• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN NILAI-NILAI MORAL DALAM PUISI NADOMAN SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW SERTA MODEL PELESTARIANNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR DAN NILAI-NILAI MORAL DALAM PUISI NADOMAN SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW SERTA MODEL PELESTARIANNYA."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 8

1.6 Definisi Operasional... 8

1.7 Asumsi Penelitian... 11

BAB II STRUKTUR DAN NILAI MORAL PUISI NADOMAN EJARAH NABI MUHAMMAD SAW SERTA MODEL PELESTARIANNYA 2.1 Puisi ... 12

2.2 Struktur Puisi... 13

2.2.1 Hakikat Puisi... 14

2.2.2 Metode Puisi... 16

2.2.3 Puisi sebagai Bagian Cipta Sastra... 22

2.4 Puisi Nadoman... 27

2.4.1 Struktur Puisi Nadoman... 28

2.4.2 Penyebaran Puisi Nadoman... 29

2.4.3 Isi Puisi Nadoman... 29

2.4.4 Fungsi Puisi Nadoman... 30

2.4.5 Nadoman Merupakan Salah Satu Genre Puisi Lama/Tradisioanl... 31

2.5 Nilai Moral... 35

2.5.1 Pengertian Nilai Moral... 36

2.5.2 Konsep Nilai Moral... 37

2.5.3 Landasan Kaidah Moral... 39

2.5.4 Nilai-nilai Moral Ketuhanan... 41

2.5.4.1 Takwa... 43

2.5.4.2 Tawakkal... 44

2.5.4.3 Taubat... 46

2.5.4.4 Roja’... 48

2.5.5 Nilai Moral Kepribadian... 49

(2)

ix

2.5.5.2 Optimis... 51

2.5.5.3 Ikhlas... 52

2.5.5.4 Jujur... 53

2.5.6 Nilai-nilai Moral Kemasyarakatan... 53

2.5.6.1 Rukun... 55

2.5.6.2 Tenggang Rasa... 55

2.5.6.3 Adil... 55

2.5.6.4 Dermawan... 57

2.6 Pembelajaran Puisi dalam Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP)... 57

2.6.1 Pemilihan Bahan Pembelajaran Puisi dan Kriteria Penentuan Nilai Moral untuk Pembelajaran Puisi... 59

2.6.2 Kriteria Penentuan Nilai Moral untuk Pembelajaran Puisi di MA... 62

2.6.3 Pembelajaran Puisi... 64

2.6.4 Ruang Lingkup Pengajaran Apresiasi Puisi di MA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... 66

2.7 Metode Kontekstual... 74

2.7.1 Konstruktivisme... 74

2.7.2 Menemukan... 75

2.7.3 Bertanya... 76

2.7.4 Masyarakat Belajar... 76

2.7.5 Pemodelan... 77

2.7.6 Refleksi... 78

2.7.7 Penilaian yang Sebenarnya... 78

2.8 Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai Bagian Kearifan Lokal Masyarakat... 79

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 82

3.2 Data Penelitian... 83

3.3 Sumber Data Penelitian... 87

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 88

3.5 Teknik Analisis Data... 89

3.6 Instrumen Penelitian... 90

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hakikat Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW.... 93

4.1.1 Analisis Data Tema... 96

4.1.2 Analisis Data Perasaan... 107

4.1.3 Analisis Data Nada... 108

4.1.4 Analisis Data Amanat... 111

4.2 Analisis Data Nilai-nilai Moral... 113

4.2.1 Nilai Moral Ketuhanan... 114

4.2.1.1 Takwa... 115

4.2.1.2 Tawakkal... 121

(3)

x

4.2.1.4 Roja... 124

4.2.2 Nilai Moral Kepribadian... 126

4.2.2.1 Sabar... 126

4.2.2.2 Optimis... 128

4.2.2.3 Ikhlas... 129

4.2.2.4 Jujur... 131

4.2.3 Nilai Moral Kemasyarakatan... 132

4.2.3.1 Rukun... 133

4.2.3.2 Tenggang Rasa... 134

4.2.3.3 Adil... 136

4.2.3.4 Dermawan... 137

4.3 Pembahasan Hasil Analisis... 138

4.3.1 Hasil Analisis Tema Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW.... 138

4.3.2 Hasil Analisis Nilai-nilai Moral ... 139

BAB V MODEL PELESTARIAN PUISI NADOMAN SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW 5.1 Model ... 142

5.2 Pelestarian... 143

5.3 Model Pelestarian 1 : Model Pembelajaran Puisi... 143

5.3.1 Dasar Pemikiran... 143

5.3.2 Latar Belakang Filosofis... 145

5.3.3 Landasan Estetika... 145

5.3.4 Dampak yang Diharapkan... 146

5.3.5 Pemanfaatan Hasil Analisis Sebagai Bahan Ajar Puisi Lama di Sekolah... 147

5.4 Model Pelestarian 2 : Model Dokumentasi dalam Bentuk Buku... 165

5.4.1 Dasar Pemikiran... 165

5.4.2 Alternatif Model Pelestarian berupa Dokumentasi dalam Bentuk buku.. 166

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 168

5.2 Saran... 174

DAFTAR PUSTAKA... 175

(4)

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Sebaran Standar Kompetensi Dasar, Indikator dan

Materi Pembelajaran Apresiasi Puisi... 70

2. Tabel 2 Data Teks Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW. 86 3. Tabel 3 Data Penelitian Puisi Nadoman... 87

2. Tabel 4 Nilai Moral Ketuhanan... 91

3. Tabel 5 Nilai Moral Kepribadian... 92

4. Tabel 6 Nilai Moral Kemasyarakatan... 92

[image:4.595.114.509.156.632.2]
(5)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW... 178

Lampiran 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 198

Lampiran 3 Indikator Nilai-nilai Moral Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW... 201

Lampiran 4 Peta Desa Cikoneng Kec. Ciparay... 203

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup... 204

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing. Mereka berupaya untuk melestarikan sistem budaya tersebut, sehingga untuk jangka waktu yang panjang eksistensi budaya terus terjaga dan terpelihara.

Suku Sunda yang merupakan penduduk Propinsi Jawa Barat adalah sebuah masyarakat yang masih melestarikan dan memelihara berbagai tradisi. Salah satu tradisi yang masih terpelihara di lingkungan suku Sunda khususnya di wilayah Bandung Selatan, tepatnya di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung adalah tradisi melantunkan puisi nadoman. Puisi nadoman merupakan salah satu sastra lisan pengaruh Islam yang tersebar di masyarakat, khususnya masyarakat Sunda. Di daerah lain ada pula yang menyebut puisi nadoman ini dengan istilah puisi “pupujian” sebagaimana dikatakan oleh Zaidan (2004:165), Pupujian merupakan bentuk puisi Sunda terdiri atas empat larik, tiap larik bersuku kata delapan dan

berima akhir aaaa, isinya nasihat, pelajaran agama, pujian kepada Tuhan,

sholawat nabi dan do’a. Perbedaan ini hanya dalam tataran istilah, sedangkan isi

(7)

2

kepada umat atau pengajaran keagamaan. Sejalan dengan itu, Iskandarwassid

(1992:116-117), menjelaskan bahwa:

puisi nadoman merupakan karya sastra tradisi yang berbentuk puisi (hampir selamanya dalam bentuk syair) yang relatif pendek, berisi puji-pujian tehadap keagungan Tuhan, shalawat nabi, nasihat atau ajakan menjalankan ibadah (shalat, puasa,zakat). Biasanya dilantunkan bersama di mesjid untuk menunggu shalat berjamaah atau dilantunkan di masjelis ta’lim atau sebelum pengajian anak-anak di madrasah.

