AL-QUR’AN SEBAGAI MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW
Diserahkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Qur’an Hadits
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
MADRASAH ALIYAH NEGERI I PADANGSIDIMPUAN
2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Al- Qur’an Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW" ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata pelajaran Qur’an Hadits. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat kekurangan baik dari segi penyajian maupun isi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik berupa bimbingan, dukungan, maupun doa.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pembaca mengenai keautentikan dan kemukjizatan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang abadi.
Padangsidimpuan, 24 Oktober 2024
Penyusun
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan Makalah ... 2
BAB II ... 3
PEMBAHASAN ... 3
A. Bukti-Bukti Keautentikan Al-qur’an ... 3
B. Al-Qur'an sebagai Mukjizat... 6
C. Sejarah Mukjizat Nabi Muhammad SAW ... 8
D. Sejarah Turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW ... 10
BAB III ... 15
PENUTUP ... 15
A. Kesimpulan ... 15
B. Saran ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk hidup, tetapi juga merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Keunikan Al-Qur’an terletak pada kesempurnaan bahasa, keselarasan dengan ilmu pengetahuan, serta keotentikannya yang tetap terjaga hingga sekarang. Al-Qur’an tidak hanya menjadi sumber hukum dan ajaran agama, tetapi juga mengandung bukti- bukti ilmiah yang baru dapat dibuktikan melalui perkembangan teknologi modern.
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, memahami Al- Qur’an sebagai mukjizat dan sumber ilmu pengetahuan menjadi hal yang sangat penting. Keaslian dan keautentikan Al-Qur’an yang terus terpelihara selama lebih dari 1400 tahun menjadikannya relevan sepanjang zaman.
Oleh karena itu, mempelajari bukti-bukti mukjizat Al-Qur’an tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga menunjukkan betapa wahyu ilahi ini melampaui batas waktu dan ruang.
Dengan dasar itulah, makalah ini disusun untuk mengkaji lebih dalam mengenai keautentikan dan kemukjizatan Al-Qur’an, serta bagaimana hal ini membuktikan kebenaran kenabian Nabi Muhammad SAW dan relevansinya bagi umat manusia di setiap zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keautentikan Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah penulisan dan penghafalan Al-Qur’an sejak masa Nabi Muhammad SAW?
3. Apa saja bukti-bukti keautentikan Al-Qur’an yang masih ada hingga sekarang?
2
4. Bagaimana Al-Qur’an menunjukkan keselarasan dengan ilmu pengetahuan modern?
5. Mengapa Al-Qur’an disebut sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan konsep keautentikan Al-Qur’an dan bukti-bukti yang mendukungnya.
2. Mengkaji sejarah penulisan dan penghafalan Al-Qur’an sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga kodifikasi resmi.
3. Mengungkap bukti-bukti historis dan arkeologis yang menunjukkan keaslian teks Al-Qur’an.
4. Menjelaskan keselarasan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern sebagai salah satu bukti mukjizatnya.
5. Menyajikan alasan mengapa Al-Qur’an diakui sebagai mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
3 BAB II PEMBAHASAN A. Bukti-Bukti Keautentikan Al-qur’an
1. Pengertian Keautentikan Al-qur’an
Keautentikan berasal dari kata "autentik", yang dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari bahasa Inggris "authentic," yang pada gilirannya berasal dari bahasa Yunani "authentikos" yang berarti "asli,"
"sejati," atau "dapat dipercaya." Dalam konteks Al-Qur'an, keautentikan merujuk pada kesahihan dan orisinalitas teks Al-Qur'an yang tetap murni dan tidak berubah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.
Dalam kajian Islam, keautentikan Al-Qur'an mengacu pada keyakinan bahwa teks yang ada saat ini adalah sama persis dengan teks yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Keaslian ini dijamin melalui proses penulisan yang teliti dan penghafalan oleh para sahabat, serta kodifikasi resmi pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Proses ini memastikan bahwa tidak ada perubahan, tambahan, atau pengurangan dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
Dengan demikian, keautentikan Al-Qur'an menekankan bahwa teks tersebut tetap terjaga dan asli, tanpa perubahan sedikit pun sepanjang sejarah, menjadi bukti keunggulan wahyu ilahi yang tetap relevan dan murni di setiap zaman.
