman serta peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya

berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebut historiografi. Dari kedua

pengertian tersebut, penulis beranggapan bahwa metode historis digunakan

berdasarkan pada pertimbangan bahwa data-data yang digunakan berasal dari

masa lampau sehingga perlu dianalisis terhadap tingkat kebenarannya agar

kondisi masa lampau dapat digambarkan dengan baik. Dengan demikian,

metode historis merupakan metode yang paling cocok dengan penelitian ini

karena data-data yang dibutuhkan berasal dari masa lampau khususnya

(25)

43

sosial ekonomi masyarakat tersebut pada tahun 1995-2008. Dalam mengkaji

permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

interdisipliner. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam

pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut

pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Penggunaan pendekatan

interdisipliner maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau

fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu

sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya (Ismaun, 2005 :198).

Didalam metode historis terdapat langkah-langkah yang dilakukan

oleh penulis untuk melakukan penulisan mengenai permasalahan dalam

penelitian ini :

a. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan atau

mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini penulis

mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber

primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab

permasalahan yang akan dibahas. Sumber sejarah yang digunakan

dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan.

Sumber tertulis terdiri dari buku, artikel, dan lain sebagainya. Selain

menggunakan sumber tertulis, penulis juga menggunakan sumber lisan

dengan pendekatan sejarah lisan sebagai sumber primer. Sumber lisan

diperoleh dengan mewawancarai saksi atau pelaku sejarah yang

sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat memberikan

(26)

44

b. Kritik, yakni menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam tahapan ini adalah untuk dapat

menilai sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan dikaji

dan membandingkan dengan data-data yang diperoleh dari

sumber-sumber primer maupun sekunder dan disesuaikan dengan tema atau

judul penulisan skripsi ini. Penilaian terhadap sumber sumber sejarah

meliputi dua segi yaitu kritik ekstern dan kritik intern.

c. Interpretasi, yakni penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang

dipunguti dari sumber sejarah. Fakta sejarah yang telah ditemukan

kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji. Setelah melalui beberapa proses yang

selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai

kerangka dasar penyusunan skripsi ini.

d. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil

penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang

utuh dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).

Menurut Kuntowijoyo (2003 : 62), dalam melaksanakan penelitian

sejarah terdapat 5 (lima) tahap yang harus dilakukan, yaitu :

1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber

3. Verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber) 4. Interpretasi

5. penulisan

Dalam upaya merekonstruksi peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian,

(27)

45

dan dokumen serta dilengkapi wawancara dengan narasumber yang relevan

dengan masalah yang dikaji. Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam

memperoleh data didasarkan atas pertimbangan bahwa periode kajian penelitian

ini masih memiliki kesempatan didapatkannya sumber lisan mengenai

perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 dan dampaknya

terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Pertimbangan lain adalah

pelaku mengalami, menyaksikan, melihat dan merasakan sendiri peristiwa yang

terjadi pada masa lampau, khususnya peristiwa yang menjadi objek kajian dalam

penelitian ini.

Untuk mempertajam analisis dalam penulisan maka penulis menggunakan

pendekatan interdisipliner. Arti dari pendekatan interdisipliner disini adalah suatu

pendekatan yang meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi

dan antropologi. Konsep-konsep yang dipinjam dari ilmu sosiologi seperti status

sosial, peranan sosial, perubahan sosial, mobilitas sosial dan lainnya. Penggunaan

berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat

dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang akan

dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas (Sjamsuddin, 1996:

201).

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba untuk memaparkan

beberapa langkah kegiatan yang harus ditempuh sehingga dapat menjadi

karya tulis ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah

yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan

(28)

46

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa hal yang penulis

lakukan dalam tahap ini. Langkah awal dari proses ini adalah penentuan

metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang

digunakan adalah studi literatur, dokumentasi dan wawancara.

Penulis mencari sumber tertulis yang relevan dan ada korelasinya

dengan permasalahan yang dikaji baik dari buku-buku maupun artikel.