Puisi nadoman merupakan bagian dari sastra lisan yang mempunyai nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat, diantaranya nilai-nilai moral yang merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji. Nilai tersebut tentunya berkaitan dengan ketaatan kepada agama dan keteladanan dari karya sastra ini.

Dari sekian banyak karya sastra yang tersebar di tatar Sunda sebagian ada yang menggunakan syair sebagai media untuk menyampaikan pengajaran agama kepada masyarakatnya. Ini bisa kita lihat dari hasil penelitian Yus Rusyana tentang syair agama (puisi pupujian) yang ada di wilayah Jawa Barat dengan judul

“Bagbagan Puisi Pupujian Sunda”, pada tahun 1971.

KH.U. Abdurrahman (alm), adalah seorang ulama asal Bandung Selatan yang pernah membuat geger para ulama di wilayahnya dengan membuat pernyataan bahwa “Allah anegleng di luhur arsy” (Allah bersemayam di atas arsy). Beliau menjadikan media sastra (syair keagamaan/puisi pupujian) sebagai sarana untuk menyampaikan ajaran Islam ke dalam bentuk puisi lama yaitu syair agama (istilah sastra Indonesia) atau syair pupujian menurut istilah sastra Sunda).

(8)

pesanteren sebelumnya di daerah Pamoyanan Bandung. Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW ditulis dalam bahasa Sunda dan menggunakan ejaan lama. Nama nadoman tersebut adalah Nadoman Kaislaman termasuk di dalamnya

Nadoman Kaimanan, Nadoman Sajarah Nabi Muhammad SAW., dan Nadoman

Wiwitan Manusa. Tujuan dari pembuatan Nadoman Kaislaman itu adalah untuk

memudahkan para santrinya dan masyarakat sekitarnya dalam memahami ajaran Islam sekaligus menghafalkannya, apalagi materi yang disampaikannya itu panjang-panjang, dan bersifat hafalan seperti sejarah kehidupan Rasulullah SAW.

Puisi nadoman hasil karya KH.U. Abdurrahaman itu merupakan karya sastra yang sangat baik, sebab karya sastra puisi nadoman ini memiliki nilai-nilai sastra seperti yang digambarkan Darma (1981:6) bahwa karya sastra yang baik selalu memberi pesan kepada pembaca untuk berbuat baik. Pesan ini dinamakan

moral”. Sering juga dinamakan “amanat”. Maksudnya sama, yaitu sastra yang

baik selalu mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Dengan demikian sastra dianggap sebagai sarana pendidikan moral.

(9)

4

penampilan tokoh-tokoh cerita (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1988:320-321). Moral dalam karya sastra atau hikmah yang akan disampaikan oleh sastrawan selalu dalam pengertian yang baik karena pada awal mula semua karya sastra adalah baik (Mangunwijaya, 1982:16).

Sastra daerah yang beragam merupakan pendukung perkembangan kesusastraan Indonesia. Di samping itu, sastra daerah juga merupakan penggambaran pemikiran masyarakat yang beraneka ragam yang disampaikan melalui bahasanya masing-masing. Perbedaan dengan sastra Indonesia hanya terbatas pada media bahasanya saja dan hal itu akan semakin kecil manakala kita melihat kesamaannya yang merupakan keragaman budaya daerah.

Sastra berbahasa Indonesia mengandung fungsi sebagai lambang kenasionalan dan lambang persatuan. Sastra daerah berfungsi sebagai pelestari bahasa daerah, pengungkapan alam pikiran, ide, dan nilai-nilai budaya, serta akan menjadi ciri entitas daerah tempat sastra tersebut hidup dengan ciri utama bahasa.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra daerah tidaklah jauh berbeda dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sastra Indonesia bahkan dapat dikatakan sederajat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Rusyana (1978 : 6) sebagai berikut :

(10)

Puisi nadoman yang merupakan salah satu sastra daerah yang berbentuk puisi tradisional dan tersebar serta terpelihara dalam media lisan (sastra lisan) sampai saat ini. Dengan demikian, puisi nadoman mampu menjembatani kita kepada masa lampau dan bisa memberi penjelasan bahwa kita terlahir dari bangsa yang berbudaya.

Pengkajian dan penelitian terhadap puisi nadoman perlu dilakukan, hal ini menunjukan bahwa terdapat makna yang mendalam dari setiap bait puisi nadoman yang dapat dijadikan tuntunan dan keteladanan dalam kehidupan nyata. Penelitian ini juga merupakan upaya pelestarian dan penyelamatan karya sastra dari kepunahan, terutama karya sastra lama. Kehilangan karya sastra lama berarti kehilangan nilai sejarah dan nilai budaya daerah yang sangat berharga, baik pada masa sekarang maupun yang akan datang. Di dalam karya sastra lama terdapat perbendaharaan pikiran dan cita-cita yang dipandang sebagai warisan bangsa Indonesia.

Penelitian yang berkaitan dengan pengkajian terhadap nadoman pernah dilakukan yaitu tesis dengan judul “Kajian Struktur dan Nilai Pendidikan dalam Puisi Nadoman Masyarakat Cilegon Banten” (Permana: 2008). Penelitian tersebut memfokuskan penganalisisan terhadap struktur nadoman yang berupa puisi dan kajian nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yang berupa ajakan, larangan, petunjuk, nasihat, anjuran/pujian.

(11)

6

Pemanfaatan sebagai alternatif bahan ajar Sastra di SMA”. Pada penelitian ini ditemukan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pantun dan pemanfaatan nilai-nilai tersebut sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.

Perbedaan penelitian penulis dengan kedua peneltian di atas terletak pada objek penelitian dan masalah yang diteliti. Perbedaan objek yang diteliti akan memunculkan fenomena yang berbeda pada penelitian tentang moral ini. Objek yang berbeda akan membawa warna lain karena latar belakang objek tersebut berbeda. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah struktur nadoman yang berupa puisi dan nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW serta model pelestariannya.

Pengambilan nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW dijadikan sebagai objek penelitian karena nadoman tersebut sarat dengan nilai-nilai moral yang berhubungan dengan ketuhanan, kepribadian, dan kemasyarakatan. Puisi nadoman ini biasanya dilantunkan oleh anak-anak Madrasah Diniyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, atau Aliyah bahkan oleh Ibu-ibu atau Bapak-bapak sebelum memulai pengajian. Adapun tujuan melantunkan puisi nadoman ini adalah untuk mengenang sejarah Nabi Muhammad SAW dan sebagai bahan perenungan dan penghayatan terhadap perjalanan hidup dan perjuangan beliau semasa hidup sampai wafat.

(12)

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka penelitian ini membatasi pada struktur puisi, nilai-nilai moral yang terdapat dalam puisi sejarah Nabi Muhammad SAW, dan model pelestariannya. Fokus penganalisisan struktur puisi berupa hakikat puisi yang meliputi: tema, perasaan, nada, dan amanat. Nilai-nilai moral meliputi: moral ketuhanan, kepribadian, dan kemasyarakatan. Adapun model pelestariannya berupa bahan pembelajaran puisi dan dokumentasi buku.

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, lebih khusus lagi masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hakikat puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW ?

2. Nilai-nilai moral apa saja yang terkandung dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW ?

3. Bagaimanakah model pelestarian puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW di Madrasah Aliyah ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan hakikat puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW 2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman

(13)

8

3. Menyusun model pembelajaran puisi yang sudah mengandung nilai-nilai moral hasil peneltian dan dokumentasi berupa buku sebagai model pelestarian nadoman di Madrasah Aliyah.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mendukung beberapa teori tentang hakikat puisi, nilai-nilai moral dalam puisi terutama puisi lama berupa nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW dan dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi penulisan sastra modern serta bacaan yang relevan dan berkualitas bagi pendidikan anak, serta bahan apresiasi sastra.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat

dan dorongan kepada generasi muda untuk menghayati kandungan nilai-nilai moral sebagai acuan atau tuntunan dalam perilaku sehari-hari. Selain itu, nilai-nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW tersebut dapat dimanfaatkan oleh para guru sebagai bahan ajar dalam rencana pembelajaran puisi di Madrasah Aliyah YPI Cikoneng Ciparay, Kabupaten Bandung.

