• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS TERHADAP BACAAN AL-QUR AN SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH LIMBUNG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS TERHADAP BACAAN AL-QUR AN SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH LIMBUNG KABUPATEN GOWA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

DEWI ADAWIYAH 105 190 1258 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2015 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas kenikmatan yang diberikan-Nya, berupa Rahmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw.dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan rintangan dan hambatan yang tidak sedikit, dimulai dari rancangan pembuatannya hingga penelitian di lapangan yang cukup memerlukan banyak pengorbanan. Oleh karena itu, bantuan pikiran, dana dan sebagainya. Bagi segenap kalangan yang telah memberikan bantuannya, baik moril maupun materi, penulis haturkan banyak terima kasih.

Ucapan terima kasih ini, penulis sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Asep Nurdin dan Ibu Masitoh yang telah mengasuh, mengasihi, membimbing dan membesarkan penulis dari kecil sampai sekarang dengan penuh kecintaan dan kasih sayang

(9)

sayang dan rahmat Allah Swt.

2. Dr. H. Irwan Akib, M. Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dekan Fakultas Agama Islam yang telah membantu penulis sejak menjadi mahasiswa hingga berakhirnya masa perkuliahan di Fakultas Agama Islam.

4. Amirah Mawardi, S. Ag, M. Si Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik.

5. Dr. Rusli Malli, M. Ag selaku dosen pembimbing I dan Ferdinan, S.Pd. I, M. Pd. I selaku dosen pembimbing II yang selama ini memberikan bimbingan, nasehat serta arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada Bapak dan Ibu Dosen yang juga selama ini telah memberikan ilmu dan nilai kepada penulis, sehingga penulis dapat tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman.

7. Semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam yang selalu melayani penulis dengan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

(10)

9. Sitti Maryam Saleh, S.Ag, M.Pd selaku guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang sudah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Kepada teman-teman PAI angkatan 2011 khususnya kelas A serta pihak-pihak yang selama ini turut memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah Swt. penulis memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik moril maupun materi mendapat balasan kebaikan yang bernilai ibadah dan diterima oleh Allah Swt. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca yang budiman umumnya, terkhusus kepada penulis. Aammin Yaa Rabbal ‘Alamin. Makassar, 05 Dzulhijjah 1436 H 18 September 2015 Penulis, DEWI ADAWIYAH NIM :105 190 1258 11 viii

(11)

Qur’an Hadits Terhadap Bacaan Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa (Dibimbing Oleh Rusli Malli dan Ferdinan)

Skripsi ini membahas tentang 1)Bagaimana implementasi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits terhadap bacaan al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa, 2)Bagaimana kemampuan bacaan al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa, dan 3)Bagaimana pengaruh mata pelajaran Al-Qur’an Hadits terhadap bacaan al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach) dan dianalisa secara deskriptif kualitatif yang dilakukan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa sebagai lokasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa yang berjumlah 45 orang siswa dan 1 guru mata pelajaran Al-Qur’an hadits. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah provosife sampling yaitu sampel diambil secara langsung meliputi siswa kelas X dan 1 guru mata pelajaran Al-Qur’an hadits. Selanjutnya, data dikumpulkan dengan menggunakan penelitian lapangan yang terdiri dari teknik wawancara, angket, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi mata pelajaran Al-Qur’an hadits terhadap bacaan Al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa sangat memiliki peranan dengan membiasakan siswa membaca al-Qur’an, yang ditunjukkan dengan presentase sebanyak 62% bahwa guru menugaskan siswa membaca al-Qur’an. Kemampuan bacaan al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa termasuk dalam kategori bacaan al-Qur’an yang sangat lancar dengan presentase 78%. Pengaruh mata pelajaran Al-Qur’an hadits terhadap bacaan al-Qur’an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa yaitu dengan membiasakan siswa untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah hukum-hukum tajwid yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian siswa saat membaca al-Qur’an dengan hasil presentase 67%.

(12)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

PRAKATA ... v i ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits 1. Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 6

2. Tujuan Dan Fungsi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 8

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 9

4. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ... 11

(13)

3. Huruf Hijaiyyah ... 17

4. Pembahasan Dalam Ilmu Tajwid ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 34

C. Variabel Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional ... 35

E. Populasi dan Sampel ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa... 41

B. Implementasi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Terhadap Bacaan Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ... 47

(14)

Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii

(15)

Tabel II Keadaan Populasi ... 36 Tabel III Keadaan Sampel ... 37 Tabel IV Keadaan Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Kabupaten Gowa ... 43 Tabel V Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Kabupaten Gowa T.A 2015-2016 ... 45 Tabel VI Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Limbung Kabupaten Gowa ... 46 Tabel VII Siswa Yang Memiliki Sumber Belajar atau Buku Paket

Al-Qur’an Hadits ... 49 Tabel VIII Guru Menugaskan Siswa Membaca Ayat Al-Qur’an Pada Saat

Pembelajaran ... 51 Tabel IX Guru Memberikan Tugas Setelah Pembelajaran al-Qur’an

Hadits ... 53 Tabel X Guru Al-Qur’an Hadits Membantu dan Membimbing Siswa

yang Mengalami Kesulitan Saat Membaca al-Qur’an ... 55 Tabel XI Siswa Yang Mengetahui Huruf Hijaiyyah ... 57 Tabel XII Siswa Yang Mengetahui Hukum Tajwid Saat Membaca

Al-Qur’an ... 58 Tabel XIII Kemampuan Bacaan Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ... 60 xiii

(16)

Hadits... 63

Tabel XVI Peningkatan Bacaan Al-Qur’an Siswa Dengan Belajar Al-Qur’an Hadits ... 64 Tabel XVII Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Saat Membaca Al-Qur’an Di

Kelas ... 66

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU SISDIKNAS RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1)

Dalam Pendidikan Agama Islam, Al-Qur‟an dan Hadits adalah dua sumber yang dijadikan sebagai landasan umat Islam. Untuk lebih memahami, seorang muslim harus memiliki kemampuan membaca Al-Qur‟an.

Untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar maka, ditempuh melalui proses pendidikan. Karena pendidikan merupakan aspek kehidupan manusia yang peranannya sangat penting. Melalui proses pendidikan seseorang diarahkan dan dibimbing untuk dapat menghadapi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Pendidikan agama dalam kehidupan manusia merupakan pedoman hidup dan pola tingkah laku baik dalam hubungan manusia dengan Allah Swt. maupun dalam hubungan manusia baik secara individual maupun kelompok memberikan

(18)

integrasi sosial manusia dalam masyarakat, keluarga maupun di lingkungan sekolah.