Persiapan penelitian yang dilakukan terdiri dari langkah-langkah yang harus

ditempuh antara lain:

3.1.1. Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap penelitian dan pengajuan tema penelitian merupakan tahap awal

penelitian dengan mengajukan rancangan penelitian pada Tim Pertimbangan

Penulisan Skripsi (TPPS). Penulis mengajukan tema mengenai sejarah lokal

yang kemudian dijabarkan dalam judul ”Perkembangan Industri Kaos sablon

di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”

kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan

Sejarah, FPIPS UPI. Rancangan penelitian tersebut dipresentasikan dalam

seminar proposal pada hari Rabu tanggal 10 September 2010, setelah judul

dan rancangan penelitian disetujui maka dilakukan pengesahan penelitian

yang ditetapkan dengan surat keputusan oleh TPPS dan ketua Jurusan

Pendidikan Sejarah Nomor 074/TPPS/JPS/2010.

(29)

47

Pada tahap ini merupakan salah satu langkah awal sebelum melakukan

penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Rancangan ini merupakan

kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penulis

mulai mengumpulkan data dan fakta mengenai tema yang akan dikaji. Penulis

melakukan pencarian bahan pustaka dan wawancara sebagai sumber data.

Selanjutnya, setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan

permasalahan yang akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan

dalam bentuk proposal skripsi. Pada dasarnya sistematika dari proposal

rencana penelitian ini memuat:

a. Judul Penelitian.

b. Latar belakang Masalah.

c. Rumusan dan Pembatasan Masalah Penelitian.

d. Tujuan Penelitian.

e. Tinjauan Pustaka

f. Metodologi Penelitian dan Teknik Penelitian

g. Sistematika Penulisan.

h. Daftar Pustaka

Proposal ini kemudian dipertimbangkan dan disetujui setelah

dilakukan perbaikan-perbaikan dengan judul “Perkembangan Industri Kaos

sablon di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial

Ekonomi)”.

(30)

48

Mengurus perizinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian.

Perizinan yang dimaksud berbentuk surat keterangan dan surat pengantar kepada

personal ataupun instansi-instansi terkait. Surat ini dibuat sebagai bukti yang

dapat menjelaskan dan memperkuat bahwa penulis merupakan salah satu

mahasiswa yang sedang melakukan penelitian skripsi di Jurusan Pendidikan

Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI), legalitas surat ini telah ditandatangani oleh

Pembantu Rektor I atas nama Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, sebagai

bentuk rekomendasi dari Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Pembantu Dekan

I atas nama Dekan FPIPS UPI. Adapun surat izin penelitian tersebut ditujukan

kepada:

1. Badan Pusat Statistik Kota bandung,

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota bandung,

3. Kecamatan Cibeunying kaler

4. Kelurahan Sukaluyu

5. Kelurahan Cihaurgeulis

6. Pemilik Industri Kaos sablon,

7. Tokoh Masyarakat di kawasan Surapati.

3.1.4. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting

(31)

49

maksimal, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik.

Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian diantaranya:

1. Surat izin dari Dekan FPIPS UPI,

2. Instrumen wawancara,

3. Alat perekam,

4. Alat Tulis,

5. Kamera foto.

3.1.5. Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan proses konsultasi penelitian laporan penelitian

yang dilakukan dengan pembimbing I dan II. Dalam proses penulisan skripsi ini

npenulis dibimbing oleh dosen pembimbing I yaitu Didin Saripudin Ph.D , dan

pembimbing II Lely Yulifar M.pd, sesuai dengan ketetapan dalam seminar

proposal. Bimbingan ini sangat diperlukan sebagai langkah yang tepat dalam

proses penyusunan laporan penelitian dan berdiskusi mengenai berbagai masalah

yang dihadapi sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan ketentuan. Proses

bimbingan dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu dengan

menentukan waktu pelaksanaan bimbingan yang dilakukan secara

berkesinambungan.