1.6Definisi Operasional

Untuk memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini diuraikan definisi operasional tentang istilah-istilah tersebut, supaya tidak menimbulkan kesalahfahaman atau ambigu bagi pembacanya.

1. Struktur adalah susunan yang terkandung dalam nadoman yang saling terkait

(14)

dituliskan oleh Iskandarwasid (1992:149) bahwa struktur dalam karya sastra merupakan susunan komponen-komponen (unsur-unsur) karangan sampai berwujud karya sastra yang utuh dan bermakna. Dengan kata lain, karya sastra dibentuk atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra karya itu sendiri, sedang unsur ektinsik merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri. Dalam hal ini peneliti mengartikan bahwa unsur pembentuk karya sastra adalah unsur-unsur baik berasal dari dalam maupun berasal dari luar karya sastra itu sendiri.

2. Nilai adalah konsep ideal tentang sesuatu yang dipandang dan diakui berharga,

serta mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat yang mempunyai nilai tesebut. Adapun pengertian moral adalah pandangan atau konsep pada pribadi manusia, baik buruknya perbuatan, tindakan, sikap, kewajiban, budi pekerti manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, yang dimaksud dengan nilai moral adalah konsepsi atau wawasan yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat mengenai perbuatan-perbuatan yang baik dan benar dengan didasarkan hati nurani tanpa paksaan disertai tanggung jawab.

3. Moral adalah pandangan atau konsep pada pribadi manusia, baik buruknya

perbuatan, tindakan, sikap, kewibawaan, budi pekerti manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Nilai Moral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai baik atau buruk

(15)

10

manusia dalam masyarakat mengenai perbuatan-perbuatan yang didasarkan hati nurani tanpa paksaan disertai tanggung jawab.

5. Puisi ialah karangan kesusastraan yang berbentuk sajak (syair, pantun, dsb.).

jadi puisi adalah segala sesuatu yang merupakan hasil karangan dan ada kaitannya dengan masalah kesusastraan yang berbentuk sajak seperti syair, pantun dan sebagainya.

6. Nadoman adalah puisi tradisional yang berupa puji-pujian sebagaimana

dikemukakan oleh Iskandarwasid (1992:116) bahwa puisi nadoman yaitu puisi tradisional yang berupa puji-pujian tentang keagungan Tuhan, sholawat nabi, nasihat atau ajakan melaksanakan ibadah. Karangannya rata-rata dalam bentuk syair yang ukurannya relatif pendek. Puisi nadoman biasanya dilantunkan secara bersama-sama di mesjid oleh jamaah sholat atau pengajian di madrasah.

7. “Sajarah Nabi Muhammad SAW”, ini merupakan karya sastra Islam yang

menggunakan bahasa Sunda sebagai sarana pengungkapannya, berisikan seluk beluk kehidupan Rasulullah SAW sejak lahir hingga wafatnya, yang mengungkap perjalanan kehidupan dan perjuangannya. Nadoman Sejarah Nabi Muhammad saw ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta Sejarah-sejarah para Nabi dan Rasul, nadoman ini merupakan hafalan bagi anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang disusun oleh K.H.U. Abdurrahman.

8. Model Pelestarian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya yang

(16)

masyarakat sehingga tidak punah dengan menjadikan nilai-nilai moral dalam puisi tersebut sebagai bahan pembelajaran puisi di Madrasah Aliyah YPI Cikoneng yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dibawah Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang berada di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.

1.7 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian yang digunakan sebagai pedoman penelitian adalah sebagai berikut:

1. Nadoman Sajarah Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu unsur budaya Sunda yang ikut memperkaya khazanah budaya nasional.

2. Seni tradisi lisan mengandung unsur-unsur pembangun dari dalam yang saling terkait sebagai satu-kesatuan sehingga memiliki makna.

3. Seni tradisi lisan mengandung nilai-nilai pendidikan, sejarah, budaya, dan sosial masyarakat pendukungnya.

4. Usaha analisis terhadap nilai-nilai moral dalam puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW akan membantu memahami makna yang terkandung dalam puisi nadoman tersebut.

(17)

82 BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metode dan Teknik Penelitian dalam bab III akan membahas mengenai: metode penelitian, data penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian. Hal-hal tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut:

3.1 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitaian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat ilmu atau teori yang mendukungnya. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan (Koentjaraningrat, 1981:7-8).

Penelitian tentang struktur dan nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Artinya data terurai dalam bentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka. Seperti dijelaskan oleh Semi (1990:23) bahwa dalam penelitian yang bersifat deskriptif, penulis berupaya mengemukakan pandangan, membuat kesimpulan dan memberikan rumusan-rumusan yang diarahkan kepada pemerkayaan hasil kajian lewat kata-kata. Jadi yang diutamakan adalah kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

(18)

deskriptif, data tersebut diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, diinterpretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil simpulan itu dideskripsikan. Pendeskripsian data-data dilakukan dengan menunjukkan fakta yang berhubungan dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman sebagai objek penelitian.

Metode deskriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan memaparkan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2007:64) mengemukakan bahwa metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Dengan kata lain, metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan menguraikan hal-hal yang menjadi pusat perhatian dan mendukung objek penelitian tersebut. Metode deskriptif ini disertai dengan kegiatan analisis agar diperoleh pembahasan yang mendalam tentang struktur dan nilai moral puisi nadoman yang termuat pada “Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW.

3.2 Data Penelitian

Data adalah keterangan atau informasi segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Menurut Arikunto (1990:96), data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta ataupun angka. Sedangkan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.

(19)

84

Cikoneng, kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung yang berupa teks dan konteks. Puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW merupakan hasil karya K.H. U. Abdurrahman sebagai pengasuh pusat YPI Cikoneng terdiri atas 12 bagian, 180 bait, 720 larik, tiap bait terdiri atas 4 baris. Puisi nadoman tersebut masih menggunakan bahasa Sunda. Untuk memudahkan penganalisisan penulis menerjemahkan puisi nadoman tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Data nadoman secara lengkap sebagai berikut:

Bagian kesatu terdiri atas 9 bait, tiap bait terdiri atas 4 baris menceritakan tentang seruan untuk mengetahui sejarah nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan teladan yang harus diikuti oleh umatnya, di ceritakan di dalamnya sekitar kelahiran nabi, masa kecil nabi, sampai usia nabi 25 tahun dan menikah dengan Khodijah. Bagian kedua terdiri atas 10 bait, menceritakan tentang keberadaan Nabi Muhammad SAW pada masa kanak-kanak sampai dewasa yang kehidupannya mulai dari pengembala kambing hingga berdagang, di dalam diri Muhammad ada ciri-ciri kenabian dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang mulia. Bagian ketiga terdiri atas 9 bait, menceritakan tentang keberadaan Nabi Muhammad ketika usia empat puluh tahun beliau berkhalawat di gua Hira dan kemudian Muhammad mendapat tugas untuk menyebarkan agama Islam. Bagian

keempat terdiri atas 7 bait, menceritakan tentang tugas pertama beliau dari

kenabian yaitu mengajak umatnya untuk menyembah kepada Allah SWT secara sembunyi-sembunyi dan meninggalkan pemusyrikan.

(20)

dalam menghalangi Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah. Bagian keenam

terdiri atas 18 bait, menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW di tawan dan seruan Nabi kepada umatnya untuk pergi ke Habsyah dan tidak mengadakan perlawanan. Bagian ketujuh terdiri atas 8 bait, menceritakan tentang keteguhan Nabi Muhammad SAWdalam menyebarkan agama sekalipun .mendapatkan cercaan dan penghinaan.