Membaca dan memahami al-Qur‟an adalah suatu keharusan bagi umat Islam, karena Al-Qur‟an merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, sebagaimana Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk membaca dan mempelajari al-Qur‟an sejak ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini terdapat dalam Q.S Al-„Alaq (96) : 1-3































Terjemahan :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah”. (Departemen Agama RI, 2006:598)

Mempelajari al-Qur‟an hukumnya wajib karena berisi ajaran-ajaran Islam tentang perintah-perintah dan segala larangan-Nya supaya manusia selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Q.S An-Nahl (16) :89























Terjemahan :

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur‟an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar

(19)

gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Departemen Agama RI, 2006:278)

Dari apa yang telah diuraikan perlu disadari umat Islam, bahwa upaya untuk pembelajaran al-Qur‟an di sekolah sangatlah penting. Sebab, sumber dan dasar Pendidikan Agama Islam adalah al-Qur‟an dan hadits maka, siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an melalui proses pembelajaran pada mata pelajaran Al-Al-Qur‟an Hadits.

Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan usaha Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung yang dilandasi berdasarkan kesadaran akan pentingnya wawasan bidang keagamaan pada umumnya dan khususnya dalam meningkatkan kemampuan membaca Qur‟an secara tepat dan benar, Q.S Al-Muzzammil (73) :4 









Terjemahan :

“Dan Bacalah Al-Qur‟an itu dengan perlahan-lahan.” (Departemen Agama RI, 2006:575)

Berdasarkan uraian di atas, maka pengaruh mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al-Al-Qur‟an siswa kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa masih dalam proses peningkatan kemampuan bacaan al-Qur‟an. Untuk lebih memperjelas hal

(20)

tersebut maka perlu adanya penelitian yang dapat mengungkap sejauh mana pengaruh mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap kemampuan bacaan al-Qur‟an siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits Terhadap Bacaan Al-Qur‟an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan dalam judul ini yakni Pengaruh Mata Pelajaran Qur‟an Hadits Terhadap Bacaan Al-Qur‟an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al-Qur‟an Siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana kemampuan bacaan al-Qur‟an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ?

3. Bagaimana pengaruh mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al-Qur‟an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa?

(21)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui implementasi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al-Qur‟an siswa kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa dalam membaca al-Qur‟an. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh mata pelajaran Al-Qur‟an

Hadits terhadap bacaan al-Qur‟an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini, adalah :

1. Sebagai bentuk pengembangan dan memperluas cakrawala berpikir ilmiah bagi penulis dalam penelitian untuk menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin dan bermaksud mengadakan penelitian yang sesuai dengan judul proposal penelitian ini untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

1. Pengertian mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

Dalam bagian ke sembilan UU Nomor 20 Tahun 2003 BAB VI Pasal 30 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu Agama.

Penyelenggaraan madrasah sekarang didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB 3 Menteri). Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975, dalam SKB itu yang disebut dengan madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang dibesarkan sekurang-kurangnya tiga puluh persen disamping mata pelajaran lain. (Marwan Saridjo, 1996:116)

Menurut Zakiah Darajat (1997:41) bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, Insan kamil artinya

(23)

manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah Swt.

Pendidikan Agama Islam bertugas, mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islami yang bersumber dari kitab suci al-Qur‟an dan hadits. (M.Arifin,1987:121)

Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mana tujuan dan fungsi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits tidak jauh dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 dalam BAB VIII tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bahwa Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Qur‟an Hadits yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam, serta memperkaya kajian Al-Qur‟an dan Hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggungjawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif Al-Qur‟an Hadits sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat.

Secara subsantial, mata pelajaran al-Qur‟an Hadits diharapkan memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari dan mempratikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

2. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits a. Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 dalam bab VIII tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, tujuan mata pelajaran al-Qur‟an hadits, yaitu :

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur‟an dan hadits. 2) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam

al-Qur‟an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.

3) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-Qur‟an dan Hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur‟an dan hadits.

Dari beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah meningkatkan kecintaan terhadap al-Qur‟an dan hadits, menjadi bekal dan pedoman bagi peserta didik dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan serta meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi al-Qur‟an dan hadits.

(25)

Fungsi dari mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Madrasah menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 dalam BAB VIII tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah memiliki fungsi, sebagai berikut :

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta

didik dalam menyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.

b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dalam lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

d. Pembiasaan, yaitu menjadikan nilai-nilai al-Qur‟an dan hadits sebagai petunjuk dan pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, maka mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits memiliki fungsi sebagai pengembangan, perbaikan, pencegahan, dan pembiasaan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits.

(26)

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 dalam BAB VIII tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah maka terlihat ruang lingkup pelajaran Al-Qur‟an Hadits tingkat Madrasah Aliyah berbicara mengenai hal-hal, sebagai berikut :

a. Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur‟an dan hadits, meliputi : 1) Pengertian al-Qur‟an menurut para ahli.

2) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi.

3) Bukti keotentikan al-Qur‟an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatan dan sejarah al-Qur‟an.

4) Isi pokok ajaran al-Qur‟an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur‟an.

5) Fungsi al-Qur‟an dalam kehidupan. 6) Fungsi Hadits terhadap al-Qur‟an.

7) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dalam al-Qur‟an.

8) Pembagian Hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.

b. Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 dalam bab VIII tentang Standar kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur‟an dan hadits, yaitu :

(27)

2) Demokrasi

3) Keikhlasan dalam beribadah

4) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya 5) Perintah menjaga kelestarian lingkungan

6) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa 7) Berkompetensi dalam kebaikan

8) Amar ma‟ruf nahi mungkar 9) Ujian dan cobaan manusia

10) Tanggung-jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat 11) Berlaku adil dan jujur

12) Toleransi dan etika pergaulan 13) Etos kerja

14) Makanan yang halal dan baik 15) Ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Seperti halnya pendekatan, metode atau cara pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya Al-Qur‟an Hadits juga termasuk salah satu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Setiap guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran secara variatif mengingat tidak ada satu metode yang baik, juga tidak ada metode yang buruk.