Hal ini penulis lakukan agar terjalin komunikasi yang baik antara penulis

dengan pihak pembimbing berkenaan dengan berbagai permasalahan dalam

penyusunan skripsi. Proses bimbingan diperlukan dalam proses penelitian sebagai

(32)

50

memecahkan permasalahan yang dihadapi penulis. Setiap hasil bimbingan dicatat

dalam sebuah buku bimbingan yang memuat secara rinci hasil bimbingan pada

setiap pertemuan dan lembar bimbingan yang formatnya telah ditentukan oleh

Jurusan Pendidikan Sejarah berisi hasil bimbingan secara garis besar. Oleh sebab

itu, bimbingan sangat diperlukan sebagai upaya yang sangat bermanfaat dalam

penyempurnaan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi yang sedang

dilaksanakan oleh penulis.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor yang penting dalam

rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini penulis menempuh beberapa

tahapan seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Untuk lebih

jelasnya mengenai tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat dari uraian di

bawah ini.

3.2.1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Tahap ini merupakan langkah awal bagi penulis dalam proses mencari dan

mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang diperlukan dan berhubungan dengan

masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini. Sumber sejarah

merupakan segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung menceritakan

atau memberikan gambaran kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan

manusia pada masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 73). Untuk mempermudah dalam

pengumpulan sumber sejarah yang berkaitan dengan “Perkembangan Industri

(33)

51

Ekonomi)”, maka pengumpulan sumber tersebut dilakukan melalui dua tahapan

yaitu mencari dan mengumpulkan sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber

tertulis diperlukan dalam penelitian ini sebagai rujukan, sedangkan sumber

lisan digunakan apabila sumber tertulis mengenai permasalahan yang dikaji

dirasa masih kurang, oleh karenanya penulis menjadikan sumber lisan

sebagai rujukan. Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih banyak

menggunakan sumber lisan. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber tertulis

yang mengkaji tentang masalah perkembangan industri kaos sablon, selain itu

karena waktu kajian dalam penelitian ini adalah pada tahun 1995-2008

memungkinkan masih terdapat narasumber yang bisa memberikan keterangan

tentang perkembangan industri kaos sablon dan dan dampaknya terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Cibeunying Kaler.

3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis

Pada tahap ini dilakukan pencarian terhadap berbagai macam sumber yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber tertulis berupa buku-buku, artikel, dokumen serta

beberapa skripsi yang dapat membantu memecahkan persoalan yang dikaji.

Sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan kemudian dibaca dan dikaji sehingga

diperoleh data yang relevan dengan perkembangan industri kaos sablon Surapati

Kota bandung tahun 1995-2008.

Proses pencarian sumber tertulis dilakukan dengan melalui kunjungan ke

beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan UPI, Perpustakaan Daerah Kota

(34)

52

Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor pemerintahan Surapati. Di

tempat-tempat tersebut penulis memperoleh informasi yang berkaitan perkembangan

industri kecil menengah. Lebih jelasnya, buku-buku yang diperoleh dari beberapa

perpustakaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perpustakaan UPI, ditempat ini penulis menemukan sumber-sumber yang

mengkaji tentang perkembangan industri kecil menengah di Indonesia dan

kajian mengenai sosiologi. Buku-buku tersebut membantu penulis dalam

memahami karakteristik industri kecil Indonesia. Buku yang dianggap

sangat berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya adalah

buku yang berjudul Manajemen industri, Usaha Kecil Menengah di

Indonesia Beberapa Isu Penting dan Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan

Koperasi.

2. Perpustakaan Daerah Kota bandung, penulis memperoleh buku

mengenai Usaha kecil menengah dan kewiraswastaan. Buku yang

penulis anggap penting adalah buku Sukses di Ekonomi Liberal bagi

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota bandung, penulis memperoleh data

kondisi geografis dan peta Kota bandung, data jumlah penduduk serta

jumlah industri di Kecamatan Cibeunying Kaler.

4. Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota bandung, penulis

memperoleh data mengenai kondisi Industri Kecil Menengah di Kota

(35)

53

5. Kantor Kecamatan Cibeunying kaler, penulis memperoleh data mengenai

letak dan kondisi geografis Surapati serta kehidupan sosial dan tingkat

pendidikan, jumlah industri, jumlah tenaga kerja serta jumlah penduduk

Surapati tahun 1995-2010.

3.2.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan

Pengumpulan sumber lisan dilakukan dengan mencari narasumber

yang dianggap relevan dan dapat memberikan informasi yang penulis

butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Proses mencari narasumber tersebut

dilakukan dengan cara mendatangi instansi terkait seperti Departemen

Perindustrian dan Perdagangan yang dapat memberikan informasi secara

umum mengenai perkembangan industri di Kecamatan Cibeunying Kaler.

Kemudian penulis juga mendatangi kantor Kelurahan yang memberikan

informasi mengenai perkembangan industri kaos sablon. Langkah selanjutnya

penulis mendatangi industri kaos sablon di Surapati untuk memperoleh

narasumber baik dari pemilik maupun pekerja industri kaos sablon serta

tokoh masyarakat setempat.

Pada tahap ini penulis menggunakan sumber lisan untuk mendapatkan

informasi dengan menggunakan teknik wawancara. Adapun proses wawancara

yang dilakukan penulis adalah wawancara langsung yaitu dengan mendatangi ke

tempat tinggal para narasumber setelah adanya kesepakatan terlebih dahulu

mengenai waktu dan tempat dilakukannya wawancara. Teknik wawancara

(36)

54

lainnya, sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakannya wawancara

secara simultan. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis,

yaitu:

1. Wawancara terstruktur atau berencana yaitu wawancara yang berdasarkan pada pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara supaya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1994: 138).

Dalam teknis pelaksanaannya, penulis menggabungkan kedua cara

tersebut yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak

terstruktur yaitu penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

pertanyaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar wawancara lebih terfokus,

data lebih mudah diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan

segala sesuatu yang diketahuinya.

Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data

didasarkan pada pertimbangan bahwa sumber tertulis mengenai

perkembangan industri kaos sablon masih sangat kurang. Selain itu,

penggunaan teknik wawancara juga dilakukan atas pertimbangan bahwa

pelaku benar-benar mengalami peristiwa pada masa lampau, terutama yang

menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu mereka yang terlibat

(37)

55

bercerita tentang berbagai peristiwa yang dialaminya, disaksikannya,

dilihatnya bahkan dirasakannya.

Sebelum melakukan wawancara, penulis dan narasumber menentukan

waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Selain itu penulis

menyiapkan berbagai perlengkapan untuk merekam dan mencatat semua

informasi yang dipaparkan oleh narasumber. Narasumber pertama yang penulis

kunjungi ialah Bapa wiwid salah seorang pelopor berdirinya industri kaos sablon

di Surapati. Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap narasumber adalah sejarah

berdirinya industri kaos sablon di Surapati, seputar perkembangan industri kaos

sablon di Surapati, dan bagaimana upaya beliau mempertahankan industri kaos

sablon yang cenderung sangat labil karena kondisi perekonomian seperti krisis

ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997.

Narasumber yang kedua adalah beberapa pemilik industri kaos sablon

yang mengalami perkembangan antara tahun 1995-2008 diantaranya adalah

Bapa Hotman yang Pada awal berdirinya industri kaos sablon beliau

merupakan Penghubung antara produsen dan konsumen dan pada tahun 1996

beliau telah mampu mendirikan industri kaos sablon sendiri yang cukup

berkembang. Sehingga dapat pula diajukan pertanyaan-pertanyaan mulai dari

sejarah berdirinya dan perkembangan industri kaos sablon di Surapati. Di

samping itu, penulis juga mengajukan pertanyaan mengenai kondisi industri kaos

sablon pada saat krisis ekonomi (permodalan, tenaga kerja, peralatan, proses

produksi dan pemasaran) dan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan

(38)

56

Narasumber ketiga adalah beberapa orang yang bekerja pada industri kaos

sablon dari beberapa generasi, diantaranya ibu entik (penjahit) dan slamet ( tukang

sablon ), rahmat dan gino (pekerja tahun 2000an). Pertanyaan yang penulis

ajukan terhadap narasumber banyak berkaitan dengan bagaimana gambaran

kehidupan para buruh industri kaos sablon dilihat dari tingkat kesejahteraan.