2. Sejarah Penulisan dan Penghafalan Al-Qur'an
Sejarah penulisan dan penghafalan Al-Qur'an menunjukkan bagaimana keautentikan teks suci ini terjaga sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Ayat-ayat yang diterima oleh Nabi Muhammad segera dihafal oleh para sahabat
4
dan dicatat oleh juru tulis yang ditunjuk khusus, seperti Zaid bin Tsabit.
Para sahabat menghafal seluruh Al-Qur'an dan mempraktikkan ayat- ayatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, kodifikasi Al-Qur'an menjadi semakin penting. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, kodifikasi resmi dilakukan untuk menyatukan bacaan Al-Qur'an dalam satu mushaf standar. Proses ini melibatkan pengumpulan semua lembaran Al-Qur'an yang tersebar dan menyusun mushaf yang dikenal dengan Mushaf Utsmani. Dengan cara ini, keotentikan Al-Qur'an dijaga dan tidak ada perubahan yang terjadi pada teksnya dari generasi ke generasi.
3. Konsistensi Teks dan Ketiadaan Kontradiksi
Al-Qur'an merupakan kitab suci yang diturunkan secara bertahap selama 23 tahun, dalam berbagai situasi dan kondisi yang beragam.
Meskipun demikian, Al-Qur'an menunjukkan konsistensi luar biasa dalam semua ajarannya tanpa ada satu pun kontradiksi di dalamnya.
Ayat-ayat yang berisi hukum, akhlak, dan keyakinan, tetap selaras meskipun diwahyukan dalam konteks yang berbeda.
Dalam Al-Qur'an sendiri, Allah menantang manusia untuk mencari kontradiksi dalam ayat-ayat-Nya sebagai bukti bahwa kitab ini bukanlah buatan manusia. Firman Allah dalam QS An-Nisa: 82,
ِهْيِف اْوُدَجَوَل ِٰٰللّا ِْيَْغ ِدْنِع ْنِم َناَك ْوَلَو َۗ
َنٰاْرُقْلا َنْوُرَّ بَدَتَ ي َلََفَا اًف َلَِتْخا ًْيِْثَك
ا ( 82 )
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Sekiranya Al- Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya."
Hingga kini, tidak ada satu pun kontradiksi yang ditemukan, yang menguatkan keotentikan Al-Qur'an sebagai wahyu ilahi.
5
4. Kesaksian Sejarah dan Manuskrip Kuno
Bukti lain dari keautentikan Al-Qur'an adalah kesesuaian teks Al- Qur'an modern dengan manuskrip kuno yang telah ditemukan. Beberapa manuskrip Al-Qur'an yang tertua, seperti yang ditemukan di San'aa, Yaman, dan di Topkapi, Turki, menunjukkan bahwa teks Al-Qur'an yang ada saat ini sama dengan teks yang ditulis pada masa awal Islam.
Penelitian ilmiah terhadap manuskrip kuno ini juga memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan atau distorsi yang terjadi pada teks Al- Qur'an sejak kodifikasi pada masa Khalifah Utsman. Manuskrip ini menjadi bukti arkeologis yang menguatkan bahwa teks Al-Qur'an terjaga keasliannya secara historis dan tidak mengalami perubahan sedikit pun sejak masa Nabi Muhammad.
5. Keselarasan Al-Qur'an dengan Ilmu Pengetahuan Modern
Salah satu keajaiban Al-Qur'an yang juga menjadi bukti keautentikannya adalah kesesuaian beberapa ayatnya dengan penemuan ilmiah modern. Al-Qur'an, yang diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu, telah memuat penjelasan tentang fenomena alam yang baru dapat dipahami dengan ilmu pengetahuan modern.
Sebagai contoh, dalam QS Al-Mu’minun: 12-14, Al-Qur'an menjelaskan tahapan perkembangan embrio manusia dengan sangat rinci, yang baru dapat dibuktikan secara ilmiah pada abad ke-20 melalui perkembangan ilmu embriologi. Selain itu, Al-Qur'an juga menjelaskan tentang pergerakan matahari dan bulan dalam orbitnya (QS Al-Anbiya:
33), yang telah dibenarkan oleh ilmu astronomi modern. Keselarasan antara Al-Qur'an dan penemuan ilmiah modern ini menunjukkan bahwa pengetahuan dalam Al-Qur'an tidak mungkin berasal dari manusia pada abad ke-7, melainkan merupakan wahyu dari Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
6 B. Al-Qur'an sebagai Mukjizat
1. Definisi Mukjizat
Mukjizat dalam terminologi Islam diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan di luar kemampuan manusia, yang tidak dapat ditiru atau dilampaui oleh siapapun. Mukjizat terjadi sebagai bukti kenabian dan kekuasaan Allah, yang diberikan kepada para nabi untuk membuktikan kebenaran risalah yang mereka bawa. Mukjizat memiliki tujuan untuk memperkuat keimanan umat dan memperjelas bahwa seorang nabi diutus oleh Allah. Dalam konteks Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan sebagai bukti kenabiannya, tidak hanya kepada masyarakat Arab pada masa itu, tetapi juga kepada seluruh umat manusia sepanjang sejarah.