(28)

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2007:61) mengungkapkan ada beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu, sebagai berikut :

a. Metode Ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode diskusi d. Metode kisah/cerita e. Metode demontrasi f. Metode karya wisata g. Metode tutorial h. Metode perumpaan

i. Metode pemahaman dan penalaran j. Metode suri tauladan

k. Metode peringatan dan pemberian motivasi l. Metode praktek

m. Metode pemberian ampunan dan bimbingan n. Metode kerja sama

o. Metode tulisan p. Metode penugasan

Menurut „Aini Zumaroh (2011:23) adapun metode yang biasa diterapkan pada pembelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah sebagai berikut : a. Metode Ceramah

(29)

c. Metode diskusi d. Metode kisah/cerita e. Metode tulisan f. Metode penugasan

Adapun maksud dari metode-metode di atas, adalah :

a. Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk petanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

c. Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

d. Metode kisah/cerita, al-Qur‟an dan hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

e. Metode tulisan, metode dengan mendidik dengan huruf atau simbol apapun, metode ini merupakan hal yang sangat penting dan

(30)

merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.

f. Metode penugasan, metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tapi lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara individual maupun secara komunal (kelompok). (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2007:61-64)

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa metode yang efektif digunakan dalam pengajaran mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kisah/cerita, metode tulisan, dan metode penugasan.

B. Bacaan Al-Qur’an

1. Pengertian Bacaan Al-Qur’an

Bacaan merupakan kata dasar “baca”. Terdapat berbagai makna bacaan dengan merujuk kepada penggunaannya dalam suatu konteks ayat. Berdasarkan Kamus Dewan Edisi Keempat, bacaan merujuk bahan untuk dibaca seperti bacaan ringan yang terdiri daripada majalah, komik dan sebagainya. Cara membaca seseorang seperti bacaan al-Qur‟an oleh qari’ah dalam pertandingan Tilawah Al-Qur‟an.

Al-Qur‟an dari segi bahasa berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan-qur’anan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari

(31)

segi istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:47)

Allah Swt. berfirman dalam Q.S Al-Isra (17) :9



































 Terjemahan

:

“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” ( Departemen Agama RI, 2006: 385 )

Dalam membaca al-Qur‟an agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat al-Qur‟an yang dibaca, tentunya perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat al-Qur‟an. Guna tajwid ialah untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca al-Qur‟an.

(32)

a. Pengertian Tajwid

Menurut bahasa, tajwid berarti membaguskan, memperbaiki, atau menjadikan baik. Sedangkan menurut istilah tajwid adalah membaguskan bacaan Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku. (Rusdianto, 2014:14)

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:7) tajwid ialah ilmu yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-huruf dengan betul, baik huruf-huruf yang berdiri sendiri maupun huruf-huruf dalam rangkaian.

Kaidah-kaidah itu meliputi cara mengucapkan huruf-huruf al-Qur‟an, tebal atau tipisnya, panjang atau pendeknya, sifat-sifatnya, dan hukum bacaan lainnya. Dengan demikian, jika menguasai ilmu tajwid, berarti memenuhi hak-hak setiap huruf, baik dari aspek makhraj, cara baca, hukum bacaan dan lain-lain.

b. Hukum Mempelajari Tajwid

Belajar ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah. Tetapi membaca Al-Qur‟an secara benar dan sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid itu wajib hukumnya. (Rusdianto, 2014:15)

Oleh sebab itu, belajar ilmu tajwid agar bacaan al-Qur‟an baik dan benar ialah wajib sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S Al-Muzammil (73):4









(33)

Terjemahan :

“Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Departemen Agama RI, 2006:575)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa maksud tartil (perlahan-lahan) dalam firman tersebut ialah membaca al-Qur‟an dengan perlahan-lahan dan hati-hati.

Dengan demikian, setiap muslim menjadi mudah memahami dan merenungi isi dari al-Qur‟an. Jika tidak hati-hati, dan bacaan al-Qur‟an salah, maka maknanya pun tidak benar. Sehingga, setiap muslim kesulitan memahami maksud dari bacaan al-Qur‟an karena salah cara membaca al-Qur‟an.

c. Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid

Rusdianto (2014:17) mengungkapkan, adapun manfaat yang diperoleh dari mempelajari ilmu tajwid yaitu, sebagai berikut :

1) Mencapai kesempurnaan dalam membaca al-Qur‟an.

2) Terhindar dari kesalahan dalam membaca ayat-ayat al-Qur‟an.

3) Ayat-ayat yang dibaca sesuai dengan ketentuan-ketentuan bahasa Arab, baik secara pengucapan huruf, sifat-sifat huruf dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.

3. Huruf Hijaiyyah

(34)

Menurut M. Ashim Yahya (2007:3) huruf Hijaiyyah berjumlah dua puluh sembilan huruf, sebagai berikut :

ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ب ا

(35)

4. Pembahasan dalam Ilmu Tajwid

a. Hukum Bacaan Nun Sukun (ْ ن) Dan Tanwin 1) Izhar halqi

Menurut Sei H. Dt. Tombak Alam (1992:28) Izhar halqi yaitu nun mati atau tanwin yang disambut oleh huruf izhar halqi yang bertanda baca, tidak boleh dengung dengan menjelaskan mati Nun-nya serta cepat membacanya.

Huruf izhar halqi ada enam, yaitu :

غ ء غ ع ح ﮬ

2) Idgham

Idgham artinya memasukkan atau melebur. Idgham dibagi dua,

yaitu, idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah. (a) Idgham bighunnah

Idgham bighunnah adalah memasukkan atau melebur suara huruf

nun sukun dan tanwin dengan dengung ke dalam salah satu di antara huruf idgham bighunnah yang terletak sesudahnya. Huruf idgham bighunnah ada empat, yaitu :

ن م و ي

(36)

Idgham bilaghunnah adalah memasukkan atau melebur suara

huruf nun sukun atau tanwin tanpa dengung ke dalam salah satu di antara dua huruf idgham bilaghunnah yang terletak sesudahnya. Huruf idgham bilaghunnah ada dua, yaitu : ل – ر (Rusdianto, 2014:56-58)

3) Iqlab

Menurut Abu Nizhan (2008:16) Iqlab artinya menukar atau mengganti. Artinya, jika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf, maka cara membacanya adalah dengan mengubah bunyi nun sukun atau tanwin menjadi suara mim sukun. Huruf iqlab ada satu, yaitu : ب

4) Ikhfa’

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:12) Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan. Hukum bacaan disebut ikhfa’ yaitu, jika nun mati ( ن) atau tanwin bertemu salah satu huruf hijaiah, selain huruf izhar halqi, huruf idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah dan huruf iqlab. Cara membacanya adalah suara nun ( ن) maupun tanwin masih tetap terdengar tetapi samar antara izhar dan idghom, terus bersambung dengan makhroj huruf berikutnya sehingga terdengar berbunyi seperti “ng” jika bertemu salah satu huruf ikhfa‟.