(21)

86

Penentuan data penelitian didasarkan pada teori Fraenkel & Wallen yang menyebutkan bahwa data penelitian ditentukan dari 30% populasi. Dengan demikian data penelitian ini dihitung sebagai berikut:

Data penelitian = Jumlah bait x 30% = 180 bait x 30% = 60 bait

[image:21.595.116.506.230.656.2]

Dari 60 bait tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2

Data Teks Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

No Bagian Jumlah Bait

1 I 9 bait

2 II 10 bait

3 III 9 bait

4 IV 7 bait

5 V 27 bait

6 VI 18 bait

7 VII 8 bait

8 VIII 9 bait

9 IX 7 bait

10 X 17 bait

11 XI 12 bait

12 XII 47 bait

(22)
[image:22.595.112.506.158.542.2]

Tabel 3

Data Penelitian Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

No Bagian Jumlah Bait

yang diteliti Keterangan

1 I 2 7, 8

2 II 5 4, 5, 8, 9, 10

3 III 4 3, 4, 5, 6,

4 IV 4 1, 3, 4, 7,

5 V 11 1, 6, 8, 10, 11, 21, 22, 23, 24, 26, 27

6 VI 7 3, 4, 6, 7, 8, 17, 18

7 VII 3 3, 4, 8,

8 VIII 3 7, 8, 9

9 IX 4 1, 2, 3, 4

10 X 5 3, 5, 8, 12, 17

11 XI 4 8. 9, 11, 12,

12 XII 9 2, 3, 20, 21, 22, 39, 41, 45, 47 60

3.3 Sumber Data Penelitian

Yang menjadi sumber data penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah Bandung Selatan yang masih memelihara tradisi melantunkan puisi nadoman. Informan penelitian minimal memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Informan : pemuka agama, santri, pengurus pesantren, pengurus mesjid, tokoh nasional dan, dan seniman;

(23)

88

c. Informan sekitar wilayah Bandung Selatan yang mengetahui puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW;

d. Warga masyarakat Cikoneng kecamatan Ciparay.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data berupa puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW yang terdiri atas 12 bagian, 180 bait, 720 larik.

Selain itu, data tambahan diperoleh melalui teknik wawancara. Wawancara berlangsung di Madrasah Aliyah YPI Cikoneng dengan para pengasuh dan masyarakat sekitar. Wawancara diadakan untuk mengumpulkan data tambahan mengenai sejarah singkat puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW dan model pelestarian nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman tersebut. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Peneliti membaca secara cermat dan teliti seluruh naskah puisi nadoman

sejarah Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai sumber data.

2. Peneliti membaca secara berulang-ulang keseluruhan sumber data yaitu puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW untuk menemukan dan mencatat hal-hal penting yang sesuai dengan masalah penelitian.

(24)

4. Peneliti memberi tanda atau kode pada sumber data yang mengandung nilai moral ketuhanan, nilai moral pribadi, dan nilai moral sosial. Kemudian peneliti mendeskriptifkan data yang telah ditemukan untuk dianalisi lebih lanjut.

5. Melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang mempunyai keterkaitan dengan pelestarian nilai moral yang sedang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data yang utama. Oleh karena itu pada waktu pengumpulan data di lapangan, peneliti berperan aktif secara langsung dalam kegiatan kemasyarakatan.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan menggunakan metode deskriptif, menurut Surakhmad (1994:139), tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi terhadap data tersebut. Oleh sebab itu, analisis dilakukan terhadap struktur dan nilai moral terdapat dalam puisi nadoman dan data wawancara lalu diinterpretasikan. Sebelum dianalisis, data yang berupa puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad dalam bahasa sunda terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam langkah-langkah sebagai berikut, yaitu :

1. menentukan karakteristik puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW; 2. mendeskripsikan struktur puisi nadoman dan nilai moral;

(25)

90

4. menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan; 5. menyusun model pelestarian nilai moral;

6. menarik kesimpulan.

Analisis data dilakukan dengan cara simultan bersamaan dengan pengumpulan data. Setelah terkumpul kemudian ditranskripsikan ke dalam bahasa Sunda dan kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian diperbandingkan dan dianalisis berdasarkan strukturnya dan nilai moral yang terkandung di dalamnya.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau mendapatkan data (Sudaryanto, 1988:9). Instrumen penelitian diperlukan untuk mendukung langkah-langkah operasional penelitian, terutama yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data.

(26)
[image:26.595.118.518.243.670.2]

Selain itu, peneliti juga menggunakan instrumen yang berupa instrumen analisis data nilai-nilai moral untuk menentukan dan mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW. penggunaan klasifikasi data tersebut untuk memudahkan pengklasifikasian data berdasarkan variabel yang sudah ditentukan. adapun tabel panduan klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Nilai Moral Ketuhanan

No Kode Indikator Sumber Kutipan data

1. 2. 3. 4.

Nmkth. Tqw Nmkth. Twk Nmkth. Tbt Nmkth. Rja’

Taqwa Tawakkal Taubat Roja’

Tabel 5

Nilai Moral Kepribadian

No Kode Indikator Sumber Kutipan data

1. 2 3. 4.

Nmkpr. Sbr Nmkpr. Opt Nmkpr. Ils Nmkpr. Jjr

(27)
[image:27.595.119.515.146.622.2]

92

Tabel 6

Nilai Moral Kemasyarakatan

No Kode Indikator Sumber Kutipan data

1. 2. 3. 4.

Nmkms. Rkn Nmkms. Tgg.rs Nmkms. Adl Nmkms. Drm

Rukun

Tenggang rasa Adil

Dermawan

Keterangan :

Nmkth. Tqw : Nilai Moral Ketuhanan Taqwa Nmkth. Twk : Nilai Moral Ketuhanan Tawakkal Nmkth. Tbt : Nilai Moral Ketuhanan Taubat Nmkth. Rja’ : Nilai Moral Ketuhanan Roja’ Nmkpr. Sbr : Nilai Moral Kepribadian Sabar Nmkpr. Ilm : Nilai Moral Kepribadian Berilmu Nmkpr. Brs ht : Nilai Moral Kepribadian Bersih Hati Nmkpr. Jjr : Nilai Moral Kepribadian Jujur Nmkms. Rkn : Nilai Moral Kemasyarakatan Rukun

Nmkms.Tgg rs : Nilai Moral Kemasyarakatan Tenggang Rasa Nmkms. Adl : Nilai Moral Kemasyarakatan Adil

(28)

142 BAB V

MODEL PELESTARIAN PUISI NADOMAN SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW

5.1 Model

Model menurut Dilworth (1992:74) adalah sebagai berikut “A model is an abstract representation of some real world process, system, subsystem. Model are

used in all aspect of life. Model are useful in depicting alternatives and in

analysing their performance”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan

bahwa model merupakan representasi abstrak dari proses, sistem, atau subsistem yang konkret. Model digunakan dalam seluruh aspek kehidupan. Model bermanfaat dalam mendeskripsikan pilihan-pilihan dan dalam menganalisis tampilan-tampilan tersebut.

Sedangkan menurut Dewey (1916) suatu model pengajaran merupakan suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. Model-model ini memiliki banyak kegunaan yang menjangkau segala bidang pendidikan, mulai dari materi, perencanaan dan kurikulum hingga materi perangcangan instruksional (Bruce, terj. 30)

Kegunaan model-model dalam pembelajaran adalah merespon informasi

(information-processing models) menekankan cara-cara dalam meningkatkan

(29)

143

5.2 Pelestarian

Pelestarian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya yang disusun atau dirancang untuk melestarikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW agar tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Disamping itu, juga untuk mempertahankan tradisi di masyarakat sehingga tidak punah dengan menjadikan nilai-nilai moral dalam puisi tersebut sebagai bahan pembelajaran puisi di Madrasah Aliyah YPI Cikoneng yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dibawah Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang berada di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung.