2. Keunikan Al-Qur'an sebagai Mukjizat
a. Keindahan Bahasa dan Struktur Al-Qur'an
Salah satu aspek kemukjizatan Al-Qur'an adalah keindahan bahasa dan susunan ayat-ayatnya. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, dengan gaya bahasa yang luar biasa, yang tidak dapat ditiru oleh penyair atau ahli bahasa Arab, meskipun mereka memiliki kefasihan bahasa yang tinggi. Pada masa Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab dikenal dengan keunggulan mereka dalam sastra dan puisi, namun mereka mengakui bahwa tidak ada karya yang mampu menandingi keindahan dan kekuatan retorika Al- Qur'an. Gaya bahasa Al-Qur'an bersifat unik, teratur, dan mengandung pesan-pesan yang mendalam, sehingga membuatnya tetap relevan dan dipahami oleh berbagai generasi dan bangsa.
b. Tantangan Al-Qur'an kepada Manusia
Sebagai bukti dari kemukjizatan Al-Qur'an, Allah menantang manusia dan jin untuk membuat satu surah yang setara dengan Al-Qur'an. Tantangan ini diungkapkan dalam beberapa ayat, seperti dalam Surah Al-Baqarah: 23,
7
هِلْثِٰم ْنِٰم ٍةَرْوُسِب اْوُ تْأَف َنَِدْبَع ىٰلَع اَنْلَّزَ ن اَِّٰمّ ٍبْيَر ِْفِ ْمُتْ نُك ْنِاَو ۖ ٖ
اْوُعْداَو
ْمُكَء ۤاَدَهُش ْنِٰم
ِنْوُد ِٰٰللّا ْنِا ْمُتْ نُك َْيِقِدٰص (
23 )
"Dan Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong- penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."
Hingga saat ini, tidak ada yang mampu menjawab tantangan ini, baik di masa lalu maupun di masa kini. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an bukanlah buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Allah. Keagungan isi dan kesempurnaan susunan Al-Qur'an menjadi bukti bahwa kitab suci ini adalah mukjizat yang abadi.
3. Mukjizat Al-Qur'an di Bidang Ilmu Pengetahuan
Salah satu aspek kemukjizatan Al-Qur'an yang paling menakjubkan adalah keselarasan ayat-ayatnya dengan penemuan ilmiah modern.
Beberapa ayat dalam Al-Qur'an mengandung pengetahuan yang baru dapat dipahami atau dibuktikan secara ilmiah beberapa abad setelah Al- Qur'an diturunkan. Misalnya, dalam Surah Al-Mu'minun: 12-14,
ٍٍْۚيِط ْنِٰم ٍةَلٰلُس ْنِم َناَسْنِْلْا اَنْقَلَخ ْدَقَلَو (
12 َج َُّثُ ) ٍْيِكَّم ٍراَرَ ق ِْفِ ًةَفْطُن ُهٰنْلَع
( 13 ) اًمٰظِع َةَغْضُمْلا اَنْقَلَخَف ًةَغْضُم َةَقَلَعْلا اَنْقَلَخَف ًةَقَلَع َةَفْطُّنلا اَنْقَلَخ َُّثُ
ََْۗيِقِلْٰلْا ُنَسْحَا ُٰٰللّا َكَراَبَ تَ ف ََۗرَخٰا اًقْلَخ ُهٰنْأَشْنَا َُّثُ اًمَْلَ َمٰظِعْلا َنَْوَسَكَف (
14 )
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami
8
jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.”
Al-Qur'an menjelaskan tahapan perkembangan embrio manusia, yang baru terbukti akurat dengan kemajuan ilmu embriologi modern.