Huruf ikhfa‟ ada lima belas, yaitu :

س ز ذ د ج ث ت

ق ف ظ ط ض ص ش

ك

(37)

1) Ikhfa’ Syafawi

Ikhfa’ artinya samar, syafawi bermakna bibir. Ikhfa’ syafawi adalah apabila mim sukun bertemu dengan huruf ب. (Subhan Nur, 2014:63)

Huruf ikhfa‟ syafawi ada satu yaitu, huruf ba‟ (ب). Cara membacanya adalah dengan menyamarkan dan mendengungkan huruf mim sukun di bibir, seperti bersiap mengucapkan huruf ba‟ (ب)

2) Idgham Mimi

Idgham mimi ialah apabila terdapat mim sukun bertemu dengan

huruf mim (م). Adapun cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim (م) rangkap atau ditasydidkan, dan wajib dibaca dengung. (Rusdianto, 2014:64)

Idgham mimi seringkali disebut idgham mitamatsilain, karena

hurufnya serupa atau sejenis. 3) Izhar Syafawi

Apabila terdapat mim sukun bertemu dengan huruf selain ba‟ (ب) dan mim (م) maka hukum bacaannya disebut izhar syafawi. Cara membacanya ialah harus terang dan jelas, tanpa berdengung di bibir, dengan mulut tertutup. (Rusdianto, 2014:65)

c. Hukum Bacaan Idgham

Idgham artinya berpadu atau bercampur antara dua huruf, atau

memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafalkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada

(38)

Terdapat tiga jenis idgham, yaitu idgham mutamatsilain, idgham mutaqaribain, idgham mutajanisain.

1) Idgham Mutamatsilain

Menurut Abu Nizhan (2008:17) Idgham mutamatsilain (melebur dua huruf yang sama) disebut juga idgham mitsilain, yaitu pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya. Huruf yang pertama sukun, dan yang kedua berharakat.

ب ِر ضِا َكاَصَعِب = َكاَصَعِِّب ِر ضِا

2) Idgham Mutaqaribain

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:20) Idgham Mutaqaribain artinya berdekatan. Hukum bacaan disebut idgham mutaqaribain ialah dua huruf yang berhadapan itu hampir berdekatan makhraj dan sifatnya, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Membacanya harus diidghamkan atau ditasydidkan huruf pertama pada huruf kedua. Contohnya :

َكِلَّذَهْلَ ي

=

كِلَذ ْثَهْلَ ي

3) Idgham Mutajanisain

Menurut Rusdianto (2014:72) idgham mutajanisain (melebur dua huruf yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya. Maka, cara membacanya ialah dengan mengabaikan huruf yang pertama dan memasukkannya kepada huruf yang kedua.

(39)

Contoh idgham mutajanisain :

وُمَلْظِإ = ْوُمَلَظ ْذِإ

d. Hukum Bacaan Ghunnah (Mim Tasydid dan Nun Tasydid) Apabila ada mim tasydid atau nun tasydid maka wajib dibaca dengung. Hukum bacaan ini disebut ghunnah. Lama atau batas dengungan kira-kira dua ketukan. (O. Surasman, 2002:35-36)

Mim tasydid dan nun tasydid yang dibaca dengung meliputi tasydid dengan harakat dhammah , kasrah, fathah. Contonhya :

لِِّم َّز م لااَهُّيَأـَي -

هُّم أَف

- َّمَع

e. Hukum Bacaan Lam Ta’rif (ل ا) 1) Izhar Qamariyah

Jika lam ta’rif ( ا dan ل) bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf qamariyah maka berlaku hukum bacaan izhar qamariyah. Cara membacanya ialah dengan menerangkan suara alif dan lam (ل ا) tersebut. (Subhan Nur, 2009:40)

Huruf-huruf qamariyah berjumlah empat belas, yaitu :

(40)

2) Idgham Syamsiyah

Idgham syamsiyah yaitu huruf ل ا yang diiringi oleh huruf syamsiyah atau setelah ل ا adalah siddah (tasdid). Huruf syamsiyah dibaca dengan menghilangkan bunyi ل ا dimasukkan ke dalam huruf sesudahnya. (M. Ashim Yahya, 2008:52)

Huruf-huruf syamsiyah berjumlah empat belas, yaitu :

ل ش ز ظ س د ن ذ ض ت ر ص ﺚ ﻄ

f. Hukum Bacaan Tafkhim (Lam Tebal) dan Tarqiq (Lam Tipis) 1) Huruf lam dibaca tebal

Lafadz (ﷲ) dibaca tafkhim (tebal) berbunyi “Alloh” (seperti bunyi „O‟) bila didahului oleh huruf yang berharakat fathah atau dhommah. (M. Ashim Yahya, 2008:58)

2) Lam dibaca tipis

Huruf lam harus dibaca ringan atau tipis (tarqiq) apabila lafhzul jalalah (ﷲ) didahului oleh harakat kasrah. (Rusdianto, 2014:79)

g. Hukum Ra’ (ر) yang Dibaca Tebal dan Tipis 1) Ra’ (ر) dibaca tebal

Menurut Rusdianto (2014:81) Huruf ra‟ (ر) dibaca tebal jika terdapat dalam keadaan sebagai berikut :

(a) Huruf ra‟ (ر) berharakat fathah dan dhammah

(b) Huruf ra‟ sukun (asli atau waqaf), dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhammah.

(41)

(c) Ra‟ sukun karena waqaf dan jatuh setelah (huruf yang berharakat) fathah atau dhammah, baik secara langsung maupun dipisahkan oleh huruf lain yang sukun selain huruf ya‟ (ي)

(d) Huruf ra‟ sukun didahului oleh harakat kasrah, serta bertemu dengan salah satu huruf isti‟la‟ dalam satu kata.

(e) Huruf ra‟ sukun yang jatuh setelah hamzah washal, baik didahului huruf berharakat fathah, kasrah, atau dhammah.

2) Ra’ (ر) dibaca tipis

Menurut Rusdianto (2014:84) huruf ra‟ dibaca tipis jika terdapat dalam beberapa keadaan sebagai berikut :

(a) Huruf ra‟ berharakat kasrah

(b) Huruf ra‟ sukun jatuh sesudah jatuh sesudah huruf yang berharakat kasrah asli, satu kata dan sesudah ra‟ bukan huruf isti‟la‟.

(c) Huruf ra‟ sukun karena waqaf jatuh sesudah ya‟ (ى) sukun, sedangkan huruf sebelum ya‟ (ى) sukun itu berharakat kasrah atau fathah.