Disamping itu pertanyaan yang penulis ajukan diantaranya adalah hubungan

buruh dan majikan serta dampak yang dirasakan dengan keberadaan industri kaos

sablon.

Narasumber keempat adalah tokoh mayarakat diantaranya yaitu Bapak

alfonius merupakan sesepuh warga surapati dan ibu Amin, sehingga dapat

diajukan pertanyaan mengenai kondisi dan kebiasaan masyarakat di kawasn

Surapati, khususnya karena peranan dari keberadaan industri kaos sablon. Selain

tokoh masyarakat penulis juga menjadikan masyarakat Surapati yang berada di

sekitar industri kaos sablon sebagai narasumber. Pertanyaan yang diajukan

terhadap narasumber adalah mengenai keberadaan industri kaos sablon di Surapati

dari tahun 1995 sampai 2008 terhadap masyarakat sekitar.

Beberapa narasumber tersebut merupakan tokoh-tokoh yang terkait

dengan industri kaos sablon di Surapati. Oleh karena itu, sangat cocok jika

penulis mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana latar belakang

berdirinya industri kaos sablon, bagaimana upaya yang dilakukan

menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang mengakibatkan

sebagian besar perusahaan dan industri mengalami gulung tikar, bagaimana

(39)

57

tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dilihat dari aspek permodalan, tenaga

kerja, peralatan, proses produksi dan pemasaran, serta bagaimana peranan

dari keberadaan industri kaos sablon terhadap kehidupan sosial ekonomi

masyarakat sekitar.

3.2.2. Kritik Sumber

Setelah melakukan langkah pertama, yaitu heuristik (pengumpulan

sumber) baik pengumpulan sumber tertulis maupun sumber lisan, penulis

kemudian melakukan tahapan selanjutnya yaitu kritik sumber. Dalam tahap ini

data-data yang telah diperoleh berupa sumber tertulis maupun sumber lisan

disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan

dan keobjektifannya.

Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang

harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut

yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah di ubah ?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ?

4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada

(40)

58

Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat semua data yang diperoleh dari sumber

tertulis atau lisan tidak mempunyai tingkat kebenaran yang sama.

Data dan informasi yang telah penulis peroleh diselidiki kesesuaian,

keterkaitan dan keobjektifannya secara eksternal maupun internal. Kritik sumber

sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian

tersebut mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan.

Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa

yang mungkin dan apa yang meragukan. Fungsi kritik bagi sejarawan erat

kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran

(Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik sumber terbagi dalam dua bagian yaitu kritik

eksternal dan internal.

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Berikut adalah pengertian kritik eksternal menurut Sjamsuddin,

Kritik eksternal adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah secara terinci. Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 133-134).

Kritik ekstern mencoba untuk menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber,

agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau

palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan

makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli

(41)

59

Pada tahap ini diupayakan semaksimal mungkin untuk melakukan

penelitian sumber tertulis. Adapun sumber-sumber tertulis tersebut adalah

buku-buku, artikel, dan arsip-arsip atau dokumen-dokumen. Seluruh sumber sejarah

yang dipakai sebagai sumber tulisan memberikan informasi berupa data yang

diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, hingga pada akhirnya diperoleh

fakta yang kredibel tentang perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun

1995-2008.

Kritik eksternal juga dilakukan terhadap sumber lisan dilakukan oleh

penulis dengan melakukan pengidentifikasian terhadap narasumber, apakah betul

mengetahui dan mengalami peristiwa sejarah yang sedang dikaji oleh penulis.