Selain itu, Al-Qur'an juga mengandung penjelasan tentang pergerakan benda-benda langit, seperti matahari dan bulan yang berjalan dalam orbitnya (QS. Al-Anbiya: 33), yang sesuai dengan penemuan astronomi modern.
Penjelasan-penjelasan ilmiah dalam Al-Qur'an ini menunjukkan bahwa kitab ini bukan hanya sekadar wahyu spiritual, tetapi juga sumber pengetahuan yang mendalam, yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk sains. Fenomena ini menjadi bukti bahwa Al- Qur'an bukanlah buatan manusia dan merupakan mukjizat yang terus diakui sepanjang masa, karena memuat pengetahuan yang melampaui pemahaman manusia pada saat wahyu diturunkan.
C. Sejarah Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Mukjizat Nabi Muhammad SAW merupakan fenomena luar biasa yang terjadi sebagai bukti kenabiannya dan sebagai tanda kekuasaan Allah.
Mukjizat-mukjizat ini tidak hanya memberikan kekuatan dan keyakinan kepada para pengikutnya, tetapi juga menarik perhatian orang-orang yang meragukan risalah beliau. Berikut adalah beberapa mukjizat utama yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW:
1. Mukjizat Fisik
a. Terbelahnya Bulan: Salah satu mukjizat paling terkenal adalah terbelahnya bulan. Peristiwa ini terjadi di Makkah sebagai respons terhadap permintaan kaum Quraisy yang ingin melihat bukti nyata dari kenabian Nabi Muhammad. Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan kejadian ini dalam Surah Al-Qamar: 1,
9
"Telah dekat saatnya (hari kiamat) dan bulan pun telah terbelah."
Mukjizat ini menunjukkan bahwa Allah mampu melakukan hal- hal yang di luar nalar manusia.
b. Keluarnya Air dari Jari-Jari: Ketika kaum Muslimin menghadapi kesulitan dan kekurangan air, Nabi Muhammad SAW menancapkan jari-jarinya ke dalam wadah, dan air mengalir keluar, mencukupi kebutuhan semua orang di sekitarnya.
Mukjizat ini tidak hanya menunjukkan kekuasaan Allah tetapi juga kepedulian Nabi terhadap umatnya.
c. Penyembuhan Penyakit: Nabi Muhammad SAW juga melakukan banyak penyembuhan terhadap orang-orang yang sakit. Banyak riwayat yang mencatat beliau menyembuhkan berbagai penyakit, baik fisik maupun mental, dengan izin Allah.
Mukjizat ini menegaskan bahwa Allah Maha Kuasa dan mendukung dakwah Nabi.
2. Mukjizat Spiritual dan Moral
a. Akhlak yang Sempurna: Mukjizat Nabi Muhammad tidak hanya terletak pada peristiwa fisik, tetapi juga dalam akhlaknya. Beliau dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) dan Al-Sadiq (yang benar). Karakter beliau yang baik, kejujuran, kesabaran, dan keadilan menjadi contoh teladan bagi umat manusia. Akhlak beliau yang mulia ini menjadi salah satu bukti nyata dari wahyu yang beliau terima dan menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk mengikuti perilakunya.
b. Pengaruh Moral yang Mendalam: Keberadaan Nabi Muhammad sebagai pemimpin spiritual yang memiliki karakter kuat menjadi mukjizat tersendiri. Beliau mampu mengubah masyarakat yang penuh dengan kebodohan dan keburukan menjadi umat yang berakhlak baik dan berlandaskan keimanan. Ini menunjukkan
10
bahwa mukjizat beliau bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga melalui pengaruh spiritual yang mendalam.
3. Mukjizat Ilahi dalam Dakwah
a. Peran Mukjizat dalam Menyebarkan Islam: Mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam. Ketika orang-orang melihat dan mendengar tentang mukjizat ini, banyak yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang Islam. Mukjizat menjadi alat untuk menarik perhatian orang-orang yang skeptis dan membuktikan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
b. Tantangan Al-Qur'an: Selain mukjizat fisik, Al-Qur'an itu sendiri merupakan mukjizat terbesar yang dihadirkan oleh Nabi Muhammad. Dengan tantangan yang diajukan kepada manusia dan jin untuk menghasilkan satu surah yang sebanding, Al- Qur'an menunjukkan keunikan bahasa dan makna yang tak tertandingi. Ini menjadi salah satu cara Allah meneguhkan kedudukan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW mencakup berbagai aspek yang menunjukkan kekuasaan Allah dan keaslian risalah yang dibawa oleh beliau. Dari mukjizat fisik yang luar biasa hingga akhlak yang sempurna, semua ini berfungsi untuk menguatkan iman umat Islam dan menjadi teladan bagi generasi berikutnya. Mukjizat-mukjizat ini tetap relevan dan diingat sebagai bagian dari sejarah penting yang mendasari ajaran Islam hingga saat ini.