(d) Huruf ra‟ disukunkan karena waqaf dan jatuh setelah huruf berharakat kasrah, baik bersambung atau terpisah oleh huruf mati.

h. Hukum Qalqalah

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:30) Qalqalah artinya guncangan atau pantulan suara dengan tiba-tiba sehingga terdengar suara membalik atau terdengar getaran suara.

(42)

Huruf Qalqalah ada lima, yaitu :

د ج ب ﻄ ق

Qalqalah dibagi menjadi dua, yaitu Qalqalah kubra (besar) dan

qalqalah sughra (kecil) 1) Qalqalah Sughra

Qalqalah sughra (kecil) artinya guncangannya kecil. Sedangkan

secara istilah, Qalqalah sughra ialah apabila salah satu huruf qalqalah itu sukun asli, bukan karena waqaf. Dikatakan qalqalah sughra karena cara memantulkan huruf qalqalah-nya dilakukan dengan ringan.

Hurufnya ada lima, yaitu :

د ط ج ب ق

2) Qalqalah Kubra

Qalqalah kubra artinya guncangannya besar. Artinya, cara

memantulkan hurufnya dilakukan dengan berat dan kuat. Qalqalah kubra ialah apabila salah satu dari huruf dari Qalqalah itu disukunkan karena waqaf (berhenti membaca), bukan sukun asli. (Rusdianto, 2014:88-90)

Hurufnya ada lima, yaitu:

(43)

i. Hukum Bacaan Mad

Secara harfiah, mad artinya panjang. Sedangkan, menurut ilmu tajwid, mad adalah memanjangkan bunyi huruf hijaiah karena sebab-sebab tertentu.

Hurufnya ada tiga, yaitu :

1) Mad Thabi’i

Mad thabi’i disebut juga mad ashli. Mad thabi’i ialah bacaan panjang yang terjadi karena adanya fathah sebelum alif, dhammah sebelum wawu sukun ( و ) dan kasrah sebelum ya‟ sukun ( ي ). (Rusdianto, 2014:92)

Diberi nama mad thabi’i karena mad berlaku sesuai tabiat aslinya (belum bertemu dengan huruf-huruf lain), yang disebut juga mad ashli. Ukuran panjangnya adalah dua harakat (ketukan).

2) Mad Far’i

Mad far’i adalah mad thabi’i yang telah mengalami perubahan karena sebab-sebab tertentu.

Mad far’i terbagi menjadi beberapa macam, yaitu : (a) Mad Wajib Muttashil

Menurut As‟ad Humam (1995:41) Mad wajib muttashil adalah mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Cara membacanya ialah harus panjang lima harakat (ketukan) ketika tidak menghentikan

(44)

bacaan. Bisa juga dibaca enam harakat ketika menghentikan bacaan (waqaf).

(b) Mad Jaiz Munfashil

Mad jaiz munfashil adalah mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah yang tidak di dalam satu kata. Cara membacanya ialah harus panjang lima harakat (ketukan). (Rusdianto, 2014:94)

(c) Mad Aridh Lissukun

Menurut Abdullah Asy‟ari (1987:34) Mad aridh lissukun yaitu apabila mad thabi’i sesudahnya ada waqaf (tempat berhenti). Cara membacanya ialah dipanjangkan selama dua sampai enam harakat (ketukan) atau satu sampai tiga alif.

(d) Mad Iwadh

Menurut Rusdianto (2014:95) Mad iwadh ialah mad berharakat fathatain (tanwin fathah) yang dibaca waqaf. Atau mad iwadh ialah mad yang terjadi ketika bacaan berhenti pada huruf yang berakhiran fathatain (tanwin fathah), kecuali tanwin fathah pada ta’ marbuthah (ﺔ). Cara membacanya ialah dipanjangkan sebanyak dua harakat (ketukan) atau satu alif.

(e) Mad Badal

Badal artinya perubahan. Mad badal, yaitu apabila ada hamzah

bertemu dengan mad yang berasal dari hamzah sukun, kemudian hamzah ini diubah dan diganti dengan alif (ا). Cara membacanya dipanjangkan dua harakat seperti mad thabi’i. (Abdullah Asy‟ari, 1987:36)

(45)

(f) Mad Lin atau Layyin

Mad layyin ialah mad yang terjadi karena harakat fathah bertemu

dengan huruf و atau ى sukun, yang sesudahnya terdapat huruf sukun karena waqaf. Cara membacanya ialah lunak/lemas. Sedangkan, panjang bacaannya adalah dua, empat atau enam ketukan. (Rusdianto, 2014:97)

(g) Mad Shilah

(1) Mad Shilah Qashirah

Mad shilah qashirah yaitu apabila ada ha‟ (ه) kata ganti orang atau benda ketiga (dhamir) berada sesudah huruf yang berharakat. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat. (Abdullah Asy‟ari, 1987:34)

(2) Mad Shilah Thawilah

Mad shilah thawilah ialah mad yang terjadi pada kata ganti

(dhamir) yang sebelumnya terdapat huruf hidup dan sesudahnya berupa hamzah (ء). Panjang bacaannya ialah dua sampai lima harakat (ketukan). Panjang bacaan yang lebih dari dua harakat tergolong thawilah (panjang). (Rusdianto, 2014:98)

(h) Mad Farqi

Mad farqi ialah mad yang terjadi karena hamzah istifham

(digunakan untuk bertanya) bertemu dengan ل ا, maka hamzah ل ا dibaca panjang. Panjang bacaan mad farqi adalah enam harakat (ketukan). (Rusdianto, 2014:101)

(46)

(i) Mad Lazim

(1) Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal

Menurut Basori Alwi Murtadho (2005:62) Mad lazim kilmi mutsaqqal adalah mad yang bertemu dengan sukun tetap yang

diidghomkan atau ditasydid yang ada dalam satu perkataan.

(2) Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf

Menurut Basori Alwi Murtadho (2005:62) Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah mad yang bertemu dengan sukun tetap yang tidak

diidghomkan atau tidak ditasydid, yang ada dalam satu perkataan di dalam Al-Qur‟an. Mad ini hanya terjadi dua kali di dalam Al-Qur‟an, yaitu dalam Q.S Yunus (10): 51 dan 91.

(3) Mad Lazim Harfi Mutsaqqal

Menurut As‟ad Humam (1995:45) Mad lazim harfi mutsaqqal adalah mad dari huruf potong pada pembuka surah yang pembacaannya dengan hurufnya diidghomkan. Panjang bacaannya enam harakat.