5.3 Model Pelestarian 1 : Pembelajaran Puisi Nadoman di Sekolah (MA)

5.3.1 Dasar Pemikiran

(30)

khususnya bagi siswa Madrasah Aliyah YPI Cikoneng Ciparay Kabupaten Bandung.

Jika kita melihat kondisi di lapangan, jelas sekali bahwa mereka yang merasa memiliki atau bertanggung jawab terhadap kekayaan nilai budaya dan nilai moral yang terkandung di dalam puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW, selalu berusaha untuk melestarikan warisan budaya dari kepunahan. Terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan perlunya tradisi melantunkan Nadoman dilestarikan. Pertama, mengingatkan makin hari para penutur Nadoman berkurang diakibatkan adanya yang sudah terlalu tua, ada yang sudah meninggal, dan sebagainya. Kedua, kurang adanya motivasi atau dorongan generasi muda untuk berusaha dan menguasai nadoman tersebut agar suatu saat dapat mewarisi dan melestarikan budaya melantunkan nadoman tersebut tetap dilestarikan.

Ketiga, perubahan kurikulum pendidikan membawa harapan baru bagi

(31)

145

Dengan demikian, hal-hal di atas menurut hemat penulis merupakan dasar pemikiran yang menjadi pertimbangan dilestarikannya tradisi melantunkan nadoman yang didalamnya terkandung nilai-nilai moral di wilayah Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung melalui pembelajaran puisi nadoman di Madrasah Aliyah YPI Cikoneng.

5.3.2 Latar Belakang Filosofis

Tradisi melantunkan puisi nadoman bagi masyarakat Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung memiliki arti yang sangat penting, karena di dalam nadoman tersebut mengandung banyak nilai-nilai yang menurut mereka jauh lebih berarti. Meskipun para leluhur yang mewariskan tradisi melantunkan nadoman setiap mengawali pengajian atau saat menunggu kumpulnya orang yang mau melaksanakan shalat berjamaah. Namun masyarakat setempat selalu berusaha untuk tetap melestarikan tradisi melantunkan nadoman tersebut, sehingga masyarakat tetap mengingat warisan para leluhur, dan juga nasihat-nasihat maupun nilai-nilai moral yang terkandung dalam nadoman.

5.3.3 Landasan Estetika

(32)

dan memaknai nadoman lebih mendalam dan jelas lagi, khususnya para generasi muda atau siswa-siswi Madrasah Aliyah.

5.3.4 Dampak yang Diharapkan

Dampak yang diharapkan dari model pelestarian tradisi melantunkan nadoman sejarah nabi Muhammad SAW melalui pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut:

1. siswa dapat mengenal dan memahami tradisi melantunkan nadoman sejarah nabi Muuhammad SAW yang mengandung nilai-nilai moral pada setiap memulai pengajian yang perlu dilestarikan;

2. siswa dapat lebih bijak dalam melakukan penafsiran terhadap tradisi nadoman yang memiliki nilai moral ketuhanan, kepribadian, sosial, dan kemasyarakatan;

3. tradisi melantunkan nadoman pada setiap mengawali suatu pengajian diupayakan lebih lama bertahan keberadaannya sebagai media untuk memberi cerminan dalam perilaku masyarakat masa mendatang;

4. masyarakat Kabupaten Bandung mempunyai harapan yang baik terhadap pelestarian melantunkan nadoman ini, sebab melalui pembelajaran tersebut tradisi masyarakatnya lebih dikenal lagi oleh siswa;

5. model yang disusun akan memberikan kontribusi pada pelestarian tradisi lainnya yang masih hidup dan berkembang di masyarakat pedesaan;

(33)

147

5.3.5 Pemanfaatan Hasil Analisis Puisi Nadoman sebagai Bahan Ajar Puisi Lama di Sekolah

Hasil analisis nilai-nilai moral yang terkandung dalam nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW perlu ditindaklanjuti dengan memanfaatkan nadoman yang telah dianalisis tersebut sebagai bahan pembelajaran. Pemanfaatan bahan pelajaran ditujukan sebagai bahan pelajaran apresiasi sastra mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas X dan XII. Hal ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencantumkan materi pembelajaran puisi sebagai bahan pembelajaran untuk siswa kelas X dan XII.

Untuk menumbuhkan dan mengembangkan pelajaran sastra yang lebih apresiatif dan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra yang menggunakan bahan ajar yang tepat dan mudah didapat. Dipandang dari hasil analisis, puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW dapat dimanfaatkan dan dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra khususnya puisi di Madrasah Aliyah. Ada beberapa alasan mengapa puis ini ditawarkan dan patut dipertimbangkan sebagai bahan ajar yang dipilih dalam pengajaran apresiasi sastra di Madrasah Aliyah. Alasan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, perkembangan sastra, khususnya puisi yang ada di masyarakat

(34)

Kedua, agar salah satu tradisi daerah tetap dilestarikan, sekiranya pembelajaran puisi di sekolah harus ditingkatkan dan diproritaskan agar para siswa lebih mengetahui dan memahami puisi nadoman daerah yang ada, yang ternyata mengandung banyak nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat.

Ketiga, materi atau bahan yang berupa puisi ini mudah di dapat karena siswa dapat menemukan puisi-puisi daerah ini di instansi tertentu yang bertugas melestarikan dokumen berupa puisi.

Agar guru dapat memilih bahan ajar yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan tingkat penguasaan bahan oleh siswa, maka aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya daerah perlu dipertimbangkan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Aspek Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia yang tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang jelas pada setiap individu. Rahmanto (1988:27) , mengatakan bahwa dalam memilih bahan yang sesuai dengan segi kebahasaan, guru hendaknya mempertimbangkan pemilihan bahan berdasarkan wawasan yang ilmiah, misalnya mempertimbangkan kosakata yang baru, dan segi ketatabahasaan.

(35)

149

khususnya di Kabupaten Bandung mengandung berbagai diksi atau pilihan kata yang tidak terlalu jauh dengan penguasaan kosakata para siswa.

2. Aspek Psikologis

Menetapkan dan memilih bahan ajar untuk siswa harus benar-benar memperhatikan aspek psikologis siswa. Tahap-tahap perkembangan psikologis ini perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap minat, daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi.

Puisi nadoman milik masyarakat Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung memenuhi syarat sebagai bahan pengajaran sastra di Madrasah Aliyah. Artinya, di dalam puisi nadoman ini berbagai permasalahan cukup banyak antara lain masalah ketuhanan, kepribadian, dan kemasyarakatan. Selain itu, topik dan masalah yang aktual yang diangkat dari masalah kehidupan sekitar lingkungan siswa, menarik minat dan perhatian mereka dalam proses menemukan konsep dan fenomena yang ada di sekitar kehidupan mereka. Secara psikologis bahan ajar puisi ini akan menarik minat siswa akan dihadapkan pada upaya pemecahan masalah, bukan sekedar mendengarkan, membaca, dan menyimak puisi.