Untuk itu diperhatikan faktor usia, kondisi fisik dan prilaku narasumber, apakah

mengatakan yang sebenarnya (jujur) dan yang terpenting adalah daya ingat

narasumber, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikannya.

Narasumber yang penulis kunjungi memiliki usia yang tidak terlalu tua, sehingga

daya ingatnya masih kuat. Di samping itu, narasumber juga mengetahui sejarah

dan perkembangan industri kaos sablon yang sedang penulis kaji.

3.2.2.2. Kritik Internal

Berikut adalah pengertian kritik internal menurut Sjamsuddin,

(42)

60

Kritik internal adalah cara pengujian dari isi sumber sejarah. Penulis melakukan

kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis untuk memperoleh fakta secara

objektif. Kritik internal terhadap sumber tertulis tersebut dilakukan dengan

membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dan menentukan

sumber yang relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji.

Selain melakukan kritik terhadap sumber tertulis, penulis pun melakukan

kritik terhadap sumber lisan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah identifikasi

terhadap narasumber yang diwawancarai. Identifikasi tersebut dilakukan dengan

cara memilih tokoh yang layak diwawancarai, mengamati usia dan daya ingat para

narasumber agar didapat informasi yang akurat, serta dengan membandingkan

hasil wawancara dari narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya

(cross checking) untuk meminimalisir subjektivitas dalam penulisan sejarah.

Hal yang perlu diperhatikan disini adalah kredibilitas narasumber dalam

menyampaikan informasi. Seperti yang diungkapkan oleh Lucey bahwa

kredibilitas narasumber dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasinya seperti

usia, watak, pendidikan dan kedudukan (dikutip oleh Sjamsuddin, 2007:

115).

Narasumber utama yang penulis wawancarai merupakan salah seorang

pelopor industri kaos sablon. Tradisi kepemilikan industri kaos sablon tidaklah

berdasarkan keturunan, sehingga narasumber yang penulis wawancarai bisa

dipertanggung jawabkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa para narasumber

tersebut cukup kompeten untuk bisa memberikan informasi tentang

(43)

61

kajian yang penulis teliti yaitu tahun 1995-2008. Selain itu, penulis juga

mewawancarai tenaga kerja kaos sablon, tokoh masyarakat serta masyarakat

sekitar tentang tanggapannya untuk mengetahui seberapa jauh peranan industri

kaos sablon terhadap masyarakat Surapati.

3.2.3. Interpretasi

Setelah menyelesaikan tahapa kritik sumber, langkah selanjutnya yang

penulis lakukan adalah interpretasi. Interpretasi berarti menafsirkan atau

memberi makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences).

Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya bukti-bukti sejarah (evidences) dan

fakta-fakta sebagai saksi-saksi sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa

yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Interpretasi merupakan proses

pemberian penafsiran terhadap fakta atau data yang telah dikumpulkan. Pada

tahap ini, fakta-fakta yang telah dikumpulkan dipilih dan diklasifikasikan sesuai

dengan permasalahan yang dikaji sehingga dapat menjawab permasalahan yang

diajukan dalam Bab I.

Pada tahapan interprestasi berbagai data dan fakta yang lepas satu sama

lain dirangkai dan dihubungkan sehingga diperoleh satu kesatuan yang selaras,

dimana peristiwa yang satu dimasukan ke dalam keseluruhan konteks peristiwa

atau kejadian yang lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 131). Sehingga

dapat diartikan bahwa interpretasi ialah menafsirkan keterangan dari

sumber-sumber sejarah berupa fakta yang terkumpul dengan cara dirangkai dan

dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan dengan

(44)

62

kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 yang telah terkumpul disusun dan

kemudian ditafsirkan sehingga menjadi sebuah rekonstruksi imajinatif yang

diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap inti masalah penelitian.