Hurufnya ada delapan, yaitu :

م ك ل س ع ص ق ن

(4) Mad Lazim Harfi Mukhaffaf

Mad lazim harfi mukhaffaf adalah mad thabi’i bertemu dengan sukun yang terjadi pada rangkaian huruf-huruf muqatha’ah. (Rusdianto, 2014:104)

(47)

Huruf-huruf mad lazim harfi mukhaffaf terdapat pada pembukaan-pembukaan surah di dalam Al-Qur‟an. (Basori Alwi Murtadho, 2005:63)

Huruf mad lazim harfi mukhaffaf ada lima, yaitu :

ر ﮬ ط ى ح

(j) Mad Tamkin

Mad tamkin ialah mad yang terjadi karena terdapat dua huruf ya‟ (ى), yaitu huruf ya‟ (ى) yang pertama bertaydid dan kasrah, sedangkan huruf ya‟ (ى) yang kedua sukun/mati sebagai huruf mad. Syaratnya adalah tidak disukunkan karena akhir bacaan (waqaf), sebab akan mengubah hukum bacaan menjadi mad ‘aridh lissukun. (Rusdianto, 2014:105)

j. Waqaf, Ibtida’ dan Washal (cara berhenti, memulai dan meneruskan bacaan)

Dalam ilmu tajwid, istilah berhenti disebut waqaf, yakni menghentikan suara atau bacaan sebentar untuk bernapas, lalu melanjutkan bacaan lagi, bukan meninggalkannya. Melanjutkan kembali (memulai) bacaan inilah yang disebut ibtida‟. (Rusdianto, 2014:106)

1) Cara Membunyikan Waqaf

(a) Membaca dengan tetap sukun

Apabila akhir kata berupa huruf sukun, maka cara membacanya ketika hendak berhenti ialah dengan tanpa perubahan bacaan, yakni tetap membaca dengan sukun.

(48)

(b) Membaca dengan sukun

Apabila akhir kata berupa huruf yang berharakat fathah, kasrah, atau dhammah, maka cara membacanya saat hendak berhenti ialah mematkan (disukunkan) huruf yang terakhir itu.

(c) Membaca seperti ha’ sukun

Apabila akhir kata berupa ta’ marbuthah (ﺔ) maka cara membacanya ketika akan berhenti ialah dengan membunyikan seperti huruf ha‟ (ﺔ) yang sukun.

(d) Mematikan dua huruf terakhir

Apabila huruf akhir sebuah kata didahului oleh huruf mati, maka sewaktu akan berhenti dibaca dengan cara mematikan dua huruf terakhir tersebut perlahan.

(e) Mematikan huruf terakhir

Apabila akhir sebuah kata berupa huruf yang didahului mad maka cara membacanya saat akan berhenti ialah dengan mematikan huruf yang terakhir, dan memanjangkan mad selama dua ketukan.

(f) Membunyikan fathah

Apabila akhir kata berharakat tanwin fathah (fathahtain) maka sewaktu akan berhenti dibaca dengan membunyikan fathah biasa yang dipanjangkan selama dua ketukan. (Rusdianto, 2014:107-110)

(49)

(g) Tanda-Tanda Waqaf

Terdapat beberapa tanda waqaf yang bisa dijadikan patokan saat menghentikan atau melanjutkan bacaan Al-Qur‟an. Tanda-tanda waqaf itu memiliki fungsi yang berbeda-beda satu sama lain. (Rusdianto, 2014:115)

Tabel I

Tanda-Tanda Waqaf

Tanda Arti Keterangan

م م ز ﻻ

Wajib berhenti membaca tepat di tanda ini. Sebab, jika diteruskan, maka makna ayat menjadi tidak jelas.

فق و ﻻ

Tidak boleh berhenti pada tanda waqaf ini.

ج زﺌ اﺟ

Boleh berhenti, boleh meneruskan bacaan. Di sini, bebas memilih antara berhenti atau meneruskan bacaan.

ىلق هيﻔ فق و ﻻ

Kita lebih baik menghentikan bacaan tepat di tanda ini, meskipun dibolehkan melanjutkan.

ص

ل ىل و ٲ صل ول ا

Kita lebih baik meneruskan bacaan daripada waqaf.

ط قلط ﻤ

Kita lebih baik menghentikan bacaan, namun boleh juga meneruskan bacaan.

(50)

namun lebih baik meneruskan bacaan.

ص ص ﻤﺨر

Kita lebih baik meneruskan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti.

ق فق و ليق

Sebagian kecil qurra‟ membolehkan berhenti di tanda tersebut.

فق و فق و

Kita boleh memilih antara berhenti atau meneruskan bacaan.

س ﺔﺘﻜﺳ

Kita harus berhenti sejenak tanpa bernapas jika bertemu dengan tanda seperti, kira-kira dua ketukan.

؞...؞

Dua tanda titik tiga

Waqaf mu’anaqah atau muraqabah ialah boleh berhenti di salah satu tanda tersebut, baik berhenti di tanda pertama atau kedua.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan pengaruh mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits terhadap bacaan al-Qur‟an siswa kelas X.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini di Madrasah Aliyah Muhammadiyah bertempat di Limbung Kabupaten Gowa. Yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu siswa/siswi dan guru.

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul di atas maka ada dua yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat diantaranya : 1. Yang menjadi variabel bebas, yaitu mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung.

2. Yang menjadi variabel terikat, yaitu bacaan al-Qur‟an Siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung.

(52)

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.

1. Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits yang dimaksud peneliti ini adalah salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang diajarkan di Madrasah Aliyah.

2. Bacaan Al-Qur‟an siswa yang dimaksud peneliti ini adalah kefasihan dan kelancaran siswa dalam membaca Al-Qur‟an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. (Suharsimi Arikunto, 2002:108)

Sedangkan dalam bukunya metode penelitian administrasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:90).

Dari pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa populasi adalah sekumpulan individu atau kelompok yang menjadi sumber data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

(53)

Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa dengan jumlah siswa 45 orang dan gurunya 1 orang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II

Keadaan populasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Kelas X IPA 11 13 24

2. Kelas X IPS 10 11 21

3. Guru Al-Qur‟anHadits - 1 1

Jumlah Total 21 25 46

Sumber data: Tata Usaha Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa Tahun 2015

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Suharsimi Arikunto, 2002:109). Sedangkan, menurut Sugiyono (2013: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan mengenai hal yang akan diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang ada.