3. Aspek Latar Belakang Budaya

(36)

Dalam memilih bahan ajar, guru sastra hendaknya mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa sehingga dapat menyajikan suatu karya yang tidak terlalu manuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan daya nalar setiap siswa. Dengan memperkenalkan budaya di sekitar lingkungannya, diharapkan siswa menghargai budaya sendiri dan tidak mengangungkan budaya luar sebagai budaya yang serba baik. Dari aspek latar belakang budaya, puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW di wilayah Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung memaparkan hal-hal yang menjadi realita kehidupan yang berkaitan dengan budaya, serta mengandung banyak pesan pendidikan, nilai-nilai budaya dan sosial, budi pekerti, agama yang dekat dengan latar belakang siswa. Puisi nadoman tersebut mengandung nilai-nilai ajaran moral yang sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa. Hal ini dapat mendekatkan siswa dengan karya sastra sekaligus melatih siswa lebih memiliki kepakaan terhadap persoalan yang tengah terjadi di dalam lingkungan sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan uraian di atas, puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW memiliki latar belakang budaya yang dekat dan sangat akrab dengan lingkungan sosial budaya siswa. Oleh karena itu, puisi nadoman sejarah ini cocok dan memenuhi kriteria sebagai bahan pengajaran sastra di Madrasah Aliyah.

(37)

151

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Salah satu kriteria pemilihan bahan ajar adalah harus mengacu atau merujuk pada Standar Kompetensi.

4. Orientasi Model

Model pembelajaran ini dirancang untuk pembelajaran puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW. model ini berorientasi pada pembelajaran kontekstual atau CTL (contextual teaching and learning) yang dipengaruhi filsafat konstruktivisme yang digagas oleh Mark Baldwin. Selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Dasar teori belajarnya termasuk ke dalam rumpun belajar

Information-Processing Models dan teori belajar Vigotsky yang termasuk ke

dalam Social Interaction Models yang menekankan keaktifan seseorang dalam belajar.

Pembelajran kontekstual merupakan strategi yang diarahkan kepada upaya membantu dan menginspirasi peserta didik melalui proses pengaitan suatu standar kompetensi dengan situasi dunia nyata. Proses yang dapat dikembangkan adalah melalui dorongan ke arah berkembangnya pengalaman baru dengan cara memadukan antara pengetahuan dengan penerapan di dalam kehidupan peserta didik. Proses demikian akan mengakrabkan peserta didkik dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja. Harapannya adalah peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

(38)

5. Sintaksis

Model ini terbentuk dari tujuh strategi pembelajaran dalam pelaksanaannya. Berikut ini langkah-langkah pembelajarannya:

1) Siswa dikelompokkan dalam bentuk kecil, pembagian kelompoknya berdasarkan pertimbangan tertentu.

2) Setiap kelompok harus memperhatikan teks bacaan puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW. siswa menemukan sesuatu hal yang berhubungan dengan isi teks bacaan tersebut misalnya struktur puisi, rima, perasaan, nada dan amanat serta nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Untuk dijadikan sebagai bahan diskusi.

3) Siswa melaporkan hasil diskusi kelompoknya tentang struktur puisi dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

4) Siswa melakukan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru untuk melaporkan hasil temuannya. Dalam kegiatan tersebut, siswa memberi dan menerima masukan untuk penyempurnaan laoprannya.

5) Siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran tersebut

6) Siswa melaporkan hasil kerja kelompok untuk dinilai oleh guru. Penilaian guru selain berdasarkan hasil kerja yang dilakukan juga memberi penilaian kepada siswa yang aktif dalam penelitian atau diskusi di kelas.

6. Sistem Sosial

(39)

153

pengalamnnya di masyarakat. Komunikasi dengan orang lain adalah hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu menumbuhkan kemampuan mengontruksi sesuatu hal secara bekerja sama. Pembelajaran mengintegrasikan kehidupan sosial di kelas dan di lingkungan masyarakat.

7. Prinsip-prinsip Reaksi

Prinsip-prinsip ini diperlukan pada tahap awal pembelajaran ketika guru akan mengenalkan secara nyata bentuk puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah kearifan lokal masyarakatnya. Selain itu prinsip reaksi ini dilakukan ketika bersama-sama menyimpulkan keberadaan puisi nadoman tersebut.

8. Sistem Penunjang

Sistem penunjang yang diperlukan yaitu bahan pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi siswa atau komunikasi masyarakat lokal berkenaan dengan pelestarian budaya masyarakat Sunda.

9. Penerapan

(40)

10. Dampak yang Diharapkan

Dampak yang diharapkan dari model pelestarian puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW melalui pembelajaran apresiasi puisi di Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut.

1) Siswa mengenal dan memahami puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW yang mengandung nilai-nilai moral di dalamnya yang perlu dilestarikan.

2) Siswa dapat lebih bijak dalam melakukan penafsiran-penafsiran terhadap karya sastra lama yang memiliki nilai moral ketuhanan, kepribadian dan kemasyarakatan.

3) Puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW diupayakan lebih lama bertahan keberadaannya sebagai hasil karya sastra lama atau buhun yang akan memberikan cerminan dalam perilaku masyarakat masa mendatang.

4) Masyarakat Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung mempunyai harapan yang baik terhadap pelestarian puisi nadomannya, sebab melalui pembelajaran tersebut puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW lebih dikenal lagi oleh siswa.

5) Model yang disusun akan memberikan kontribusi pada pelestarian puisi nadoman lainnya yang masih hidup dan berkembang di masyarakat Sunda. 6) Para guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda dapat memanfaatkan model

(41)
[image:41.595.107.521.136.612.2]

155

Tabel 7

SILABUS

Nama Madrasah : MA YPI Cikoneng Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XII

Semester : 1 (satu) Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator

Materi Pembelajaran Berbicara 6. Menghubung-kan pendapat tentang pembacaan puisi

6.1 Menanggapi pembacaan puisi lama dengan memperhatik an tema, rima, citraan dan nilai moral dengan ekspresi yang tepat. Mendeklamasikan/ membacakan puisi lama (syair) di depan teman-teman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai Menanggapi pembacaan puisi lama (syair) tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat Menerapkan isi puisi lama dalam kehidupan sehari-hari. Puisi lama (syair) Penanggapan pembacaan puisi dari segi lafal, intonasi, dan ekspresi Dengan memperhatika n tema, perasaan, nada, dan amanat serta nila-nilai moral yang terkandung di dalamnya.

(42)

Pemilihan materi yang tepat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan merupakan hal penting yang harus diperhatikan guru. Selain itu, guru harus benar-benar mempersiapkan semua komponen pembelajarannya dengan sebaik. Persiapan yang baik akan menghasilkan keberhasilan. Persiapan dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan dan keberlangsungan proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Pada tahap ini akan disajikan rencana pelaksanaan pembelajaran puisi di Madrasah Aliyah yang mencakup:

1. Identitas dan deskripsi tentang isi dari rencana pembelajaran tersebut yang terdiri atas: nama rencana pelaksanaan pembelajaran, satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu;

2. Standar kompetensi merupakan komponen yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa; kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam dalam suatu mata pelajaran;

3. Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran;

(43)

157

5. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk kemampuan dan tingkah laku yang akan dihasilkan dalam proses pembelajaran;

6. Materi ajar merupakan bahan pembelajaran yang harus dikuasai siswa;

7. Metode pengajaran merupakan cara kerja yang bersistem dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan;

8. Langkah pembelajaran merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran;

9. Alat/sumber/bahan merupakan sumber bahan pembelajran dan media yang berfungsi sebagai alat bantu yang dapat memberikan gambaran materi pembelajaran yangn akan dibahas dan dapat membantu siswa dalam memahami materi;

10. Penilaian merupakan sarana evaluasi siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dirinci berdasarkan bahan ajar yang telah dijabarkan dalam bentuk silabus. Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran materi puisi lama, yaitu puisi nadoman sejarah nabi Muhammad SAW. yaitu puisi nadoman sebanyak 6 jam pelajaran yang kemudian dibagi menjadi tiga rencana pelaksanaan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1

(44)

Kelas/Semester : XII/1

Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x45 menit)

1. Standar Kompetensi

1.1 Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan membaca puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW.