Dalam melaksanakan tahapan ini, penulis menggunakan pendekatan

interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu bentuk

pendekatan dalam sejarah yang menggunakan bantuan disiplin-disiplin lain

(ilmu-ilmu sosial). Untuk membantu mempertajam analisis dibantu oleh ilmu

sosial diantaranya Sosiologi dan ekonomi. Dari Sosiologi penulis

menggunakan beberapa konsep diantaranya perubahan sosial, mobilitas

sosial, gaya hidup, interaksi manusia dalam keluarga dan masyarakat.

Sedangkan dalam Ekonomi penulis menggunakan konsep-konsep seperti,

tenaga kerja, biaya produksi, harga barang/harga bahan baku, pemasaran,

tingkat kesejahteraan dalam membantu untuk mengkaji perkembangan

industri kaos sablon dan dampaknya bagi kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat Surapati, Kota bandung. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat

memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas.

3.3. Laporan Hasil Penelitian

Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah membuat suatu

rangkaian atau penulisan laporan penelitian dari seluruh hasil penelitian yang

telah dilaksanakan sebelumnya. Langkah ini merupakan langkah terakhir dari

keseluruhan prosedur penelitian yang dalam metodologi sejarah disebut

(45)

63

sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang

telah lalu yang disebut sejarah. Pada tahap ini, penulis melakukan penulisan

akhir sebagai hasil dari ketiga tahapan sebelumnya, yaitu heuristik, kritik,

dan interpretasi. Memasuki tahap ini sejarawan akan mengerahkan segala

daya pikirannya dengan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya sehingga pada

akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh penelitiannya atau

penemuannya ke dalam suatu penulisan yang utuh (Sjamsuddin, 2007 : 155

-156).

Hasan Usman dalam Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa

terdapat beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti

dalam melakukan pemaparan sejarah, yaitu:

1. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik,

agar data dapat dipaparkan seperti seperti apa adanya atau seperti yang

dipahami oleh peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.

2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari

sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa

dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu

ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.

3. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan

bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh

pemikiran pembaca.

4. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha

(46)

64

itu didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan

detail fakta yang akurat.

Pada tahap ini seluruh hasil penelitian yang berupa data-data dan fakta-fakta

yang telah mengalami proses heuristik, kritik dan interpretasi dituangkan oleh

penulis ke dalam bentuk tulisan. Dalam historiografi ini penulis mencoba untuk

mensintesakan dan menghubungkan keterkaitan antara fakta-fakta yang ada

sehingga menjadi suatu penulisan sejarah.

Penulisan laporan ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang

disebut skripsi. Laporan tersebut disusun dengan gaya bahasa sederhana, ilmiah

dan menggunakan cara-cara penulisan atau teknik penulisan yang sesuai dengan

pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Penulisan skripsi ini

ditujukan untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama adalah bab

pendahuluan; pada bab ini penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan

mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan

penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa

permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan

masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama,

tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian, metode

penulisan serta sisitematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab kedua

tinjauan pustaka; berisi tinjauan kepustakaan mengenai suatu pengarahan dan

(47)

65

suatu tinjauan pustaka dari buku-buku yang relevan dengan pokok permasalahan

yang diteliti, sehingga penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa menjadi

bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi

pembahasan yang penulis uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan. Bab

tiga metode penelitian; dalam bab ini penulis memaparkan metode yang

digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus

mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang

digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta

tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir diuraikan

secara rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam

memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji. Bab empat; bab

ini berisi mengenai keterangan-keterangan yang di dalamnya membahas

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Bab terakhir adalah

kesimpulan, berisi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab empat dan hasil

analisis yang penulis lakukan, merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang

menggambarkan perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008

yang merupakan suatu tinjauan sosial ekonomi. Selain itu ditambah pula berbagai

atribut baku lainnya dari mulai kata pengantar sampai riwayat hidup penulis.

Semua bagian tersebut termuat ke dalam bentuk laporan utuh, setelah dilakukan

koreksi dan perbaikan yang diperoleh dari hasil konsultasi dengan dosen

Referensi

Dokumen terkait