(54)

Suharsimi Arikunto (2002:112) dalam bukunya Prosedur Penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subyeknya berjumlah atau lebih dari 100 orang maka di ambil antara 10-15% atau 20-25%. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil keseluruhannya.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dengan teknik penarikan sampel secara provosife sampling yakni sampel diambil secara langsung yaitu kelas X. Sampel yang diambil sama dengan jumlah keseluruhan dalam populasi.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut : Tabel III

Keadaan sampel siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

No. Sampel Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Kelas X IPA 11 13 24

2. Kelas X IPS 10 11 21

3. Guru Al-Qur‟an Hadits - 1 1

Jumlah Total 21 25 46

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian karena

(55)

berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti, agar memperoleh data yang akurat.

Adapun instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian ini untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian dan melakukan penelitian secara terstruktur dan sistematis dalam pengumpulan data di lapangan, diantaranya :

1. Pedoman Observasi

Yang dimaksud dengan pedoman observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. (Bungin, 2013:142)

2. Pedoman Interview

Pedoman interview yang sering disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi Arikunto, 2002:128)

3. Pedoman Angket

Pedoman angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

(56)

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsimi Arikunto, 2002:128)

4. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2002:135)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, penulis menggunakan cara, sebagai berikut :

1. Observasi dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.

2. Interview/Wawancara dilakukan dengan bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

3. Angket dengan menyodorkan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data dari responden.

4. Dokumentasi dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

H. Teknik Analisis Data

Adapun hasil penelitian ini akan di analisis dengan cara teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan jenis deskriptif.

(57)

Hasil penelitian ini akan dianalisa untuk menggambarkan data yang dikumpul dengan cara penyusunan tabel-tabel disertai dengan persentase dan kemudian akan disimpulkan dengan cara deskriptif kualitatif.

Dengan rumus berikut :

P= angka presentase

f = frekuen atau banyaknya individu

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (DepdikNas) yang memberikan pengajaran pada tingkat menengah atas. Sekolah ini berlokasi di Jl. H. Pattola Sibali Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Sekolah ini dibangun di atas tanah wakaf seluas 725 m2 oleh pimpinan cabang Muhammadiyah Limbung pada tanggal 13 Agustus 1984, kemudian pada tahun 1988 Mu‟allimin 6 tahun berintegrasi ke MTs Muhammadiyah dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung dengan masing-masing berstatus terdaftar No. Rayon I/XXIII-AL.79 berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam No. 91/E.IV/PP.03.2/Kep/X/1995 tanggal 4 Oktober diberikan Madrasah Diakui sampai sekarang.

Pada saat sekarang, Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung dipimpin oleh Ruli Irawan, S.Pd.

(59)

1. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

Adapun visi dan misi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung adalah :

a. Visi

Kokoh dalam aqidah, anggun dalam moral, dan unggul dalam prestasi.

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas keIslaman

2. Mengembangkan wawasan keIndonesiaan

3. Mampu berkomunikasi dalam keilmuan dan teknologi

2. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu unsur pokok dalam pencapaian pendidikan, juga merupakan salah satu bagian sistem sosial masyarakat yang memegang tugas dan tanggung jawab yang berat. Guru merupakan unsur pokok disamping siswa, memegang peranan penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tenaga guru sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pengajaran baik dari kuantitas khususnya yang menyangkut masalah kualitas.

(60)

Jumlah guru yang ada di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung sebanyak 15 orang. Dan dari 15 orang guru tersebut terdiri dari 4 orang guru Laki-laki dan 11 orang guru perempuan.

Untuk lebih jelasnya keadaan guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel IV

Keadaan Guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

No. Nama Jenis Kelamin Jabatan Bidang Studi yang

Diajarkan

L P

1. Ruli Irawan, S.Pd  Kepala Madrasah Matematika

2. Mardiah, S.Pd  Wakamad Kurikulum

PKN Ekonomi Geografi 3. Sitti Maryam. S, S.Ag, M.Pd  Wakamad

Kesiswaan

Fiqih Al-Qur‟an Hadits 4. Hatijah, S.Pd  Bendahara I Ekonomi

Sejarah Umum 5. Sitti Aeniyah, S.Pd  Bendahara II Penjaskes

Bahasa Indonesia 6. Nurul Fadhilah, S.Pd.I  KTU SKJ

Kemuhammadiyahan 7. Roslinah, S.Pd  Wali Kelas XII

IPA

Biologi Kimia

8. Suwarsi, A. Md 

Wali Kelas XII IPS

Bahasa Inggris Penjaskes

(61)

9.

Burhanuddin, S.Sos  Guru Sosiologi PKN 10. Adding, S. Ag  Guru Bahasa Arab 11. Nur Itha Sari, S. Pd. I  Wali Kelas X. B Aqidah Akhlak

Peng. Diri

12. Binarti, S. Pd  Wali Kelas XI IPS

Seni Budaya Prakarya Kewirausahaan 13. Dra. St. Patmawati 

Wali Kelas XI IPA

Fiqih Peng. Diri

14. Nur Azmi, S. Pd  Guru

Biologi Fisika TIKOM

15. Muh. Nur Sihab, S. Pd. I  Wali Kelas X. A

SKI Dakwah

TIKOM Penjaskes

Sumber data : Tata Usaha Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Tahun 2015

b. Keadaan Siswa

Dalam dunia pendidikan formal, siswa merupakan objek atau sasaran untuk dididik. Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan mempunyai rantai yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Di samping adanya berbagai fasilitas, adanya guru, juga keberadaan siswa yang merupakan bagian integral dalam pendidikan formal. Jika tugas pokok guru adalah mengajar, maka tugas siswa adalah belajar. Oleh karena itu, keduanya amat berkaitan dan saling bergantung satu

(62)

sama lain, tidak dapat dipisahkan dan berjalan seiring dalam proses belajar mengajar.

Untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa tahun ajaran 2015-2016 dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel V

Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2015-2016

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

L P

1. X IPA 11 13 24 siswa

2. X IPS 10 11 21 siswa

3. XI IPA 5 14 19 siswa

4. XI IPS 7 12 19 siswa

5. XII IPA 14 19 33 siswa

6. XII IPS 15 22 37 siswa

Jumlah 153 siswa

Sumber Data: Tata Usaha Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung 2015

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa sebanyak 153 siswa . Dengan demikian, sekolah ini dapat dikatakan sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang cukup banyak peminatnya di Kabupaten Gowa.

(63)

3. Sarana dan Prasarana Sekolah

Tidak dapat dipungkiri bahwa kelangsungan proses belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh adanya siswa dan pengajar yang profesional. Hal ini ditentukan pula oleh tersedianya sarana dan fasilitas yang memadai. Fasilitas pengajaran yang penulis maksud adalah fasilitas yang meliputi sarana dan prasarana sekolah.