2. Kompetensi Dasar

2.1 Membaca puisi lama dengan memperhatikan tema, perasaan, nada, dan amanat.

3. Indikator

3.1 Menemukan tema, perasaan, nada, dan amanat dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

3.2 Mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terdapat dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

4. Tujuan Pembelajaran

Setelah pelaksanaan pembelajaran siswa dapat:

4.1 Menemukan tema, perasaan, nada, dan amanat dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

4.2 Mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terdapat dalam puisi nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW.

5. Materi Ajar

Teks Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW (Bagian I)

Urang kabeh kamistian, nyaho sajarah junjunan, sangkan urang kadumukan, dina enggoning manutan.

kita semua diharuskan,

mengetahui sejarah Rasulullah, agar kita dapat memastikan, kepada siapa kita mengikuti.

Nya ieu rek diterangkeun, sajarah nu diringkeskeun, mayunkeun pikeun talareun, nu panjangna teraskeuneun.

yang akan diterangkan, dalam Sejarah yang diringkas, agar mudah diingat,

dan untuk diceritakan kembali.

Junjunan urang wastana, Muhammad nu kamasyhurna, Syajjid Abdullah ramana,

junjunan kita namanya,

(45)

159

Siti Aminah ibuna. Siti Aminah adalah ibunya.

Di nagri Mekkah medalna, senen meneran poena, Rabiul awal bulana, kaduabelas tanggalna.

negeri Mekkah tempat lahirnya, dilahirkan pada hari senin, pada bulan Rabi’ul awal, pada tanggal dua belas.

Di kantunkeun ku ramana, nuju di bobotkeun nana, yuswa kagenep tahunna, nya dikantun ku ibuna.

ditinggal wafat ayahnya, ketika masih dalam kandungan, pada usia enam tahun,

ditinggal wafat ibunya.

Sabada nilar ibuna, ku eyangna dirawatna, sabada nilar eyangna, ku Abu Thalib pamanna.

Setelah wafat ibunya,

Sang kakek yang merawatnya, setelah wafat kakeknya,

paman Abu Thalib yang merawatnya.

Nalika murangkalihna, ngangon domba didamelna, domba anu tatanggana, malah sok nampi buruhna.

ketika masa kecilnya,

pekerjaannya mengembalakan kambing, kambing kepunyaan tetangganya,

serta menerima upahnya dari pekerjaannya.

Sabadana dewasana, nya icalgaleuh kasabna, kanggo nyumponan huripna, hurip anu saderhana.

setelah ia dewasa,

maka berdagang pekerjaannya, untuk memenuhi hidupnya, hidup yang sederhana.

Dina salawe tahunna, tina yuswana mantena, kawitan istriannana, nya ka Khodijah wastana.

pada usia yang kedua puluh lima, dari umur beliau,

beliau mempunyai istri, yang bernama Khodijah.

6. Metode Pengajaran

Pendekatan yang digunakan: CTL (Contextual Teaching and learning) Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Latihan

7. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I

A. Kegiatan Awal

(46)

3. Guru melakukan apersepsi terhadap pelajaran yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

4. Guru menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran. B.Kegiatan Inti

1. Guru membagikan lembaran puisi nadoman kepada semua siswa

2. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan puisi nadoman tersebut tanpa memberikan komentar apa-ap. Kemudian guru berganti membacakan puisi nadoman di depan kelas, siswa diminta mengikuti dengan seksama.

3. Selesai pembacaan nadoman, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat (komentar) atau sumbang saran tentang puisi nadoman sejarah Nabi Muhammad SAW yang dibacakan.

4. Guru menjelaskan konsep puisi nadoman 5. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

6. Tiap kelompok mendiskusikan dan menemukan tema, perasaan, nada, amanat, dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam nadoman yang diterima. 7. Masing-masing kelompok diminta untuk melaporkan kesimpulan dari hasil

diskusi tersebut.

8. Masing-msing siswa juga diminta untuk membuat laporan tertulis hasil diskusi tersebut.

C.Kegiatan Penutup

(47)

161

2. Siswa diminta untuk menanggapi proses pembelajaran yang telah dilakukan 3. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya 4. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan syarat-syarat puisi nadoman

dan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi nadoman 5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

8. Alat/Sumber/Bahan

1. Buku Nadoman kaislaman 2. Lembaran puisi nadoman 9. Penilaian

1. Jenis Tagihan : unjuk kerja (Produk) 2. Bentuk Instrumen : Uraian

Data kemajuan belajar diperoleh dari:

1. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 2. Partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok 3. Kumpulan puisi yang telah dikerjakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2

Satuan Pendidikan : MA YPI Cikoneng Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII/1

Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x45 menit)

1. Standar Kompetensi

(48)

2. Kompetensi Dasar

2.1Membaca puisi lama dengan memperhatikan tema, perasaan, nada, dan amanat.

3. Indikator

3.1Membaca puisi dengan memperhatikan tema, perasaan, nada, dan manat 3.2Membedakan bentuk puisi nadoman dengan syair

4. Tujuan Pembelajaran

Setelah pelaksanaan pembelajaran siswa dapat:

4.1Membaca puisi dengan memperhatikan tema, perasaan, nada, dan manat 4.2Menjelaskan perbedaan puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW

dan syair 5. Materi Ajar

Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW (Bagian II)

Ti kawit murangkalihna, nyata luar biasana,

achlaqna jeung pangartosna, jadi catur sadayana.

semenjak masa kanak-kanak, sungguh luar biasa,

akhlaq budi pekertinya,

menjadi buah bibir semua orang.

Malah keur yuswa mantena, nincak salapan taunna, nya dicandak ku pamanna, ka Syam rek dagang maksadna.

ketika usianya,

menginjak sembilan tahun, dibawa oleh pamannya,

ke negeri Syam untuk berdagangnya.

Nya dihiji pangrereban, ka pamanna ngawartosan, pandita kanasranian, tah cirina kanabian.

ketika di suatu tempat,

ada yang memberitahukan kepada pamannya, seorang Pendeta nasrani,

tentang ciri kenabian Muhammad.

Mantena pangumaha’an, dina aya kasulitan,

jeung mantena paneundeunan, surgi titipan-titipan.

Muhammad jadi tumpuan, pada saat kesulitan,

dan Muhammad dipercaya, atas semua amanah.

Malah kungsi dipuntangan, ngaislahkeun pertentangan, pada nu boga pimpinan, ampir timbul pertentangan.

sempat menjadi penenngah, dalam mengislahkan pertentangan, antara para pimpinan,

yang hampir mendatangkan pertentangan.

(49)

163

asup kana pendidikan, kana baca’an-baca’an, taya pangalaman pisan.

menimba ilmu pendidikan, akan ilmu baca-membaca,

tidak berpengetahuan sama sekali.

Dina pergaulanana, jeung tahapan barodona, ti kawit ngangon dombana, sampe perdagangannana.

dalam kehidupannya,

melalui tahapan demi tahapan, dimulai dari penggembala, sampai perdagangan.

Ngan nyandak watek ku anjeun,

teu kersa kabawakeun, dina hal pikuciwaeun, nu Gusti henteu ridoeun.

memiliki prinsip yang kuat, tiada terpengaruhi,

dalam hal yang mengecewakan, yang Allah tidak meridhainya.

Kana tekad kamusyrikan, watekna geus benci pisan, ngan bari tara gangguan, samemeh aya seruan.

dalam hal kemusyrikan, ia sangat membencinya,

tetapi tidak pernah melarangnnya, sebelum ada seruan dari Allah.

Ka pakir miskin nya’ahan, karesepna ngabela’an, ka nu nuju kasusahan, watekna palay nulungan.

mengasihi pakir miskini, Selalu membela,

orang yang mengalami kesulitan, sifatnya selalu ingin menolong.