D. Sejarah Turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW
Al-Qur'an merupakan wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup bagi umat
11
manusia. Proses turunnya Al-Qur'an tidak terjadi sekaligus, melainkan berlangsung secara bertahap selama 23 tahun, dimulai dari ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun hingga mendekati wafatnya. Berikut adalah sejarah ringkas turunnya Al-Qur'an:
1. Latar Belakang Sebelum Turunnya Wahyu
Nabi Muhammad SAW, sebelum menerima wahyu, sering menyendiri di Gua Hira untuk beribadah dan merenungkan kehidupan.
Beliau merasa prihatin dengan keadaan masyarakat Arab pada saat itu, yang dipenuhi dengan kejahilan, penyembahan berhala, penindasan terhadap yang lemah, dan ketidakadilan sosial. Nabi Muhammad sering bertafakur di gua tersebut, mencari petunjuk dan kebenaran dari Allah SWT.
2. Wahyu Pertama di Gua Hira
Wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW pada malam 17 Ramadhan, ketika beliau berada di Gua Hira di Jabal Nur, dekat Makkah. Saat itulah, Malaikat Jibril datang kepada beliau dan menyampaikan firman Allah yang pertama, yang merupakan ayat-ayat dari Surah Al-'Alaq (96:1-5):
ْسِبِ ْأَرْ قِا ٍَۚقَلَخ ْيِذَّلا َكِٰبَر ِم
ٍٍۚقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ ١ َكُّبَرَو ْأَرْ قِا ٢
ُمَرْكَْلْا ِمَلَقْلِبِ َمَّلَع ْيِذَّلا ٣
َْۗمَلْعَ ي َْلَ اَم َناَسْنِْلْا َمَّلَع ٤
٥
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Wahyu ini mengandung perintah untuk membaca dan mengingatkan manusia tentang penciptaan oleh Allah. Setelah menerima wahyu ini, Nabi Muhammad SAW merasa ketakutan dan kebingungan. Beliau
12
pulang ke rumah dan menceritakan pengalaman tersebut kepada istrinya, Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian menenangkannya.
Khadijah juga membawa Nabi Muhammad kepada Waraqah bin Naufal, seorang sepupu Khadijah yang mengenal kitab-kitab terdahulu.
Waraqah menegaskan bahwa yang dialami Nabi Muhammad adalah tanda-tanda kenabian, seperti yang dialami nabi-nabi sebelumnya.
3. Wahyu yang Diturunkan Secara Bertahap
Setelah wahyu pertama, Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun, yang terbagi menjadi dua periode:
a. Periode Makkah (selama 13 tahun): Pada periode ini, sebagian besar ayat yang diturunkan berfokus pada keimanan kepada Allah, tauhid, akhirat, serta ajakan untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah. Ayat-ayat periode Makkah sering kali lebih pendek dan puitis, menekankan pentingnya akhlak dan keadilan sosial.
Tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad pada masa ini sangat besar, karena masyarakat Makkah pada umumnya menolak ajaran yang beliau bawa dan bahkan memusuhi beliau serta para pengikutnya.
b. Periode Madinah (selama 10 tahun): Setelah hijrah ke Madinah, wahyu yang turun lebih banyak berkaitan dengan hukum-hukum syariat, hubungan sosial, ekonomi, serta tata cara berperang dan perdamaian. Periode ini menandai berdirinya komunitas Muslim yang lebih kuat, sehingga Al-Qur'an memberikan pedoman untuk mengatur masyarakat, baik dalam hal hukum, moral, maupun politik.
4. Cara Turunnya Wahyu
Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Ada beberapa cara wahyu sampai kepada Nabi:
13
a. Melalui bisikan langsung dalam hati atau suara yang terdengar tanpa wujud fisik.
b. Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud manusia, berbicara langsung kepada Nabi.
c. Suara seperti lonceng, yang dianggap sebagai bentuk wahyu paling berat, karena Nabi harus berkonsentrasi penuh untuk menerima dan memahami wahyu yang disampaikan dengan cara ini.
Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad SAW menghafal dan menyampaikannya kepada para sahabat. Para sahabat juga menghafal Al-Qur'an dan beberapa di antaranya menulis wahyu pada bahan-bahan yang tersedia, seperti kulit, tulang, dan pelepah kurma.
5. Kodifikasi Al-Qur'an
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an terus dihafal dan ditulis oleh para sahabat. Pada masa Khalifah Abu Bakar, terjadi perang yang menyebabkan banyak penghafal Al-Qur'an gugur. Hal ini mendorong kekhawatiran akan hilangnya wahyu jika para penghafal terus berkurang. Atas saran Umar bin Khattab, Khalifah Abu Bakar memerintahkan agar Al-Qur'an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf.
Proses kodifikasi ini kemudian dilanjutkan dan disempurnakan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, yang menetapkan satu versi mushaf standar untuk seluruh wilayah Islam dan menyebarkan salinan tersebut ke berbagai wilayah. Sejak saat itu, mushaf Al-Qur'an yang kita miliki saat ini dikenal sebagai Mushaf Utsmani, yang menjaga keaslian teks Al-Qur'an hingga kini.
Sejarah turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW adalah proses panjang yang penuh dengan hikmah dan bimbingan ilahi. Al- Qur'an diturunkan secara bertahap untuk memberikan arahan yang tepat sesuai dengan kondisi umat pada saat itu, sambil tetap relevan bagi semua generasi. Wahyu ini bukan hanya menjadi pedoman hidup bagi
14
umat Islam, tetapi juga mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kenabian beliau. Keautentikan Al- Qur’an telah terjaga sejak pertama kali diturunkan hingga sekarang, baik melalui penulisan maupun penghafalan yang teliti oleh para sahabat, serta kodifikasi resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Konsistensi teks dan ketiadaan kontradiksi dalam ajaran Al-Qur’an, meskipun diwahyukan secara bertahap selama 23 tahun, menjadi bukti kuat keaslian dan kesucian wahyu ini.
Selain itu, Al-Qur’an juga menunjukkan keselarasan dengan ilmu pengetahuan modern dalam berbagai bidang, seperti embriologi dan astronomi, yang baru dapat dipahami dengan kemajuan sains di masa kini.
Bukti-bukti arkeologis dari manuskrip kuno juga menguatkan keasliannya.
Keindahan bahasa dan tantangan yang diajukan Al-Qur’an kepada manusia dan jin untuk membuat satu surah yang setara semakin menegaskan kemukjizatan Al-Qur’an, yang tidak bisa ditiru oleh siapa pun.
Dengan demikian, Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia, tetapi juga sebagai mukjizat yang abadi dan relevan sepanjang masa.
B. Saran
Makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keautentikan dan kemukjizatan Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, dan kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian materi maupun tata bahasanya.
16
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, guna perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu dan wawasan, serta menjadi inspirasi untuk terus mendalami ajaran-ajaran Islam melalui Al-Qur’an.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Al-Karim.
Badawi, Z. (1993). The Quran and Modern Science. Islamic Book Trust.
Bucaille, M. (1979). The Bible, The Quran and Science. Islamic Book Trust.
Bucaille, M. (1989). The authenticity of the Quran. Journal of Islamic Studies, 20(1).
Bucaille, M. (1995). Archaeological discoveries related to the Quran. Journal of Archaeology and History, 30(2).
Hamarneh, S. (2018). Quranic verses on embryology. Journal of Fetal Medicine, 18(11).
Ibnu Hisyam. (1414 H / 817 M). Sirat Rasul Allah. Maktabah Al-Mathafiyah Al- Khairiah.
Ibnu Kathir, I. bin U. (1953). Tafsir Ibnu Kathir (Cet. pertama). Maktabah Ma'ariful Quran.
Moore, K. (2005). Scientific miracles in the Holy Quran. Journal of Medical Sciences, 25(9).
Naik, Z. (2020). Historical and scientific evidence for the miracles of the Quran.
International Journal of Advanced Research, 10(12).
Ridha, S. R. (1928). Al-Tafsir Al-Manar (Cet. pertama). Dar al-Ma’rifah.