Tabel VI

Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

No. Jenis Ruangan Jumlah Keterangan

1. Ruang Kelas 6 Berfungsi

2. Ruang Kepala Madrasah 1 Berfungsi

3. Ruang Guru 1 Berfungsi

4. Ruang Tata Usaha 1 Berfungsi

5. Ruang Laboratorium Komputer 1 Berfungsi 6. Ruang Laboratorium Fisika 1 Berfungsi 7. Ruang Laboratorium Kimia 1 Berfungsi

8. Ruang Perpustakaan 1 Berfungsi

9 Ruang UKS 1 Berfungsi

10. Tempat Ibadah 1 Berfungsi

11. Ruang Toilet Guru 1 Berfungsi

12. Ruang Toilet Siswa 2 Berfungsi 13. Lapangan/Halaman Sekolah 1 Berfungsi Sumber Data : Tata Usaha Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

tahun 2015

Disamping kelengkapan yang penulis telah uraikan sebelumnya, masih banyak lagi yang belum sempat penulis sebutkan satu persatu.

(64)

Seperti alat-alat olahraga, alat peraga, jumlah buku pelajaran dan sebagainya. Namun, menyimak tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung sudah cukup memadai dalam proses belajar mengajar yang efektif.

B. Implementasi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Terhadap Bacaan Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

Proses belajar mengajar terjadi pada saat berlangsung interaksi antara guru dan siswa. Untuk mencapai tujuan pengajaran sebagai proses belajar mengajar memerlukan perencanaan yang mantap, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian atau evaluasi.

1. Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Menurut Sitti Maryam Saleh selaku guru mata pelajaran Al-Qur‟an hadits menyatakan bahwa tahapan-tahapan yang dilakukan guru Al-Qur‟an Hadits pada saat proses pembelajaran adalah :

a. Membuka pelajaran dengan salam dan membaca do‟a

b. Memulai pelajaran dengan taddarus Al-Qur‟an selama 10 menit c. Guru mengabsen kehadiran siswa

d. Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya

e. Menyampaikan Kompetensi Dasar (KD) dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f. Melaksanakan kegiatan inti, seperti : mengamati, menanya, eksperimen, asosiasi dan komunikasi.

(65)

2. Pelaksanaan Implementasi Mata pelajaran Al-Qur’an hadits Terhadap Bacaan Al-Qur’an Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa

Pelaksanaan implementasi mata pelajaran Al-Qur‟an hadits dapat meningkatkan kemampuan bacaan al-Qur‟an siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa. Hal ini, dikarenakan adanya pembiasaan yang dilakukan siswa untuk membaca al-Qur‟an pada saat pembelajaran Al-Qur‟an hadits. Selain itu, yang menunjang untuk meningkatkan kemampuan bacaan al-Qur‟an siswa adalah materi pelajaran Al-Qur‟an hadits yang terdapat banyak dalil al-Qur‟an dan metode yang digunakan guru Al-Qur‟an hadits saat mengajar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sitti Maryam Saleh, selaku guru mata pelajaran Al-Qur‟an hadits yang mengatakan bahwa :

Untuk meningkatkan bacaan al-Qur‟an siswa pada saat pembelajaran mata pelajaran Al-Qur‟an hadits dilakukan beberapa hal, diantaranya :

1. Setiap mengawali pembelajaran (jam pertama pelajaran) siswa diharuskan membaca al-Qur‟an secara bersamaan selama 10 menit.

2. Menggunakan metode bervariasi seperti metode privat dan metode bimbingan bagi siswa yang belum lancar dalam membaca al-Qur‟an serta metode pemberian tugas setelah proses pembelajaran sebagai evaluasi bagi siswa.

3. Menugaskan siswa dengan membiasakan untuk membaca dalil al-Qur‟an yang terdapat pada materi mata pelajaran Al-Qur‟an hadits dengan baik dan benar sesuai dengan hukum kaidah tajwid. (Wawancara tgl, 4 Agustus 2015)

Dalam proses pembelajaran dibutuhkan materi pelajaran berupa sumber belajar atau buku paket. Untuk mengetahui banyaknya siswa yang memiliki sumber belajar atau buku paket Al-Qur‟an hadits dapat dilihat melalui tabel berikut :

(66)

Tabel VII

Siswa Yang Memiliki Sumber Belajar Atau Buku Paket Al-Qur‟an Hadits

No. Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%)

1. Ya 45 100%

2. Kadang-kadang 0 0%

3. Tidak Ada 0 0%

Jumlah 45 100%

Sumber Data : Hasil tabulasi angket no. 1

Dari 45 siswa yang dijadikan sebagai responden, terdapat 45 orang siswa atau 100% yang menyatakan memiliki sumber belajar/buku paket al-Quran hadits, kadang-kadang dan tidak ada siswa atau 0% yang tidak memiliki sumber belajar/buku paket al-Qur‟an hadits. Dari persentase tersebut secara keseluruhan siswa memiliki sumber belajar/buku paket Al-Qur‟an hadits.

Dengan banyaknya siswa yang memiliki sumber belajar/buku paket Al-Qur‟an hadits dapat memudahkan guru mata pelajaran Al-Qur‟an hadits untuk memberikan pengajaran.

Sitti Maryam Saleh selaku guru mata pelajaran Al-Qur‟an hadits mengemukakan bahwa :

Pendukung dalam kegiatan belajar mengajar terutama untuk mata pelajaran Al-Qur‟an hadits adalah tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung diantaranya buku ajar/buku paket untuk siswa. (Wawancara tgl, 4 Agustus 2015)

Mata pelajaran Al-Qur‟an hadits ini mengandung materi-materi yang berperan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca

Gambar

Tabel II  Keadaan Populasi ...............................................................
Tabel XVI  Peningkatan Bacaan Al-Qur’an Siswa Dengan Belajar Al-Qur’an  Hadits ....................................................................................
Tabel II
Tabel IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan pada perusahaan manufaktur dibutuhkan human capital dan physical capital yang cukup tinggi, apakah semakin

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

smartphone mengakses fungsi pengecekan level baterai pada sistem operasi android. Selanjutnya, data level pengisian baterai tersebut dibuatkan algoritmanya agar level

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian Locus of Control dan Self

Bahwa partai- partai politik yang dibentuk di Indonesia belum bisa lepas dari politik aliran yang menunjukkan tingginya pluralitas spektrum ideologi dan kultur