6. Metode Pengajaran

Pendekatan yang digunakan: CTL (Contextual Teaching and learning) Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Latihan

7. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan II

A.Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru mempresensi kehadiran siswa

3. Guru melakukan apersepsi terhadap pelajaran yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

(50)

B.Kegiatan Inti

1. Siswa yang menjadi wakil dari kelompok diskusinya mempresentasikan hasil penemuannya tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan puisi secara bergiliran.

2. Guru membahas secara bersama-sama dengan siswa tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan puisi.

3. Guru menjelaskan perbedaan antara puisi nadoman dan syair.

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan puisi.

5. Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari kelompok lain setelah mendiskusikan jawabannya dengan kelompok masing-masing. Selanjutnya dibahas bersam-sama dengan guru.

6. Guru menyuruh siswa berkelompok untuk membuat puisi secara bebas berdasarkan konsep yang sudah diketahuinya.

7. Hasil kerja siswa dituliskan ke depan kelas dan beberapa siswa disuruh membacakannya kembali.

8. Siswa lain mengamati dan mengoreksi hasil kerja temannya untuk disempurnakan sesuai dengan syarat-syarat puisi yang sudah dipelajari. 9. Siswa menjelaskan perbedaan puisi dengan syair.

C.Kegiatan Penutup

(51)

165

2. Siswa diminta untuk menanggapi proses pembelajaran yang telah dilakukan

3. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya 4. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk membuat puisi berdasarkan

hasil pengamatan.

5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

8. Alat/Sumber/Bahan

1. Buku Nadoman kaislaman 2. Lembaran puisi nadoman 9. Penilaian

1. Jenis Tagihan : unjuk kerja (Produk) 2. Bentuk Instrumen : Uraian

Data kemajuan belajar diperoleh dari:

1. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 2. Partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok 3. Kumpulan hasil analisi puisi yang telah dikerjakan

5.4 Model Pelestarian 2 : Model Dokumentasi dalam Bentuk Buku

5.4.1 Dasar Pemikiran

(52)

SAW yang ada ini bisa dinikmati dan dibaca oleh masyarakat kabupaten Bandung kapan saja dan dimana saja. Dokumentasi dalam bentuk buku peluangnya agar tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Upaya dokumentasi puisi nadoman dalam bentuk buku bukan saja dapat dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Bandung, namun dapat juga dinikmati oleh masyarakat luas.

Dengan dasar pemikiran seperti yang diuraikan di atas, maka model pelestarian nilai-nilai moral yang terdapat dalam puisi nadoman tersebut dengan model dokumentasi dalam bentuk buku ini dapat terlaksanakan dengan baik, dengan tujuan tradisi yang ada pada masyarakat pendukung tetap terlestarikan dan dapat diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.

5.4.2 Alternatif Model Pelestarian berupa Dokumentasi dalam Bentuk

Buku

Alternatif dalam bentuk model dokumentasi seperti yang diuraikan sebelumnya adalah untuk menjaga agar tradisi melantunkan puisi nadoman yang sudah ada tetap ada, dan tradisi ini tetap diberlakukan dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Bandung dalam setiap mengawali pengajian atau tadarusan. Puisi nadoman tersebut syarat dengan nilai-nilai moral yang tujuannya dan isinya dapat diberlakukan dalam kehidupan masyarakat pendukungnya dengan penuh tanggung jawab.

(53)

167

kaislaman sejarah Nabi Muhammad SAW, maka masyarakat bisa dengan mudah untuk membaca dan belajar tentang nadoman dimaksud.

(54)

175

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rachman, U. (t.t). Nadoman Kaimanan, Sajarah Kj. Nabi Muhammad

s.a.w., Sajarah Wiwitan Manusa. YPI Cikoneng , Ciparay.

Alisjahbana, Sutan Takdir. (2008). Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat

Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral, Berpijak pada Karakteristik Siswa

dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2008 Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Danandjaja, J. 1994. Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti

Danandjaja, J. 2008. PendekatanFolklore dalam Penelitian Bahan-bahan Tradisi

Lisan dalam Metode Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi

Lisan.

Darma, Budi. 1981. Moral dalam Sastra, Pidato Ilmiah. Surabaya: IKIP Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djahiri, A. Kosasih. 1989. Teknik Pengembangan Program Pengajaran

Penddidikan Nilai Moral. Bandung: Lab. PMPKn FPIPS IKIP

Bandung.

Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Djoko Pradoko, Rachmat. (2005). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.

Ensiklopedi Sunda. 2000. Alam, Manusia, dan Budaya, termasuk Budaya Cirebon

dan Betawi, Pustaka Jaya: Jakarta

(55)

176

Koentjaraningrat. 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya, Y.B. 1982 Sastra dan Religiositas. Jakrta: Sinar Harapan.

Muhammad Abdul Aziz Al-Khuly. 2010. Karakteristik Nabi : Perilaku Nabi

dalam Menjalani Hidup. Jakarta; Hikmah Pustaka

Mulyana, 2005. Kajian Wacana; Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogjakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Poespoprodjo. 1986. Filsafat Moral (Kesusilaan dalam Teori dan Praktek).

Bandung: Remadja Rosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Poststrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rusyana, Yus. 1978. Sastra Lisan Sunda: Cerita Karuhun, kajajaden dan

dedemit. Jakarta: Depdikbud.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Rusyana, Yus. 1971. Bagbagan Puisi Pupujian Sunda. Bandung, Proyek Penelitian Pantun Folklore Sunda.

Rusyana, Yus.1971. Panyungsi Sastra, Bandung:Geger Sunten.

Teeuw, A.1982. Khazanah Sastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Teeuw, A.1988. Sastra dan Ilmu sastra. Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya. Sabiq, Sayyid. 2008. Aqidah Islamiyah, Jakarta: Robbani Press.

(56)

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra, Jakarta: PT. Gramedia

Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin dan Vismaia. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung” PT

Suroso, dkk. 2009. Kritik Sastra: Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Siswanto, Wahyuni. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. 2010. Shahih Sirah Nabawiyah; Sejarah Shahih nabi Muhammad SAW dari Sebelum lahir Samapai

Sesudah Wafat. Bandung. Jabal

Titscher, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra/Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2009 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bandung.

Wellek, Rene & Austin. 1990. Teori Kesusastreaan, Jakarta: Gramedia

Ya’kub. 1991. Etika Islam, Pendidikan Akhlak Karimah (Suatu Pengantar). Bandung: Diponegoro.

Gambar

Tabel  1 Sebaran Standar Kompetensi Dasar, Indikator dan
Tabel  2 Data Teks Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW
Tabel 3
Tabel 4 Nilai Moral Ketuhanan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sejarah telah mencatat pada prinsipnya Nabi Muhammad SAW telah berhasil mengajarkan tiga prinsip pemasaran modern yang terkenal yaitu branding dengan membangun merek pribadi

Penelitian ini dilatar belakangi karena keingintahuan peneliti mengenai strategi public relations Islam yang dilakukan dengan meneliti sejarah Nabi Muhammad saw

Dengan demikian sudah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang berpengaruh sepanjang masa, yang sampai kapanpun tidak akan pernah ada orang setelah

ketidakpercayaannya terhadap kenabian Muhammad.. Seringkali orang Makkah mengganggu Nabi Muhammad dan orang-orang yang mengikutinya. Oleh karena banyak kesusahan dan perlawanan

Dari Jabir bin Abdullah ra, nabi Muhammad saw bersabda: "Saya diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum saya; 1) saya diberi kemenangan dengan rasa

Dari Jabir bin Abdullah ra, nabi Muhammad saw bersabda: "Saya diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum saya; 1) saya diberi kemenangan dengan rasa

Pernikahan Nabi Muhammad Saw dalam menikahi wanita-wanita mulia yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, adalah sebagian besar istri Nabi Muhammad Saw adalah dari

Pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa besar Isra’ Mi’raj diantaranya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW hakikatnya mendapatkan hiburan karena pada saat peristiwa Isra’